hubungan sikap dan perilaku pemilihan merek

advertisement
HUBUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIHAN MEREK
SUSU UNTUK ANAK USIA 2 – 5 TAHUN
DI KOTA BOGOR
FARIDAH HANDAYASARI
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN
FARIDAH HANDAYASARI. Hubungan Sikap dan Perilaku Pemilihan Merek
Susu Untuk Anak Usia 2 – 5 Tahun. Dibawah bimbingan M.D. DJAMALUDDIN
dan LILIK NOOR YULIATI
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan sikap
yang meliputi kepercayaan terhadap merek, kesukaan terhadap merek, niat
memilih merek yang sama dengan perilaku pemilihan merek susu untuk anak
usia 2 - 5 tahun. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : (1)
mengidentifikasi karakteristik individu yang meliputi tingkat pendidikan dan
tingkat pendapatan per kapita; (2) mengidentifikasi tingkat kepercayaan terhadap
merek, tingkat kesukaan terhadap merek, niat memilih merek yang sama dan
perilaku pemilihan merek susu untuk anak; (3) menganalisis hubungan
karakteristik individu dengan kepercayaan terhadap merek, kesukaan terhadap
merek, niat memilih merek dan perilaku pemilihan merek susu untuk anak; (4)
menganalisis hubungan kepercayaan terhadap merek dan kesukaan terhadap
merek susu untuk anak; (5) menganalisis hubungan kesukaan terhadap merek
dan niat memilih merek susu yang sama untuk anak; (6) menganalisis hubungan
niat memilih merek yang sama dan perilaku pemilihan merek susu untuk anak.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul
“Pengaruh Perilaku Pembelian dan Konsumsi Susu Serta Pengasuhan Terhadap
Tumbuh Kembang Anak Usia 2-5 Tahun di Kota Bogor” (Yuliati 2008). Penelitian
yang menggunakan desain ”cross sectional study” ini hanya mengambil contoh
dari dua kelurahan yaitu Kelurahan Tanah Sareal dan Kedung Badak,
Kecamatan Tanah Sareal dengan pertimbangan bahwa karakteristik kedua
wilayah tersebut sudah cukup mewakili data yang diperlukan dalam penelitian ini
dengan tingkat sosial ekonomi masyarakatnya yang beragam dan jumlah balita
yang tinggi. Selain itu wilayah tersebut
dekat dengan pertokoan,
mall/departemen store sebagai tempat penjualan berbagai merek susu untuk
anak. Waktu penelitian dilaksanakan pada Mei 2006 hingga Mei 2007.
Penelitian ini mengambil contoh ibu dari anak usia 2 -5 tahun. Alasan
pemilihan ibu sebagai contoh adalah karena sebagian besar yang berperan
dalam pengambil keputusan pembelian susu adalah ibu. Teknik penarikan
contoh populasi secara Proporsional sampling dilakukan agar didapatkan jumlah
contoh yang merata dari setiap tingkat sosial ekonomi rendah dan tinggi.
kemudian diperoleh hingga diperoleh 143 contoh dari kedua wilayah yang diteliti.
Dari 143 contoh tersebut didapatkan 110 ibu dari anak usia 2 – 5 tahun yang
membeli susu dan 33 ibu dari anak usia 2 – 5 tahun yang tidak membeli susu
untuk anak. Kemudian didapatkan hasil data 103 ibu dari anak usia 2 – 5 tahun
untuk mengukur kepercayaan terhadap merek, kesukaan terhadap merek, niat
memilih merek dan perilaku pemilihan merek susu untuk anak.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer terdiri dari (1) karakteristik individu (pendidikan dan
pendapatan per kapita), (2) kepercayaan terhadap merek susu, (3) kesukaan
terhadap merek susu, (4) niat memilih merek susu yang sama dan (5) perilaku
pemilihan merek susu. Data primer dikumpul melalui wawancara terhadap
responden dengan menggunakan kuesioner kepada ibu. Data sekunder adalah
data keterangan responden secara umum yang diperoleh dari posyandu
setempat melalui kelurahan yang diteliti. Data sekunder dikumpulkan dari dinas
kesehatan kota bogor, puskesmas, kecamatan, dan kelurahan serta instansi lain
yang terkait.
Data primer yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis menggunakan
program Microsoft Excel dan SPSS 12.0 for windows. Tahap proses pengolahan
dan analisis data adalah editing, coding, scoring, entry, dan analisis. Analisis
dilakukan secara statistik deskriptif dan inferensi (Santoso 2000). Analisis yang
digunakan untuk mengetahui hubungan antar peubah yang diteliti adalah uji
korelasi Spearman dan uji Chi-square.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik individu dan sikap
saling berhubungan. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan
per kapita seseorang maka tingkat kepercayaan terhadap merek susu, tingkat
kesukaan terhadap merek susu dan niat dalam memilih merek susu yang sama
juga semakin tinggi. Namun tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan
dan tingkat pendapatan per kapita contoh dengan perilaku pemilihan merek susu.
Hubungan kepercayaan terhadap merek susu dan kesukaan terhadap
merek susu menunjukkan hubungan yang positif diantara keduanya. Artinya,
semakin tinggi kepercayaan contoh terhadap merek susu, maka kesukaan
terhadap merek susu juga semakin positif. Hubungan antara kesukaan terhadap
merek susu dan niat memilih merek susu yang sama menunjukkan hubungan
yang negatif diantara keduanya. Hubungan niat memilih merek susu yang sama
dan perilaku pemilihan merek susu menunjukkan bahwa semakin tinggi niat
contoh memilih merek susu yang sama maka perilaku pemilihan merek juga
semakin tinggi.
Perusahaan sebaiknya mencoba mencocokkan produknya ke dalam
sikap konsumen yang nyata tanpa mengubahnya dengan memfokuskan
peningkatan kualitas atribut produk susu untuk anak jika ingin mendapatkan
konsumen dengan kepercayaan tinggi. Produsen susu untuk anak juga
disarankan untuk mempertahankan kualitas serta konsistensinya agar sikap dan
niat memilih konsumen tersebut terhadap produk mereka senantiasa positif dan
tidak berpaling ke merek lainnya. Apabila sebuah produk dalam jangka panjang
berhasil mempertahankan kualitasnya maka dapat diharapkan bahwa konsumen
dengan tingkat pendidikan dan pendapatan kapita tinggi akan setia dan bersikap
semakin positif terhadap produk tersebut.
Penelitian selanjutnya sebaiknya meninjau faktor-faktor lain apa saja yang
sebenarnya diinginkan oleh konsumen namun belum tercakup dalam penelitian
ini dengan mempertimbangkan besarnya pengetahuan konsumen agar
kepercayaan mereka terhadap merek susu meningkat. Dengan demikian
produsen susu untuk anak mengetahui keinginan konsumen sehingga dapat
menjaga sikap positif pelanggan.
HUBUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIHAN MEREK
SUSU UNTUK ANAK USIA 2 – 5 TAHUN
DI KOTA BOGOR
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
FARIDAH HANDAYASARI
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
Judul
: HUBUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIHAN MEREK
SUSU UNTUK ANAK USIA 2 – 5 TAHUN DI KOTA BOGOR
Nama
: Faridah Handayasari
Nomor Pokok : A54103082
Menyetujui,
Dosen Pembimbing 1
Dosen Pembimbing 2
Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA.
NIP. 131 861 465
Ir. M.D. Djamaludin, M.Sc.
NIP. 131 622 683
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr.
NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta Timur pada tanggal 31 Desember 1984.
Penulis merupakan putri kelima dari lima bersaudara dari pasangan Kasful
Anwar dan Angreini Sukanti.
Pendidikan formal pertama yang ditempuh penulis adalah Madrasah
Ibtidaiyah Yayasan Pondok Karya Pembangunan, Jakarta Timur dari tahun 1992
hingga
1997.
Kemudian
penulis
melanjutkan
pendidikan
di
Madrasah
Tsanawiyah Yayasan Pondok Karya Pembangunan, Jakarta Timur. Setelah lulus
pada tahun 2000, penulis melanjutkan pendidikan di SMU Sudirman, Jakarta
Timur hingga tahun 2003.
Setelah lulus dari SMU, penulis diterima menjadi mahasiswa Institut
Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2003 melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di Departemen Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan ridha Nya sehingga
usaha penyusunan karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini
berjudul Hubungan Sikap dan Perilaku Pemilihan Merek Susu untuk Anak Usia 25 Tahun Di Kota Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Ir. Moh Djemdjem Djamaludin, M.Sc. selaku dosen pembimbing pertama atas
segala bimbingan, saran dan kesabaran yang diberikan selama penulisan
skripsi ini.
2. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA. selaku dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan dan semangat kepada penulis selama melakukan
penelitian.
3. Ir. Retnaningsih, M.Si, atas arahan dan saran-saran yang diberikan pada
seminar dan ujian.
4. Almarhum Abah dan Mamah tercinta yang telah membesarkan penulis
dengan penuh kasih sayang dan pengorbanan sampai akhir hayatnya.
5. Doddy, atas bantuan dan semangat yang diberikan selama ini.
6. Papa dan mama mertua yang tak henti-hentinya memberikan dorongan
semangat selama penelitian dan kasih sayangnya selama ini.
7. Kakak dan adik tercinta Mirah, Ocid, Ami, Rani, Fatur, Vita, Harry, Boni dan
Medria atas kasih sayang, doa dan dukungannya.
8. Teman-teman satu penelitian (Vika, Novera, Eva, Asti, Mba Nina, Mba
Medina, Mba Niken, Mba Mimin), atas solidnya dan kesabarannya.
9. Teman-teman satu perjuangan di GMSK (Ratih Kio en Mulki my best friends,
Sanya, Selly, Iik, Aris, Bambang dan semua teman-teman GMSK 40) yang
sudah mengisi hari-hari selama kuliah dengan segala keceriaan.
10. Teman-teman IPB (Gilang, Epi, Didi, Hurri, Farah, Farida, Asleh, Annum,
Ade, Uul, dan pihak-pihak lainnya yang tdk bisa disebutkan satu persatu).
Bogor, Agustus 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................
Perumusan Masalah .........................................................................
Tujuan Penelitian ..............................................................................
Kegunaan Penelitian .........................................................................
1
2
3
4
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku Pemilihan Merek ..................................................................
Karakteristik Individu .........................................................................
Pembentukan Sikap ..........................................................................
Sikap Pendekatan Kepercayaan .......................................................
Sikap Pendekatan Kesukaan .............................................................
Sikap Pendekatan Niat ......................................................................
Susu ...... . ..........................................................................................
5
6
7
8
9
10
10
KERANGKA PEMIKIRAN..............................................................................
11
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu ...............................................................
Cara Pemilihan Contoh ......................................................................
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...................................................
Pengolahan dan Analisis Data ..........................................................
Definisi Operasional ..........................................................................
12
12
14
14
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian...................................................
Karakteristik Individu .........................................................................
Kepercayaan terhadap Merek ...........................................................
Kesukaan terhadap Merek .................................................................
Niat Memilih Merek yang Sama..........................................................
Perilaku Pemilihan Merek ..................................................................
Hubungan Karakteristik Individu dan Kepercayaan terhadap Merek ..
Hubungan Karakteristik Individu dan Kesukaan terhadap Merek........
Hubungan Karakteristik Individu dan Niat Memilih Merek yang
Sama ...... ..........................................................................................
Hubungan Karakteristik Individu dan Perilaku Pemilihan Merek .........
Hubungan Kepercayaan terhadap Merek dan Kesukaan terhadap
Merek...... ..........................................................................................
Hubungan Kesukaan terhadap Merek dan Niat Memilih Merek yang
Sama ..... ..........................................................................................
Hubungan Niat Memilih Merek yang Sama dan Perilaku Pemilihan
Merek ..... ..........................................................................................
18
19
20
22
24
25
27
28
29
30
31
31
32
Halaman
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .......................................................................................
Saran ...... ..........................................................................................
33
33
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
35
LAMPIRAN ....... ..........................................................................................
38
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ....................................
19
2 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendapatan per kapita ..................
20
3 Sebaran contoh berdasarkan pernyataan mengenai kepercayaan
terhadap merek susu ..............................................................................
21
4
Sebaran contoh berdasarkan tingkat kepercayaan terhadap
merek susu . ..........................................................................................
22
5 Sebaran contoh berdasarkan pernyataan mengenai kesukaan terhadap
merek susu . ..........................................................................................
23
6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kesukaan terhadap merek susu ....
24
7 Sebaran contoh berdasarkan niat memilih merek susu yang sama ........
25
8 Sebaran contoh berdasarkan merek susu yang terakhir dibeli ...............
25
9 Sebaran contoh berdasarkan merek susu yang sering dibeli ..................
26
10 Sebaran contoh berdasarkan pemilihan merek susu ................................
26
11 Sebaran contoh berdasarkan kepercayaan terhadap merek susu
menurut tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan per kapita ..............
27
12 Sebaran contoh berdasarkan kesukaan terhadap merek susu menurut
tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan per kapita ............................
28
13 Sebaran contoh berdasarkan niat memilih merek susu yang sama
menurut tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan per kapita ...............
29
14 Sebaran contoh berdasarkan pemilihan merek susu menurut
tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan per kapita ...........................
30
15 Metode pengolahan dan analisis data primer ..........................................
41
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Model Pembentukan Sikap ......................................................................
7
2 Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................................
11
3 Bagan Cara Pemilihan Contoh .................................................................
13
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Peta Kelurahan Tanah Sareal .................................................................... 39
2 Peta Kelurahan Kedung Badak .................................................................. 40
3 Metode Pengolahan dan Analisis Data Primer ........................................... 41
4 Hasil uji korelasi Spearman dan uji Chi-Square ......................................... 43
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anak merupakan masa depan yang paling berharga. Kualitas sumber
daya seseorang dipengaruhi oleh asupan gizi sewaktu kecil. Oleh sebab itu
pertumbuhan dan perkembangan seorang anak memerlukan perhatian yang
serius. Anak pada usia 2 – 5 tahun sedang mengalami masa perkembangan fisik
dan mental yang sangat cepat. Usia ini ditandai dengan bertambahnya
kemandirian anak ketika dia mulai berjalan, dan berkembangnya keterampilan
motorik halus agar anak dapat mengenal dunianya.
Menurut
Ardiana
(2007)
faktor
genetik
dan
faktor
eksternal
mempengaruhi tumbuh kembang seorang anak. Faktor genetik diwariskan
melalui keturunan dan bersifat tetap sepanjang hidup sedangkan faktor eksternal
merupakan akibat dari pengaruh lingkungan seperti asupan zat gizi dan pola
pengasuhan keluarga. Namun menurut Roesli (2007) faktor genetik hanya
menyumbang 48% dalam membentuk IQ anak, sisanya adalah faktor lingkungan.
Potensi genetik yang baik dapat tercapai jika ditunjang oleh faktor eksternal yang
optimal sedangkan faktor eksternal yang buruk akan menghambat tumbuh
kembang meskipun potensi genetiknya baik.
Asupan gizi anak memiliki pengaruh yang penting dalam proses
pertumbuhan fisik dan perkembangan mereka. Dalam pola pertumbuhan yang
normal menunjukkan, pada usia pertumbuhan dan perkembangan, anak-anak
sangat rawan kekurangan gizi. Penelitian-penelitian yang dilakukan di berbagai
negara menunjukkan fakta adanya beberapa unsur gizi “beresiko”, antara lain zat
besi, vitamin D, vitamin E, dan seng. Pada usia 2 – 5 tahun terjadi perubahan
kebutuhan ragam makanan yang sangat nyata, yaitu ketika masa transisi dari
makanan bayi menuju makanan dewasa. Selain itu pada usia ini anak juga sudah
tidak mengkonsumsi ASI. Di saat yang sama anak pun lebih otonom dan ingin
tahu lebih banyak tentang lingkungan sekitarnya.
Orangtua barangkali sulit memastikan apakah anaknya mengkonsumsi
makanan seimbang, yang selain memberikan unsur-unsur gizi ini secara
memadai, juga menjadi sumber AA dan DHA. Susu merupakan salah satu
asupan yang banyak mengandung zat-zat gizi tersebut. Pemberian susu kepada
anak yang masih dalam masa pertumbuhan adalah sesuatu hal yang mutlak
diperlukan. Nutrisi susu menjadi bagian penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Jika anak kekurangan zat gizi ini dapat berpengaruh pada
perkembangan psikomotorik dan otak mereka, padahal masa balita disebut
sebagai fase emas yang sangat singkat dan tidak mungkin diulang kembali.
Tingkat konsumsi susu masyarakat di Indonesia masih sangat rendah, yaitu
sekitar tujuh liter per orang per tahun. Dari jumlah tersebut konsumsi susu
sebesar 60 % merupakan susu bubuk, sebanyak 35 % susu kental manis, dan 5
% susu cair.
Di Indonesia sendiri tren peningkatan konsumsi susu bisa dibilang
berlangsung amat lambat. Menurut Khomsan (2003), Indonesia hanya
mengalami peningkatan konsumsi susu sebanyak 4,68 kilogram selama 30
tahun, yaitu sebanyak 1,28 kg/kap/tahun pada tahun 1970 meningkat menjadi
6,50 kilogram pada tahun 2000. Meskipun begitu, produk susu untuk bayi
pengganti ASI terutama yang digunakan untuk usia balita masih banyak
dikonsumsi di Indonesia. Saat ini pertumbuhan industri susu di Indonesia
berkembang dengan cukup pesat. Konsumen memiliki banyak alternatif dalam
memilih susu yang sesuai untuk anak mereka karena beragam jenis merek susu
dapat dijumpai di supermarket.
Perumusan Masalah
Produsen telah membagi jenis susu menurut segmen yang dibutuhkan
berdasarkan usia dan kondisi fisiologis target konsumen. Konsumen memiliki
kriteria tersendiri dalam memilih produk susu yang baik untuk dikonsumsi oleh
anaknya. Konsumen cenderung memiliki keinginan tak terbatas dengan variasi
keinginan akan barang yang tak terhingga, dan dengan kepribadian yang
berbeda pula (Santoso 2005). Pertimbangan yang dilakukan oleh konsumen
dalam memilih merek produk pun sangat beragam. Hal ini merupakan salah satu
faktor yang paling penting dan menarik bagi pemasar.
Jika menggunakan perspektif yang dipengaruhi oleh perilaku, perusahaan
berusaha untuk mempengaruhi konsumen sebelum konsumen membentuk pola
pemikiran mengenai suatu produk atau jasa. Sikap seseorang terhadap
perusahaan
menciptakan
citra
perusahaan.
Dalam
penelitian-penelitian
sebelumnya, telah dilakukan suatu survey mengenai sikap konsumen terhadap
pemilihan merk-merk tertentu dari sejumlah jenis produk. Menurut Hansen dan
Svener (2003) sikap sering dikatakan sebagai pencerminan nilai-nilai yang dianut
oleh konsumen secara mendalam, yang berarti bahwa sikap digunakan sebagai
perangkat evaluasi. Dalam Theory of Affective, Behavioural and Cognitive atau
yang lebih dikenal sebagai teori ABC, Solomon (2002) menjelaskan bagaimana
evaluasi perasaan seseorang mempengaruhi cara konsumen berperilaku
seseorang untuk melakukan komponen kepercayaan kognitif dari sebuah sikap.
Model ABC sikap dibagi menjadi tiga unsur yang tidak terpisah satu sama lain.
Ketiga unsur tersebut adalah kognitif, afektif dan konatif. Kognitif
merupakan
pengetahuan,
pendapat,
dan
kepercayaan,
serta
pemikiran
seseorang tentang sebuah obyek. Afektif mengacu pada perasaan dan evaluasi
seseorang terhadap objek yang kaitannya dalam penelitian ini adalah sikap itu
sendiri. Konatif berkaitan dengan niat dalan berperilaku dan bertindak terhadap
suatu objek.
Berdasarkan
uraian
diatas,
maka
timbul
pertanyaan
bagaimana
hubungan antara komponen sikap yaitu kepercayaan (kognitif), kesukaan (afektif)
dan niat (konatif), serta hubungannya dengan perilaku pemilihan merek susu
untuk anak? Bagaimana hubungan karakteristik individu dan sikap? Diharapkan
pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat terjawab dengan dilakukannya penelitian
ini.
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk :
Menganalisis hubungan sikap yang meliputi kepercayaan terhadap
merek, kesukaan terhadap merek dan niat memilih merek yang sama dengan
perilaku pemilihan merek susu untuk anak usia 2 - 5 tahun.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi karakteristik individu yang meliputi tingkat pendidikan
dan tingkat pendapatan per kapita.
2. Mengidentifikasi tingkat kepercayaan terhadap merek, tingkat kesukaan
terhadap merek, niat memilih merek yang sama dan perilaku pemilihan
merek susu untuk anak.
3. Menganalisis hubungan karakteristik individu dengan kepercayaan
terhadap merek, kesukaan terhadap merek, niat memilih merek yang
sama dan perilaku pemilihan merek susu untuk anak.
4. Menganalisis hubungan kepercayaan terhadap merek dan kesukaan
terhadap merek susu untuk anak.
5. Menganalisis hubungan kesukaan terhadap merek dan niat memilih
merek susu yang sama untuk anak.
6. Menganalisis hubungan niat memilih merek yang sama dan perilaku
pemilihan merek susu untuk anak.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna baik ditinjau dari aspek
teoritis maupun aspek praktis bagi masyarakat maupun bagi perusahaan produk
susu. Secara spesifik kegunaan penelitian dapat menambah kekayaan khasanah
keilmuan yang mengkaji aspek perilaku pemilihan merek susu untuk anak oleh
konsumen dalam kaitannya dengan kepercayaan, kesukaan, dan niatnya dalam
memilih merek, memberikan gambaran informasi dalam bentuk temuan hasil
penelitian empiris tentang perilaku memilih merek susu untuk anak sebagai
bahan diskusi bagi peneliti maupun praktisi, memberikan informasi dalam bentuk
hasil survey konsumen mengenai atribut merek susu untuk anak bagi
perusahaan yang bersangkutan sehingga produsen dapat menyesuaikan
produknya agar lebih disukai oleh konsumen. Hasil penelitian ini juga diharapkan
dapat menjadi bahan referensi bagi para peneliti lain yang mengkaji masalah
serupa.
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku Pemilihan Merek
Perilaku konsumen Secara sederhana didefinisikan oleh Engel et al.
(1995) sebagai proses pencarian dan pengaturan informasi yang mengarah
pada keputusan pembelian, penggunaan, dan evaluasi produk dan jasa.
Salah satu faktor utama bagi perusahaan untuk sukses berkompetisi dalam
bisnis adalah pemahaman mengenai perilaku konsumen terhadap suatu
produk dipengaruhi oleh baik atau buruknya pengalaman konsumen dalam
menggunakan produk tersebut (Wahyudian et al. 2003). Menurut Hansen dan
Svener (2003) analisis-analisis yang berkaitan dengan cara memilih
konsumen terhadap
suatu
produk
memerlukan
pemahaman
tentang
beberapa proses internal maupun eksternal dari seseorang, yaitu memahami
perilaku pemilihan produk yang ingin ditinjau, bergantung pada jenis produk
yang ingin dibeli oleh konsumen, perilaku pembelian bervariasi dari orang ke
orang, dalam hal ini ada “keputusan dengan keterlibatan tinggi” dan
“keputusan dengan keterlibatan rendah”.
Produk yang termasuk dalam kompleks yang tidak dibeli konsumen
secara terus menerus digolongkan dalam keputusan dengan keterlibatan
tinggi. Keputusan dengan keterlibatan rendah atau problem rutin memiliki
pola yang sedikit berbeda. konsumen memahami apa yang ia inginkan dan
tidak mengevaluasi alternatif lain (Hansen & Svener 2003). Misosgios dan
Skiadas (1994) mengatakan bahwa. Konsumen secara aktif mencari
informasi dan belajar tentang karakteristik yang berbeda. Pembelian impuls
atau pemahaman eksperimental terjadi saat konsumen secara positif,
sensasional, dan emosional, terbawa untuk membeli sebuah produk.
Perilaku pemilihan merek keputusan konsumen yang meliputi apa yang
dibeli, apakah membeli atau tidak, kapan membeli, dimana membeli, dan cara
membayarnya (Sumarwan 2002). Menurut Simamora (2002) sebelum melakukan
pemilihan merek yaitu pada tahap evaluasi, konsumen akan memutuskan
pemilihan merek dengan menyusun merek-merek dalam himpunan pilihan serta
membentuk niat pemilihan merek, biasanya konsumen akan memilih merek yang
disukai. Tetapi ada juga pengaruh dari sikap orang lain dan faktor-faktor keadaan
yang tidak terduga.
Karakteristik Individu
Karakteristik individu merupakan uraian suatu populasi yang dinyatakan
dalam besaran (size), struktur dan distribusi (Supranto & Limakrisna 2007).
Besaran digambarkan sebagai jumlah orang dalam masyarakat, sedangkan
struktur menggambarkan masyarakat dalam aspek pendapatan, pendidikan,
pengetahuan dan sebagainya. Suatu aspek yang paling kritis bagi para pemasar
adalah pendapatan, khususnya distribusi pendapatannya. Menurut De Fleur dan
Rokeach (1989) perbedaan individu sangat kuat mempengaruhi perilaku
seseorang dan akan memberikan respons yang berlainan karena setiap orang
memiliki tingkat predisposisi motivasional yang berbeda dalam memberikan
respons.
Pendidikan
Pendidikan adalah sumber daya manusia potensial yang merupakan kunci
utama kemajuan suatu bangsa. Inti pendidikan itu sendiri (baik resmi atau tidak)
pada dasarnya adalah proses alih informasi dan nilai-nilai yang ada. Selama proses
ini terjadi, pengalaman dan kemampuan menalar atau pengambilan kesimpulan
seseorang bertambah baik. Hasil akhir suatu proses pendidikan adalah
terbentuknya seseorang yang mampu berdiri sendiri, bekerja dan tak pernah
berhenti untuk belajar. Proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan secara
umum melibatkan dua sumber informasi yang cukup penting yang diperoleh dari
interaksi antar manusia dan media informasi yang bukan manusia. Sumber
informasi yang bukan manusia dapat berupa media cetak dan media audio-visual.
Media audio-visual dapat sangat membantu proses peralihan informasi, terutama
untuk hal-hal yang sifatnya objektif. Manusia tetap dibutuhkan untuk hal-hal yang
sifatnya subjektif, seperti pengenalan nilai-nilai pada masyarakat (Suntoro et al.
1992).
Pendapatan
Pendapatan adalah sumberdaya material yang diterima oleh seseorang
dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah yang umumnya diterima
dalam bentuk uang. Jumlah pendapatan bisa digunakan untuk menggambarkan
besarnya daya beli dari seorang konsumen. Daya beli akan menggambarkan
banyaknya produk atau jasa yang bisa dibeli dan dikonsumsi oleh seorang
konsumen dan seluruh anggota keluarganya. Oleh karena itu penting bagi
produsen untuk mengetahui pendapatan konsumen yang menjadi sasaran
pasarnya, karena pendapatan konsumen akan menjadi indikator penting berapa
jumlah produk yang bisa dibeli konsumen (Sumarwan 2002).
Menurut Anwar (1975) orang tidak semata-mata membentuk suatu pasar,
tetapi mereka harus memiliki uang untuk berbelanja. Penelitian tentang
pendapatan, distribusinya dan cara-cara uang itu dibelanjakan merupakan hal
penting dalam setiap analisa pasar secara kuantitatif yang dapat dibuat oleh
perusahaan, analisa ini digunakan untuk menafsirkan arti pemasaran dari angkaangka dan kecenderungan-kecenderungan pengertian yang ada dalam penelitian
(Anwar 1975). Keadaan ekonomi akan mempengaruhi pemilihan produk,
pemasar yang produknya peka terhadap pendapatan konsumennya harus
memperhatikan dengan seksama kecenderungan dalam pendapatan pribadi dan
tambahannya (Simamora 2002).
Pembentukan Sikap
Sikap kerap terbentuk sebagai hasil dari kontak langsung dengan obyek
sikap. Namun, kenali bahwa sikap dapat dibentuk bahkan tanpa adanya
pengalaman aktual dengan suatu obyek. Gambar dibawah mengilustrasikan
sebuah aspek penting dari sikap, yaitu ketiga komponen sikap cenderung
konsisten. Artinya, perubahan sebuah komponen akan merubah komponen
lainnya karena mereka saling terkait satu sama lain (Hawkins et al. 2001).
Kecenderungan ini merupakan dasar dari sejumlah strategi pemasaran.
Afektif
Kognitif
Konatif
Gambar 1. Model Pembentukan Sikap (Hawkins et al. 2001)
Meskipun demikian, konsistensi (keterkaitan) ketiga komponen diatas
bisa
berkurang
karena
beberapa
faktor.
Komponen
perilaku
adalah
kecenderungan respon bukan perilaku aktual. Kecenderungan respon terwujud
dalam banyak cara pembelian singkat seperti: penerimaan terhadap informasi
baru tentang merek, memuji orang lain untuk membeli merek tersebut, dan lainlain. Menurut Solomon (2002) kebanyakan peneliti setuju bahwa sikap memiliki
tiga komponen: kognitif, afektif, dan konatif. Kognisi terkait dengan kepercayaan
konsumen tentang obyek sikap. Afektif mengacu pada perasaan konsumen
terhadap sebuah obyek sikap. Konatif mencakup maksud konsumen untuk
melakukan sesuatu yang terkait dengan obyek sikap (tetapi maksud tidak selalu
menghasilkan suatu perilaku aktual). Ketiga komponen sikap bisa diingat sebagai
model ABC dari sikap.
Model
ABC
menekankan
hubungan
internal
antara
mengetahui,
merasakan, dan melakukan. Sikap konsumen terhadap sebuah merek tidak bisa
ditentukan hanya dengan cara mengidentifikasi kepercayaan mereka. Sebagai
contoh, seorang peneliti mungkin menemukan bahwa seorang konsumen tahu
bahwa merek merek tertentu memiliki fungsi, kelebihan, dan fasilitas lainnya
tetapi pengetahuan ini belum menggambarkan perasaan mereka apakah baik,
buruk, atau tidak terkait atau apakah mereka sebenarnya akan membeli merek
tersebut.
Sikap Pendekatan Kepercayaan
Kepercayaan menyangkut pengetahuan bahwa suatu produk memiliki
berbagai atribut, dan manfaat dari berbagai atribut tersebut. Ajzen (1991)
mengemukakan teori perilaku terencana (theory of planned behavior) yang
menyatakan bahwa aksi manusia dibimbing oleh tiga pertimbangan: 1)
kepercayaan mengenai hasil dari perilaku yang sepertinya akan muncul dan
evaluasi setelahnya (disebut juga kepercayaan perilaku), 2) kepercayaan
mengenai berbagai harapan (expectation) normatif dari orang lain dan motivasi
untuk memenuhi harapan-harapan tersebut (kepercayaan normatif), 3) dan
kepercayaan tentang adanya faktor-faktor yang bisa memfasilitasi atau
menghambat performa dari perilaku dan besarnya kekuatan dari faktor-faktor tadi
(kepercayaan control).
Menurut Simamora (2002), setelah konsumen mendapatkan berbagai
pengalaman, konsumen akan mendapatkan berbagai kepercayaan tentang
produk, merek dan obyek lain dalam lingkungan. Kepercayaan merupakan
jaringan asosiatif dari arti yang saling dihubungkan dan tersimpan dalam ingatan,
karena kapasitas kognitif seseorang terbatas, maka hanya sebagian kecil saja
dari kepercayaan yang dapat diaktifkan dan dikendalikan dengan baik pada
suatu saat, kepercayaan yang diaktifkan tersebut adalah kepercayaan utama.
Kepercayaan utama dapat menyebabkan atau menciptakan sikap seseorang
terhadap obyek, maka salah satu kunci untuk memahami sikap konsumen adalah
dengan memahami dan mengidentifikasi apa yang mendasari kepercayaaan
utama. Kadangkala kepercayaan terbentuk justru dikarenakan kurang atau
tiadanya informasi yang benar mengenai objek yang dihadapi. Umumnya reaksi
emosional banyak dipengaruhi oleh kepercayaan yang kita percayai dengan
benar dan berlaku bagi objek yang dimaksud sehingga memunculkan evaluasi
dalam diri kita. Kecenderungan berperilaku secara konsisten selaras dengan
kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual (Peter & Olson 1998).
Sikap Pendekatan Kesukaan
Kecenderungan perasaan seseorang yang secara konsisten menyukai
atau tidak menyukai suatu obyek atau gagasan merupakan ungkapan dari sikap
seseorang
(Kotler
&
Armstrong
1997).
Schifman
dan
Kanuk
(2000)
mendefinisikan sikap sebagai ekspresi dari perasaan yang mencerminkan
apakah seseorang senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, dan setuju
atau tidak terhadap suatu obyek. Menurut Hanna dan Wozniak (2000) sikap
menempatkan orang pada kerangka berpikir tentang menyukai atau tidak
menyukai sesuatu, bergerak mendekat atau menjauh dari hal itu maka sikap sulit
berubah. Sikap seseorang membentuk sebuah pola, dan mengubahnya
membutuhkan banyak penyesuaian yang sulit dalam dimensi sikap lainnya.
Apakah suatu sikap akan mempengaruhi atau tidak mempengaruhi
proses interpretasi atau integrasi tergantung pada kemudahannya diakses
(accessibility) dalam ingatan, maksudnya adalah apakah ada kemungkinan sikap
itu diaktifkan, faktor-faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya sikap diakses
adalah tingkat kepentingan, jumlah frekuensi pengaktifan yang telah dilakukan
sebelumnya dan kekuatan asosiasi suatu konsep dengan sikap (Simamora
2002). Respon kesukaan tergantung pada sistem nilai dari seorang individu yang
mewakili standar pribadi tentang baik dan buruk, benar dan salah, dan
seterusnya, oleh karena itu perasaan suka cenderung lebih tahan lama dan
kompleks dibandingkan dengan kepercayaan (Lamb et al. 2004). Menurut Peter
dan Olson (1998) tanggapan afektif yang muncul langsung pada rangsangan
tertentu dengan rasa menyenangkan atau tidak menyenangkan bisa terjadi tanpa
pemrosesan kognitif. Evaluasi tersebut dapat dikaitkan dengan produk atau
merek tertentu, sehingga menciptakan suatu sikap.
Sikap Pendekatan Niat
Niat dapat didefinisikan sebagai keinginan konsumen untuk berperilaku.
(Mowen & Minor 2001). Perilaku (behavior) ditentukan oleh niat. Niat ditentukan
oleh sikap (attitude) dan norma-norma sosial yang berhubungan dengan perilaku.
Oleh karenanya, proses mencoba untuk mencapai sebuah tujuan (trying to
achieve a goal) ditentukan oleh niat untuk mencoba yang ditentukan oleh sikap
dan norma-norma sosial yang berhubungan dengan proses mencoba tadi. Teori
mencoba (theory of trying) yang dikemukakan Bagozzi dan Warshaw (1990)
dibangun berdasarkan teori pengejaran pencapaian tujuan (goal pursuit) dan
perilaku terencana (planned behavior) untuk menjelaskan perilaku yang
diarahkan oleh tujuan.
Susu
Susu adalah salah satu makanan yang paling bernutrisi. Susu kaya akan
protein berkualitas tinggi yang mengandung sepuluh asam amino essensial.
Susu memberikan kontribusi terhadap semua asupan harian seperti halnya asam
lemak essensial, immunoglobin, dan mikronutrien lain. Susu sapi adalah jenis
susu yang paling dominan di beberapa negara, tetapi dewasa ini susu kambing,
kerbau, domba, dan unta sudah mulai diproduksi. Susu juga dikonsumsi dalam
bentuk fermentasi seperti keju, yogurt, kefir, dan mentega putih (Raunhardt &
Bowley 1996).
Susu yang dikonsumsi manusia terbagi menjadi beberapa segmen yaitu
susu bubuk, susu murni, susu kental manis dan susu formula lanjutan yang biasa
dikonsumsi untuk balita. Susu murni adalah susu yang langsung berasal dari
hewan mamalia (Buckle et al. 1987), Susu bubuk adalah bubuk yang dibuat dari
susu kering yang solid. Susu bubuk mempunyai daya tahan yang lebih lama
daripada susu cair dan tidak perlu disimpan di lemari es karena kandungan uap
airnya sangat rendah (Anonim 2008). Buckle et al. (1987) mendefinisikan susu
kental manis sebagai produk susu berbentuk cairan kental yang diperoleh dari
hasil rekonstruksi susu bubuk berlemak jenuh, sedangkan susu formula lanjutan
adalah pengganti air susu ibu untuk bayi berumur 6 bulan ke atas (Muchtadi
2002).
KERANGKA PEMIKIRAN
Keputusan membeli atau mengkonsumsi suatu produk dengan merek
tertentu akan diawali oleh langkah-langkah berikut: pengenalan kebutuhan,
pencarian informasi, evaluasi alternatif dan perilaku pemilihan merek. Pada
evaluasi alternatif, keputusan yang melibatkan alternatif-alternatif yang tidak
dapat diperbandingkan mungkin mengharuskan konsumen menggunakan kriteria
evaluasi yang lebih abstrak. Menurut Mowen dan Minor (2001), pada tahap
evaluasi alternatif ini, konsumen akan membentuk sikap.
Kepercayaan konsumen terhadap produk yang akan dibeli merupakan
salah satu proses selama pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh
berbagai
alternatif.
Kepercayaan
konsumen
berhubungan
dengan
pengetahuannya mengenai suatu obyek, atribut dan manfaatnya (Mowen &
Minor 2001). Menurut Supranto dan Limakrisna (2007) proses pembentukan
sikap seringkali menggambarkan keterkaitan antara kepercayaan, kesukaan dan
niat. Setelah melalui proses tersebut maka konsumen akan memilih merek mana
yang dibeli. Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara kepercayaan,
kesukaan, niat, dan perilaku pemilihan merek susu untuk anak. Secara lebih
ringkas kerangka pemikiran penelitian dijelaskan pada gambar berikut.
SIKAP
Kepercayaan terhadap
Merek
Karakteristik Individu
- Tingkat Pendidikan
- Tingkat Pendapatan
per Kapita
Kesukaan terhadap
Merek
Niat Memilih Merek
yang Sama
Perilaku Pemilihan
Merek
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul
“Pengaruh Perilaku Pembelian dan Konsumsi Susu Serta Pengasuhan Terhadap
Tumbuh Kembang Anak Usia 2-5 Tahun di Kota Bogor” (Yuliati 2008). Penelitian
payung tersebut dilaksanakan di 4 kelurahan yaitu Kelurahan Sukasari dan
Baranang Siang, Kecamatan Bogor Timur serta Kelurahan Tanah Sareal dan
Kedung Badak, Kecamatan Tanah Sareal. Penelitian yang menggunakan desain
”cross sectional study” ini hanya mengambil contoh dari dua kelurahan yaitu
Kelurahan Tanah Sareal dan Kedung Badak, Kecamatan Tanah Sareal dengan
pertimbangan bahwa karakteristik kedua wilayah tersebut sudah cukup mewakili
data yang diperlukan dalam penelitian ini dengan tingkat sosial ekonomi
masyarakatnya yang beragam dan jumlah balita yang tinggi. Selain itu wilayah
tersebut
dekat dengan pertokoan, mall/departemen store sebagai tempat
penjualan berbagai merek susu untuk anak. Waktu penelitian dilaksanakan pada
Mei 2006 hingga Mei 2007.
Cara Pemilihan Contoh
Penelitian ini mengambil contoh ibu dari anak usia 2 -5 tahun. Alasan
pemilihan ibu sebagai contoh adalah karena sebagian besar yang berperan
dalam pengambil keputusan pembelian susu adalah ibu. Hasil penelitian Tias
(2005) menunjukkan bahwa sebagian besar pengambilan keputusan pembelian
susu dilakukan oleh ibu (82%), hanya 5 % yang dilakukan oleh ayah dan sisanya
merupakan keputusan bersama ibu dan ayah (13%). Sedangkan alasan
dipilihnya contoh hanya ibu yang memiliki anak 2 – 5 tahun adalah karena pada
umumnya anak usia 2 -5 tahun masih mengkonsumsi susu dan sudah tidak
mengkonsumsi ASI. Pemilihan populasi dilakukan secara purposive. Data jumlah
anak usia 2 -5 tahun yang diperoleh dari tiap-tiap posyandu di kelurahan Tanah
Sareal dan Kelurahan Kedung Badak adalah 645 anak.
Jumlah contoh yang diperlukan bila derajat kepercayaan yang diinginkan
adalah 90% dan presisi 10% adalah :
n =
n=
jumlah contoh
N=
jumlah populasi
N
(Umar 2003)
1 + Ne 2
e=
persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan contoh
yang masih dapat ditolerir.
n=
=
645
1 + 645 (0.1) 2
86.5 ~ 87 orang contoh.
Berdasarkan data jumlah anak usia 2 - 5 tahun dari setiap posyandu di
delapan RW, terdapat sebanyak 251 anak usia 2 - 5 tahun di Kelurahan Tanah
Sareal dan 394 anak usia 2 - 5 tahun di Kelurahan Kedung Badak. Teknik
penarikan contoh populasi secara Proporsional sampling dilakukan agar
didapatkan jumlah contoh yang merata dari setiap cakupan wilayah yang diteliti.
Selain itu kedua kelurahan tersebut masing-masing mewakili karakteristik sosial
ekonomi menengah ke bawah dan menengah ke atas. Kemudian diperoleh 143
contoh dari kedua wilayah yang diteliti. Dari 143 contoh tersebut didapatkan 110
ibu dari anak usia 2 – 5 tahun yang membeli susu dan 33 ibu dari anak usia 2 – 5
tahun yang tidak membeli susu untuk anak. Kemudian didapatkan hasil data 103
ibu dari anak usia 2 – 5 tahun untuk mengukur kepercayaan terhadap merek,
sikap terhadap merek, niat memilih merek dan perilaku pemilihan merek susu
untuk anak. Berikut ini disajikan bagan cara pemilihan contoh.
Kota Bogor
Kelurahan
Kedung Badak
(251)
Kelurahan
Tanah Sareal
(394)
Proporsional
Sampling
(143)
Contoh yang membeli
susu untuk anak
(110)
Gambar 3. Bagan Cara Pemilihan Contoh
Contoh yang tidak
membeli susu
(33)
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer terdiri dari (1) karakteristik individu (tingkat pendidikan dan
tingkat pendapatan per kapita), (2) kepercayaan terhadap merek susu, (3)
kesukaan terhadap merek susu, (4) niat memilih merek susu yang sama dan (5)
perilaku pemilihan merek susu. Data primer dikumpul melalui wawancara
terhadap responden dengan menggunakan kuesioner kepada ibu. Data sekunder
adalah data keterangan responden secara umum yang diperoleh dari posyandu
setempat melalui kelurahan yang diteliti. Data sekunder dikumpulkan dari dinas
kesehatan kota bogor, puskesmas, kecamatan, dan kelurahan serta instansi lain
yang terkait.
Pengolahan dan Analisis Data
Data primer yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis menggunakan
program Microsoft Excel dan SPSS 12.0 for windows. Tahap proses pengolahan
dan analisis data adalah editing, coding, scoring, entry, dan analisis. Analisis
dilakukan secara statistik deskriptif dan inferensi (Santoso 2000). Metode
pengolahan yang dilakukan pada tiap-tiap variabel penelitian adalah sebagai
berikut :
1. Karakteristik Individu
Uraian contoh yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tingkat
pendidikan dan tingkat pendapatan per kapita.
Tingkat Pendidikan
Kategori tingkat pendidikan yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti
aturan dari BPS (2004) yaitu: 1 = tidak pernah sekolah; 2 = tidak tamat SD; 3 =
SD; 4 = SMP/sederajat; 5 = SMA/sederajat; 6 = Akademi/Diploma; 7 =
Perguruan Tinggi.
Tingkat Pendapatan Per kapita
Tingkat pendapatan per kapita didapat dengan membagi total pendapatan
yang didapat seluruh anggota keluarga per bulan dengan jumlah anggota
keluarga. Jumlah selang tingkat pendapatan per kapita didapatkan dengan
cara mengurangi jumlah pendapatan perkapita maksimum dengan minimum
kemudian dibagi dengan rata-rata seluruh pendapatan per kapita contoh.
Setelah didapatkan lima rataan tingkat pendapatan per kapita, secara merata
tingkat pendapatan per kapita diurutkan. Selang tingkat pendapatan per kapita
contoh adalah : 1 = <100 000; 2 = 100 000-500 000; 3 = 500 001-1 000 000; 4
= 1 000 001-1 500 000; 5 = >1 500 000.
2. Kepercayaan terhadap Merek
Pengukuran kepercayaan terhadap merek susu didapat dari jawaban
contoh mengenai 11 pernyataan positif yang diberikan. Data yang telah diolah
secara deskriptif akan menampilkan jumlah maksimum dan minimumnya
Kemudian menurut rumus Walpole (1988). Jumlah maksimum dikurangi jumlah
minimum dan dibagi dengan jumlah selang yang diinginkan yaitu tiga kategori
selang (rendah, sedang dan tinggi). Dari jumlah contoh yang menjawab tiap
pernyataan tersebut didapatkan selang kategori untuk tingkat kepercayaan
terhadap merek yaitu rendah : x < 40; sedang : 40 ≤ x ≤ 48; tinggi : x > 48.
3. Kesukaan terhadap Merek
Pengukuran sikap terhadap merek susu didapat dari jawaban contoh
mengenai 11 pernyataan yang meliputi 6 pernyataan positif dan 5 pernyataan
negatif. Kemudian 5 pernyataan negatif tersebut diolah secara statistik sehingga
menjadi pernyataan yang positif. Setelah itu dari jumlah contoh yang menjawab
tiap pernyataan tersebut dikategorikan menurut rumus Walpole (1988). Jumlah
maksimum dikurangi jumlah minimum dan dibagi dengan jumlah selang yang
diinginkan. Kemudian akan didapatkan selang tingkat kategori kesukaan
terhadap merek yaitu negatif : x < 34; netral : 34 ≤ x ≤ 39; positif : x > 39.
4. Niat Memilih Merek yang Sama
Pengukuran niat contoh dalam memilih merek susu yang sama adalah
dengan secara langsung memilih salah satu pernyataan yang akan dilakukan
contoh dalam membeli merek susu yang sama pada sebulan yang akan datang
yaitu: 1 = ragu-ragu; 2= kemungkinan akan beli; 3= pasti akan beli.
5. Perilaku Pemilihan Merek
Perilaku contoh dalam memilih merek susu diukur dengan mencantumkan
merek susu apa saja yang dibeli contoh dalam sebulan terakhir, merek susu
yang sering dibeli dan pemilihan merek susu, yaitu apakah contoh selalu
membeli merek yang sama selama 6 bulan.
Hubungan
antar
peubah
yang
diteliti
dapat
diketahui
dengan
menganalisis data primer menggunakan perangkat statistik yang sesuai menurut
jenis data yaitu uji Chi-square untuk data yang bersifat kategori dan uji korelasi
Spearman untuk data yang bersifat kategori ordinal. Pada penelitian ini uji Chisquare digunakan untuk menganalisis hubungan karakteristik individu dengan
sikap dan perilaku pemilihan merek, sedangkan untuk menguji hubungan niat
memilih merek dan perilaku pemilihan merek sebelumnya data niat memilih
merek yang bersifat kategori ordinal diubah terlebih dahulu sehingga menjadi
data yang bersifat kategori. Dalam penelitian ini hubungan sikap dan perilaku
pemilihan merek hanya dilakukan secara satu arah sehingga hubungan timbal
balik atau silang antar peubah sikap dan perilaku pemilihan merek tidak
dianalisis. Uji korelasi Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan
kepercayaan terhadap merek dan kesukaan terhadap merek; kesukaan terhadap
merek dan niat memilih merek yang sama.
Definisi Operasional
Contoh adalah ibu dari anak berusia 2 - 5 tahun berdomisili di lokasi penelitian
yang membeli susu untuk anak secara rutin dalam enam bulan terakhir
dan bersedia menjadi objek dalam penelitian ini.
Karakteristik
Individu
adalah
karakteristik
contoh
yang
dianggap
mempengaruhi proses pengambilan keputusan pemilihan merek yang
meliputi pendidikan dan pendapatan.
Tingkat Pendidikan adalah karakteristik contoh yang bisa menentukan jenis
pekerjaan yang dilakukan oleh seorang konsumen.
Tingkat Pendapatan per Kapita adalah pendapatan per bulan keluarga contoh
yang dirumuskan berdasarkan jumlah pendapatan total keluarga dibagi
dengan jumlah seluruh anggota keluarga.
Kepercayaan terhadap Merek adalah pengetahuan contoh mengenai produk
susu yang akan dibeli dari atribut dan manfaatnya.
Kesukaan terhadap Merek adalah evaluasi perasaan contoh dari suatu produk
susu untuk anak yang dibeli contoh agar tercapai pemenuhan
kebutuhan.
Niat Memilih Merek yang Sama adalah penyebutan keinginan contoh dalam
melakukan pembelian ulang merek susu untuk anak yang biasa dibeli
pada bulan selanjutnya.
Perilaku Pemilihan Merek adalah gambaran perilaku contoh dalam memilih
merek susu untuk anak yang mencakup merek susu yang terakhir dibeli,
merek susu yang sering dibeli dan pemilihan merek susu untuk anak
dalam enam bulan terakhir.
Merek yang Terakhir Dibeli adalah merek susu untuk anak yang dibeli oleh
contoh dalam sebulan terakhir.
Merek yang Sering Dibeli adalah merek susu untuk anak yang dibeli oleh
contoh dalam enam bulan terakhir.
Pemilihan Merek Susu adalah kesamaan merek susu untuk anak yang selalu
dibeli contoh dalam enam bulan terakhir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kelurahan Tanah Sareal
Kelurahan Tanah Sareal termasuk dalam wilayah Kecamatan Tanah
Sareal Kota Bogor. Kelurahan ini berbatasan dengan sungai Cipakancilan di
sebelah utara, Kelurahan Sempur di sebelah selatan, Kelurahan Bantar Jati di
sebelah timur, dan Kelurahan Kebon Pedes di sebelah barat. Kelurahan ini
terbagi dalam 7 Rukun Warga (RW) dan 36 Rukun Tetangga (RT).
Jumlah penduduk Kelurahan Tanah Sareal berdasarkan data dari
Kecamatan Tanah Sareal pada tahun 2006 adalah sebanyak 8907 orang dengan
jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 2060 KK. Dari jumlah penduduk tadi
sebanyak 4635 berjenis kelamin laki-laki sedangkan 4272 berjenis kelamin
perempuan. Dari segi tingkat pendidikan terakhir. sebanyak 840 orang di
Kelurahan ini adalah tamatan Sekolah Dasar (SD). 4050 orang tamatan Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). 2700 orang adalah lulusan Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA). dan sebanyak 283 orang merupakan lulusan Perguruan
Tinggi (PT) setingkat diploma dan sarjana. Jumlah balita yang ada di Kecamatan
Tanah Sareal adalah 677 dengan jumlah ibu rumah tangga adalah sebanyak
1459 orang. Kecamatan Tanah Sareal memiliki 10 posyandu yang tersebar
dalam 7 RW.
Batas Kelurahan Tanah Sareal berjarak sekitar 1 km dari Kecamatan
Tanah Sareal dan berada sejauh 5 km dari Kotamadya Bogor. Jarak kelurahan
ini dari Ibukota propinsi (Jawa Barat) adalah sekitar 180 km sedangkan jarak ke
Ibukota Negara (Jakarta) adalah sejauh 60 km. Keluruhan Tanah Sareal
didukung
oleh
beberapa
fasilitas
ekonomi
seperti
keberadaan
Pusat
Perbelanjaan seperti Pasar Bogor, Plaza Jambu Dua. Jaringan transportasi yang
menghubungkan kelurahan ini dengan kelurahan lain di kota bogor sudah cukup
baik karena sudah dilalui oleh jalur angkutan perkotaan.
Kelurahan Kedung Badak
Secara administratif Kelurahan Kedung Badak merupakan bagian dari
wilayah Kecamatan Tanah Sareal kota Bogor. Batas kecamatan ini adalah
Kelurahan Sukadamai dan Kelurahan Sukaresmi di sebelah utara. Kelurahan
Kebon Pedes di sebelah selatan. Kelurahan Cibuluh di sebelah timur, dan
Kelurahan Kedung Jaya di sebelah barat. Kelurahan Kedung Badak terdiri atas
14 RW dan 99 RT.
Data mengenai demografi kependudukan di Kelurahan Kedung Badak
diperoleh dari Kelurahan setempat pada tahun 2006 Jumlah penduduk di
Kelurahan ini adalah sebanyak 24013 orang. Jumlah KK di kelurahan ini adalah
6355 KK. Pendidikan terakhir yang ditempuh penduduk di kelurahan ini adalah
sebagai berikut. Sebanyak 4560 orang di merupakan tamatan SD 4490 orang
tamatan SLTP 6730 orang adalah lulusan SLTA. dan sebanyak 2386 orang
merupakan lulusan PT setingkat diploma dan sarjana.
Jumlah balita yang berada di Kecamatan Kedung Badak adalah sebanyak
4135 orang dengan jumlah Ibu rumah tangga sejumlah 4460. Jumlah posyandu
adalah sebanyak 25 yang tersebar dalam 14 RW. Di Kelurahan Kedung Badak
terdapat Fasilitas Ekonomi yang cukup terkenal di Kota Bogor yakni Pusat
Perbelanjaan (Mall) Yogya.
Karakteristik Individu
Tingkat Pendidikan
Tabel 1 menyajikan jumlah dan persentase dari total 103 contoh
berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang mereka miliki saat dilakukan
wawancara. Dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan contoh cukup beragam.
Persentase contoh terbesar (39.8%) menyelesaikan pendidikan hingga Sekolah
Menengah Atas (SMA)/sederajat. Contoh yang tidak pernah sekolah dan tidak
tamat SD merupakan contoh dengan jumlah paling sedikit, yaitu sebesar 3.8%.
Tabel 1 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan
Tidak pernah sekolah
Tidak tamat SD
SD/sederajat
SMP/sederajat
SMA/sederajat
Akademi/diploma
Perguruan Tinggi
Total
Rata-rata ± SD (tahun)
Contoh (n)
2
2
12
28
41
10
8
103
4.59 ± 1.29
Pensentase (%)
1.9
1.9
11.7
27.2
39.8
9.7
7.8
100.0
Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan contoh cukup
memadai karena sebagian besar (74.5%) sudah menyelesaikan pendidikan wajib
9 tahun. Menurut Loudon dan Della Bitta (2002), tingkat pendidikan tidak hanya
mempengaruhi apa yang dibeli oleh konsumen tetapi juga merek yang mereka
pilih.
Tingkat Pendapatan per Kapita
Tingkat pendapatan per kapita contoh disajikan pada Tabel 2.
Pendapatan per kapita diukur berdasarkan rasio antara pendapatan keluarga
total dengan jumlah anggota keluarga. Persentase contoh terbanyak (59.2%)
memiliki pendapatan per kapita antara Rp 100000 – Rp 500000. Sedangkan
persentase contoh yang terkecil (4.8%) memiliki pendapatan per kapita lebih dari
Rp 150000.
Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendapatan per kapita
Tingkat Pendapatan
per Kapita
<100000
100000-500000
500001-1000000
1000001-1500000
>1500000
Total
Rata-rata ±SD (Rupiah)
Contoh (n)
Persentase (%)
11
61
18
8
5
103
514271.15 ± 486791.83
10.7
59.2
17.5
7.8
4.8
100.0
Tingkat pendapatan per kapita contoh berada pada kisaran Rp 37500 –
Rp 2500000 dengan rata-rata Rp 514271. Stoner et al. (1995) mengatakan
bahwa pendapatan per kapita merupakan salah satu ukuran besarnya
kemampuan daya beli sebuah keluarga. Selain itu, konsep pendapatan per
kapita dapat digunakan untuk memahami secara lebih baik peran pendapatan
dalam menentukan pengeluaran dalam membeli berbagai produk (Engel et al.
1995).
Sikap
Kepercayaan terhadap Merek
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Tabel 3 lebih dari separuh
contoh (60.2%) memiliki kepercayaan tinggi terhadap pernyataan bahwa susu
untuk anak bermanfaat bagi pertumbuhan dan kecerdasan anak. Diduga
persentase kepercayaan tinggi terhadap manfaat susu karena dilandasi dengan
pengetahuan tentang susu yang dimiliki. Selain itu contoh merasa kebutuhan gizi
yang didapatkan dari susu cukup terbukti. Sebagian besar contoh
(79.6%)
memiliki kepercayaan sedang akan klaim gizi yang tertera di dalam susu untuk
anak. Sekitar tiga perempat (74.8%) contoh juga memiliki kepercayaan tinggi
bahwa harga susu untuk anak sudah sesuai dengan kemampuan pendapatan
keluarga.
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan pernyataan mengenai kepercayaan
terhadap merek susu
No
Pernyataan
1
Manfaat bagi anak
2
Klaim gizi
3
Kepercayaan terhadap Merek
Rendah
Sedang
Tinggi
n
%
n
%
n
%
2
1.9
39
37.9
62 60.2
Total
n
103
%
100.0
4
3.9
82
79.6
17
16.5
103
100.0
Kesesuaian harga
10
9.7
16
15.5
77
74.8
103
100.0
4
Harga merek
24
23.3
57
55.3
22
21.4
103
100.0
5
Rasa
1
1.0
51
49.5
51
49.5
103
100.0
6
Bonus
29
28.2
25
24.3
49
47.6
103
100.0
7
Ukuran kemasan
12
11.7
80
77.7
11
10.7
103
100.0
8
Penyiapan /kelarutan
1
1.0
6
5.8
96
93.2
103
100.0
9
Kualitas
1
1.0
82
79.6
20
19.4
103
100.0
10
Negara asal
7
6.8
13
12.6
83
80.6
103
100.0
11
Citra /kesan merek
8
7.7
70
68
25
24.3
103
100.0
Menurut Mowen dan Minor (2001) meskipun harga suatu merek produk
relatif lebih mahal dibanding merek lainnya, konsumen memiliki kepercayaan
tertentu bahwa harga yang lebih tinggi memiliki kualitas yang lebih baik. Lebih
dari separuh contoh (55.3%) memiliki kepercayaan sedang terhadap pernyataan
harga susu yang dibeli termasuk murah. Contoh memiliki kepercayaan sedang
dan tinggi yang seimbang (49.5%) terhadap pernyataan bahwa rasa susu disukai
oleh anak. Diduga walaupun sebagian contoh percaya bahwa kesukaan anak
terhadap rasa susu menjadi atribut yang penting bagi contoh khususnya jika
anak agak susah minum susu namun masih banyak juga contoh yang tidak
terlalu menganggap bahwa atribut rasa dari merek susu bukannlah hal utama
yang harus diperhatikan dalam membeli merek susu. Hampir separuh contoh
(47.6%) memiliki kepercayaan tinggi bahwa bonus yang ditawarkan oleh merek
susu untuk anak cukup menarik.
Sebagian besar contoh (77.7%) memiliki tingkat kepercayaan sedang
terhadap pernyataan bahwa ukuran kemasan sesuai keinginan. Mayoritas
contoh (93.2%) memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap penyiapan dan
kelarutan susu yang mudah. Diduga contoh yang memiliki kepercayaan tinggi
terhadap penyiapan dan kelarutan karena hampir semua merek susu sudah
tergolong mudah dalam penyiapan dan kelarutannya. Sebagian besar contoh
(79.6%) memiliki kepercayaan sedang terhadap susu yang berkualitas.
Sebanyak 80.6% contoh memilliki kepercayaan tinggi terhadap negara asal
pembuat susu yang terkenal. Lebih dari setengah (68.2%) contoh umumnya
memiliki kepercayaan sedang terhadap citra/kesan merek susu.
Tabel 4 menyajikan tingkat kepercayaan terhadap merek susu untuk anak
menurut
sebaran frekuensi contoh.
Mayoritas
contoh
(89.3%) memiliki
kepercayaan yang sedang terhadap merek susu . Hanya sedikit (3.9%) yang
memiliki kepercayaan rendah terhadap merek susu sedangkan sedikit dari
contoh (6.8%) memiliki kepercayaan tinggi. Menurut Kotler (2003) kepercayaan
seseorang tentang produk atau merek akan mempengaruhi keputusan mereka
dalam memilih merek.
Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kepercayaan terhadap merek susu
Kepercayaan terhadap
Merek
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
Contoh (n)
Persentase (%)
4
92
7
103
3.9
89.3
6.8
100.0
Kesukaan terhadap Merek
Tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas contoh (88.3%) memiliki
kesukaan positif terhadap pernyataan bahwa susu untuk anak bermanfaat bagi
pertumbuhan dan kecerdasan anak. Ini berarti sebagian besar contoh merasa
bahwa merek susu yang dibeli untuk anak bermanfaat bagi kecerdasan dan
pertumbuhan
anak
mereka.
Sebagian
besar
contoh
(86.4%)
memilih
berkesukaan netral terhadap kebenaran klaim gizi yang disampaikan, secara
umum sebagian besar merasa bahwa klaim gizi didalam susu untuk anak dapat
dirasakan kebenarannya. Mayoritas contoh (89.3%) memiliki kesukaan positif
terhadap kesesuaian harga susu dengan kemampuan pendapatan keluarga.
Banyak peneliti setuju bahwa kesukaan menggambarkan evaluasi seseorang
terhadap obyek. Obyek tersebut berkaitan dengan sebuah entitas yang dapat
terlihat oleh seseorang (Ajzen & Fishbein 1977 dalam Joshi 2003).
Kesukaan contoh terhadap suatu obyek bisa dipengaruhi langsung oleh
pengalaman pribadi, pemasaran dalam kaitannya dengan harga dan promosi
serta media massa. Sebanyak 79.6% contoh mengambil kesukaan netral
terhadap pernyataan harga merek susu yang dibeli tidak mahal. Diduga sebagian
besar contoh beranggapan bahwa mahal atau tidaknya harga susu tidak
menghalangi pembelian mereka mengingat pentingnya manfaat susu untuk anak.
Sebagian besar contoh (79.6%) memiliki kesukaan yang netral terhadap
kesukaan anak contoh terhadap rasa susu yang dikonsumsi.
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pernyataan mengenai kesukaan terhadap
merek susu
No
Pernyataan
Kesukaan terhadap Merek
Negatif
Netral
Positif
n
%
n
%
n
%
7
6.8
5
4.9
91 88.3
Total
n
103
%
100.0
12.6
103
100.0
92
89.3
103
100.0
79.6
20
19.4
103
100.0
82
79.6
20
19.4
103
100.0
1.0
98
95.1
4
3.9
103
100.0
1
1.0
89
86.4
13
12.6
103
100.0
Penyiapan /kelarutan
21
20.4
80
77.7
2
1.9
103
100.0
9
Produk impor /lokal
72
69.9
15
14.6
16
15.5
103
100.0
10
Negara asal
60
58.3
16
15.5
27
26.2
103
100.0
11
Citra /kesan merek
2
1.9
100
97.1
1
1.0
103
100.0
1
Manfaat bagi anak
2
Klaim gizi
1
1.0
89
86.4
13
3
Kesesuaian harga
6
5.8
5
4.9
4
Harga merek
1
1.0
82
5
Rasa
1
1.0
6
Bonus
1
7
Ukuran kemasan
8
Hampir seluruh contoh (95.1%) memiliki kesukaan netral terhadap bonus
yang ditawarkan merek susu. Diduga bonus yang ditawarkan bukan menjadi
alasan utama contoh memilih merek susu namun bisa menjadi nilai tambah pada
suatu merek susu agar contoh semakin menyukai merek susu yang dibeli.
Sebanyak 86.4% contoh berkesukaan netral terhadap ukuran kemasan yang
ditawarkan. Diduga ukuran kemasan bukan menjadi salah satu alasan utama
pembelian susu namun secara umum kesesuaian harga dengan ukuran
kemasan tiap merek susu menjadi hal yang diperhatikan oleh contoh.
Sebagian besar contoh memiliki kesukaan netral terhadap penyiapan dan
kelarutan susu. Diduga contoh tidak terlalu memperhatikan hal tersebut karena
penyiapan dan kelarutan berbagai merek susu cenderung sama. Lebih dari
separuh contoh (69.9%) memiliki kesukaan negatif terhadap alasan membeli
merek susu karena produk impor atau lokal. Lebih dari setengah contoh (58.3%)
memiliki kesukaan negatif terhadap anggapan membeli merek susu karena
berasal dari negara yang terkenal dalam membuat susu. Diduga produk dalam
atau luar negeri yang memproduksi susu untuk anak bukan hal utama yang
harus diperhatikan karena ada sebagian contoh yang bahkan tidak mengetahui
negara asal merek susu yang dibeli. Hampir seluruh contoh (97.1%) memiliki
kesukaan yang netral terhadap citra merek susu untuk anak. Diduga bahwa citra
merek susu bukan hal yang perlu diperhatikan contoh selama merek susu
tersebut belum memiliki catatan yang buruk. Namun untuk merek susu yang
sudah lama terkenal bisa memiliki citra yang baik menurut konsumen.
Analisis sebaran frekuensi kesukaan contoh terhadap merek susu untuk
anak diperlihatkan pada Tabel 6. Dari tabel tersebut terlihat bahwa lebih dari
setengah contoh (57.3%) memiliki kesukaan netral terhadap merek susu.
Sedangkan kurang dari separuhnya (41.7%) memiliki sifat positif terhadap merek
susu. Hampir tidak ada contoh (1%) yang memiliki kesukaan negatif terhadap
merek susu.
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kesukaan terhadap merek susu
Kesukaan terhadap
Merek
Negatif
Netral
Positif
Total
Contoh (n)
Persentase (%)
1
59
43
103
1.0
57.3
41.7
100.0
Niat Memilih Merek yang Sama
Tabel 7 menunjukkan niat contoh dalam memilih merek susu yang sama.
Hanya sedikit (4.9%) contoh yang ragu-ragu dan mungkin akan membeli merek
yang sama. Mayoritas contoh (90.3%) yakin bahwa mereka pasti akan membeli
merek susu yang sama jika persediaan susu sudah habis. Ini menunjukkan
bahwa niat sebagian besar contoh dalam membeli merek susu yang sama pada
kesempatan selanjutnya termasuk tinggi. Diduga contoh berencana membeli
merek susu yang sama karena contoh sudah merasa cocok dengan merek yang
biasa dibeli dan anak tidak mengalami pengalaman yang buruk dalam
mengkonsumsi merek susu tersebut sebelumnya. Dalam sebuah studi yang
dilakukan oleh Sherman (1980) dalam Ajzen (1991), ditunjukkan bahwa
penyebutan niat seseorang untuk melakukan sebuah perilaku meningkatkan
kemungkinan ia melakukan perilaku tersebut. Sebagian contoh yang masih ragu
membeli merek sama beberapa diantaranya merasa takut merek susu yang
biasa dibeli tidak tersedia sedangkan anak hanya menyukai rasa tertentu dari
susu. Selain itu ada juga yang ragu membeli karena contoh tidak selalu
menggunakan merek susu yang sama.
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan niat memilih merek susu yang sama
Niat Memilih Merek
Ragu – ragu
Kemungkinan beli
Pasti beli
Total
Contoh (n)
5
5
93
103
Persentase (%)
4.9
4.9
90.3
100.0
Perilaku pemilihan merek
Perilaku pemilihan merek susu oleh contoh meliputi merek susu yang
terakhir dibeli contoh, merek susu yang sering dibeli contoh dan pemilihan merek
susu. Merek susu yang dibeli contoh memiliki variasi jenis, rasa dan segmentasi
umur yang berbeda-beda. Merek susu yang memiliki jenis paling beragam adalah
Indomilk sedangkan merek susu yang memiliki rasa paling beragam adalah
Dancow dan SGM. Merek susu untuk anak yang memiliki segmentasi umur
paling bervariasi adalah Nutrilon.
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan merek susu yang terakhir dibeli
Merek Susu
Bebelac
Frisian Flag
Dancow
Enfagrow
Indomilk
Lactogen
Milo
Nutrilon Royal
Pediasure
SGM
Sustagen Kid
Ultra
Cap Enaak
Total
Contoh (n)
1
32
48
1
4
3
1
2
1
4
1
2
3
103
Persentase(%)
0.9
31.0
46.6
0.9
3.9
2.9
0.9
1.9
0.9
4.4
0.9
1.9
2.9
100.0
Merek susu apa saja yang dibeli contoh dalam sebulan terakhir dapat
dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa merek susu bubuk
yang paling banyak dipilih contoh adalah Dancow (46.6%), yaitu: Dancow 3+
(19.4%), Dancow Instan (17.5%), Dancow 1+ (8.7%) dan Dancow 456 (1.0%).
Diduga hal ini disebabkan jangkauan distribusi merek susu Dancow yang sudah
luas dan memudahkan masyarakat dalam mendapatkannya. Selain itu Dancow
juga gencar dalam melakukan promosi dibanding merek lain. Jenis susu merek
Dancow yang paling banyak dibeli contoh adalah susu bubuk, diduga bahwa
susu bubuk merek Dancow memiliki kelarutan yang lebih mudah dan variasi rasa
yang banyak.
Tabel 9 memuat informasi merek susu anak yang sering dibeli dalam
jangka waktu enam bulan terakhir. Susu bubuk Dancow adalah yang paling
banyak dipilih, yakni: Dancow 3+ (18.4%), Dancow Instan (17.5%), Dancow 1+
(8.7%) dan Dancow 456 (1.0%). Untuk jenis susu cair yang lebih banyak dibeli
contoh adalah susu Ultra (1.9%), sedangkan untuk jenis susu kental manis,
merek susu yang paling sering dibeli contoh adalah Frisian Flag (20.4%). Dilihat
dari total merek yang sering dibeli contoh, Dancow sering digunakan oleh hampir
setengah contoh (45.6%). Hal ini menunjukkan bahwa konsumen lebih memilih
merek susu yang sama dan tidak berganti ke merek susu lain.
Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan merek susu yang sering dibeli
Merek Susu
Frisian Flag
Dancow
Enfagrow
Indomilk
Lactogen
Nutrilon Royal
Pediasure
SGM
Sustagen Kid
Ultra
Frisian Flag
Cap Enaak
Total
Contoh (n)
14
47
1
4
1
2
2
5
1
2
21
3
103
Persentase (%)
13.6
45.6
0.9
3.9
0.9
1.9
1.9
4.9
0.9
1.9
20.4
2.9
100.0
Kecenderungan contoh tidak berpindah dalam memilih merek susu dapat
dilihat dari jumlah merek susu yang dibeli dalam waktu enam bulan. Selama
jangka waktu tersebut bisa dilihat apakah merek susu yang dibeli contoh
cenderung sama atau tidak. Tabel 10 berikut menunjukan pemilihan merek susu
yang sama oleh contoh.
Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan pemilihan merek susu
Merek susu yang dibeli
Contoh (n)
Persentase (%)
Merek sama
77
74.8
Merek berbeda
21
25.2
Total
103
100.0
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa sebanyak tiga per empat dari
contoh (74.7%) memilih membeli merek susu yang sama dalam enam bulan
terakhir. Hanya sebagian contoh (25.2%) yang memilih membeli lebih dari satu
merek atau merek yang. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas contoh tidak
mengubah pilihannya ketika kembali membeli susu untuk anak mereka. Diduga
contoh hanya menggunakan merek yang sama karena anak sudah cenderung
cocok dengan merek susu yang biasa dibeli contoh dan khawatir anak tidak
menyukai dan tidak cocok jika mencoba merek lain. Selain itu ada juga sebagian
contoh yang menggunakan merek susu yang berbeda memiliki alasan karena
pada saat tertentu merek susu yang biasa dibeli tidak ditemukan.
Hubungan antara Karakteristik Individu dan Kepercayaan terhadap Merek
Uji kepercayaan terhadap merek susu berdasarkan karakteristik individu
dilakukan dengan uji Chi-Square. Karakteristik individu meliputi tingkat
pendidikan dan tingkat pendapatan per kapita. Tingkat kepercayaan terhadap
merek susu diklasifikasikan kedalam tiga kategori yakni rendah, sedang, dan
tinggi. Tabel 11 menunjukkan bahwa untuk contoh yang memiliki pendidikan
terakhir setingkat SD hingga perguruan tinggi,
jumlah contoh yang memiliki
kepercayaan sedang terhadap merek susu juga semakin meningkat.
Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan kepercayaan terhadap merek susu
menurut tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan per kapita
n
Kepercayaan terhadap Merek
Rendah
Sedang
Tinggi
%
n
%
n
%
Total
n
%
Tingkat Pendidikan
Tidak pernah sekolah
0
0.0
2
100.0
0
0.0
2
100.0
Tidak tamat SD
0
0.0
2
100.0
0
0.0
2
100.0
SD
2
16.7
8
66.6
2
16.7
12
100.0
SMP
2
7.1
25
89.3
1
3.6
28
100.0
SMA
0
0.0
37
90.2
4
9.8
41
100.0
Akademi/ Diploma
0
0.0
10
100.0
0
0.0
10
100.0
Perguruan Tinggi
0
0.0
8
100.0
0
0.0
8
100.0
< Rp 100000
0
0.0
10
90.9
1
9.1
11
100.0
Rp 100000-500000
4
6.5
52
85.2
5
8.3
61
100.0
Rp 500001-1000000
0
0.0
18
100.0
0
0.0
18
100.0
Rp 1000001-1500000
0
0.0
7
87.5
1
12.5
8
100.0
Rp > 1500000
0
0.0
5
100.0
0
0.0
5
100.0
Tingkat Pendapatan
per Kapita
Hasil uji Chi-Square menunjukkan terdapat hubungan tingkat pendidikan
dengan kepercayaan terhadap merek (p<0.05). Ada kecenderungan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi kepercayaan contoh
terhadap merek susu. Uji Chi-square yang dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara pendapatan per kapita dengan kepercayaan terhadap merek
menunjukkan hasil yang positif (p<0.05). Hal ini berarti, semakin tinggi
pendapatan per kapita maka tingkat kepercayaan terhadap merek juga akan
semakin tinggi.
Hubungan Karakteristik Individu dan Kesukaan terhadap Merek
Pada Tabel 12 Terlihat bahwa sebagian besar contoh pada berbagai
tingkat pendidikan memiliki kesukaan netral terhadap merek susu. Pada contoh
yang memiliki tingkat pendidikan SD hingga perguruan tinggi, jumlah contoh
yang memiliki kesukaan netral juga semakin meningkat.
Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan kesukaan terhadap merek susu menurut
tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan per kapita
n
Negatif
%
Kesukaan terhadap Merek
Netral
Positif
n
%
n
%
Total
n
%
Tingkat Pendidikan
Tidak pernah sekolah
0
0.0
1
50
1
50
2
100.0
Tidak tamat SD
0
0.0
2
100.0
0
0.0
2
100.0
SD
0
0.0
6
50
6
50
12
100.0
SMP
1
3.6
12
42.9
15
53.5
28
100.0
SMA
0
0.0
24
58.5
17
41.5
41
100.0
Akademi/ Diploma
0
0.0
7
70
3
30
10
100.0
Perguruan Tinggi
0
0.0
7
87.5
1
12.5
8
100.0
< Rp 100000
0
0.0
7
63.6
4
36.5
11
100.0
Rp 100000-500000
1
1.6
32
52.5
28
46.9
61
100.0
Rp 500001-1000000
0
0.0
9
50
9
50
18
100.0
Rp 1000001-1500000
0
0.0
6
75
2
25
8
100.0
Rp > 1500000
0
0.0
5
100.0
0
0.0
5
100.0
Tingkat Pendapatan
per Kapita
Hasil uji Chi-square menunjukkan adanya hubungan tingkat pendidikan
contoh dan kesukaannya terhadap merek (p<0.05). Dengan kata lain, semakin
tinggi tingkat pendidikan contoh, maka kesukaan terhadap merek juga semakin
positif. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Bredbenner dan Shear (1982)
yang membuktikan bahwa tingkat pendidikan seseorang berkorelasi positif
dengan sikap kesukaannnya terhadap suatu produk.
Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa contoh dengan tingkat
pendapatan per kapita yang berbeda lebih banyak yang memiliki kesukaan netral
terhadap merek susu. Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa pendapatan per
kapita berhubungan dengan kesukaan terhadap merek susu (p<0.05). Artinya
semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita contoh maka kesukaan terhadap
merek susu juga semakin positif. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian oleh
Evanita et al. (1994) yang membuktikan bahwa tingkat pendapatan secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kesukaan konsumen terhadap
suatu produk.
Hubungan Karakteristik Individu dan Niat Memilih Merek yang Sama
Hasil uji Chi-square menunjukkan adanya hubungan antara tingkat
pendidikan dan niat memilih merek susu (p<0.05).
Dengan demikian tingkat
pendidikan contoh berbanding lurus dengan niatnya dalam memilih merek susu
yang biasa dibeli. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Li
et al. (1999) yang terbukti bahwa tingkat pendidikan seseorang berpengaruh
terhadap niat dalam berperilaku.
Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan niat memilih merek susu yang sama
menurut tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan per kapita
n
Niat Memilih Merek
Sedang
n
%
n
Rendah
%
Total
Tinggi
%
n
%
Tingkat Pendidikan
Tidak pernah sekolah
0
0.0
0
0.0
2
100.0
2
100.0
Tidak tamat SD
0
0.0
0
0.0
2
100.0
2
100.0
SD
1
8.3
2
16.7
9
75
12
100.0
SMP
0
0.0
1
3.6
27
96.4
28
100.0
SMA
3
7.4
1
2.4
37
90.2
41
100.0
Akademi/ Diploma
1
10
0
0.0
9
90
10
100.0
Perguruan Tinggi
0
0.0
1
12.5
7
87.5
8
100.0
< Rp 100000
0
0.0
0
0.0
11
100.0
11
100.0
Rp 100000-500000
3
4.9
4
6.6
54
88.5
61
100.0
Rp 500001-1000000
1
5.6
1
5.6
16
88.8
18
100.0
Rp 1000001-1500000
0
0.0
0
0.0
8
100.0
8
100.0
Rp > 1500000
1
20
0
0.0
4
80
5
100.0
Tingkat Pendapatan
per Kapita
Sebagian besar contoh juga memiliki niat yang tinggi dalam memilih
merek susu dalam berbagi tingkat pendapatan per kapita. Begitu juga hasil uji
Chi-square yang dilakukan antara tingkat pendapatan per kapita dan niat memilih
merek menunjukkan ada hubungan diantara keduanya (p<0.05). Dengan kata
lain, semakin meningkatnya tingkat pendapatan per kapita contoh, maka niat
contoh dalam memilih merek susu yang sama juga akan semakin tinggi.
Hubungan Karakteristik Individu dan Perilaku pemilihan merek
Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan per kapita dengan pemilihan merek
yang sama. Meskipun hasil uji hubungan tidak menunjukkan korelasi yang positif
namun berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa contoh pada berbagai tingkat
pendidikan yang memilih merek susu yang sama lebih banyak daripada merek
susu yang berbeda selama 6 bulan terakhir, kecuali contoh yang memiliki tingkat
pendidikan terakhir SD. Semua contoh yang memiliki tingkat pendidikan tidak
sekolah dan tidak tamat SD memilih merek susu yang sama selama enam bulan
terakhir.
Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan pemilihan merek susu menurut tingkat
pendidikan dan tingkat pendapatan per kapita
Pemilihan Merek
Merek sama
Merek berbeda
n
%
n
%
Total
n
%
Tingkat Pendidikan
Tidak pernah sekolah
2
100.0
0
0.0
2
100.0
Tidak tamat SD
2
100.0
0
0.0
2
100.0
SD
6
50.0
6
50.0
12
100.0
SMP
21
75.0
7
25.0
28
100.0
SMA
36
87.8
5
12.2
41
100.0
Akademi/ Diploma
6
60.0
4
40.0
10
100.0
Perguruan Tinggi
6
75.0
2
25.0
8
100.0
Tingkat Pendapatan
per Kapita
< Rp 100000
10
91.0
1
9.0
11
100.0
Rp 100000-500000
43
70.5
18
29.5
61
100.0
Rp 500001-1000000
16
88.8
2
11.2
18
100.0
Rp 1000001-1500000
6
75.0
2
25.0
8
100.0
Rp > 1500000
4
80.0
1
20.0
5
100.0
Hasil uji hubungan tingkat pendapatan per kapita dan pemilihan merek
yang sama juga tidak menunjukkan korelasi yang positif namun contoh yang
memilih merek susu sama dengan persentase terbanyak berada pada kisaran
tingkat pendapatan per kapita antara Rp 500000 – 1000000 Hampir semua
contoh yang memiliki tingkat pendapatan per kapita terendah (< Rp 100000)
memilih merek susu yang sama. Hasil uji kedua korelasi tersebut di atas tidak
sejalan dengan hasil penelitian Evanita et al. (1994) yang menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan berpengaruh nyata terhadap perilaku
pemilihan terhadap suatu produk. Diduga pengalaman dalam menggunakan
merek susu pada masa lalu bisa mengakibatkan contoh akan melakukan
pembelian ulang merek yang sama pada kesempatan berikutnya. Sehingga
walaupun contoh pada beragam tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan per
kapita cenderung lebih banyak yang memilih merek sama namun kedua
karakteristik individu tersebut terbukti tidak berhubungan dengan perilaku
pemilihan merek susu.
Hubungan Kepercayaan terhadap Merek
dan Kesukaan terhadap Merek
Hasil uji korelasi Spearman mengenai hubungan kepercayaan terhadap
merek susu dan kesukaan terhadap merek susu menunjukkan bahwa terdapat
hubungan diantara keduanya. Ini ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi p<0.05.
Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kepercayaan terhadap merek susu maka
kesukaan terhadap merek susu juga semakin positif. Mowen dan Minor (2001)
mengemukakan bahwa pertama-tama konsumen akan membentuk kepercayaan
tentang sebuah obyek, kemudian akan mengembangkan perasaan kesukaannya
terhadap obyek, maka pada saat itu kepercayaan akan mempengaruhi afeksi.
Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Joshi (2003), terbukti
bahwa kepercayaan berpengaruh positif terhadap perasaan konsumen.
Hubungan Kesukaan terhadap Merek
dan Niat Memilih Merek yang Sama
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
kesukaan terhadap merek susu dan niat memilih merek susu yang sama.
Menurut Goddin dan Blue (1995) dalam Hagger (2002), mayoritas penelitian
mengenai TRA/TPB menunjukkan bahwa sikap yang tergolong afektif dalam hal
ini perasaan kesukaan seseorang terhadap suatu produk memiliki pengaruh
paling besar dalam pembentukan niat konsumen. Secara harfiah perilaku
pembelian atau pemilihan merek (yang didalamnya termasuk juga niat sebelum
berperilaku), akan terjadi setelah formasi kepercayaan dan afeksi dalam hal ini
kesukaan terhadap merek. Selain itu perilaku dapat dipengaruhi secara langsung
ketika kekuatan situasional atau lingkungan yang kuat menggerakkan konsumen
dalam sebuah tindakan (Mowen & Minor 2001). Dengan kata lain dalam situasi
tertentu perilaku tersebut dapat dipengaruhi secara langsung tanpa terlebih
dahulu konsumen mengembangkan kepercayaan atau kesukaan yang kuat
terhadap produk.
Hubungan Niat Memilih Merek yang Sama
dan Perilaku Pemilihan Merek
Hubungan niat memilih merek susu yang sama dan perilakunya dilakukan
dengan melalui uji Chi-square. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara niat memilih merek susu yang sama dengan perilakunya
(p<0.05). Analisis perilaku pemilihan merek susu dilakukan terhadap merek yang
selalu dibeli dalam jangka waktu enam bulan terakhir. Dapat dikatakan pemilihan
merek yang sama dalam waktu yang berulang akan semakin mempengaruhi niat
contoh dalam memilih merek susu yang sama pada kesempatan berikutnya.
Menurut Childers (1986) pengalaman pembelian konsumen pada masa lalu
mempengaruhi keputusan membeli di masa depan. Dengan kata lain contoh
membeli merek yang sama karena terpengaruh hasil akumulasi dari pengalaman
pembelian susu sebelumnya. Contoh telah memiliki ingatan tertentu sehingga
mempengaruhi niat mereka dalam memilih merek susu yang sama.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Tingkat pendidikan contoh bervariasi pada berbagai tingkatan mulai dari
tidak tamat SD hingga Perguruan Tinggi. Tingkat pendapatan per kapita tertinggi
(59.2%) berada pada kisaran Rp 100000 - Rp 500000/bulan. Mayoritas contoh
(89.3%) memiliki tingkat kepercayaan yang sedang terhadap merek susu. Lebih
dari setengah contoh (57.3%) memiliki tingkat kesukaan yang netral terhadap
merek susu. Mayoritas contoh (90.3%) menjawab bahwa mereka pasti akan
membeli merek susu yang sama. Merek susu yang dibeli contoh bervariasi pada
berbagai merek. Merek susu yang paling banyak dibeli contoh dalam sebulan
terakhir adalah Dancow (46.6%). Merek susu yang paling sering dibeli contoh
adalah Dancow (45.6%). Sebagian besar contoh (74.8%) memilih merek susu
yang sama dalam jangka waktu enam bulan
Hubungan karakteristik individu dan sikap menunjukkan bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan per kapita seseorang maka
tingkat kepercayaan terhadap merek susu, tingkat kesukaan terhadap merek
susu dan niat dalam memilih merek susu yang sama juga semakin tinggi. Namun
tidak terdapat hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan per kapita
contoh dengan perilaku pemilihan merek susu.
Hubungan kepercayaan terhadap merek susu dan kesukaan terhadap
merek susu menunjukkan hubungan yang positif diantara keduanya. Artinya,
semakin tinggi kepercayaan contoh terhadap merek susu, maka kesukaannya
terhadap merek susu juga semakin positif. Hubungan kesukaan terhadap merek
susu dan niat memilih merek susu yang sama menunjukkan hasil yang negatif
diantara keduanya. Hubungan niat memilih merek susu yang sama dan perilaku
pemilihan merek susu menunjukkan bahwa semakin tinggi niat memilih merek
susu yang sama berhubungan maka perilaku pemilihan merek susu juga
semakin tinggi.
Saran
Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dan
tingkat pendapatan per kapita contoh, semakin tinggi pula kepercayaan,
kesukaan, dan niat memilih mereka terhadap merek susu. Perusahaan
sebaiknya mencoba mencocokkan produknya ke dalam sikap konsumen yang
nyata tanpa mengubahnya dengan memfokuskan peningkatan kualitas atribut
produk susu untuk anak jika ingin mendapatkan konsumen dengan kepercayaan
tinggi. Produsen susu untuk anak juga disarankan untuk mempertahankan
kualitas serta konsistensinya agar sikap dan niat memilih konsumen tersebut
terhadap produk mereka senantiasa positif dan tidak berpaling ke merek lainnya.
Apabila sebuah produk dalam jangka panjang berhasil mempertahankan
kualitasnya maka dapat diharapkan bahwa konsumen dengan tingkat pendidikan
dan pendapatan kapita tinggi akan setia dan bersikap semakin positif terhadap
produk tersebut.
Penelitian selanjutnya sebaiknya meninjau faktor-faktor lain yang
sebenarnya diinginkan oleh konsumen namun belum tercakup dalam penelitian
ini
dengan
mempertimbangkan
besarnya
pengetahuan
konsumen
agar
kepercayaan mereka terhadap merek susu meningkat. Dengan demikian
produsen susu untuk anak mengetahui keinginan konsumen sehingga dapat
menjaga sikap positif pelanggan.
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen I. (1991). Organizational Behavior and Human Decision Process, 50(1),
179-211.
[Anonim]. 2008. Susu Bubuk. http://wikipedia.co.id.
Anwar M. 1975. Dasar-dasar Marketing. Bandung : Alumni.
Ardiana A. 2007. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia. Program
Studi Ilmu Keperawatan. Universitas Jember.
Bagozzi R. P, Warshaw, P. (1990). Trying to Consume. The Journal of
Consumer Research, 17(2), 127-140.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2004. Statistik Indonesia (Statistical Yearbook of
Indonesia). Jakarta: BPS.
Buckle, et al. 1987. Ilmu Pangan. (Penerjemah: H. Purnomo & Adiono). Jakarta :
UI Press.
Bredbenner C.B, Shear T. (1982). Nutrition Knowledge, Attitude, Dietary
Behavior, and Commitment to Nutrition Education of Nutrition Educators.
Family and Consumer Sciences Research Journal, 11(2), 167-174.
Childers T. L. (1986). Assessment of the Psychometric Properties of an Opinion
Leadership Scale. Journal of Marketing Research, 13(9), 184-188.
De Fleur M.L, S B Rokeach. 1989. Theories of Mass Communication. New York:
Longman.
Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1995. Perilaku Konsumen, Jilid 2. Ed ke-6.
Budiyanto FX, penerjemah. Jakarta: Binarupa Aksara. Terjemahan dari:
Consumer Behavior.
Evanita S, Afnidarti A. R, Armida S. 1994. Pengaruh Terpaan Iklan Televisi
Terhadap Perilaku Konsumtif Ibu Rumah Tangga Di Kota Padang
[skripsi]. Universitas Negeri Padang.
Feldman J, Lynch J. G. (1988). Self-Generated Validity and Other Effects of
Measurement on Belief, Attitude, Intention, and Behavior. Journal of
Applied Psychology, 73(3), 421-435.
Hagger S. (2002). Meta-Analysis of the Theories of Reasoned Action and
Planned Behavior. Journal of Sport and Exercise Psychology, 24(1), 332.
Hanna N, Wozniak R. 2000. Consumer Behavio r: An Applied Approach. 1st
edition. Prentice Hall : New York.
Hansen K, Svener M. 2003. Forming and Changing of Consumer Attitude and
Behavior. Scandinavia : Vaxjo University.
Hawkins, et al. 2001. Consumer Behavior : Building Marketing Strategy. New
York : Mc Graw – Hill.
Joshi P. M. 2003. Dissertation : Reason Action Versus Planned Behavior In Bus
Use. Ohio : Ohio State University.
Kelurahan Kedung Badak. 2006. Profil Kelurahan. Bogor: Kelurahan Kedung
Badak, Kecamatan Bogor Barat.
Kelurahan Tanah Sareal. 2005. Profil Kelurahan. Bogor: Kelurahan Tanah
Sareal, Kecamatan Bogor Barat.
Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor : Jur GMSK.
Faperta. IPB.
Khomsan A. 2003. Susu Perbaiki
http://www.sinarharapan.co.id.
Perkembangan
Fisik
Bangsa.
Kotler P. 2003. Manajemen Pemasaran. B. Molan, Penerjemah. Jakarta : Indeks
Group Media. Terjemahan dari : Marketing Management.
Kottler P, Armstrong G. 2001. Principles of Marketing. 9th edition. Prentice Hall :
New York.
Lamb C.W, Hair J, McDaniel C. 2004. Marketing. 8th edition. South Western:
Thompson Learning.
Li H, Kuo C, Russell M.G. (1999). The impact of perceived channel utilities,
shopping orientations, and demographics on the consumer's online
buying behavior. Journal of Computer-Mediated Communication, 5(1), 2.
Loudon DL, Della Bitta AJ. 2002. Consumer Behavior Concepts and Applications.
4 th edition. New Delhi: Tata McGraw-Hill.
Misosgios K. T., Skiadas C. H. (1994). Attitudes and Perceptions of Fresh
Pasteurized Milk Consumers, A Qualitative and Quantitative Survey.
Journal of British Food, 96(7), 4-10.
Mowen J.C, Minor M. 2001. Perilaku Konsumen, Jilid1. Ed ke-5. Salim L,
penerjemah. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari: Consumer Behavior.
Muchtadi D. 2002. Gizi untuk Bayi, Air Susu Ibu, Susu Formula dan Makanan
Tambahan. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Peter J.P, Olson J.C. 1998. Consumer Behavior and Marketing Strategy. 5th
edition. McGraw-Hill : New Delhi.
Raunhardt O, Bowley A. 1996. Fortificate Basics: Milk. Mandatory Food
Enrichment. Nutriview Supplement to 1/1996 Issue.
Roesli
P. 2007. Bagaimana agar Anak Kita
http://www.medicastore.com/asi_susuformula.
Sehat
dan
Cerdas.
Santoso S. 2005. Menggunakan SPSS Dan Excel Untuk Mengukur Sikap Dan
Kepuasan Konsumen. Jakarta : Gramedia Pustaka.
Schiffman L. G, Kanuk L. L. 2000. Consumer Behavior, Perilaku Konsumen.
Penerjemah Z. Kasip. Jakarta : Indeks Group Media.
Simamora B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Solomon MR. 2002. Buying, Having, And Being. 5 th edition. New Jersey :
Prentice Hall.
Stoner J. AF, Freeman R.E, Gilbert JR. 1995. Manajemen. Sundoro,
Penerjemah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari :
Manajement.
Sumarwan U. 2002. Perilaku Konsumen. Bogor : Ghalia Indonesia.
Suntoro et al. 1992. Pendidikan Komputer. Jurnal Scientific Indonesia.
Supranto J, Limakrisna N. 2007. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran.
Jakarta : Mitra Wacana Media.
Tias S. 2005. Hubungan Faktor Individu dan Lingkungan Dengan Perilaku
pembelian Produk Susu Untuk Anak Usia Balita [skripsi]. Program Studi
Gizi Masyarakat dan Keluarga. Fakultas Pertanian. IPB.
Umar H. 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Wahyudian, Sumarwan U, Hartoyo. (2003). Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Konsumsi Kopi dan Implikasinya pada Pemasaran Kopi.
Jurnal Manajemen dan Agribisnis, 1(1), 55-68.
Walpole R. E. 1988. Pengantar Statistik. Ed ke-3. Sumantri B, penerjemah.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari : Introduction to
Statistics.
Yuliati LN. 2008. Pengaruh Perilaku Pembelian dan Konsumsi Susu Serta
Pengasuhan Terhadap Tumbuh Kembang Anak Usia 2-5 Tahun di Kota
Bogor [disertasi]. Program Pasca Sarjana. IPB.
Lampiran
Lampiran 1 Peta Kelurahan Tanah Sareal
Lampiran 2 Peta Kelurahan Kedung Badak
Lampiran 3 Metode Pengolahan dan Analisis Data Primer
Tabel 15 Metode pengolahan dan analisis data primer
Jenis Data
Karakteristik individu
Metode Pengolahan
Analisis
Tingkat pendidikan
Kategori BPS (2004) :
1 = tidak pernah sekolah; 2 =
tidak tamat SD; 3 = SD; 4 =
SMP/sederajat; 5 =
SMA/sederajat; 6 =
akademi/diploma; 7 = perguruan
tinggi
Deskriptif
Pendapatan per kapita
Kategori :
1 = <100 000; 2 = 100 000-500
000; 3 = 500 001-1 000 000; 4 =
1 000 001-1 500 000; 5 = >1 500
000
Deskriptif
Terdiri dari 11 pernyataan positif
mengenai kepercayaan terhadap
merek
Rendah : x < 40
Sedang : 40 ≤ x ≤ 48
Tinggi : x > 48
(Walpole 1988)
Terdiri dari 11 pernyataan (6
pertanyaan positif dan 5
pertanyaan negatif) mengenai
kesukaan terhadap merek
Negatif : x > 34
Netral : 34 ≤ x ≤ 39
Positif : x > 39
(Walpole 1988)
Kategori
1 : ragu-ragu
2 : kemungkinan akan beli
3 : pasti akan beli
Deskriptif
Kepercayaan terhadap merek
Kesukaan terhadap merek
Niat memilih merek yang sama
Deskriptif
Deskriptif
Perilaku pemilihan merek
Merek yang terakhir dibeli
Deskriptif
Merek yang sering dibeli dalam 6
bulan terakhir
Deskriptif
Pemilihan merek yang sama
dalam 6 bulan terakhir
Deskriptif
Tabel 15 (Lanjutan) Metode pengolahan dan analisis data primer
Jenis Data
Hubungan karakteristik individu
dan kepercayaan terhadap
merek
Metode Pengolahan
-
Analisis
Uji Chi-square
Hubungan karakteristik individu
dan kesukaan terhadap merek
-
Uji Chi-square
Hubungan karakteristik individu
dan niat memilih merek yang
sama
-
Uji Chi-square
Hubungan karakteristik individu
dan perilaku pemilihan merek
-
Uji Chi-square
Hubungan kepercayaan
terhadap merek dan kesukaan
terhadap merek
-
Uji korelasi
Spearman
Hubungan kesukaan terhadap
merek dan niat memilih merek
yang sama
-
Uji korelasi
Spearman
Hubungan niat memilih merek
yang sama dan perilaku
pemilihan merek
-
Uji Chi-square
Lampiran 4. Hasil uji korelasi Spearman dan uji Chi square
Hasil uji Chi square karakteristik individu dan kepercayaan terhadap merek susu
Karakteristik Individu
Kepercayaan terhadap Merek
Uji Chi- square
Tingkat pendidikan
Tingkat pendapatan
perkapita
p
0,000(**)
p
0,000(**)
Hasil uji Chi square karakteristik individu dan kesukaan terhadap merek susu
Karakteristik Individu
Kesukaan terhadap Merek
Uji Chi- square
Tingkat pendidikan
Tingkat pendapatan
perkapita
p
0,000(**)
p
0,000(**)
Hasil uji Chi square karakteristik individu dan niat memilih merek susu yang sama
Karakteristik Individu
Uji Chi- square
Tingkat pendidikan
Niat Memilih Merek yang Sama
Tingkat pendapatan
perkapita
p
0,000(**)
p
0,000(**)
Hasil uji Chi square karakteristik individu dan perilaku pemilihan merek susu
Karakteristik Individu
Uji Chi- square
Tingkat pendidikan
Pemilihan Merek
Tingkat pendapatan
perkapita
p
0,107
p
0,393
Hasil uji korelasi Spearman dan uji Chi square kepercayaan terhadap merek dan
kesukaan terhadap merek, kesukaan terhadap merek dan niat memilih merek yang
sama, niat memilih merek yang sama dan perilaku pemilihan merek susu
Hubungan
Kepercayaan terhadap
Merek
Kesukaan
Merek
Kesukaan
Merek
Niat memilih
yang
sama
Sama
terhadap
Niat
Memilih Merek
Yang Sama
Perilaku
merek
* Ada hubungan pada taraf 0.05
** Ada hubungan pada taraf 0.01
terhadap
merek
Yang
pemilihan
Uji korelasi Spearman
Uji korelasi Spearman
Uji Chi-square
p
0,000
r
0,359(*)
p
0,400
r
0,084
p
0,002(*)
Download