BAB 3 PERUMUSAN MASALAH 3.1 Latar Belakang Masalah Sebuah pabrik dapat mengalami banyak problem yang dapat berimbas pada kegiatan produksi, misal : gempa bumi yang besar, kebarakan, tsunami, banjir dan lain sebagainya. Untuk mengantisipasinya sebenarnya BELLE Corp telah memiliki rencana untuk menanggulanginya yang dibuat oleh suatu organisasi kecil dalam suatu pabrik yang dinamakan ORSEC yang menghasilkan suatu rencana yang dinamakan Disaster Recovery Plan (DRP) . Di dalam plan tersebut memastikan kelangsungan produksi dari seluruh pabrik dalam naungan BELLE Corp bila mengalami hal-hal yang tidak diinginkan tersebut. Sesuai dengan arahan dari BELLE Corp bahwasannya setiap fungsi-fungsi operasi dari organisasi yang berada dalam naungan BELLE Corp haruslah dipastikan berjalan dengan lancar dalam kondisi apapun. Untuk alasan tersebut, sebuah Disaster Recovery Plan (DRP) telah dikembangkan yang meliputi : ‐ Sebuah manajemen krisis untuk menghadapi situasi-situasi yang dapat mempertaruhkan brands, image atau integritas dari grup. ‐ Sebuah IT disaster recovery plan (IT DRP) untuk memastikan kelangsungan sistem informasi dan avaibility dari data. ‐ Sebuah logistic continuity plan untuk memastikan ketersediaan akan gudang (Commercial Distribution Center, Market supply logistics warehouses, plant warehouses). ‐ Sebuah DRP untuk produksi (yang dinamakan RIO26B) dengan tujuan untuk meminimalisasi segala konsekuensi dari kejadian malapetaka di industri. 19 3.2 Pemilihan Masalah Sejak RIO26B ditulis dan disahkan, lingkungan industri telah berubah secara cepat, yaitu : ‐ Pabrik-pabrik telah diorganisasi dan dispesialisasikan oleh teknologi. ‐ Arti dari backing-up, following up, dan accessing information, saat ini sangatlah beragam, berkembang, dan dalam pengertian dari IT DRP. Tidak seperti RIO26B, yang dalam pendekatan dokumentasinya mencantumkan keterlangsungan sisem informasi, saat ini menggunakan pandangan yang dikhususkan untuk manajemen accidental loss dari kapasitas produksi. Fokus pada Production Continuity ini memberikan gambaran yang lebih dari sebelumnya dalam pengertian organisasi dan dimensi logistik ke dalam Production Continuity Plan (PCP) dan dapat juga dinamakan ORSEC plan. Pandangan inilah yang menyebabkan dimulainya penulisan sebuah DRP yang baru untuk menggantikan RIO26B. Ketika Production Continuity Plan (PCP) ini dirilis, maka PCP ini membatalakan dan mengganti RIO26B Dalam penelitian ini berusaha untuk mengidentifikasikan risiko-risiko apa saja yang akan dihadapi oleh PT. TDW dalam lingkup bencana alam, kebakaran dan sebagainya maupun jika produksi berhenti secara mendadak yang disebabkan oleh kerusakan mesin, listrik mati dan lain sebagainya yang bukan merupakan bencana alam, dan dampak apa yang akan dihadapi dalam ukuran production loss. Bagaimana langkah-langkah darurat yang dilakukan oleh PT. TDW untuk meminimalisir dampak yang disebabkan bencana tersebut sehingga kegiatan produksi dan logistik masih tetap berjalan sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen?. Dan bagaimana penyusunan dokumentasi yang sistematis sehingga mudah dimengerti oleh semua karyawan yang kemudian dokumentasi tersebut dinamakan sebagai PCP?. 20 3.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari proyek akhir ini adalah untuk men-develope sebuah DRP yang baru yang dinamakan Production Continuity Plan (PCP) sebagai pengganti RIO26B. PCP ini berfokus pada rencana pemulihan (Recovery planning) untuk meminimalisasi dampak yang diakibatkan tidak berproduksinya pabrik yang diakibatkan oleh suatu kejadian yang tidak terduga. 3.4 Pembatasan Masalah Dengan menggunakan pendekatan RIO26B sebagai basis, didapatkan batasan masalah untuk penulisan PCP sebagai proyek akhir sebagai berikut : ‐ Analisis dari risiko-risiko production incapacity, hal ini dilakukan dengan cara mewawancara langsung dengan karyawan-karyawan dan manajermanajer dari tiap-tiap departemen yang ada dalam organisasi di pabrik PT. TDW dan mengaudit langsung terhadap inventaris yang dimiliki oleh pabrik yang berhubungan langsung dengan aliran produksi dalam kacamata logistik. ‐ Perancangan contingency scenarios untuk memitigasi dari risiko-risiko, hal ini dilakukan dengan cara bekerja sama dengan para karyawan dan manager terkait membahas solusi terbaik dan tercepat untuk memitigasi risiko yang terdeteksi dengan menggunakan pendekatan yang disarankan oleh Direction Generale et Technique (DGT) dari BELLE Corp. ‐ Membuat rancangan skenario dari organisasi cadangan bilamana rencana diaktifkan untuk menjamin aliran suplai material. ‐ Pembuatan template termasuk pre-formatted back-up plan secara umum untuk semua plants. 21 Semua komponen-komponen ini dikonsolidasikan ke dalam Production Continuity Plan (PCP). Pendekatan ini memberikan antisipasi terhadap risiko-risiko yang telah teridentifikasi dan memberikan kesempatan untuk menstandarisasi rencanarencana mitigasi untuk pengertian dan implementasi yang optimal. 3.5. Confidentiality Following articles of the placement agreement and the need for commercial and industrial confidentiality by PT. TDW Indonesia (not the real name), the data within this report may not be published and exploited without the prior authorization in writing of PT. TDW Indonesia (not the real name). And the writer should not write the real name of the factory and the organization. Only the juries of the Bandung Institute of Technology are allowed to read it for the purpose of assessing the work described. 22