Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016 BEGAL DAN KERESAHAN MASYARAKAT (JARINGAN KOMUNIKASI KELOMPOK ANARKIS DI KOTA MAKASSAR) Nur Salwiyani Gani, Andi Alimuddin Unde Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin ABSTRACT Begal is one crime that is rampant form of violence for the victims. The purpose of this study is to analyze how the communication network begal anarchist groups in the city of Makassar. The approach used in this study is a combination of qualitative and quantitative methods (mixed methods). The data in this study in the form of data processed from the relevant agencies, interviews begal members of anarchist groups and community leaders, whether in the form of text, tables, matrices and sosiogram. The results showed that the motor group of anarchists bermetamarfosis be robber. Birth of a motorcycle gang, the average beginning of a bunch of teenagers who like wild races and actions that challenge the danger on the eve of early morning on the highway. In the gang then appear own language with the use of words and specific terms that can only be understood by the gang members themselves, in order to carry out the action with committing a crime, as did the robbery on the highway, and the place that they think could be the place for action, be it morning, noon and night. Ketergangtungan attachment and relationship between members of anarchist groups robber with communication patterns that they do every day, to form the mindset which then becomes a form of behavior that tend to be negative and deviant behavior. The robber anarchy regarding the crimes to the detriment of many. Begal anarchist group is a social arrangement which formed informally created by communication between members. In begal anarchist group created the chain caused by communications made by each member. This chain form a network through interpersonal relationships antaranggotanya unconventional group, such as a network of friends that form a pattern of communication network anarchist group begal in Makassar. The mindset that existed at the robber's anarchist group shifted the pattern of group interaction that exist in general, which also experienced a process of rational thinking results, both for members perindividu, as well as the overall group. This affects their thought patterns and trends in making decisions, which is doing anarchy robber. Keywords: Mixed Methods; robber; restlessness Societ; Communication Networks ABSTRAK Begal merupakan salah satu tindak kriminal yang marak terjadi berbentuk kekerasan bagi para korbannya. Tujuan Studi ini adalah Menganalisis bagaimana jaringan komunikasi kelompok anarkis begal yang ada di Kota Makassar. Pendekatan yang digunakan dalam Studi ini adalah gabungan antara metode kualitatif dan metode kuantitatif (mixed methods). Data dalam Studi ini berupa data olahan dari instansi terkait, hasil wawancara anggota kelompok anarkis begal dan tokoh masyarakat , baik berupa teks, tabel, matriks maupun sosiogram. Hasil Studi menunjukkan Kelompok motor yang bermetamarfosis menjadi kelompok anarkis begal. Kelahiran geng motor, ratarata diawali dari kumpulan remaja yang hobi balapan liar dan aksi-aksi yang menantang bahaya pada malam menjelang dini hari di jalan raya. Di dalam kelompok geng kemudian muncul bahasa sendiri dengan penggunaan kata dan istilah khusus yang hanya dapat dimengerti oleh para anggota geng itu sendiri, guna menjalankan aksinya dengan melakukan tindak kriminal, seperti melakukan pembegalan di jalan raya, dan ditempat yang menurut mereka bisa menjadi tempat beraksi, baik itu pagi, siang maupun malam hari. Adanya hubungan keterikatan dan ketergangtungan antara anggota kelompok anarkis begal dengan pola komunikasi yang mereka lakukan setiap harinya, hingga membentuk pola pikir yang kemudian menjadi suatu bentuk perilaku yang cenderung negatif dan menjadi perilaku yang menyimpang. Tindak anarkis begal tersebut berkaitan dengan kejahatan yang merugikan orang banyak. Kelompok anarkis begal merupakan susunan sosial yang terbentuk secara informal yang diciptakan oleh komunikasi antar anggota. Dalam kelompok anarkis begal tercipta mata rantai yang disebabkan oleh komunikasi yang dilakukan oleh masing-masing anggota. Mata rantai ini membentuk jaringan melalui hubungan interpersonal antaranggotanya diluar aturan kelompoknya, seperti jaringan pertemanan yang membentuk pola jaringan komunikasi kelompok anarkis begal di Kota Makassar. Pola pikir yang ada pada kelompok anarkis begal ini bergeser pada pola interaksi kelompok yang ada pada umumnya, yang didalamnya mengalami proses dari hasil pemikiran yang rasional, baik itu untuk 286 Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016 anggota perindividu, maupun secara keseluruhan dalam kelompoknya. Hal ini mempengaruhi pola pikir dan kecendrungan mereka dalam mengambil keputusan, yakni melakukan tindak anarkis begal. Kata kunci: Mixed Methods; Begal; Keresahan Masyarakat; Jaringan Komunikasi PENDAHULUAN Saat ini terjerumus masyarakat kedalam pergaulan negatif telah tersebut, bagaimana lingkungan yang ada di menunjukan perilaku sosial yang ada pada sekitar individu yang secara langsung akan individu, seperti ketergantungan dengan membentuk pergaulan yang ada seperti di kalangan khususunya pada kalangan remaja dalam remaja saat ini, mengakibatkan timbulnya kesehariaannya terkait proses komunikasi beberapa perilaku menyimpang. Dalam yang terjadi disekitarnya. Perilaku remaja perspektif perilaku menyimpang masalah masa kini semakin bertolak belakang dengan sosial terjadi karena terdapat penyimpangan norma yang berlaku di Indonesia. Dengan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial semakin pesatnya perkembangan teknologi, ataupun dari nilai dan norma sosial yang diikuti dengan banyaknya penyalahgunaan berlaku (Kartono, 2010). teknologi Suatu pergaulan yang negatif bisa di kepribadian tersebut untuk individu, hal-hal yang negatif. hindari jika individu tersebut memiliki Fenomena begal atau perampasan di kekuatan iman yang ada pada dirinya, agar jalan tidak pergaulannya masyarakat. Warga masyarakat diresahkan seperti sekarang yang sedang merajalela di oleh aksi komplotan begal yang disertai kalangan remaja, dan dari perilaku manusia dengan kekerasan dan senjata tajam. Aksi pun menjadi sebuah dampak kejahatan yang ini, menjadi momok yang menakutkan di ada di dunia, tanpa disadari kita pun sudah jalanan bagi seluruh masyarakat Indonesia. membuka peluang kejahatan di dunia karena Bukan hanya terjadi di pinggiran kota, kesalahan dari individu. namun fenomena ini bagaikan hujan salju, menyalahgunakan Tidak semua dan menjadi negatif, ada juga remaja yang mengetahui meresahkan pergaulan yang begitu luas, namun tidak daerah di Indonesia. Mulai dari Sabang larut dan terjebak dalam kehidupannya sampai Merauke (hadisuprapto, 2014). pada telah berbagai adalah, Makassar merupakan salah satu dari kesalahan dari pergaulan remaja, sehingga lima kota terbesar di Indonesia. Dalam 287 utamanya masyarakat yang di menjadi Faktor akut popular remaja terjebak dalam pergaulan yang sehari-hari. fenomena sangat Jurnal Komunikasi KAREBA perkembangannya Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016 Makassar mengalami berhubungan dengan pemimpinnya dan perkembangan yang sangat pesat dalam sesama anggota. Jadi, pemimpin sebagai bidang ekonomi, infrastruktur dan lain komunikator juga bisa berubah menjadi sebagainya. komunikan begitupun sebaliknya. Setiap Sebagai perkembangan dampak tersebut dari Makassar anggota dapat berkomunikasi dan menghadapi masalah sosial kemasyarakatan melakukan timbal balik dengan semua yang tidak sedikit pula, dan salah satu anggota kelompok yang lain. Komunikasi problem pokok yang dihadapi oleh kota yang terbangun diantara para anggota para besar begal adalah kriminalitas di kalangan remaja. dari komunikasi interpersonal, dimana dengan kesamaan Jaringan metode berangkat komunikasi Studi yang merupakan digunakan untuk tujuan, situasi mereka hadapi, mengantarkan suatu terjalin diantara dimana data hubungan mengenai arus komunikasi dianalisis dengan menggunakan mereka yang frekuensinya semakin sering. Berdasarkan fenomena di atas, maka analisisnya. penulis tertarik untuk mengkaji tentang Jaringan merupakan salah satu cara untuk bagaimana fenomena Begal dan Keresahan memahami perilaku manusia. Terkait hal Masyarakat; tersebut, suatu jaringan komunikasi terjadi Komunikasi kelompok anarkis di Kota di antara individu-individu yang saling Makassar) sebagai tipe intensitas hubungan interpersonal beberapa bahan kesamaan kondisi ekonomi yang mereka mengidentifikasi struktur komunikasi dalam sistem, berada unit berhubungan satu sama lain melalui arus komunikasi yang terpola, saling mempengaruhi dan berbagi informasi untuk (suatu studi Jaringan Studi ini bertujuan menganalisis pola jaringan komunikasi kelompok anarkis begal yang ada di Kota Makassar. mencapai tujuan bersama (Zulfikar, 2013). Penggunaan pola jaringan dapat METODE mengidentifikasi situasional suatu kelompok Pada Studi ini, penulis melakukan dengan seorang pemimpin yang menjadi Studi menggunakan pendekatan gabungan fokus perhatian. Ia dapat berhubungan antara metode kualitatif dan kuantitatif dengan seluruh anggota kelompok, dan (mixed methods) (Sugiyono, 2009). Desain setiap Studi yang digunakan adalah jaringan anggota kelompok hanya bisa 288 Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016 berpusat pada ego (ego network) yaitu Sumber Data dan Teknik Pengumpulan mengamati aktor ego yang terlibat dalam Data jaringan, dalam hal ini ego dan alter. Level Dalam Studi ini, Dalam menentukan analisis pada jaringan komunikasi yang populasi, penulis menggunakan pendekatan terbentuk antar kelompok anarkis begal di nominalis melihat bahwa jaringan dan Kota Studi definisinya bisa ditentukan berdasarkan deskriptif eksplanatif, yang pertama yaitu kerangka konseptual dari penulis, populasi Studi berusaha dalam Studi ini dibatasi pada anggota menggambarkan struktur dan aktor-aktor kelompok anarkis begal di Kota Makassar. dalam jaringan. Kemudian Studi ini bersifat Studi ini untuk mengidentifikasi aktor-aktor eksplanatif menjawab yang akan menjadi responden Studi pada pertanyaan hubungan jaringan komunikasi awalnya berdasar informasi dari informan terhadap keterikatan dan ketergantungan kunci anggota kelompok anarkis begal di Kota mewawancarai beberapa informan yang Makassar. Pendekatan kualitatif dilakukan hadir dengan mewawancarai, anggota kelompok (Cahyana, 2011). Pendekatan kualitatif pada anarkis begal di Rumah tahanan, serta Studi ini menggunakan metode sampel bola masyarakat yang dianggap menguasai dan salju (snowball), penarikan sampel dimulai memahami permasalahan Studi. Metode dari aktor (kecil) yang kemudian terus- kuantitatif untuk menerus membesar hingga jumlah sampel sosiometri. mencukupi. Aktor yang merupakan anggota Sosiometri dalam hal ini digunakan untuk kelompok anarkis begal merekomendasikan mengetahui peran seseorang atau beberapa teman-temannya sebagai aktor selanjutnya. orang yang berpengaruh dan merupakan Informan kunci merupakan orang yang tokoh-tokoh kunci secara informal, serta berpengaruh dan memiliki informasi lebih darimana sumber informasi utama para dibanding informan lainnya, serta secara kelompok anarkis begal berasal (Siahaan, formal merupakan tokoh dalam kelompok 2011). anarkis begal. Struktur jaringan di kelompok Makassar. Dengan deskriptif menganalisis karena yang jaringan jenis yang ingin digunakan yaitu yang dalam menyarankan pengajian secara untuk bebas anarkis begal Kota Makassar, responden yang dilibatkan dan dipilih memiliki kriteria sebagai berikut:terlibat dalam kelompok 289 Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016 anarkis begal, pernah melakukan aksi begal, pada Studi ini menggunakan metode sampel usia di bawah 21 tahun, memahami dan bola salju (snowball), penarikan sampel memiliki informasi yang dibutuhkan, dan dimulai dari aktor (kecil) yang kemudian bersedia menjadi responden Studi. terus-menerus membesar hingga jumlah Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dan wawancara sampel mencukupi. Aktor yang merupakan anggota kelompok anarkis begal mendalam.Untuk menganalisis data tentang merekomendasikan teman-temannya sebagai jaringan aktor selanjutnya (Chunke, 2012). komunikasi dan kohesivitas kelompok dilakukan dengan wawancara Analisis Data mendalam kepada kelompok anarkis begal. Studi ini penulis menggunakan model Salah satu kesulitan dalam Studi jaringan kombinasi concurrent triangulation strategy. adalah menentukan populasi, di mana tidak Dalam model ini penulis menggunakan ada jaringan. metode kuantitatif dan kualitatif secara Sedangkan sampel biasanya diambil dari bersama-sama, baik dalam pengumpulan populasi yang jelas. Penentuan populasi data pada ditemukan batas yang Studi tegas jaringan pada lebih rumit dan maupun analisisnya, mana data yang dapat dibedakan. Fokus kompleks dibandingkan dengan metode digabungkan Studi Studi penggabungan dua metode adalah pada jaringan, pengumpulan dan analisis data, sehingga sehingga populasi menjadi sulit ditentukan. penulis dapat membandingkan data temuan Kesulitan dalam menentukan populasi akibat dari kedua metode, yang selanjutnya dapat aktor terhubung dengan banyak jaringan, diperoleh yang membuat permasalahan yang ada. Secara kualitatif (specification dilakukan wawancara mendalam (in-depth boundaries) (Eriyanto, 2014). Studi ini interview) sehingga diperoleh data kualitatif untuk mengidentifikasi aktor-aktor yang yang mampu menjelaskan pola jaringan dan menjadi informan Studi pada awalnya kecendrungan berdasar informasi dari informan kunci yang kemudian menyarankan mewawancarai dengan menggunakan analisis sosiometrik. beberapa informan yang terlibat kasus begal Pengolahan dan penyaian data dalam Studi secara berhati-hati. Pendekatan kualitatif ini menggunakan software UCINET yaitu kuantitatif jaringan, yang bisa pembatasan lainnya. diteliti dilakukan spesifik untuk Pada yakni yaitu atau kemudian suatu kesempatan kelompok dilakukan anarkis pengolahan tentang begal, data 290 Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016 salah satu program pengolah data jaringan menganalisis data. Selain informan yang sosial program ini dibuat oleh Analytic merupakan pelaku tindak anarkis begal, Technoligies, perusahaan software yang penulis juga melakukan wawancara kepada berpusat di lexiangton, Amerika Serikats. 3 Program ini pertama kali diperkenalkan oleh setempat Lin Freema, Martin Everett dan Seteve masyarakat akibat tindak anarkis begal, hasil Borgatti (Eriyanto, 2014). Metode-metode wawancara pengukuran yang biasa digunakan dalam menjawab pertanyaan rumusan masalah, analisis jaringan yaitu metode analisis melainkan sebagai bahan pelengkap terkait sosiometri, keresahan masyarakat. yang menggambarkan bertujuan hubungan untuk antar (orang) perwakilan untuk ini dari masyarakat mengetahui tidak keresahan digunakan untuk aktor Kelompok anarkis begal rata-rata (responden). Ada dua bentuk dasar analisis berusia 18-21 tahun. Bahkan tidak ada sosiometrik, yakni matriks sosiometrik dan informan dengan umur melebihi 21 tahun sosiogram atau grafik arah. dalam Studi ini. Presentase informan paling banyak pelaku anarkis begal memiliki latar HASIL belakang pendidikan SLTP, sedangkan Pada Studi ini, informan dengan nama presentase terbanyak kedua yang berlatar yang disamarkan dalam Studi ini terdiri dari belakang pendidikan SLTA. Maka dapat 29 orang pelaku begal di Kota Makassar. dikatakan Informan yang pernah tertangkap oleh polisi pendidikan pelaku anarkis begal adalah adalah 16 orang, sedangkan informan yang menengah kebawah, bahkan tidak ada tidak pernah tertangkap oleh polisi adalah 13 informan orang. Informan yang didapatkan akan pendidikannya ke tingkat S1. Kelompok disamarkan namanya, karena bersifat pribadi anarkis dan rahasia. Kerahasiaan informan yang pengangguran dengan jumlah presentase bersedia 44,82%, pelajar dengan presentase 27,62% sekaligus di wawancarai informan oleh dalam penulis yang begal rata-rata melanjutkan rata-rata tingkat tingkat berstatus ini berada pada urutan presentase kedua, yang merupakan jaminan akan data pribadi yang dilanjut dengan buruh harian dengan jumlah bersangkutan. presentase Sedangkan Studi bahwa pada analisis 17,24%, sedangkan penjual, sosiometri, informan akan disebutkan inisial montir bengkel dan pengamen berjumlah namanya untuk memudahkan penulis dalam 3,44%. Maka dapat dikatakan bahwa rata- 291 Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016 rata tingkat pekerjaan sebelumnya pada kata lain semakin maraknya pelaku begal, pelaku maka tingkat keresahan masyarakat pula anarkis begal, berstatus pengangguran. Pelaku anarkis begal yang semakin tinggi. menjadi informan dalam Studi ini rata-rata Berdasarkan hasil observasi dan tinggal bersama orang tua, dengan status Studi, penulis berasumsi bahwa sebenarnya orang tua yang harmonis. Selain itu, pelaku anarkis begal merupakan remaja perlakuan anak di luar rumah juga sangat yang terjerumus dalam lingkungan yang penting mendesaknya untuk menjadi informasi dan untuk turut ikut dalam sebagai tanggung jawab orang tua, dengan kriminalitas anarkis begal. Dalam artian siapa dan dalam bentuk bagaimana anak bahwa anarkis begal merupakan tren semata, bergaul di tempat pergaulannya sangatlah yang penting untuk diketahui oleh orang tua. mereka Penulis untuk langsung memaksa melakukan tindakan kriminalitas begal, sebagai salah satu usaha Rutan Kelas 1 Makassar, telah melakukan mereka untuk bergaul dengan lingkungan aksi anarkis begal mulai dari 1-20 kali ke pergaulannya. Para pelaku anarkis begal atas. Berdasarkan pengakuan salah satu seolah menjadikan aksi anarkis begal ini tahanan dari Rutan kelas 1 Makassar, Ahsan sebagai lahan mencari nafkah dan kebiasaan (19 telah yang menyenangkan, tanpa memperdulikasi meninggal, dan dirinya sehari-hari bekerja rasa kemanusiaan hingga rasa empati bagi sebagai penjual ikan, mencoba melakukan para korban mereka, dengan menghalalkan aksi begal untuk pertama kalinya (1 kali) berbagai cara demi memuluskan rencana kemudian langsung tertangkap oleh pihak mereka dan tidak segan menyakiti siapapun kepolisian. Beberapa informan mengaku yang mencoba menghalanginya, terlebih jika bahwa hasil tindak anarkis begal yang pelaku sedang berada di bawah pengaruh digunakan untuk membeli obat terlarang. obat-obatan. Hal tersebut mendukung pelaku Pelaku anarkis begal di Kota Makassar rata- anarkis begal membentuk kelompoknya rata melakukan aksinya sebanyak 1-3 kali, sendiri, yang pada awalnya masih dengan dengan jumlah presentase 62,06%. Terkait berjumlahkan 1-5 orang hingga terbentuklah tindak anarkis begal yang dilakukan oleh kelompok anarkis begal, yang pada Studi ini para pelaku begal, tidak sedikit mendapat ada beberapa informan mengaku tidak lagi respon negatif dari warga sekitar. Dengan tergolong dari kelompok anarkis begal Ibu dan informan tidak di tahun), menemukan secara Bapaknya 292 Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016 dengan alasan yang berbagai macam. Ada membatasi responden untuk menyebutkan juga yang tidak ingin menggolongkan nama-nama orang sesuai kriteria yang telah dirinya kedalam kelompok anarkis begal, ditentukan. Pola dan kemudian diindentifikasi memilih kumpulan membentuk yang semacam didalamnya tidak jaringan berdasarkan program Netdraw yang ada di dalam melibatkan banyak orang seperti halnya UCINET, kelompok pada umumnya dengan alasan (Gambar resiko tertangkap oleh pihak kepolisian komunikasi cukup tinggi jika tergabung dalam kelompok anarkis begal. anarkis begal yang ada di Kota Makassar. Analisis Jaringan Komunikasi Dalam jaringan selalu ada orang yang memiliki popularitas yang 1) berbentuk dengan sosiogram ampilan pertemanan jaringan pelaku tindak Analisis pada level aktor, mengukur disbanding posisi seseorang dalam jaringan pertemanan. dengan yang lain, dan orang ini lebih banyak Semakin banyak aktor dipilih aktor lain dipilih oleh anggota jaringan yang lain. Pada berarti gambar sosiogram 1 dapat dilihat aktor yang jaringan. Posisi ini menunjukkan sentralitas memiliki relasi lebih banyak daripada aktor seseorang. Pada Studi ini kita mengukur lainnya. sentralitas tingkatan (degree centrality), Relasi lebih komunikasi tersenut dilambangkan posisi semakin kedekatan dengan titik (node). Pada sosiogram dapat keperantaraan dilihat juga terdapat aktor yang memiliki Aktor-aktor yang memiliki sentralitas tinggi peran sebagai penguhubung antar beberapa akan teridentifikasi sebagai opinioin leaders kelompok aktor. (tokoh sentral). Jaringan komunikasi centrality) dalam dengan garis (link) dan aktor dilambnagkan Jaringan Komunikasi Pertemanan (closeness popular (betweenness dan centrality). Analisis pada level kelompok dalam kelompok analisis jaringan komunikasi berbicara anarkis begal di Kota Makassar diwakili mengenai pengelompokan beberapa aktor oleh 29 informan, di mana masing-masing dalam grup di dalam jaringan. Anggota informan Ke-29 dalam kelompok ditandai oleh interaksi informan tidak diberikan daftar nama, yang tinggi di antara anggotanya. Pada level melainkan menyebutkan nama informan ini, komponen yang terbentuk dari jaringan lainnya dan pertemanan hanya ada 1 (satu) komponen ingatannya (free call). Namun, Studi ini dengan anggota 68 aktor. Artinya setiap 293 memilih sesuai rekannya. dengan keiginan Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016 aktor terhubung dengan jaringan utama, dimanapun dan dilakukan oleh siapapun. semua aktor memiliki teman dalam jaringan. Sejauh mana penyimpangan itu terjadi, besar Sentralisasi (centralization) atau kecil, dalam skala luas atau sempit Rumus untuk menentukan sentralisasi suatu tentu jaringan sebagi berikut: keseimbangan kehidupan dalam masyarakat CD = ∑ (Max (CDi) - CDi) akan berakibat terganggunya (Borgatti & Everett, 2013). Suatu perilaku dianggap menyimpang apabila tidak sesuai n2 - 3n + 2 Dimana CD adalah sentralisasi, Max (CDi) adalah aktor sentralitas tingkatan (degree) maksimal dari aktor, CDi adalah skor sentralitas tingkatan (degree) dari masing-masing aktor, dan n adalah ukuran jaringan. Nilai sentralitas tingkatan masing- dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat atau dengan kata lain penyimpangan adalah segala macam pola perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan pertemanan berdasarkan rumus di atas adalah 0,1108 atau 11,08%. Angka tersebut menunjukkan bahwa jaringan cenderung ke kehendak Kelompok anarkis begal merupakan susunan sosial yang terbentuk secara informal yang diciptakan oleh komunikasi antar anggota. Dalam kelompok anarkis begal tercipta mata rantai yang disebabkan oleh desentralisasi. terhadap masyarakat (Prastowo, 2012). masing aktor diambil dari hasil pengolah data melalui UCINET: Sentralitas jaringan diri komunikasi yang dilakukan oleh masing-masing anggota. Mata rantai ini membentuk PEMBAHASAN Studi ini menunjukkan bahwa jaringan komunikasi pertemanan kelompok anarkis begal terbentuk karena adanya kesamaan tujuan, kesamaan cara pandang Tindak anarkis begal merupakan (deviant) sosial yang berkaitan dengan kejahatan yang merugikan orang banyak Penyimpangan melalui hubungan interpersonal antaranggotanya diluar aturan kelompoknya, seperti jaringan pertemanan yang membentuk pola jaringan komunikasi kelompok anarkis begal di Kota Makassar. Jaringan yang terbentuk dalam interaksi para dan pola berpikir. penyimpangan jaringan atau sosial khalayak banyak. dapat terjadi pelaku tindak kejahatan anarkis begal ini difasiliasi oleh terbentuknya kelompok khusus yang mereka bentuk. Dalam Studi ini penulis memfokuskan pada jaringan kelompok anarkis begal yang beranggotakan 294 Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016 pelaku tindak anarkis begal (Rogers & Jaringan Agarwala, 1967). begal didominasi pola semua saluran (all Adanya hubungan keterikatan dan komunikasi channel) pada kelompok jaringan anarkis komunikasi ketergangtungan antara anggota kelompok pertemanan. Aktor-aktor yang ada di dalam anarkis begal dengan pola komunikasi yang jaringan merupakan jenis relasi simetris mereka lakukan setiap harinya, hingga bersifat dua arah, yakni relasi dimana dua membentuk pola pikir yang kemudian aktor saling bersama-sama terlibat dalam menjadi relasi suatu bentuk perilaku yang tesebut..Penyebaran anggota cenderung negatif. Pola pikir yang ada pada kelompok (aktor) dalam struktur jaringan kelompok anarkis begal ini bergeser pada komunikasi, membentuk beberapa opinion pola interaksi kelompok yang ada pada leader yang dianggap menguasai informasi umumnya, yang didalamnya mengalami dan dengan dengan informasi tersebut proses dari hasil pemikiran yang rasional, mampu baik itu untuk anggota perindividu, maupun keputusan-keputusan yang diambil oleh secara keseluruhan dalam kelompoknya. Hal aktor ini Ketergantungan anggota kelompok anarkis mempengaruhi pola pikir dan mempengaruhi lainnya.. ada perilaku Keterikatan hubungannya dengan dan dan kecendrungan mereka dalam mengambil begal, pola keputusan, yakni melakukan tindak anarkis jaringan komunikasi mereka. Berdasarkan begal. hasil Studi yang telah dilakukan oleh penulis, maka ada beberapa saran yang KESIMPULAN penulis sertakan untuk sebagai acuan Studi Hasil analisis dari Studi ini dapat selanjutnya yang serupa: Diharapkan kepada ditarik beberapa kesimpulan, antara lain; orang tua terkhusus yang memiliki anak Berdasarkan remaja Hasil Studi data yang agar lebih memperhatikan didapatkan, berikut adalah karakteristik pergaulan/lingkungan begal pada umumnya: Berusia 15-21 tahun, berinteraksi didominasi kaum lelaki, pendidikan rendah, jaringan komunikasi di antara para pelaku membawa senjata tajam, beroperasi pada begal secara tidak langsung menggambarkan malam hari, motor dimodifikasi dan tidak berhasilnya para oknum pelaku untuk memenuhi standar keamanan, visi dan misi merekrut para remaja untuk bergabung mereka jelas, hanya membuat kekacauan. dengan kelompok mereka, dan menjadi 295 sehari-hari. dimana anak Terbentuknya Jurnal Komunikasi KAREBA gambaran gagalya aparatur Negara dalam memberantas kelompok tersebut. DAFTAR RUJUKAN Borgatti S.P & Everett M.G. (2013). Analyzing Social Networks. SAGE. London: Publication Ltd. Cahyana. (2011). “Pengukuran dalam Analisis Jaringan Komunikasi”. Dalam Bagong Suyanto dan Sutinah (eds). Metode Studi Sosial. Jakarta: Kencana. Chunke S. (2012). Who Knows Who Knows What In The Group? The Effects Of Communication Network Centralities, Use Of Digital Knowledge Repositories, And Work Remoteness On Organizational. Members’ Accuracy In Expertise Recognition, 614-640. Eriyanto. (2014). Analisis Jaringan Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016 Hadisuprapto H. (2014). Studi Tentang Makna Penyimpangan Perilaku Di Kalangan Remaja. Jurnal Kriminologi Indonesia, 9 – 18. Kartono. (2010). Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta: Raja Grafindo persada. Prastowo A. (2012). Seabrek Perilaku/ Sikap Orang Tua yang Harus di Hindari Terhadap Anak. Bantul: Buku Biru. Rogers E.M. & Agarwala. (1976). Communication networks in organizasations. Newyork, Free Press. Siahaan M. (2011). Metode Sosiometri dalam Bagong Suyanto dan Sutinah (eds). Metode Studi Sosial. Jakarta: Kencana. Sugiyono. (2009). Metode Studi Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV.Alfabeta. Zulfikar. (2013). Pola Jaringan Komunikasi Kelompok Dalam Menumbuhkan Solidaritas Aksi Unjuk Rasa Mahasiswa di Kota Makassar. Makassar : Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin. 296 Jurnal Komunikasi KAREBA Gambar 1 297 Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016 Sosiogram Jaringan Pertemanan Jurnal Komunikasi KAREBA Tabel 1 Vol. 5 No.2 Juli - Desember 2016 Keterangan Sosiogram Jaringan Pertemanan Nama Informan Arkam (A1) Abong (A2) Abid (A3) Ato (A4) Aso (A5) Adi (A6) Algi (A7) Arga (A8) Ahmadi (A9) Alan (A10) Aldo (A11) Alim (A12) Ari (A13) Aspar (A14) Anto (15) Andi Hara (A16) Andi Taufan (A17) Ansar (A18) Andi (A19) Apri (A20) Arham (A21) Aris (A22) Aziz (A23) Alvan (A24) Aswin (A25) Ato (A26) Awi (A27) Baha (B1) Baba (B2) Bento (B3) Boti (B4) Cullang (C1) Darwis (D1) Dedi (D2) Didi (D3) Eki (E1) Eso (E2) Eri (E3) Endri (E4) Eko (E5) Erwin (E6) Evon (E7) Fatur (F1) Fahran (F2) Fando (F3) Fadel (F4) Faras (F5) Fei (F6) Fidi (F7) Fijar (F8) Gala (G1) Gito (G2) Gunarso (G3) Gusli (G4) Hasrul (H1) Haidir (H2) Hanre (H3) Hambaki (H5) Henra (H6) Hisbullah (H7) Icul (I1) Ikra (I2) Ilam (I3) Immank (I4) Irfan (I5) Jabrik (J1) Jojo (J2) Jordan (J3) Jupri (J4) Jupriadi (J5) Julham (J6) Keysa (K1) Kippi (K2) Kuryanto (K3) Latif (L1) Markus (M1) Mardi (M2) Mumu (M3) Muncu (M4) Mustakim (M5) Nenra (N1) Ofi (O1) Opi (O2) Omar (O3) Pardi (P1) Rakuti (R1) Rasyid (R2) Rendi (R3) Rafli (R4) Razak (R4) Rian (R5) Rian (R6) Rahim (R7) Rizal (R8) Rijal (R9) Rojab (R10) Rossi (R11) Raka (R12) Rahman (R13) Sadar (S1) Sendi (S2) Sapri (S3) Saleh (S4) Suyono (S5) Sangkala (S6) Toni (T1) Tanwir (T2) Tamrin (T3) Tamtam (T4) Tono (T5) Tedi (T6) Uje (U1) Ulla (U2) Upi (U3) Ulil (U4) Wandi (W1) Wanto (W2) Wardi (W3) Yono (Y1) Yanto (Y2) Yuri (Y3) 298