BAB 2 Kajian Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya Uraian berikut memperlihatkan 5 sumber penelitian sebelumya yang berkaitan dengan judul penelitian yang akan dilakukan. Tabel 2.1. Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal dengan Penyesuaian Diri pada Remaja Sumber Penelitian Marta Ratih Kusumaningsih, Oliveia Prabandini Mulyana Universitas Negeri Surabaya Tahun Penelitian 2013 Variabel Komunikasi Interpersonal (X) , Penyesuaian Diri (Y) Obyek Penelitian Siswa kelas VII SMP 6 Madiun Metodologi Penelitian di atas menggunakan metode analisis data korelasi product moment untuk menguji hubungan antar dua variabel. Instrumen penelitian menggunakan pemodelan skala Likert, dan menggunakan uji validitas, uji normalitas, uji linieritas, dan uji hipotesis. 10 Hasil Penelitian Skala komunikasi interpersonal dan skala penyesuaian diri sangat reliable dengan nilai koefisien 0,934 (X) dan 0,910 (Y). Ada hubungan yang signifikan antara komunikasi interpersonal dengan penyesuaian diri pada siswa SMP Negeri 6 Madiun, dengan koefisiensi korelasi sebesar 0,436. Perbedaan Penelitian di atas menggunakan uji linieritas, sedangkan pada penelitian ini tidak menggunakan uji linieritas. Variabel Y pada penelitian di atas bukan konflik melainkan penyesuaian diri. Persamaan Jenis penelitian kuantitatif Menggunakan uji validitas, normalitas, realibilitas, dan uji hipotesis. Komunikasi interpersonal menjadi variabel X. 11 Tabel 2.2. Hubungan Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dalam Keluarga dengan Motivasi Belajar Anak di Sekolah Sumber Penelitian Octo Jaya Abriyoso, Kismiyati El Karimah, dan Pramono Benyamin. Universitas Padjajaran. Tahun Penelitian 2012 Variabel Komunikasi Antarpribadi (X) , Motivasi Belajar (Y) Obyek Penelitian Siswa SMPN 14 Bandung Metodologi Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif, dengan metode analisis data metode korelasi dengan teknik korelasi uji statistic Rank Spearman. Teknik pengumpulan data dengan menyebarkan angket, wawancara, dan studi pustaka bagi penelitian ini. Hasil Penelitian Terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi antarpribadi dengan motivasi intrinsik anak. Terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi antarpribadi dengan motivasi ekstrinsik anak. Perbedaan Variabel Y pada penelitian di atas bukan tentang penyelesaian konflik antar pribadi. Persamaan Menggunakan jenis penelitian kuantitatif Menggunakan uji korelasi 12 Tabel 2.3 Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Pasutri dengan Keharmonisan Dalam Pernikahan Sumber Penelitian Nyoman Riana Dewi, Hilda Sudhana Universitas Udayana Tahun Penelitian 2013 Variabel Komunikasi Interpersonal (X), Keharmonisan (Y) Obyek Penelitian Istri yang bekerja yang berada di wilayah Denpasar Metodologi Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan validitas, korelasi, reliabilitas, normalitas, dan uji liniaritas. Hasil Penelitian 1. Ada hubungan positif antara komunikasi interpersonal pasutri dengan keharmonisan dalam rumah tangga. 2. Ada hubungan signifikan antara komunikasi interpersonal pasutri dengan keharmonisan dalam rumah tangga. Perbedaan Variabel Y pada penelitian ini bukan tentang penyelsaian konflik antarpribadi, tetapi tentang keharmonisan. Persamaan Penelitian di atas sama-sama memiliki variabel X komunikasi interpersonal. Menggunakan jenis penelitian kuantitatif, menggunakan uji validitas, korelasi, reliabilitas, normalitas, dan uji linearitas. 13 Tabel 2.4 Relationship Between Interpersonal Communication Skills and Organizational Commitment Sumber Penelitian Jahad Keshavarzi University of Qom, Iran Tahun Penelitian 2012 Variabel Interpersonal Communication (X), and Organizational Commitment (Y) Obyek Penelitian University of St. Thomas Metodologi The used tool was questionnaire. The statistical community included public organizations in Qom city among which two organizations were selected randomly. Sampling was also conducted randomly in both organizations. Finally, 106 individuals responded to questionnaire items Hasil Penelitian The findings of the research show that among existing skills in the model, just team building skill has a significant relation with organizational commitment. Perbedaan Dalam penelitian di atas menggunakan model Robbins and Hunsaker. Variabel Y bukan mengenai penyelesaian konflik antaroribadi. Persamaan Variabel X interpersonal. adalah komunikasi 14 Tabel 2.5 The Effect of Interpersonal Communication, Organizational Culture, Job Satisfaction, and Achievement Motivation to Organizational Commitment of State High School Teacher in the District Humbang Hasundutan, North Sumatera, Indonesia Sumber Penelitian Tiur Asi Siburian Department of Indonesian Education State University of Medan. Tahun Penelitian 2013 Variabel The Effect of Interpersonal Communication, Organizational Culture, Job Satisfaction, and Achievement Motivation(X), Commitment of State High School Teacher (Y) Obyek Penelitian The study population was State high school teacher as many as 354 people Metodologi The research questionnaire instrument with was Likert a scale developed by making synthetic variables of these theories to be measured, defining the construct of the variables, developing dimension making and lattice indicator variables, instrument grid, specifying the amount or the parameter range that moves in a continuum, and writing instrument items that can form a statement or question. Development of research instruments is done by carrying 15 out trials to produce an instrument that meets the requirements of validity and reliability. Hasil Penelitian Interpersonal communication directly affect teacher job satisfaction.In other words, the better the Interpersonal Communication, satisfaction of Interpersonal affect th higher teachers. communication teachers the job Second. directly Organizational Commitment. In other words, the better the Interpersonal Communications, the higher teachers' Organizational Commitment. . Perbedaan Dalam penelitian di atas terdapat 4 variabel X, dan 1 variabel Y. Persamaan Penelitian di atas memiliki variabel komunikasi interpersonal.Menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data responden. 2.2. Landasan Teori 2.2.1 Pengertian Komunikasi Berasal dari bahasa inggris “communication” dan bahasa latin “communication” yang berarti sama, sama di sini adalah makna. Artinya, tujuan dari komunikasi adalah untuk membuat persamaan antara komunikator dan komunikan. Keberhasilan komunikasi ditandai oleh adanya persamaan persepsi terhadap makna atau membangun makna secara bersama pula (Dasrun Hidayat, 2012 : 2). Berlangsungnya komunikasi menyebabkan 16 terjadinya hubungan antara penyampai pesan dengan penerima pesan. Komunikasi seseorang dengan orang lain dapat dilihat dari segi : 1. Frekuensi Hubungan Makin sering seseorang mengadakan hubungan dengan orang lain, makin 2. baik hubungan sosialnya. Intensitas Hubungan Yaitu mendalam atau tidaknya seseorang dalam mengadakan hubungan/kontak sosialnya. 3. Popularitas Hubungan Banyak atau sedikitnya teman dalam hubungan sosial. 2.2.2. Dimensi Komunikasi Proses penyampaian pesan ataupun pertukaran informasi mempunyai berbagai dimensi: 2.2.2.1 Komunikasi Verbal dan Non Verbal Pada dasarnya, komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok. Komunikasi verbal dan non verbal adalah jenis komunikasi. Pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Komunikasi verbal mencakup aspek-aspek berupa perbendaharaan kata-kata, kecepatan, dan intonasi suara. Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti. Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau tidak terlalu lambat. Intonasi suara akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehinga pesan akan 17 menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proporsional merupakan hambatan dalam berkomunikasi. Komunikasi non verbal adalah pesan-pesan yang diekspresikan dengan sengaja atau tidak sengaja melalui gerakan-gerakan, tindakan-tindakan, perilaku atau suarasuara atau vokal yang berbeda dari penggunaan kata-kata dalam bahasa verbal. Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal (Dasrun Hidayat, 2012 : 14) . 2.2.2.2 Komunikasi Satu Arah dan Dua Arah Komunikasi satu arah adalah komunikasi dari komunikator kepada komunikan. Berdasar pada hubungan komunikator dan penerima pesan, maka terdapat atau tidak terdapat kesempatan bagi penerima pesan memberikan reaksi kepada komunikator. Bilamana “komunikasi dua-arah” adalah mungkin, maka komunikator dapat mendapatkan “umpan balik” tentang konsekuensi-konsekuensi pesannya. Dengan demikian komunikator dapat mengevaluasi apakah penerima menaruh perhatian terhadap pesannya, memahami dan bersedia menerimanya (Kenneth N. Wexley dan Gary A.Yuki, 2005 : 72). Dalam komunikasi seperti itu yang ditekankan adalah arus pesan. Komunikasi satu arah pada umumnya lebih cepat dan efisien, lebih rapid an beraturan, kurang cermat, digunakan apabila komunikator ingin agar kesalahan-kesalahannya tidak diketahui, apabila ingin melindungi kekuasaannya dengan cara menyalahkan penerima bahwa pesan tidak diterima. Sedangkan komunikasi dua arah pada umumnya lebih lamat tetapi lebih cermat, penerima merasa lebih yakin akan dirinya, tampak lebih 18 kacau dan ramai karena terjadi banyaknya interupsi, dan komunikas lebih mudah dikecam karena penerima dapat melihat kesalahan dan kekhilafan yang terjadi. 2.2.3. Pengertian Komunikasi Interpersonal Komunikasi antarpribadi merupakan bentuk lain dari komunikasi seperti komunikasi intrapersonal, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Istilah lain dari komunikasi antarpribadi yaitu komunikasi interpersonal. Komunikasi yang terjadi di antara 2 orang yang mempunyai hubungan yang jelas di antara mereka. Komunikasi interpersonal merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan feedback yang langsung. Pertemuan antara dua orang atau mungkin empat orang yang terjadi spontan dan tidak berstruktur (Dasrun Hidayat, 2012 : 41-42). Komunikasi interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman dan penerimaan pesan antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat mencakup semua aspek komunikasi seperti mendengarkan, membujuk, menegaskan, komunikasi non verbal, dan banyak lagi. Sebuah konsep utama komunikasi interpersonal terlihat pada tindakan komunikatif ketika ada individu yang terlibat tidak seperti interaksi kelompok, dimana mungkin ada sejumlah besar individu yang dalam tindakan komunikatif (Sarwono, 2009). 2.2.4 Karakteristik Komunikasi Interpersonal Berikut karakteristik komunikasi dalam komunikasi interpersonal (Dasrun Hidayat, 2012 : 44-46) : 1. Komunikasi interpersonal bersifat dialogis, dalam arti dalam arus balik antara komunikator dengan komunikan terjadi langsung atau tatap muka sehingga pada saat itu juga komunikator dapat mengetahui 19 secara langsung tanggapan dari komunikan dan secara pasti akan mengetahui apakah komunikasinya positif, negatif, dan berhasil atau tidak. 2. Komunikasi interpersonal melibatkan jumlah orang terbatas. Artinya, komunikasi interpersonal hanya melibatkan dua orang atau tiga orang lebih dalam berkomunikasi. Jumlah yang terbatas ini mendorong terjadinya keintiman dengan lawan komunikasi. 3. Komunikasi interpersonal terjadi secara spontan. Sering terjadi tanpa ada perencanaan atau direncanakan. Sebaliknya, komunikasi terjadi secara tiba-tiba, tanpa terstruktur dan mengalir secara dinamis. 4. Komunikasi interpersonal bersifat keterbukaan, yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi.Keterbukaan sangat berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi antar pribadi yang efektif. 5. Komunikasi interpersonal bersifat positif. Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.Komunikasi interpersonal bersifat empati. 6. Merasakan apa yang dirasakan orang lain. Komunikasi interpersonal dapat berlangsung kondusif apabila komunikator menunjukkan rasa empati pada komunikan. Surya (Sugiyo, 2005) mendefinisikan bahwa empati adalah sebagai satu kesediaan untuk memahami orang lain secara baik. Komunikasi interpersonal tidak dapat dihindari karena sudah menjadi bagian hidup manusia, sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat melepaskan hubungan dengan orang lain. Komunikasi interpersonal dapat dipelajari, dalam sosiologi proses ini sering disebut dengan sosialisasi yang pada dasarnya menggambarkan bagaimana seseorang belajar berkomunikasi dengan orang lain, bahkan sejak kecil sudah diajarkan bagaimana berkomunikasi baik melalui warna, gerakan, bunyi- 20 bunyi, sapaan sampai dengan penggunaan kata-kata Lukas Dwiantara dan Suharsono (2013:94). 2.2.5 Tujuan Komunikasi Interpersonal Tujuan komunikasi interpersonal menurut Dasrun Hidayat (2012 : 55) antara lain: 1. Mengenal diri sendiri dan orang lain Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah untuk mengenaldiri sendiri dan mengenal orang lain. 2. Mengetahui dunia luar Seseorang melakukan komunikasi interpersonal untuk medapatkan informasi atau pengetahuan mengenai dunia luar. 3. Menciptakan dan memelihara hubungan yang bermakna Dengan komunikasi interpersonal dapat menciptakan dan memelihara hubungan yang bermakna. 4. Mengubah sikap dan perilaku orang lain Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang secara langsung maupun tidak langsung. 5. Bermain dan mencari hiburan Ada kalanya, seseorang melakukan komunikasi interpersonal hanya untuk sekedar mencari kesenangan atau hiburan. 6. Membantu orang lain Para pakar psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka kepada kliennya untuk diarahkan. 2.2.6 Dimensi Kualitas Efektifitas Komunikasi Interpersonal Ada 3 sudut pandang yang dapat digunakan untuk memaknai dimensi dari efektifitas komunikasi antarpribadi, yaitu humanistik, sudut pandang pragmatis, dan pergaulan sosial dan kesetaraan. 21 1. Sudut pandang humanistik, melihat komunikasi antar pribadi yang efektif ditandai oleh dimensi-dimensi yang mampu menciptakan hubungan antar manusia yang superior. 2. Sudut pandang pragmatis menekankan pencapaian efektifitas komunikasi interpersonal melalui dimensi perilaku komunikator. 3. Sudut pandang pergaulan sosial dan kesetaraan menyatakan pencapaian efektifitas komunikasi interpersonal terjadi ketika kita berkomunikasi suatu manfaat yang kita peroleh dari hubungan tersebut lebih besar dibanding biaya yang harus kita keluarkan. 2.2.7 Pengertian Konflik “Konflik adalah satu perselisihan atau perjuangan di antara dua pihak yang ditandai dengan menunjukkan permusuhan secara terbuka dan atau menganggu dengan sengaja pencapaian tujuan pihak yang menjadi lawannya” (Kenneth N,Wexley dan Gary A. Yuki, 2005 : 229). Konflik antar pribadi dan antar kelompok, dalam batas-batas tertentu, terjadi dalam setiap organisasi dan merupakan suatu bagian yang alami dalam pergaulan sosial. Bila konflik berlebihan, organisasi dapat pecah sebagian dan tidak dapat digerakkan. Konflik dapat memiliki konsekuensi-konsekuensi yang positif maupun negatif, dan yang mennjadi tujuan manajemen konflik adalah mengatur sedemikian rupa sehingga keuntungan-keuntungannya dapat dipertahankan serta akibat-akibat sebaliknya dapat diminimalisir. Dalam konflik antar pribadi prinsip-prinsip efektifitas antarpribadi menghadapi ujian paling berat. Selama konflik antarpribadi hampir tidak mungkiin menahan diri sejenak, menganalisis situasi dan mengevaluasi prinsip efektivitas yang mungkin paling relevan. Menurut Danang Sunyoto (2013:30) konflik adalah ketidaksetujuan antara dua atau lebih anggota organisasi atau kelompok-kelompok dalam organisasi yang timbul karena mereka harus menggunakan sumber daya yang langka secara bersama-sama, atau menjalankan kegiatan bersama-sama atau karena mereka mempunyai status, tujuan, nilai-nilai dan persepsi yang berbeda. 22 Dalam konflik antarpribadi prinsip-prinsip efektifitas antarpribadi menghadapi ujian paling berat. Selama konflik antarpribadi individu hampir tidak dapat menahan diri, menganalisis situasi, dan mengevaluasi prinsip efektifitas yang mungkin paling relevan (Joseph A. DeVito, 2011 : 299). 2.2.8 Dimensi Manajemen Konflik yang Efektif Adapun dimensi manajemen konflik yang efektif adalah sebagai berikut : 1. Berkelahi secara sportif. Pada hubungan antarpribadi, kiita tahu di mana garis batas yang harus ditarik khususnya dalam hubungan yang berlangsung lama. Setiap individu harus saling menjaga agar hanya akan menyerang daerah yang tidak menyakiti pihak lawan dan yang tidak akan menyebabkan semakin parahnya konflik. 2. Bertengkar secara aktif Maksud bertengkar secara aktif adalah merencanakan peran aktif di dalam konflik antarpribadi, dan tidak menghindar dari konflik karena akan menyebabkan konflik akan semakin lama diselesaikan. 3. Bertanggung jawab atas pikiran dan perasaan diri. Jika seseorang sedang tidak sependapat dengan orang lain, maka haruslah individu itu bertanggung jawab atas perasaannya dengan tidak mengelakkan tanggung jawab perasaanya. Bertanggung jawab secara eksplisit. 4. Langsung dan spesifik Langsung dan spesifik disini maksudnya adalah memusatkan atau fokus pada konflik yang saat itu terjadi, dan dengan pada seseorang yang memang menjadi lawan konflik yang terkait. 5. Humor untuk meredakan ketegangan 23 Humor dapat memperparah keadaan konflik apabila digunakan untuk menjatuhkan lawan, dan dapat berlaku sebaliknya apabila dijadikan sebagai strategi untuk memenangkan konflik. 2.2.9 Sebab-Sebab Pemula Dari Konflik Konflik terhadi disebabkan oleh berbagai jenis kondisi pendahulu. Enam kategori penting dari kondisi-kondisi pemula adalah : a. Persaingan terhadap sumber-sumber Sumber-sumber yang dimaksud seperti dana anggaran, ruang, pengadaan bahan, personalia, seta pelayanan pendukung. Semakin langka pengadaan sumber-sumber yang relative banyak diperlukan oleh pihak lawan, semakin besar kemungkinan konflik yang berkembang. b. Ketergantungan Tugas Konflik mungkin terjadi jika keduanya mempunyai tujuan-tujuan atau prioritas-prioritas yang berbeda. Semakin besar perbedaan dalam orientasi tujuan untuk kelompok seseorang, semakin besar kemungkinan konflik akan berkembang. c. Kekaburan Batas-batas Bidang Kerja ( Jurisdictional Ambiquity) Konflik mungkin terjadi apabila adanya ketimpangan dalam tanggung jawab dan salah satu pihak berusaha untuk melakukan lebih banyak pengendalian atas perilaku-perilaku yang disukainya. d. Masalah Status Jenis konflik disebabkan persepsi atas ketidakadilan dalam hal ganjaran, penugasn kerja, kondisi-kondisi kerja, serta simbol status. e. Sifat-Sifat Individu 24 Perilaku konflik mudah terjadi bila satu pihak sangat dogmatis dan otoriter serta rendah harga dirinta. Konflik lebih mudah berkembang jika masing-masing individu sangat ambisi dan memiliki kebutuhan yang kuat, yang akan dipuaskan dengan kemenangan. 2.2.10 Kerangka Pemikiran Fenomena Pengaruh Komunikasi k Interpersonal Terhadap Penyelesaian Konflik Antarpribadi Pada Karyawan PT. Pertamina Hulu Energi - West Madura Offshore, Jakarta. Komunikasi Interpersonal (X) a. Dialogis b. Jumlah orang terbatas c. Spontan d. Empati Metode Analisis Kuantitatif digunakan untuk menguji pengaruh komunikasi interpersonal terhadap penyelesaian konflik antarpribadi pada karyawan PT. Pertamina Hulu Energi – West Madura Offshore, Jakarta e. Keterbukaan (Dasrun Hidayat, 2012:44-46) HIPOTESIS Ha = r ≠ 0 Manajemen Konflik Ho = r = 0 1. Berkelahi secara sportif 2. Bertengkar secara aktif 3. Bertanggung jawab atas pikiran dan perasaan diri Hasil Penelitian 4. Langsung dan spesifik 5. Humor untuk meredakan ketegangan. (Joseph A.Devito, 2011:300) Kesimpulan dan saran