BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gejolak politik, krisis ekonomi, gangguan keamanan dan meningkatnya harga minyak dunia menyebabkan perekonomian di Indonesia membutuhkan perahatian khusus, bahkan pemerintah perlu secara serius menangani masalah di berbagai sektor ekonomi dan non ekonomi, begitupula dengan perusahaanperusahaan yang harus terus mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya. Perusahaan–perusahaan tersebut dituntut untuk dapat bersaing dengan meningkatkan potensi yang dimiliki. Adanya krisis dan tingkat persaingan antar perusahaan yang semakin tinggi menuntut setiap perusahaan atau tiap pimpinan perusahaan harus mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya, dan suatu perusahaan harus dapat bersaing dengan meningkatkan potensi yang dimiliki atau dengan mengembangkan usahanya agar dapat tetap hidup. Dalam bersaing suatu perusahaan memerlukan langkah atau strategi yang bertujuan untuk mengembangkan perusahaanya. Strategi pertumbuhan merupakan strategi perusahaan yang paling banyak diterapkan, yaitu strategi pertumbuhan secara internal dan eksternal. Strategi secara internal dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya pengembangan produk, peluncuran produk baru, dan membangun pabrik baru. Sedangkan pertumbuhan secara eksternal dapat dilakukan dengan merger dan akuisisi. Pertumbuhan secara eksternal yaitu dengan merger dan akuisisi merupakan salah satu bentuk strategi populer, yang awalnya naik daun pada era 1 tahun 1970-an. Proses ini didorong oleh 3 faktor utama yaitu : (1) Semakin menyatunya sistem perekonomian regional dan perekonomian dunia, (2) adanya ekspansi perusahaan–perusahaan MNC ke berbagai negara, dan (3) berbagai trobosan teknologi informasi dan telekomunikasi setelah tahun 1980-an yang memudahkan proses alih informasi dan kapital. Merger adalah penggabungan usaha dari dua atau lebih perusahaan menjadi satu perusahaan, dalam merger salah satu perusahaan tetap beroperasi dan yang lainnya dibubarkan. Akuisisi merupakan suatu tindakan investasi yang dilakukan dengan jalan membeli saham perusahaan lain biasanya dalam jumlah yang cukup besar agar dapat mengendalikan perusahaan yang diakuisisi. Dalam dunia bisnis Indonesai akhir–akhir ini ternyata merger dan akuisisi telah berkembang pesat dan cukup dominan dipilih oleh raksasa–raksasa bisnis Indonesia. Menurut data statistik Bursa Efek Indonesia , sebelum krisis moneter 1995 – 1997 terdapat kurang lebih 57 perusahaan yang melakukan penggabungan usaha dari 259 perusahaan yan go public di Bursa Efek Indonesia . Pasca krisis moneter pada tahun 2000 – 2004 terdapat lebih dari 35 perusahaan yang bergerak baik di bidang manufaktur, telekomunikasi maupun perbankan yang melakukan penggabungan usaha. Terdapat banyak alasan kuat mengapa perusahaan–perusahaan tersebut melakukan penggabungan usaha. Salah satunya tentu saja adalah sinergi diantara kedua kekuatan yang dimiliki masing–masing perusahaan yang bergabung dengan meningkatkan economics of scale dan economics of scope (skala dan ruang lingkup ekonomi), serta dengan meningkatnya kekuatan keuangannya. Untuk 2 melakukan diversifikasi, merger dan akuisisi juga merupakan suatu cara yang tepat, resikonya lebih rendah, ketersediaan sumber daya lebih baik dan konsumen pun sudah ada sehingga perluasan pasar menjadi lebih mudah melalui cara ini. Suatu perusahaan akan lebih mudah meluaskan pasarnya apabila melakukan marger ataupun akuisisi pada perusahaan yang telah mempunyai pasar tersendiri, daripada mengembangkan pasar tersendiri yang membutuhkan waktu yang lama dan belum tentu berhasil. Di samping itu, masih terdapat beberapa motif lainnya yaitu perbaikan manajemen, dan yang paling banyak terjadi setelah terjadinya krisis moneter di Indonesia adalah untuk penyelamatan. Lain halnya seperti yang diungkapkan oleh Belkoui (2001:75), tujuan dilakukannya restrukturisasi perusahaan dalam hal ini merger dan akuisisi adalah untuk memaksimumkan nilai ekuitas pemegang saham, dan untuk meningkatkan kemakmuran manajemen. Dibalik semua manfaat yang mungkin bisa diraih dengan melakukan merger dan akuisisi, ternyata merger dan akuisisi yang dilakukan bisa saja mengalami kegagalan, sehingga merger dan akuisisi tidak memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan setelah melakukan merger ataupun akuisisi, yang disebabkan karena : (1) proses ini dilakukan biasanya atas dorongan untuk cepat terselesaikannya kemelut keuangan di salah satu perusahaan peserta, maka harga penjualan sahamnya cenderung akan dinilai di bawah harga pasar yang wajar, (2) seringkali diikuti dengan peningkatan ketidakpastian pada pihak direksi, manajer, dan karyawan, (3) terkadang pula diikuti dengan pengurangan jumlah pegawai dan staf kurang profesional di perusahaan hasil merger, (4) terjadinya benturan kepentingan, kondisi saling curiga bahkan konflik diantara para anggota komisaris dan direksi, (5) serta benturan budaya perusahaan tidak dapat dielakan. Sehingga 3 tentunya perusahaan hasil merger akan mengalami penurunan dalam jangka pendek. Keberhasilan merger dan akuisisi menciptakan sinergi dapat ditunjukkan dengan peningkatan kinerja usaha dan keuangan perusahaan sesuai dengan tujuan dari hasil suatu penggabungan usaha. Suatu akuisisi dikatakan berhasil menurut Sudarsana (1999:246) bila kekayaan pemegang saham menunjukkan peningkatan dengan melakukan pengamatan terhadap rasio–rasio keuangannya. Analisisi rasio dapat digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan yang ingin dicapai perusahaan. Analisisi keuangan mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan, dan kekuatan di bidang finansial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa mendatang. Dengan analisisi keuangan ini dapat diketahui kekuatan serta kelemahan yang dimiliki oleh seorang business enterprise. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas yang cukup rasional, efesiensi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik, dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat dicapai. Dengan menganalisisi prestasi keuangan ini menurut Agus Sartono (1997:119) seorang analis keuangan akan dapat menilai apakah manajer keuangan dapat merencanakan dan mengimplementasikan ke dalam setiap tindakan secara konsisten dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Di samping itu analisis semacam ini juga dapat dipergunakan oleh pihak lain seperti bank, untuk menilai apakah cukup layak untuk memberikan tambahan dana atau kredit baru. Selain itu calon investor dapat pula menggunakannya untuk 4 memproyeksikan prospek perusahaan di masa mendatang. Analisis ini dapat dilakukan dengan cara membandingkan dengan periode sebelumnya, sehingga diketahui adanya kecenderungan selama periode tertentu, selain itu dapat pula dilakukan dengan cara membandingkan dengan perusahaan sejenisnya dalam industri itu, sehingga dapat diketahui bagaimana posisi perusahaan dalam industri. Ukuran yang paling lazim digunakan dalam penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan dinyatakan dalam rasio–rasio finansial seperti rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Selama ini metode–metode tersebut sering digunakan oleh para investor untuk menilai kinerja dari emiten. Dari hasil penelitian kinerja tersebut, maka investor dapat menentukan layak tidaknya menginvestasikan dananya pada saham emiten yang bersangkutan. Penelitian yang dilakukan pada perusahaan merger, dan akuisisi menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Beberapa penelitian memberikan gambaran bahwa merger dan akuisisi merupakan suatu keputusan yang sangat berisiko bagi perusahaan, bisa berhasil dan bisa mengalami kegagalan. Seperti yang dikemukakan oleh Hitt (2002:5), bahwa keputusan merger dan akuisisi terkadang gagal bagi perusahaan pengakuisisi, saham perusahaan terakuisisi cenderung mendapatkan keuntungan, tapi para pemegang saham pengakuisisi mendapatkan keuntungan rata – rata mendekati nol. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Payatma (2000) mengenai analisis pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio keuangan dan harga saham sebelum dan sesudah merger dan akuisisi di Bursa Efek Indonesia . Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja yang 5 signifikan sebelum dan sesudah akuisisi dan merger dari segi rasio keuangan dan harga saham. Dari uraian tersebut maka merger dan akuisisi dapat menimbulkan dampak yang berbeda–beda bagi setiap perusahaan. Dalam tulisannya mengendai benturan budaya pasca akuisisi Susanto (2007) menyatakan bahwa benturan CEO dan konflik budaya organisasi adalah faktor kritis dalam ketidakberhasilan akuisisi. Oleh sebab itu hal itu memungkinkan dalam jangka pendek kinerja perusahaan masih belum stabil karena masih harus menyesuaikan budaya organisasi masing-masing perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi seharusnya mampu untuk mengidentifikasi serta menyesuaikan budaya–budaya organisasinya sehingga sehingga dalam jangka panjang merger dan akuisisi dapat memberikan manfaat yang positif bagi perusahaan. Begitupula yang telah dikemukakan oleh Hitt (2002:6), bahwa akuisisi bisa menjadi srategi yang sangat menguntungkan dengan hasil yang positif bagi pemegang saham kedua belah pihak dan bagi kesehatan perusahaan jangka panjang. Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti perbandingan kinerja perusahaan sebelum dan sesudah melakukan merger dan akuisisi. Dalam penelitian ini dianalisis perbandingan kinerja keuangan perusahaan berdasarkan metode cash ratio, current ratio, quick ratio, net profit margin, operating profit margin, return on equity, return on investmen, total assets turnover, dan total debt to equity ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi pada perusahaan– perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia . 6 Metode penilaian kinerja keuangan berdasarkan cash ratio, current ratio, quick ratio dipilih dalam penelitian ini karena ketiganya merupakan ukuran kinerja yang termasuk dalam dalam rasio likuiditas, dimana menurut Agnes Sawir (2001:8) pada umumnya perhatian pertama analis keuangan adalah likuiditas. Ratio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Adanya sinergi bisa dilihat dari semakin besarnya rasio ini, dalam hal ini kinerja keuangan perusahaan diproksikan dengan rasio–rasio keuangan. Selanjutnya digunakan pula Rasio leverage. Dalam rasio ini yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan adalah total debt to equity ratio, dimana ketika perusahaan melakukan merger dan akuisisi berarti ekuitas yang dimiliki akan meningkat, namun ketika keputusan merger dan akuisisi diambil, pengakuisisi beresiko menanggung masalah finansial yang dihadapi perusahaan yang diakuisisi misalnya utang dari perusahaan yang diambil alih, selain itu perusahaan pengakuisisi bisa saja membiayai merger dan akuisisi dengan utang sehingga hal ini dapat meningkatkan jumlah utang yang dimiliki perusahaan. Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektifitas perusahaan dalam mengerjakan sumber – sumber dananya. Dalam rasio ini digunakan total assets turnover umtuk mengetahui revenue yang dihasilkan dari modal yang ditanamkan, dimana semakin tinggi total assets turnover suatu perusahaan maka semakin baik kinerja suatu perusahaan. Selain menggunakan rasio – rasio di atas, penelitian ini juga menggunakan Net Profit Margin (NPM), Operating Profit Margin (OPM), Return On Equity (ROE), dan Return On Investment (ROI) untuk mengukur kinerja keuangan 7 perusahaan setelah melakukan merger dan akuisisi, karena rasio – rasio ini merupakan ukuran kinerja yang termasuk dalam profitabilitas, serta karena secara umum rasio tersebut menunjukan hasil akhir dari keputusan yang dilakukan, baik itu untuk memperoleh laba atau meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Dimana rasio profitabilitas merupakan ukuran kinerja perusahaan atau dengan kata lain rasio profitabilitas mencerminkan bagaimana aktivitas perusahaan dalam menciptakan atau meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini yaitu : “apakah ada atau tidak perbedaan pada kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah dilakukannya merger dan akuisisi pada perusahaan–perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?”. 1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.2.1 Tujuan penelitian Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah “untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kinerja keuangan yang terjadi setelah adanya akuisisi dan merger pada perusahaan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ”. 1.2.2 Kegunaan penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1) Kegunaan teoritis 8 Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperluas pengetahuan dan wawasan serta untuk mengaplikasikan teori–teori yang telah diperoleh di bangku kuliah ke dalam masalah–masalah praktik khususnya praktik merger dan akuisisi yang terjadi pada perusahaan–perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dan dapat membandingkan kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. 2) Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dan sebagai bahan masukan kepada pihak–pihak yang berkepentingan mengenai praktik dan kebijakan merger dan akuisisi, serta pengaruhnya dalam terhadap kinerja keuangan perusahaan setelah melakukan praktik dan kebijakan tersebut. 1.3 Sistematika Penyajian Untuk memberikan gambaran secara garis besar mengenai susunan skripsi ini, berikat disajikan sitematika penulisan dan uraian singkat mengenai isi dari masing–masing bab. BAB I PENDAHULUAN Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penyajian. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Bab ini mengkaji teori yang digunakan dalam penelitian untuk mengembangkan hipotesis dan menjelaskan fenomena penelitian. 9 Dengan menggunakan teori yang sudah dikaji dan penelitian– penelitian sebelumnya, serta hipotesis yang dapat dikembangkan. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, serta teknik analisis data. BAB IV PEMBAHASAN HASIL SEBELUMNYA Bab ini menguraikan mengenai gambaran umum perusahaan, yang menjadi sampel penelitian, kemudian diuraikan tentang pembahasan dari pokok permasalahan dalam penelitian yaitu hasil perbandingan kinerja keuangan berdasarkan pendekatan cash ratio, current ratio, quick ratio, net profit margin, operating profit margin, return on equity, return on investmen, total assets turnover, dan total debt to equity ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini meguraikan simpulan dari hasil penelitian, serta saran– saran dari penulis karena adanya keterbatasan–keterbatasan penelitian sehingga ada beberapa hal yang tidak dapat dilakukan di penelitian saat ini tetapi mungkin dapat dilakukan di penelitian mendatang. 10