19 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

advertisement
19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Perkembangan pada desain dan implementasi dari e-health, e-government, e-
bussiness, dan lain-lain meningkat seiring dengan pertumbuhan permintaan untuk
e-services. Hal sama juga terjadi pada institusi pendidikan. Dengan peningkatan
kebutuhan, ekspansi teknologi, perubahan secara radikal dalam tugas pelajaran,
dan tantangan yang semakin signifikan membuat pengguna mendefinisikan
aplikasi e-learning dengan semakin kompleks (Zaharias, 2006).
Electronic learning (e-learning) adalah suatu teknologi yang mendukung
pembelajaran melalui sebuah media, yaitu teknologi komputer (Qureshi dan Irfan,
2009). Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, sangat
dimungkinkan pembelajaran dari jarak yang jauh dari sumber pengajar.
Keuntungan dari pembelajaran berjarak ini, yaitu dapat dilakukan pada waktu dan
tempat yang fleksibel untuk melakukan interaksi antara pengajar dan anak
didiknya (pengguna) (Ardito et al, 2005).
Terdapat perbandingan mendasar antara pembelajaran online dan metode
pembelajaran tradisional, Suangpang dan Petocz (2006) menginvestigasi efisiensi
dan efektivitas dari sistem pembelajaran online pada universitas. Hasil dari
investigasi tersebut adalah mahasiswa dalam kondisi pembelajaran online
menunjukkan performansi yang lebih baik dibandingkan dengan sistem
pembelajaran tradisional di kelas.
Dalam banyak institusi pendidikan, e-learning dapat dengan cepat diterima
dan kemudian diadopsi karena memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut
(Effendi dan Zhuang, 2005):
a. Pengurangan terhadap biaya.
19
20
b. Memiliki fleksibilitas yang tinggi karena dapat menjadi media belajar yang
dapat digunakan kapan dan dimana saja, selama terhubung dengan
internet.
c. Bersifat personal, sehingga pengguna dapat belajar sesuai dengan
kemampuan belajarnya.
d. Memiliki standarisasi yang jelas, yaitu e-learning dapat mengatasi adanya
perbedaan yang berasal dari pengajar, seperti cara mengajar, materi dan
penguasaan materi yang berbeda, sehingga memberikan standar kualitas
yang lebih konsisten.
e. Meningkatkan efektivitas. Suatu penelitian oleh Fletcher (1991) dalam
Effendi dan Zhuang (2005) menunjukkan bahwa tingkat ingatan pada
pelajaran
melalui
metode
e-learning
meningkat
sebanyak
25%
dibandingkan dengan cara tradisional di kelas.
f. Meningkatkan kecepatan distribusi materi pelajaran karena pelajaran
tersebut dapat dengan cepat disampaikan melalui internet.
Namun, dalam mencapai manfaat tersebut, e-learning harus memiliki
kesesuaian persyaratan terhadap fitur-fitur yang ada, sehingga menjadi e-learning
yang baik, dan efektif. Constantine dan Lockwood (1999) mengatakan bahwa elearning yang baik untuk digunakan harus memenuhi dari segi learnability,
memorability, efisiensi dan reliabilitas dalam penggunaan, serta kepuasan
pengguna.
Selain itu, dalam merancang dan mengembangkan e-learning yang efektif,
diperlukan integrasi antara elemen-elemen, seperti akses pada konten, komunikasi
yang efektif, pembelajaran manusia dan kognitifnya, serta representasi grafis dari
informasi. Tampilan (interface) sebagai perantara antara manusia dan komputer
untuk berinteraksi (Qureshi dan Irfan, 2009) adalah elemen paling penting yang
dapat mewadahi semua elemen tersebut dalam kesatuan e-learning (Edwards,
2011).
Desain tampilan e-learning terkadang dipandang sebagai sebuah pilihan yang
dapat dilakukan untuk membuat tampilan terlihat baik. Namun, sebenarnya
20
21
tampilan merupakan alat utama yang berperan dalam mengarahkan pengguna
melalui pembelajaran menggunakan e-learning (Edwards, 2011).
Terkait pada tampilan, usabilitas suatu e-learning sangat penting untuk
pembelajaran online yang efektif. Beberapa contoh kondisi saat penguna
menggunakan e-learning, yaitu mudah menemukan dan mengakses isi yang
dibutuhkan, menghindari kelebihan beban informasi yang berkerumun di dalam
suatu halaman, dan mampu menggunakan secara efektif pada navigasi yang
tersedia (Triacca et al., 2004).
Namun, pada kenyataannya terdapat masalah pada e-learning yang
disebabkan karena sebagian besar penelitian e-learning hingga saat ini hanya
berfokus pada membangun nilai pada desain e-learning, metode pengajaran, atau
intervensi pengajar. Tujuan lebih fokus pada pengajar daripada yang seharusnya,
yaitu fokus kepada peserta didik sebagai pengguna e-learning (Sharpe dan
Benfield, 2005).
Untuk menjawab masalah ini, usabilitas merupakan alat yang dapat mengukur
interaksi yang efektif untuk mencapai tujuan yang spesifik (Qureshi dan Irfan,
2009). Selain itu, usabilitas juga berperan penting untuk segala hal yang
berhubungan dengan tampilan pengguna. Evaluasi usabilitas merupakan salah satu
cara dan mempunyai tujuan utama untuk mendeteksi sebagian besar
permasalahan, kendala dan gangguan pengguna saat berinteraksi dengan aplikasi
web, yaitu dilihat dari tingkat efektif, efisien, dan kepuasan pengguna yang
spesifik dan ditetapkan dalam lingkungan tertentu (ISO 9241-11, 1995).
Jika sistem e-learning tidak cukup memiliki tingkat usabilitas yang baik,
maka pengguna akan membutuhkan lebih banyak waktu dalam mempelajari
bagaimana menggunakan aplikasi daripada mengerjakan kontennya. Selain itu,
jika tampilan e-learning terlalu kaku dan tidak menyenangkan, maka orang akan
frustasi dan meninggalkan e-learning tersebut (Ardito et al., 2005).
E-learning merupakan teknologi yang menjadi salah satu alat kunci untuk
mengajar. Universitas Gadjah Mada merupakan salah satu institusi pendidikan
yang sudah mengaplikasikan e-learning dalam menunjang kegiatan pembelajaran
serta penyebaran informasi akademisnya yang dinamakan dengan eLisa. Website
21
22
eLisa adalah sebuah Learning Management System (LMS) yang dikembangkan
untuk civitas akademika. E-learning ini menjadi media pembelajaran yang
difasilitasi dan ditingkatkan kualitasnya melalui pemanfaatan teknologi elektronik
(Pustaka, 2011).
Senada dengan yang dikatakan Sharpe dan Benfield (2005), mengenai fokus
pengembangan e-learning, menurut kepala tim pengembangan eLisa, fokus tim
pengembang pada interface bertumpu pada tampilan pengajar, yaitu karena klien
utama merupakan fakultas-fakultas di Universitas Gadjah Mada. Selain itu, fokus
pengembangan juga berfokus pada fitur-fitur di eLisa yang dikembangkan lebih
beragam, sedangkan belum dievaluasi dampaknya kepada peserta didik yang
menjalankan fitur-fitur tersebut. Sampai saat ini belum pernah diadakan evaluasi
usabilitas pada tampilan eLisa untuk mahasiswa.
Fakta tersebut merupakan fenomena yang perlu mendapat perhatian serius
karena eLisa yang pada awal pembentukannya diharapkan dapat menjadi wadah
bagi civitas akademika UGM baik dosen maupun mahasiswa dalam menerapkan
program Student Centered Learning (SCL), ternyata belum dievaluasi
penggunaannya (Yuniar, 2007).
Dengan demikian, evaluasi tingkat usabilitas e-learning merupakan penelitian
yang penting untuk dilakukan dan penelitian ini mengambil studi kasus eLisa di
Universitas Gadjah Mada.
1.2.
Rumusan Masalah
Pada bagian latar belakang dijelaskan bahwa tampilan (interface) pada e-
learning merupakan bagian terpenting dalam menjamin kemudahan interaksi
pengguna dengan sistem dan usabilitas merupakan alat yang dapat mengukur
imteraksi antara pengguna dengan tampilan pada e-learning. Universitas Gadjah
Mada memiliki e-learning, yaitu eLisa yang disediakan untuk aktivitas
pembelajaran bagi civitas akademikannya, namun belum pernah dievaluasi
usabilitasnya. Oleh karena itu, dibutuhkan evaluasi usabilitas pada eLisa.
22
23
1.3.
Asumsi dan Batasan
Adapun asumsi dan batasan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Pengguna adalah peserta kuliah berbasis eLisa, yaitu mahasiswa
Universitas Gadjah Mada tahun akademik 2012/2013 yang terdiri dari
angkatan 2008-2012.
2. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini hanya satu kuesioner
yang diadaptasi dari penelitian yang sudah dipublikasikan.
3. Task dalam metode thinking aloud dibatasi tidak menyentuh
keseluruhan aplikasi dan fitur yang ada pada eLisa, namun hanya pada
halaman depan, login dan register, pengubahan data diri, aktivitas di
dalam komunitas, dan panduan.
1.4.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1.
Mengevaluasi usabilitas pada eLisa.
2.
Membandingkan hasil masalah usabilitas pada metode kuesioner dan
thinking aloud.
3.
Melihat perbedaan pengaruh frekuensi penggunaan eLisa dengan hasil
kesimpulan tingkat usabilitas pada kuesioner.
4.
Melihat perbedaan efisiensi pengguna dan non-pengguna dalam
menjalalankan tugas-tugas pada metode thinking aloud.
1.5.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian adalah memberikan pedoman dalam
peningkatan usabilitas eLisa untuk kedepannya.
23
Download