Mencermati Kepribadian Cagub dan Cawagub

advertisement
Mencermati Kepribadian Cagub dan Cawagub DKI Jakarta
Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah
Pemahaman terhadap siapa yang akan menjadi pejabat publik sebaiknya perlu
dimiliki oleh setiap anggota masyarakat. Sebelum memilih yang akan jadi
pemimpinnya, anggota masyarakat berhak dan perlu mengetahui seluk-beluk dan
sepak terjang calon pemimpin itu, termasuk juga profil kepribadiannya. Memang,
seperti dikatakan oleh Leslie Zebrowitz dalam buku Social Perception bahwa:
”..everybody is a naïve psychologist..”, setiap orang akan seperti psikolog, cenderung
menilai orang yang diamatinya. Begitu pula tentang calon gubernur dan wakilgubernur Jakarta. Para anggota masyarakat Jakarta yang tertarik tahu, pernah maupun
belum pernah kenal secara pribadi tokoh-tokoh pemimpin tersebut, pada dasarnya
punya kecenderungan untuk berusaha menilai mereka. Dengan kata lain mencoba
membentuk persepsi tersendiri akan tokoh tersebut. Dalam buku Social Psychology,
salah satu buku wajib mata kuliah psikologi sosial di Fakultas Psikologi UI, Baron,
Byrne & Newcombe menyatakan proses tersebut sebagai proses persepsi sosial. Di
lain pihak, psikologi sebagai suatu disiplin ilmu telah menemukan beberapa metode
yang didukung oleh teori-teori dasar psikologi kepribadian, untuk bisa menelaah dari
‘kejauhan’ (berjarak) tentang profil kepribadian tokoh politik dan pemimpin.
Untuk itu kami beberapa psikolog sosial dan kepribadian, Niniek L Karim,
Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah, dibantu dengan tim survei terdiri
dari 10 sarjana psikologi, sekali lagi bekerja sama dengan harian Kompas melakukan
penelitian dalam kedua hal tersebut. Pertama, ’pemeriksaan jarak-jauh’ terhadap
kepribadian tokoh-tokoh yang menjadi calon gubernur (cagub) dan calon wakil
gubernur (cawagub) Propinsi DKI Jakarta dalam pilkada tahun 2007, sekaligus
melihat kemungkinan kompatibelitas inter-pasangan. Kedua, usaha mendapatkan
persepsi sosial masyarakat Jakarta tentang calon gubernur dan calon wakil gubernur
DKI Jakarta baik secara individual maupun sebagai suatu pasangan di periode
kepemimpinan mendatang ini. Penelitian yang pada prakteknya bertujuan untuk
memperoleh profil kepribadian para calon ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi para
pemilih dalam menentukan calon yang tepat untuk menjadi pemimpinnya. Dengan
memahami profil kepribadian para calon, warga Jakarta yang memiliki hak pilih dapat
mengenali secara lebih komprehensif serta memperoleh gambaran tentang
kecenderungan-kecenderungan yang bisa dilakukan tiap calon dan pasangan jika
nantinya mereka berdua menjadi gubernur dan wakil DKI Jakarta.
Secara metodologis, kami merujuk pada penelitian Post (2003) dalam The
Psychological Assessment of Political Leader; Saddam Hussein and Bill Clinton yang
menggunakan metode pemeriksaan jarak-jauh untuk mendapatkan profil kedua
pemimpin negara itu. Rujukan lain yang kami andalkan adalah buku yang ditulis
Feldman dan Valenty (2001), berupa kumpulan penelitian psikologi politik berjudul
Profiling Political Leaders; Cross-Cultural Studies of Personality Behavior, untuk
memperoleh panduan teori dan metode dalam menganalisis kepribadian para cagub
dan cawagub DKI Jakarta dalam Pilkada tahun 2007. Para ahli psikologi politik
tersebut memberi pemahaman komprehensif tentang bagaimana penelitian yang
representatif pada berbagai latar belakang budaya bisa dilakukan untuk memperoleh
profil kepribadian tokoh politiknya. Profil kepribadian disini kami batasi pada “traits”
(sifat-sifat) kepribadian, untuk itu secara lebih spesifik kami menggunakan teori traits
kepribadian dari Costa dan McCrae (1985, 1992, 1994). Mereka memaparkan adanya
sifat-sifat manusia dan kecenderungan perilakunya, khususnya tokoh politik atau
pemimpin. Berlandaskan teori ini, disusun alat ukur untuk memperoleh profil
kepribadian yang memaparkan sifat-sifat menonjol dari para cagub dan cawagub DKI
Jakarta. Kami tambahkan dukungan lain berupa perpaduan beberapa metode-teknik
mencakup analisis psikobiografi, dokumen-dokumen politik, karya tulis, laporan
wawancara atau observasi rekaman audio-visual, berita-berita media massa, dan
wawancara dengan orang-orang dekat. Dari itu semua kami usahakan juga analisis
kompatibelitas inter-pasangan.
Perlu kami ingatkan disini, bahwa dalam pemahaman psikologi kepribadian
setiap manusia selalu memiliki kecenderungan pada satu atau beberapa traits tertentu.
Setiap individu memiliki traits yang akan bisa membantu dia pribadi serta membuat
lingkungannya survive dalam hidup. Namun, seperti tertera pada pepatah awam ’tiada
gading yang tak retak’, tiap manusia juga punya kecenderungan yang bisa merugikan
diri sendiri kadang pula lingkungannya. Maka, sangat diharapkan kearifan siapapun
setelah membaca penelitian ini agar tidak menghakimi para calon dalam pemahaman
yang ekstrim, atau dalam bahasa awamnya menganggap mereka ’sakit’, karena bila
dilihat seperti itu maka kita semua manusia pastilah juga akan terkategori ’sakit’.
Sedangkan untuk mendapatkan gambaran persepsi masyarakat Jakarta tentang
para pasangan cagub dan cawagub dalam pilkada DKI Jakarta tahun 2007 ini, kami
lakukan survei persepsi sosial anggota masyarakat dari 5 wilayah DKI Jakarta. Jakarta
Pusat-Barat-Timur-Selatan-Utara, dengan varian karakter kelompok yang beragam.
Melengkapi survei tersebut, dilakukan juga focus group discussion (diskusi kelompok
terfokus) yang secara intensif mencoba menelusuri pemahaman kognitif dan afektif
bahkan juga harapan serta kecenderungan peserta diskusi yang terdiri dari berbagai
lapisan masyarakat DKI Jakarta dalam memilih cagub dan wakilnya secara individual
maupun sebagai pasangan. Dalam diskusi ini terdapat pengamat politik, psikolog,
wartawan, pengusaha jasa, pedagang beretnik Cina, dosen, pengamat seni budaya
pekerja sosial, dan mahasiwa. Ada pula ibu rumah-tangga, wakil beberapa supir truk
angkutan barang, dai, karyawan rendah, seniman, sampai yang menyebut diri sebagai
‘pengelola pedagang kaki-lima’ yang mungkin secara awam dikenal sebagai
‘preman’. Survei dan diskusi kelompok itu merupakan usaha untuk memperoleh
gambaran tentang bagaimana masyarakat DKI Jakarta memahami tingkah laku para
calon dalam kesehariannya serta gambaran sikap mereka terhadap para calon.
Penggunaan berbagai metode dan teknik dalam usaha penelitian ini bertujuan
untuk memenuhi syarat objektivas, reliabilitas, dan validitas penelitian. Objektivitas
di sini didefinisikan sebagai tingkat keajegan dari suatu objek untuk dipersepsi secara
sama oleh kebanyakan orang. Kami melibatkan beberapa kelompok sampling untuk
memberikan
penilaian
dengan
beberapa
metode
yang
berbeda.
Hasilnya
diperbandingkan untuk melihat kesesuaian persepsi antara berbagai penilai dengan
beragam metode tersebut. Perbandingan ini sekaligus jadi cara untuk menjaga
reliabilitas hasil penelitian. Secara sederhana, realibilitas di sini didefinisikan sebagai
keajegan yang diperoleh dari berbagai penilai dalam berbagai rentang waktu.
Validitas penelitian diperoleh dengan cara membandingkan hasil pengukuran
dan penilaian terhadap traits kepribadian yang dikonstruksi dari rangkaian teori-teori
sebagai kerangka dasar penelitian ini. Kerangka pikir tersebut terdiri dari teori
kepribadian yang mencakup traits, motif sosial, self presentation (presentasi diri),
serta gaya kognitif. Teori-teori itu dikaitkan pada perilaku politik yang mencakup
kepemimpinan, keterbukaan terhadap ide-ide baru, belief (keyakinan) politik, dan visi
politik. Dari kerangka teoritis dan melalui analisis dokumen ditentukan indikasiindikasi kepribadian dan karakter mereka. Kemudian, setiap hasil analisis itu diuji dan
diperbandingkan dengan hasil observasi para peneliti terhadap self-presentation
mereka, juga observasi masyarakat yang terpancing dalam survei maupun diskusi
kelompok. Kesesuaian antara setiap hasil analisis, hasil observasi, merujuk pada
kerangka teoritis itulah yang merupakan indikasi dari validitas penelitian. Setelah itu
semua, disusunlah rangkaian beberapa tulisan yang memaparkan profil kepribadian
cagub dan cawagub DKI Jakarta serta persepsi masyarakat akan subyek-subyek yang
sama secara individual maupun berpasangan. Inilah yang kami sajikan kepada para
pembaca Kompas dalam 2 hari ini.***
Download