7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen 2.1.1. Pengertian Manajemen Manajemen merupakan hal yang dilakukan oleh manajer didalam suatu organisasi. Manajemen menjadi suatu hal yang sangat penting untuk keberhasilan organisasi mencapai tujuannya. Menurut Robbins dan Coulter ( 2004, p.8) manajemen adalah proses pengordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Efisiensi adalah memperoleh output terbesar denga input terkecil di gambarkan sebagai “ melakukan segala sesuatu dengan benar.” Efektivitas adalah menyelesaikan kegiatan-kegiatan sehingga sasaran organisasi dapat tercapai, digambarkan sebagai “ melakukan sesuatu yang benar” 8 Menurut Kartonegoro (1982,p.2) definisi manajemen dibagi menjadi tiga golongan, yaitu: a) Definisi manajemen sebagai suatu seni (art). Seperti yang diberikan Mary Parker Foliet (1982) : “ seni dalam penyelesaian pekerjaan melalui orang lain” b) Definisi manajemen sebagai ilmu pengetahuan (sience) seperti yang diberikan Luther Gulick (1982) : “ bidang pengetahuan yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia berkerja bersama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan. c) Definisi manajemen sebagai suatu proses (process) seperti yang diberikan oleh Stoner (1982) : “ proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan kegiatan anggota organisasi, dan penggunaan tujuan organisasi yang sudah ditentukan. Dengan demikian pada hakekatnya, manajemen merupakan suatu poses yang mengunakan metode ilmu dan seni untuk menerapkan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian pada kegiatan-kegiatan dari ekelompok manusia yang dilengkapi dengan sumber ekonomi atau faktor produksi untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan lebih dulu. Menurut Manulang (1981,p.17) manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan dari pada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu. 9 Menurut Joseph (1985,p.4) dalam arti umum, perkataan “manajemen” diartikan sebagai kelompok khusus orang-orang yang tugasnya mengarahkan dayaupaya dan aktivitas orang lain pada sasaran yang sama. Secara singkat, manajemen ialah “ menjalankan sesuatu dari orang lain” ( gets things done through other people). Manajemen diartikan sebagai proses yang mengarahkan langkah-langkah kelompok menuju tujuan yang sama. Menurut Gomes (1995,p.1) manajemen berasal dari kata kerja to manage (Bahasa Inggris), yang artinya mengurus, mengatur, melaksanakan, dan mengelola. Pengertian atau definisi manajemen menurut http://organisasi.org, definisi dari kata manajemen adalah sebagai berikut. a) Pengertian manajemen menurut http://organisasi.org manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. b) Pengertian manajemen menurut Coulter (2004,p.7), manajemen adalah suatu seni, karena untuk melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain dibutuhkan keterampilan khusus. 10 2.1.2. Fungsi Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2004,p.8), fungsi-fungsi manajemen, yaitu: Merencanakan, Menggorganisasikan, Memimpin dan Mengawasi, sedangkan Menurut Dessler (2006,p.4), proses manajemen adalah: Perencanaan, Pengorganisasian, Penyusunan Staff, Kepemimpinan, dan Pengendalian. Menurut Heizer dan Render (2006, P.8) fungsi dasar proses manajemen : Perencanaan, Pengorganisasian, Pengaturan karyawan, Pengarahan dan Pengendalian, sedangkan Menurut Manulang (1981, p.20) fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut: Forecasting, Planning termasuk budgeting, Organizing, Staffing atau assembling resources, Directing atau commanding, Leading, Coordinating, Motivating, Controling dan Reporting Menurut Joseph ( 1985, p.7) fungsi manajemen: Decision making, Organizing , Staffing, Planning, Controlling, Communicating, dan Directing Dari fungsi-fungsi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi manajemen secara garis besar adalah Merencanakan, Menggorganisasikan, Memimpin, Mengawasi, Mengendalikan dan Mengarahkan. 11 2.1.3. Kebijakan Perusahaan • Definisi kebijakan Kebijakan perusahaan menurut http://www.bnet.com/topics/company+policy adalah pernyataan standar perilaku yang diinginkan atau prosedur yang berlaku di seluruh organisasi. Sedangkan pengertian dan devinisi kebijakan Perusahaan menurut http://www.bcorporation.net/resources/bcorp/documents/B%20Resouces%20%20Creating%20company%20policies.pdf adalah didokumentasikan seperangkat prinsip dasar dan pedoman terkait, dirumuskan dan ditegakkan oleh badan atau komite yang bertugas dari suatu organisasi yang langsung dan membatasi keputusan perusahaan dan tindakan untuk mencapai tujuannya. Dan Kebijakan adalah suatu pernyataan umum yang dirancang sebagai pedoman bagi setiap orang mengenai pengambilan keputusan dalam suatu organisasi. Suatu kebijakan seringkali diterapkan daripada dinyatakan secara langsung. (Soemirat, Ardianto, Suminar, 1999:62) 12 Sedangkan menurut penulis, pengertian Kebijakan merupakan semua keputusan yang dikeluarkan perusahaan dalam mengatur suatu kumpulan individu dalam rangka untuk mendukung pelaksanaan kegiatan kerja dilingkungan perusahaan itu sendiri guna mencapai tujuan perusahaan. Kebijakan ini layaknya sebuah peraturan yang bersifat wajib dan mengikat namun masih bisa diubah dan disempurnakan kembali. Sebuah kebijakan dapat berubah menjadi ketentuan bila dirasakan sudah menjadi keharusan bagi perusahaan ini untuk menjadi keharusan bagi perusahaan ini untuk memiliki kebijakan tersebut sebagai sebuah ketentuan. Suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan belum tentu diterapkan dengan baik oleh para karyawannya. Oleh karena itu suatu kebijakan dapat dikatakan efektif apabila telah memenuhi lima persyaratan dasar, yang ditulis sebagai berikut: 1. Kebijakan akan mencerminkan tujuan dari suatu organisasi kebijakan akan diuraikan ke dalam perencanaan dan tujuan organisasi dalam bentuk pernyataan yang menjadi pedoman bagi manajer dan pelaksana. 2. Kebijkan menjadi konsekuensi secara internal. Pedoman kebijakan ini dikembangkan secara logis dan pantas dari satu ke yang lainnya kebijakan tidak boleh kontradiktif satu sama lain atau membatalkan kebijakan yang lebih tinggi dan menyampaikannya yang lebih rendah pada organisasi. Maksudnya kebijakan pada satu bagian dalam organisasi tidak menimbulkan konflik dengan bagian lainnya. 13 3. Kebijakan memberikan keleluasaan dalam pengambilan keputusan. Kebijakan menggambarkan pernyataan umum sebagai pedoman bagi anggota organisasi. 4. Kebijakan harus dibuat secara tertulis. Penulisan suatu kebijakan, bukan berarti membuatnya tidak jelas dan pernyataan terlalu singkat, tetapi suatu kebijakan yang tidak biasa tidak dicatat sebagai suatu yang kurang, bermakna ganda, kabur, dan tidak konsisten dan secara konsisten tidak relevan. 5. Kebijakan harus dikomunikasikan kepada anggota organisasi. Walaupun kebijakan sebagai gambaran tujuan organisasi, mungkin harus dinyatakan secara hati-hati, menjadi konsekuensi secara penuh satu sama lainnya, dan pantas dalam pengambilan keputusan. 2.1.4. Peta Harvard MSDM (Michael Beer, Richard E. Walton, Bert A. Spector, 1984) berpendapat bahwa ketika manajer umum menentukan kebijakan sumber daya manusia dan praktek yang tepat untuk organisasi mereka, mereka memerlukan beberapa metode untuk menilai ketepatan atau keefektifan kebijakan tersebut. Beer et al menemukan Peta Harvard yang terkenal (kadang-kadang disebut sebagai model Harvard) MSDM. 14 • Peta Harvard 4Cs: 1. Komitmen. Apakah kebijakan MSDM meningkatkan komitmen karyawan untuk pekerjaan mereka dan organisasi mereka dan sampai sejauh mana? Peningkatan komitmen dapat menyebabkan loyalitas lebih dan kinerja yang lebih baik untuk bisnis. Hal ini juga bisa mendapatkan keuntungan individu melalui peningkatan martabat harga diri,, keterlibatan psikologis, dan identitas. Dan ada spin-off masyarakat karena manfaat psikologis. 2. Kompetensi. Apakah kebijakan mengembangkan MSDM karyawan bisa yang mempertahankan, memiliki keterampilan atau dan pengetahuan berharga saat ini maupun dimasa depan? keterampilan dan pengetahuan, manfaat organisasi, dan pengalaman karyawan dapat meningkatan rasa harga diri dan kesejahteraan ekonomi. " 3. Efektivitas biaya. Efektivitas biaya kebijakan MSDM tertentu dapat dievaluasi dalam hal upah, tunjangan, omset, absensi, pemogokan, dll Biaya dapat dinilai untuk organisasi, individu, dan masyarakat secara keseluruhan. 15 4. Kongruensi. Pertanyaan yang dapat diangkat tentang tingkat kesesuaian dalam kebijakan MSDM antara,: - Manajemen dan karyawan, - Kelompok karyawan yang berbeda, - Organisasi dan masyarakat, - Karyawan dan keluarga mereka, - Dalam individu MSDM - Pengukuran dan Penilaian Masalah Kebijakan sumber daya manusia HARUS dipengaruhi oleh seluruh stakeholder. Jika tidak, "perusahaan akan gagal untuk memenuhi kebutuhan stakeholder dalam jangka panjang dan akan gagal sebagai sebuah institusi. Dalam jangka panjang, 4Cs akan mengakibatkan konsekuensi yang menguntungkan bagi kesejahteraan individu, kesejahteraan sosial, dan efektivitas organisasi (yaitu, konsekuensi jangka panjang). 16 2.2. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia merupakan bahasan penting dalam suatu organisasi karena suatu organisasi/ perusahaan beroperasi megunakan sumber daya manusia. Manajemen sumber daya manusia diperlukan supaya sumber dya manusia pada perusahaan / organisasi dapat mendukung tercapainya tujuan perusahaan / organisasi. Berdasarkan pendapat Mathis dan Jackson (2006, p4-5), manajemen sumber daya manusia adalah rancangan sistem-sistem formal untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan-tujuan organisasi. Menurut Dessler (2006, P.5) manajemen sumber daya manusia , kebijakan dan praktek menentukan espek “manusia” atau sumber daya manusia dalam proses manajemen, termasuk merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaan dan penilaian. Berdasarkan pendapat Cushway ( 2002,p4-6), manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari proses organisasi dalam mencapai tujuan. Setelah arah dan strategi umum ditentukan, maka langkah berikutnya adalah merumuskan tujuan yang lebih tegas dan mengembangkan dalam bentuk rencana kerja. Tujuan tidak dicapai tanpa adanya sumber yang diperlukan, termasuk sumber daya manusia. sumber daya manusia harus merupakan bagian dari proses yang menetukan apa yang diperlukan oleh manusia, bagaimana menggunakan manusia, bagaimana 17 memperolehnya, dan bagaimana mengatur mereka. sumber daya manusia harus diintegrasikan secara penuh dengan proses-proses manajemen yang lain. Menurut Gomes (1995, p.1) secar sederhana pengertian manajemen sumber daya manusia adalah mengelola sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal, perasaaan, keinginan, kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya dan karsa. Menurut http://organisasi.org. Definisi, pengertian, tugas dan fungsi manajemen sumber daya manusia / SDM – Ilmu Ekonomi Manajemen – Manajer MSDM dijelaskan bahwa sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer, dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan, bagian atau unit yang biasanya menurus SDM adalah departemen sumber daya manusia atau dalam bahasa inggrisnya disebut HRD atau Human Resource Department. Menurut Stoner manajemen sumber daya manusia adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya. 18 2.2.1. Kinerja Kerja Dalam jurnal penelitian ‘diversity management, job satisfaction, and performance: evidence from U.S.Federal agencies” (Pitts,2009) pengertian kinerja yaitu suatu hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang karyawan dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Anwar Prabu mangkunegara (2000) dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan”, kinerja adalah hasik kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang dimilikinya. Menurut Mathis, kinerja individual dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu kemampuan individu untuk melakukan pekerjaan tersebut, tingkat usaha yang dicurahkan, dan dukungan organisasi (2006,p113). Defenisi kinerja karyawan menurut Bernandin dan Russell (1998) yang dikutip oleh Faustino Cardoso Gomes dalam bukunya yang berjudul “Human Resource Management” adalah catatan yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode waktu tertentu. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dalam menjalankan setiap tugas tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang telah diberikan. 19 2.2.2. Mengukur Kinerja Kerja Kinerja kerja merupakan salah satu variabel juga yang paling sering dipelajari dalam penelitian perilaku organisasi. Pengukuran dari hasil kinerja pekerjaan sangat membantu sekali bagi perusahaan karena sebagai salah satu bentuk evaluasi dan umpan balik perusahaan. Menurut Bernandin dan Russel (1998), pengukuran kinerja karyawan dapat dilihat melalui jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode yang ditentukan (quantity of work), kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya (quality of work), luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan ketrampilannya (job knowledge), keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul (creativeness), kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain atau sesama anggota organisasi (coorperation), kesadaran untuk dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja (dependability), semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggungjawabnya (initiative), menyangkut kepirbadian, kepemimpinan, keramah-tamahan dan integritas pribadi (personal qualities). Menurut Cuong dan Swierczek (2008), kinerja kerja diukur dengan 4 item diantaranya: hasil yang telah dicapai dengan kualitas tinggi, kecepatan kinerja, jumlah pekerjaan yang dilakukan dengan keandalan. Berdasarkan penjelasan yang telah diperoleh, skala pengukuran yang sesuai untuk mengukur kinerja kerja karyawan ialah dengan melihat keseluruhan kinerja 20 kerja pada tugas yang sedang dilakukan, melihat kesesuaian jumlah pekerja yang diterima, kualitas kinerja dibandingkan dengan jumlah pekerjaan, pengetahuan dan pemahaman akan pekerjaannya, penyelesaian tugas yang tepat waktu, dan pencapaian tujuan kerja. Penilaian kinerja (performance appraisal) pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan. 2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Kerja dan Kepuasan Kerja Banyak beberapa literatur dan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya untuk mencari apa saja yang menjadi pengaruh pada kepuasan kerja dan kinerja. Untuk studi penelitian ini variabel pengukuran yang sesuai meliputi lingkungan kerja, motivasi kerja, kompensasi, promosi, dan pelatihan karyawan. Tetapi karena penulis tidak membahas kepuasaan kerja, maka penelitian hanya akan membahas kinerja kerja, berikut ini akan dijelaskan mengenai beberapa variabel penentu kinerja kerja dari berbagai sumber literatur yang telah diperoleh dan dipelajari oleh penulis. 21 1. Lingkungan Kerja Menurut Robbins (2001), seluruh lingkungan dalam organisasi terdiri dari lembaga-lembaga atau kekuatan dari luar organisasi dan berpotensi memperngaruhi kinerja organisasi. Sedangkan pengertian lingkungan kerja menurut Alex S. Nitisemito (2000) adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugasnya. Menurut Sedarmayati (2001), lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok. Sedarmayanti (2001) menyatakan bahwa secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yakni: 1. Lingkungan kerja fisik Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan beberntuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung (Sedarmayanti, 2001). Lingkungan kerja fisik dapat dibagi dalam dua katergori, yakni: • Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan (seperti fasilitas, sarana kerja berupa kursi, meja dan sebagainya). • Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya : 22 temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain 2. Lingkungan kerja non fisik Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesame rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan (Sedarmayanti,2001). Dalam suatu organisasi atau perusahaan, karyawan akan terlibat dalam hubungan kerja antara karyawan dengan karyawan, karyawan dengan atasan, dan kedua-duanya sama-sama memberikan pengaruh terhadap kinerja karyawan. Dapat disimpulkan bahwa variabel lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang berbentu fisik maupun non fisik dari lingkungan tempat kita bekerja, dimana lingkungan kerja fisik meliputi lingkungan kerja yang langsung berhubungan dengan karyawan seperti fasilitas dan sarana kerja, dan katergori kedua, lingkungan kerja umum yang mempengaruhi kondisi manusia seperti suhu, kelembaban, pencahayaan, kebisingan dan sirkulasi udara. Untuk lingkungan kerja non fisik meliputi hubungan kerja karyawan dengan rekan kerja, atasan maupun bawahan. 23 2. Kompensasi Berdasarkan jurnal “a study of the relationships between compensation package, work motivation and job satisfaction” (Igalens dan Roussel, 1990) kompensasi memiliki hubungan dengan kepuasan kerja karyawan. Kompensasi (Werther dan Davis, 1996) adalah sesuatu yang diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi atau kerja karyawan terhadap organisasi atau perusahaan. Menurut Dessler ( 2003, p.349 ) kompensasi berarti semua bentuk penggajian atau ganjaran mengalir kepada pegawai dan timbul dari kepegawaian mereka. Kompensasi pegawai Menurut Dessler ( 2003, p.349 ) memiliki tiga komponen. • Direct financial payment dalam bentuk upah, gaji, insentif, komisi, dan bonus • Indirect payment dalam bentuk tunjangan asuransi dan liburan atas dana perusahaan • Non-financial rewards seperti hal-hal yang tidak mudah dikuantifikasi, yaitu ganjaran-ganjaran seperti pekerjaan yang lebih menantang, jam kerja yang lebih luwes, dan kntor yang lebih bergengsi. Kompesasi sebagai semua bentuk imbalan yang diberikan kepada karyawan sebagai timbal balik dari pekerjaan mereka. Manusia memiliki banyak kebutuhan yang hanya sebagian dapat dipenuhi secara langsung dengan uang. Kebutuhankebutuhan lain seperti prestasi, afiliasi, kekuasaan, atau perwujudan diri hanya dapat dipenuhi secara tidak langsung dengan uang. Walaupun demikian, pemberian kompensasi atau upah merupakan satu-satunya motivator paling penting yang 24 digunakan dalam masyarakat kita yang terorganisasi. Beberapa hal yang penting dalam pemberian kompensasi sebagai berikut. 1) Kompensasi harus dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia 2) Individu cenderung membandingkan kompensasi yang diterima dengan yang diterima orang lain 3) Dalam memberikan kompensasi, manajer harus mempertimbangkan perbedaan individual. 3. Motivasi Kerja Menurut Winardi (2004,p1), motivasi berasal dari kata motivation yang berarti “menggerakkan”. Motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap entutiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Sedangkan motivasi kerja adalah suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri seorang manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan nonmoneter, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau sebalikanya tergantung pada situasi dan kondisi yang dilakukannya sehingga ia dapat mencapai tujuannya. Menurut As’ad (2002,p45) motivasi kerja didefinisikan sebagai sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi biasa disebut sebagai pendorong atau semangat kerja. Sedangkan menurut Robbins (2002,p166), 25 motivasi didefinisikan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi sesuatu kebutuhan individu. Menurut Dessler ( 2003, p328) motivasi merupakan hal yang sederhana karena orang-orang pada dasarnya termotivasi atau terdorong untuk berprilaku dalam cara tertentu yang dirasakan mengarah kepada perolehan ganjaran. Dengan demikian, memotivasi seseorang tentunya mudah : usahakan untuk mengetahui apa yang dibutuhkannya dan gunakan itu sebagai kemungkinan ganjaran ( insentif ). Dan menurut teori motivasi Victor Vroom, motivasi akan muncul apabila seseorang merasa bahwa upayanya akan mengarah pada penyelesaian tugas dan orang itu mengetahui bahwa penyelesaian tugas akan mengarah pada hasil yang penting seperti pemenuhan kebutuhan akan status, atau pengkuan ( teori “ lima kebutuhan manusia “ Abraham Maslow ). Beberapa faktor yang mempengaruhi semangat kerja atau motivasi karyawan antara lain komunikasi,kompensasi, promosi, kepuasan kerja, dan kepemimpinan. Hasibuan (2000: 142) motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Sementara motivasi umum bersangkutan sehingga upaya ke arah setiap tujuan yang fokusnya dipersempit terhadap tujuan organisasi. Ketiga unsur kunci dalam definisi ini adalah upaya, tujuan, dan kebutuhan. Pada hakikatnya saat karyawan bekerja mereka membawa serta keinginan, kebutuhan, pengalaman masa lalu yang membentuk harpan kerja mereka. Adanya 26 motivasi terutama motivasi untuk perprestasi akan mendorong seseorang mengembangkan pengetahuan dan kemampuannya demi mencapai prestasi kerja yang lebih baik. Biasanya seseorang yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai tanggung jawab untuk menghasilkan prestasi yang lebih baik. dimaksudkan untuk memberikan daya perangsang Motivasi kerja ini kepada pegawai yang bersangkutan agar pegawai tersebut bekerja dengan segala daya dan upayanya (Manulang, 2002). Menurut Liang Gie dalam bukunya Martoyo (2000), motivasi kerja adalah suatu dorongan yang menjadi pangkal seseorang melakukan sesuatu atau bekerja. Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu orang yang melaksanakan upaya substansial, guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya, dan organisasi dimana ia bekerja. Seseorang yang tidak termotivasi, hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja. Konsep motivasi, merupakan sebuah konsep penting studi tentang kinerja individual. Menurut Gitosudarmo dan Mulyono (1999) motivasi karyawan adalah suatu faktor yang mendorong seorang karyawan untuk melakukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai factor pendorong perilaku seseorang. Setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang manusia pasti memiliki sesuatu faktor yang mendorong perbuatan tersebut. Motivasi atau dorongan untuk bekerja ini sangat penting bagi tinggi rendahnya produktivitas perusahaan. Tanpa adanya motivasi dari para karyawan atau pekerja untuk bekerja sama bagi kepentingan perusahaan maka tujuan yang telah ditetapkan tidak akan 27 tercapai. Sebaliknya apabila terdapat motivasi yang besar dari para karyawan maka hal tersebut merupakan suatu jaminan atas keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Motivasi atau dorongan kepada karyawan untuk bersedia bekerja bersama demi tercapainya tujuan bersama ini terdapat dua macam, yaitu: a. Motivasi financial, yaitu dorongan yang dilakukan dengan memberikan imbalan financial kepada karyawan. Imbalan tersebut sering disebut insentif. b. Motivasi nonfinansial, yaitu dorongan yang diwujudkan tidak dalam bentuk financial atau uang, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan, pendekatan manusia dan lain sebagainya (Gitosudarmo dan Mulyono, 1999). Menurut payaman J.Simanjuntak (2005,p94-97), memotivasi bawahan berarti menjadikan mereka merasakan bahwa bekerja sebagai bagian hidup yang dinikmati. Para pekerja pada umumnya akan siap bekerja keras bila menghadapi beberapa kondisi berikut ini: 1. Merasa diperlukan oleh organisasi 2. Mengetahui yang diharapkan organisasi 3. Perlakuan adil antar pekerja dan dalam pemberian imbalan 4. Peluang untuk berkembang 5. Tantangan yang menarik 6. Suasana kerja yang menyenangkan 28 Dari pengertian-pengertian motivasi karyawan diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi karyawan merupakan sesuatu yang mendorong karyawan untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi perusahaan atau organisasi. Motivasi sebagai sesuatu yang dirasakan sangat penting, hal ini disebabkan karena beberapa alasan: 1. Motivasi sebagai suatu yang penting (Important subject) 2. Motivasi sebagai sesuatu yang sulit (Puzzling subject) Menurut Mitchell (dalam Winardi, 2000) tujuan dari motivasi adalah memprediksi perilaku perlu ditekankan perbedaan-perbedaan antara motivasi, perilaku dan kinerja (performa). Motivasilah penyebab perilaku; andai kata perilaku tersebut efektif, maka akibatnya adalah berupa kinerja tinggi. Faktor-Faktor Motivasi Kerja Sihotang (2007,p245) berpendapat bahwa motivasi kerja melibatkan dua factor: 1. faktor-faktor individual : a. kebutuhan-kebutuhan b. tujuan-tujuan orang c. sikap-sikap d. kemampuan-kemampuan orang 29 2. faktor-faktor organisasi a. pembayaran gaji/upah b. keselamatan kesehatan kerja c. para mandor (supervise) d. para pengawas fungsional Yang merupakan pekerjaan yang sulit dalam memotivasi sumber daya manusia adalah menggabungkan faktor individu dengan faktor organisasi setiap pekerja yang sangat beraneka ragam, karena motivasi seseorang itu dipengaruhi oleh dasar pendidikannya dan kebutuhan-kebutuhannya Jadi motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahannya, agar mau bekerja sama secara produktif, berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Indikasi Rendahnya Motivasi Kerja Indikasi turunnya motivasi kerja penting diketahui oleh setiap perusahaan, karena dengan pengetahuan tentang indikasi ini akan dapat diketahui sebab turunnya motivasi kerja. Dengan demikian perusahaan dapat mengambil tindakan-tindakan pencegahan atau pemecahan masalah sedini mungkin. Indikasiindikasi turunnya motivasi kerja antara lain sebagai berikut. 30 a. Turunnya produktivitas kerja Turunnya produktivitas kerja ini dapat diukur atau diperbandingkan dengan waktu sebelumnya. Produktivitas kerja yang turun ini dapat terjadi karena kemalasan, penundaan pekerjaan dan sebagainya. Untuk dapat mengetahui tinggi atau rendahnya produktivitas kerja, maka perusahaan harus membuat standar kerja. b. Tingkat absensi yang tinggi Pada umumnya apabila semangat kerja turun, maka karyawan akan malas untuk datang bekerja. Untuk melihat apakah naiknya tingkat absensi tersebut merupakan indikasi turunnya semangat kerja, maka perusahaan tidak boleh melihat tingkat absensi ini secara perseorangan tetapi harus melihat secara rata-rata. c. Tingkat perpindahan karyawan yang tinggi Apabila dalam sebuah perusahaan tingkat turn-over karyawannya naik dari sebelumnya, maka hal ini merupakan indikasi turunnya semangat kerja. Turn-over karyawan yang meningkat itu terutama disebabkan oleh ketidaksenangan karyawan berkerja di perusahaan tersebut, sehingga karyawan berusaha mencari pekerjaan lain yang dianggap lebih sesuai. Turn-over karyawan yang tinggi dapat menyebabkan turunnya produktivitas kerja, juga dapat menggangu kelangsungan jalannya perusahaan. 31 d. Tingkat kerusakan yang tinggi Indikasi lain yang menunjukkan turunnya semangat kerja adalah apabila tingkat kerusakan baik terhadap bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi maupu peralatan yang dipergunakan meningkat. Naiknya tingkat kerusakan tersebut menunjukkan bahwa perhatian dalam pekerjaan berkurang, terjadinya kecerobohan dalam pekerjaan dan sebagainya. Namun naiknya tingkat kerusakan dapat pula disebabkan kesalahan mesin dan peralatan, kesalahan pembelian bahan baku, kesalahan penyimpanan, kurangnya pengawasan dan sebagainya. e. Kegelisahan dimana-mana Kegelisahan dimana-mana akan terjadi apabila semangat kerja turun. Seorang pemimpin harus dapat mengetahui adanya kegelisahankegelisahan yang timbul. Kegelisahan-kegelisahan itu dapat terwujud dalam bentuk ketidaktenangan kerja, keluh kesah serta hal-hal yang lain. Hal itu perlu di ketahui sebab kegelisahan merupakan salah satu indikasi turunnya semangat kerja. f. Tuntutan yang sering terjadi Tuntutan merupakan perwujudan dari ketidakpuasan, dimana pada tahap tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan. Dengan seringnya terjadi tuntutan maka hal ini merupakan indikasi yang cukup kuat adanya semangat kerja yang menurun. 32 g. Pemogokan Tingkat indikasi yang paling kuat tentang turunnya semangat kerja adalah apabila terjadi pemogokan. Hal ini disebabkan pemogokan merupakan perwujudan dari ketidakpuasan, kegelisahan, dan lain sebagainya. 4. Pelatihan Untuk mngetahui istilah yang tepat yang dipergunakan dalam pelatihan, maka terlebih dahulu perlu untuk diketahui beberapa definisi dari pelatihan tersebut yang dikutip dari pendapat beberapa ahli. • Menurut Mathis, Robert dan Jackson (2006, p301) pelatihan adalah sebuah proses dimana orang mendapat kapabilitas untuk membantu pencapaian tujuan-tujuan organisasional • Dessler (2004, p216) pelatihan merupakan proses mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan karyawan untuk melakukan pekerjaannya. • Pelatihan meliputi semua hal dimulai dari mengajarkan materi dasar hingga materi tingkat lanjut dalam kepemimpinan eksekutif (Robbins, 2001). Metode pelatihan (training methods) menurut Robbins diklasifikasikan sebagai formal maupun informal dan on-the-job training. 33 • Menurut Sastradipoera ( 2006, p121) pengembangan dan pelatihan dapat dianggap sebagai suatu proses penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan pembinaan sikap dan kepribadian para pekerja atau calon pekerja yang dilaksanakan dengan cara terbimbing dan sistematis, dan dengan mengunakan metodik dan didaktik yang relevan untuk keduanya. • Menurut Stephen Choo dan Christine Bowley (2007) dalam hasil penelitian jurnal “Using Training and Development to Affect Job Satisfaction within Franchising” dikatan bahwa pelatihan dan pengembangan diri karyawan memiliki dampak pada kepuasan kerja. Jika pemahaman tentang pendidikan itu dipusatkan pada pengertian pelatihan ( Training ), maka ada beberapa definisi mengenai pelatihan sebagai berikut: 1. Pelatihan adalah salah satu jenis proses pembelajaran untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pengembangan sumber daya manusia yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan praktek dari pada teori. 2. Pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur yang sistematik dan terorganisasi yang dengan prosedur itu personalia non manajerial belajar pengetahuan dan pengetahuan teknis untuk mencapai tujuan tertentu. 34 3. Pelatihan adalah suatu proses pembelajaran yang berhubungan dengan upaya pengubahan tingkah laku sumber daya manusia agar tingkah laku itu sesuai dan memadai untuk kebutuhan dan tujuan tertentu. Pelatihan dalam perusahaan sangat penting artinya dalam rangka memajukan perusahaan yang bersangkutan apabila pengetahan dan persaingan semakin berkembang pesat. Dengan adanya proses pelatihan ini, perbaikan efektivitas dan efisiensi kerja karyawan dapat dicapai dengan meningkatkan pengetahuan karyawan, keterampilan dan sikap karyawan terhadap tugasnya. Pelatihan merupakan kegiatan yang bermaksud memperbaiki dan mengembangkan sikap, perilaku, keterampilan, dan pengetahuan para karyawan sesuai dengan keinginan perusahaan. Berkat adanya pelatihan tersebut kepercayaan diri dan semagat kerja dapat ditingkatkan. Ketika pekerjaan berkembang dan berubah, diperlukan adanya pelatihan ulang yang dilakukan terus-menerus untuk menyesuaikan perubahan teknologi, mendorong semua karyawan untuk berkembang termasuk para supervisor, dan manajer, dan mempersiapkan organisasi agar dapat menghadapi tantangan masa depan. Perencanaan karir menyebutkan arah dan aktivitas untuk karyawan individu ketika mereka berkembang di dalam organisasi tersebut. Menilai bagaimana karyawan melaksanakan pekerjaannya merupakan focus dari manajemen kinerja (Mathis dan Jackson,2006). 35 5. Promosi Perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan lain yang mempunyai status dan tanggungjawab yang lebih tinggi. Hal ini berarti bahwa kompensasi ( penerimaan upah atau gaji dan sebagainya) pada umumnya lebih tinggi bila dibanding dengan pada jabatan yang lama. Suatu motivasi yang menonjol yang mendorong seseorang untuk berpartisipasi aktif dalam suatu organisasi antara lain adalah kesempatan untuk maju. Ksempatan untuk maju didalam suatu organisasi itu disebut promosi ( penaikan jabatan). Menurut Dessler (2003, P.562) promosi merupakan hal yang penting untuk seseorang dalam organisasi karena promosi mempengaruhi motivasi, prestasi dan moral seseorang tersebut. 36 2.3. Kinerja Perusahaan Kata penilaian sering diartikan dengan kata assessment. Sedangkan kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Dengan demikian penilaian kinerja perusahaan (Companies performance assessment) mengandung makna suatu proses atau sistem penilaian mengenai pelaksanaan kemampuan kerja suatu perusahaan (organisasi) berdasarkan standar tertentu (Kaplan dan Norton, 1996; Lingle dan Schiemann, 1996;Brandon & Drtina, 1997). Arthur D.Little, Inc (Nayak, 1992,p.6) mengemukakan ada empat factor untuk sebuah tingkat kinerja perusahaan yang tinggi, yaitu: • Stakeholders Untuk mencapai tingkat kinerja yang tinggi, bisnis harus menentukan stakeholder dan kebutuhannya. Bisnis modern akan semakin dihargai apabila mereka dapat mengutamakan, selain stockholder-nya, juga stakeholder lainnya misalnya pelanggan, pekerja, supplier, distributor, dan lainnya. Perusahaan yang bijak membuat tingkat kepuasan pekerjanya tinggi sehingga meningkatkan usahanya, meningkatkan kualitas produk dan pelayanannya, membuat tingkat kepuasan pelanggan tinggi, membawa pada tingkat pertumbuhan dan keuntungan yang tinggi, mencapai tingkat kepuasan stockholder yang tinggi, mengarahkan pada investasi yang lebih baik, dan lainnya. 37 • Proses Bisnis Perusahaan dapat menyelesaikan tujuan stakeholder-nya dengan mengelola dan menghubungkan proses-proses kerja. Tingkat kinerja bisnis akan meningkat apabila perusahaan berfokus pada proses bisnis utama seperti pengembangan produk baru, daya tarik dan sesuatu yang diingat pelanggan dan pemenuhan pesanan. Dengan membangun aliran kerja dan tim lintas fungsi yang bertanggung jawab pada setiap proses • Sumber Daya Dalam menjalankan proses bisnis, perusahaan memerlukan sumber daya seperti pekerja yang tangguh, bahan baku, mesin, informasi, dan energi. Banyak perusahaan akhir-akhir ini melakukan outsource untuk mencapai kualitas yang lebih baik dan biaya yang lebih rendah akibat sumber daya yang tidak baik kinerjanya • Organisasi Organisasi perusahaan meliputi struktur, kebijakan, budaya perusahaan. perusahaan mempunyai visi yang jelas serta mempunyai budaya kompetitif di pasar., meningkatkan produktivitasnya serta berupaya memberikan nilai dan kepuasan pada pelanggannya. Tingkat kinerja bisnis perusahaan yang baik dapat membuat dan memberikan nilai yang lebih tinggi dan kepuasan pada pelanggarannya. 38 Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan penilaian kinerja. Tujuan penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam rencana strategik, program dan anggaran organisasi. Penilaian kinerja juga digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakan perilaku yang semestinya diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Ada berbagai metode penilaian kinerja yang digunakan selama ini, Penilaian kinerja perusahaan dapat diukur dengan : • Ukuran keuangan Ukuran keuangan untuk mengetahui hasil tindakan yang telah dilakukan dimasa lalu Ukuran keuangan menunjukkan akibat dari berbagai tindakan yang terjadi diluar non keuangan. Yaitu Peningkatan financial returns yang ditunjukkan dengan ukuran ROE merupakan akibat dari berbagai kinerja operasional seperti: 39 o Meningkatnya kepercayaan customer terhadap produk yang dihasilkan perusahaan, o Meningkatnya produktivitas dan cost effectiveness proses bisnis/intern yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa, o Meningkatnya produktivitas dan komitmen personel. • Non keuangan. Ukuran non keuangan tentang kepuasan customer, produktivitas dan cost effectiveness proses bisnis/intern serta produktivitas dan komitmen personel yang akan menentukan kinerja keuangan masa yang akan datang. Jadi jika manejemen puncak berkehendak untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaannya, maka manajemen puncak harus memantau kinerja di perspektif keuangan pada masa lampau sebagai acuan, karena dari situlah kita dapat mengetahui produktifitas dan ROE keuangan perusahaan apakah meningkat atau menurun sehingga dapat dilakukan perbaikan dan strategi perusahaan guna peningkatan kinerja keuangan perusahaan.