CASE PRESENTATION CORONARY ARTERY DISEASE Presentan : Ran y Mon ic a R , dr. STABLE ANGINA & OLD Kel om pok 1 : INFARCT Muham ma MYOCARDIAL d Ima m S, dr Briska Su dj ana , dr. Soraya In t an Perm at asari, dr. Di ni Qurrotu Ain i, dr. Bel yza Ch a ni ago,dr. Ri zkia Arifi an n e , dr. RSU D Gun un g Ja ti Kota Ci rebon PENDAHULUAN Kasus rekaan atau asli Alasan mengapa kasus ini diajukan Yang menarik dari kasus ini Fokus pembicaraan Masalah pada kasus ini Tujuan presentasi ini DATA ADMINISTRASI PASIEN Nama • Tn. IP Nomor Rekam Medis • 893088 Pekerjaan • Pensiunan PNS Status Sosial Pasien Tanggal masuk RS Tanggal pemeriksaan • BPJS • 21 April 2016 • 25 April 2016 DATA DEMOGRAFIS Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 67 tahun Alamat : Jalan Kamper III No. 135, RT/ RW 05/06, Kec. Talun, Kabupaten Cirebon Pekerjaan : Pensiunan PNS Status Marital : Menikah Agama : Islam Suku : Sunda Bahasa ibu : Sunda DATA BIOLOGIK Tinggi Badan : 155 cm Berat Badan : 65 kg BMI : 27. 1 (Obese I) Habitus : ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS) Keluhan utama : Sesak Napas Riwayat Penyakit Sekarang : Sesak napas dirasakan sejak + 2 hari SMRS, hilang timbul. Sesak nafas dirasakan saat pasien beraktifitas . ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS) Keluha n uta ma : Ses ak Nap as Riw a y at Peny akit S ekara ng : S es a k nap as d irasakan se jak + 2 hari SMRS , hilang timb ul. S es a k nafas d irasa kan s aat p asien b eraktifi tas . Keluhan ini ba r u p ertama kali d ialami ole h pas ien. Ke luhan s esak se makin b er a t s aat + 2 ja m S MRS , terus menerus , muncul saa t p asien b era ktivitas b erat (berjalan 2 km). S esak nafas d ap at diring inkan saat p asien be ristirahat d an dip erb erat d eng an a ktiv itas. Keluhan ini d ia kui cukup meng ang gu kegiatan se harihari p asien ANAMNESIS Sesak nafas disertai dengan nyeri dada yang tidak dapat ditunjuk, namun tidak menjalar selama kurang dari 10 menit. Keluhan nyeri dada diperberat dengan aktivitas dan dapat diringankan dengan ISDN. Keluhan disertai dengan berdebar-debar namun tidak disertai mual, muntah, serta keringat dingin atau pingsan. RPS S e s ak n ap as : Ti d a k d i s e r tai d e n g an b e n g kak d i ke d u a tu n gkai . Pa s i e n s aat i n i m e n g g u n a kan h an y a 1 b an ta l s aa t ti d u r , ti d ak m e r as a s e s ak ap a b i l a b e r b a r i n g , d a n ti d ak ad a ke l u h an s e r i n g b u an g ai r ke c i l p ad a m a l am h ar i . S e s ak n ap a s ti d ak d i s e r tai d e n ga n s u a r a m e n g i , b u n y i m e n g o ro k, b a tu k, d e m am , p e n ur u n an be r at b ad a n , ke r i n g at m a l am S e s ak n afas ti da k di p e n g a r u h i d e n ga n p e r u b ah a n c u ac a d an p e r u b ah a n p o s i s i Nyeri dada : - Tidak disertai dengan nyeri ulu hati, rasa panas di dada, rasa asam di mulut Tidak didahului dengan batuk lama Tidak dipengaruhi dengan posisi Tidak ada keluhan BAK dan BAB RPD Keluhan nyeri dada pertama kali dirasakan pasien + sejak 6 bulan yang lalu. Nyeri dada dirasakan saat beraktivitas berat dan merasakan stress emosi (istri meninggal), dirasakan seperti tertindih beban berat dan menjalar ke rahang kiri selama lebih dari 20 menit. Nyeri dada disertai dengan mual, muntah, keringat dingin dan pingsan. Sejak saat itu, pasien dibekali obat ISDN yg ditaruh di bawah mulut dan terdapat perbaikan. Sejak saat itu, pasien sering mengeluhkan nyeri dada apabila beraktivitas berat namun masih dapat diringankan dengan istirahat dan ISDN 5 mg RPD riwayat darah tinggi (-) kencing manis (-) asam urat(-) pengobatan paru (-) Sakit jantung koroner namun jarang kontrol Riwayat merokok (+) sejak 20 tahun yang lalu + setengah bungkus per hari Riwayat kolestrol tidak diketahui Namun pasien sering mengkonsumsi makanan berminyak, dan tidak terlalu menjaga makan dengan baik Pasien jarang berolahraga ANAMNESIS TAMBAHAN Pasien telah 4 hari dirawat di RSUD Gunung Jati dan telah diberikan pengobatan berupa infus D5, Cedocard, Clopidogrel, Bisoprolol, Trizedon. Dan mengalami perbaikan Pasien diberikan oksigen 3 liter per menit setiap sesak atau nyeri dada PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum • Pasien tampak sakit sedang • Gizi : cukup • Kesadaran : composmentis Tanda-tanda vital TD : 130/80 mmHg Suhu : 36,8°C Nadi : 90x/menit Pernafasan : 22x/menit 4/30/16 PEMERIKSAAN FISIK Kepala Konjungtiva anemis -/- , sklera tidak ikterik -/ Pupil bulat isokor Refl eks cahaya +/+ Bibir dan mukosa mulut lembab Leher Tidak ada deviasi trakea Tidak terlihat pembesaran tiroid JVP 5+2 cmH20 KGB tidak teraba 4/30/16 PEMERIKSAAN FISIK Thor a ks B entuk thoraks datar S ud ut epig astrium < 9 0 S ela iga tidak melebar Cor Insp eksi : Ictus cordis tidak tamp ak Pa lp a si : Punc tum maximum teraba Perkusi : Batas jantung kanan : linea sternalis dextra Batas jantung kiri : 1 cm lateral linea midclavicularis sinistra Batas atas : ICS III sinistra Aus kultasi : Bunyi jantung : murni, reg uler 4/30/16 PEMERIKSAAN FISIK Pulmo Inspeksi : Pergerakan simetris Batas paru hepar ICS V dextra, peranjakan 2 cm Palpasi : Vokal fremitus normal ki=ka Perkusi : sonor Auskultasi : VBS ki=ka, Ronki -/-, Wheezing -/- 4/30/16 PEMERIKSAAN FISIK Abdomen Inspeksi : Bentuk datar, supel Palpasi : Lembut Hepar dan lien tidak teraba Ginjal tidak teraba Perkusi : timpani, Ruang traube kosong Auskultasi : BU (+) normal Ekstremitas Edema pitting ekstremitas bawah -/ Acral hangat, CRT < 2 detik 4/30/16 PEMERIKSAAN PENUNJANG Darah rutin : Hb, Hct, Eritrosit, Leukosit, Trombosit GDS Fungsi Ginjal (Ureum, Kreatinin) Fungsi Hepar ECG Rontgen 4/30/16 HASIL PEMERIKSAAN Darah Rutin : Hb : 11,9 g/dl (Normal) Leukosit : 5.300 sel/UI (Normal) Hct : 35% (Normal) Trombosit : 350.000 sel/UI (Normal) Fungsi Ginjal: Ureum : 18.75mg/dl Kreatinin : 1.25 GDS : 145 Fungsi hepar SGOT : 25 SGPT : 20 4/30/16 (Normal) (Normal) (Normal) (Normal) (Normal) USULAN LAIN Kolesterol total Kolesterol HDL Kolesterol LDL Trigliserida Asam urat Profi l biomarker dia, HR : 115 bpm Deviation mal mal n lead inferior (II, III ,avF) sif , ST depresi (-), ST elevasi (-), EKG THORAX PA -Trakea di tengah -Hilar tidak membesar -Diagframa normal -Sudut costophrenic lancip, perselubungan (-) -Cor : apeks bergeser ke laterokaudal -Jantung membesar > 50 % -Elongatio aorta dan kalsifikasi arkus aorta -Pulmo : Corakan vaskular kasar. Tidak ada bercak halus pada kedua lapang paru Kesan Kardiomegali (LVH) Elongatio aorta dan kalsifkasi arkus aorta Bronkhitis FOLLOW UP HARIAN 22/04/2016 S : sesak (-), Nyeri dada (+) O : T : 1 3 0 /8 0 N: 90 J V P 5 + 2 c m H 20 m u rm u r ( - ) edema -/A : CAD P : B e d re s t , - Infus D5 20 Diet lunak tetes/menit 02 3 lpm - C e d o c a rd 1x 5 m g C P G 1 x 7 5 m g - B i s o p ro l o l 1x2.5mg Tr i z e d o n 2 x 1 23/04/16 S : sesak (-), Nyeri dada (+) O : T : 13 0 / 8 0 N: 88 JVP 5+2 cmH20 m u rm u r ( - ) edema -/A : CAD P : B e d re s t , - Infus D5 20 Diet lunak tetes/menit 02 3 l p m - C e d o c a rd 1 x 5m g C P G 1 x 7 5 m g - B i s o p ro l o l 1x 2 . 5 m g Tr i z e d o n 2 x 1 FOLLOW UP HARIAN 24/04/2016 S : sesak (-), Nyeri dada (+) O : T : 1 3 0 /8 0 N: 78 J V P 5 + 2 c m H 20 m u rm u r ( - ) edema -/A : CAD P : B e d re s t , - Infus D5 20 Diet lunak tetes/menit 02 3 lpm - C e d o c a rd 1x 5 m g C P G 1 x 7 5 m g - B i s o p ro l o l 1x2.5mg Tr i z e d o n 2 x 1 DIAGNOSIS BANDING Stable Angina DD/ - Angina Prinzmental - Unstable Angina Pectoris KOMENTAR Dari hasil pemeriksaan penunjang, didapatkan : EKG mengalami abnormalitas Rontgen terdapat abnormalitas Mendukung diagnosis, - CHF ec CAD (Stable Angina) - CAD (Stable Angina DD/ Unstable Angina) DIAGNOSIS CAD Anamnesis Nyeri dada yang tak bisa ditunjuk dan menjalar, muncul saat aktivitas dan disertai keluhan parasimpatis Pemeriksaan Fisik Kardiomegali Pemeriksaan Penunjang ECG : inferior Old Myocardial infarct 4/30/16 STRATEGI PENANGANAN MASALAH Untuk Diagnosis Klinis : 4/30/16 Bed rest Infus D5 20 tetes/menit Diet lunak 02 3 lpm Cedocard 5mg CPG 1x 75 mg Bisoprolol 1x 5 mg Trizedon 2x35 mg STRATEGI PENANGANAN MASALAH Bed Rest Infus D5 Cedocard Diet Lunak Isosorbid Dinitrat Antianginal or cardiac load–reducing agent—Not specifically known 02 but thought to cause a reduction of myocardial oxygen demand. This is attributed to a adenosine reduction in CPG Anti ADP Clopidogrel inhibits Concor 1x1 (ADP) BISOPROLOL 5/10 to MG Bisoprolol is a left ventricular preload afterload because of diphosphate fromand binding its receptor sites highly beta-adrenoceptor antagonist venous (predominantly) and arterial dilation on the beta1-selective platelets and subsequent activation ofwith a with low beta2-receptor affinity. It has no intrinsic more efficient redistribution of blood flow within energi the Trizedon Trimetazidine metabolisme glycoprotein GP IIb/IIIa melindungi complex thus preventing sympathomimetic activity nor membrane-stabilising myocardium. sel terkenabinding, hipoksia atau iskemia, sehingga mencegah fibrinogen platelet adhesion and aggregation properties. reduces blood pressure, and by blockade penurunan It ATP intraseluler. Efek ini trimetazidine of the cardiacbahwa beta1-receptors, it reduces cardiac memastikan pompa ion natrium-kalium dan action, and hence myocardial oxygen demand. transmembran mengalir berfungsi dengan baik dan Kendaron 4/30/16 homeostasis sel dipertahankan. STRATEGI PENANGANAN MASALAH Untuk Diagnosis Psikologis : Batasi aktivitas Sedia ISDN Untuk Diagnosis Sosial : . PROGNOSIS Quo ad vitam : dubia ad malam Quo ad functionam: dubia ad malam GRADING ANGINA PECTORIS BERDASARKAN KLASIFIKASI CANADIAN CARDIOVASCULAR SOCIETY Kelas Keterangan I Aktivitas fisik sehari-hari tidak menyebabkan angina (misal: berjalan atau naik tangga). Angina terjadi pada aktivitas berat, cepat, atau berlangsung lama. II Hambatan ringan terhadap aktivitas fisik sehari-hari. Angina terjadi bila berjalan atau naik tangga dengan cepat, mendaki bukit, berjalan atau naik tangga sesudah makan, dalam cuaca dingin, sewaktu hujan atau stres emosional, atau hanya beberapa jam setelah bangun tidur. Angina timbul bila jalan lebih dari dua blok pada jalan datar atau naik tangga lebih dari satu tingkat dengan tempo biasa dan dalam keadaan biasa. III Hambatan berat terhadap aktivitas fisik sehari-hari. Angina terjadi saat berjalan 1-2 blok pada jalan datar dan naik tangga 1 tingkat dengan tempo biasa dan dalam keadaan biasa. IV Ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik apapun tanpa keluhan, gejala dapat terjadi dalam keadaan istirahat. KONSULTASI Sesuai dengan SOP RS Rujuk ke Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah EDUKASI CAD adalah penyakit yang menyerang pembuluh darah jantung Faktor resikonya dibagi menjadi 2, Yang tidak dapat dimodifi kasi : Umur > 45 tahun, jenis kelamin laki-laki, genetik (HT, DM) Yang dapat dimodifi kasi : dislipidemia, tobacco, HT, DM, aktivitas fi sik yang kurang, penurunan estrogen EDUKASI Komplikasi EDUKASI JALAN KELUAR Men jalani pengobatan medikamentosa Perawatan : Bedrest 7-14 hari untuk mencegah terjadi komplikasi perdarahan atau perforasi usus. Posisi tubuh diubah-ubah untuk mencegah dekubitus Diet : diet lunak ren dah serat Pentin gnya memperhatikan kualitas makanan dan minuman . OBAT Sebelum menggun akan obat an tibiotik u ntuk tifoid, dilih at apakah terdapat disfungsi ginjal dan hati, serta jelaskan efek samping obat yang dapat menyebabkan gan gguan GI, urtikaria PERAN PASIEN DAN KELUARGA Pasien meminum obat antibiotik sampai dengan 7 hari bebas demam Diet dimulai dengan diet lunak Pasien sebaiknya menghindari makan makanan di sembarang tempat dan mulai memperhatikan kebersihan makanannya Keluarga dan pasien membiasakan diri cuci tangan IDENTIFIKASI RISIKO Pasien memiliki risiko untuk kambuh sehingga penting bagi pasien dan keluarganya untuk TERIMA KASIH ANGINA TAK STABIL Angina tak stabil adalah rasa tidak enak pada dada atau lengan yang memiliki salah satu karakteristik di bawah ini, yaitu: 1. rest angina: keluhan muncul saat istirahat atau aktivitas minimal yang berlangsung selama > 20 menit. 2. New onset angina: angina baru dengan minimal grade CCS kelas III. 3. Increasing angina: angina yang semakin sering, semakin lama durasinya, dan semakin rendah tresholdnya (misal: peningkatan >= 1 kelas CCS ke minimal CCS kelas III). Angina pektoris tak stabil dan infark miokard akut tanpa elevasi ST diketahui merupakan suatu kesinambungan dengan kemiripan patofi siologi dan gambaran klinis sehingga pada prinsipnya penatalaksanaan keduanya tidak berbeda. Diagnosa NSTEMI ditegakkan jika pasien dengan manifestasi klinis APTS menunjukkan bukti adanya nekrosis miokard berupa peningkatan biomarker jantung. ANAMNESIS Nyeri atau rasa tidak nyaman di dada biasanya berlokasi retrosternal, sentral, atau di dada kiri menjalar ke rahang atau ke lengan atas. Rasanya seperti dipukul, ditekan, atau terbakar. Berat ringannya nyeri bervariasi. Sulit untuk membedakan antara gejala STEMI dan APTS/NSTEMI. Gejala yang tidak tipikal seperti rasa lelah yang tidak jelas, nafas pendek, rasa tidak nyaman di epigastrium atau mual dan muntah dapat terjadi MANIFESTASI KLINIS nyeri dada yang berlokasi di substernal atau terkadang pada epigastrium yang menjalar ke leher, bahu kiri, dan lengan kiri, dapat berlangsung hingga 30 menit dan dapat membangunkan penderita dari tidur. Penderita tampak berkeringat, kulit pucat dan dingin, mual, muntah, dan palpitasi Pada pemeriksaan klinis dapat ditemukan sinus takikardi, bunyi jantung S3 dan/atau S4, ronki, sistolik murmur akibat mitral regurgitasi selama atau setelah episode iskemik, terkadang hipotensi. Tetapi hal ini tidak spesifi k untuk unstable angina. ELEKTROKARDIOGRAFI Gambaran diagnosis dari EKG adalah: depresi segmen ST > 0,05 mV Inversi gelombang T, ditandai dengan > 0,2 mV inverse gelombang T yang simetris di sandapan prekordial DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis nyeri dada yang khas dan gambaran EKG : adanya elevasi ST ≥2mm, minimal pada 2 sandapan perikordial yang berdampingan atau ≥1mm pada 2 sandapan ekstremitas Pemeriksaan enzim jantung: terutama troponin T meningkat terapi revaskularisasi segera prinsip utama penatalaksanaan adalah time is muscle. ANAMNESIS Pasien datang dengan keluhan nyeri dada anamnesa cermat apakah nyeri dada tersebut berasal dari jantung atau dari luar jantung Dicurigai berasal dari jantung : bedakan apakah nyeri berasal dari koroner atau bukan Apakah ada riwayat infark miokard sebelumnya serta faktor-faktor resiko seperti hipertensi, DM, dislipidemia, merokok, stress, serta riwayat sakit jantung koroner pada keluarga NYERI DADA Sifat nyeri dada angina sebagai berikut : Lokasi : substernal, retrosternal, dan prekordial Sifat nyeri : rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir Penjalaran biasanya ke lengan kiri, dapat juga ke leher, rahang bawah, gigi, punggung/interskapula, perut, dan dapat juga ke lengan kanan Nyeri membaik/ hilang dengan istirahat atau obat nitrat Faktor pencetus : latihan fi sik, stress emosi, udara dingin, dan sesudah makan Gejala yang menyertai : mual, muntah, sulit bernapas, keringat dingin, cemas, dan lemas PEMERIKSAAN FISIS Sebagian besar pasien cemas dan tidak bisa istirahat (gelisah). Seringkali ekstremitas pucat disertai keringat dingin. Kombinasi nyeri dada substernal >30 menit dan banyak keringat dicurigai kuat adanya STEMI. Sekitar seperempat pasien infark anterior mempunyai manifestasi hiperaktivitas saraf simpatis (takikardia dan/atau hipotensi) dan hampir setengah pasien infark inferior menunjukkan hiperaktivitas parasimpatis (bradikardia dan/atau hipotensi). Tanda fi sis lain pada disfungsi ventricular adalah S4 dan S3 gallop, penurunan intensitas bunyi jantung pertama dan split paradoksikal bunyi jantung kedua. Dapat ditemukan murmur midsistolik atau late sistolik apical yang bersifat sementara karena disfungsi apparatus katup mitral dan pericardial friction rub. Peningkatan suhu sampai 38 o C dapat dijumpai dalam minggu pertama pada STEMI. ELEKTROKARDIOGRAM Pemeriksaan ini harus dilakukan segera dalam 10 menit sejak kedatangan di UGD Jika pemeriksaan EKG awal tidak diagnostik untuk STEMI tetapi pasien tetap simtomatik dan terdapat kecurigaan kuat STEMI, EKG serial dengan interval 5-10 menit atau pemantauan EKG 12 sadapan secara kontinu Pada pasien dengan STEMI inferior, EKG sisi kanan harus diambil untuk mendeteksi kemungkinan infark pada Sebagian besar pasien dengan presentasi awal elevasi segmen ST mengalami evolusi menjadi gelombang Q pada EKG didiagnosis IM gelombang Q Sebagian kecil menetap menjadi IM gelombang non Q Jika obstruksi thrombus tidak total, obstruksi bersifat sementara atau banyak ditemukan kolateral, biasanya tidak ditemukan elevasi segmen ST. Pada sebagian pasien tanpa elevasi ST berkembang tanpa menunjukkan gelombang Q disebut IM non Q. LABORATORIUM Biomarker Kerusakan Jantung Pemeriksaan yang dianjurkan adalah Creatinine Kinase (CK)MB dan Cardiac specifi c Troponin (cTn)T atau cTnI dan dilakukan secara serial. cTn harus digunakan sebagai pertanda optimal untuk pasien STEMI yang disertai kerusakan otot skeletal, karena pada keadaan ini juga diikuti peningkatan CKMB Peningkatan nilai enzim di atas 2 kali nilai batas atas normal menunjukkan ada nekrosis jantung (IM). CKMB : meningkat setelah 3 jam bila ada IM dan mencapai puncak dalam 10-24 jam dan kembali normal dalam 2-4 hari. Operasi jantung, miokarditis, dan kardioversi elektrik dapat meningkatkan CKMB. cTn : ada 2 jenis yaitu cTnT dan cTnI. Enzim ini meningkat setelah 2 jam bila ada IM dan mencapai puncak dalam 10-24 jam dan CtnT masih dapat dideteksi setelah 5-14 hari, sedangakan cTnI setelah 5-10 hari. Pemeriksaan enzim jantung lain yaitu : Mioglobin : dapat dideteksi 1 jam setelah infark dan mencapai puncak dalam 4-8 jam. CK : meningkat setelah 3-8 jam bila ada IM dan mencapai puncak dalam 10-36 jam dan kembali normal dalam 3-4 hari. Lactic dehydrogenase (LDH) : meningkat setelah 24-48 jam bila ada IM, mencapai puncak 3-6 hari, kembali normal dalam 8-14 hari. PENATALAKSANAAN 1. Oksigen Suplemen oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen arteri <90%. 2. Nitrogliserin (NTG) NTG sublingual dapat diberikan dengan dosis 0,4 mg dan dapat diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit mengurangi nyeri dada, menurunkan kebutuhan oksigen miokard Jika nyeri dada terus berlangsung dapat diberikan NTG intravena (iv). Dihindari pada pasien dengan tekanan darah sistolik <90 mmHg atau pasien yang dicurigai menderita infark ventrikel kanan, pasien yang menggunakan phosphodiesterase-5 inhibitor sildenafi l dalam 24 jam sebelumnya, karena dapat memicu efek hipotensi nitrat. 3. Mengurangi/ menghilangkan Nyeri Dada Hal ini sangat penting dikaitkan dengan aktivasi simpatis yang menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan beban jantung Morfin Diberikan dengan dosis 2-4 mg dan dapat diulangi dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg. Aspirin Tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai STEMI dan efektif pada spectrum sindrom koroner akut. Inhibisi cepat siklooksigenase trombosit yang dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorbsi aspirin bukkal dengan dosis 160-325 mg di ruang EMG. Selanjutnya aspirin diberikan oral dengan dosis 75-162 mg. Penyekat Beta Diberikan jika morfi n tidak efektif. Regimen yang biasa diberikan adalah metoprolol 5 mg setiap 1-5 menit sampai total 3 dosis, dengan syarat frekuensi jantung >60x/menit, tekanan darah sistolik >100 mmHg, interval PR <0,24 detik dan ronki tidak lebih dari 10 cm dari diafragma. Lima belas menit setelah dosis iv terakhir dilanjutkan dengan oral dengan dosis 50 mg tiap 6 jam selama 48 jam, dan dilanjutkan 100 mg setiap 12 jam. Terapi Reperfusi 1. 2. Percutaneous Coronary Intervension Biasanya angioplasty dan/ atau stenting tanpa didahului fi brinolisis disebut PCI primer. Akan efektif pada STEMI jika dilakukan dalam beberapa jam pertama IMA. Fibrinolisis Jika tidak ada kontraindikasi, terapi fi brinolisis idealnya diberikan dalam 30 menit sejak masuk. Tujuan utama adalah restorasi cepat patensi arteri koroner. KOMPLIKASI STEMI 1. Disfungsi Ventrikular Setelah STEMI, ventrikel kiri mengalami serial perubahan dalam bentuk, ukuran dan ketebalan pada segmen yang mengalami infark dan non infark remodeling ventricular dan umumnya mendahului berkembangnya gagal jantung secara klinis dalam hitungan bulan atau tahun pasca infark. 2. Gangguan Hemodinamik Gagal pemompaan merupakan penyebab utama kematian di RS pada STEMI. Tanda klinis yang tersering dijumpai adalah ronki basah di paru dan bunyi jantung S3 dan S4 gallop. Pada roentgen sering dijumpai kongesti paru. 3. Syok Kardiogenik Hanya 10% pasien syok kardiogenik ditemukan saat masuk, sedangkan 90% terjadi selama perawatan. Biasanya pasien yang berkembang menjadi syok kardiogenik mempunyai penyakit arteri koroner multivesel. 4. Infark Ventrikel Kanan Infark ventrikel kanan secara klinis menyebabkan tanda gagal ventrikel kanan yang berat (distensi vena jugularis, tanda Kussmaul’s, hepatomegali) dengan atau tanpa hipotensi.Elevasi segmen ST pada sadapan EKG sisi kanan, terutama sadpaan V4R, sering dijumpai dalam 24 jam pertama pasien infark ventrikel kanan. 5. Aritmia Pasca STEMI Insidens aritmia pasca infark lebih tinggi pada pasien segera setelah onset gejala. Mekanisme aritmia terkait infark mencakup ketidakseimbangan system saraf autonom, gangguan elektrolit, iskemia dan perlambatan konduksi di zona iskemia miokard. 6. Ekstrasistol Ventrikel Depolarisasi premature ventrikel sporadic yang tidak sering terjadi pada hampir semua pasien STEMI dan tidak memerlukan terapi. Hipokalemia dan hipomagnesemia merupakan factor resiko fi brilasi ventrikel pada pasien STEMI, konsentrasi kalium serum diupayakan mencapai 4,5 mmol/liter dan magnesium 2 mmol/liter. 7. Takikardia dan Fibrilasi Ventrikel Dalam 24 jam pertama STEMI, takikardia dan fi brilasi ventricular dapat terjadi tanpa tanda bahaya aritmia sebelumnya. 8. Komplikasi Mekanik - Ruptur muskulus papilaris, rupture septum ventrikel, rupture dinding ventrikel - Penatalaksanaan : operasi PROGNOSIS Terdapat beberapa system yang ada dalam menentukan prognosis pasca IMA : 1. Klasifi kasi Killip pada IMA KLAS DEFINISI MORTALITAS (%) I Tak ada tanda gagal jantung kongestif 6 II + S3 dan/ atau ronki basah 17 III Edema paru 30-40 IV Syok kardiogenik 60-80 2. Klasifi kasi Forrester untuk IMA KLAS INDEKS KARDIAK (L/min/m2) PCWP (mmHg) MORTALITAS (%) I >2,2 <18 3 II >2,2 >18 9 III <2,2 <18 23 IV <2,2 >18 51 PATOGENESIS Tunica adventitia Merokok Hiperlipidemi a Hipertensi Diabetes Mellitus Obesitas Tunica media Tunica intima Endothelium Coagulation Cascade v TNF-α IL-1 PDGFIFN-Ὺ UAP STEMI NSTEMI PATOFISIOLOGI Ruptur plak atherosklerotik Thrombus Obstruksi koroner Iskemi Reversibel UAP Irreversibel Infark Miokard DIAGNOSIS DAN GAMBARAN KLINIS BAGI ANGINA PEKTORIS TIDAK STABIL ANAMNESIS MERUPAKAN HAL YANG SANGAT PENTING. PENDERITA NYERI DADA ATAU NYERI Lama nyeri > 20menit, ULU HATI YANG HEBAT. tidak hilang setelah 5 menit istirah atau pemberian nitrat SIFAT : NYERI Dihimpit benda berat Tercekik Ditekan Diremas Ditikam Ditinju Rasa terbakar. LOKASI : di blakang sternum dibagian tengah atau dada kiri dan dapat menyebar ke seluruh dad ,terutama dada kiri Dapat menjalar ke tengkuk, rahang, bahu, punggung,lengan kiri atau kedua lengan. PENATALAKSANAAN A. Angina Pektoris Tidak Stabil (unstable angina) 1. Tindakan umum Pasien perlu perawatan rumah sakit, sebaiknya di unit intensif koroner, dan diistirahatkan diberi obat penenang dan oksigen. 2. Terapi Medikamentosa Nitrat Penyekat Beta Antagonis Kalsium Obat antiagregasi trombosit - Aspirin - Tiklopidin - Klopidogrel - Glikoprotein IIb/IIIa Obat antitrombin - Unfractionated Heparin - Low Molecular Weight Heparin (LMWH) B. Infark miokard akut tanpa elevasi ST Empat komponen utama terapi 1. Terapi antiiskemia - Nitrat - Penyekat Beta 2. Terapi antiplatelet/antikoagulan - Aspirin - Klopidogrel - UFH (Unfractionated heparin) - LMWH (Low Molecular Weight Heparin) 3. Terapi invasif (kateterisasi dini/revaskularisasi) 4. Perawatan sebelum meninggalkan RS dan sesudah perawatan RS C. Tatalaksana di Ruang Emergensi Mengurangi / menghilangkan nyeri dada Identifi kasi cepat pasien yang merupakan kandidat terapi reperfusi segera, Tiase pasien risiko rendah ke ruangan tang tepat di rumah sakit Menghindari pemulangan cepat pasien dengan STEMI 2. Tatalaksana di Ruang Emergensi Pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari pertolongan medis Segera memanggil tim medis emergensi ytang dapat melakukan tindakan resusitasi. Transportasi pasien ke RS yang mempunyai fasilitas ICU serta staf medis dokter dan perawat yang terlatih. Melakukan terapi reperfusi. 3. Tatalaksana Umum a. Oksigen b.Nitrogliserin (NTG) c. Mengurangi/ Menghilangkan Nyeri Dada - Morfi n - Aspirin - Penyekat Beta d. Terapi reperfusi - Percutaneous Coronary Intervention (PCI) - Fibrinolisis - Streptokinase (SK) - Tissue Plasminogen Activator 4. Terapi Farmakologis a. Antitrombotik b. Penyekat beta c. ACE inhibitor 3. Klasifi kasi TIMI risk score FAKTOR RESIKO (BOBOT) SKOR RESIKO/ MORTALITAS 30 HARI (%) Usia 65-74 tahun (2 poin) 0 (0,8) Usia >75 tahun (3 poin) 1 (1,6) DM/ hipertensi atau angina (1 poin) 2 (2,2) Tekanan darah sistolik < 100 mmHg (3 poin) 3 (4,4) Frekuensi jantung >100mmHg (2 poin) 4 (7,3) Klasifikasi Killip II-IV (2 poin) 5 (12,4) Berat < 67 Kg (1 poin) 6 (16,1) Elevasi ST anterior atau LBBB ( 1 poin) 7 (23,4) Waktu ke perfusi > 4 jam ( 1 poin) 8 (26,8) Skor resiko= total poin (0-14) >8 (35,9) KOMPLIKASI STEMI 1. Disfungsi Ventrikular Setelah STEMI, ventrikel kiri mengalami serial perubahan dalam bentuk, ukuran dan ketebalan pada segmen yang mengalami infark dan non infark remodeling ventricular dan umumnya mendahului berkembangnya gagal jantung secara klinis dalam hitungan bulan atau tahun pasca infark. 2. Gangguan Hemodinamik Gagal pemompaan merupakan penyebab utama kematian di RS pada STEMI. Tanda klinis yang tersering dijumpai adalah ronki basah di paru dan bunyi jantung S3 dan S4 gallop. Pada roentgen sering dijumpai kongesti paru. 3. Syok Kardiogenik Hanya 10% pasien syok kardiogenik ditemukan saat masuk, sedangkan 90% terjadi selama perawatan. Biasanya pasien yang berkembang menjadi syok kardiogenik mempunyai penyakit arteri koroner multivesel. 4. Infark Ventrikel Kanan Infark ventrikel kanan secara klinis menyebabkan tanda gagal ventrikel kanan yang berat (distensi vena jugularis, tanda Kussmaul’s, hepatomegali) dengan atau tanpa hipotensi.Elevasi segmen ST pada sadapan EKG sisi kanan, terutama sadpaan V4R, sering dijumpai dalam 24 jam pertama pasien infark ventrikel kanan. 5. Aritmia Pasca STEMI Insidens aritmia pasca infark lebih tinggi pada pasien segera setelah onset gejala. Mekanisme aritmia terkait infark mencakup ketidakseimbangan system saraf autonom, gangguan elektrolit, iskemia dan perlambatan konduksi di zona iskemia miokard. 6. Ekstrasistol Ventrikel Depolarisasi premature ventrikel sporadic yang tidak sering terjadi pada hampir semua pasien STEMI dan tidak memerlukan terapi. Hipokalemia dan hipomagnesemia merupakan factor resiko fi brilasi ventrikel pada pasien STEMI, konsentrasi kalium serum diupayakan mencapai 4,5 mmol/liter dan magnesium 2 mmol/liter. 7. Takikardia dan Fibrilasi Ventrikel Dalam 24 jam pertama STEMI, takikardia dan fi brilasi ventricular dapat terjadi tanpa tanda bahaya aritmia sebelumnya. 8. Komplikasi Mekanik - Ruptur muskulus papilaris, rupture septum ventrikel, rupture dinding ventrikel - Penatalaksanaan : operasi PROGNOSIS Terdapat beberapa system yang ada dalam menentukan prognosis pasca IMA : 1. Klasifi kasi Killip pada IMA KLAS DEFINISI MORTALITAS (%) I Tak ada tanda gagal jantung kongestif 6 II + S3 dan/ atau ronki basah 17 III Edema paru 30-40 IV Syok kardiogenik 60-80 2. Klasifi kasi Forrester untuk IMA KLAS INDEKS KARDIAK (L/min/m2) PCWP (mmHg) MORTALITAS (%) I >2,2 <18 3 II >2,2 >18 9 III <2,2 <18 23 IV <2,2 >18 51 3. Klasifi kasi TIMI risk score FAKTOR RESIKO (BOBOT) SKOR RESIKO/ MORTALITAS 30 HARI (%) Usia 65-74 tahun (2 poin) 0 (0,8) Usia >75 tahun (3 poin) 1 (1,6) DM/ hipertensi atau angina (1 poin) 2 (2,2) Tekanan darah sistolik < 100 mmHg (3 poin) 3 (4,4) Frekuensi jantung >100mmHg (2 poin) 4 (7,3) Klasifikasi Killip II-IV (2 poin) 5 (12,4) Berat < 67 Kg (1 poin) 6 (16,1) Elevasi ST anterior atau LBBB ( 1 poin) 7 (23,4) Waktu ke perfusi > 4 jam ( 1 poin) 8 (26,8) Skor resiko= total poin (0-14) >8 (35,9)