notulensi penyusunan dokumen non-detrimental findings untuk hiu

advertisement
NOTULENSI PENYUSUNAN DOKUMEN NON-DETRIMENTAL
FINDINGS UNTUK HIU DAN PARI APENDIKS II CITES DI
INDONESIA
Serang, Indonesia 29-30Maret 2017
Hari ke-1 : 29 Maret 2016
1. Sambutan LPSPL Serang – Bp. Jumadi
Ucapan selamat datang
2. Sambutan Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut – Bp. Samsul Bahri Lubis
Tujuan penyusunan NDF adalah untuk menyusun kuota terkhusus spesies CITES dalam
hal ini adalah hiu dan pari. Perlu didiskusikan lebih lanjut, apakah pengaturan kuota akan dibuat
per WPP, per provinsi, dalam jumlah individu hiu atau jumlah produksi hiu dalam satuan ton.
Dijelaskan mengenai konsep dan terminologi NDF, dimana telah disadari bahwa diperlukan
kerjasama internasional untuk melindungi tumbuhan dan satwa liar dari eksploitasi berlebihan.
Berdasarkan teks konvensi diperlukan scientific authority untuk memberi kajian dalam proses
ekspor import. NDF disusun sebagai dokumen keputusan, sehingga diperlukan rekomendasi
dari LIPI dalam bentuk kuota yang akan dilaksanakan oleh Management Authority.
Peran dan kewajiban otoritas CITES sebagai Management Authorization dan Scientific
Authorization sangatlah penting. LIPI sebagai Scientific Authority merupakan lembaga yang
berhak untuk memberikan rekomendasi ilmiah. KKP merupakan lembaga yang mengelola
perizinan (ekspor-impor, re-ekspor, dan introduksi dari laut). Format NDF, perlu ada
kesepakatan bersama untuk menggunakan format NDF yang ketersediaan datanya berdasarkan
kajian ilmiah. dan proses penyusunan NDF.
3. Proses-Proses dan Tata Cara Penyusunan Non-Detriment Findings(NDF) Hiu dan Pari – Dr.
Cassandra Rigby
Beberapa spesies hiu dan pari telah masuk ke dalam ke dalam Apendix II CITES, sehingga
tujuan kegiatan ini adalah untuk menyusun NDF dan menyetujui bersama proses penyusunan
NDF. Indonesia sebagai anggota CITES mempunyai kewajiban legal untuk melakukan dalam
regulasi kesepakatan yang telah disepakati oleh anggota CITES. Tujuan konvensi CITES adalah
untuk memastikan perdagangan internasional tidak mengancam keberlangsungan kehidupan
spesies.
Berdasarkan konvensi CITES yang terakhir pada tahun 2017, ditambahkan beberapa
spesies di daftar appendix 2, yaitu 9 spesies mobula, 3 spesies thresher, dan silky shark. CITES
memberikan ijin untuk suatu negara melakukan ekspor, dengan catatan aktivitas pemanfaatan
tidak mengganggu populasi atau stock.
Template NDF akan didiskusikan bersama, setelah mencapat kesepakatan bersama,
dokumen tersebut akan direplikasi ke dokumen NDF lain. Dokumen NDF harus dibuat sebelum
spesies-spesies yang masuk ke dalam CITES II akan di eksport. NDF dapat berubah dan bersifat
fleksibel berdasarkan stok dan kondisi populasi spesies. Untuk mendapatkan dokumen NDF yang
berkualitas kita memerlukan komunikasi yang baik antar institusi, dengan tujuan mendapatkan
data yang equivalent dan dapat dibandingkan satu sama lain.
Hasil tangkapan di laut lepas berasal dari populasi bersama yang berada di perairan
tersebut. Sehingga diperlukan kerjasama beberapa negara yang menangkap ikan yang ditangkap
di perairan tersebut untuk menentukan Total Allowable Catch (TAC).
4. Pemaparan dan Diskusi draft NDF Mobula – Dr. Cassandra Rigby
Penjelasan mengenai 6 step pembuatan NDF. Template-template tersebut merupakan
suatu kajian untuk mendapatkan status NDF yaitu NDF positif atau NDF negatif.
Discussion:
Dokumen NDF yang diserahkan kepada CITES dapat berupa template yang dibuat dan
executive summary dari template proses tersebut.. Status positif ataupun negatif dari NDF harus
dipertimbangkan dengan prinsip kehati-hatian karena harus mempertimbangkan keberlanjutan
populasi di alam. Jika status negative, perlu dilakukan pendataan yang lebih baik untuk
melengkapi dokumen NDF, dan bisa dibuktikan bahwa perdagangan tidak mengganggu
keberlanjutan populasi di alam (Beryl, Dr.Cassandra Rigby).
Dokumen NDF Amerika Serikat, sangat sederhana seperti memo dari scientific authority.
Dokumen NDF Amerika Serikat memberikan pernyataan bahwa produk yang diperdagangkan
tidak mengganggu populasi (copy statement of article III and IV). Terdapat catatan pengalaman
dari Solomon Island, yang memperdagangkan tanpa menaati regulasi CITES, yaitu
memperdagangkan produk lebih dari kuota yang tetapkan. Sehingga CITES memberikan pinalti
kepada Solomon Island, dengan memberikan global notification (Yoga, David, Dr.Cassandra
Rigby).
Kriteria data yang digunakan adalah data yang telah dipublikasi dan yang belum
dipublikasi. Data yang belum dipublikasi tetap dapat digunakan dengan catatan data tersebut
dirasa penting untuk digunakan. Terdapat informasi bahwa untuk membuat NDF diperlukan RAN
terlebih dahulu, namun menurut Dr.Cassandra Rigby RAN dan NDF saling mendukung walau
kedua hal tersebut merupakan dokumen independen yang tidak berhubungan satu sama lain.
NDF didasarkan pada CITES, namun RAN merupakan baseline pengelolaan hiu dan pari secara
nasional di suatu negara (Bp Wibowo dan Dr.Cassandra Rigby).
5. Ana Setiyastuti (LIPI : Scientific Authority)
Menyetujui langkah-langkah yang diajukan oleh Dr.Cassandra Rigby. LIPI akan
mengadakan pertemuan internal untuk menindaklanjuti proses NDF yang ada.
6. Template NDF Mobula – Dr. Cassandra Rigby
Saat ini aturan pemanfaatan mobula sedang disusun. Beberapa opsi pengaturan antara lain
larangan ekspor dan perlindungan penuh. Proses pengaturan tersebut telah diajukan
disampaikan kepada masyarakat dalam kegiatan konsultasi public. Hasil konsultasi public
menyatakan beberpa stakeholders menyetujui status perlindungan penuh. KKP mengajukan
beberapa regulasi mengenai mobula, telah ada draft regulasi mengenai mobula. Konsultasi
public di aceh adalah untuk makanan lokal, sehingga masyarakat menganjurkan untuk regulasi
berupa export ban.
*Mobulids NDF - Notes:
Beberapa spesies memiliki perbedaan genetic tergantung pada habitatnya. Contohnya adalah
M. japonica yang berada di north-east pacific dan south east pacific, keduanya memiliki
perbedaan ukuran mature. Sehingga perlu dibedakan stok yang berada pada perairan yang
berbeda.
7. Penelitian Hiu dan Pari yang Telah Dilakukan di Indonesia – Bp. Dharmadi
Penelitian Elasmobranch di Indonesia, telah ada beberapa infomasi yang telah dipublish.
Beberapa titik pendaratan yaitu Lampulo, Sibolga, P.Ratu, Cilacap, Muncar, Kedonganan,
Tanjung Luar, Lamakera.
8. Pemanfaatan dan Pola Pertumbuhan Hiu dan Pari di Nusa Tenggara Barat - Benaya Simeon,
WCS-IP
Penelitian yang telah dilakukan di Nusa Tenggara Barat terkait dengan hiu dan pari telah
dilakukan sejak tahun 2014 hingga tahun 2016. Terdapat peningkatan armada yang sangat
signifikan dari tahun ke tahun. Didapatkan nilai CPUE yang menurun dari tahun ke tahun.
Penangkapan hiu dilakukan dengan menggunakan rawai dasar dan rawai permukaan.
Dipaparkan beberapa kondisi biologi hiu dan mobula sejak tahun 2014 hingga 2016.
Hari ke-2 : 30 Maret 2016.
1. Shared Stocks, Mobulids NDF, and Hammerhead NDF
Pertimbangan dalam penyusunan NDF, pemaparan data dan draft hiu martil, pemaparan data
tangkapan dan perdagangan nasional hiu martil.
* NDF Discussion
Notes :
Q : Apakah ada alat penguji DNA portable saat ini?
A : CI : Sekarang sudah terdapat beberapa alat penguji portable
LIPI : Saat ini Indonesia tidak ada alat penguji DNA portable, karena system penguji DNA
portable adalah menyimpan semua informasi gen seluruh spesies
Q : Apakah rambu-rambu yang digunakan untuk precautionary approach?
A : Untuk mobula perlu diperhatikan kondisi biologi pari mobula dimana kemampuan
reproduksi pari mobula yang rendah sedangkan pemanfaatannya cukup tinggi. Dengan data
yang terbatas, harus diperhatikan langkah-langkah yang akan dilakukan. Dengan data terbatas,
tidak dapat diketahui dengan pasti apakah produk itu terus dapat diekspor sedangkan kondisi
populasi di lapangan sendiri tidak diketahui.
Q : Kita tidak punya data, sehingga bagaimana untuk melaksanakan precautionary approach?
A : Tidak tersedianya data menjadi tantangan tersendiri, sehingga diperlukan langkah-langkah
yang sangat hati-hati. Template yang diberikan bisa digunakan untuk mereview NDF dari tahun
ke tahun dapat terus digunakan untuk menjaga langkah yang dilakukan tetap pada jalurnya,
dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.
Q : Contoh kasus napoleon ketika menyusun NDF Napoleon, yang dipertimbangkan hanyalah
faktor kelimpahan. Sehingga pada tahun 2005 dikeluarkan kuota sebanyak 8000 ekor. Namun
dari tahun ke tahun produk yang diekspor selalu kurang dari kuota yang ditetapkan, sehingga
kuota sebanyak 8000 ekor tersebut diturunkan menjadi 6000 ekor. Sampai dengan tahun 2016,
kuota diturunkan hanya 2000 ekor. Apakah tanpa melakukan review ulang NDF, masuk ke dalam
prinsip kehati-hatian?
A:
@LIPI : Kuota yang dihasilkan berdasarkan monitoring. Hasil monitoring dari beberapa wilayah,
diketahui bahwa stok di beberapa perairan telah menurun, sehingga prinsip kehati-hatian yang
digunakan adalah penurunan jumlah kuota.
@Betty : Precautionary Approach tidak selalu berupa kuota.
@Cassie : Umumnya jika data tidak dimiliki dengan cukup, NDF akan menghasilkan status
negative. Prinsip dari NDF bukan hanya positif dengan kuota, namun apakah bila kita ekspor
tanpa mempertimbangkan faktor-faktor biologi.
@Betty : Perlu dilakukan monitoring sebelum dilakukan ijin ekspor jika mempertimbangkan
adanya aktivitas pemanfaatan illegal.
Q : Bagaimana monitoring mengenai hiu? Karena produk hiu sangat banyak dan langsung
dipisahkan oleh pelaku..
A :
Cassie : Prinsip NDF adalah pengaturan ekspor. Apakah hiu tersebut bisa diekspor atau tidak.
Salah satu pilihan NDF positif adalah kuota, namun jika NDF negative proses ekspor tidak dapat
dilakukan. Australia memiliki data sepanjang 30 tahun, dan diketahui tidak ada penurunan tren,
hal tersebut menjadi salah satu masukan ke NDF dan digunakan untuk menentukan kuota.
Q:
LIPI : Jika kita tidak memiliki informasi lengkap mengenai binantang tersebut, bagaimana kita
bisa membuat NDF? Indonesia sebagai anggota CITES, bisa mengeluarkan regulasi yang equal
atau lebih rendah dari CITES
Pak Setiyono : Karena kita belum punya data, bagaimana jika tahun ini mulai dilakukan
treatmen: 1. Perlindungan terbatas 2. Kuota kira-kira sekian, 3. NDF dikeluarkan.
Pak Lubis : NDF yang kita susun bukan untuk membuat regulasi, namun ada kesepakatan di KKP,
walau masuk di appendix 2, spesies-spesies tersebut dapat dikeluarkan sebagai produk ekspor.
Betty : NDF proses adalah review dari keterancaman spesies. NDF tidak bisa langsung dibuat
positif jika tidak ada kajian mengenai populasi nya di alam.
Yoga : Selain mengelola katup di sector perdagangan, perlu diberikan rekomendasi mengenai
pengelolaan penangkapan untuk mengontrol pemanfaatan sumberdaya oleh nelayan.
2. NDF Assessment- Beryl
Notes :
Pak Dharmadi : perlu berhati-hati karena NPOA masih berupa dokumen direktoral jenderal.
Pak Lubis : Sudah disampaikan ke FAO, bahwa NPOA akan diajukan supaya menjadi dokumen
dari kemetrian.
Q : Apakah saat ini saat yang tepat untuk membuat NDF?
A : Selama ini yang dilakukan adalah export ban, yang hanya mengcover sector perdagangan.
Padahal maksud dari CITES adalah mengatur populasi dan keberlangsungan hidup spesies yang
terancam. Sehingga diperlukan regulasi untuk mengatur pola penangkapan yang memberikan
pressure ke populasi di alam.
Q : mengapa yang banyak ditangkap adalah betina?
A : merupakan salah satu tanda alam yang perlu dilakukan kajian
Q : Mengapa yang tertangkap cenderung dalam ukuran kecil ? (70%)
A : Ada indikasi merupakan nursery ground. Selain ukuran kecil, yang jantan juga dilihat tingkat
kematangan gonadnya. Kesulitan pengambilan data karena sampel didapatkan dari kapal
pengumpul, bukan kapal penangkap.
3. Sharks Data for NDF Document - Yoga WWF
Hiu yang tertangkap oleh nelayan di Utara Jawa rata-rata adalah baby hammerhead, sedangkan
hiu yang tertangkap oleh nelayan di Muncar adalah silky shark. Terdapat beberapa kesulitan
mendapatkan data di Brondong, Utara Jawa, dimana hasil tangkapan yang didaratkan
didapatkan dari kapal transshipment, sehingga tidak dapat diketahui dengan jelas dimana
daerah penangkapan ikan
4. Pemaparan Mengenai Pengumpulan Data dan Monitoring Control Surveillance (MCS)
Q : bagaimana keterwakilan data?
A : Data tersebut bisa digunakan namun diberikan catatan tertentu di dokumen NDF. Data yang
terbatas tidak membuat proses NDF terhenti.
Q : apakah bisa scalloped hammerhead menjadi satu dokumen dengan NDF hammerhead yang
lain? Karena data yang terbatas untuk spyrna zygaena dan Sphyrna mokarran
A : Hal tersebut dapat dilakukan karena spesies tersebut merupakan look a like species.
Q : Ana : LIPI sudah mengeluarkan NDF, namun LIPI bukanlah experts di bidang ini. LIPI
mengajak KKP dan NGO untuk saling bekerjasama untuk ini.
A:
Cassie :LIPI saat ini adalah scientific authority, sehingga LIPI akan sangat banyak membantu
Pak Dharmadi : Tugas mengumpulkan data saat ini adalah di kegiatan enumerasi DJPT atau
litbang. Hal ini masih menjadi permasalahan besar untuk siapa yang mengumpulkan dan
menampung data
Q : Scientific guideline selama ini protokolnya dari LIPI. Apakah protocol pengambilan itu perlu
distandartkan di tingkat nasional supaya dapat digunakan untuk banyak pihak?
A : Akan disampaikan kepada tim di LIPI. Saat ini standarisasi hanya untuk karang, timun laut,
dan lamun.
Q : Data apa yang perlu kita ambil?
A : Pak Dharmadi : Data yang diambil sebaiknya selengkap mungkin. Tidak hanya data hiu dan
pari namun juga data perikanan.
Q : Berdasarkan pengalaman Dr.Cassandra, apakah ada riset spesifik untuk NDF?
A:
Dr. Cassandra : Negara-negara Pasifik, negara-negara tersebut juga tidak memiliki data dan
informasi yang cukup kuat. Sehingga dapat digunakan data yang sederhana, seperti panjang,
berat, jenis kelamin, spesies.
Q : Dr. Cassandra : Adakah organisasi yang berwenang monitoring untuk hiu?
A : Tidak ada, karantina hanya berlaku jika ada rekomendasi dari BPSPL
5. Diskusi terkait NDF Mobula dan Hiu Martil
Q : Untuk menentukan NDF apakah data produksi ekspor bisa menjadi data NDF?
A : Ya itu akan menjadi data yang sangat penting di langkah 3, dan management authority bisa
memasukkan data di langkah 1.
Q : Jika ada 1 produk hammerhead di dalam 10 ton produk, apakah hal tersebut dapat menjadi
bahan?
A : 1 produk hammerhead tersebut tidak berarti ada 10 ton hammerhead, perlu diberikan
comment di step 1, dan legal trade di step 3.
LIPI : dapat digunakan teori ekstrapolasi.
Q : Apakah bisa membedakan mobula berdasarkan struktur daging?
A : Untuk kulit dapat dilakukan, namun untuk daging perlu dilakukan uji DNA
Q : Apakah perlu training untuk identifikasi hammerhead dan mobula?
A : Sangat penting dan perlu, mungkin ditambahkan silky shark dan hiu lain di appendix 2.
Bp. Wibowo : Hiu merupakan spesies yang diprioritaskan di CTI. Sehingga untuk itu diperlukan
pelatihan hiu, sehingga SEAFDEC bersedia mendukung pelatihan tersebut.
Betty : Bersedia memfasilitasi di tingkat pelabuhan.
Q :Apakah ada kebutuhan pelatihan do level karantina dan beacukai telah diberikan pelatihan
A : Bp.Suko sangat diperlukan untuk beacukai.
Bp. Wibowo : pelatihan pernah dilakukan untuk mobula, hammerhead dan koboi, namun belum
untuk silky dan thresher.
Q : Apa yang dibutuhkan PSDKP?
A : yang diperlukan adalah payung hukum dan mitigasi.
Q : Mobula dan hammerhead template, apakah ada tindak lanjut dari pertemuan ini?
A:
Pak Setiyono :Akan dibuat NDF berdasarkan template berdasar template yang telah diberikan.
Beryl : Kesulitan di lapangan, sehingga perlu ditingkatkan lagi. Diperlukan pelatihan beberapa
kali.
Q : Kondisi di Indonesia terdapat banyak pendaratan hiu, berdasarkan pengalaman dari Australia
bagaimana cara mengelola pendaratan hiu? Bagaimana mengidentifikasi apakah suatu produk
legal atau illegal? Adakah cara selain DNA? Karena uji DNA sangat mahal.
A:
Cassie : Identifikasi di Australia, ini merupakan pekerjaan besar. Petugas di Australia telah dapat
mengidentifikasi sirip. Diperlukan waktu dan training yang cukup lama. Monitoring dilakukan di
kapal penangkapan dan di tempat pendaratan. Australia memiliki 1 pekerja untuk 2-3
pelabuhan. Australia memiliki intellegen sendiri untuk mengumpulkan informasi dari nelayannelayan. Setiap negara bagian di Australia memiliki departemen perikanan yang bertugas untuk
mengumpulkan data per spesies
Download