pengaruh air laut terhadap karakteristik perkerasan

advertisement
PENGARUH AIR LAUT TERHADAP KARAKTERISTIK PERKERASAN
ASPAL PORUS YANG MENGGUNAKAN ASBUTON SEBAGAI BAHAN
PENGIKAT
IMPACT OF SEA WATER TOWARDS THE CHARACTERISTIC OF POROUS
ASPHALT PAVEMENT USING ASBUTON AS THE BINDING MATERIAL
Arman Rahim 1, M Wihardi 2 dan A Bakri Muhiddin 3
1
Struktur Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas hasanuddin, Makassar.
2
jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar
3
jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar
Alamat korespondensi :
Arman Rahim
Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Universitas Hasanuddin
Makassar, 90245
HP : 085255881661
Email : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh variasi lama perendaman serta suhu rendaman
air laut terhadap karakteristik aspal porus kemudian menentukan sejauh mana pengaruh air laut
tersebut terhadap keawetan dan stabilitas campuran AspalPorus serta .menganalisis pengaruh dari
variasi lama perendaman dan suhu rendaman air laut terhadap karakteristik Aspal Porus.Dari hasil
penelitian yang dilakukan mengindikasikan bahwa campuran beraspal porus menunjukan pengaruh
terhadap nilai karakteristik aspal porus dimana aspal porus mengalami penurunan kekuatan terutama
dari akibat tingginya suhu rendaman serta dengan lamanya perendaman yang dilakukan.Faktor
yang mempengaruhi penurunanan karakteristik tersebut terdiri atas factor dari dalam yakni nilai
porositas dari campuran dan kereaktifan senyawa Parafin dalam aspal yang sangat peka terhadap
suhu.Berdasarkanskemakurvakeawetan yang digambarkanolehCraus J.1980 mengindikasikan bahwa
campuran aspal porus tersebut memiliki ketahanan perendaman 18 jam pada suhu ruang dan
memiliki ketahanan perendaman selama 6 jam pada perendaman dengan suhu 60oC.
Kata Kunci:AspalPorus, Marshal test, Cantabro test, Indirect Tensile Strenght test, danDurabilitas
test.
Abstract
The research aimed to evaluate the impact the immersion duration variation and the temperature of
the sea water immersion towards the characteristic of the porous asphalt, then to what extent the
impact of the sea water towards the preservation and stability of the porous asphalt mixture, to
elaborate the impact of the immersion duration variation and the temperature of the sea water
immersion towards the porous asphalt charahteristic.The research was carried out by soaking the
porous asphalt using the sea water with the immersion duration variation of 0,5 hours, 6 hours, 12
hours, 18 hours and 24 hours, with the temperature variation of 60O, and the room temperature of
27oC, Marshall test, cantabro test, indirect tensile strength test, and durability test were the
conducted.The result of the research indicates thet the porous asphalt mixture has the impact on the
value the porous asphalt undergoes the strength decrease primarily as the result of the height of the
immersion temperature and the immersion duration carried out. The factors influencing the
characteristic decrease consist of internal factors i.e the porousity value of the mixture abd paraffin
compound reactivity in the asphalt wich is very sensitive to the temperature. The preservation curve
scheme describe by crauss J (1980) indicates that the porous asphalt mixture has immersion
resistance of 18 hours in the room temperature and has the immersion resistance of 6 hours in the
immersion with the temperature of 60oC.
Keywords: Porous Asphalt, Marshal test, Cantabro test, Indirect Tensile Strenght test, dan Durability
test.
PENDAHULUAN
Sarana transportasi jalan merupakan salah satu bagian penting penunjang kegiatan perekonomian serta
kegiatan-kegiatan diberbagai bidang pada suatu negara khususnya pada era globalisasi saat sekarang ini.
Kelancaran sarana transportasi akan berdampak langsung terhadap perkembangan aktivitas suatu negara di
berbagai bidang. Oleh karena itu prasarana jalan memerlukan perhatian khusus terhadap segi keamanan dan
kenyamanan dari jalan tersebut. Kondisi fisik dari jalan seperti tingkat kekesatan aspal, genangan-genangan air
dipermukaan jalan, tingkat kebisingan jalan dan sebagainya adalah hal penting dari segi keamanan dan
kenyamanan pengguna jalan. Oleh karena itu, dalam hal peningkatan pelayanan jalan terhadap pemakainya
maka dikembangkan teknologi Aspal Porus sebagai salah satu bagian dari perkerasan lentur yang dapat
meminimalisir dampak-dampak buruk sarana transportasi.
Aspal porus adalah aspal yang dicampur dengan agregat tertentu yang setelah dipadatkan mempunyai 20 %
pori-pori udara. Aspal porus umumnya memiliki nilai stabilitas Marshall yang lebih rendah dari aspal beton
yang menggunakan gradasi rapat, stabilitas Marshall akan meningkat bila gradasi terbuka yang digunakan lebih
banyak fraksi halus . Aspal porus direncanakan untuk lapis permukaan jalan yang memungkinkan air meresap
bebas. Perkembangan selanjutnya aspal porus layak untuk meningkatkan kontak roda kendaraan dengan
permukaan jalan. Aspal porus juga mengeliminasi pengkabutan dibelakang kendaraan dan mengurangi
kesilauan dari permukaan jalan pada siang danmalam hari, sehingga permukaan jalan lebih jelas kelihatannya.
Selain dari ciri – ciri fisik perkerasan lentur tersebut diatas hal yang juga sangat penting dan sering menjadi
permasalahan adalah bahan – bahan pembentuk perkerasan itu sendiri seperti halnya agregat dan bahan pengikat
perkerasan tersebut. Dalam hal bahan pengikat yang digunakan, dewasa ini menjadi sulit untuk disediakan
karena masalah utama dalam pekerjaan beraspal di Indonesia adalah kebutuhan aspal nasional yang mencapai
1.200.000 ton/tahun yang tidak dapat dipenuhi dari produksi aspal dalam negeri, sehingga setengah dari jumlah
tersebut masih harus diimpor. Oleh karena itu digunakan As. Buton sebagai bahan pengikat perkerasan untuk
mengatasi dampak hal tersebut diatas
Hal yang perlu diperhatikan juga dari jalan adalah bagaimana teknis pengerjaan dari jalan tersebut agar dapat
sesuai dengan spesifikasi teknis jalan tersebut dan sesuai dengan umur rencana, oleh karena umumnya jalanjalan yang telah dibuat banyak mengalami kerusakan sebelum masa umur rencana baik itu karena adanya
kesalahan perencanaan ataupun saat pelaksanaan pengerjaannya. Selain dari itu, faktor dari luar juga dapat
menjadi penyebab kerusakan dari jalan, terutama pada jalan-jalan yang berada didaerah pantai dimana sering
terjadi genangan-genangan air baik itu akibat luapan air laut ketika banjir saat musim hujan tiba maupun dari
limpasan air laut saat siang hari ketika angin kencang, dimana air laut ini dapat menggenangi jalan baik itu
dalam waktu yang beberapa saat atau bahkan dalam waktu yang cukup lama.
Oleh karena itu dilakukan penelitian ini untuk melihat pengaruh dari air laut tersebut terhadap aspal porus
dengan menggunakan asbuton sebagai bahan pengikat dengan tujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh
variasi lama perendaman serta suhu rendaman air laut terhadap karakteristik aspal porus dan menentukan sejauh
mana pengaruh air laut tersebut terhadap keawetan dan stabilitas campuran Aspal Porus.
KAJIAN PUSTAKA
Aspal Porus
Aspal Porus merupakan perkembangan dari teknologi perkerasan lentur yang memanfaatkan besarnya pori
yang sengaja dibuat dengan maksud sebagai alur alir bagi air ketika terjadi genangan pada lapisan permukaan
jalan.. Penggunaan nama Aspal Porus sangat terkait dengan perilaku atau sifat-sifat campuran beraspal yang
menggunakan gradasi agregat dengan jumlah fraksi kasar diatas 85% dari berat total campuran, sehingga
struktur yang dihasilkan lebih terbuka dan berongga.
Di negara-negara maju, aspal porus sudah banyak diterapkan, seperti Belanda, Spanyol, Belgia, Inggris,
Denmark, Amerika Serikat, Jepang dan Singapura. Awalnya aspal porus dikenal sebagai open-graded friction
courses (OGFC) yang telah digunakan sejak tahun 1950 di Amerika Serikat untuk tujuan meningkatkan
kekesatan perkerasan aspal Aspal porus adalah campuran beraspal yang didesain mempunyai porositas lebih
tinggi dibandingkan jenis perkerasan yang lain.. Kandungan rongga pori dalam jumlah yang besar diharapkan
menghasilkan kondisi permukaan agak kasar, sehingga akan mempunyai tingkat kekesatan yang tinggi. Selain
itu pori yang tinggi diharapkan dapat berfungsi sebagai saluran drainase di dalam campuran (Djumari, 2009).
Campuran aspal porus merupakan generasi baru dalam perkerasan lentur, yang membolehkan air meresap ke
dalam lapisan atas (wearing course) secara vertikal dan horizontal. Lapisan aspal porus ini secara efektif dapat
memberikan tingkat kenyamanan terutama diwaktu hujan agar tidak terjadi genangan-genangan air serta
memiliki kekesatan permukaan yang lebih kasar dan dapat mengurangi kebisingan (noise reduction). (Djumari.
2009)
Air Laut
Laut merupakan wilayah yang paling luas di permukaan dunia, dengan luas mencapai 70% dari seluruh
permukaan dunia, dan memiliki sifat korosifitas yang sangat agresif. Secara umum Derajat keasaman air laut
pada umumnya berkisar antara 8,2 sampai dengan 8,4 dimana mengandung air sebanyak 96,5 % sedangkan
material terlarut dalam bentuk molekul dan ion sebanyak 3,5 %. Material yang terlarut tersebut 89 % terdiri dari
garam Chlor sedangkan sisanya 11 % terdiri dari unsur-unsur lainnya. Beberapa hal yang menyebabkan laut
sangat bersifat agresif dan merusak adalah sebagai berikut :
· Laut merupakan elektrolit yang memiliki sifat konduktivitas tinggi
· Kandungan oksigen terlarut cukup tinggi
· Temperatur permukaan laut umumnya tinggi
· Ion klorida pada air laut merupakan ion agresif
Dalam dunia konstuksi perkerasan jalan, sifat agresifitas lingkungan laut juga memberi pengaruh yang buruk
terhadap konstruksi perkerasan dimana faktor penyebab dari kerusakan jalan khususnya pada jalan yang berada
pada daerah pantai selain dari adanya masalah teknis dalam perencanaan maupun pelaksanaan juga akibat
adanya pengaruh dari dari genangan air laut. Luapan air laut baik itu akibat banjir maupun akibat gelombang
yang tinggi karena pengaruh angin kencang yang terjadi pada siang hari mengakibatkan banyak air laut yang
menggenangi jalan baik itu dalam waktu beberapa saat maupun dalam jangka waktu yang cukup lama
Asbuton
Liquid Asbuton adalah nama suatu produk ekstraksi batuan aspal alam dari Pulau Buton Sulawesi Tenggara
melalui pengembangan teknologi, liquid Asbuton memiliki penetrasi yang sangat rendah, sehingga digolongkan
sebagai aspal keras. pada umumnya mengandung 60% sampai dengan 75% kadar bitumen sisanya adalah
mineral 25%-40% sebagai bahan pengisi alam. (Nur Ali, Wihardi T, A. Irsan dan Dwi. 2011).
Aspal buton (liquid Asbuton) sebagai aspal alam harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam
program pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia.
Asbuton memiliki sifat yang berbeda tergantung dari mana asbuton itu berasal, sampai saat ini ada dua
daerah yang lebih dikenal dan banyak dimanfaatkan hasilnya untuk pembangunan jalan yaitu asbuton lawele
dan asbuton kabungka. Sifat reologhy aspal ditentukan oleh komponen komponen penyusun dari aspal itu
sendiri dimana dari perbedaan komposisi penyusun dari aspal itu memberi pengaruh terhadap karakteristik
kekuatan dari aspal buton. Asbuton terdiri dari 4 penyusun utama yaitu saturates, aromatics, resins dan
asphaltenes dimana masing masing
memiliki komponen struktur molekul yang berbeda-beda dan saling
berhubungan untuk menentukan sifat rheology dari asbuton.
METODOLOGI
Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengadakan kegiatan percobaan di
laboratorium dimana Aspal Porus diproduksi dengan menggunakan jenis agregat dengan sistem gradasi terbuka
( open graded) dan menggunakan Asbuton sebagai bahan pengikat yang kemudian dilakukan perendaman
dengan air laut dengan menggunaan variasi lama perendaman serta variasi suhu yang digunakan untuk
perendaman Aspal Porus tersebut. Selanjutnya dilakukan observasi untuk mengetahui nilai Stabilitas dan
Durabilitas (Marshall Test), nilai Uji Keausan (Cantabrian Test), dan nilai Kuat Tarik Tak Langsung (Indirect
Tensile Strenght (ITS)).
Bahan-bahan yang digunakan dalam campuran aspal porus terlebih dahulu diuji karakteristik material,
dimana metode pengujian mengacu pada SNI dan pengujian ini dilakukan di laboratorium. Dengan total benda
uji sebanyak 90 buah benda uji
Setelah bahan diuji kemudian dilakukan pembuatan benda uji menggunakan menggunakan trial gradation
yang menggunakan agregat lolos saringan 3/4” tertahan saringan 1/2” dan lolos saringan 1/2” tertahan saringan
3/8” dengan perbandingan 50:50 terhadap komposisi agregat kasar serta menggunakan agregat halus yang lolos
saringan no. 4 dan tertahan saringan no. 200 sebanyak 10 % dari kapasitas mould serta kadar aspal 9 % Asbuton
yang kemudian dilakukan perendaman air laut dengan menggunakan variasi lama perendaman 0,5 jam, 6 jam,
12 jam, 18 jam dan 24 jam pada suhu 60±1oC dan pada suhu ruang (27oC) sebelum dilakukan pengujian pada
tiap sampel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengujian Sifat Fisik Agregat
Hasil pengujian sifat fisik agregat yang diambil dari sungai Bili-Bili Kecamatan Parangloe hasil stone
crusher PT. Bima Moriesya Anugrah Propinsi Sulawasi Selatan diperlihatkan pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Karakteristik agregat kasar dan karakteristik agregat halus telah memenuhi syarat spesifikasi untuk digunakan
sebagai agregat campuran beraspal.
Sifat Bahan Asbuton dan Air laut
Hasil pengujian sifat-sifat fisik liquid Asbuton diperlihatkan pada Tabel 6. Nilai penetrasi liquid Asbuton
adalah 47,3 hasil ini menunjukkan bahwa liquid Asbuton lebih bagus dari aspal minyak dengan penetrasi 60/70.
Hasil pengujian pelarutan menunjukkan bahwa liquid Asbuton masih mengandung mineral sekitar 18,7%
Hasil pengujian air laut memperoleh kandungan air laut dengan nilai salinitas 6,5 ppt serta kandungan kimia
terdiri atas Khlorida, Kalsium, dan Magnesium serta dengan nilai Alkalinitas 27 Ppm.
Penentuan Gradasi Campuran
Komposisi campuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah komposisi campuran sistem gradasi
terbuka (Open Graded) menggunakan trial gradation yang menggunakan agregat lolos saringan 3/4” tertahan
saringan 1/2” dan lolos saringan 1/2” tertahan saringan 3/8” dengan perbandingan 50:50 terhadap komposisi
agregat kasar serta menggunakan agregat halus yang lolos saringan no. 4 dan tertahan saringan no. 200
sebanyak 10 % dari kapasitas mould.Kadar Aspal yang digunakan yakni menggunakan kadar aspal 9 % liquid
Asbuton
Pengujian Cantabro
Hasil Pengujian Cantabro menunjukkan bahwa nilai keausan hasil uji Cantabro Test semakin besar seiring
dengan lama perendaman yang dilakukan, hal ini juga terjadi pada perbedaan suhu yang diberikan terhadap
campuran. Dengan melihat fenomena perilaku cantabro, menunjukkan daya ikat antar agregat dalam campuran
menjadi semakin buruk sehingga pemisahan antara agregat saat dilakukan pengujian cantabro dengan mesin Los
Angeles semakin besar.
Dari hasil pengujian yang dilakukan mengindikasikan bahwa nilai keausan yang diperoleh pada perendaman
24 jam untuk perendaman air laut dalam suhu ruang (27oC) sudah tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan
sedangkan untuk perendaman air laut pada suhu 60oC dimana pada perendaman 12 jam nilai keausan yang
diperoleh sudah tidak memenuhi persyaratan yang disyaratkan dimana spesifikasi pengujian kehilangan berat
yang diisyaratkan yaitu maksimal 20% dari berat awal sebelum dilakukan pengujian cantabro dengan mesin Los
Angeles.
Pengujian Indirect Tensile Strenght (ITS)
Hasil Pengujian ITS menunjukkan bahwa nilai ITS test semakin kecil seiring dengan lama perendaman yang
dilakukan, hal ini juga terjadi pada perbedaan suhu yang diberikan terhadap campuran. Pengaruh rendaman
yang diberikan pada campuran tersebut memberikan pengaruh berupa penurunan kekuatan dalam hal ini adalah
terjadi penurunan nilai kuat tarik tak langsung dari campuran aspal porus . Lama perendaman dan suhu yang
diberikan pada campuran aspal memberikan pengaruh terutama terhadap daya lekat aspal yang mengalami
penurunan sehingga memberikan nilai kuat tarik yang menurun seiring dengan lama perendaman yang diberikan
Pengujian Marshal Test
Proses pengujian Marshall kemudian dilakukan sesuai dengan prosedur pengujian yang mengacu pada
SNI. Hasil pengujian Marshall merupakan salah satu parameter indikasi nilai kekuatan yang dimiliki oleh
campuran dalam hal pemenuhan kebutuhan berdasarkan parameter perencanaan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Dari hasil pengujian yang diperoleh secara umum nilai porositas yang dimiliki oleh campuran telah masuk
dalam syarat spesifikasi yang telah ditentukan yang dalam hal ini syarat batas nilai porositas yang harus dimiliki
oleh campuran Aspal Porus yaitu 15%-25% dimana nilai porositas yang diperoleh dari pengujian yaitu berkisar
18,25%.
Hubungan antara Lama Perendaman Sampel dengan nilai Stabilitas.
Nilai stabilitas yang diperoleh dari hasil pengujian yang dilakukan mengindikasikan bahwa kekuatan atau
ketahanan campuran akibat perendaman dan perbedaan suhu menyebabkan menurunnya tingkat kelekatan aspal
dalam campuran tidak hanya karena akibat dari perendaman air laut tetapi juga akibat dari suhu dari rendaman
yang tinggi..
Hubungan antara Lama Perendaman Sampel dengan Flow
Hasil Pengujian memperlihatkan bahwa nilai flow semakin meningkat dengan semakin bertambahnya lama
perendaman serta suhu yang digunakan. Flow maksimum yang diperoleh yaitu 4,36 mm pada perendaman air
laut dengan suhu 60o C namun sudah tidak masuk dalam spesifikasi yang disyaratkan, flow yang diperoleh
merupakan indikator terhadap lentur sehingga semakin besar nilai flow mengindikasikan bahwa campuran
beraspal semakin lentur.
Hubungan antara Lama Perendaman Sampel dengan Marshall Quotient (MQ)
Hasil Pengujian menunjukkan nilai Marshall Quotient yang semakin kecil akibat dari lama perendaman
yang dilakukan serta akibat dari temperature air rendaman dimana nilai marshall quotient yang terendah terjadi
pada perendaman 24 jam air laut pada suhu 60oC yaitu senilai 60,76 kg/mm. Dari grafik tersebut diatas terlihat
jelas pengaruh yang besar terhadap nilai marshall quotient dimana garis trendline hasil pengujian untuk
perendaman suhu mengalami penurunan yang signifikan dari lama perendaman yang dilakukan. Parameter
marshall quotient (MQ) merupakan perbandingan antara stabilitas dengan flow. Nilai marshall quotient (MQ)
merupakan indikator lenturan campuran yang potensial terhadap keretakan Pengujian Durabilitas Test
Analisis Pengaruh Suhu dan lama Perendaman terhadap Karakteristik Aspal Porus
Secara umum komposisi aspal terdiri dari asphaltenes dan maltenes. Pada sifat fisik Asphaltenes merupakan
material berwarna hitam atau cokelat tua yang larut dalam heptane. Secara kimia, aspal terdiri dari senyawa
aromat, parafine dan alafine dimana senyawa kimia tersebut berbeda dalam rangkaian hidrocarbonnya. Senyawa
parafine merupakan salah satu senyawa kimia aspal yang sangat peka terhadap suhu dimana setiap kenaikan
suhu akan mempengaruhi ikatan antar molekul molekul senyawa parafin sehingga struktur parafine dapat
berubah dan akan dengan mudah berikatan dengan unsur lain dalam usaha penstabilan struktur carbonnya
sehingga akan mempengaruhi nilai kohesi dan kestabilan keseluruhan ikatan molekul penyusun dari aspal.
Dapat pula diketahui bahwa terdapat hubungan spesifik antara sifat fisik (malten) dan kimia dari aspal itu
sendiri (senyawa parafin) dimana Parafin dan maltene tersebut sangat peka oleh suhu dalam hubungannya
terhadap nilai durabilitas dari suatu campuran.
Dari hasil pengujian Cantabro Test, ITS test dan Marshal Test dapat dilihat dengan jelas pengaruh lama
perendaman yang diberikan serta suhu rendaman terhadap nilai karakteristik aspal porus dimana akibat lama
perendaman serta suhu yang diberikan tersebut menyebabkan penurunan nilai kekuatan pada masing-masing
pengujian yang dilakukan dimana yang memberikan dampak nilai penurunan kekuatan yang tinggi terhadap
kinerja dari aspal porus yakni ketika dilakukan perendaman menggunakan suhu 60oC
Berdasarkan analisis dari hasil pengujian yang dilakukan, pengaruh rendaman dan suhu yang diberikan
terhadap karakteristik aspal porus disebabkan oleh kereaktifan senyawa Parafin dari dalam aspal dimana
kereaktifan senyawa paraffin ini menyebabkan ketidakstabilan ikatan molekul-molekul penyusun dari aspal
sehingga pada suhu rendaman 60oC memberikan nilai penurunan kekuatan sisa mencapai 44,06% pada
perendaman selama 24 Jam sedangkan nilai kekuatan sisa pada perendaman dengan suhu ruang (27oC)
mencapai 11,68% pada perendaman selama 24 Jam. Selain dari hal tersebut, nilai porositas yang tinggi yakni
berkisar 18,25 % ini juga memberi pengaruh besarnya nilai kekuatan sisa yang diperoleh dari hasil pengujian
karena dengan besarnya tingkat pori yang dimiliki oleh campuran maka semakin luas pula bidang kontak
permukaan agregat yang terselimuti aspal dengan air rendaman sehingga dengan lama perendaman yang
dilakukan serta suhu yang diberikan semakin menyebabkan penurunan nilai karakteristik yang dimiliki
campuran
Pengujian Durabilitas Marshall
Durabilitas merupakan nilai keawetan dari suatu campuran dimana dalam penelitian ini nilai durabilitas
tersebut ditinjau terhadap terhadap lama perendaman serta dengan variasi temperature rendaman yang dilakukan
Pengujian durabilitas tersebut adalah uji durabilitas standar yang di lakukan di dalam waterbath dengan
kondisi temperatur 60±1°C. Durabilitas
modifikasi
dengan
variasi lama
perendaman menampakkan
penurunan prosentase stabilitas yang tersisa seperti pada indeks durabilitas pertama yang didefinisikan sebagai
kelandaian berurutan dari kurva keawetan. Sedangkan indeks durabilitas kedua didefinisikan sebagai luas
kehilangan kekuatan rata-rata antara kurva keawetan dengan garis So=100%.
Berdasarkan analisis dari gambar 8 mengindikasikan bahwa campuran beraspal porus memiliki ketahanan
perendaman selama 18 jam untuk perendaman dengan suhu ruang (27o C) serta memiliki ketahanan perendaman
selama 6 jam untuk perendaman air laut pada suhu 60oC
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil analisa data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa : (1) Rendaman
air laut menunjukan pengaruh terhadap karakteristik aspal porus khususnya pada perendaman menggunakan
suhu 60oC dibandingkan dengan perendaman pada suhu ruang (27oC)dimana dapat dilihat jelas garis trendline
grafik tiap hasil pengujian yang menunjukkan penurunan yang cukup signifikan disemua pengujian yang telah
dilakukan, (2) Tingkat Durabilitas / keawetan dari campuran menunjukkan aspal porus yang dibuat memiliki
ketahanan perendaman 6 jam untuk perendaman dengan suhu 60oC serta memiliki ketahanan perendaman 18
jam untuk perendaman dengan suhu ruang (27oC), (3) Pengaruh rendaman dan suhu yang diberikan terhadap
penurunan nilai karakteristik aspal porus disebabkan oleh kereaktifan senyawa Parafin dari dalam aspal dalam
hal kepekaannya terhadap suhu serta nilai porositas yang tinggi yang dimiliki oleh campuran sehingga memberi
dampak penurunan nilai kekuatan nilai karakteristik yang dimiliki campuran
Saran
Saran- saran dalam penelitian ini adalah : (1) Perlu dilakukan penelitian selanjutnya tentang pengaruh aspal
porus yang terendam air laut menggunakan aspal pen 60/70 serta perlu peninjauan unsur kimia yang terkandung
dalam aspal tersebut, (2) Perlu penambahan variasi suhu rendaman dan lama rendaman yang diberikan untuk
dapat meninjau lebih spesifik batasan suhu untuk pengujian aspal porus, (3) Diharapkan dapat dibuat spesifikasi
syarat batasan dalam hal pengaruh air laut serta suhu maksimum terhadap campuran aspal porus.
DAFTAR PUSTAKA
Ali N, 2011. Kajian Pemanfaatan Liquid Asbuton Sebagai Bahan Pengikat Asphalt Porous Pada Lapis
Permukaan Perkerasan Jalan. Makassar : Mahasiswa S3 Jurusan Teknik Sipil – Universitas Hasanuddin.
Ali N, Samang L, Tjaronge W and Djamaluddin A R, 2011. Influence Of Sea Water On The Mechanical
Properties Of Porous Asphalt Containing Liquid Asbuton. Hongkong-cina : Proceedings of the Sixth
International Conference on Asian and Pacific Coasts (APAC 2011).
Ali N, Tjaronge W, I Ismunandar, A Dwi, 2011. Studi Karakteristik Aspsal Porus Yang Menggunakan liquid
Asbuton Sebagai Bahan Pengikat Dan Agregat Kasar Gradasi Bina Marga. Makassar : Skripsi Teknik
Sipil – Universitas hasanuddin.
Colifah, 2010. Analisis Korelasi Antara Marshal Stability dan ITS Pada Campuran Beton Aspal. Surakarta :
Tesis magister Teknik Sipil - Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Djumari , S Joko, 2009. Perencanaan Gradasi Aspal Porus Menggunakan Material Local Dengan Metode
Pemampatan Kering. Surakarta : Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil – UNS.
Dauphin County Conservation District. Porous asphalt. US : Best Management Practice Fact Sheet., t. th.
--------------,2009. Iowa Stormwater Management Manual. Porous Asphalt Pavement.
Madi Hermadi Drs, tth. Berbagai Alternative Penggunaan Asbuton Pada Perkerasan Jalan Beraspal. Bandung :
Peneliti Bidang Teknik Jalan - Puslitbang Jalan Dan Jembatan Bandung.
Madi hermadi Drs, M Sjahdanulirwan, 2008. Usulan Spesifikasi Campuran Beraspal Panas Asbuton Lawele
Untuk Perkerasan Jalan. Bandung : Peneliti Bidang Teknik Jalan - Puslitbang Jalan Dan Jembatan
Bandung.
Metode Pengujian Campuran Aspal Dengan Alat Marshal. SNI 06-2489-1991.
--------, 2007.Notes Spesification For Open Graded Porous Asphalt. New Zeland : tnz p/11 Notes.
P H Agung, 2007. Pengaruh Rendaman Air Laut Terhadap Kinerja Lataston ( Hrc-Wc) Berdasarkan Uji
Marshall Dan Uji Durabilitas Modifikasi. emarang : Tesis magister Teknik Sipil – Undip.
-------------, 2005. Prosedure Cantabro Loss. Texas : Tet Procedure For - Texas Department Transportation.
P Ryan, 2006. Kajian Laboratorium Sifat Marshall Dan Durabilitas Asphalt Concrete-Wearing Course (Ac-Wc)
Dengan Membandingkan Penggunaan Antara Semen Portand Dan Abu Batu Sebagai Filler. Semarang :
Tesis magister Teknik Sipil - Universitas Diponegoro Semarang.
------------, 2010. Penuntun Praktikum Edisi Keenam. Laboratorium Rekayasa Transportasi Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
S Ibnu, tth. Teknologi Aspal Porus Dua Lapis Sebagai Surface Course Yang Ramah Lingkungan. Jawa Timur :
Tesis Magister Teknik Sipil – UPN “Veteran” Jawa Timur.
S Bambang, K Djunaedi, Busnial, T Dibya, tth. Development Of Stiffness Modulus And Plastic Deformation
Characteristic Of Porous Asphalt Mixture Using Tafpack Super. Bandung : Proceding Of The Eastern Asia
Society Transportation Studies.
S Nyoman. Penelitian Pemanfaatan As buton butir di Kolaka Sulawesi Tenggara. Bandung : Pusat Litbang dan
Jembatan – Bandung., 2008.
Sukirman, S, 2009. Perkerasan Lentur Jalan raya. Bandung:Nova.
Sukirman. S, 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Bandung:Granit.
Tabel 1
Karakteristik bahan agregat kasar
Jenis
Pengujian
Berat Jenis
Curah (Bulk)
Berat Jenis
SSD
Berat Jenis
Semu
Metode
Pengujian
SNI-031969-1990
SNI-031969-1990
SNI-031969-1990
Satuan
Syarat
-
≥ 2,5
-
-
%
-
%
≤ 3,0
%
≤ 40
%
≤ 25
%
≤ 25
Penyerapan
SNI-03Air
1969-1990
Keausan
SNI-03Agregat
2417-1991
(Abration)
Indeks
SNI-M-25Kepipihan
1991-03
Indeks
SNI-M-25Kelonjongan
1991-03
(sumber: Standar Nasional Indonesia)
Tabel 2
Karakteristik bahan agregat halus
Jenis
Metode
Satuan
Pengujian
Pengujian
Berat Jenis
SNI-03Curah (Bulk)
1969-1990
Berat Jenis
SNI-03SSD
1969-1990
Berat Jenis
SNI-03%
Semu
1969-1990
Penyerapan
SNI-03%
Air
1969-1990
Sand
SNI-03%
Equivalent
4428-1997
(sumber: Standar Nasional Indonesia)
Syarat
≥ 2,5
≥ 2,5
≥ 2,5
≤ 3,0
≥ 50
Tabel 3
Standar pengujian benda uji
Jenis pengujian
Standar Pengujian
Indirect Tensile
Strenght
ASTM D6931 – 07
Marshall
SNI-06-2489-1991
Cantabro
ASTM C-131
Tabel 4
Hasil pengujian sifat fisik agregat kasar
Jenis Pengujian
Sat.
Hasil
Spek.
Berat Jenis Curah
(Bulk)
gr/cc
2,64
≥ 2,5
Berat Jenis SSD
gr/cc
2,70
≥ 2,5
Berat Jenis Semu
gr/cc
2,81
≥ 2,5
Penyerapan Air
%
2,24
≤ 3,0
Keausan Agregat
(Abration)
%
16,39
≤ 40
Indeks Kepipihan
%
7,85
≤ 25
Indeks Kelonjongan
%
18,01
≤ 25
(sumber:Standar Nasional Indonesia)
Tabel 5
Hasil pengujian sifat fisik agregat halus
Jenis Pengujian
Sat.
Hasil
Spek.
gr/cc
2,55
≥ 2,5
Berat Jenis SSD
gr/cc
2,61
≥ 2,5
Berat Jenis Semu
gr/cc
2,72
≥ 2,5
Berat Jenis Curah (Bulk)
Tabel 6
Karakteristik bahan liquid Asbuton
Jenis Pengujian
Penetrasi (25 C, 5 dtk,
100 gr)
Penetrasi Setelah
Kehilangan
Sat.
0,1
mm
% semula
Hasil
Spek
47.3
Max.
60
71,2
-
Titik Nyala
o
C
295
Min.
225
Titik Lembek
o
C
50
Min. 55
Berat Jenis (25 C)
gr/cc
1,26
Min. 1
Penurunan Berat
% berat
1,40
-
Daktilitas (25 C, 5
cm/menit)
cm
66,7
Min. 50
Solubility of Asphalt
Binders
% semula
81,3
-
(sumber: Hasil Pengujian)
Grafik ITS Perendaman Air laut 27oC dan 60oC
0.150
ITS ( Mpa)
0.111
0.101
0.100
0.104
0.083
0.095
0.083
0.071
0.061
0.050
0.037
0.012
0.000
0
6 Lama Perendaman
12
(Jam) 18
24
Gambar 2 Grafik hasil Pengujian ITS Test
Grafik Stabilitas Perendaman Air laut 60o Vs 27o
1000
950
900
850
800
750
700
650
600
550
500
450
400
350
300
250
200
Stabilitas (Kg)
847.6063333 812.76
845.49
764.85
789.97
629.29
747.81
694.44
Suhu 27o
Suhu 60o
438.65
264.33
0
6
12
18
Lama Perendaman (Jam)
24
Flow (mm)
Gambar 3 Grafik Nilai Stabilitas Marshall Test
Grafik Flow Perendaman Air laut 60o Vs 27o
5.0
4.5
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
4.36
3.18
3.02
2.94
2.80
3.55
3.10
3.86
3.18
3.29
Suhu 27o
Suhu 60o
0
6
12
18
Lama Perendaman (Jam)
Gambar 4 Grafik Nilai Flow Marshall Test
24
Grafik MQ Perendaman Air laut 60o Vs 27o
Marshall Quetion
(Kg/mm)
400
350
300
250
200
150
100
50
302.73
287.65
269.27
240.27
254.56
177.36
Suhu 27o
Suhu 60o
235.16
210.88
113.78
60.76
0
6
12
18
Lama Perendaman (Jam)
24
Sa (%)
Gambar 5 Grafik Nilai MQ Marshall Test
Skema Kurva Keawetan Craus J.1980 (Suhu 60o dan suhu 27o)
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
100
96.44525553
91.75303058
94.45696685
79.89548026
91.40007569
88.31736799
66.03793053
55.94402563
Suhu 27o
Suhu 60o
0
6
12
18
Lama Perendaman (Jam)
Gambar 8 Skema Kurva Keawetan Craus J.1980
24
Download