universitas indonesia analisa unjuk kerja wireless mesh network

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISA UNJUK KERJA
WIRELESS MESH NETWORK DENGAN
PROTOKOL ROUTING AODV-ST
SKRIPSI
ASHADI BUDIAWAN
06 06 04 2323
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
DEPOK
DESEMBER, 2008
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISA UNJUK KERJA
WIRELESS MESH NETWORK DENGAN
PROTOKOL ROUTING AODV-ST
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana teknik
ASHADI BUDIAWAN
06 06 04 2323
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
DEPOK
DESEMBER, 2008
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama
: Ashadi Budiawan
NPM
: 06 06 04 2323
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 22 Desember 2008
Analisa unjuk kerja, Ashadi ii
Budiawan, FT UI, 2008
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh
Nama
NPM
Program Studi
Judul Skripsi
:
:
:
:
:
ASHADI BUDIAWAN
06 06 04 2323
Teknik Elektro
ANALISA UNJUK KERJA WIRELESS MESH
NETWORK DENGAN PROTOKOL ROUTING
AODV-ST
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Muhammad Salman ST, MIT
(
)
Penguji
: Dr. Ir. AAP Ratna, M.Eng.
(
)
Penguji
: Ir. Endang Sriningsih, MT.
(
)
Ditetapkan di : Depok
Tanggal
: 22 Desember 2008
Analisa unjuk kerja, Ashadi iii
Budiawan, FT UI, 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatNya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik
Departemen Teknik Elektro pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada:
(1)
Muhammad Salman ST., MIT sebagai dosen pembimbing untuk waktu,
tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.
(2)
F. Astha Ekadiyanto ST, Msc yang telah memberikan ide untuk judul dan
masukan dalam pengerjaan skripsi ini.
(3)
Orang tua dan keluarga yang telah banyak memberikan bantuan moral dan
material.
(4)
Rekan kelompok Bagus dan Vebby untuk bantuannya dalam pengambilan
data pengerjaan skripsi ini
(5)
Teman-teman kampus yang telah memberikan dukungan moral dalam
pengerjaan skripsi. Rekan Rijal untuk password dan printernya, Muttaqin
untuk dukungan dan hiburannya, Dadang, Fahdly dan Taufik untuk
semangatnya, Yudhi dan Rina untuk program video conference nya dan
rekan-rekan lain yang tidak dapat disebutkan.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok, 22 Desember 2008
Ashadi Budiawan
Analisa unjuk kerja, Ashadi iv
Budiawan, FT UI, 2008
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Nama
NPM
Program Studi
Departemen
Fakultas
Jenis karya
: Ashadi Budiawan
: 0606042323
: Teknik Elektro
: Teknik Elektro
: Teknik
: Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Analisa Unjuk Kerja Wireless Mesh Network Dengan Protokol Routing AODV-ST
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 12 Desember 2008
Yang menyatakan
(Ashadi Budiawan)
v
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan,
FT UI, 2008
ABSTRAK
Nama
: Ashadi Budiawan
Program Studi : Teknik Elektro
Judul
: Analisa Unjuk Kerja Wireless Mesh Network Dengan Protokol
Routing AODV-ST
Ad-Hoc On Demand Distance Vector (AODV) adalah protokol routing raktif
yang bergantung pada permintaan. AODV dapat mengirimkan pesan ke node lain
yang tidak terhubung secara langsung dengan node pengirim. Pada AODV jika
terdapat dua jalur routing maka yang dipilah adalah yang memiliki nilai sequence
number tertinggi atau jalur terpendek. Pencarian rute dimulai dengan
mengirimkan pesan route request (RREQ) ke node terdekat dengan node pengirim
secara broadcast, node yang menerima pesan RREQ akan meneruskan pesan
tersebut sampai menemukan jalur ke node tujuan. Setelah jalur terbentuk maka
node tujuan akan mengirimkan pesan Route Reply (RREP) ke node asal secara
unicast. Jika terdapat gangguan pada rute yang dilalui maka node akan
mengirimkan pesan Route Error (RERR) dan akan mencari rute lain secara
otomatis.
Topologi jaringan yang digunakan adalah berbentuk mesh dimana semua node
saling terhubung dan setiap user dapat berkomunikasi walaupun berasal dari node
yang berbeda. Node pada Wireless Mesh Network (WMN) dapat berupa mesh
router atau mesh client. Kelebihan dari WMN adalah kemampuannya untuk
melakukan self configure dan self healing. Self configure adalah kemampuan
wireless mesh router untuk bergabung dengan jaringan wireless mesh yang telah
ada secara otomatis, sedangkan self healing adalah kemampuan wireless mesh
router mencari jalur routing yang baru apabila pada jalur yang akan dilalui
terdapat gangguan.
Kata kunci:
Ad-Hoc On Demand Distance Vector, Protokol Routing Reaktif, Wireless Mesh
Network, Self Healing, Self Configure.
Analisa unjuk kerja, Ashadi vi
Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name
: Ashadi Budiawan
Study Program : Electrical Engineering
Title
: Analisa Unjuk Kerja Wireless Mesh Network Dengan Protokol
Routing AODV-ST
Ad-Hoc on Demand Distance Vector (AODV) is a reactive routing protocol which
finds a route to a destination address on demand based. AODV could send a
message to other node which cannot directly connected to a sender. If AODV
contain two paths routing AODV choose route which has highest sequence
number or shortest path. Route discovery is starting from send a broadcast route
request message (RREQ) to other node that connected directly. Node who
received RREQ message will forward that message until the destination route is
finding. After route is created then the destination node will send unicast route
reply message (RREP) to a sender node. If route had a problem node will send
route error message to other node automatically.
Network topology is used is wireless mesh, where node connected each other and
each user can communicate even from different node. Wireless mesh network
(WMN) consist two type of node they can be mesh router or mesh client. The
advantage of WMN is capability of self healing and self configure. Self configure
is ability of wireless mesh router to join with other mesh network automatically,
and self healing is ability of wireless mesh router to find a new route if there is
problem in first route.
Keywords:
Ad-Hoc on Demand Distance Vector, Protokol Routing Reaktif, Wireless Mesh
Network, Self Healing, Self Configure.
Analisa unjuk kerja, Ashadivii
Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS …………………………………
LEMBARAN PENGESAHAN …………………………………………………...
UCAPAN TERIMA KASIH ……………………………………………………...
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …………………..
ABSTRAK ………………………………………………………………………..
ABSTRACT ………………………………………………………………………
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………..
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………
Pendahuluan ..….………………………………………………………………….
1.1
Latar Belakang Masalah ……………………………………………...
1.2
Tujuan….……………………………………………………………...
1.3
Batasan Masalah ……………………………………………………...
1.4
Sistematika Penulisan ...........................................................................
BAB II
DASAR TEORI ……………………………………………………....
2.1
Jaringan Komputer ....…………………………………………………
2.2
Wireless Mesh Network ...……..……………………………………..
2.2.1 Arsitektur Wireless Mesh network ......................................................
2.2.1.1 WMN Tipe Infrastruktur ………. ………………………………..
2.2.1.2 WMN Tipe Client …. ……………………………………………..
2.2.1.3 WMN Tipe Hybrid ………………………………………………..
2.3
Lapisan Protokol Dalam WMN ..……………………………………...
2.3.1 Physical Layer ……………………………………………………..
2.3.2 MAC Layer ………………………………………………………..
2.3.3 Network Layer …………………………………………………….
2.3.4 Transport Layer ……………………………………………………
2.3.5 Aplication Layer ………………………………………………......
2.4
Routing ……………………………………………………………......
2.4.1 Protokol Routing Proaktif ………………………………………....
2.5
AODV ………………………………………………………………....
2.5.1 Route Request ……………………………………………………..
2.5.2 Route Reply Message ……………………………………………..
2.5.3 Route Discovery …………………………………………………..
2.6
Protokol Routing AODV-ST ………………………………………….
2.7
Open WRT …………………………………………………………….
2.7.1 Directory Structure ………………………………………………..
2.7.2 Software Architecture ……………………………………………..
BAB III PERANCANGAN JARINGAN ……………………………………....
3.1
Perancangan Jaringan ………………………………………………….
3.1.1 Topologi Jaringan ………………………………………………….
3.1.2 Spesifikasi Router ………………………………………………….
3.1.3 Spesifikasi User …………………………………………………...
Analisa unjuk kerja, Ashadiviii
Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
x
xii
1
1
1
2
2
2
4
3
7
8
9
10
10
12
12
13
15
15
16
16
18
18
19
20
21
23
25
27
27
29
29
29
30
31
3.2
3.3
3.4
3.4.1
BAB IV
4.1
4.2
4.2.1
4.2.2
4.2.3
BAB V
Lokasi Test-bed ………………………………………………………..
Instalasi Open-WRT …………………………………………………..
Instalasi AODV ……………………………………………………….
Konfigurasi Router ................................................................................
ANALISA DATA …………………………………….........................
Lokasi Test-bed ………………………………………………………..
Pengujian Jaringan …………………………………………………….
Self Configure ………………………………………………………....
Self Healing …………………………………………………………...
Pengukuran Bandwidth ………………………………………………..
KESIMPULAN ………………………………………………………..
DAFTAR REFERENSI ..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....……………………………………………….
Analisa unjuk kerja, Ashadi ix
Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
32
33
38
39
43
43
44
44
48
50
67
68
70
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 2.10
Gambar 2.11
Gambar 2.12
Gambar 2.13
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
Gambar 3.6
Gambar 3.7
Gambar 3.8
Gambar 3.9
Gambar 3.10
Gambar 3.11
Gambar 3.12
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9
Gambar 4.10
Gambar 4.11
Gambar 4.12
Gambar 4.13
Gambar 4.14
Gambar 4.15
Gambar 4.16
Gambar 4.17
Gambar 4.18
Gambar 4.19
Gambar 4.20
Gambar 4.21
Infrastrcture Mode ………………………………………………….
Adhoc-mode ………………………………………………………..
Arsitektur WMN tipe infrastructure ………………………………..
Arsitektur WMN tipe client ...………………………………………
Arsitektur WMN tipe hybrid ……………………………………….
Spektrum OFDM …………………………………………………...
Klasifikasi protocol routing ………………………………………..
Format route request …………………………………………….....
Format route reply …………………………………………………
Mekanisme RREQ dan RREP pada AODV .....................................
Duplikat route request pada AODV-ST …………………………...
Aplikasi protokol routing AOSV-ST ..............................................
Arsitektur Software Open-wrt ..........................................................
Perancangan jaringan yang akan dibuat ...........................................
Tampak depan wireless router linksys WRT54GL ..........................
Tampak belakang wireless router linksys WRT54GL .....................
Lokasi penempatan router …..……………………………………..
Flowchart perancangan jaringan …………………………………..
Kode MD5 dari open wrt …………………………………………
Pemeriksaan paket firmware dengan MD5sums .............................
Tampilan awal sebelum masuk ke meb interface ............................
Tampilan web interface linksys .......................................................
Firmware upgrade ...........................................................................
Halaman depan web interface OpenWRT .......................................
Tampilan Command line interface OpenWRT ................................
Denah lokasi test-bed ……………………………………….……..
Posisi router untuk pengujian Self-configure……………...……….
User 1 tidak dapat melakukan komunikasi pada user 2…....……….
User 1 dapat melakukan komunikasi pada user 2 …………...……..
Rute awal yang terbentuk antara user 1 dan user 2 …………...……
Rute baru yang terbentuk setelah dilakukan self-healing ………..
Posisi router untuk pengukuran bandwidth ………………………...
Grafik Bandwidth Router A .........................................……………
Grafik Bandwidth Router B ..............................................................
Grafik Bandwidth Router C .......................................….………..…
Grafik Bandwidth Router D ................................…………………..
Grafik latency Router A ...................................................................
Grafik latency Router B ……………………………………………
Grafik latency Router C ……………………………………………
Grafik latency Router D ……………………………………………
Grafik rata-rata pemakaian bandwith berdasarkan router .................
Grafik throughput tanpa aplikasi 1 hop .............................................
Grafik throughput dengan aplikasi 1 hop ..........................................
Grafik perbandingan throughput 1 hop .............................................
Grafik Jitter tanpa aplikasi 1 hop ......................................................
Grafik Jitter dengan aplikasi 1 hop ...................................................
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan,
FT UI, 2008Universitas Indonesia
x
5
6
9
10
11
13
18
20
22
23
25
26
29
31
32
32
34
35
36
37
38
38
39
40
40
46
48
49
49
52
53
54
55
56
56
57
57
58
58
59
60
58
58
59
59
59
Gambar 4.22
Gambar 4.23
Gambar 4.24
Gambar 4.25
Gambar 4.26
Gambar 4.27
Gambar 4.28
Gambar 4.29
Grafik perbandingan Jitter 1 hop ......................................................
Grafik throughput tanpa aplikasi 2 hop .............................................
Grafik throughput dengan aplikasi 2 hop ..........................................
Grafik perbandingan throughput 2 hop .............................................
Grafik jitter tanpa aplikasi 2 hop .......................................................
Grafik jitter dengan aplikasi 2 hop ....................................................
Grafik Perbandingan jitter 2 hop .......................................................
Grafik Perbandingan Troughput Sistem Multihop ............................
Analisa unjuk kerja, Ashadi xi
Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
59
60
60
63
63
63
63
63
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil pengujian self-configure…………………………………...…
Tabel 4.2 Hasil pengujian self healing ……………………………………......
Analisa unjuk kerja, Ashadixii
Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
50
52
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam terminologi komputer definisi dari jaringan/network sama halnya
dengan kumpulan komputer yang terhubung satu dengan yang lainnya untuk
berbagi informasi atau layanan komunikasi (seperti file sharing printer, data,
multitasking dll). Pada awalnya jaringan komputer dibuat untuk berbagi file dan
printer, tetapi seiring dengan perkembangannya saat ini kebutuhan dalam
melakukan pertukaran data meningkat tajam yang pada awalnya hanya berbagi
file dan printer berkembang menjadi apllication sharing, buisness logic sharing
dan sharing internet. Jaringan komputer dapat dibentuk dari wired atau wireless .
Koneksi wireless dapat dibedakan dengan wired karena pada wireless jaringan
tidak terhubung secara fisik dengan node.
Beberapa tahun belakangan ini jaringan wireless
berbasis teknologi IEEE
802.11 semakin banyak digunakan, oleh karena itu seiring dengan meningkatnya
pengguna teknologi berbasis wireless
802.11 maka diperlukan sebuah tipe
jaringan yang mampu untuk menggabungkan banyak penggguna. Suatu jaringan
local wireless
pada umumnya memiliki beberapa access point yang memiliki
fungsi utama sebagai gerbang akses ke jaringan lainnya, selain itu berfungsi juga
untuk mengatur akses antar user yang berada didalam jangkauannya.
Jaringan berbasis wireless mesh network diharapkan dapat menjawab
kebutuhan tersebut karena memiliki jangkauan luas sebab, menggunakan sistem
multi-hop, kemampuan self-configured dan self-healing yang dapat memberikan
reliabilitas tinggi, serta kemampuannya untuk berinterkoneksi dengan berbagai
jenis teknologi jaringan wireless maupun fixed sehingga membuatnya sangat
fleksibel.
Mesh network memiliki cakupan yang luas, jaringan ini mampu mengatur
jalur komunikasi dan lalu lintas data antar pengguna jaringan dengan
menggunakan access point. Jaringan wireless ad-hoc sendiri adalah suatu sistem
terdistribusi yang terdiri atas node-node wireless mobile maupun statis yang dapat
membentuk dan menjaga jaringan antar node itu sendiri tanpa adanya sokongan
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
base station atau pengendali terpusat. Node-node wireless itu membentuk suatu
topologi ad-hoc yang memungkinkan komunikasi antar node tanpa adanya
infrastruktur telekomunikasi.
1.2
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk membangun suatu jaringan
wireless
mesh networks dengan menggunakan beberapa perangkat jaringan
dengan menggunakan openwrt sebagai sistem operasi, dan menggunakan
protokol AODV-ST.
1.3
Batasan Masalah
Wireless mesh network yang dibagun menggunakan tipe infrastukur dan
dengan menggunakan protokol routing AODV-ST dibatasi pada :
1. Topologi jaringan yang dibuat berbentuk mesh yang dibangun dengan
bentuk arsitektur infrastructured wireless
mesh network dengan
menggunakan routing protocol AODV-ST
2. Bentuk topologi jaringan dan posisi router disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Data yang dianalisa dibatasi pada hasil yang didapat yaitu waktu self
healing, self configure serta penggunaan bandwidth pada sistem multihop
dan juga latency dari transmisi data.
1.4
Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penyusunan dibagi dalam lima bab dan
selanjutnya diperjelas dalam beberapa sub-bab. Secara keseluruhan skripsi ini
disusun dalam sistematika sebagai berikut.
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, dan
sistematika penulisan.
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
BAB 2 LANDASAN TEORI
Berisikan landasan-landasan teori yang mendasari penulisan skripsi ini. Di
antaranya meliputi konsep dasar wireless mesh network, protokol routing
dan pengenalan open-wrt.
BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM
Berisikan perancangan jaringan wireless mesh dan pembentukan topologi
dari jaringan.
BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA
Berisikan tentang hasil pengujian dan analisa data yang telah didapatkan.
BAB 5 KESIMPULAN
Bagian ini berisi kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul “Analisa
Unjuk Kerja Wireless Mesh Network Dengan Protokol Routing AODVST”
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
BAB II
DASAR TEORI
2.1
Jaringan Komputer
Jaringan komputer adalah sebuah kumpulan dari beberapa komputer yang
saling terhubung satu dengan yang lainnya. Wireless LAN atau jaringan tanpa
kabel adalah suatu bentuk jaringan komputer dimana komunikasi yang terjadi
antara perangkat komputer tidak menggunakan kabel sebagai media transmisinya.
Wireless LAN, menggunakan frekuensi radio sebagai sarana transmisinya,
memungkinkan workstation dan peralatan portabel untuk mengakses jaringan.
Sebuah wireless LAN terhubung kepada wired LAN yang telah ada, memperluas
jaringan ke peralatan mobile computing yang ada. Wireless LAN secara khusus
dapat diimplementasikan untuk dalam ruang seperti pabrik, pusat kesehatan, atau
kampus, selain itu dapat juga ditempatkan diluar ruangan.
Syarat untuk membangun sebuah jaringan adalah :
Physical Connection : Berhubungan dengan koneksi kartu adapter, seperti
NIC maupun modem, ini adalah sesuatu yang dibutuhkan komputer untuk
terhubung dengan jaringan. Physical connection digunakan untuk
mentransfer signal antara PC dengan jaringan LAN atau juga dengan
jaringan yang lebih besar seperti internet.
Logical Connection menggunakan standarisasi, umumnya protokol.
Protokol adalah aturan – aturan main yang mengatur komunikasi diantara
beberapa komputer didalam sebuah jaringan, aturan ini termasuk
didalamnya petunjuk yang berlaku bagi cara – cara atau metode
mengakses sebuah jaringan, topologi fisik, tipe –tipe kabel dan kecepatan
transfer data. Transmission Control Protocol/internet Protocol (TCP/IP)
adalah protokol utama yang harus ada dalam setiap jaringan. TCP/IP
digunakan di setiap sistem operasi baik windows, unix maupun machintos.
Aplication atau software program. Aplication menggunakan protokol
untuk mengirim dan menerima data melalui jaringan baik LAN maupun
internet.
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan,
FT UI, 2008Universitas Indonesia
4
5
Terdapat dua tipe utama dari struktur jaringan wireless
LAN mengacu
pada peer-to-peer (ad-hoc) dan infrastucture. Pada struktur jaringan peer-to-peer
setiap node dapat berkomunikasi langsung dengan node lainnya dengan asumsi
masih berada didalam area jangkauan antar node. Pada infrastuktur jaringan
wireless
LAN, semua traffic harus melalui access point (AP). Yang Dilakukan
dalam transmisi antar dua wireless
node adalah, yang pertama kali node 1
mengirimkan data melalui acccess point dan access point meneruskan data
tersebut ke node 2, sehingga AP dapat juga berfungsi sebagai relay station. Dari
penjelasan diatas AP adalah suatu alat yang dijadikan pusat mekanisme kontrol
komunikasi, sehingga jika node berada diluar jangkauan access point komunikasi
tidak dapat dilakukan.
Teknologi wireless
LAN ini memiliki keuntungan:
Memiliki mobilitas dan fleksibilitas yang tinggi.
Dapat menjangkau area yang luas.
Dapat diaplikasikan untuk indoor maupun outdoor.
Konfigurasi wireless LAN terdiri dari 2 perangkat yaitu:
Wireless Station (WS) : Dekstop, laptop maupun PDA yang dilengkapi
dengan wireless
Access Point (AP)
Network Interface Card (NIC).
: Berfungsi sebagai bridge antara jaringan LAN
konvensional dan WLAN.
Ada 2 jenis mode operasi wireless LAN yaitu:
a) Infrastucture Mode seperti ditunjukan pada Gambar 2.1 antara lain terdiri
dari terdiri dari ; Basic Service Set (BSS), Konfigurasi BSS minimal terdri
dari sebuah Access-Point (AP) yang terhubung ke jaringan kabel atau
internet. AP ini dikenal juga sebagai managed network. Komunikasi antara
dua station, misalnya A dan B, harus dari station A ke AP kemudian AP
mengulang mengirim data ke B. Untuk membangun suatu jaringan dengan
server pada konfigurasi ini, server diletakkan pada Access-Point dan
station-station lainnya sebagai client. ; Extented Service Set (ESS). ESS
terdiri dari beberapa BSS yang saling overlap dan masing-masing
mempunyai Acces-Point. Access-Point satu sama lainnya dihubungkan
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
6
dengan Distributed System (DS). DS bisa berupa wired ataupun wireless .
DS pada Gambar dibawah ini menggunakan kabel.
Gambar 2.1 Infrastucture Mode
b) Ad-hoc Mode, terdiri dari beberapa wireless
secara
langsung
(peer-to-peer)
tanpa
station yang berkomunikasi
menggunakan
AP
sebagai
konfigurasi independen. Seperti pada gambar 2.2 dimana semua user dapat
berkomunikasi secara langsung tanpa adanya perantara. Secara logika
berupa access point konfigurasi ad-hoc mirip dengan jaringan kabel peerto-peer, dimana komunikasi antar user dapat dilakukan secara langsung
tanpa adanya managed network. Biasanya untuk jaringan wireless
dalam
ruang yang terbatas dan tidak dihubungkan ke jaringan komputer atau
internet yang lebih luas.
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
7
Gambar 2.2 Ad-hoc Mode
2.2
Wireless Mesh Network
Wireless
terbentuk dari
mesh network adalah jaringan komunikasi
wireless yang
node radio dimana minimal terdapat dua atau lebih jalur
komunikasi data pada setiap node [1]. Node pada wireless mesh network dapat
berupa sebuah mesh router ataupun mesh client. Wireless mesh network memiliki
jangkauan yang luas karena setiap node tidak hanya bertindak sebagai sebuah host
tetapi juga dapat berfungsi sebagai sebuah router untuk meneruskan paket-paket
informasi yang akan dikirim menuju node lain yang mungkin tidak dapat
menjangkau tempat yang ingin ditujunya karena keterbatasan jarak.
Komponen jaringan wireless mesh yang utama adalah suatu perangkat
yang selain berfungsi sebagai sumber trafik juga dapat berperan sebagai router
yang mampu merutekan trafik dari sumber ke tujuan. Perangkat tersebut disebut
wireless mesh node. Seluruh wireless mesh node yang membangun suatu jaringan
wireless mesh akan bekerja sama untuk membawa informasi dari suatu titik ke
titik yang lain. Informasi dibawa dari sumber trafik ke tujuan dengan cara berkerja
sama antara node wireless mesh.
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
8
Apabila terjadi kegagalan pada rute pertama, jaringan dapat melakukan
self healing sehingga dapat dibentuk rute baru. Salah satu teknologi yang
memungkinkan adanya bentuk jaringan mesh ini adalah teknologi wireless
LAN
IEEE 802.11. Layanan aplikasi yang dapat disediakan pada jaringan ad-hoc dapat
bermacam-macam, mulai dari Voice Over Internet Protocol (VOIP), web browser,
e-mail, media download dll. Suatu implementasi jaringan wireless mesh dengan
cara mengelompokkan beberapa user ke dalam beberapa cluster. Pendekatan ini
dilakukan agar trafik ke dalam jaringan wireless mesh tidak terlalu besar sehingga
tidak terlalu membebani jaringan [2].
Kapasitas dari WMN dipengaruhi oleh banyak faktor seperti arsitektur
jaringan, topologi, kepadatan jalur komunikasi, kepadatan node, jumlah channel
yang digunakan setiap node, daya transmisi, dan mobilitas dari node.
2.2.1 Arsitektur Wireless Mesh Network
Wireless
mesh networks memiliki dua tipe node yaitu: mesh router dan
mesh clients. Mesh router selain memiliki kemampuan routing sebagai
gateway/repeater seperti fungsi pada wireless
router konvensional, wireless
mesh router berisi fungsi routing untuk mendukung jaringan mesh. Lebih lanjut
untuk meningkatkan fleksibilitas dari jaringan mesh, biasanya mesh router
dilengkapi dengan multiple wireless interface. Dibandingkan dengan wireless
router konvensional, sebuah wireless mesh router dapat menerima covrage yang
sama dengan daya transmisi yang rendah melewati komunikasi multi-hop.
Medium Access Control (MAC) protokol dalam mesh router meningatkan
skalabilitas pada area multi-hop. Wireless mesh dan konvensional router pada
umumnya dibuat berdasarkan platform hardware yang hampir sama. Mesh router
dapat dibuat sebagai tambahan pada komputer, dan dapat dibuat terintegrasi
dengan komputer. Mesh client juga memiliki fungsi yang penting yaitu sebagai
mesh router. Mesh client biasanya memiliki satu wireless interface, sebagai
konsekuensi hardware platform dan software untuk mesh client dapat lebih simpel
dari mesh router. Mesh client memiliki variasi yang lebih banyak dari mesh
router, antara lain dapat berupa laptop/desktop, pocket PC, PDA, dan IP phone
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
9
[4]. Arsitektur dari wireless mesh network dapat dikelompokkan dalam tiga
kelompok berdasarkan fungsi dari node yaitu yang akan dibahas berikut ini.
2.2.1.1 WMN tipe infrastuktur
Bentuk dari arsitektur ditunjukan pada Gambar 2.3, dimana garis titiktitik dan garis lurus menunjukan wireless
dan wired link. WMN tipe ini terdiri
dari mesh router yang terhubung satu dengan yang lainnya membentuk mesh
network, sedangkan client dapat berhubungan dengan client lainya melalui mesh
router.
Gambar 2.3 Arsitektur Wireless Mesh Network Tipe Infrastruktur
Wireless
mesh
network
jenis
infrastuktur
dapat
dibangun
dengan
menggunakan beberapa variasi dari teknologi radio dan yang banyak digunakan
adalah dengan teknologi IEEE 802.11. Mesh router memiliki kemampuan untuk
self-configuring dan self-healing antar router. Dengan fungsi gateway mesh router
dapat terhubung dengan internet. Infrastruktur mesh menyediakan backbone untuk
client konvensional dan mengintegrasikan wireless mesh network dengan jaringan
wireless yang telah ada. Komunikasi client konvensional dengan ethernet
interface dapat dihubungkan dengan mesh router melalui link ethernet, selain itu
dengan menggunakan teknologi radio yang sama dengan mesh router client dapat
dihubungkan secara langsung dengan mesh router. Jika menggunakan teknologi
radio yang berbeda client harus menyambung dengan base station yang memiliki
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
10
koneksi ethernet ke mesh router. wireless
mesh network tipe infrastuktur adalah
yang paling banyak digunakan saat ini [5].
2.2.1.2 WMN tipe Client
Pada mesh tipe ini dimana end-device (laptop, PDA) berfungsi untuk
meneruskan paket yang akan dikirim. Client menyediakan komunikasi peer-topeer antar peralatan client. Pada arsitektur tipe ini, client node merupakan aktual
network yang melakukan fungsi routing dan konfigurasi seperti menyediakan
aplikasi kepada pengguna end-device. Dapat dilihat pada gambar 2.4 dimana
client dapat berkomunikasi langsung dengan client yang lain tanpa menggunakan
mesh router, fungsi routing dilakukan oleh client yang akan berhubungan dengan
client yang berada diluar jangkauannya.
Gambar 2.4 Arsitektur Wireless Mesh Network Tipe Client
Oleh sebab itu pada tipe ini tidak dibutuhkan mesh router. Pada client
wireless
mesh paket ditujukan ke node melalui network hops melewati multiple
nodes untuk mencapai tujuan akhir, selain itu kebutuhan peralatan pada end-user
meningkat jika dibandingkan dengan mesh tipe infrastuktur, karena wireless
mesh network tipe client harus melakukan fungsi tambahan seperti routing dan
self configuration
2.2.1.3 Hybrid Wireless
Mesh Network
Arsitektur ini adalah kombinasi antara WMN tipe infrastuktur dan WMN
tipe client. Mesh client dapat mengakses network melalui mesh router dan dapat
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
11
secara langsung berhubungan dengan client mesh yang lain seperti pada gambar
2.5 semua client dan router saling terhubung membentuk jaringan mesh.
Infrastuktur menyediakan koneksi ke jaringan seperti internet Wi-Fi, WiMAX,
cellular, dan sensor network, kemampuan routing dari client mampu
meningkatkan koneksi dan jangkauan didalam mesh network. Arsitektur tipe
hybrid akan menjadi aplikasi yang paling baik sekaligus menjadi yang paling sulit
diterapkan diantara WMN tipe infrasuktur dan WMN tipe client.
Gambar 2.5 Arsitektur Wireless Mesh Network Tipe Hybrid.
2.2.2
Karakterisitik Wireless Mesh Network
Ada beberapa karakteristik yang dapat diambil dari penjelasan tiga tipe WMN
diatas, seperti berikut ini.
Multihop wireless network. Tujuan dari dibuatnya wireless mesh network
adalah untuk memperluas covrage area tanpa mengurangi kapasitas
channel. Selain itu untuk menjangkau user yang berada dalam posisi nonline-of-sight (NLOS).
Mobilitas tergantung tipe dari mesh node. Mesh router pada umumnya
memiliki kemampuan mobilitas yang sangat minim, sedangkan mesh client
dapat bergerak (mobile).
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
12
Mendukung untuk jaringan adhoc, self healing dan self organization.
WMN meningkatkan performa dari jaringan, karena arsitektur jaringan
yang flexibel, mudah untuk dibentuk dan dikonfigurasi, toleransi
kesalahan, komunikasi multipoint-to-multipont tergantung dari fitur
jaringan.
compatibility dan interoperability dengan wireless network yang telah ada.
Sebagai contoh WMN dibangun berbasis teknologi IEEE 802.11 harus
kompatibel dengan standar yang telah ditetapkan oleh IEEE 802.11 yang
mendukung keduanya (mesh dan client Wi-Fi), dan juga WMN harus
memiliki kemampuan inter-operability dengan jaringan wireless seperti
WiMAX dan celullar networks.
Self-Healing, Jika terjadi kegagalan dalam mengirimkan paket, node dapat
mencari rute alternatif unuk meneruskan paket yang akan dikirimkan.
Kegagalan dalam mengirim paket dapat dipengaruhi oleh interferensi.
Self-configuration, Karena node harus mengetahui tetangga terdekatnya
sehingga tidak perlu untuk konfigurasi ulang untuk membentuk sebuah
jaringan.
Reliability, Pada WMN setiap node berfungsi sebagai relay untuk
meneruskan paket ke tujuan. Karena node dapat masuk dan keluar dari
mesh, setiap node memiliki kemampuan untuk berubah secara dinamis
membentuk suatu jaringan berdasarkan user yang aktif.
2.3
Lapisan Protokol di Jaringan Komputer.
Secara umum lapisan protokol dalam jaringan komputer dapat dibagi atas
tujuh lapisan. Dari layer terbawah hingga tertinggi dikenal physical layer, MAC
layer, network layer, transport layer, dan application layer. Masing-masing layer
mempunyai fungsi masing-masing dan tidak tergantung antara satu dengan lainnya.
2.3.1
Physical Layer
Saat ini beberapa teknik dari physical layer telah banyak dikembangkan
untuk meningkatkan kapasitas dari WMN, antara lain multiple radio interface,
multiple-input
multiple-output
(MIMO)
sistem,
beamforming
antenna,
reconfigurable radios, dan frequency cognitive radio. Pada physical layer yang
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
13
utama adalah teknologi radio yang digunakan yang meliputi data rate physical
layer dan kemampuan beroperasi saat ada interferensi. Teknologi yang banyak
digunakan saat ini adalah Code Division Multiple Access (CDMA), Ultra Wide
Band (UWB), dan Othogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM). Untuk
WMN teknologi yang banyak digunakan saat ini adalah OFDM karena pada
teknik ini dapat meningkatkan data rate dari IEEE 802.11 dari 11 Mbps menjadi
54 Mbps, tetapi dengan kepadatan jaringan dan banyak interferensi data rate
tersebut tidak dapat dicapai. UWB dapat digunakan untuk transmisi data yang
besar tetapi kekurangannya adalah hanya dapat digunakan pada jarak yang pendek
[6].
Teknik Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) merupakan
kasus khusus dari FDM (Frequency Division Multiplexing). Pada FDM, suatu
bandwidth dibagi menjadi beberapa kanal yang tersendiri. Agar tidak saling
menginterferensi satu sama lain maka diberi jarak antar kanal (guardband) yang
boros bandwidth. Sedangkan dalam OFDM, kanal-kanal dalam satu bandwidth
seakan-akan ditumpangtindihkan menjadi satu. OFDM sangat efisien dalam
penggunaan bandwidth.
Spektrum frekuensi kanal pada OFDM dapat ditumpang tindihkan dan
tidak terjadi saling interferensi antar kanal, sebab null dari setiap kanal yang
berdekatan jatuh tepat pada titik tengah spektrum yang membawa informasi
(spektrum yang memiliki power tertinggi). Untuk mengatur supaya setiap null dari
kanal spektrum tetangga jatuh tepat pada titik tengah spektrum yang membawa
informasi, setiap sinyal transmisi pada setiap kanal harus bersifat saling
orthogonal dan saling harmonic.
2.3.2
Medium Access Control (MAC) Layer
Medium Access Control (MAC) untuk WMN lebih ditekankan pada
komunikasi multihop, MAC berbasis IEEE 802.11 yaitu Carrier Sense Multiple
Access with Collision Avoidance (CSMA/CA) dengan paket control RTS/CTS
(Ready to Send/Clear to Send). Fungsi utama MAC layer pada WMN adalah
untuk mengkoordinasikan akses yang digunakan dengan tujuan memaksimalkan
kapasitas network agar kapasitas yang diterima dan didistribusikan oleh semua
user sama besarnya.
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
14
Carrier Sense Multiple Access with Collision Avoidance (CSMA/CA).
Cara kerja protokol CSMA adalah, suatu station yang ingin mentransmisi terlebih
dulu memeriksa medium tersebut , jika medium sibuk (misalnya pada saat stasiun
lain sedang mentransmisikan data) maka stasiun akan menunda transmisinya
hingga medium bebas. Protokol semacam ini sangat efektif jika medium tidak
bermuatan penuh, karena memungkinkan stasiun-stasiun mentransmisikan dengan
waktu tunda yang singkat, akan tetapi selalu ada kemungkinan stasiun-stasiun
mentransmisikan secara bersamaan sehingga kemungkinan besar akan terjadi
tabrakan antar paket yang dikirimkan (collision), yang disebabkan station mengira
bahwa medium telah bebas dan memutuskan untuk segera mentransmisi. Situasi
collision ini harus diidentifikasi, sehingga MAC layer dapat mentransmisikan
ulang paket oleh dirinya sendiri bukan oleh layer-layer yang lebih tinggi, yang
akan menyebabkan penundaan. Dengan DCF, 802.11 sebuah node yaitu untuk
akses dalam mengirimkan frame ketika tidak ada node lain menggunakan jalur
transmisi, jika ada node lain menggunakan jalur transmisi (mengirim frame)
station akan menunggu sampai saluran tersebut tidak digunakan. Dalam kondisi
mengakses medium, MAC layer menggunakan Network Allocation Vector
(NAV), dimana NAV adalah waktu perkiraan yang akan dipakai oleh node yang
lain dalam menentukan waktu minimum pemakaian jalur. NAV harus bernilai “0”
sebelum sebuah node menempati jalur untuk mengirimkan frame. Dalam prioritas
mengirimkan frame , sebuah node menghitung jumlah waktu yang diperlukan
dalam mengirim frame berdasrkan dari panjang frame dan data rate. Ketika node
menerima sebuah frame, ia akan memerikasa panjang dari field yang berguna
sebagai basis untuk berhubungan dengan node lain [8].
PCF digunakan untuk mengimplementasikan pelayanan terikat waktu (timebounded), seperti transmisi suara atau video. PCF ini menggunakan prioritas yang
lebih tinggi yang mungkin diperoleh Access Point dengan menggunakan Inter Frame
Space yang lebih kecil. Dengan menggunakan akses prioritas lebih tinggi, access
point mengeluarkan permintaan polling ke stasiun-stasiun untuk transmisi data,
lalu mengendalikan akses medium. Agar memungkinkan stasiun-stasiun regular
memiliki kemampuan untuk tetap mengakses medium, Access Point harus
memberikan cukup waktu bagi Distributed Access di antara PCF [9].
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
15
2.3.3
Network Layer
Untuk mengirimkan pesan pada suatu internetwork (suatu jaringan yang
mengandung beberapa segmen jaringan), tiap jaringan harus secara unik
diidentifikasi oleh alamat jaringan. Ketika jaringan menerima suatu pesan dari
lapisan yang lebih atas, lapisan network akan menambahkan header pada pesan
yang termasuk alamat asal dan tujuan jaringan. Kombinasi dari data dan lapisan
network disebut "paket". Informasi alamat jaringan digunakan untuk mengirimkan
pesan ke jaringan yang dituju, setelah pesan tersebut sampai pada jaringan yang
dituju, lapisan data link dapat menggunakan alamat node untuk mengirimkan
pesan ke node tersebut.
Meneruskan paket ke jaringan yang dituju disebut "routing" dan peralatan
yang meneruskan paket adalah "routers". Suatu jaringan mempunyai dua tipe
node antara lain :
End nodes, menyediakan pelayanan kepada pemakai. End nodes
menggunakan network layer untuk menambah informasi alamat jaringan
kepada paket, tetapi tidak melakukan routing. End nodes kadang-kadang
disebut "end system" (istilah OSI) atau "host" (istilah TCP/IP)
Router melakukan mekanisme khusus untuk melakukan routing. Karena
routing merupakan tugas yang kompleks, router biasanya merupakan
peralatan
tersendiri yg tidak menyediakan pelayanan kepada pengguna
akhir. Router kadang-kadang disebut "intermediate system" (istilah OSI)
atau "gateway" (istilah TCP/IP).
2.3.4
Transport Layer
Dua protokol utama pada layer ini adalah Transmission Control Protocol
(TCP) dan User Datagram Protocol (UDP). TCP menyediakan layanan
pengiriman data handal dengan end-to-end deteksi dan koreksi kesalahan. UDP
menyediakan layanan pengiriman datagram tanpa koneksi (connectionless) dan
low-overhead. Kedua protokol ini mengirimkan data diantara Application Layer
dan Internet Layer. Aplikasi dapat memilih layanan mana yang lebih dibutuhkan
untuk aplikasi mereka. Salah satu tanggung jawab transport layer adalah
membagi pesan-pesan menjadi fragment-fragment yang cocok dengan pembatasan
ukuran yg dibentuk oleh jaringan. Pada sisi penerima, lapisan transport
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
16
menggabungkan kembali fragment untuk mengembalikan pesan aslinya, sehingga
dapat diketahui bahwa transport layer memerlukan proses khusus pada satu
komputer ke proses yg bersesuaian pada komputer tujuan. Hal ini dikenal sebagai
Service Access Point (SAP) ID kepada setiap paket (berlaku pada model OSI,
istilah TCP/IP untuk SAP ini disebut port.
2.3.5
Application Layer
Pada sisi paling atas dari arsitektur protokol TCP/IP adalah Application
Layer. Lapisan inilah biasa disebut lapisan akhir (front end) atau bisa disebut user
program. Lapisan inilah yg menjadi alasan keberadaan layer sebelumnya. Layer
sebelumnya hanya bertugas mengirimkan pesan yang ditujukan untuk lapisan ini.
Di lapisan ini dapat ditemukan program yg menyediakan pelayanan jaringan,
layer ini termasuk seluruh proses yang menggunakan transport layer untuk
mengirimkan data. Terdapat beberapa application protocol yang digunakan saat
ini. Beberapa diantaranya adalah [10].
TELNET, yaitu Network Terminal Protocol, yang menyediakan
remote login dalam jaringan.
FTP, File Transfer Protocol, digunakan untuk file transfer.
SMTP, Simple Mail Transfer Protocol, dugunakan untuk mengirimkan
electronic mail.
DNS, Domain Name Service, untuk memetakan IP Address ke dalam
nama tertentu.
NFS, Network File System, untuk sharing file terhadap berbagai host
dalam jaringan.
HTTP, Hyper Text Transfer Protokol, protokol untuk web browsing.
2.4
Routing
Algoritma routing bertanggung jawab menentukan saluran output bagi
paket yang akan ditransmisikan. Bila subnet menggunakan datagram secara
internal, saluran harus selalu dibuat baru untuk setiap paket data yang tiba karena
rute terbaik mungkin telah berubah pada saat-saat terakhir. Fungsi utama network
layer adalah merutekan paket dari sumber ke tujuan. Pada sebagian besar subnet,
paket akan melewati beberapa hop untuk sampai ketujuan.
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
17
Router memiliki kemampuan melewatkan paket IP dari satu jaringan ke
jaringan lain yang mungkin memiliki banyak jalur diantara keduanya. Proses
routing dilakukan secara hop-by-hop. IP tidak mengetahui jalur keseluruhan
menuju tujuan setiap paket. IP routing hanya menyediakan IP address dari router
berikutnya yang menurutnya lebih dekat ke host tujuan. Router dapat digunakan
untuk menghubungkan sejumlah LAN. Jika dua atau lebih LAN terhubung dengan
router, setiap LAN dianggap sebagai subnetwork yang berbeda. Router terletak
pada Layer 3 dalam OSI refrence model, router hanya perlu mengetahui Net-Id
(nomor jaringan) dari data yang diterimanya untuk diteruskan ke jaringan yang
dituju. Cara kerjanya setiap paket data yang datang, paket data tersebut dibuka
lalu dibaca header paket datanya kemudian mencocokkan atau membandingkan
ke dalam tabel yang ada pada routing jaringan dan diteruskan ke jaringan yang
dituju melalui suatu interface. Untuk mengetahui network mana yang akan
dilewatkan router akan menambahkan (Logical AND) Subnet Mask dengan paket
data tersebut.
Routing menjadi hal yang sangat penting dalam jaringan mesh, Protokol
routing dibagi menjadi tiga bagian seperti gambar 2.6 yaitu: reaktif, proaktif dan
hybrid. Protokol routing proaktif lebih bersifat table driven, dimana setiap node
menyimpan tabel yang berisi informasi rute semua node yang diketahui, informasi
rute diupdate secara berkala. Protokol routing reaktif adalah on-demand yang
berbasis pada sebuah rute yang dibentuk selama permintaan (request). Hybrid
routing protocol adalah kombinasi dari dua protocol routing reaktif dan proaktif.
Penggunaan protokol routing proaktif secara umum memberikan solusi terpendek
end-to-end delay, karena informasi routing, karena informasi routing selalu
tersedia dan up to date jika dibandingkan dengan protokol routing proaktif.
Kekurangan dari protokol routing proaktif adalah terlalu banyak penggunaan
sumber daya (resource), seperti overhead disaat melakukan update informasi
routing [11].
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
18
Gambar 2.6 Klasifikasi Protokol Routing
2.4.1
Protokol Routing Reaktif
Protokol Routing Reaktif berbasis pada sebuah rute yang dibentuk selama
request, Protokol Routing Reaktif, menggunakan pendekatan yang sangat bebeda
dengan Protokol Routing proaktif. Tabel routing dalam protokol ini dibuat apabila
terdapat node yang akan menggirimkan data. Node tersebut melakukan proses
Route discovery untuk menemukan jalur transmisi paket-paket yang paling
optimal. Apabila jalur routing telah ditemukan
maka tabel routing tersebut
dipelihara dengan suatu proses route maintenance hingga tidak diperlukan lagi,
atau apabila node tujuan tidak ditemukan. Keuntungan Protokol Routing Reaktif
adalah protokol ini memerlukan sumber daya dan traffic yang lebih rendah bila
dibanding dengan Protokol Routing proaktif. Salah satu contoh dari protokol
routing reaktif adalah Ad hoc On-demand Distance Vector (AODV), Dynamic
Source Routing (DSR) dan, Temporally Ordered Routing Algorithm (TORA).
2.5
Ad hoc On-demand Distance Vector (AODV)
AODV adalah protokol routing yang didisain untuk mobile ad-hoc
networks. AODV memiliki kemampuan routing unicast dan multicast. Algoritma
routing ini berdasarkan permintaan (on-demand) artinya rute dibentuk hanya saat
terjadinya permintaan dari node yang membutuhkannya. AODV dikembangkan
oleh C.E.Perkins, E.M. Belding-Royer dan s.Das pada RFC 3561 [12]. AODV
sangat simpel, efisien, dan protokol routing yang efektif untuk Mobile-Ad-hoc
network (MANET) [20]. AODV menggunakan sequence number untuk menjamin
rute terbaik. AODV membangun rute menggunakan route request dan route
reply. Saat node sumber melakukan permintaan rute dimana node tersebut tidak
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
19
memiliki rute, ia akan melakukan broadcast RREQ ke seluruh jaringan yang
terhubung dengannya.
AODV memiliki route discovery dan route maintenance. Route discovery
berupa route request (RREQ) dan route reply (RREP). Route maintenance berupa
data dan Route Error (RRER) [13]. RREQ berjalan dari satu node ke node yang
lain, secara otomatis membentuk jalur untuk kembali dari semua node yang di
lalui ke sumber node yang meminta RREQ. Setiap node yang menerima paket
RREQ mencatat alamat node yang akan menerima RREQ (destination), ini biasa
disebut Reverse Path Setup. Node menjaga info selama beberapa saat, untuk
RREQ melintasi network sampai membuat balasan (reply) ke pengirim tergantung
dari besarnya network.
2.5.1
Route Request Message
Pada AODV jalur rute yang dibentuk hanya saat dibutuhkan saja. Protokol
AODV mengirimkan sebuah Route Request (RREQ) paket menyebar ke seluruh
jaringan. Format dari RREQ dapat dilihat pada Gambar 2.7 untuk menguji format
pesan dari RREQ menggunakan sequence number. Sequence number dibuat untuk
mengetahui jalur dan informasi rute yang akan dikirim ke node tujuan. Jika node
terdapat dua jalur maka yang dipilih adalah yang memiliki sequence number
tertinggi atau jalur terpendek. Sequence number tertinggi menyatakan sebuah rute
terbaru. Untuk melakukan mekanisme pemilihan rute. Ketika terdapat dua
kemungkinan, sequence number
memungkinkan AODV untuk menghindari
routing loop yaitu paket dikirimkan berulang melalui jalur yang sama, sequence
number selalu diupdate pada saat AODV melakukan broadcast RREQ. Setiap
node yang menerima pesan RREQ memeriksa IP address tujuan, jika node
tersebut bukan alamat yang dituju maka node tersebut segara melakukan
broadcast ulang pesan RREQ ke node terdekatnya sekaligus mengupdate routing
table yang meliputi reverse pointer ke asal pesan. Proses ini terus berjalan hingga
menemukan alamat node yang dituju atau IP datagram mencapai hop maksimum
dalam mengirimkan RREQ [14].
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
20
Gambar 2.7 Format Route Request [14]
J : Join flag.
R : Repair flag.
G : Gratuitous RREP flag; mengindikasikan apakah sebuah flag asumsi
harus unicast ke node.
D : Destination Only Flag; menyatakan hanya node tujuan yang menerima
RREQ ini.
U : Unknown sequence number; menunjukan destination sequence number
tidak diketahui.
Reserved
: Sent as 0. abaikan atau terima
Hop Count : Jumlah dari hop dari IP addres asal ke node yang menangani
permintaan.
RREQ ID : Sebuah sequence number unik yang mengidentifikasi RREQ
ketika berada di cabang untuk sampai ke addres tujuan.
2.5.2
Route Reply Message
Saat pesan RREQ telah sampai ke node tujuan maka akan dibentuk rute
baru ke node asal. AODV mengadopsi mekanisme yang sangat berbeda untuk
menjaga informasi routing. AODV menggunakan tabel routing dengan satu entry
untuk setiap tujuan. Tanpa menggunakan routing sumber AODV menggunakan
tabel routing untuk menyebarkan RREP kembali kesumber dan secara sequensial
akan mengarahkan paket data ketujuan. AODV juga menggunakan sequence
number untuk menjaga setiap tujuan agar didapat informasi routing terbaru dan
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
21
untuk menghindari routing loops. Semua paket yang dikirim membawa sequence
number ini. Saat membuat RREP sebuah node meng-copy IP address tujuan dan
Originator Sequence Number dari RREQ ke field yang sesuai pada RREP. RREP
bersifat unicast ke arah hop yang membuat RREQ, field Hop count selalu
bertambah saat melewati setiap node. Ketika RREP mencapai tujuan, hop count
merepresentasikan jarak dari tujuan (destination) ke sumber (originator).
Gambar 2.8 Format Route Reply [14]
R : Repair flag; digunakan untuk multicast.
A : Acknowledgement required.
Reserved : Set as 0; abaikan atau terima.
Prefix Size : Jika bukan zero, 5-bit prefix size menetapkan bahwa hop
berikutnya mungkin telah digunakan oleh node lain yang
menngunakan roting prefix yang sama sebagai tujaun akhir.
Hop Count : Jumlah hop dari awal ke IP addres tujuan.
Lifetime : Jumlah waktu dalam milisecond yang valid untuk sebuah node
menerima RREP.
2.5.3
Route Discovery
Route discovery dimulai dengan melakukan broadcast pesan RREQ yang
berisi alamat tujuan dan destination sequence number yang menjamin bebas dari
loop, keseluruh jaringan (Gambar 2.9). Ketika RREQ masuk ke jaringan setiap
intermediate node membentuk rute kembali ke sumber (originator). Jika sebuah
node menerima RREQ maka node tersebut akan mengirimkan RREQ lagi ke node
Penentuan jalur dibentuk dengan mengirimkan route reply , ketika route reply
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
22
masuk kestiap node ia akan secara otomatis melakukan setup jalur. Jika sebuah
node menerima RREP, maka node tersebut akan meneruskan RREP lagi ke node
tujuan atau destination sequence number. Pada proses ini, awalnya node
memeriksa destination sequence number pada tabel routing, apakah lebih besar
dari satu pada RREQ jika benar maka node akan mengirimkan RREP. Saat RREP
berjalan kembali ke sumber melalui path yang telah disetup, ia akan mensetup
jalur ke depan dan mengupdate time-out. Terdapat kemungkinan pada node yang
mengirimkan RREQ (originator) menerima pesan RREP lebih dari satu node.
Pada kasus ini originator akan mengupdate routing table dengan informasi
routing yang terakhir didapat, dan yang akan digunakan adalah yang memiliki
destination sequence number tertinggi.
Gambar 2.9 Mekanisme RREQ Dan RREP Pada AODV
Karakterisitik AODV
Minimal space complexity : Hanya node tertentu yang menjaga informasi rute,
Node yang tidak aktif (bukan jalur yang dilalui) tidak menjaga informasi rute.
Setelah menerima RREQ dan membentuk jalur kembali dalam routing table
dan menyebarkan kembali ke tetangga terdekatnya, jika tidak menerima RREP
node akan menghapus informasi routing yang telah dicatat.
Memiliki bandwidth yang besar : Semua intrmediate node pada jalur yang
aktif mengupdate routing table dan memaksimalkan penggunaan bandwidth,
walaupun routing tabel digunakan berulang, dan intermediate node menerima
RREQ dari sumber yang lain untuk tujuan yang sama.
Simple : Setiap node bertindak sebagai router dan, menjaga routing table.
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
23
Informasi routing yang efektif : Setelah mengirimkan RREP, jika node
menerima RREP dengan hop-count yang lebih kecil, node akan mengupdate
informasi routing dengan jalur yang terbaik dan mengirimkannya.
Loop-free routes : Algoritma menjaga agar tidak terjadi loop, dengan cara
membuang jalur yang buruk dari broadcast-id yang sama.
Topologi dinamis : Saat node yang berada didalam network bergerak atau
terjadi kerusakan, topologi jaringan akan berubah, intermediate node yang
mengetahui terjadinya kerusakan (link breakage) mengirimkan paket RERR.
Kekurangan AODV
Overhead pada bandwidth : Overhead pada bandwidth akan terjadi saat RREQ
melintasi dari node satu ke node yang lain dalam proses menemukan informasi
rute terbaik dan mengirimkan jalur untuk kembali, node yang dilewati akan
membawa semua informasi dalam perjalananya.
Informasi routing hanya dapat dipakai sekali : AODV kurang efisien dalam
melakukan routing, informasi rute diperoleh berdasarkan permintaan (ondemand).
Pencarian rute yang cukup lama, latency yang tinggi.
Ukuran routing tabel yang besar.
2.6
Protokol Routing AODV-ST
Pada AODV-ST, gateway secara periodik melakukan broadcast RREQ
untuk mulai membentuk spanning tree. Sebelum RREQ di broadcast, gateway
menetapkan destination-only flag pada RREQ dan menetapkan alamat tujuan
RREQ ke jaringan. Seting ini membedakan dari RREQs yang normal terhadap
RREQ yang dibentuk oleh spanning-tree. Sebuah RREQ terdapat metric field
yang di set zero oleh gateway. Ketika intermediate relay menerima RREQ, ia
akan memeriksa RREQ tersebut, jika kondisinya memenuhi relay akan
membentuk rute balik ke gateway melalui jalur terbaik. Relay tersebut dapat
melakukannya karena pada RREQ terdapat metric field. Field ini selalu diupdate
oleh intermediate relay jalur yang menunjukan karakteristik dari jalur yang telah
dibentuk. Ketika node membentuk rute balik akan dicatat oleh node, node tersebut
mengirimkan RREP secara acak kembali ke node asal. RREP yang dikirim secara
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
24
acak juga memiliki metric field yang diset zero. Metric field akan diupdate saat
intermediate relay kembali ke gateway. Saat intermediate relay menerima RREP,
intermediate relay akan mengirimkan terus jalur yang telah dilewati ke node asal.
dan melakukan update ke node asal menggunakan metric yang terdapat pada
RREP.
Pada gambar 2.10 sebuah relay dapat menerima dua buah route request
untuk memilih jalur yang terbaik. Relay D menerima dua RREQs dari gateway G
yang melewati dua jalur yang berbeda a dan b. Sebagai perkiraan jika RREQa
mengalami sedikit delay dari RREQb. Saat D menerima RREQb, ia akan
melakukan broadcast ulang karena itu adalah jalur pertama yang diketahui. Ketika
RREQa yang mengalami delay tiba di D, maka node D akan melakukan
rebroadcast ulang untuk memilih jalur yang lebih baik. Sebuah relay melakukan
broadcast ulang ke node yang mengirim RREQ hanya jika jalur yang dibentuk
oleh RREQ adalah jalur terbaik yang dapat dilalui oleh relay. Intermediate relay
tidak akan menunggu sampai menerima semua RREQ sebelum menentukan jalur
terbaik untuk di broadcast ulang. Ini akan mengurangi route latency. Ini berarti
relay akan menerima duplikat RREQ dari relay tujuan jika duplikat dari RREQ
menunjukan jalur yang lebih baik. RREQ akan di broadcast hop-by-hop melewati
mesh network, spanning tree secara implisit terbentuk dari rute balik ke ke
gateway.
Gambar 2.10 Duplikat Route Request Pada AODV-ST
AODV-ST memilik kelebihan dibanding dengan protokol AODV karena
protokol AODV-ST memberikan throughput yang tinggi dalam bentuk Expected
Transmission Count (ETX) dan Expected Transmission Time (ETT), selain itu
secara proaktif menjaga spanning tree pada mesh network yang secara signifikan
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
25
mengurangi route latency. ETX adalah jumlah transmisi yang dibutuhkan untuk
sampai ke node tetangganya. Untuk menghitung ETX setiap node secara periodik
melakukan pemeriksaan untuk setiap broadcast yang dikirim oleh tetangganya.
Setiap spanning tree dibentuk demikian saat relay nodes berada pada jalur
optimal menuju gateway yang tepat. Route maintenance dijaga agar tetap
minimum karena relay pada spanning tree secara periodik di update. Sebuah
relay secara spesifik memilih default gateway yang mampu memberikan kapasitas
terbesar. Untuk komunikasi relay-relay, AODV-ST menggunakan proactive route
discovery yang ada pada AODV, secara konsep AODV-ST adalah protokol
routing hybrid; ia menggunakan protokol routing proactive untuk mencari rute
yang biasa digunakan pada end-point (relay-to-gateway), dan menggunakan
protokol routing reaktif untuk merutekan relay-to-relay. Pada AODV-ST,
Expected Transmission Time (ETT) adalah waktu yang dibutuhkan sebuah paket
data untuk sampai ke-setiap tetangganya.
2.7
OpenWRT
OpenWRT adalah thirdpary firmware yang digunakan untuk menjalankan
wireless
router linksys seri WRT54. WRT54 adalah wireless
router pertama
yang dapat menggunakan OpenWRT karena mempunyai basis disain dari
Broadcom [15]. OpenWRT firmware menggunakan sistem operasi Linux yang
digunakan dalam suatu embedded device seperti wireless
router. Dibentuk pada
akhir tahun 2003 pada awalnya openWRT hanya digunakan oleh Linksys
WRT54G yang terbentuk dalam rangka mengembangkan sebuah third-party
firmware. Dalam
perkembangannya OpenWRT dapat pula digunakan untuk
mendukung wireless
router yang lain seperti ASUS, D-Link, DELL dan lain-
lain.
OpenWRT hanya menyediakan firmware dengan paket tambahan yang
memunginkan untuk merubah, menambah dan menghilangkan paket yang
diinginkan.
Dalam
perkembangan
OpenWRT
sangat
dipengaruhi
oleh
kemudahannya dalam memodifikasi fitur-fitur tambahan diluar fitur-fitur yang
telah disediakan oleh pihak manufaktur agar dapat digunakan sesuai dengan
keperluan tertentu dari para pengguna. Hal ini dapat dilakukan karena OpenWRT
bersifat
opensource
karena
dibuat
berdasarkan
GNU
General
Public
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
26
License/Linux, sehingga setiap perubahan yang dibuat oleh pihak manufaktur
harus didaftarkan dan dirilis melalui lisensi GPL. Berdasarkan sifat opensource ini
pula maka para pengguna dapat dengan bebas memodifikasi ataupun
menambahkan fitur-fitur lain pada router sesuai dengan kebutuhan.
Dalam
firmware
bawaan
dari
pabrikan
wireless
router
yang
menggabungkan semua paket dalam satu firmware, maka OpenWRT dapat
menyediakan konfigurasi minimal yang dibutuhkan oleh sebuah
wireless
router, namun dengan kemampuan untuk mendukung paket-paket tambahan.
Untuk wireless
router ini adalah penghematan ruang, karena paket-paket yang
tidak diperlukan dapat dihilangkan. Cara umum yang digunakan untuk konfigurasi
OpenWRT adalah dengan read-only partisi menggunakan squashfs atau dengan
read-write partisi. Pada partisi kedua terdapat link ke partisi squashfs sebagai root
pada file sistem [16]. Ada dua cara untuk melakukan instalasi OpenWRT melalui
Web GUI atau TFTP (Trivial File Transfer Protocol), selain itu ada dua pilihan
file system dalam OpenWRT yaitu : SQUSHFS dan Journaling Flash File
System, version2 (JFFS2). Squashfs memiliki ukuran yang lebih kecil
dibandingkan dengan file JFFS2 karena filenya telah dikompresi, dan cara yang
paling aman untuk menginstal firmware Open WRT karena filenya bersifat readonly dan banyak direkomendasikan untuk pemula karena squashfs mampu untuk
mencegah error dalam penginstalasiannya. JFFS2 adalah file sistem GNU license,
dalam filenya tidak dilakukan kompresi sehingga membutuhkan memory yang
cukup besar dan file sistemnya bersifat read/wirite dan mudah mengalami user
error karena keterbatasan pengguna sehingga peralatan tidak dapat dipakai
kembali [17].
Saat ini ada dua jenis OpenWRT yang telah dibuat yaitu :
WhiteRussian
Versi ini adalah versi pertama dari OpenWRT, lebih stabil karena telah
dikembangkan paling awal. Karena itu banyak dokumentasi maupun tutorial
yang tersedia untuk mendukung pemakaian OpenWRT versi ini. Versi terakhir
dari whiterussian adalah White Russian 0.9 yang dirilis pada tanggal 5
Februari 2007.
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
27
Kamikaze
Versi baru dari OpenWRT, walaupun sudah stabil namun masih dalam
pengembangan. Memiliki GUI yang lebih lengkap dari versi terdahulu, Dibuat
berdasarkan disain berbeda dengan versi yang terdahulu sehingga dapat
bekerja pada pilihan jenis wireless
router yang lebih luas, selain itu
mempunyai kernel yang lebih baru. Versi terakhir dari kamikaze adalah
Kamikaze 7(09).
2.7.1
Directory Structure
Terdapat empat directory utama pada Open WRT yaitu
Tools
toolchain
package
target
Tools dan tooolchain adalah directory yang biasa digunakan untuk
membangun image frimware, yaitu compiler dan C library. Hasilnya adalah tiga
directory baru yaitu, build_dir/host ini adalah temporary directory untuk
membangun
target,
build_dir/toolchain,
directory
ini
digunakan
untuk
membangun toolchain dengan arsitektur yang spesifik, terakhir adalah
staging_dir/toolchain directory ini adalah hasil dari toolchain yang telah diinstal.
2.7.2
Software Architecture
OpenWRT menggunakan embeded linux tools seperti uClib, busybox,
shell interpreter. Setiap arsitektur menggunakan kernel Linux berbeda yang
mengijinkan user untuk mengembangkan. Untuk itu kita hanya butuh recompile
uClib dan packages untuk mencocokan target arsitektur untuk mendapatkan
program diinginkan yang berbeda dari embeded device. Unified Configuration
Interface (UCI) adalah interface dari C library yang menyediakan hubungan
konfigurasi untuk sistem. UCI digunakan oleh Open WRT untuk device yang
tidak memiliki NVRAM untuk tempat meyimpan partisi. Karena UCI adalah
library dari C, ini mudah diintegrasikan kedalam aplikasi yang telah ada untuk
dikembangkan konfigurasi yang kompatibel dengan openWRT
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
28
Gambar 2.11 Arsitektur Software OpenWRT
OpenWRT menggunakan sistem ipkg seperti yang biasa digunakan Linux
untuk mengatur paket-paket fitur tersebut. IPKG adalah sebuah directory tempat
penyimpanan semua kontrol file ipkg. File ini selalu bernama “pkgname.type”
sebagai contoh : strace.control. file ini secara otomatis ditambahkan ke package
saat dieksekusi.
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
29
BAB III
PERANCANGAN JARINGAN
3.1
Perancangan Jaringan
Untuk membangun sebuah jaringan wireless mesh ada beberapa langkah
yang harus dilakukan sehingga jaringan yang dibuat dapat bekerja dengan baik
dan data-data yang didapat sesuai dengan yang diharapkan.
3.1.1
Topologi Jaringan
Dalam wireless
mesh network yang akan dibuat adalah wireless
network tipe infrastruktur, yaitu terdiri dari empat buah wireless
mesh
mesh router
yang saling terhubung satu dengan yang lainnya sehingga membentuk sebuah
infrastuktur jaringan komputer dimana client dapat terhubung dengan client
lainnya dengan jarak tertentu. Tipe wireless mesh router yang digunakan adalah
Linksys seri WRT54GL router ini dipilih karena wireless
router linksys seri
WRT54 dapat dimodifikasi menggunakan firmware dari Open WRT.
Gambar 3.1 Perencanaan Jaringan Yang Akan Dibuat
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
30
Pada gambar 3.1 adalah topologi jaringan yang akan dibuat dimana jaringan
infrastruktur terbentuk dari empat buah wireless
berbagai koneksi user seperti wireless
menggunakan koneksi wireless
ethernet pada wireless
router yang terhubung dengan
dan wired. User/client dapat
atau, menggunakan koneksi wired melalui port
router. Topologi ini dinilai dapat memenuhi tujuan
pembangunan testbed yaitu mengukur kinerja dari sebuah jaringan wireless mesh
dengan menggunakan protokol routing AODV-ST.
3.1.2
Spesifikasi Router
Wireles router yang digunakan adalah wireless router linksys WRT54GL
yang telah dimodifikasi firmwarenya menggunakan firmware openWRT yang
telah mendukung jaringan wireless
mesh network. Router pada jaringan ini
bersifat statis karena menggunakan power supply yang berasal dari PLN.
a. Spesifikasi Wireless Router WRT54GL versi 1.1 adalah :
Architecture
: MIPS
Connectivity
: Wired, Wireless
Status Indicator
: Power, Port status, Link activity
Vendor
: Broadcom
Antenna
:2
Directivity
: Omni-directional
Frequncy Band
: 2.4 GHz
CPU Speed
: 200 Mhz
Flash size
: 4 MiB
RAM
: 16 MiB
Ethernet
: Switch in CPU
USB
: No
Tipe
: Wireless router Linksys WRT54GL v 1.0
Wireless network standard : IEEE 802.11 a/b/g
Data transfer rate
: 54 Mbps
Data link protocol
: Ethernet, IEEE 802.11b, IEEE 802.11g
Security protocols
: WPA, 128 bit WEP, 64 bit WEP
Interfaces
: 1xNetwork - Ethernet 10Base-T/100BaseTX-RJ-45 (WAN) , 4xNetwork-Ethernet
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
31
10Base-T/100Base-TX-RJ-45, 1xNetwork Radio-Ethernet
Routing
: TCP/IP
Management
: Web based
Wan port
:1
Integrated Sitch
: 4 – port switch
Gambar 3.2 Tampak Depan Wireless Router Linksys WRT54GL
Gambar 3.3 Tampak Belakang Wireless Router Linksys WRT54GL
3.1.3
Spesifikasi User
User yang ideal untuk jaringan wireless
laptop yang telah memiliki wireless
mesh network adalah sebuah
LAN card atau wireless
modem
didalamnya. Laptop ini dipilih karena memiliki kemampuan yang mobile dalam
melakukan test-bed, sehingga dapat diukur seberapa besar kemampuan router
untuk menjangkau user agar dapat berkomunikasi dengan user lainnya. Adapun
untuk spesifikasi dari laptop yang digunakan adalah
Operating System
: Microsoft Windows XP service pack 2
Processor
: Intel(R) Pentium D CPU 2.80 GHz
Memory
: 512 MB RAM
Network Adapters
: Intel PRO/Wireless 3945ABG network connection
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
32
3.2
Lokasi Test-bed
Lokasi test-bed merupakan hal yang cukup penting untuk membentuk
jaringan mesh ini, karena penentuan lokasi dimana wireless
router ditempatkan
akan membentuk topologi dari jaringan tersebut, pemilihan lokasi juga
memperhatikan banyak faktor antara lain: Tempat untuk menempatkan wireless
router harus memiliki sumber listrik, karena router yang digunakan membutuhkan
tegangan sebesar 220 volt AC. Selain itu penempatan router harus terlidung dari
pengaruh cuaca seperti hujan karena dapat menyebabkan kerusakan pada router.
Dari pertimbangan diatas maka lokasi penempatan router yang cocok untuk
pengambilan data yang dibutuhkan. Seperti pada gambar 3.4 untuk tiga router
diletakan di loby fakultas teknik Universitas Indonesia dan satu router diletakan di
payung departemen teknik elektro.
Gambar 3.4 Lokasi Penempatan Router
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
33
3.3
Instalasi OpenWRT
Firmware yang akan dipakai dalam test-bed wireless
mesh network ini
adalah OpenWRT, firmware ini dipilih karena firmware openWRT dapat
dimodifikasi dan mendukung untuk membentuk sebuah jaringan wireless mesh.
Firmware OpenWRT berbasis open source menggunakan operating sistem
berbasis Linux.
Firmware OpenWRT terdiri dari dua versi yaitu White-Russian dan
Kamikaze, dan yang akan digunakan pada wireless router ini adalah versi WhiteRussian 0.9, versi ini dipilih karena White-Russian adalah versi pertama dari
OpenWRT sehingga sudah banyak paket-paket yang dapat digunakan untuk
mendukung jaringan yang akan dibentuk, selain itu White-Russian juga memiliki
dokumentasi dan tutorial yang cukup lengkap dibandingkan dengan tipe terakhir
yaitu kamikaze 7.09.
Gambar 3.5 Flow-Chart Instalasi Wireless Router
Paket Open WRT yang akan diinstall ke dalam wireless
routr dapat
diambil didalam situs Open WRT yaitu : http://www.openwrt.org download paket
OpenWRT yang dibutuhkan untuk menginstal white russian (0.9) adalah,
openwrt-wrt54g-squashfs.bin dapat didowload di http://downloads.openwrt.org
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
34
/whiterussian/0.9/default/ setelah paket didowload maka perlu diperiksa apakah
paket tersebut mengalami kerusakan atau tidak. Pemeriksaan menggunakan MD5
(Message-Digest algortihm 5) ialah fungsi kriptografik yang digunakan secara
luas dengan value 128-bit. Pada standar Internet (RFC 1321), MD5 telah
dimanfaatkan secara bermacam-macam pada aplikasi keamanan, dan MD5 juga
umum digunkan untuk melakukan pengujian integritas sebuah file. Paket yang
didowload adalah openwrt-wrt54g-squashfs.bin memiliki nilai MD 5sum
a98fe3948d96019f12d74002fef20fbc. Untuk mencocokan nilai Program MD5
dijalankan melalui command promt pada windows.
Gambar 3.6 Kode MD5 Dari Openwrt
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
35
3.7 Pemeriksaan Paket Firmware Dengan MD5sums.
Samakan kode yang ada pada command promt dengan kode yang
didapatkan dari OpenWRT, jika kode yang didapat dari command promt sama
dengan kode OpenWRT berarti paket tersebut tidak mengalami kerusakan dalam
transfer dan dapat digunakan.
Sambungkan kabel UTP ke salah satu port LAN pada bagian belakang dari
router, setelah itu masukan power suplly kedalam port power. Wireless
Router
Linksys membutuhkan tegangan listrik sebesar 12V DC dan arus 1.0 A.
Setelah semua kabel terhubung langkah selanjutnya adalah masuk ke
dalam web interface dari router maka akan muncul tampilan seperti gambar 3.6
user name dan password default dari pabrik adalah ”root” untuk user name dan
”admin” untuk password.
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
36
Gambar 3.8 Tampilan Awal Web Interface
Gambar 3.9 Tampilan Web Interface Linksys
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
37
Setelah masuk kedalam web interface langkah selanjutnya adalah
mengganti firmware default dari linksys dengan OpenWRT yaitu dengan cara
masuk ke tab administration dan pilih firmware upgrade dan pilih browse
kemudian masukan file openwrt-wrt54g-squashfs.bin setelah file masuk maka
klik tombol upgrade. Proses upgrade akan tampak seperti gambar dibawah ini.
3.10 Proses Firmware Upgrade
Apabila firmware OpenWRT telah terinstal, maka OpenWRT dapat
dimasuki melalui web interface maupun Telnet atau SSH.
3.11 Halaman Depan Web Interface Openwrt
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
38
3.12 Tampilan Command Line Interface Openwrt
3.4
Instalasi AODV
Untuk dapat menjalankan protocol routing AODV-ST pada openWRT
maka diperlukan paket aodv-st.tar.gz.
1. Download paket aodv-st.tar.gz. Paket ini dapat didownload pada situs:
http://moment.cs.ucsb.edu/krishna/aodv-st/aodv-st.tar.gz
Paket aodv-st.tar.gz terdiri dari beberapa file antara lain sebagai berikut :
aodv_dev : Untuk insialisasi router yang akan menggunakan
protocol AODV.
aodv_neigh
:
Menjaga
node
terdekat,
karena
jika
komunikasi terputus maka akan terjadi link breakage.
aodv_route : Rute yang ditempuh ke node terdekat.
aodv_thread : Proses yang menangani
dapat berfungsi dengan benar.
semua
tugas
agar
flood_id : Untuk memastikan bahwa tidak akan melakukan
broadcast RREQ dua kali. Dengan cara mencatat waktu dari
paket yang masuk, sumber memiliki ID yang unik, jika
menerima paket dari sumber yang sama (ID) maka tidak akan
diproses.
hello : Menangani pengiriman dan penerimaan dari hello
message.
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
39
kernel_route : Membuat dan menghapus rute dari routing
table.
module
: Berguna saat modul mendapatkan beban
packet_in
: Menangani paket yang masuk.
packet_out : Semua paket yang keluar melewati ini.
rerr
: Membuat dan memproses route error message.
rrep
: Menangani paket RREP yang terdapat rute
baru.
rreq
: Menangani saat tidak mempunyai rute maka
akan mengirinkan RREQ.
task_queue : mengerjakan semua proses utama.
2. Pindahkan ke directory baru
toolchain_build_ARCH/uClibc/
3. Run file tersebut dengan cara
make menuconfig
copy file . config ke toolchain/uClibc/uClibc.config
4. Compile file tersebut dengan perintah make, ada beberapa pilihan dalam
melakukan compile yaitu :
DMESSAGES
: Support for printing kernel messages
to the console
DTRACE
: Support for trace messages for
Debuggin purposes
DAODV_GATEWAY
: Support for gatewaying to outside
network
DAODV_SIGNAL
: Support for monitoring the signal
strength of neighbors
DAODV_MULTICAST: Support for multicasting.
3.4.1
Konfigurasi Router
1. Konfigurasi interface wireless router agar dapat beroperasi dalam
mode ad-hoc dilakukan dengan perintah berikut :
nvram set wifi_proto=static
(non-aktifkan DHCP yang digunakan IP static)
nvram set wifi_ipaddr=192.169.1.10
(alamat IP wifi)
nvram set wifi_netmask=255.255.255.0
(memberi netmask wifi)
nvram set w10_mode=sta
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
40
(beroperasi sebagai client mode)
nvram set w10_infra=0
0 = ad-hoc mode, 1 = normal Access Point)
nvram set w10_ssid=aodv-st
memberi nama SSID)
nvram set w10_radio=1
mengaktifkan koneksi radio wireless)
nvram set w10_channel=11
menentukan channel yang dipakai 0 – 11)
nvram set w10_closed=0
(0 = broadcast SSID, 1 = hide SSID)
nvram commit
(menuliskan perubahan pada nvram)
ifup lan
(eksekusi perintah konfigurasi pada lan)
ifup wifi
(eksekusi perintah konfigurasi pada wifi)
reboot
(me-reboot router)
Menu ifconfig pada AODV-ST
br0
Link encap:Ethernet
inet addr:192.169.1.10 Bcast:192.168.1.255
Mask:255.255.255.0
UP BROADCAST RUNNING MULTICAST
MTU:1500
Metric:1
RX packets:6022 errors:0 dropped:0 overruns:0 frame:0
TX packets:5768 errors:0 dropped:0 overruns:0 carrier:0
collisions:0 txqueuelen:0
RX bytes:356276 (347.9 KiB)
eth0
Link encap:Ethernet
UP
BROADCAST
Metric:1
TX bytes:457411 (446.6 KiB)
HWaddr
RUNNING
PROMISC
MULTICAST
MTU:1500
RX packets:6204 errors:0 dropped:0 overruns:0 frame:0
TX packets:5774 errors:0 dropped:0 overruns:0 carrier:0
collisions:0 txqueuelen:1000
RX bytes:514297 (502.2 KiB)
TX bytes:484047 (472.7 KiB)
Interrupt:3 Base address:0x2000
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
41
eth1
Link encap:Ethernet
UP BROADCAST RUNNING MULTICAST
MTU:1500
Metric:1
RX packets:0 errors:0 dropped:0 overruns:0 frame:0
TX packets:66 errors:0 dropped:0 overruns:0 carrier:0
collisions:0 txqueuelen:1000
RX bytes:0 (0.0 B)
TX bytes:7209 (7.0 KiB)
Interrupt:4 Base address:0x8000
eth2
Link encap:Ethernet
UP BROADCAST RUNNING MULTICAST
MTU:1500
Metric:1
RX packets:0 errors:0 dropped:0 overruns:0 frame:2202
TX packets:93 errors:36 dropped:0 overruns:0 carrier:0
collisions:0 txqueuelen:1000
RX bytes:0 (0.0 B)
TX bytes:11951 (11.6 KiB)
Interrupt:6 Base address:0x2000
lo
Link encap:Local Loopback
inet addr:192.169.1.1
UP LOOPBACK RUNNING
Mask:255.255.255.0
MTU:16436
Metric:1
RX packets:0 errors:0 dropped:0 overruns:0 frame:0
TX packets:0 errors:0 dropped:0 overruns:0 carrier:0
collisions:0 txqueuelen:0
RX bytes:0 (0.0 B)
vlan1
TX bytes:0 (0.0 B)
Link encap:Ethernet
UP BROADCAST RUNNING MULTICAST
MTU:1500
Metric:1
RX packets:181 errors:0 dropped:0 overruns:0 frame:0
TX packets:6 errors:0 dropped:0 overruns:0 carrier:0
collisions:0 txqueuelen:0
RX bytes:19634 (19.1 KiB)
vlan2
TX bytes:3564 (3.4 KiB)
Link encap:Ethernet
UP BROADCAST RUNNING MULTICAST
MTU:1500
Metric:1
RX packets:6023 errors:0 dropped:0 overruns:0 frame:0
TX packets:5768 errors:0 dropped:0 overruns:0 carrier:0
collisions:0 txqueuelen:0
RX bytes:382991 (374.0 KiB)
TX bytes:480483 (469.2 KiB)
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
42
Setelah dilakukan perintah diatas reboot router periksa apakah dapat melakukan
ping ke router lain yang menjalankan ad-hoc mode. Untuk melihat apakah sudah
dikonfigurasi dengan benar ketik
Iwconfig eth1
Tampilan yang akan muncul adalah
root@WRT54GL:~#iwconfig eth1
eth1
EEE 802.11-DSF
Mode:Ad-Hoc
ESSID:" aodv-st "
Channel:11
Bit Rate:1Mb/s
Retry limit:0
Cell: 02:02:11:D9:96:7F
Tx-Power= 7 dBm
RTS thr:off
Fragment thr:off
Encryption key:off
Link Quality:1/5
Rx invalid nwid:0
Signal level:-80 dBm Noise level:-256 dBm
Rx invalid crypt:0
Tx excessive retries:0
Invalid misc:0
Rx invalid frag:0
Missed beacon:0
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
BAB IV
ANALISA DATA
4.1
Lokasi Test-bed
Pada gambar 4.1 adalah lokasi testbed yang akan diambil datanya. Lokasi
testbed berada di lingkungan fakultas teknik Universitas Indonesia, tiga buah
router diletakkan di lobby fakultas teknik Universitas Indonesia dan satu buah
berada di gazebo departemen teknik elektro. Data yang akan diambil adalah
bandwidth, latency, throughput dan jitter. Selain itu akan dilihat kemampuan dari
jaringan wireless mesh untuk melakukan self-healing dan self configure.
Gambar 4.1 Denah Lokasi Testbed
Analisa unjuk kerja, Ashadi43
Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
44
Dengan keteranngan sebagai berikut :
Router A :
IP
: 192.169.1.10
Subnet Mask : 255.255.255.0
Router B :
IP Address
: 192.169.1.20
Subnet Mask : 255.255.255.0
Router C :
IP Address
: 192.169.1.30
Subnet Mask : 255.255.255.0
Router D:
IP Address
: 192.169.1.40
Subnet Mask : 255.255.255.0
User 1
:
IP Address
: 192.169.10.10
Subnet Mask : 255.255.255.0
User 2
:
IP Address
: 192.169.10.20
Subnet Mask : 255.255.255.0
User 3
:
IP Address
: 192.169.10.30
Subnet Mask : 255.255.255.0
4.2
Pengujian Jaringan
Pengujian jaringan sangat diperlukan untuk mengukur baik atau tidak nya jaringan
yang telah dibuat, selain itu juga untuk melihat kemampuan dari jaringan yang
telah dirancang tersebut.
4.2.1 Self Configure
Skenario pertama yang dilakukan pada testbed adalah untuk melihat
kemampuan dari jaringan wireless mesh network dalam melakukan self configure.
Self configure adalah kemampuan wireless mesh router untuk bergabung dengan
jaringan wireless mesh yang sudah ada sebelumnya sehingga dapat meneruskan
paket-paket data yang akan dikirimkan dapat melalui router yang baru bergabung
tersebut. Skenario yang akan dilakukan dalam pengujian self configure adalah
dengan mengunakan tiga buah router yang akan diletakan seperti terlihat pada
gambar 4.2.
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
45
Gambar 4.2 Posisi Router Untuk Pengujian Self-Configure
Router yang akan digunakan adalah router A, router B dan router D. Waktu yang
diperlukan oleh user 1 agar dapat terhubung dengan user 2 melalui router A,
router B dan router D adalah waktu self-configure. Cara yang dilakukan adalah
user 1 melakukan ping secara terus menerus terhadap user 2 karena router B
belum diaktifkan sehingga jaringan belum terbentuk maka pada user 1 akan
muncul tampilan request time out. Setelah router B dipasangkan pada posisinya
maka dalam beberapa saat maka jaringan akan terbentuk dan sistem multihop
dapat berjalan sehingga user 1 dapat berkomunikasi dengan user 2, dan akan
muncul pada user 1 yang melakukan ping terhadap user 2 adalah reply from IP
user 2.
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
46
Sekenarionya adalah:
1. Letakan router A dan router D pada posisi yang telah ditentukan
sebelumnya.
2. Lakukan perintah ping pada user 1 terhadap user 2, karena router A dan
router D tidak dapat terhubung karena jarak anatar router yang berjauhan
maka tidak ada balasan berupa reply from ip user 2.
3. Letakan router B pada posisi antara router A dan router D sesuai dengan
gambar 4.2.
4. Waktu yang dicatat adalah waktu yang diperlukan router B agar dapat
terhubung dengan router A dan router D. Sehingga user 1 dapat terhubung
dengan user 2. Dapat dilihat melalui reply dari user 2 ke user 1.
Gambar 4.3 User 1 Tidak Dapat Melakukan Komunikasi Pada User 2
Gambar 4.4 User 1 Dapat Melakukan Komunikasi Pada User 2
Pada gambar 4.3 user 1 tidak dapat melakukan komunikasi dengan user 2,
karena jalur yang dilalui belum terbentuk hal ini disebabkan oleh keterbatasan
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
47
jarak antrara router A dan router B yang berjauhan. Setelah router B ditempatkan
seperti pada gambar 4.4 maka jalur antara user 1 dan user 2 telah terbentuk,
keterbatasan jarak anatara router A dan router D dapat dijembatani melalui router
B yang ditempatkan diantara router A dan D.
Ping adalah perintah yang biasa digunakan untuk menguji koneksi
jaringan dengan cara mengirimkan paket data kepada host dan menghitung
lamanya waktu yang dibutuhkan untuk proses pengiriman data tersebut. PING
adalah Packet Internet or Inter-Network Group. Perintah ping menggunakan
pengiriman dengan packet Internet Protocol (IP), yang biasa dikenal dengan
protokol ICMP (Internet Control Message Protocol) dengan mengirimkan packet
echo request datagram. Setiap paket yang dikirimkan menunggu jawaban dari
alamat tujuan (destination). Hasil output ping berisikan lamanya waktu jawaban
dari alamat tujuan. Router B untuk dapat bergabung dengan router yang telah ada
yaitu router A dan router D adalah waktu self-configure.
Tabel 4.1 Waktu pengujian self-configure
No
Waktu (s)
1
75.4
2
73.7
3
68.3
4
69.2
5
71.5
6
69.2
7
70.5
8
76.6
9
72.1
10
69.2
Waktu rata-rata = 71.57
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
48
4.2.2
Pengujian self-healing
Skenario kedua yang dilakukan pada testbed adalah untuk melihat
kemampuan dari jaringan wireless mesh network dalam melakukan self-healing.
Self-healing adalah kemampuan wireless mesh router mencari jalur routing yang
baru apabila pada jalur yang dilaluinya terjadi kerusakan. Gangguan pada jalur ini
dapat terjadi karena jalur yang dilewati bermasalah. Intinya adalah jika terjadi
kegagalan dalam mengirimkan paket data, router dapat mencari rute alternatif
unuk meneruskan paket yang akan dikirimkan.
Skenario yang dilakukan untuk pengujian self-healing dalam jaringan
wireless mesh adalah dengan menggunakan 4 buah router yang telah diposisikan
seperti pada gambar 4.1, dimana semua router berada dalam posisi aktif sehingga
user 1 dapat melakukan ping terhadap user 2.
Langkah-langkah yang dilakukan pada pengujian self-healing adalah :
1. Lakukan ping user 1 terhadap user 2 hingga mendapatkan balasan dari
user 2 berupa reply from IP user 2.
2. Lihat jalur yang digunakan oleh user 1 untuk berkomunikasi dengan router
2. Misal jalur yang digunakan adalah melalui :
User_1 – router A – router B – router D – user_2 seperti pada gambar 4.5
Untuk menguji self-healing adalah dengan cara mematikan power pada
router B dan perintah ping masih terus dilakukan hingga terbentuk jalur
baru seperti pada gambar 4.6 User 1 – router A – router C – router D –
user 2.
3. Data yang dicatat adalah waktu yang dibutuhkan user 1 untuk dapat
berhubungan kembali dengan user 2 melalui jalur yang baru yaitu dengan
munculnya kembali pesan reply pada di user 1 dari user 2.
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
49
Tabel 4.2 Waktu Pengujian Self-Healing
No
Waktu (s)
1
235.2
2
256.7
3
268.4
4
239.6
5
248
6
237.4
7
269.5
8
235.8
9
244.5
10
270.1
Waktu rata-rata = 250.52
Gambar 4.5 Rute Awal Yang Terbentuk Antara User 1 Dan User 2.
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
50
Gambar 4.6 Rute Baru Yang Terbentuk Setelah Dilakukan Self-Healing.
Pada gambar 4.5 jalur awal yang dibentuk untuk komunikasi antara user 1
dan user 2 adalah melalui roter A, B, dan D untuk menguji kemampuan selfhealing maka power router B di off kan, sehingga rute baru terbentuk untuk
komunikasi antara user 1 dan user 2 yaitu melalui jalur router A,C,dan D. Waktu
minimal yang didapat untuk self-healing adalah 235,2 detik sedangkan waktu
maksimumnya adalah 270,1 detik waktu rata-rata adalah 250,52 detik. Perbedaan
waktu ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah kepadatan jaringan,
interferensi dari pengguna wireless router yang lain, cuaca, dan besar data yang
dikirim.
4.3
Pengukuran Bandwidth
Skenario
ketiga
yang
dilakukan
adalah
pengukuran
bandwidth.
Pengukuran bandwidth ini diiperlukan untuk melihat kemampuan dari jaringan
mesh yang telah dibuat apakah mampu melewatkan paket – paket data dalam
berbagai ukuran. Pengukuran bandwidth ini menggunakan software PRTG, selain
dapat melihat bandwidth software ini dapat melihat latency dari router.
Paket – paket data yang dikirimkan menggunakan tiga bentuk data yaitu
data pertama berupa aplikasi chatt berupa pengiriman teks dari user 1 ke user 2
berlaku sebaliknya dari user 2 ke user 1, data ke dua yang dikirimkan berbentuk
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
51
voice yaitu, user 1 berbicara di mikrophone hingga terdengar di user 2 tetapi hal
ini tidak dapat berlaku sebaliknya karena keterbatasan pada laptop di user 2
dimana laptoop pada user 2 tidak terdapat microphone sehingga aplikasi kedua
hanya berlangsung satu arah. Aplikasi ketiga yang dijalankan adalah audio/video
confrence, aplikasi ini seperti pada aplikasi ke dua dimana user 1 mengaktifkan
webcam hingga gambar yang di hasilkan dapat dilihat secara real time oleh user 2.
Pengujian yang ketiga ini menggunakan empat buah router yang telah
aktif. Posisi router ditempatkan seperti pada gambar 4.1. Waktu yang di
alokasikan untuk pengukuran bandwidth ini sekitar 2 jam, dimana aplikasi yang
dijalankan berbeda – beda seperti yang telah dijelaskan diatas.
Gambar 4.7 Posisi Router Untuk Pengukuran Bandwidth
Langkah-langkah yang dilakukan pada pengukuran bandwidth adalah :
1. Tempatkan empat buah router sesuai dengan posisinya.
2. Lakukan ping terhadap semua router untuk melihat apakah router tersebut
dapat digunakan dalam pengujian atau tidak.
3. Lakukan ping user 1 terhadap user 2 hingga mendapatkan balasan dari
user 2 berupa reply from IP user 2. Hal ini diperlukan untuk melihat
apakah jaringan sudah terbentuk atau belum.
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
52
4. Aplikasi pertama yang dijalankan adalah chatt, aplikasi ini dijalankan
kurang lebih selama 30 menit. Setelah aplikasi chatt dilakukan aplikasi
kedua yang dijalankan adalah berupa pengiriman suara melalui
mikrophone pada user 1, selain mikrophone dapat pula dijalankan aplikasi
pemutar musik yang dijalankan dari user 1, aplikasi ini dijalankan selama
kurang lebih 45 menit. Aplikasi ketiga yang dilakukan adalah video
confrence, waktu yang diperlukan adalah selama 45 menit hingga
mencapai total waktu yang diperlukan kurang lebih 2 jam. Hasil yang
diperoleh seperti pada gambar 4.8 – gambar 4.15.
Gambar 4.8 Grafik Bandwidth Router A.
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
53
Gambar 4.9 Grafik Bandwidth Router B.
Gambar 4.10 Grafik Bandwidth Router C
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
54
Gambar 4.11 Grafik Bandwidth Router D
Gambar 4.12 Grafik latency Router A
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
55
Gambar 4.13 Grafik latency Router B
Gambar 4.14 Grafik latency Router C
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
56
Gambar 4.15 Grafik latency Router D
Dari pengujian bandwidth yang dilakukan dengan beberapa kondisi
jaringan yang diberi beban aplikasi seperti aplikasi chatting serta audio-video
conference. Hal tersebut dilakukan untuk menguji performa wireless mesh
network dalam berbagai kondisi pengiriman data yang besarnya berbeda tersebut.
Dapat dilihat bahwa jalur yang digunakan dari user-user adalah melalui melalui
router A, router B dan router D. karena aktifitas yang tampak dari router C tidak
terlalu besar dalam pemakaian bandwidth. Pada setiap jalur aktif yang dilalui
seperti router A, B dan D terjadi peningkatan bandwidth pada setiap
dijalankannya aplikasi. Untuk 30 menit pertama dimana hanya aplikasi chatt yang
digunakan, pemakaian bandwidth yang terlihat belum masih kecil, kemudian
setelah jaringan diberi beban audio conference dan pemutar musik pada menit ke
30 aktifitas penggunaan bandwidth pada router yang dilalui mulai meningkat dan
mencapai puncaknya saat dilakukan video conffrence adalah pemakaian
bandwidth yang paling maksimal.
Pada gambar 4.8 yaitu grafik bandwidth router A terlihat pemakaian
bandwidth dari berbagai beban selain itu router A digunakan sebagai gateway dari
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
57
user pengirim sehingga memiliki memakai bandwidth yang paling besar hingga
mencapai puncaknya dengan nilai 2.301362 Kbit/s pada saat jaringan diberi beban
audio-video conference, pada router B dengan nilai maksimum outgoing sebesar
598.128 Kbit/s dan router D dengan nilai 600.152 Kbit/s dan router C yang tidak
dipakai dalam jalur routing antara user 1 dan user 2 memiliki nilai maksimum
outgoing yang paling kecil yaitu sebesar 2.646 Kbit/s.
Gambar 4.16 Grafik Pemakaian Bandwith Berdasarkan Router
Nilai latency untuk setiap router juga dilakukan dengan skenario yang
sama pada grafik terlihat bahwa terjadi peningkatan latency terhadap beban
aplikasi yang diberikan pada jaringan. Pada 30 menit pertama dimana jaringan
hanya diberi beban aplikasi chatting akitifitas latency pada setiap router
cenderung kecil. Namun saat jaringan diberikan beban yang lebih besar seperti
audio-video conference pada 60 menit kedua maka aktifitas latency terlihat
meningkat. Nilai latency router A dengan nilai maksimum 9.127 ms, router B
yang mempunyai nilai latency maksimum 25.35 ms, serta router C dengan nilai
maksimum 9.142 ms tetapi pada router C memiliki nilai rata-rata yang paling kecil
hal ini disebabkan router C tidak di lalui oleh jalur routing. Nilai latency yang
paling besar terdapat pada router D dimana nilai nya sebesar 30.443 ms. Hasil
latency sangat dipengaruhi oleh besarnya data yang dikirim dari grafik latency
semua router. Nilai latency maksimum terjadi pada saat jaringan diberi beban
audio-video conference, dibandingkan dengan beban yang lain yaitu chatt dan
audio conference nilai latency yang dihasilkan tidak begitu besar.
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
58
Nilai latency dari setiap router tergantung dari beban yang diberikan jika
jaringan diberi beban yang rendah seperti chatting berupa pengiriman teks antar
user nilai latency cenderung rendah. Tetapi saat jaringan diberikan beban yang
lebih besar seperti audio-video conference maka nilai latency cenderung
meningkat.
4.2.4 Pengukuran throughput dan jitter pada multihop
Pengkuran yang dilakukan terakhir adalah pengukuran throughput dan
jitter dengan system multi hop. Pengukuran ini dilakukan menggunakan 2 buah
router untuk system satu hop dan tiga buah router untuk system 2 hop.
Pengukuran pertama yang diambil adalah taanpa apliksi dan pengukuran kedua
yang dilakukan adalah dengan aplikasi (voice dana video streaming). Program
yang digunakan untuk mengukur throughput dan jitter adalah jperf.
Gambar 4.17 Grafik Throughput Tanpa Aplikasi 1 Hop
Gambar 4.18 Grafik Throughput Dengan Aplikasi 1 Hop
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
59
kbps
Throughput 1 hop
40000
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
t (detik)
Tanpa aplikasi
Dengan aplikasi
Gambar 4.19 Grafik Perbandingan Throughput 1 Hop
Gambar 4.20 Grafik Jitter Tanpa Aplikasi 1 Hop
Gambar 4.21 Grafik Jitter Dengan Aplikasi 1 Hop
Jitter 1 hop
1.2
t (detik)
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
t (detik)
Tanpa aplikasi
Dengan aplikasi
Gambar 4.22 Grafik Perbandingan Jitter 1 Hop
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
60
Gambar 4.23 Grafik Throughput Tanpa Aplikasi 2 Hop
Gambar 4.24 Grafik Throughput Dengan Aplikasi 2 Hop
Throughput 2 hop
20000
kbps
15000
10000
5000
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
t (detik)
Tanpa aplikasi
Dengan aplikasi
Gambar 4.25 Grafik Perbandingan Throughput 2 Hop
Gambar 4.26 Grafik Jitter Tanpa Aplikasi 2 Hop
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
61
Gambar 4.27 Grafik Jitter Dengan Aplikasi 2 Hop
Jitter 2 hop
5
t (detik)
4
3
2
1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
t (detik)
Tanpa aplikasi
Dengan aplikasi
Gambar 4.28 Grafik Perbandingan Jitter 2 Hop
Pengukuran dengan dan tanpa menggunakan aplikasi dimaksudkan untuk
melihat bagaimana kemapuan dari router menerima beban berupa data yang
minimum maupun data yang besar berupa voice dan video streaming. Selain itu
pengukuran 1 hop dan 2 hop dimaksudkan untuk melihat apakah terdapat
pengaruh banyaknya hop dengan kemampuan router tersebut dalam menangani
pengiriman data.
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa hasil pengukuran throughput tanpa
aplikasi di dapat nilai throughput yang paling baik, selain itu jitter yang didapat
juga relatif kecil. Pada pengukuran kedua dengan menggunakan aplikasi dengan
sistem 1 hop di dapatkan hasil yang lebih rendah dari pengukuran tanpa
menggunakan aplikasi.
Pada grafik dapat dilihat nilai throughput turunnya seiring dengan
bertambahnya jumlah hop. Bertambahnya beban aplikasi pada jaringan juga
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
62
berpengaruh pada performansi end-to-end throughput pada setiap penmbahan hop
akan menurunkan nilai throghput.
Gambar 4.29 Grafik Perbandingan Troughput Sistem Multihop
Dari grafik secara keseluruhan terlihat bahwa performansi throughput
akan terus menurun seiring dengan bertambahnya jumlah hop. Selain itu pengaruh
pemakaian aplikasi juga sangat berpengaruh dengan throughput yang didapat,
performa throughput akan berkurang seiring dengan pemakaian aplikasi berupa
audio-video confrence. Penggunaan aplikasi juga memilik pengaruh pada jitter
yaitu nilai jitter juga akan terus bertambah seiring dengan penambahan hop.
Penggunaan aplikasi juga akan meningkatkan nilai jitter yang didapat.
Pada gambar 4.22 dan gambar 4.25 naiknya nilai jitter dipengaruhi oleh
bertambahnya jumlah hop. Meningkatnya beban pada router setelah diberi beban
audio-video conference juga berpengaruh pada nilai jitter, pada wireless mesh
network. Dengan bertambahnya beban aplikasi audio-video conference nilai jitter
bertambah untuk setiap penambahan jumlah hop.
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
63
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil pengujian dan analisa jaringan wireless mesh network serta melaui
percobaan dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Protokol Routing reaktif adalah on -emand based, yaitu berbasis pada sebuah
rute yang di bentuk selama adanya permintaan.
2. AODV menggunakan sequence number untuk menentukan jalur routing.
3. Jika node terdapat dua jalur routing maka yang dipilih adalah yang memiliki
sequence number tertinggi atau jalur terpendek.
4. Ada beberapa hal yang mempengaruhi bandwidth antara lain adalah topologi
jaringan, tipe data yang ditransfer, spesifikasi dari client dan banyaknya
pengguna jaringan.
5. Nilai throughput pada jaringan wireless mesh dipengauhi oleh jumlah hop dan
besarnya data yang dikirim. Jumlah hop juga berpengaruh pada nilai
throughput, bertambahnya hop akan menurunkan nilai throughput dari
wireless mesh network.
6. Nilai jitter dipengaruhi oleh jumlah hop dan besarnya data yang dikirim.
Semakin besar data yang dikirim akan meningkatkan nilai dari jitter, salain itu
bertambahnya hop nilai jitter yang didapat akan semakin besar.
Analisa unjuk kerja, Ashadi63
Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
[1]
Wireless
Mesh
Network
http://en.wikipedia.org/wiki/Wireless
mesh_network. Diakses 2 Mei 2008 dari Wikipedia.
[2]
Gunadi Dwi Hantoro (2005) “Mengenal Wireless Mesh”. 2008 dari
Telkom RDC Media. http://www.telkomrdc-media.com/index.php ?ch=
8&lang=&s =26fdbeeba 7e3ec6 e6297247bc5fffe3a&n=321&page=5.
Diakses 5 Maret
[3]
E.Hossain, Kin K.Leung, Wireless Mesh Networks Architecture and
Protocols (New York: Springer., 2008)
[4]
Ian F.Akyildiz, Xudong Wang, Welin Wang (2004) “Wireless Mesh
Networks: a Survey”. Diakses 2 Maret 2008 dari Elsevier.
www.elsevier.com/locate/comnet
[5]
X.Wang, Ian F.Akyildiz “A Survey on Wireless
Mesh Networks”.
Diakses 2 Maret 2008
http://perso.citi.insa-lyon.fr/afraboul/ctr/docs/05_commun.pdf
[6]
Yan Zhang, Jijun Luo, Honglin Hu. Wireless
Mesh Networking
Architecturs Protocols and Standards (USA: Auerbach Publication Taylor
& Francis Group., 2007), hal 15
[7]
Jim Geier (2002) “802.11 MAC Layer Defined” Diakses 2 Maret 2008
http://www.wi-fiplanet.com/tutorials/article.php/1216351
[8]
Mahub Arif (2008)“ Wireless Networking”. Diakses 15 Mei 2008, dari
Universitas Negri Yogyakarta.
http://www.uny.ac.id/akademik/sharefile/files/1801200824719_tugas_TI.d
oc
[9]
Hari Nabila Rafi (2003) “Kelemahan dan Peningkatan Keamanan
Protokol802.11” Diakses 15 Mei 2008
http://www.cert.or.id/~budi/courses/ec7010/dikmenjur/hari-report.doc
[10]
Irwnto Mursetiono (2008) “TCP/IP”. Diakses 15 Mei 2008, dari Institut
Teknologi Bandung http://www.ms.itb.ac.id/buku/networking/tcp-ip.
[11]
Krishna Gorantala (2006) Routing Protocols in Mobile Ad-hoc Networks
(Sweden : Umea University Department Of computing Science), hal 10
[12]
Elizabeth M. Belding-Royer (2002) “Ad hoc On-Demand Distance Vector
Routing” (University of California Santa Barbara Nokia Research Center)
Diakses 15 mei 2008. http://tools.ietf.org/wg/manet/draft-ietf-manetaodv/draft-ietf-manet-aodv-11-from-10.diff.html
[13]
Clifton Lin “AODV Routing Implementation for Scalable Wireless
HocNetwork Simulation”. Diakses 5 mei 2008
jist.ece.cornell.edu/docs/040421-swans-aodv.pdf
[14]
Gilbert Held Wireless Mesh Network (USA: Auerbach Publication Taylor
& Francis Group., 2005), hal 76
64
Ad-
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
[15]
Ian Latter (2004) “OpenWRT on the Belkin F5D7230-4; Understanding
the Belkin extended firmware for OpenWRT development” Diakses 9
Maret 2008
http://midnightcode.org/papers/OpenWRT%20on%20the%20Belkin%20
F5D7230-4.pdf
[16]
Florian fainelli The OpenWrt embedded development framework (Open
WRT., 2008), hal. 1
[17]
Paul Asadorian, Larry Pesce, Linksys WRT54G Ultimate Hacking (United
States of America: Syngress Publishing, Elsevier.,2007), hal. 70
[18]
Krishna N. Ramachandran, Scott Miller “On the Design and
Implementation of Infrastructure Mesh Networks” Diakses 5 mei 2008,
dari Freshpatents.com
http://www.freshpatents.com/Infrastructure-mesh-networksdt20070329ptan20070070959.php?type=description
[19]
Miquel Elias M. Campista “Routing Metrics and Protocol for Wireless
Mesh Network” Diakses 3 mei 2008
[20]
Krishna Gorantala, Routing Protocol in Mobile Ad-hoc Networks,
Department of Computing Science, Umea University, 2006
65
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Gilbert Held, Wireless
2005)
Mesh Networks (Boca Raton : Aurbach Publications,
Zhang Y, Luo J, Hu H, Wireless Mesh Networking : Architecture, Protocols and
Standard (Boca Raton : Aurbach Publications, 2007)
B.H Walke, S. Mangold, L. Berlemann, IEEE 802 Wireless Systems : Protocols,
MultiHop Mesh/Relaying, Performance and Spectrum Coexistance (Chicester :
John Wiley & Sons Ltd, 2006)
E. Hosain, K.K. Leung, Wireless Mesh Network : Architecture and Protocols
(New York : Springer, 2008)
Ian F. Akyldiz, Xudong Wang, Weilin Wang, “Wireless
survey.”
mesh networks: a
Paul A, Larry P, Linksys WRT54G Ultimate Hacking (Burlington : Syngress
Publishing, 2007)
66
Analisa unjuk kerja, Ashadi Budiawan, FT UI, 2008Universitas Indonesia
Download