Perbedaan Stigma Masyarakat Terhadap Orang Dengan Hiv/Aids

advertisement
PERBEDAAN STIGMA MASYARAKAT TERHADAP ORANG DENGAN HIV/AIDS
(ODHA) SEBELUM DAN SESUDAH PENDIDIKAN KESEHATAN DI DESA
PARAKAN KAUMAN KECAMATAN PARAKAN
KABUPATEN TEMANGGUNG
Wahyu Utomo
Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Rasa takut tertular virus HIV memunculkan stigma dalam masyarakat
terhadap ODHA. Stigma muncul karena kurangnya pengetahuan yang benar
tentang HIV/AIDS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
stigma masyarakat sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan terhadap ODHA di
Desa Parakan Kauman Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung.
Penelitian ini merupakan penelitian pre eksperimen dengan menggunakan
pendekatan one group pre-post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah
masyarakat dewasa usia 25-45 tahun yang ada di Desa Parakan Kauman
Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung 712 masyarakat, dengan teknik
pengambilan sempel quota sampling sejumlah 88 masyarakat. Alat pengukuran
data berupa kuesioner untuk mengukur stigma masyarakat. Analisis statistik
menggunakan Uji Wilcoxon.
Hasil penghitungan statistik menunjukkan p value = 0,001<0,05, artinya
terdapat perbedaan yang signifikan antara stigma masyarakat terhadap ODHA
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan di Desa Parakan Kauman
Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung.
Hendaknya masyarakat lebih giat mencari informasi tentang HIV/AIDS
terutama faktor penyebaran dan penanggulangan dengan benar dan dari sumber
yang tepat seperti rutin mengikuti penyuluhan dari tenaga kesehatan, sehingga
tidak ada lagi stigma pada ODHA dalam masyarakat.
Kata kunci : Stigma, HIV/AIDS, Pendidikan Kesehatan
Perbedaan Stigma Masyarakat Terhadap Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) Sebelum Dan
Sesudah Pendidikan Kesehatan Di Desa Parakan Kauman Kecamatan Parakan Kabupaten
Temanggung
1
PENDAHULUAN
Aquired
Immune
Deficiency
Syndrome (AIDS), sekarang ini dianggap
sebagai pendemik paling hebat yang
pernah terjadi dalam dua dekade terakhir
ini. Aquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS) merupakan kumpulan gejala
penyakit yang disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang
merusak sistem kekebalan tubuh manusia
sehingga daya tahan tubuh makin
melemah dan mudah terjangkit penyakit
infeksi. Sampai saat ini HIV/AIDS tidak
saja menjadi masalah kesehatan tetapi
secara langsung sudah menjadi persoalan
politik dan bahkan ekonomi yang sangat
serius di negara-negara yang sedang
berkembang dan dapat menyebabkan
kemiskinan
(Strategi
Nasional
Penanggulangan HIV/AIDS, 2005-2007).
Di
Indonesia
diperkirakan
HIV/AIDS akan terus mengalami
peningkatan, ada 12-19 juta orang rawan
untuk terkena HIV dan diperkirakan ada
95.000-130000 penduduk yang tertular
HIV (Depkes, 2005). Data yang
didapatkan dari April sampai dengan Juni
2011 kasus AIDS baru dilaporkan adalah
2.001 kasus dari 59 Kabupaten / Kota di
19 provinsi. (SUBDIT AIDS & PMS
DITJEN PP DAN PL, 2011).
Pemerintah
Indonesia
telah
menetapkan beberapa kebijakan dan
program penanggulangan penyebaran
Human Immunodeficiency Virus (HIV) /
Aquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS). Pemerintah telah membuat
komitmen serius untuk meningkatkan
surveilans seperti meningkatkan rawatan,
dukungan dan pengobatan dengan upaya
pemberdayaan
masyarakat
dalam
pencegahan HIV/AIDS dilakukan oleh
pemerintah melalui konseling dan
pendidikan
kesehatan
(Komisi
Penanggulangan AIDS, 2006).
Pendidikan
kesehatan
pada
hakikatnya merupakan satu kegiatan atau
usaha untuk menyampaikan pesan
kesehatan kepada masyarakat, kelompok,
atau
individu
dapat
memperoleh
pengetahuan tentang kesehatan. Akhirnya
pengetahuan tersebut dapat membawa
akibat terhadap perubahan perilaku
sasaran (Notoatmodjo, 2005)
Dengan demikian, pendidikan
kesehatan dianggap sebagai fungsi
mandiri dari praktik keperawatan dan
merupakan tanggung jawab utama dari
profesi
keperawatan.
Pendidikan
kesehatan identik dengan penyuluhan
kesehatan karena keduanya berorientasi
pada
perubahan
perilaku
dimana
penyuluhan
merupakan
kegiatan
pendidikan
yang bertujuan
dalam
mencapai perubahan perilaku individu,
keluarga dan masyarakat dalam membina
dan memelihara perilaku sehat dan
lingkungan sehat, serta berperan aktif
dalam
upaya
mewujudkan
drajad
kesehatan yang optimal. (Efendi, 2009).
Tingkat pengetahuan masyarakat
tentang HIV/AIDS dan cara penularannya
menjadi salah satu faktor pendukung
stigma pada masyarakat terhadap orang
dengan HIV/AIDS (ODHA), stigma
adalah segala bentuk atribut fisik dan
sosial yang mengurangi identitas sosial
seseorang, mendiskualifikasikan orang itu
dari penerimaan sosial secara utuh.
Perbedaan Stigma Masyarakat Terhadap Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) Sebelum Dan
Sesudah Pendidikan Kesehatan Di Desa Parakan Kauman Kecamatan Parakan Kabupaten
Temanggung
2
(Goffman, 2005). Stigma atau cap buruk
inilah biasanya seseorang mefonis buruk
moral
/
perilakunya
sehingga
mendapatkan penyakit tertentu. Orangorang yang distigma biasanya diangap
memalukan untuk alasan tertentu dan
sebagi akibatnya mereka dipermalukan,
dihindari, didiskriminasi, ditolak, dan
ditahan (Cipto, 2006).
Sebagai
langkah
awal
memperbaiki stigma dan diskriminasi
terhadap
ODHA
dalam
upaya
penanggulangan
HIV/AIDS,
perlu
diketahui sejauh mana pengetahuan
masyarakat mengenai HIV/AIDS dan
bagaimana stigma masyarakat terhadap
ODHA.
Pengetahuan
knowledge
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
diketahui atau kepandaian. Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2005).
Di Kabupaten Temanggung pada
tahun 2014 menduduki peringkat nomor 8
se-jawa Tengah kasus HIV/AIDS.
Berdasarkan data Komisi Penanggulangan
AIDS (KPA) Kabupaten Temanggung,
jumlah komulatif HIV/AIDS di wilaya
Temanggung sepanjang 2014 ditemukan
283 kasus. Sebanyak 157 kasus
diantaranya bersetatus HIV, dan 126 kasus
bersetatus AIDS. Sebanyak 127 orang
bersetatus hidup, 124 orang meninggal
dunia, dan 29 orang tidak diketahui
keberadaanya.
Meskipun hanya di urutan ke 8-se
Jawa Tengah, kejadian HIV/AIDS di
Kabupaten Temanggung namun ini perlu
mendapatkan perhatian yang serius baik
dari pemerintah Kabupaten maupun dari
masyarakatnya sendiri, mengingat selalu
ditemukan kasus baru HIV/AIDS setiap
tahunnya. Dari 20 Kecamatan di
Kabupaten
Temanggung,
kasus
HIV/AIDS terbanyak ditemukan di
Kecamatan Parakan sebanyak 64 kasus,
salah satunya yang paling tinggi di Desa
Parakan Kauman, Kecamatan Parakan. Di
Kecamatan Parakan kasus terbesar berada
di Desa Parakan Kauman yaitu 31 (48%)
dan 36,4% menjangkit pada kelompok
umur (20-29). Dari hasil wawancara
dengan 10 orang masyarakat yang ada di
Desa Parakan Kauman, Kecamatan
Parakan 7 orang (70%) dari mereka
mengaku tidak begitu mengerti cara
penularan HIV/AIDS, yang mereka tahu
bahwa penyakit tersebut merupakan
penyakit kutukan dari Tuhan, penyakit
pezina, penyakitnya orang yang tidak
bermoral serta menjahui ODHA karena
takut tertular dan kecenderungan akan
mengucilkan penderita AIDS tersebut.
Akan tetapi berbeda dengan 3 orang
(30%) diantaranya, mereka mengatakan
tidak seharusnya ODHA dikucilkan atau
dideskiminasi, karena menurut mereka
ODHA belum tentu tertular penyakitnya
itu karena tidak bermoral ataupun sering
bergonta-ganti pasangan, melainkan bisa
saja terjadi karena seseorang anak yang
tertular dari ibunya, atau seorang istri
yang tertular dari suaminya yang
berperilaku beresiko.
Dari fenomena tersebut terlihat
jelas stigma masyarakat terhadap ODHA
cenderung ingin menghindari dan
Perbedaan Stigma Masyarakat Terhadap Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) Sebelum Dan Sesudah
Pendidikan Kesehatan Di Desa Parakan Kauman Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung
3
mengucilkan,
dikarenakan
masih
kurangnya informasi tentang penyakit
HIV/AIDS pada masyarakat. Berdasarkan
informasi
dari
KPA
Kabupaten
Temanggung
tentang
kekeliruan
pemahaman penularan HIV/AIDS di
masyarakat serta masih minimnya
intensitas
masyarakat
memperoleh
informasi dari pihak terkait baik Dinas
Kesehatan, KPA, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) maupun puskesmas
setempat tentang HIV/AIDS.
Dari pihak KPA Kabupaten
Temanggung sudah berupaya memberikan
informasi dalam pemahaman yang tepat
serta menegaskan pada masyarakat bahwa
HIV/AIDS bukan penyakit yang bisa
ditularkan
melalui
udara.
Namun
tampaknya stigma negatif pada ODHA ini
sudah mendarah daging pada masyarakat.
Kecenderungan menganggap
tempat
lokalisasi sebagai tempat rawan AIDS
juga keliru, bukan suatu temapt yang
rawan HIV/AIDS, namun manusia yang
berperilaku berisiko tinggi lah yang rawan
tertular HIV/AIDS dimanapun mereka
berada.
Jika pandangan yang keliru itu tidak
diluruskan, rasa takut terhadap pengidap
HIV/AIDS akan terus berlebihan. Padahal
rasa takut itu dapat dikurangi bila orang
diberitahu bahwa mereka tidak perlu
kwatir apabila mereka tidak berperilaku
resiko tinggi terinfeksi HIV/AIDS. Salah
satunya dengan pendidikan kesehatan,
dengan intensitas pemberian informasi
yang sering dan tepat maka tidak menutup
kemungkinan
stigma-stigma
pada
masyarakat tentang ODHA akan berubah,
karena
pada
dasarnya
pendidikan
kesehatan
ialah
proses
mendidik
individu/masyarakat supaya mereka dapat
memecahkan masalah-masalah kesehatan
yang dihadapi. Seperti halnya proses
pendidikan lainnya, pendidikan kesehatan
mempunyai unsur masukan-masukan yang
setelah diolah dengan teknik-teknik
tertentu akan menghasilkan keluaran yang
sesuai dengan harapan atau tujuan dari
kegiatan tersebut.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian kuantitatif dengan desain
penelitian yaitu pre eksperimen. Pendekatan
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
menggunakan pendekatan one group prepost test design. Populasi dalam penelitian
ini adalah berjumlah 88 masyarakat.
Penelitian ini dilakukan di Desa Parakan
Kauman Kecamatan Parakan Kabupaten
Temanggung.
Alat pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner yang terdiri dari
22 pertanyaan dengan skala pengukuran
menggunakan skala likert yang terdiri dari
dua jenis pertanyaan yaitu favourable
dengan opsi sangat setuju (4) setuju (3)
tidak setuju (2) sangat tidak setuju (1) dan
unfavourabel dengan opsi sangat setuju
(1) setuju (2) tidak setuju (3) sangat tidak
setuju (4). Hasil ukur dari instrumen ini
adalah stigma rendah dan stigma tinggi.
Untuk analisis statistik mengunakan uji
wilcoxon. Proses penelitian berlangsung
pada bulan Agustus 2015. Selanjutnya,
dilakukan analisis statistika prosentase
untuk mendapatkan gambaran distribusi
frekuensi dari variabel yang ditelit.
Perbedaan Stigma Masyarakat Terhadap Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) Sebelum Dan Sesudah
Pendidikan Kesehatan Di Desa Parakan Kauman Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung
4
Perbedaan Stigma Masyarakat Terhadap Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) Sebelum Dan Sesudah
Pendidikan Kesehatan Di Desa Parakan Kauman Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung
5
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran stigma masyarakat
sebelum
dan
sesudah
pendidikan
kesehatan di Desa Parakan Kauman
Kecamatan
Parakan
Kabupaten
Temanggung. Dapat diketahui bahwa
stigma masyarakat terhadap ODHA
sebelum diberikan pendidikan kesehatan
sebanyak
55
responden
(62,5%)
mempunyai stigma tinggi, ini dilihat dari
hasil menjawab kuesioner yang diberikan
kepada mereka, masih menunjukkan
banyaknya responden memberikan stigma
dalam hal kecenderungan ingin membuat
jarak dengan orang yang terinfeksi
HIV/AIDS, ini terlihat dari jawaban yang
mayoritas mendapatkan point satu dalam
menjawab pertanyaan tersebut.
Selain
itu,
sebagian
besar
responden juga masih berangapan bahwa
HIV/AIDS adalah erat kaitanya dengan
moral yang buruk dari penderitanya
sehingga masih ada dari mereka yang
menggangap penyakit ini sebagai penyakit
kutukan dari Tuhan, mitos yang salah di
masyarakat bahwa berhubungan sosial
dengan penderita HIV/AIDS akan
membuat kita tertular, seperti bersalaman,
menggunakan WC yang sama, tinggal
serumah, ataupun menggunakan sprei
yang sama dengan penderita HIV/AIDS.
Selain faktor di atas, faktor lain yang
berpengaruh pada stigma adalah faktor
kepatuhan terhadap agama. Kepatuhan
terhadap nilai-nilai agama pada masingmasing masyarakat dan para pemimpin
agama
mempunyai
peran
dalam
pencegahan dan pengurangan penularan
HIV. Hasil penelitian dilakukan oleh Diaz
di Puerto Rico (2011) menyatakan adanya
peran agama dalam membentuk konsep
tentang sehat dan sakit serta terkait
dengan adanya stigma terhadap penderita
HIV/AIDS.
Kemudian diketahui sebagian
responden (68,2%) setelah diberikan
pendidikan
kesehatan
mempunyai
katagori stigma rendah yaitu sebanyak 60
responden. Hal ini dikarenakan responden
telah mendapatkan pendidikan kesehatan
dari peneliti sehingga hal tersebut dapat
memberikan gambaran dan informasi
yang lebih baik tentang HIV/AIDS dan
ODHA.
Pendidikan
kesehatan
pada
hakikatnya adalah suatu kegiatan atau
usaha untuk menyampaikan pesan
kesehatan kepada masyarakat, kelompok
atau individu. Harapan dengan adanya
pesan tersebut masyarakat, keluarga atau
individu dapat memperoleh pengetahuan
tentang kesehatan yang lebih baik
(Notoadmodjo,2005).
Memfasilitasi
pendidikan
kesehatan dalam konteks ini dilakukan
dalam serangkaian aktivitas diskusi,
cerama dan transformasi pengetahuan.
Menurut Chase dan Anggleton (2009),
mengatakan bahwa salah satu penyebab
munculnya stigma adalah misinformasi
mengenai
bagaimana
HIV/AIDS
ditularkan.
Perbedaan Stigma Masyarakat Terhadap Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) Sebelum Dan Sesudah
Pendidikan Kesehatan Di Desa Parakan Kauman Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung
6
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Stigma masyarakat terhadap ODHA
sebelum pendidikan kesehatan 33
responden
(37,5%)
mempunyai
stigma rendah.
2. Kemudian
setelah
diberikan
pendidikan kesehatan mengalami
peningkatan 30% menjadi 60
responden yang mempunyai stigma
rendah.
3. Terdapat
perbedaan
stigma
masyarakat sebelum dan sesudah
pendidikan kesehatan di Desa
Parakan Kauman Kecamatan Parakan
Kabupaten Temanggung.
Saran
1. Bagi pembaca/masyarakat
Diharapkan masyarakat lebih aktif
mencari informasi tentang HIV/AIDS
terutama faktor penyebaran dan
penanggulangan HIV/AIDS.
2. Bagi Dinas Kesehatan
Meningkatkan penyuluhan dalam
upaya
merubah
stigma
pada
masyarakat,
terhadap
ODHA
khususnya
ditekankan
faktor
penyebaran dan cara penanggulangan
HIV/AIDS.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan
agar
dapat
mengembangkan penelitian dengan
variabel yang mencakup lebih luas
dan menggunakan instrumen yang
berbeda sehingga hasil penelitian
yang diperoleh akan lebih mendalam.
REFERENSI
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Admin.
(2008). Tanda dan Gejala
HIV/AIDS.
http://www.netsains.com
Ahmadi. (2014). Statistik kasus HIV/AIDS
di
Indonesia.
http://www.depkes.go.id
Ardhiyanti, Yulrina. 2015. Bahan Ajar
AIDS
pada
Asuhan
Kebidanan/oleh
Yulrina
Ardiyanti, Novita Lusiana,
Kiki Megasari-Ed 1, Cet 1Yogyakarta
Deepublish,
Januari 2015.
Erwanto. (2014). Report on the Global
HIV/AIDS
Epidemik.
http://www.globalepidemik.c
om
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis
Multivariate
Dengan
Program IBM SPSS 19.
Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.
Goffman. E. Stigma : Notes on the
managementof
spoiled
identity. Englewood Cliffs,
NJ: Prentic Hall; 2005
Herek, G.M. 2011. Gander Gaps in Public
Opinion About Lesbians and Gay Man.
Journal of Public Opinion Quarterley.
Deerfield, IL: American Association for
Public Opinion Research. Vol. 66 Issue 1
(40-66)
Hutapea, Ronald. (2011). AIDS & PMS
dan Pemerkosaan. Jakarta :
Riena Cipta.
Perbedaan Stigma Masyarakat Terhadap Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) Sebelum Dan Sesudah
Pendidikan Kesehatan Di Desa Parakan Kauman Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung
7
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Laporan
Hasil Surveilans Terpadu
Biologis dan Perilaku Tahun
2011. Jakarta: Kemenkes,
2011.
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional.
(2007). HIV dan AIDS
sekilas pandang.
Kumalasari, Intan & Iwan Andhyantoro.
(2012). Kesehatan Reproduksi
Untuk Mahasiswa Kebidanan
dan Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Kurniawati, Ninuk Dian. (2013). Asuhan
Keperawatan Pada Pasien
Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta :
Salemba Medika
Maulana, Heri, d.j, Promosi Kesehatan
(Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG,
2009).
Notoadmodjo, S. (2005). Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta:
PT. Rhineka Cipta
Notoadmodjo, S. (2005). Promosi
kesehatan teori dan aplikasi.
Jakarta: PT. Rhineka Cipta
Notoatmodjo,
soekidjo.(2012).
Metodologi
Penelitian
Kesehatan.
Yogyakarta:
Rineka Cipta.
Nurudin.
(2005). Komunikasi Media
Massa. Jakarta : Trans Info
Media
Pinem,
Saroha. (2009). Kesehatan
Reproduksi dan Kontrasepsi
Jakarta : Trans Info Media.
Saryono
dan Ari Setiawan. (2011).
Metodologi
Penelitian
Kebidanan.
Yogyakarta:
Nuha Medika.
Scoviani, Vera dkk. (2012). Mengungkap
Tuntas
9
Jenis
PMS
(Penyakit Menular Seksual).
Yogyakarta : Nuha Medika.
Silvianti, F. (2010). Mengenal HIV/AIDS.
Jakarta : Nobel Edumedia.
Sugiyono. (2013). Metodelogi Penelitian
Pendidikan.
Bandung
:
Alfabeta.
Tukiran dkk, (2010). Keluarga Berencana
dan Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wawan
Dewi. (2010). Pengetahuan,
Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Noviana,
Nana. (2013). Kesehatan
Reproduksi dan HIV/AIDS.
Jakarta : Trans Info Media.
Nursalam. (2013). Asuhan Keperawatan
Pada
Pasien
Terinfeksi
HIV/AIDS. Jakarta : Salemba
Medika
Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan
metodelogi
penelitian
keperawatan.
Jakarta
Perbedaan Stigma Masyarakat Terhadap Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) Sebelum Dan Sesudah
Pendidikan Kesehatan Di Desa Parakan Kauman Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung
8
Perbedaan Stigma Masyarakat Terhadap Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) Sebelum Dan Sesudah
Pendidikan Kesehatan Di Desa Parakan Kauman Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung
i
Download