begal dan keresahan masyarakat (jaringan - Journal

advertisement
Jurnal Komunikasi KAREBA
Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016
BEGAL DAN KERESAHAN MASYARAKAT (JARINGAN KOMUNIKASI
KELOMPOK ANARKIS DI KOTA MAKASSAR)
Nur Salwiyani Gani, Andi Alimuddin Unde
Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin
ABSTRACT
Begal is one crime that is rampant form of violence for the victims. The purpose of this study is to analyze how the
communication network begal anarchist groups in the city of Makassar. The approach used in this study is a
combination of qualitative and quantitative methods (mixed methods). The data in this study in the form of data
processed from the relevant agencies, interviews begal members of anarchist groups and community leaders,
whether in the form of text, tables, matrices and sosiogram. The results showed that the motor group of anarchists
bermetamarfosis be robber. Birth of a motorcycle gang, the average beginning of a bunch of teenagers who like
wild races and actions that challenge the danger on the eve of early morning on the highway. In the gang then
appear own language with the use of words and specific terms that can only be understood by the gang members
themselves, in order to carry out the action with committing a crime, as did the robbery on the highway, and the
place that they think could be the place for action, be it morning, noon and night. Ketergangtungan attachment and
relationship between members of anarchist groups robber with communication patterns that they do every day, to
form the mindset which then becomes a form of behavior that tend to be negative and deviant behavior. The robber
anarchy regarding the crimes to the detriment of many. Begal anarchist group is a social arrangement which
formed informally created by communication between members. In begal anarchist group created the chain caused
by communications made by each member. This chain form a network through interpersonal relationships
antaranggotanya unconventional group, such as a network of friends that form a pattern of communication network
anarchist group begal in Makassar. The mindset that existed at the robber's anarchist group shifted the pattern of
group interaction that exist in general, which also experienced a process of rational thinking results, both for
members perindividu, as well as the overall group. This affects their thought patterns and trends in making
decisions, which is doing anarchy robber.
Keywords: Mixed Methods; robber; restlessness Societ; Communication Networks
ABSTRAK
Begal merupakan salah satu tindak kriminal yang marak terjadi berbentuk kekerasan bagi para korbannya. Tujuan
Studi ini adalah Menganalisis bagaimana jaringan komunikasi kelompok anarkis begal yang ada di Kota Makassar.
Pendekatan yang digunakan dalam Studi ini adalah gabungan antara metode kualitatif dan metode kuantitatif (mixed
methods). Data dalam Studi ini berupa data olahan dari instansi terkait, hasil wawancara anggota kelompok anarkis
begal dan tokoh masyarakat , baik berupa teks, tabel, matriks maupun sosiogram. Hasil Studi menunjukkan
Kelompok motor yang bermetamarfosis menjadi kelompok anarkis begal. Kelahiran geng motor, ratarata diawali
dari kumpulan remaja yang hobi balapan liar dan aksi-aksi yang menantang bahaya pada malam menjelang dini hari
di jalan raya. Di dalam kelompok geng kemudian muncul bahasa sendiri dengan penggunaan kata dan istilah khusus
yang hanya dapat dimengerti oleh para anggota geng itu sendiri, guna menjalankan aksinya dengan melakukan
tindak kriminal, seperti melakukan pembegalan di jalan raya, dan ditempat yang menurut mereka bisa menjadi
tempat beraksi, baik itu pagi, siang maupun malam hari. Adanya hubungan keterikatan dan ketergangtungan antara
anggota kelompok anarkis begal dengan pola komunikasi yang mereka lakukan setiap harinya, hingga membentuk
pola pikir yang kemudian menjadi suatu bentuk perilaku yang cenderung negatif dan menjadi perilaku yang
menyimpang. Tindak anarkis begal tersebut berkaitan dengan kejahatan yang merugikan orang banyak. Kelompok
anarkis begal merupakan susunan sosial yang terbentuk secara informal yang diciptakan oleh komunikasi antar
anggota. Dalam kelompok anarkis begal tercipta mata rantai yang disebabkan oleh komunikasi yang dilakukan oleh
masing-masing anggota. Mata rantai ini membentuk jaringan melalui hubungan interpersonal antaranggotanya diluar
aturan kelompoknya, seperti jaringan pertemanan yang membentuk pola jaringan komunikasi kelompok anarkis
begal di Kota Makassar. Pola pikir yang ada pada kelompok anarkis begal ini bergeser pada pola interaksi kelompok
yang ada pada umumnya, yang didalamnya mengalami proses dari hasil pemikiran yang rasional, baik itu untuk
286
Jurnal Komunikasi KAREBA
Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016
anggota perindividu, maupun secara keseluruhan dalam kelompoknya. Hal ini mempengaruhi pola pikir dan
kecendrungan mereka dalam mengambil keputusan, yakni melakukan tindak anarkis begal.
Kata kunci: Mixed Methods; Begal; Keresahan Masyarakat; Jaringan Komunikasi
PENDAHULUAN
Saat
ini
terjerumus
masyarakat
kedalam
pergaulan
negatif
telah
tersebut, bagaimana lingkungan yang ada di
menunjukan perilaku sosial yang ada pada
sekitar individu yang secara langsung akan
individu, seperti ketergantungan dengan
membentuk
pergaulan yang ada seperti di kalangan
khususunya pada kalangan remaja dalam
remaja saat ini, mengakibatkan timbulnya
kesehariaannya terkait proses komunikasi
beberapa perilaku menyimpang.
Dalam
yang terjadi disekitarnya. Perilaku remaja
perspektif perilaku menyimpang masalah
masa kini semakin bertolak belakang dengan
sosial terjadi karena terdapat penyimpangan
norma yang berlaku di Indonesia. Dengan
perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial
semakin pesatnya perkembangan teknologi,
ataupun dari nilai dan norma sosial yang
diikuti dengan banyaknya penyalahgunaan
berlaku (Kartono, 2010).
teknologi
Suatu pergaulan yang negatif bisa di
kepribadian
tersebut
untuk
individu,
hal-hal
yang
negatif.
hindari jika individu tersebut memiliki
Fenomena begal atau perampasan di
kekuatan iman yang ada pada dirinya, agar
jalan
tidak
pergaulannya
masyarakat. Warga masyarakat diresahkan
seperti sekarang yang sedang merajalela di
oleh aksi komplotan begal yang disertai
kalangan remaja, dan dari perilaku manusia
dengan kekerasan dan senjata tajam. Aksi
pun menjadi sebuah dampak kejahatan yang
ini, menjadi momok yang menakutkan di
ada di dunia, tanpa disadari kita pun sudah
jalanan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
membuka peluang kejahatan di dunia karena
Bukan hanya terjadi di pinggiran kota,
kesalahan dari individu.
namun fenomena ini bagaikan hujan salju,
menyalahgunakan
Tidak semua
dan
menjadi
negatif, ada juga remaja yang mengetahui
meresahkan
pergaulan yang begitu luas, namun tidak
daerah di Indonesia. Mulai dari Sabang
larut dan terjebak dalam kehidupannya
sampai Merauke (hadisuprapto, 2014).
pada
telah
berbagai
adalah,
Makassar merupakan salah satu dari
kesalahan dari pergaulan remaja, sehingga
lima kota terbesar di Indonesia. Dalam
287
utamanya
masyarakat
yang
di
menjadi
Faktor
akut
popular
remaja terjebak dalam pergaulan yang
sehari-hari.
fenomena
sangat
Jurnal Komunikasi KAREBA
perkembangannya
Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016
Makassar
mengalami
berhubungan dengan pemimpinnya dan
perkembangan yang sangat pesat dalam
sesama anggota. Jadi, pemimpin sebagai
bidang ekonomi, infrastruktur dan lain
komunikator juga bisa berubah menjadi
sebagainya.
komunikan begitupun sebaliknya. Setiap
Sebagai
perkembangan
dampak
tersebut
dari
Makassar
anggota
dapat
berkomunikasi
dan
menghadapi masalah sosial kemasyarakatan
melakukan timbal balik dengan semua
yang tidak sedikit pula, dan salah satu
anggota kelompok yang lain. Komunikasi
problem pokok yang dihadapi oleh kota
yang terbangun diantara para anggota para
besar
begal
adalah
kriminalitas
di
kalangan
remaja.
dari
komunikasi
interpersonal, dimana dengan kesamaan
Jaringan
metode
berangkat
komunikasi
Studi
yang
merupakan
digunakan
untuk
tujuan,
situasi
mereka
hadapi,
mengantarkan
suatu
terjalin
diantara
dimana
data
hubungan
mengenai arus komunikasi dianalisis dengan
menggunakan
mereka
yang
frekuensinya
semakin sering.
Berdasarkan fenomena di atas, maka
analisisnya.
penulis tertarik untuk mengkaji tentang
Jaringan merupakan salah satu cara untuk
bagaimana fenomena Begal dan Keresahan
memahami perilaku manusia. Terkait hal
Masyarakat;
tersebut, suatu jaringan komunikasi terjadi
Komunikasi kelompok anarkis di Kota
di antara individu-individu yang saling
Makassar)
sebagai
tipe
intensitas
hubungan
interpersonal
beberapa
bahan
kesamaan kondisi ekonomi yang mereka
mengidentifikasi struktur komunikasi dalam
sistem,
berada
unit
berhubungan satu sama lain melalui arus
komunikasi
yang
terpola,
saling
mempengaruhi dan berbagi informasi untuk
(suatu
studi
Jaringan
Studi ini bertujuan menganalisis pola
jaringan komunikasi kelompok anarkis begal
yang ada di Kota Makassar.
mencapai tujuan bersama (Zulfikar, 2013).
Penggunaan pola jaringan dapat
METODE
mengidentifikasi situasional suatu kelompok
Pada Studi ini, penulis melakukan
dengan seorang pemimpin yang menjadi
Studi menggunakan pendekatan gabungan
fokus perhatian. Ia dapat berhubungan
antara metode kualitatif dan kuantitatif
dengan seluruh anggota kelompok, dan
(mixed methods) (Sugiyono, 2009). Desain
setiap
Studi yang digunakan adalah jaringan
anggota
kelompok
hanya
bisa
288
Jurnal Komunikasi KAREBA
Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016
berpusat pada ego (ego network) yaitu
Sumber Data dan Teknik Pengumpulan
mengamati aktor ego yang terlibat dalam
Data
jaringan, dalam hal ini ego dan alter. Level
Dalam Studi ini, Dalam menentukan
analisis pada jaringan komunikasi yang
populasi, penulis menggunakan pendekatan
terbentuk antar kelompok anarkis begal di
nominalis melihat bahwa jaringan dan
Kota
Studi
definisinya bisa ditentukan berdasarkan
deskriptif eksplanatif, yang pertama yaitu
kerangka konseptual dari penulis, populasi
Studi
berusaha
dalam Studi ini dibatasi pada anggota
menggambarkan struktur dan aktor-aktor
kelompok anarkis begal di Kota Makassar.
dalam jaringan. Kemudian Studi ini bersifat
Studi ini untuk mengidentifikasi aktor-aktor
eksplanatif
menjawab
yang akan menjadi responden Studi pada
pertanyaan hubungan jaringan komunikasi
awalnya berdasar informasi dari informan
terhadap keterikatan dan ketergantungan
kunci
anggota kelompok anarkis begal di Kota
mewawancarai beberapa informan yang
Makassar. Pendekatan kualitatif dilakukan
hadir
dengan mewawancarai, anggota kelompok
(Cahyana, 2011). Pendekatan kualitatif pada
anarkis begal di Rumah tahanan, serta
Studi ini menggunakan metode sampel bola
masyarakat yang dianggap menguasai dan
salju (snowball), penarikan sampel dimulai
memahami permasalahan Studi. Metode
dari aktor (kecil) yang kemudian terus-
kuantitatif
untuk
menerus membesar hingga jumlah sampel
sosiometri.
mencukupi. Aktor yang merupakan anggota
Sosiometri dalam hal ini digunakan untuk
kelompok anarkis begal merekomendasikan
mengetahui peran seseorang atau beberapa
teman-temannya sebagai aktor selanjutnya.
orang yang berpengaruh dan merupakan
Informan kunci merupakan orang yang
tokoh-tokoh kunci secara informal, serta
berpengaruh dan memiliki informasi lebih
darimana sumber informasi utama para
dibanding informan lainnya, serta secara
kelompok anarkis begal berasal (Siahaan,
formal merupakan tokoh dalam kelompok
2011).
anarkis begal. Struktur jaringan di kelompok
Makassar.
Dengan
deskriptif
menganalisis
karena
yang
jaringan
jenis
yang
ingin
digunakan
yaitu
yang
dalam
menyarankan
pengajian
secara
untuk
bebas
anarkis begal Kota Makassar, responden
yang dilibatkan dan dipilih memiliki kriteria
sebagai berikut:terlibat dalam kelompok
289
Jurnal Komunikasi KAREBA
Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016
anarkis begal, pernah melakukan aksi begal,
pada Studi ini menggunakan metode sampel
usia di bawah 21 tahun, memahami dan
bola salju (snowball), penarikan sampel
memiliki informasi yang dibutuhkan, dan
dimulai dari aktor (kecil) yang kemudian
bersedia menjadi responden Studi.
terus-menerus membesar hingga jumlah
Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan
observasi,
dan
wawancara
sampel mencukupi. Aktor yang merupakan
anggota
kelompok
anarkis
begal
mendalam.Untuk menganalisis data tentang
merekomendasikan teman-temannya sebagai
jaringan
aktor selanjutnya (Chunke, 2012).
komunikasi
dan
kohesivitas
kelompok dilakukan dengan wawancara
Analisis Data
mendalam kepada kelompok anarkis begal.
Studi ini penulis menggunakan model
Salah satu kesulitan dalam Studi jaringan
kombinasi concurrent triangulation strategy.
adalah menentukan populasi, di mana tidak
Dalam model ini penulis menggunakan
ada
jaringan.
metode kuantitatif dan kualitatif secara
Sedangkan sampel biasanya diambil dari
bersama-sama, baik dalam pengumpulan
populasi yang jelas. Penentuan populasi
data
pada
ditemukan
batas
yang
Studi
tegas
jaringan
pada
lebih
rumit
dan
maupun
analisisnya,
mana
data
yang
dapat
dibedakan.
Fokus
kompleks dibandingkan dengan metode
digabungkan
Studi
Studi
penggabungan dua metode adalah pada
jaringan,
pengumpulan dan analisis data, sehingga
sehingga populasi menjadi sulit ditentukan.
penulis dapat membandingkan data temuan
Kesulitan dalam menentukan populasi akibat
dari kedua metode, yang selanjutnya dapat
aktor terhubung dengan banyak jaringan,
diperoleh
yang
membuat
permasalahan yang ada. Secara kualitatif
(specification
dilakukan wawancara mendalam (in-depth
boundaries) (Eriyanto, 2014). Studi ini
interview) sehingga diperoleh data kualitatif
untuk mengidentifikasi aktor-aktor yang
yang mampu menjelaskan pola jaringan dan
menjadi informan Studi pada awalnya
kecendrungan
berdasar informasi dari informan kunci yang
kemudian
menyarankan
mewawancarai
dengan menggunakan analisis sosiometrik.
beberapa informan yang terlibat kasus begal
Pengolahan dan penyaian data dalam Studi
secara berhati-hati. Pendekatan kualitatif
ini menggunakan software UCINET yaitu
kuantitatif
jaringan,
yang
bisa
pembatasan
lainnya.
diteliti
dilakukan
spesifik
untuk
Pada
yakni
yaitu
atau
kemudian
suatu
kesempatan
kelompok
dilakukan
anarkis
pengolahan
tentang
begal,
data
290
Jurnal Komunikasi KAREBA
Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016
salah satu program pengolah data jaringan
menganalisis data. Selain informan yang
sosial program ini dibuat oleh Analytic
merupakan pelaku tindak anarkis begal,
Technoligies, perusahaan software yang
penulis juga melakukan wawancara kepada
berpusat di lexiangton, Amerika Serikats.
3
Program ini pertama kali diperkenalkan oleh
setempat
Lin Freema, Martin Everett dan Seteve
masyarakat akibat tindak anarkis begal, hasil
Borgatti (Eriyanto, 2014). Metode-metode
wawancara
pengukuran yang biasa digunakan dalam
menjawab pertanyaan rumusan masalah,
analisis jaringan yaitu metode analisis
melainkan sebagai bahan pelengkap terkait
sosiometri,
keresahan masyarakat.
yang
menggambarkan
bertujuan
hubungan
untuk
antar
(orang)
perwakilan
untuk
ini
dari
masyarakat
mengetahui
tidak
keresahan
digunakan
untuk
aktor
Kelompok anarkis begal rata-rata
(responden). Ada dua bentuk dasar analisis
berusia 18-21 tahun. Bahkan tidak ada
sosiometrik, yakni matriks sosiometrik dan
informan dengan umur melebihi 21 tahun
sosiogram atau grafik arah.
dalam Studi ini. Presentase informan paling
banyak pelaku anarkis begal memiliki latar
HASIL
belakang
pendidikan
SLTP,
sedangkan
Pada Studi ini, informan dengan nama
presentase terbanyak kedua yang berlatar
yang disamarkan dalam Studi ini terdiri dari
belakang pendidikan SLTA. Maka dapat
29 orang pelaku begal di Kota Makassar.
dikatakan
Informan yang pernah tertangkap oleh polisi
pendidikan pelaku anarkis begal adalah
adalah 16 orang, sedangkan informan yang
menengah kebawah, bahkan tidak ada
tidak pernah tertangkap oleh polisi adalah 13
informan
orang. Informan yang didapatkan akan
pendidikannya ke tingkat S1. Kelompok
disamarkan namanya, karena bersifat pribadi
anarkis
dan rahasia. Kerahasiaan informan yang
pengangguran dengan jumlah presentase
bersedia
44,82%, pelajar dengan presentase 27,62%
sekaligus
di
wawancarai
informan
oleh
dalam
penulis
yang
begal
rata-rata
melanjutkan
rata-rata
tingkat
tingkat
berstatus
ini
berada pada urutan presentase kedua, yang
merupakan jaminan akan data pribadi yang
dilanjut dengan buruh harian dengan jumlah
bersangkutan.
presentase
Sedangkan
Studi
bahwa
pada
analisis
17,24%,
sedangkan
penjual,
sosiometri, informan akan disebutkan inisial
montir bengkel dan pengamen berjumlah
namanya untuk memudahkan penulis dalam
3,44%. Maka dapat dikatakan bahwa rata-
291
Jurnal Komunikasi KAREBA
Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016
rata tingkat pekerjaan sebelumnya pada
kata lain semakin maraknya pelaku begal,
pelaku
maka tingkat keresahan masyarakat pula
anarkis
begal,
berstatus
pengangguran. Pelaku anarkis begal yang
semakin tinggi.
menjadi informan dalam Studi ini rata-rata
Berdasarkan
hasil
observasi
dan
tinggal bersama orang tua, dengan status
Studi, penulis berasumsi bahwa sebenarnya
orang tua yang harmonis. Selain itu,
pelaku anarkis begal merupakan remaja
perlakuan anak di luar rumah juga sangat
yang terjerumus dalam lingkungan yang
penting
mendesaknya
untuk
menjadi
informasi
dan
untuk
turut
ikut
dalam
sebagai tanggung jawab orang tua, dengan
kriminalitas anarkis begal. Dalam artian
siapa dan dalam bentuk bagaimana anak
bahwa anarkis begal merupakan tren semata,
bergaul di tempat pergaulannya sangatlah
yang
penting untuk diketahui oleh orang tua.
mereka
Penulis
untuk
langsung
memaksa
melakukan
tindakan
kriminalitas begal, sebagai salah satu usaha
Rutan Kelas 1 Makassar, telah melakukan
mereka untuk bergaul dengan lingkungan
aksi anarkis begal mulai dari 1-20 kali ke
pergaulannya. Para pelaku anarkis begal
atas. Berdasarkan pengakuan salah satu
seolah menjadikan aksi anarkis begal ini
tahanan dari Rutan kelas 1 Makassar, Ahsan
sebagai lahan mencari nafkah dan kebiasaan
(19
telah
yang menyenangkan, tanpa memperdulikasi
meninggal, dan dirinya sehari-hari bekerja
rasa kemanusiaan hingga rasa empati bagi
sebagai penjual ikan, mencoba melakukan
para korban mereka, dengan menghalalkan
aksi begal untuk pertama kalinya (1 kali)
berbagai cara demi memuluskan rencana
kemudian langsung tertangkap oleh pihak
mereka dan tidak segan menyakiti siapapun
kepolisian. Beberapa informan mengaku
yang mencoba menghalanginya, terlebih jika
bahwa hasil tindak anarkis begal yang
pelaku sedang berada di bawah pengaruh
digunakan untuk membeli obat terlarang.
obat-obatan. Hal tersebut mendukung pelaku
Pelaku anarkis begal di Kota Makassar rata-
anarkis begal membentuk kelompoknya
rata melakukan aksinya sebanyak 1-3 kali,
sendiri, yang pada awalnya masih dengan
dengan jumlah presentase 62,06%. Terkait
berjumlahkan 1-5 orang hingga terbentuklah
tindak anarkis begal yang dilakukan oleh
kelompok anarkis begal, yang pada Studi ini
para pelaku begal, tidak sedikit mendapat
ada beberapa informan mengaku tidak lagi
respon negatif dari warga sekitar. Dengan
tergolong dari kelompok anarkis begal
Ibu
dan
informan
tidak
di
tahun),
menemukan
secara
Bapaknya
292
Jurnal Komunikasi KAREBA
Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016
dengan alasan yang berbagai macam. Ada
membatasi responden untuk menyebutkan
juga yang tidak ingin menggolongkan
nama-nama orang sesuai kriteria yang telah
dirinya kedalam kelompok anarkis begal,
ditentukan.
Pola
dan
kemudian
diindentifikasi
memilih
kumpulan
membentuk
yang
semacam
didalamnya
tidak
jaringan
berdasarkan
program Netdraw yang ada di dalam
melibatkan banyak orang seperti halnya
UCINET,
kelompok pada umumnya dengan alasan
(Gambar
resiko tertangkap oleh pihak kepolisian
komunikasi
cukup tinggi jika tergabung dalam kelompok
anarkis begal.
anarkis begal yang ada di Kota Makassar.
Analisis Jaringan Komunikasi
Dalam jaringan selalu ada orang yang
memiliki
popularitas
yang
1)
berbentuk
dengan
sosiogram
ampilan
pertemanan
jaringan
pelaku
tindak
Analisis pada level aktor, mengukur
disbanding
posisi seseorang dalam jaringan pertemanan.
dengan yang lain, dan orang ini lebih banyak
Semakin banyak aktor dipilih aktor lain
dipilih oleh anggota jaringan yang lain. Pada
berarti
gambar sosiogram 1 dapat dilihat aktor yang
jaringan. Posisi ini menunjukkan sentralitas
memiliki relasi lebih banyak daripada aktor
seseorang. Pada Studi ini kita mengukur
lainnya.
sentralitas tingkatan (degree centrality),
Relasi
lebih
komunikasi
tersenut
dilambangkan
posisi
semakin
kedekatan
dengan titik (node). Pada sosiogram dapat
keperantaraan
dilihat juga terdapat aktor yang memiliki
Aktor-aktor yang memiliki sentralitas tinggi
peran sebagai penguhubung antar beberapa
akan teridentifikasi sebagai opinioin leaders
kelompok aktor.
(tokoh sentral).
Jaringan
komunikasi
centrality)
dalam
dengan garis (link) dan aktor dilambnagkan
Jaringan Komunikasi Pertemanan
(closeness
popular
(betweenness
dan
centrality).
Analisis pada level kelompok dalam
kelompok
analisis
jaringan
komunikasi
berbicara
anarkis begal di Kota Makassar diwakili
mengenai pengelompokan beberapa aktor
oleh 29 informan, di mana masing-masing
dalam grup di dalam jaringan. Anggota
informan
Ke-29
dalam kelompok ditandai oleh interaksi
informan tidak diberikan daftar nama,
yang tinggi di antara anggotanya. Pada level
melainkan menyebutkan nama informan
ini, komponen yang terbentuk dari jaringan
lainnya
dan
pertemanan hanya ada 1 (satu) komponen
ingatannya (free call). Namun, Studi ini
dengan anggota 68 aktor. Artinya setiap
293
memilih
sesuai
rekannya.
dengan
keiginan
Jurnal Komunikasi KAREBA
Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016
aktor terhubung dengan jaringan utama,
dimanapun dan dilakukan oleh siapapun.
semua aktor memiliki teman dalam jaringan.
Sejauh mana penyimpangan itu terjadi, besar
Sentralisasi (centralization)
atau kecil, dalam skala luas atau sempit
Rumus untuk menentukan sentralisasi suatu
tentu
jaringan sebagi berikut:
keseimbangan kehidupan dalam masyarakat
CD = ∑ (Max (CDi) - CDi)
akan
berakibat
terganggunya
(Borgatti & Everett, 2013). Suatu perilaku
dianggap menyimpang apabila tidak sesuai
n2 - 3n + 2
Dimana CD adalah sentralisasi, Max
(CDi) adalah aktor sentralitas tingkatan
(degree) maksimal dari aktor, CDi adalah
skor sentralitas tingkatan (degree) dari
masing-masing aktor, dan n adalah ukuran
jaringan. Nilai sentralitas tingkatan masing-
dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial
yang berlaku dalam masyarakat atau dengan
kata lain penyimpangan adalah segala
macam pola perilaku yang tidak berhasil
menyesuaikan
pertemanan berdasarkan rumus di atas
adalah 0,1108 atau 11,08%. Angka tersebut
menunjukkan bahwa jaringan cenderung ke
kehendak
Kelompok anarkis begal merupakan
susunan
sosial
yang
terbentuk
secara
informal yang diciptakan oleh komunikasi
antar anggota. Dalam kelompok anarkis
begal tercipta mata rantai yang disebabkan
oleh
desentralisasi.
terhadap
masyarakat (Prastowo, 2012).
masing aktor diambil dari hasil pengolah
data melalui UCINET: Sentralitas jaringan
diri
komunikasi
yang
dilakukan
oleh
masing-masing anggota. Mata rantai ini
membentuk
PEMBAHASAN
Studi
ini
menunjukkan
bahwa
jaringan komunikasi pertemanan kelompok
anarkis begal terbentuk karena adanya
kesamaan tujuan, kesamaan cara pandang
Tindak anarkis begal merupakan
(deviant)
sosial
yang
berkaitan dengan kejahatan yang merugikan
orang
banyak
Penyimpangan
melalui
hubungan
interpersonal antaranggotanya diluar aturan
kelompoknya, seperti jaringan pertemanan
yang membentuk pola jaringan komunikasi
kelompok anarkis begal di Kota Makassar.
Jaringan yang terbentuk dalam interaksi para
dan pola berpikir.
penyimpangan
jaringan
atau
sosial
khalayak
banyak.
dapat
terjadi
pelaku tindak kejahatan anarkis begal ini
difasiliasi
oleh
terbentuknya
kelompok
khusus yang mereka bentuk. Dalam Studi ini
penulis
memfokuskan
pada
jaringan
kelompok anarkis begal yang beranggotakan
294
Jurnal Komunikasi KAREBA
Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016
pelaku tindak anarkis begal (Rogers &
Jaringan
Agarwala, 1967).
begal didominasi pola semua saluran (all
Adanya hubungan keterikatan dan
komunikasi
channel)
pada
kelompok
jaringan
anarkis
komunikasi
ketergangtungan antara anggota kelompok
pertemanan. Aktor-aktor yang ada di dalam
anarkis begal dengan pola komunikasi yang
jaringan merupakan jenis relasi simetris
mereka lakukan setiap harinya, hingga
bersifat dua arah, yakni relasi dimana dua
membentuk pola pikir yang kemudian
aktor saling bersama-sama terlibat dalam
menjadi
relasi
suatu
bentuk
perilaku
yang
tesebut..Penyebaran
anggota
cenderung negatif. Pola pikir yang ada pada
kelompok (aktor) dalam struktur jaringan
kelompok anarkis begal ini bergeser pada
komunikasi, membentuk beberapa opinion
pola interaksi kelompok yang ada pada
leader yang dianggap menguasai informasi
umumnya, yang didalamnya mengalami
dan dengan dengan informasi tersebut
proses dari hasil pemikiran yang rasional,
mampu
baik itu untuk anggota perindividu, maupun
keputusan-keputusan yang diambil oleh
secara keseluruhan dalam kelompoknya. Hal
aktor
ini
Ketergantungan anggota kelompok anarkis
mempengaruhi
pola
pikir
dan
mempengaruhi
lainnya..
ada
perilaku
Keterikatan
hubungannya
dengan
dan
dan
kecendrungan mereka dalam mengambil
begal,
pola
keputusan, yakni melakukan tindak anarkis
jaringan komunikasi mereka. Berdasarkan
begal.
hasil Studi yang telah dilakukan oleh
penulis, maka ada beberapa saran yang
KESIMPULAN
penulis sertakan untuk sebagai acuan Studi
Hasil analisis dari Studi ini dapat
selanjutnya yang serupa: Diharapkan kepada
ditarik beberapa kesimpulan, antara lain;
orang tua terkhusus yang memiliki anak
Berdasarkan
remaja
Hasil
Studi
data
yang
agar
lebih
memperhatikan
didapatkan, berikut adalah karakteristik
pergaulan/lingkungan
begal pada umumnya: Berusia 15-21 tahun,
berinteraksi
didominasi kaum lelaki, pendidikan rendah,
jaringan komunikasi di antara para pelaku
membawa senjata tajam, beroperasi pada
begal secara tidak langsung menggambarkan
malam hari, motor dimodifikasi dan tidak
berhasilnya para oknum pelaku untuk
memenuhi standar keamanan, visi dan misi
merekrut para remaja untuk bergabung
mereka jelas, hanya membuat kekacauan.
dengan kelompok mereka, dan menjadi
295
sehari-hari.
dimana
anak
Terbentuknya
Jurnal Komunikasi KAREBA
gambaran gagalya aparatur Negara dalam
memberantas kelompok tersebut.
DAFTAR RUJUKAN
Borgatti S.P & Everett M.G. (2013).
Analyzing Social Networks. SAGE.
London: Publication Ltd.
Cahyana. (2011). “Pengukuran dalam
Analisis
Jaringan
Komunikasi”.
Dalam Bagong Suyanto dan Sutinah
(eds). Metode Studi Sosial. Jakarta:
Kencana.
Chunke S. (2012). Who Knows Who Knows
What In The Group? The Effects Of
Communication Network Centralities,
Use
Of
Digital
Knowledge
Repositories, And Work Remoteness
On
Organizational.
Members’
Accuracy In Expertise Recognition,
614-640.
Eriyanto.
(2014).
Analisis
Jaringan
Komunikasi.
Jakarta:
Kencana
Prenadamedia Group.
Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016
Hadisuprapto H. (2014). Studi Tentang
Makna Penyimpangan Perilaku Di
Kalangan Remaja. Jurnal Kriminologi
Indonesia, 9 – 18.
Kartono. (2010). Patologi Sosial 2
Kenakalan Remaja. Jakarta: Raja
Grafindo persada.
Prastowo A. (2012). Seabrek Perilaku/
Sikap Orang Tua yang Harus di
Hindari Terhadap Anak. Bantul: Buku
Biru.
Rogers E.M. & Agarwala. (1976).
Communication
networks
in
organizasations. Newyork, Free Press.
Siahaan M. (2011). Metode Sosiometri
dalam Bagong Suyanto dan Sutinah
(eds). Metode Studi Sosial. Jakarta:
Kencana.
Sugiyono. (2009). Metode Studi Kuantitatif
dan Kualitatif. Bandung: CV.Alfabeta.
Zulfikar. (2013). Pola Jaringan Komunikasi
Kelompok Dalam Menumbuhkan
Solidaritas
Aksi
Unjuk
Rasa
Mahasiswa di Kota Makassar.
Makassar : Program Pasca Sarjana
Universitas Hasanuddin.
296
Jurnal Komunikasi KAREBA
Gambar 1
297
Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016
Sosiogram Jaringan Pertemanan
Jurnal Komunikasi KAREBA
Tabel 1
Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016
Keterangan Sosiogram Jaringan Pertemanan
Nama Informan
Arkam (A1)
Abong (A2)
Abid (A3)
Ato (A4)
Aso (A5)
Adi (A6)
Algi (A7)
Arga (A8)
Ahmadi (A9)
Alan (A10)
Aldo (A11)
Alim (A12)
Ari (A13)
Aspar (A14)
Anto (15)
Andi Hara (A16)
Andi Taufan (A17)
Ansar (A18)
Andi (A19)
Apri (A20)
Arham (A21)
Aris (A22)
Aziz (A23)
Alvan (A24)
Aswin (A25)
Ato (A26)
Awi (A27)
Baha (B1)
Baba (B2)
Bento (B3)
Boti (B4)
Cullang (C1)
Darwis (D1)
Dedi (D2)
Didi (D3)
Eki (E1)
Eso (E2)
Eri (E3)
Endri (E4)
Eko (E5)
Erwin (E6)
Evon (E7)
Fatur (F1)
Fahran (F2)
Fando (F3)
Fadel (F4)
Faras (F5)
Fei (F6)
Fidi (F7)
Fijar (F8)
Gala (G1)
Gito (G2)
Gunarso (G3)
Gusli (G4)
Hasrul (H1)
Haidir (H2)
Hanre (H3)
Hambaki (H5)
Henra (H6)
Hisbullah (H7)
Icul (I1)
Ikra (I2)
Ilam (I3)
Immank (I4)
Irfan (I5)
Jabrik (J1)
Jojo (J2)
Jordan (J3)
Jupri (J4)
Jupriadi (J5)
Julham (J6)
Keysa (K1)
Kippi (K2)
Kuryanto (K3)
Latif (L1)
Markus (M1)
Mardi (M2)
Mumu (M3)
Muncu (M4)
Mustakim (M5)
Nenra (N1)
Ofi (O1)
Opi (O2)
Omar (O3)
Pardi (P1)
Rakuti (R1)
Rasyid (R2)
Rendi (R3)
Rafli (R4)
Razak (R4)
Rian (R5)
Rian (R6)
Rahim (R7)
Rizal (R8)
Rijal (R9)
Rojab (R10)
Rossi (R11)
Raka (R12)
Rahman (R13)
Sadar (S1)
Sendi (S2)
Sapri (S3)
Saleh (S4)
Suyono (S5)
Sangkala (S6)
Toni (T1)
Tanwir (T2)
Tamrin (T3)
Tamtam (T4)
Tono (T5)
Tedi (T6)
Uje (U1)
Ulla (U2)
Upi (U3)
Ulil (U4)
Wandi (W1)
Wanto (W2)
Wardi (W3)
Yono (Y1)
Yanto (Y2)
Yuri (Y3)
298
Download