BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Aging Penuaan adalah perubahan fisiologis yang tak terelakkan dan terjadi pada semua organisme.Pada penuaan terjadi disfungsi bertahap semua organ yang terjadi pada manusia, tumbuhan, hewan, dan juga organisme bersel satu.Penuaan mulai terjadi saat manusia baru lahir.Fenomena fisiologis yang terjadi adalah berkurangnya jumlah sel jaringan, menurunnya laju metabolisme, juga menigkatnyakejadian penyakit. Penuaan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti stress, olahraga berlebihan, merokok, dan adanya radiasi sinar ultraviolet (Pangkahila, 2007). Pada penuaan juga terjadi kerusakan protein jaringan, atrofi jaringan, berkurangnya cairan tubuh, dan metabolisme kalsium yang abnormal.Selanjutnya terjadi perubahan fisiologis lanjut yang menyangkut disfungsi organ vital seperti kerusakan organ kardiopulmonar,persarafan, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan juga fungsi motorik. Karena itu, munculnya faktor risiko seperti hipertensi, merokok, hiperlipidemia, perubahan metabolisme glukosa, obesitas, kebiasaan gaya hidup tidak sehat, alkohol, dan stress menyebabkan penyakit yang bervariasi pada berbagai sistem tubuh, antara lain : penyakit degeneratif, stoke, katarak, hilangnya komunikasi sistem saraf, arteriosklerosis, gagal jantung, aritmia, emfisema paru, ulkus lambung, diabetes, gagal ginjal, osteoporosis, arthritis, dan 9 10 apabila ada luka, infeksi, atau tumor, dapat terjadi penuaan lanjut secara patologis (Park dan Yeo, 2013). 2.1.1 Mekanisme Terjadinya Aging Terdapat dua teori penuaan yaitu teori program genetik (genetic programming theory) yang menyebutkan bahwa penuaan dan usia hidup organisme ditentukan oleh faktor genetik, serta teori kerusakan primer (primary damage theory)yang mengatakan bahwa penuaan terjadi akibat akumulasi kerusakan pada organisme akibat faktor-faktor perusak yang multipel. Teori wear-and-tear, teori error catastrophe, teori radikal bebas, teori kerusakan DNA, teori membran sel termasuk dalam teori kerusakan primer (Park dan Yeo, 2013). Pada dasarnya, semua teori itu dibagi menjadi dua kelompok yaitu teori wear and tear dan teori program. Hipotesis kerusakan DNA, glikosilasi, dan radikal bebas termasuk dalam teori wear and tear, sedangkan teori program diantaranya terbatasnya replikasi sel, proses imun, dan teori neuroendokrin (Pangkahila, 2007). 1. Teori Wear and Tear Teori “pakai” dan “rusak” ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi apabila sel dan jaringan tubuh yang telah digunakan atau disalahgunakan terus menerus menjadi habis atau rusak. Teori ini diperkenalkan oleh Dr. August Weismann, seorang biologis dari Jerman pada tahun 1882 (Pangkahila, 2007; Jin, 2010). a. Teori DNA Damage 11 Kerusakan DNA terjadi terus menerus pada sel organisme hidup. Sebagian kerusakan ini dapat diperbaiki, tetapi sebagian terakumulasi pada saat DNA Polimerase dan mekanisme perbaikan lain tidak dapat memperbaiki defek secepat saat pertama kali muncul kerusakan. Akumulasi kerusakan DNA juga terjadi pada sel mamalia yang tidak dapat membelah. Mutasi genetik terjadi seiring penambahan usia, menyebabkan malfungsi sel. Kerusakan DNA mitokondrial juga menyebabkan disfungsi mitokondria. Sejak tahun 1930, telah ditemukan bahwa restriksi kalori dapat meningkatkan usia hidup hewan coba (Park dan Yeo, 2013; Jin, 2010). b. Glikosilasi Glikosilasi merupakan proses penting pada penyakit degeneratif seperti diabetes. Glikosilasi merupakan ikatan kovalen antara gula darah dan hemoglobin pada sel darah merah. Pada keadaan normal non diabetes, hanya sedikit atau sekitar 4,5% sampai 6% gula darah yang berikatan dengan hemoglobin. Banyaknya ikatan kovalen ini dapat dilihat dengan mengukur Hemoglobin A1c (HbA1c). Apabila kadar HbA1c ini terlalu banyak akan memperburuk fungsi dan struktur sel. Glukosa akan diabsorbsi dengan mudah oleh organ-organ tidak tergantung insulin, seperti ginjal, pembuluh darah, saraf perifer, dan lensa mata sehingga terjadi kekakuan arteri, hilangnya fungsi saraf, dan katarak. Proses penuaan pada diabetes ini merupakan role model dari proses penuaan pada kondisi lainnya (Pangkahila, 2007). 12 c. Teori Radikal Bebas Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr. Gerschman tahun 1954, kemudian dikembangkan oleh Dr. Denham Harman yang mengatakan bahwa superoksida dan radikal bebas lain menyebabkan kerusakan komponen makromolekul sel dan organ. Radikal bebas adalah suatu molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Makromolekul seperti asam nukleat, lipid, gula, dan protein mudah diserang oleh radikal bebas. Ikatan singledan double- asam nukleat dapat rusak dan berikatan dengan molekul lain, serta dapat berikatan dengan basa atau kelompok gula lain (Pangkahila, 2007; Jin, 2010). 2. Teori Program Teori ini mengatakan bahwa penuaan mengikuti suatu jam biologik, kemungkinan adalah lanjutan dari sistem yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan masa kecil. Pengaturan ini bergantung pada perubahan ekspresi gen yang berpengaruh pada respon pemeliharaan, perbaikan, dan pertahanan. Teori ini terdiri dari tiga subkategori : a. Teori Terbatasnya Replikasi Sel Kehidupan sel dipengaruhi oleh panjang telomere (enam nukleotida sekuen DNA yaitu TTAGGG) yang terletak pada ujung chromosome strands. Telomere berpengaruh pada fungsi sel punca pada organ yang pergantian selnya tinggi. Dengan setiap replikasi sel, telomere memendek pada setiap pembelahan sel. Setelah sejumlah pembelahan sel, telomere telah dipakai dan pembelahan sel berhenti. Mekanisme telomere menentukan rentang usia sel dan pada akhirnya juga rentang usia organisme sendiri (Pangkahila, 2007). 13 b. Teori Immunologi Sistem imun telah terprogram untuk berkurang seiring waktu, yang akan menyebabkan tubuh semakin rentan terhadap penyakit infeksi dan menyebabkan penuaan serta kematian. Efektivitas sistem imun terbaik adalah saat pubertas dan perlahan menurun seiring bertambahnya usia (Jin, 2010). c. Teori Neuroendokrin Hormon dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh hipotalamus yang terletak di otak. Hipotalamus membentuk poros dengan hipofise dan organ tertentu, contohnya poros hipotalamus-hipofise-testis, poros hipotalamus-hipofise-suprarenalis, dan lain-lain. Pada usia muda, fungsi hormonal lebih optimal dibandingkan dengan usia tua (Pangkahila, 2007). 2.1.2 Gejala Klinis Penuaan Proses penuaan dimulai dengan menurunnya bahkan terhentinya fungsi berbagai organ tubuh. Akibat menurunnya fungsi tersebut, maka muncul berbagai tanda dan gejala proses penuaan, yang pada dasarnya dibagi dalam dua bagian yaitu (Pangkahila, 2007): 1. Tanda fisik, seperti masa otot berkurang, lemak meningkat, kulit berkerut, daya ingat berkurang, fungsi seksual, dan reproduksi terganggu, kemampuan kerja menurun, sakit tulang. 2. Tanda psikis, seperti gairah hidup menurun, sulit tidur, mudah cemas, mudah tersinggung, merasa tidak berarti lagi. 14 Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan perubahan fisik dan psikisseperti di atas. Proses penuaan berlangsung dalam tiga tahap sebagai berikut (Pangkahila, 2007) : 1. Tahap subklinik (usia 25-35 tahun) Pada tahap ini, sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun, yaitu hormon testosteron, growth hormone, dan hormon estrogen.Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar, sehingga pada tahap ini orang merasa dan tampak normal, tidak mengalami gejala dan tanda penuaan. 2. Tahap Transisi (usia 35-45 tahun) Selama tahap ini level hormon menurun hingga 25 persen. Massa otot berkurang sebanyak satu kilogram setiap beberapa tahun, akibatnya kekuatan dan tenaga terasa hilang, sedangkan komposisi lemak terus bertambah.Pada tahap ini orang merasa tidak muda lagi dan tampak lebih tua.Kerusakan akibat radikal bebas mulai merusak ekspresi genetik, yang dapat menghasilkan penyakit. 3. Tahap klinik (usia lebih dari 45 tahun) Pada tahap ini, penurunan kadar hormon terus menurun yang meliputi DHEA (Dehydroepiandrosterone), melatonin, growth hormone, testosteron, estrogen, dan hormon tiroid. Penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan makanan, vitamin, dan mineral juga terjadi. Densitas tulang menurun, massa otot berkurang sekitar satu kilogram setiap tiga tahun, yang mengakibatkan ketidakmampuan membakar kalori, meningkatnya lemak tubuh, dan berat badan. Disfungsi seksual merupakan keluhan penting dan mengganggu keharmonisan banyak pasangan(Pangkahila, 2007). 15 2.2 Radikal Bebas 2.2.1 Definisi Radikal Bebas Radikal bebas adalah penyebab kematian sel dengan mempengaruhi kerusakan DNA, mengubah komponen biokimia, melukai membran sel, dan merusak sel. Radikal bebas adalah suatu molekul yang kehilangan elektronnya dan menjadi sangat tidak stabil. Elektron yang tidak berpasangan menyebabkan ketidakseimbangan dalam lompatan elektris. Untuk mengembalikan keseimbangan, maka radikal bebas mencari elektron lainnya. Dalam pencariannya, radikal bebas mengambil elektron dari molekul yang stabil di dekatnya. Peristiwa ini memutus reaksi rantai karena molekul baru yang tidak stabil mecoba mengganti elektronnya yang hilang dengan mengambil dari dekatnya, dan demikian seterusnya (Pangkahila, 2007). 2.2.2 Sumber Radikal Bebas Terdapat empat sumber radikal bebas (Barron, 2008) : 1. Lingkungan : polusi udara, asap rokok, kabut asap, jelaga, knalpot mobil, limbah racun, pestisida, herbisida, sinar ultraviolet, radiasi, obat-obatan, dan beberapa makanan. 2. Produksi internal : tubuh manusia menghasilkan radikal bebas sebagai hasil sampingan dari fungsi metobolisme normal. 3. Faktor stress : penuaan, trauma, pengobatan, tidur kurang, penyakit, infeksi, dan stress psikologis. 4. Reaksi berantai : saat radikal bebas mengambil elektron lain untuk mengembalikan kestabilan, peristiwa ini membentuk radikal bebas baru pada 16 molekul yang elektronnya diambil. Hal ini akan terjadi terus menerus, bahkan satu radikal bebas saja dapat menghancurkan seluruh sel atau rantai DNA. 2.2.3 Macam Radikal Bebas Ada beberapa macam radikal bebas dalam tubuh, diantaranya adalah (Barron, 2008) : 1. Radikal Superoksida(O2-) : radikal bebas ini mencoba mengambil elektron dari mitokondria sel. Saat mitokondria rusak, sel kehilangan kemampuannya untuk mengubah makanan menjadi energi dan mati. 2. Radikal Hidroksil (OH-) : radikal bebas ini menyerang enzim, protein, dan lemak tidak jenuh pada membran sel. 3. Radikal Peroksil Lipid : radikal bebas ini membuat suatu reaksi kimia berhubungan dengan membran sel, yang mengakibatkan ledakan sel dan memuntahkan isinya, kemudian mati. 4. Oksigen Singlet [O 2 (a1∆ g ) atau 1O 2 *] : sebenarnya bukan radikal bebas sesungguhnya, tetapi metabolit ini menyebabkan destruksi dalam tubuh 5. Hidrogen Peroksida (H 2 O 2 ), nitrogen reaktif, Fe, Cu, dan Sulfur (Poljsak et al., 2013). Semuanya mempunyai peran dalam meningkatkan formasi Reactive Oxygen Species (ROS) dan kondisi stress oksidatif serta merusak keseimbangan redoks (Poljsak et al., 2013). 2.3 Rokok 17 Sebatang rokok terdiri dari tiga bagian utama yaitu: tembakau, kertas pembungkus, dan filter. Biasanya tembakau pada sebatang rokok hanya sebagian kecil saja yang berasal dari daun tembakau sedangkan bahan lainnya berasal dari ampas biji ataupun batang tembakau. Ampas ini diolah kemudian disemprot dengan nikotin serta substansi yang lain, bahan ini disebut sebagai tembakau rekonstruksi atau homogenized sheet tobacco (Krock, 2000). 2.3.1 Kandungan Asap Rokok Asap rokok tembakau mengandung gas dan bahan-bahan kimia yang bersifat racun dan atau karsinogenik. Komposisi bahan kimia dan asap rokok yang masuk ke dalam tubuh tergantung dari: • Jenis tembakau • Bentuk model rokok, seperti ada tidaknya filter, bahan-bahan tambahan, dan sebagainya • Pola merokok individu. Asap rokok merupakan campuran toksik dan karsinogenik yang terdiri dari 5.000 bahan kimia. Terdapat diantaranya 98 komponen berbahaya yang telah diketahui efek bagi kesehatan manusia secara inhalasi (Talhout et al., 2011). Asap rokok mengandung banyak bahan toksik, karsinogenik, dan bahan kimia mutagenik, serta radikal bebas stabil maupun tidak stabil dan Reactive Oxygen Species (ROS) yang berpotensi menyebabkan kerusakan oksidatif biologik. Merokok merupakan salah satu faktor ekstrinsik penting sebagai penyebab awal penyakit dan kematian. Pemeriksaan radikal bebas stabil di dalam tar dan radikal tidak stabil seperti anion superoksida (O 2 •-) dan hidroksil (HO•) dilakukan dengan 18 teknik Electron Paramagnetic Resonance (EPR) dan spintrapping (Valavanidis et al., 2009). Menurut strukturnya asap rokok dapat dibagi dalam dua golongan besar yaitu (Vliet, 2000): • Komponen Gas merupakan bagian yang dapat melewati filter. Contohnya antara lain: CO (karbon monoksida), CO 2 , oksida nitrogen, amonia, gas nitrosamin, hidrogen sianida, dan aldehid (terutama akrolein, asetaldehid, formaldehid). Dari satu batang rokok yang dibakar atau disulut, akan dihasilkan kira-kira 500 mg gas (92%) dan bahan-bahan partikel padat (8%) (Ruslan, 2000). Gas dari asap rokok ini mengandung radikal bebas yang sangat tinggi yaitu sekitar ~1x1015 radikal bebas per hembusan (Valavanidis et al., 2009). • Komponen Padat Merupakan substansi yang lebih stabil seperti semiquinon, quinon, nikotin, tar, logam (seperti besi, nikel, kadmium), Pb dan lain-lain. Asap rokok dibagi menjadi dua yaitu (Valavanidis et al., 2009) : 1. Asap yang dihisap oleh perokok aktif atau mainstream, terdiri dari fase partikel padat yaitu tar dan fase gas seperti gas toksik, komponen organik volatil, Volatile Organic Compounds (VOCs), radikal bebas, dan lain-lain. 2. Asap yang dihisap oleh perokok pasif atau sidestream, terdiri dari fase padat dan gas, mengandung konsentrasi toksin dan karsinogenik serta komponen volatil dan semivolatil yang lebih tinggi. 19 Rokok yang terbuat dari daun tembakau kering, kertas, dan zat perasa dapat dibentuk dari unsur Carbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), dan Sulfur (S) serta unsur lain yang jumlahnya kecil. Rokok secara keseluruhan dapat diformulasikan secara kimia yaitu sebagai C v H w O t N y S z S i . Ada dua reaksi yang terjadi dalam proses merokok yaitu (Bindar, 2000) : • Reaksi rokok dengan oksigen membentuk senyawa seperti CO 2 , H 2 O, NO x , SO x , dan CO. Reaksi ini terjadi pada ujung atau permukaan rokok yang kontak dengan udara. • Reaksi pemecahan struktur kimia rokok menjadi senyawa kimia yang lainnya. Reaksi ini terjadi akibat pemanasan dan tidak adanya oksigen. Reaksi ini lebih dikenal dengan nama pirolisis. Pirolisis berlangsung pada temperatur yang lebih rendah dari 800ºC. Ciri khas reaksi ini adalah akan menghasilkan ribuan senyawa kimia yang strukturnya kompleks. Walaupun reaksi pirolisis ini tidak dominan dalam proses merokok, tetapi banyak senyawa kimia yang dihasilkan temasuk dalam kategori senyawa kimia beracun dan mempunyai kemampuan berdifusi dalam darah. Oleh karena itulah titik bahaya merokok ada pada reaksi pirolisis rokok. Kandungan dari asap rokok antara lain: 1. Nikotin 20 Nikotin adalah kombinasi senyawa nicotinic alkaloid yang merupakan alkaloid dominan yang terdapat dalam tembakau, yaitu hampir 88% dari total alkaloid dan beratnya 1,5% dari berat tembakau. Dibandingkan dengan alkaloid lain seperti nornicotine dan anabasine yang juga terdapat pada rokok, nikotin mempunyai potensi farmakologik 1,2 sampai 2,5 kali lebih tinggi. Nikotin sangat toksik dengan dosis letal untuk dewasa yaitu sekitar 60 mg atau sekitar 0,9 mg/kg (Fowles, 2001). Nikotin diabsorbsi melalui kulit, usus kecil, dan paru-paru.Dari setiap batang rokok, sebanyak 1 mg nikotin diabsorbsi oleh tubuh.Distribusi nikotin menuju otak sangat cepat sekitar 1- sampai 20 detik.Nikotin dimetabolisme di hati, paru, dan ginjal.Sekitar 10-20% nikotin diekskresi utuh di urin dalam bentuk kotinin sekitar 70-80% dan 10% bentuk metabolit lain (Krock, 2000). Gambar 2.1 Struktur Kimia Nikotin (Fowles, 2001). Nikotin mempunyai efek farmakodinamik pada sistem saraf pusat berupa rasa senang dan gembira, gairah, waspada, mengurangi cemas, dan meningkatkan performa.Pada sistem kardiovaskular efeknya meningkatkan detak jantung, cardiac output, serta tekanan darah, dan vasokontriksi pembuluh darah dan kulit.Nikotin 21 juga menekan nafsu makan, menaikkan kecepatan metabolisme tubuh, dan relaksasi otot (Krock, 2000). Nikotin dapat mendorong terjadinya adhesi platelet yang diasosiasikan dengan penyakit kardiovaskuler dan hipertensi. Nikotin merupakan bahan yang mempunyai aktivitas biologi yang poten dan akan menaikkan tingkat epinefrin dalam darah, menaikkan tekanan darah, menambah denyut jantung dan menginduksi vasokonstriksi perifer (Ruslan, 2000). Disebutkan juga bahwa nikotin menyebabkan penebalan serta kekakuan dinding pembuluh darah, dan berpengaruh langsung pada fungsi endotel serta otot polos, sehingga niktoin dapat menyebabkan disfungsi ereksi (Pangkahila, 2001). 2. Benzene Merupakan salah satu dari anggota hidrokarbon aromatik yang merupakan cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap, dan larut dalam air (Fowles dan Bates, 2000).Beberapa penelitian mengenai paparan benzene menunjukan adanya gangguan pada sistem reproduksi tikus jantan.Tikus dengan inhalasi benzene menyebabkan terjadinya atrofi testis, penurunan jumlah spermatozoa, dan meningkatnya abnormalitas spermatozoa (Siva et al., 2011). 3. Tar (hidrokarbon aromatik) Tar adalah nikotin bebas yang kering, berwarna coklat, berbau tidak sedap dan berupa partikel yang terbentuk selama pemanasan tembakau pada rokok (Fowles dan Bates, 2000).Tar mengandung konsentrasi radikal bebas yang sangat tinggi (ca. 1017 spins.g-1) yang tidak hilang dalam waktu sangat lama.Terdapat komponen larut air dalam Aqueous Cigarette Tar (ACT) yang dapat menghasilkan anion 22 superoksida (O 2 ·⁻) dan kemudian H 2 O 2 serta radikal hidroksil reaktif (HO·). Tar juga mengandung radikal bebas stabil seperti semiquinone (QH·) dan carboncentered radicals (-C·) (Valavanidis et al., 2009). Kandungan Tar dalam rokok di negara-negara yang sedang berkembang cukup tinggi. Di Cina, Indonesia, dan India misalnya, kandungan Tar berkisar antara 19–33 mg/batang rokok, sedang di negara-negara industri, kandungan Tar berkisar antara 0,5–20 mg. Kandungan Tar dan nikotin di pasaran Inggris dan Amerika Serikat telah menurun, sedangkan salah satu merek rokok di Indonesia mengandung 39 mg tar perbatang rokok (Ruslan, 2000). 4. Karbon monoksida Karbon monoksida (CO) dapat meningkatkan aktivitas sistem NOS/NO tetapi juga dapat menurunkan aktivitas sistem NOS/NO, serta CO juga menurunkan ekspresi NOS. Begitu pula sebaliknya, NO dapat meningkatkan aktivitas sistem Heme Oxygenase/CO dan dapat menurunkan aktivitas sistem Heme Oxygenase/CO (Wu dan Wang, 2005) 5. Kadmium Kadmium dalam dosis rendah menghambat produksi NO dalam sel endotel dengan menghambat fosforilasi eNOS yang kemudian berhubungan dengan fungsi dan disfungsi endotel, serta angiogenesis (Majumder et al., 2008). 6. Timbal (Pb) merupakan logam beracun, berwarna abu-abu. Secara umum Pb bersumber dari sejumlah industri dan pertambangan. Pb biasa digunakan dalam industri cat, plastik, dan baterai serta digunakan dalam konstruksi bangunan. Pb 23 juga banyak ditemui pada gas buangan kendaraan bermotor serta asap rokok (Rodgman dan Perfetti, 2009). Efek toksik Pb terhadap sistem reproduksi dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian.Mencit yang diberikan Pb secara gavage menunjukkan adanya gangguan pada spermatogenesis, menyebabkan terjadi menyebabkan kerusakan abnormalitas mitokondria pada spermatozoa, sel Sertoli.Pb serta juga mengakibatkan terjadinya penurunan dorongan seksual (Bizzarro et al., 2003). 7. Benzo(a)pyrene Merupakan bahan semi gas, lipofilik, dan mempunyai berat molekul yang tinggi. Selain terkandung dalam rokok, benzo(a) pyrene juga ditemukan pada sisa pembakaran mobil, industri otomotif, dan sisa pembakaran batu bara. Benzo(a)pyrene akan menurunkan kadar testosteron dengan cara meningkatkan metabolisme testosteron di hati dan menurunkan sintesisnya di sel Leydig (Archibong et al., 2009). 8. Air raksa atau raksa logam dapat berupa cairan dengan titik jenuh di udara pada 20˚ C sebanyak 15 mg/m3. Air raksa dapat ditemukan dalam asap rokok dengan konsentrasi 32-95 ng dalam 1 batang rokok (Galbacs & Gabor, 2002). Pria yang terekspos air raksa akan menyebabkan terjadinya oligoastheno- teratozoospermia (Telisman et al., 2000). 9. Nitric Oxide (NO) Asap rokok mengandung NO. Pada awalnya perokok akan menghisap NO dengan konsentrasi tinggi yang berasal asap rokok, hal ini menyebabkan dilatasi jalan napas sehingga asap rokok akan lebih mudah masuk ke paru-paru lalu tubuh 24 dan otak akan lebih terpapar oleh nikotin dan zat toksik lainnya. Dampak selanjutnya, sintesis NO endogen pada jalan napas dan pembuluh darah akan menurun (Vleeming et al., 2002). 10. Selain bahan-bahan tersebut di atas, masih banyak terdapat zat-zat kimia lainnya yang dihasilkan dari pembakaran tembakau dan berefek buruk, seperti: arsenik, formaldehid, aseton, amonia, nitrogen oksida, kromium, naftalena, hidrogen sianida, kumarin, piridin, fenol, benz(a)anthracene, dan sebagainya (Ruslan, 2000). Gambar 2.2 Kandungan Kimia Asap Rokok (Latuconsina, 2010). 2.3.2 Pengaruh Asap Rokok Rokok akan menyebabkan restriksi aliran darah menuju vena dan arteri penis. Merokok berlebihan juga menyebabkan penyakit kronis yang pada akhirnya menyebabkan disfungsi ereksi.Telah dilakukan penelitian bahwa pemberian rokok pada mencit dalam waktu singkat (6 minggu) meningkatkan tekanan arteri serta menebalkan dinding arteri femoralis dan arteri karotis , serta 25 dalam waktu 16 minggu akan menurunkan eNOS (endothelial NO synthase), kerusakan struktur arteri irreversibel, dan menurunkan NO (Guo et al., 2006) Asap rokok mengandung superoksida dan Reactive Oxygen Species (ROS) lain akan menyebabkan kerusakan oksidatif pada sel endotelial. Efek akut pada perokok yang hanya mengkonsumsi satu rokok yang lalu dalam waktu tidak lebih dari 60 menit kemudian diperiksa plasma darahnya, ternyata telah jadi penurunan konsentrasi nitrat dan nitrit sebagai indeks konsentrasi NO serta antioksidan pada plasma seperti asam askorbat, sistein, metionin, dan asam urat (Tsuchiya et al., 2001). 2.4 Ereksi 2.4.1 Anatomi Penis Manusia Batang penis terdiri dari tiga columna erektil yaitu dua corpora cavernosa dan corpus spongiosum. Selaput fascial, saraf, limfatik, dan pembuluh darah diselimuti oleh kulit. Gambar 2.3 Gambar Histologi Penis, Penampang Sagital (Ellsworth et al., 2013) 26 Gambar 2.4 Gambar Histologi Penis, Penampang Melintang (Ellsworth et al., 2013) Corpus cavernosum mengandung jaringan erektil dan dikelilingi oleh tunika albugenia, suatu jaringan penyambung lapisan fibrosa padat dengan sedikit jaringan elastis. Tunika albugenia mempunyai dua lapisan, lapisan longitudinal bagian luar dan sirkular bagian dalam. Tiga badan erektil dikelilingi oleh fascia Buck profunda, fascia Dartos, dan kulit penil. Gambar 2.5 Suplai Darah Menuju Penis (Ellsworth et al., 2013) 27 Suplai darah menuju kulit penis dari arteri pudenda eksternal superficial kanan dan kiri yang datang dari arteri femoralis. Suplai darah menuju struktur penis yang lebih dalam adalah dari arteri pudenda interna yang mempunyai tiga cabang yaitu : 1. Arteri bulbouretra menuju bulbus penis 2. Arteri dorsalis menuju dorsum penis antara nervus dorsalis dan vena dorsalis profunda, serta membentuk cabang sirkumfleksa yang berakhir pada glans penis 3. Arteri penis (cavernosa) profunda adalah arteri single yang masuk ke dalam corpus cavernosum dan berperan dalam proses ereksi. 2.6 Gambar Sistem Vena Penis (Hsu et al., 2002) 28 Pada penis terdapat tiga sistem vena yaitu superficial, intermediate, dan profunda (Ellsworth et al., 2013). 2.7 Gambar Sistem Saraf Penis (Naja et al., 2011) Drainase limfatik dari glans penis mengalir menuju area di daerah frenulum. Pembuluh limfatik mengelilingi dorsum corona dan bersatu, berada proksimal di bawah fascia Buck, berakhir pada nodus inguinal profunda dari segitiga femoral. Sebagian aliran limfatik menuju limfonodus presimfiseal dan menuju limfonodus lateral dari limfatik iliaka eksternal (Ellsworth et al., 2013). Persarafan penis diperoleh dari nervus pudendal dan kavernosa. Nervus pudendal mensarafi somatik motorik dan sensorik penis. Nervus kavernosa adalah kombinasi dari serat parasimpatis dan visceral afferen dan mensarafi jaringan erektil. Nervus kavernosa berjalan dalam crus dan corpora penis, pada awalnya dorsomedial menuju arteri penis profunda (Ellsworth et al., 2013). 29 2.4.2 Anatomi Penis Mencit Penis mencit juga terbagi menjadi pangkal, badan, dan glans. Pada mencit, penis terdiri dari uretra bagian distal, jaringan erektil vaskular (bulbus cavernosum dan bulbus spongiosum), dan orificium penis (Knoblaugh dan True, 2012). Gambar 2.8 Morfologi Penis Mencit (Philips dan Wright, 2015) Pada kondisi relaksasi, posisi penis terbungkus preputium internal (IP: Internal Preputium) dan preputium eksternal (EP: External Preputium). Bila abdomen mencit sedikit ditekan, EP dan IP tertarik sehingga glans (G) menonjol keluar. Lapisan kulit preputium terdiri dari epitel skuamosa stratifikasi yang mengandung folikel rambut (Knoblaugh dan True, 2012). Badan erektil berada di bagian distal disebut sebagai Male Urogenital Mating Protuberance (MUMP) merupakan kartilago yang ujung distalnya sedikit terbelah dua. MUMP merupakan perpanjangan distal dari os penis. Batas antara MUMP dan glans disebut MUMP ridge (MR) (Philips dan Wright, 2015). 30 Gambar 2.9 Penampang Penis Mencit (Rodriquez et al., 2011) Uretra (U) berada di bagian kaudal dan di bawahnya terdapat corpus cavernosum uretra (CCU). CCU dianggap analog dengan corpus spongiosum pada penis manusia.Berbeda dengan manusia penis menis terdapat tulang os penis (B: Bone) terdapat di kranial uretra dengan kartilagonya (C: Cartilage). MUMP corpus cavernosum (MCC) terdapat bilateral seperti sayap di atas kartilago. Bagian proksimal MUMP terdapat MUMP Ridge Groove (MRG) dan lebih proksimal lagi adalah Glanural Ridge (GR). Sekitar glans terdapat Corpora Cavernosa Glandis (CCG) tidak sampai ke ventral. Sekitar penis terdapat preputium (PPS: Preputial Space) (Rodriquez et al., 2011). Pada bagian lebih proksimal terdapat arteri kecil dan medium, juga terdapat saraf. Pada mencit, lokasi poliarteritis dapat terjadi pada penis (Knoblaugh dan True, 2012). Kandungan sel endotel, sel otot polos, dan kolagen pada mencit serupa 31 dengan tikus. Pada jaringan cavernosa mencit dan tikus terdapat lebih sedikit sel otot polos serta lebih banyak kolagen dibandingkan cavernosa manusia (Piao et al., 2007). Badan erektil Male Urogenital Mating Protuberance (MUMP) berperan dalam proses ereksi mencit.Sinusoid dalam MCCakan dipenuhi oleh darah karena relaksasi otot polos cavernosa dan arteri. Tekanan intrakavernosa (ICP : Intra Cavernous Pressure) meningkat. Internal Preputium analog dengan preputium pada manusia akan tertarik saat ereksi (Cashen et al., 2002; Philips dan Wright, 2015) 2.4.3 Ereksi Normal Manusia Ereksi adalah fenomena neuro-vaskulo-jaringan di bawah kontrol hormonal, meliputi dilatasi arteri, relaksasi otot polos trabekula, dan aktivasi dari mekanisme veno-oklusif corporeal (Wespes et al.,2013). Mekanisme ereksi penis merupakan proses yang kompleks meliputi pengaruh hormonal dan psikogenik, serta mekanisme nonkolinergik dan nonadrenergik neurovaskular. Serat saraf dan reseptor adrenergik berada di trabekula cavernosa dan mengelilingi arteri penis profunda. Noradrenaline adalah neurotransmitter utama yang mengontrol keras atau tidaknya penis. Kontraksi simpatis disebabkan oleh aktivasi reseptor alfa adrenergik postsinaptik dan termodulasi oleh reseptor alfa-adrenergik presinaptik. Asetilkolin diperlukan untuk relaksasi otot polos dan saraf kolinergik terdapat dalam otot polos kavernosa dan sekeliling arteri penis (Ellsworth et al., 2013). 32 Nitric Oxide (NO) adalah neurotransmitter utama pencetus ereksi penis. Adanya bioaktivitas NO yang berkurang adalah merupakan mekanisme patogen dari terjadinya disfungsi ereksi (Selvin et al., 2006). Gambar 2.10 Gambar Anatomi Ereksi Normal (Bergheim, 2013) Neurotransmitter lain meliputi vasoactive intestinal peptide (VIP), calcitonin gene-related peptide (CGRP), prostaglandin, dan peptida lain juga berperan dalam proses erektil. Adanya relaksasi otot polos dalam trabekula dan dinding arteri, akan menyebabkan peristiwa berikut yang juga berperan dalam terjadinya ereksi (Ellsworth et al., 2013) : 1. Aliran arteri akan meningkat oleh karena dilatasi arteri dan arteriol 2. Sinusoid dalam corpus cavernosa akan dipenuhi oleh darah 3. Pleksus venular subtunika tertekan diantara tunika albugenia dan sinusoida yang membengkak, menyebabkan aliran keluar vena menurun 4. Tunika albugenia akan meregang, menekan vena sehingga aliran keluar vena semakin menurun, menyebabkan tekanan intrakavernosa meningkat dan 33 semakin meningkat dengan adanya kontraksi otot ischiokavernosa dan bulbospongiosus dan terjadilah rigiditas maksimal. Gangguan ereksi dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, sekitar 7 dari 10 kasus berhubungan dengan menyempitnya arteri kecil pada penis yang menyebabkan aliran darah menuju penis berkurang. Penyebab menyempitnya arteri adalah ateroma, yaitu lapisan lemak atau plak. Faktor risiko terjadinya ateroma adalah merokokyang dapat meningkatkan risiko tumbuhnya ateroma sebanyak dua kali, tekanan darah tinggi, overweight, hiperkolesterolemia, inaktivitas, diet salah, alkohol, dan diabetes (Knott, 2013). Disfungsi ereksi adalah saat seorang laki-laki dewasa tidak bisa ereksi atau tidak dapat mempertahankan ereksi saat hubungan seksual(Schwartz dan Kloner, 2011).Salah satu penyebab DE paling umum adalah penyakit pembuluh darah, yaitu adanya disfungsi endotel, meskipun tanpa stenosis arteri yang bermakna, serta aterosklerosis dengan stenosis pembuluh darah yang bermakna. Faktor risiko yang menyebabkan disfungsi endotel dan aterosklerosis pada pembuluh darah penis, sama dengan faktor risiko yang berpengaruh pada arteri koronaria, yaitu merokok, lipid abnormal, hipertensi, dan diabetes (Kloner dan Speakman, 2002). Penyebab Disfungsi ereksi (DE) adalah faktor fisik, faktor psikologi, atau gabungan dari keduanya (Wespes et al., 2013). Patofisiologi terjadinya DE dapat berupa vaskulogenik, neurogenik, masalah anatomi, hormonal, akibat obat-obatan, dan/atau psikogenik (Wespes et al., 2013). 2 .5 Nitric Oxide 34 Nitric Oxide (NO) merupakan gas yang tidak berwarna dan merupakan regulator biologi penting serta menjadi komponen yang fundamental dalam bidang neurologi, fisiologi, dan imunologi. NO pertama ditemukan pada tahun 1772 oleh Joseph Pristley yang dinamakan ‘nitrous air’. Saat itu NO dikenal sebagai gas beracun dan polutan udara sampai dengan tahun 1987, saat diketahui zat NO secara natural diproduksi oleh tubuh manusia yang berperan sebagai regulator tekanan darah dan pelindung dari berbagai penyakit kardiovaskular.Peran kardioprotektif dari NO meliputi regulasi tekanan darah dan tonus vaskular, inhibisi agregasi platelet dan adesi leukosit untuk mencegah proliferasi otot polos. Apabila terjadi penurunan biovailabilitas NO akan menyebabkan perkembangan berbagai penyakit kardiovaskular (Omer et al., 2012). Terdapat lima kofaktor yang terlibat dalam proses pembentukan NO yaitu FMN (Flavin Mononucleotide), FAD (Flavin Adenine Dinucleotide), heme, calmodulin, dan BH4 (tetrahydrobiopterin). Terdapat tiga isoform NOS (Nitric Oxide Synthase) berdasarkan aktivitasnya yaitu nNOS (neuronal NOS), iNOS (inducible NOS), dan eNOS (endothelial NOS). Beberapa ilmuwan menyebut sebagai NOS1 untuk nNOS, NOS2 untuk iNOS, dan NOS3 untuk eNOS. Dapat juga dibagi menjadi cNOS (constitutive NOS) yaitu NOS tergantung kalsium dan inducibleNOS yaitu NOS tidak tergantung kalsium yang muncul setelah ada paparan sitokin. Dengan adanya kalsium intraselular yang merangsang produksi Calmodulin (Calcium Modulated Protein) yang terikat pada eNOS dan nNOS maka enzim tersebut membentuk NO (Jerca et al., 2002). 35 Nitric Oxide adalah molekul binary dengan formula kimia NO, merupakan radikal bebas yang dihasilkan secara natural bersamaan dengan letupan listrik saat terjadinya petir. NO berperan dalam proses inflamasi. NO juga berpotensi sebagai obat antiangina dalam perannya sebagai vasodilator, membantu menghilangkan rasa nyeri pada angina dengan menurunkan kerja jantung. Obat NO menurunkan tekanan arteri dan tekanan pengisian ventrikel kiri dengan vasodilatasi vena (Jerca et al., 2002). Nitric Oxide selain berperan sebagai vasodilator, juga berperan dalam sistem imun, sistem saraf, inflamasi, dan aliran darah. NO diproduksi oleh banyak sel yang mempunyai peran dalam respon imun. Sebagai contoh, makrofag yang teraktivasi sitokin dapat memproduksi NO dalam jumlah besar yang ikut berperan dalam membunuh sel target seperti tumor dan bakteri. NO berperan sebagai mediator dalam proses inflamasi dimana NO meningkatkan enzim cyclooxygenase (COX) yang memiliki efek meningkatkan produksi eicosanoid proinflamasi. NO juga berperan dalam sistem saraf sebagai neurotransmitter dalam otak dan sestem saraf perifer yang juga ikut serta dalam proses regulasi apoptosis di neuron. Selanjutnya, NO berperan dalam relaksasi otot polos pada dinding arteriol.Sel endotel kompleks yang melapisi pembuluh darah melepaskan NO setiap tekanan sistolik, yang kemudian berdifusi memasuki sel otot polos sehingga darah dapat lewat dengan lancar (Jerca et al., 2002). Nitric Oxide merupakan molekul signaling fundamental yang fungsinya mengatur fungsi selular, tetapi juga merupakan mediator kerusakan selular dalam berbagai macam kondisi. Nitric Oxide terlibat dalam jalur anti- dan pro-apoptotik 36 bergantung dari kondisi dan tipe sel. Dalam konsentrasi tinggi NO menginduksi kematian sel saat cedera iskemi atau penyakit neurodegeneratif. Fungsi sitotoksik NO adalah dalam bentuk peroksinitrit (ONOO-) yang dihasilkan dari reaksi difusi antara NO dengan radikal bebas lain (Wiley, 2007). Peroksinitrit berinteraksi dengan protein dan lipid, merubah sinyal selular, mengganggu fungsi mitokondria, dan merusak DNA yang akan menyebabkan disfungsi selular dan/atau kematian (Stasch et al., 2011). Reaksi ini menyebabkan cedera oksidatif dan kemudian terjadi nekrosis dan apoptosis sel. Peroksinitrit terlibat dalam kondisi patogenik seperti stroke, infark miokard, penyakit inflamasi kronik, kanker, dan kelainan neurodegeneratif (Wiley, 2007). Dalam konsentrasi rendah, NO berperan sebagai sitoprotektif pada sel saraf. Efek neuroprotektif NO adalah melalui jalur cGMP/protein kinase G (PKG). Mekanisme anti-apoptosis melalui jalur PKG memiliki implikasi terapeutik (Wiley, 2007). Dalam sistem biologi yang berbeda, besarnya kadar NO bisa bervariatif tergantung kebutuhan yang akan mengakibatkan reaktivitas kimia yang beragam. Reaksi NO dengan berbagai molekul dalam cairan biologik antara lain : NO + O 2 – ONO 2 – + H+ NO 3 – + H+ 2NO + O 2 N2O4 + H2O NO2- + NO3- NO + NO2 N2O3 + H2O 2NO2- 37 NO yang disekresi oleh sel endotel dengan cepat dioksidasi membentuk nitrit (NO2-), kemudian berikatan dengan hemoglobin membentuk nitrat (NO3-). Kadar nitrat dan nitrit relatif stabil di dalam darah, sehingga total kadar nitrat dan nitrit dipakai sebagai indikator sintesis NO tubuh (Lundberg dan Weitzberg, 2005). NO bersifat volatil dan memiliki half-life pendek (T½ = 4 detik). Nitrat dan nitrit merupakan end product dari NO dan bersifat stabil, maka pengukurannya dapat dipakai untuk menentukan kadar NO (Mirza et al., 2001). Nitrat memiliki halflife230 menit dalam plasma darah (Tsuchiya et al., 2001) sedangkan nitrit memiliki half-life 1 sampai 5 menit (Lundberg dan Weitzberg, 2005). Pengukuran NO didapat dari konsentrasi nitrat dibagi dengan nitrit (Berkels et al., 2004) 2.5.1 Peran Nitric Oxide pada Otot Polos Nitric Oxide dikeluarkan oleh sel saraf, ujung saraf sensoris, endotelial di corpora cavernosa penis. NO dibentuk dari berbagai kelompok enzim NOS (Nitric Oxide Synthase) dari asam amino L-arginin di dalam sel endotelial. Neuron nonadrenergik dan nonkolinergik (NANC) juga melepaskan NO (Evgenov et al., 2006). 38 Gambar 2.11 Peran Penting NO Pada Proses Ereksi (Klabunde, 2008) NO akan mengaktifkan Guanylyl Cyclase (GC) sebagai reseptor NO yaitu enzim yang mengkatalisis GTP (Guanosine Triphosphate) menjadi cGMP (3’,5’cyclic Guanosine Monophosphate). Cyclic GMP adalah suatu second messengerakan mengatur aktivitas channel kalsium serta protein kontraktil intraseluler yang mengakibatkan relaksasi otot polos corpus cavernosum penismaka terjadilah ereksi normal.Dikatakan cGMP bekerja mengaktivasi Protein Kinase G (PKG) menyebabkan fosforilasi MLCP (Myosin Light Chain Phosphatase). Inaktivasi MLC-kinase akan menyebabkan defosforilasi MLC, menyebabkan relaksasi otot polos (Jerca et al., 2002). Apabila tidak diperlukan, cGMP akan diubah oleh PDE5 (Phosphodiesterase thype 5) menjadi GMP yang tidak aktif (Evgenov et al., 2006). 2.5.2 Efek Stress Oksidatif terhadap Otot Polos Pada kondisi stres oksidatif seperti pada kondisi gagal jantung, hipertensi pulmonar dan sistemik, aterosklerosis, dan iskemia/reperfusion injury, terjadi 39 gangguan signal NO dengan cGMP yang diakibatkan oleh perubahan kondisi heme prostetik pada soluble Guanylyl Cyclase(sGC) dari tereduksi menjadi teroksidasi, yaitu dari ferrous menjadi ferric. Hal ini menyebabkan ikatan heme pada sGC menjadi lemah (oxidized heme-free sGC) sehingga enzim menjadi tidak responsif terhadap NO. Bila terdapat kadar oxidized heme-free sGC yang tinggi, maka dapat terjadi hilangnya respon relaksasi otot polos terhadap NO dan usia hidup menurun. Terdapat dua kategori sGC berdasarkan cara kerjanya yaitu stimulator sGC dan aktivator sGC. Stimulator sGC dapat meningkatkan aktivitas sGC bila tidak ada NO tetapi tetap tergantung pada kondisi heme prostetik dalam keadaan tereduksi (ferrous). Sebaliknya, aktivator sGC akan mengaktifkan sGC saat kondisi hemefree sGC (Stasch et al., 2011). Gambar 2.12 Hubungan Kondisi Stress Oksidatif Terhadap Soluble Guanylyl Cyclase (sGC), NO, dan Relaksasi Otot Polos (Stasch et al., 2011) 40 2.6 Antioksidan Pengobatan anti aging merupakan aplikasi dari berbagai pengobatan yang dapat membantu dalam deteksi awal, pencegahan, pengobatan, atau pemulihan kembali dari disfungsi dan penyakit yang berkaitan dengan penuaan, yang dapat meningkatkan kualitas dan memperpanjang kuantitas dari umur manusia. Kondisi yang ideal adalah mencakup golden triangle yaitu adanya keseimbangan oksidatif antara oksidan, antioksidan, dan biomolekul, serta latihan fisik yang disesuaikan pada tiap individu (Fusco et al., 2007). Antioksidan dapat mencegah kerusakan oksidatif akibat radikal bebas sehingga usia hidup dapat diperpanjang. Organisme sendiri akan mengadakan sistem pertahanan secara primer untuk melindungi dirinya sendiri dari toksisitas radikal bebas dengan menghasilkan komponen antioksidan seperti Superoksida Dismutase (SOD), katalase, Glutation Peroksidase (GPx), Glutation (GSH), protein, dan antioksidan dengan berat molekul lebih kecil seperti asam urat, coenzim Q, dan asam lipoic.Tubuh juga akan melakukan pertahanan sekunder yaitu menghasilkan enzim lipolitik (Fosfolipase A2), sistem proteolitik (proteinase dan peptidase), dan mengadakan sistem perbaikan DNA dan RNA (endonuklease dan eksonuklease) untuk membuang atau memperbaiki produk hasil kerusakan akibat radikal bebas (Poljsak et al., 2013). Buah manggis, wolfberry, goji, dan delima (pomegranate) mengandung antioksidan yang tinggi menurut pengukuran Oxygen Radical Absorption Capacity (ORAC). Tes ORAC adalah tes untuk mengukur potensi antioksidan total dari 41 makanan dan suplemen nutrisi per 100 gram sampel. Seluruh tes ORAC dilakukan di Brunswick Laboratories di bawah naungan United State Department of Agriculture (USDA). Dalam buah manggis mengandung 500 mg antioksidan, buah goji 500 mg dengan 40% polisakarida, dan delima mengandung 500 mg ellagitannin (Barron, 2008). 2.6.1 Polifenol Polifenol adalah salah satu komponen non-nutrient yang banyak ditemukan pada buah, sayuran, sereal, coklat, kacang-kacangan kering, dan minuman. Buah-buahan seperti anggur, apel, pir, cherry, dan berry mengandung kurang lebih 200-300 mg polifenol per 100 gram takaran buah segar. Satu gelas anggur merah atau segelas teh atau kopi mengandung sekitar 100 mg polifenol.Polifenol yang terkandung dalam makanan dapat memberikan rasa pahit, warna, rasa, dan bau yang khas. Kandungan antioksidan dalam polifenol adalah sangat besar bisa mencapai 1g/d, lebih tinggi dari kandungan yang terdapat dalam fitokimia yang lain. Sebagai contoh, adalah 10 kali lebih tinggi daripada Vitamin C dan 100 kali lebih tinggi daripada mengkonsumsi Vitamin E dan karotenoid (Scalbert et al., 2005) Gambar 2.13 Bentuk Molekul Polifenol (Bohn, 2014) 42 Lebih dari 8.000 komponen polifenol telah diidentifikasi pada berbagai spesies tanaman.Struktur kimia untuk setiap klasifikasi polifenol berbeda tergantung dari jumlah cincin fenol yang terikat.Kategori polifenol terbagi menjadi flavonoid dan non-flavonoid.Golongan flavonoid terbagi lagi menjadi flavonols, flavon, isoflavon, sedangkan stilbenes dan asam phenolic termasuk dalam golongan non-flavonoid (Bohn, 2014). Tabel 2.1Polifenol (Bohn, 2014) Kelas Flavanoid SubKelas Flavonols, Dihidroflonols Chalcones, Dihydrochalcones Flavones Flavanols Flavanones Anthocyanidin Isoflavones Tanin Asam Phenolic Anthraquinones Chromones Xanthone Stilbenes Lignans Lignins Coumarin, isocoumarin Lain-lain Aurones Flavanonols Biflavanoids Hydrolyzable Condensed Proanthocyanidins Phlorotannins Asam hydroxybenzoic Asam Hydroxycinnamic Kategori Umum Kaempferol, quercetin, dihydroquercetin Chalcone Luteolin, apingenin, primuletin Catechin, gallocatechin, epicatechin Naringnin, hesperetin Cyanidin, malvidin, delphidin Genistein, daidzein, glycitein, equol Aurone Flavanonol Amentoflavone Asam tanin, ellagitannin, punicalagin Protocyanidin B2 Tetrafucol A Asam gallic Asam chlorogenic, asam caffeic Emodin Chromone Xanthone, @-mangostin Resveratrol Secoisolariciresinol, sesamol, enterodiol Coumarin Curcumin, tyrosols 43 Bioavailabilitas adalah banyaknya nutrisi yang dapat dicerna, diabsorbsi, dan melalui tahap metabolisme dengan jalur normal. Bioavailabilitas setiap polifenol berbeda satu sama lain dan tidak ada hubungan antara jumlah polifenol yang dikonsumsi dari makanan dengan bioavailabilitasnya dalam tubuh manusia. Sebelum diabsorbsi tubuh, komponen polifenol melewati pre-hidrolisa terlebih dahulu oleh enzim intestinal oleh koloni mikroflora usus. Polifenol akan terkonjugasi dalam sel in, dan/attestinal dan kemudian terjadi metilasi, sulfasi dan/atau glukoronidasi di hati. Bentuk yang beredar dalam darah dan jaringan bentuknya akan berbeda sehingga sangat sulit mengidentifikasi metabolitnya dan mengukur aktivitas biologisnya. Yang terpenting dalam untuk menentukan tingkat dan laju absorbsi adalah struktur kimia polifenol, bukan dari konsentrasinya.Lokasi absorbsi antar komponen polifenol juga berbeda, ada yang banyak diabsorbsi di traktus gastro-intestinal, intestinal, atau bagian traktus digestivus lainnya (Bohn, 2014). Banyak buah-buahan dan sayuran yang kaya polifenol seperti anggur, teh, kelapa, dan kedelai telah banyak penelitian sebagai antioksidan dan agen antihipertensi. Polifenol mengatur bioavailabilitas Nitric Oxide (NO) dalam perannya sebagai vasodilator berpengaruh pada fungsi endotel sehingga meringankan hipertensi (Galleano et al., 2010). 44 Gambar 2.14 Efek Polifenol Terhadap Endotel (Corti et al., 2009) Nitric Oxide akan terlepas dari sel endotelial akibat rangsangan sirkulasi darah atau substansi lain seperti asetikolin, bradikinin, atau serotonin. NO akan disintesis oleh eNOS dari L-arginin dengan hadirnya kofaktor tetrahidrobiopterin (BH4). Aktivasi ini terjadi akibat meningkatnya kadar Ca2+ atau fosforilasi eNOS oleh Phosphoinositide 3-kinase (PI3-kinase). Polifenol juga menurunkan aktivitas arginase vaskular dalam sel endotelial manusia in vitro, yang akan meningkatkan kadar L-arginin. NO selain menyebabkan vasodilatasi, juga mencegah adesi dan migrasi leukosit, proliferasi sel otot polos, serta agregasi dan adesi platelet. Polifenol akan mengaktivasi Endothelium-Derived Hyperpolarizing Factor (EDHF), meningkatkan pelepasan prostasiklin endotelial, atau menghambat sintesis Endothelin-1 (ET). Polifenol juga secara langsung menghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) (Corti et al., 2009). 45 2.6.2 Punicalagin Punicalagin adalah salah satu bentuk antioksidan ellagitannin (polifenol) yang terdapat dalam buah delima selain asam ellagic, asam gallic, dan antosianin dengan berat molekul 1084. Dua kandungan polifenol pada sari buah delima yang terbanyak adalah punicalagin dan ellagitannin (Rojanathammanee et al., 2013; Cerda et al., 2003). Punicalagin merupakan antioksidan poten yang dimetabolisme menjadi asam ellagic dan urolitin yang juga merupakan antioksidan poten di bawah punicalagin, setara dengan teh hijau dan minuman anggur merah (Kurtis, 2013). Menurut penelitian yang dilakukan mengenai pemberian ekstrak buah delima yang kaya akan punicalagin terhadap tikus yang mengalami aterosklerosis, akan menurunkan aktivitas gen proatherogenesis yang sensitif terhadap oksidatif yaitu gen ELK-1 dan faktor transkripsi p-CREB (phospho-cAMP Response Element-Binding Protein), dan akan meningkatkan aktivitas eNOS (Endothelial Nitric Oxide Synthase) dalam sel endotel. Pada penelitian ini dilakukan kultur sel endotel manusia yang kemudian ditempatkan pada area aterosklerosis dalam tikus yang hiperkolesterolemia (in vivo dan in vitro). Efek dari antioksidan ini menurunkan pertumbuhan aterosklerosis dan level isoproston (mediator inflamasi) serta meningkatkan nitrat (Nigris et al., 2007). Pada penelitian lain, ellagitannin yang merupakan tannin terhidrolisa mempunyai efek melepaskan Nitric Oxide (NO), Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF-α), dan Interferon (IFN), serta memiliki efek anti-leishmanial (Leishmania donovani) (Kolodziej et al., 2001). Pada mencit hiperlipidemia yang diberikan diet 46 tinggi karbohidrat dan lemak, diberikan ekstrak buah delima merah sebesar 1600 mg / kg / hari, 3x/hari selama 15, 30, dan 45 hari (Anggraeni, 2013). Gambar 2.15 Bentuk Molekular Punicalagin, Asam Gallagic, Asam Ellagic, Dihydroxy-6H-dibenzo(b,d)pyran-6-one (Cerda et al., 2003) Pada asupan harian punicalagin berkisar sekitar 0,6 sampai 1,2 gram, sekitar 3-6% punicalagin diekskresi sebagai metabolit di feces dan urin. Dalam feces, punicalagin berubah menjadi produk hidrolisis dan sebagian dimetabolisme oleh mikroflora menjadi derivat 6H-dibenzo(b,d)pyran-6-one (urolithin). Dalam plasma, konsentrasi punicalagin yang terdeteksi adalah sekitar 30µg/ml dan glukuronida derivat metil eter dari asam ellagic juga terdeteksi. Dalam beberapa minggu setelah pemberian, 6H-dibenzo(b,d)pyran-6-one juga terdeteksi dalam plasma. Dalam urin, metabolit utama adalah derivat 6H-dibenzo(b,d)pyran-6-one sebagai aglikon atau glukuronida (Cerda et al., 2003) 47 Kandungan polifenol pada buah delima dikatakan tinggi yaitu ≥2 gram/L. Pemberian dosis tinggi punicalagin yaitu sebesar 6% kandungan diet selama 37 hari tidak mengakibatkan efek toksik. Ada lima metabolit punicalagin yang ditemukan dalam hati dan ginjal tikus, yaitu dua derivat asam ellagic, asam gallagic, glukuronida 3,8-dihidroksi-6H-dibenzo(b,d)pyran-6-one, dan 3,8, 10trihidroksi-6H-dibenzo(b,d)pyran-6-one (Cerda et al., 2003). Kandungan polifenol buah delima merah yang diperiksa di UPT Laboratorium Kimia Analitik Universitas Udayana adalah 1,56 mg/ml (Lampiran 3). 2.7 Delima Buah delima (Punica granatum) atau sering disebut juga sebagai pomegranate (bahasa Inggris) adalah tanaman buah-buahan yang dapat tumbuh hingga 5-8 m. Tanaman ini merupakan tumbuhan asli Persia dan daerah Himalaya di India Selatan. Delima diperkirakan berasal dari Iran, namun telah lama dikembangbiakkan di daerah Mediterania. Konon tanaman ini bisa sampai ke Indonesia karena dibawa para pedagang dari Persia pada tahun 1416. Delima mempunyai nama berbeda di beberapa daerah di Indonesia, antara lain disebut delima oleh Melayu di Sumatera, glima (Aceh), glineu mekah (Gayo), dhalima (Madura), gangsalan (Jawa), dalima (Sunda), teliman (Sasak), lele kase dan rumu dari Timor (Heber dan Schulman, 2006). Tabel 2.2 Klasifikasi Ilmiah Tanaman BuahDelima 48 (Bhowmik et al., 2013) Kingdom Plantae – Plants Sub-Kingdom Tracheobionta - Vascular Plants Superdivisi Spermatophyta - Seed plants Divisi Magnoliophyta - Flowering plants Kelas Magnoliopsida – Dikotiledon Sub-kelas Rosidae Ordo Myrtales Famili Punicaceae - Pomegranate family Genus Punica L. – pomegranate Spesies Punica granatum L. – pomegranate Sinonim Punica malus Gambar 2.16 Buah Delima Merah (Somavanshi, 2014) Ada tiga jenis delima yang tersebar di Indonesia, dikelompokkan berdasarkan warna buahnya yaitu delima putih, delima merah, dan delima ungu/hitam. Dari ketiga jenis itu yang paling terkenal adalah delima merah. 49 I. Buah delima putih Buah delima ini mempunyai biji berwarna putih dan rasanya lebih sepat dibandingan jenis delima yang lain karena kandungan Tanin yang lebih banyak. Sudah agak jarang ditemukan. II. Buah delima merah Delima merah memiliki biji yang banyak dan berwarna merah dijadikan salah satu buah wajib dalam menyambut Tahun Baru Imlek bagi masyarakat Cina. III. Buah delima ungu/hitam Tanaman ini seringkali ditanam di pekarangan rumah sebagai tanaman hias. Kandungan fitokimia terbesar pada delima adalah polifenol yang terdapat pada buahnya. Polifenol pada delima meliputi flavonoid (flavonol, flavanol, dan antosianin), tannin terkondensasi (protoantosianidin), dan tannin terhidrolisa (ellagitannin yaitu punicalagin dan gallotannin). Pada kulit delima ditemukan flavonoid (flavonol) seperti luteolin, quercetin, dan kaempferol, serta pada kulit biji terdapat antosianin (Li dan Yang, 2006). Bioaktivitas dari fitokimia buah delima antara lain adalah antioksidan dan agen antiaterogenik. Antioksidan pada delima dikatakan dapat menghambat enzim Angiotensin Converting Enzyme (ACE) yang berperan pada hipertensi. Penelitian secara in vitro dan in vivo yaitu pada sel endotel koronaria yang dibiakkan pada tikus hiperkolesterolemia akan menurunkan aktivasi faktor transkripsi ELK-1 dan p-JUN serta meningkatkan ekspresi eNOS, efek ini berhubungan dengan aktivitas 50 aterogenik. Penelitian lain menggunakan delima dengan minuman anggur dapat menghambat Tumor Necrosis Factor α (TNF –α) dan aktivasi Nuclear Factor KappaB (NF-КB) pada sel endotel vaskular (Barron, 2008). Sari buah delima dikatakan efektif dalam menurunkan faktor risiko penyakit jantung, oksidasi LDL, status oksidatif oleh makrofag, dan formasi sel foam. Pada tikus, oksidasi LDL oleh makrofag peritoneal dapat diturunkan hingga 90% setelah mengkonsumsi sari buah delima.Sari buah delima juga dikatakan dapat melemahkan sinyal kimia yang merangsang terjadinya metastasis kanker prostat menuju tulang. Dalam pengobatan tradisional kulit buah dan kulit pohon delima dipakai sebagai obat diare, disentri, dan parasit usus.Biji dan air buah delima digunakan untuk pengobatan jantung, kerongkongan, mata, dan juga untuk menghentikan perdarahan hidung serta gusi, mencerahkan kulit, mengencangkan payudara, dan hemorrhoid. Biji delima mencegah pembekuan trombosit sehingga mencegah terbentuknya klot di jantung dan arteri (Bhowmik, 2013). Tabel 2.3 Kandungan Delima per 100 gram Takar (Bhowmik, 2013) Kandungan Air Kalsium Protein Fosfor Lemak Kadar 78,00% 10 mg 1,60% 70 mg 0,10% 51 Besi Mineral Vitamin C Karbohidrat Vitamin B Kompleks Serat Kalori 0,3 mg 0,70% 16 mg 14,50% Sedikit 5,10% 65 Kandungan kimia dalam buah delima diantaranya adalahicosanoic, linoleat, oleat, palmitat, punicic, asam stearat, asam sitrat, asama malic, fenol seperti asam gallic, asam protocatechuic, asama klorogenik, asam caffeic, asam ferulic, asam odan p-coumaric, katekin, phloridzin, dan quercetin. Delima banyak mengandung antioksidan polifenol seperti asam ellagic, antosianin, dan punicalagin (Pandey dan Rizvi, 2009). 2.8 Mencit (Mus musculus) 52 Gambar 2.17 Mencit Mus musculus galur BALB/c (Shiroishi dan Morita, 2009) Mencit yang digunakan di Universitas Udayana Denpasar adalah jenis mencit (Mus musculus) dengan strain BALB/c dengan warna kulit albino. Klasifikasi ilmiah mencit adalah : Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Rodentia Famili : Muridae Subfamili : Murinae Genus : Mus Subgenus : Mus Spesies : Mus musculus 53 Subspesies : - Mus musculus bactrianus - Mus musculus castaneus - Mus musculus domesticus - Mus musculus gentilulus - Mus musculus musculus Mencitjantan dewasa memiliki berat badan 20 - 40 gram dan mencit betina dewasa memiliki berat badan 20 – 35 gram dengan masa hidup 2 – 3 tahun.Mencit ditempatkan di lingkungan yang terkontrol dengan sistem HVAC (heating, Ventilating, Air conditioning) untuk mengatur ventilasi, suhu, dan kelembabannya. Suhu adalah sekitar 24 ± 2°C, kelembaban relatif sekitar 55 ± 10%, pergantian udara per jam adalah 10 – 15 ACH (Air Change per Hour), dan perbandingan pemberian cahaya terang berbanding gelap adalah 12 jam : 12 jam. Mencit sensitif suara sehingga level suara diberikan sekitar <85 desibel.Data biologi lainnya adalah usia kawin mencit jantan 7 – 8 minggu (25 – 30 gram) dan betina 6 – 8 minggu (20 – 25 gram). Usia reproduktif adalah 8 – 12 bulan.Konsumsi makanan adalah 3 – 6 gram/hewan/hari (dewasa). Konsumsi air sekitar 8 – 10 ml/hewan/hari (dewasa) (Anonim, 2014). 54