TINJAUAN PUSTAKA Tempe Tempe merupakan makanan tradisonal yang sangat populer di Indonesia. Tempe juga merupakan makanan bergizi tinggi sehingga mempunyai arti strategis dan sangat penting untuk pemenuhan gizi. Lebih dari itu tempe mempunyai keunggulan-keunggulan lain, yaitu mempunyai kandungan senyawa aktif, teknologi pembuatannya sederhana, harganya murah, mempunyai citarasa yang enak dan mudah dimasak (Pradana 2008). Tempe kedelai mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi, selain mengandung protein 19,5 %, tempe kedelai juga mengandung lemak 4 %, karbohidrat 9,4 % dm1 vitamin B12 3,9-5 mg per 100 gram (Sanvono 1994). Peneliti dari Indonesia maupun para pakar dari mancanegara seperti Jepang, Eropa dan Amerika banyak membuktikan keunggulan tempe kedelai. Namun demikian tempe juga dapat dibuat dari bahan dasar lain seperti jenis kacang-kacangan dan biji-bijian serta ampas (Koswara 1995). Tempe dibuat dengan cara fermentasi (peragian) menggunakan kapang Rhizopus oligosporus. Pembuatan tempe kedelai terdiri dari berbagai tahap yaitu pembersihan bahan, perendaman, pengupasan, perebusan, pencampuran dan pembungkusan. Lama perendaman bervariasi, biasanya berkisar 8-12 jam, balkan sampai 2-3 hari. Akibat perendaman, air yang diarbsopsi kedelai mendekati 2 kali bobot keringnya. Selama fermentasi asam oleh bakteri, pH turun hingga 5.3-4.5. Hal ini memberikan kondisi yang baik untuk pertumbuhan kapang tempe terutama Rhyzopus oligosporus, dan mencegah perkembangan bakteri lain yang dapat membusukkan kedelai (Steinkraus 1983). Tempe selain mengandung zat gizi dan mineral juga mengandung alpha dan gamma tochoperol (vitamin E) yang berfungsi sebagai antioksidan untuk mencegah kerusakan sebagai akibat dari proses oksidasi. Antioksidan dapat didefinisikan sebagai suatu senyawa yang berfungsi untuk menunda, mencegah dan memperlambat proses oksidasi lipid. Dalanl atti khusus antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi oksidasi oleh radikal bebas dalam oksidasi lipid (Kochar dan Rossel 1990). Radikal bebas dapat bersifat toksik di dalam sel dengan caranya memulai rangkaian reaksi peroksidasi lipid dan menghasilkan radikal bebas sehingga menyebabkan kerusakan DNA, RNA, protein dan membran sel. Perubahan dan kerusakan molekul-molekul penting ini berperan dalarn menimbukan penyakitpenyakit degeneratif seperti penuaan, diabetes melitus, aterosklerosis dan perubahan neoplastik (Asikin 2001). Di dalam tempe ditemukan zat antioksidan dalam bentuk isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E dan karotenoid, isoflavon merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas. Dalan kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein dan genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat antioksidan faktor I1 (6,7,4-Trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai. Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium. Penelitian yang dilakukan di Universitas North Carolina, Amerika Serikat, menemukan bahwa genestein dan fitoestrogen yang terdapat pada tempe ternyata dapat mencegah kanker prostat, payudara dan penuaan (aging). Studi lain yang dilakukan oleh Bintari (2008) juga menemukan bahwa isoflavon tenlpe mempunyai daya kerja sebagai zat antikanker. Pemberian isoflavon tempe sebesar 1000 mgikg diet/hari dan 10.000 mgikg diet/hari pada hewan coba tikus (Mus mucuIus) galw C3H dapat menghambat proliferasi sel kanker payudara dan meningkatkan kemampuan apoptosis sel kanker. Daya antikanker isoflavon tempe terletak pada potensi senyawa tersebut sebagai agensia antiproliferatif dan apoptogenik terhadap sel kanker payudara. Isoflavon Isoflavon adalah golongan senyawa isoflavonoid yaitu subkelas senyawa flavonoid yang memiliki 15 atom C dan merupakan senyawa fen01 alami terbesar (Surahadikusuma 1989). Distribusi Isoflavon terbatas pada tumbuhan kacangkacangan (leguminosae) (Harbone 1996). Isoflavon di alam ditemukan dalam bentuk glikosida berupa daidzin, genistin, glisitin, acetyldaidzin dan acetylgenistin. Selain bentuk glikosida isoflavon juga ditemukan dalam bentuk aglikonnya yaitu daidzein, genistein, dan glisetein (Wuryani 1992). Perubahan senyawa isoflavon dalam bentuk glikosida menjadi aglikon disebabkan proses perendaman dan fermentasi terutama pada pembuatan tempe. Hal ini disebabkan kemampuan kapang tempe menghasilkan enzim P-glikosidase. Enzim ini berperan dalam mengubah isoflavon dalam bentuk glikosida (genistin dan daidzin) menjadi senyawa isoflavon dalam bentuk aglikoimya (genistein dan daidzein) (Koswara 1995). Isoflavon dilaporkan memiliki khasiat farmakologi. Sifat fisiologis aktif isoflavon antara lain antifungi, antioksidan, antihemolisis dan antikanker. Konsumsi isoflavon sejumlah 1.5-2.0 mg/kg bbkr berfungsi sebagai antikanker (Wang dan Murphy 1994). Isoflavon kedelai dapat menurunkan resiko penyakit jm~tungdengan membantu menurunkan kadar kolesterol darah. Protein kedelai telah terbukti mempunyai efek menurunkan kolesterol, karena adanya isoflavon di dalmn protein tersebut. Studi epidemologi juga telah membuktikan bahwa masyarakat yang secara teratur mengkonsumsi makanan dari kedelai memiliki kasus kanker payudara, kolon dan prostat yang lebih rendah. Melalui penelitian in vifro, isoflavon kedelai juga terbukti, dapat menghanlbat enzim tirosin kinase, sehingga dapat menghambat perkembangan sel-sel kanker dan angiogenesis. Hal ini menyebabkan suatu tumor tidak dapat membentuk pembuluh darah baru, sehingga tidak dapat tumbuh (Koswara 2005). Kemampuan antikanker senyawa isoflavon terutama ganistein dan daidzein, akhir-akhir ini telah banyak dibuktikan dari beberapa penelitian di luar negeri. Studi epidemiologi di Jepang menemukan bahwa konsumsi isoflavon bermanfaat mengurangi konsentrasi kolesterol seium pada hiperkolesterolemia (Aldrecreutz 1998). Peneliti lain menemukan bahwa koinponen biokimia ini bermanfaat potensial untuk mencegah penyakit jantung (Anthony et all 1998), menghambat perkembangan aterosklerosis sehingga dapat mencegah penyakit kardiovaskular (Goldberg 1996), ineningkatkan densitas massa tulang sehingga mencegah osteoporosis (Anderson dan Carner 1997) pascamenopouse pada wanita (Knight et all 1996). dan mereduksi sindrom Metabolisme Kolesterol dan Lipid Kolestrol adalah senyawa lemak kompleks yang 80% dihasilkan dari dalam tubuh (organ hati) dan sisanya dari luar tubuh (zat makanan) untuk bermacammacam fungsi di dalam tubuh, antara lain membentuk dinding sel, vitamin D, hormon seks (testoteron dan estrogen) dan asam empedu. Kolesterol merupakan salah satu jenis lipid yang dapat dibedakan dari trigliserida atau fosfolipidnya karena tidak mengandung gliserol, melainkan terdiri atas inti steroid yang mengandung satu gugus hidroksil. Pada pembentukan kolesterol di hati (de novo sintesis) dari 3 molekul asam asetat yang akan terbentuk menjadi 1 molekul 3- hidroksi-3-metilglutaril-koenzim A (HMG-KoA) yang selanjutnya akan diubah menjadi asam mevalonat oleh enzim HMG-KoA reduktase. Setelah beberapa tahapan kondensasi selanjutnya kolesterol tersintesis (Tumbelaka 1997). Kolestrol yang berasal dari makanan dapat meningkatkan kadar kolestrol darah. Kolestrol tidak larut dalam cairan darah. Untuk itu agar dapat dikirim ke seluruh tubuh perlu dikemas bersama protein menjadi partikel yang disebut lipoprotein, yang dapat dianggap sebagai pembawa (carier) kolestrol dalam darah. Di dalam tubuh terdapat jenis-jenis kolesterol yang dibagi menurut jenis dan fungsinya, yaitu : 1. LDL (Low Density Lipoprotein) Jenis kolesterol ini berbahaya sehingga sering disebut juga sebagai kolesterol jahat. Kolesterol LDL menganglcut kolesterol paling banyak di dalam darah. Tingginya kadar LDL menyebabkan pengendapan kolesterol dalam arteri. Kolesterol LDL merupakan faktor risiko utama penyakit jantung koroner sekaligus target utama dalam pengobatan. 2. HDL (High Density Lipoprotein) Kolesterol HDL mengangkut kolesterol lebih sedikit dari LDL dan kolesterol baik karena dapat membuang kelebihan kolesterol sering diseb~~t jahat di pembul~hdarah arteri untuk dikembalikan ke hati, untuk diproses dan dibuang. HDL mencegah kolesterol mengendap di arteri dan melindungi pembuluh darah dari proses aterosklerosis. 3. Trigliserida Selain LDL dan HDL, yang penting mtuk diketahui juga adalah Trigliserida, yaitu satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan berbagai organ dalam tubuh. Meningkatnya kadar trigliserida dalam darah juga dapat meningkatkan kadar kolesterol. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi kadar trigliserida dalam darah sepei-ti kegemukan, konsumsi alkohol, gula dan makanan berlemak. Selama terjadi keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran kolesterol maka tub& akan tetap sehat (Anonim 2008). Kolesterol dalam tubuh dikeluarkan melalui dua cara, yaitu diubah menjadi empedu sebagai gmam-garam kolesterol dan sterol netsal yang dibuang melalui feses (Mayes 1995). Awalnya asam empedu disintesa dalam hati dengan bahan dasar kolesterol. Asam empedu ini digunakan dalam proses penceinaan, khususnya lemak dengan cara pembentukan kilomikron (Lelminger 1975). Hampir 80% kolesterol diubah menjadi berbagai macam asam empedu (Campbell et a1 2003). Organ hati mengubah karbohidrat menjadi asam lemak kemudian membentnk trigliserida. Trigliserida ini dibawa melalui aliran darah dalam bentuk very low density lipoprotein (VLDL). VLDL kemudian akan mengalami metabolisme oleh enzim lipoprotein lipase menjadi intermediate density lipoprotein (IDL). Kemudian IDL melalui serangkain proses akan berubah menjadi low density lipoprotein (LDL) yang kaya kolestrol. Kira-kira % dari kolestrol dalam plasma darah noimal manusia mengandung partikel LDL. LDL mempunyai fimgsi mengantar kolestsol ke dalam tubuh, sedangkan high density lipoprotein (HDL) bertugas inembuang kelebihan kolestsol dari dalam tubuh. Karena sebab itulah muncul istilah LDL sebagai kolestrol jahat dan HDL adalah kolestsol baik, sehingga seharusnya komposisi keduanya harus seimbang. Kadar kolestsol yang berlebih dalam pembulud~darah dapat menimbulkan peiubahan patologis yang disebut sebagai aterosklerosis. Apabila aterosklerosis terjadi pada arteri koronaria maka dapat mengakibatkan penyakit jantung yang disebut penyakit jantung koroner (PJK). Serangan ini bersifat mendadak dan bisa berkibat sangat fatal, sehingga menjadi penyakit yang ditakuti oleh penduduk dunia sampai saat ini. Lipid adalah zat kimia esensial yang dibutuhkan oleh semua sel mahluk hidup yang berfungsi sebagai komponen struktural yang penting, yaitu sebagai sumber energi dan sebagai prekursor dari hormon-hormon steroid (Marinetti 1990). Lipid juga didefinisikan sebagai suatu kelompok senyawa heterogen yang berhubungan dengan asam lemak, baik secara aktual maupun potensial. Lipid mempunyai sifat yang sama yaitu tidak larut dalam air namun larut dalam pelarut non polar seperti eter, kloroform dan benzen. Dengan demikian lipid mencakup lemak, minyak, lilin, dan senyawa yang sejenis. Lipid merupakan unsur makanan yang penting karena lipid mempunyai nilai kalori yang tinggi, dan pelarut vitamin-vitamin yang larut dalam lemak dan asam asam lemak esensial. Lemak di dalam tubuh diperlukan sebagai sumber energi yang efisien baik secara langsung maupun secara potensial, bila disimpan dalam jaringan lemak. Lemak juga berfungsi sebagai pelindung terhadap kemungkinan cedera organ misalnya akibat benturan atau trauma. Lemak merupakan penyekat dalam jaringan subkutan dan sekitar organ-organ tertentu. Jumlah lemak yang harus ada di tubuh adalah 3% dari berat badan yang terletak di membran sel, sumsurn tulang, jaringan saraf, otak, sekitar jantung, paru-paru, hati, ginjal dan usus. Apabila di dalanl tubuh jumlah lemak melebihi 3% dari berat badan maka disebut sebagai timbunan lemak (Purwati, Rahayuningsih dan Salimar 2002). Lemak yang kita makan terdiri dari kolesterol, lemak jenuh dan lemak tidak jenuh (Dalimartha 2002). Oleh karena itu bila tubuh terlalu banyak deposit lemak maka otomatis deposit kolesterol juga akan semakin bertambah. AterosMerosis dan Penyakit Jantung Jantung memompa darah menuju jaringan tubuh melalui pembuluh darah arteria yang cukup panjang. Menunrt Hartono (2003) berdasarkan perbedaan diameter serta komposisi dindingnya, arteria dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: 1. Tipe besar: mencakup aorta dan cabang utama yang langsung keluar dari aorta. Kadar serabut elastiknya tinggi sehingga elastisitasnya cukup memadai. Serabut elastik berfungsi meredam kekuatan denyut jantung. 2. Tipe sedang: terdiri dari arteria biasa, biasa juga disebut arteria tipe otot. Serabut elastiknya terbatas dan membentuk lamina elastika. 3. Tipe kecil: terdiri dari percabangan arteria pra kapiler yang lazim disebut arteriola. Lapis umum pembuluh darah dibag menjadi tiga bagian (Gambar I), yaitu: 1. Tunika intima (tunika intema) Adalah lapisan yang langsung membalut lumen, terdiri dari endotelia, membran basal dan jaringan ikat sub endotelia tipis di bawahnya. 2. Tunika media Lapis tengah yang mengandung otot polos dengan susunan melingkar atau mengulir, ditunjang oleh jaringan ikat yang mengandung serabut elastik. Serabut elastik di tempat tertentu dapat membentuk lamina elastika interna dan ekstema. 3. Tunika adventisia (tunika ekstema) Lapis terluar yang terdiri dari jaringan ikat longgar, mengandung otot polos, sel lemak, pembuluh darah dan syaraf. Gambar 1. Lapisan Pembuluh Darah. I : tunika intima, I1 : tunika media, III : tunika na adventitia, a : endothelium, b : lamina elastika interna, c : lamina elastika interna (Cotran et all 1994) Pembuluh Darah Aorta Ateria tipe elastik mencakup aorta serta cabang utamanya, misalnya arteria subklavia, arteria femoralis, arteria pulmonalis dan arteri karotis komunis. Aorta beraspek kuning karena banyak mengandung serabut elastik untuk meredam kekuatan denyut jantung ketika darah mengalir ke kapiler. Tunika intima aorta paling tebal, endotelia pendek dan berbentuk poliginal. Jaringan subendotelia inengandung fibril kolagen, serabut elastik dan fibroblast. Pada bagian dalam terdapat otot polos dengan susunan memanjang. Lamina elastika interna tidak jelas karena banyaknya serabut elastik, bahkan sering membentuk lamel tergantung pada umur. Tunika media berbentuk jaringan serabut elastik dengan arah mengulir. Celah-celah jaringan serabut elastik kasar diisi oleh sel-sel otot polos yang ukurannya lebih kecil, pipih, relatif Iebih sedikit dengan mengikuti arah mengulir. Jalinan otot polos dikelilingi oleh fibril kolagen dan serabut retikuler. Lamina elastika eksterna tidak jelas. Tunika adventisia umumnya tipis, terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengandung serabut kolagen, serabut elastik sedikit dengan susunan mengulir. Sering tampak adanya otot polos, pembuluh darah dan limfe, sel lemak dan syaraf. Pada dinding arteria, aorta serta cabang-cabang utamanya terdapat bahan dasar yang bersifat homogen. Konsistensinya mirip musin yang diduga mengandung khondroitin sulfat. Jumlahnya makin meningkat dengan bertanlbahnya umur, terlebih pada arteria tipe elastik. Pada bahan dasar tersebut dapat tertimbun kalsium atau sejenis leinak (kolesterol) yang menyebabkan terjadinya sklerosis. Akibatnya, elastisitas pembuluh darall m e n u yang meiupakan penyebab terjadinya gejala tekanan darah tinggi (hipertensi). Untuk memahami ateroma pertama-tama perlu diketahui arsitektur normal arteri ukurail besar dan sedang. Lumen pembuluh-pembuluh ini ditutupi oleh seleinbar sel tipis, endotel. Sel-sel ini membentuk batas dalam lapisan sempit yang disebut intima yang batas luarnya adalah lamina elastika intema. Secara normal intima terdiri atas beberapa sel otot polos, serabut kolagen dan glukosaminoglikan (proteoglikan, mukopolisakarida, zat dasar) (Spector and Spector 1993). Menurut Genesser (1994) tunika intima aorta tersusun atas sel-sel endotel poligonal dan gepeng kecuali di daerah yang berisi inti yang menonjol ke dalam lumen. Lamina elastika interna adalah lapisan tak sempurna serabut-serabut elastin, yakni suatu protein yang disekresesikan oleh sel otot polos arteri. Di sebelah lamina elastika interna ada media, yang terdiri atas sel otot polos terpisahkan oleh sejumlah kecil kolagen, elastin dan glukosaminoglikan. Tidak ada fibroblast pada intima atau media arteri mamalia. Adventisia adalah selubung paling luar dan dipisahkan dari media oleh penghalang elastin yang longgar, lamina elastika interna. Adventisia terdiri atas fibroblast, kolagen dan glukosaminoglikan dan arteri yang lebih besar disulai oleh pembuluh darah kecil, vasa vasorum. Aterosklerosis Pembuluh Darah Aterosklerosis (Gambar 2) adalah proses terbentuknya endapan berlemak pada pembuluh darah arteri yang disebut atheroma (Pate1 2005). Atheroma dapat mempengamhi semua arteri yang berdiameter lebih dari 2 mm, namun kejadian yang paling penting pada saat terbentuk atheroma pada aorta, arteri otak, dan jantung (Spector and Spector 1976) karena merupakan penyebab utama serangan jantung dan stroke. Aterosklerosis juga berarti adanya akumulasi d a i plak lemak pada lapisan tunika intima dari pembuluh darah arteri (Marinetti 1990). Bertambahnya endapan lemak arteri adalah sebagi hasil dari akumulasi kolesterol, kolesterol ester, fosofolipid, sel-sel hidup maupun mati, kalsium dan juga kolnponen lain yaiht kolagen, elastin dan proteoglikan. AterosMerosis juga dapat terjadi akibat kalsifikasi pada lapisan media muskularis pembuluh arteri tanpa terlihat adanya kerusakan dan perlemakan pada intima pembuluh arteri. Penyakit, ini disebut sklerosis medial. Teori (infiltrasi) lipid menekankan peranan kolesterol dan plasma lipoprotein, tenrtama LDL sebagai pemacu aterogenesis. Dalam ha1 ini hiperlipidemia dapat terjadi karena faktor genetik, seperti familial hipercholesterolemia, familial hiperbetalipoproteinimia atau karena faktor lingkungan, misalnya oleh induksi diet tinggi lemak. Kondisi tersebut di atas dapat menyebabkan peningkatan akumulasi lemak ekstraseluler dan intra seluler serta hansportasi lipoprotein plasma ke dalam dinding arteri, selain itu dapat juga tejadi peningkatan mobilisasi monosit pada tunika intima yang kemudian akan berubah menjadi makrofag dan memfagositosis lipoprotein menjadi sel busa (Lelana 1997). Gambar 2. Aterosklerosis pembuluh daral~.asfibrous cap, bstunika media, c;pusat nekrosa (aterosklerosis) (Cotran el all 1994). Aterosklerosis tidak terjadi secara mendadak, melainkan tejadi melalui sejumlah tahapan, masing-inasing tahapan inemerlukan waktu untuk mencapai tahap berikutnya. Pada tahap awal, secara makroskopik belum terlihat perubahan pada dinding arteri, namun secara mikroskopik pada intima arteri ditemukan sekelompok sel yang dalam sitoplasmanya terlihat gelembung-gelembung mirip busa sabun, oleh karenaya disebut sel busa (foam cell). Sel busa ini berasal dari makrofag yang berisi ester kolesterol. Tahap berikutnya adalah pembentukan garis lemak Cfatty streak). Pada tahap ini terjadi penumpukan sel-sel busa sehingga mendesak endotelium. Secara makroskopik terlihat dinding arteri sedikit menonjol ke dalam lumen membentuk geligir. Selanjutnya, di samping sel busa juga terlihat tumpukan lemak ekstra sel yang terjadi karena nekrosis sel busa. Di dalam intima juga dijumpai limfosit, sel-sel otot polos dan serat kolagen. Keberadaan serat kolagen ini menimbulkan bercak berserat (fibrous plaque). Walaupun dalam keadaan terdesak, sel-sel endothelium masih telihat utuh. Secara makroskopis terlihat adanya tudung yang menonjol ke dalam lumen. Terakhir adalah tahap lesi kompleks, yaitu terjadinya nekrosis endothelium yang memicu tejadinya hombus yang disajikan pada Gambar 3. Sebagai akibat dari sumbatan lemak pada aorta memungkinkan terjadinya resiko penyakit jantung koroner (Coronary Heart Disease). Penyakit jantung koroner secara patologi merupakan representasi dari kerusakan terhadap sirkulasi arteri koroner sebagai hasil dari deposit lemak pada bagian dalam (intima) dari pembuluh darah. (Brata dan Arbai 2001). Menurut Passmore (1986), penyakit jantung merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan oleh beberapa kausa yang dibagi menjadi faktor tidak termodifikasi seperti umur, dan jenis kelamin (pria lebih berisiko), kemudian juga karena sebab yang dapat dimodifikasi seperti tingkat kolesterol darah, tekanan darah, diabetes melitus, kegemukan, stress dan aktivitas fisik yang tidak memadai. Kejadian aterosklerosis dapat dipicu oleh hal-ha1 lain diantaranya frekuensi merokok, pola makan yang tidak teratur, juga tingkat stress yang cukup tinggi, ~~~ - - - -- - ~ ~ - - ~ Studi epidemiologi di berbagai negara telah membuktikan adanya hubungan yang nyata antara kebiasaan merokok dengan perkembangan atau percepatan terbentuknya aterosklerosis. (Diana 1990). Studi lain juga mengatakan obesitas sebagai faktor timbulnya penyakit jantung (Katzen dan Mahler 1978). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Tumbelaka (1997) terdapat tiga hipotesis terjadinya aterosklerosis, yaitu : 1. Hipotesis respon terhadap perlukaan Aterosklerosis diawali dengan hilangnya Iapisan sel endotel yang diikuti dengan agregasi sel hombosit kemudian diikuti dengan pengeluaran faktor pertumbuhan Platelet Derived Growth Factor (PDGF) yang dapat menstimulasi migrasi dan proliferasi sel-sel otot polos di dalam lapisan intima. Terkelupas atau menghilangnya lapisan sel endotel atau menurunya fungsi sel endotel dapat disebabkan oleh faktor mekanis seperti aliran darah yang deras dan bertekanan tinggi, faktor kimiawi akibat kekurangan oksigen (hipoksemia), faktor imunologis dan adanya infeksi virus.Terjadinya disfungsi sel endotel merupakan awal pembentukan plak atheroma yang ditandai dengan meningkatnya adhesi monosit pada endotel 2. Hipotesis lipid Hiperlipidemia, khususnya hiperkolesterolimia merupakan penyebab utama aterosklerosis. teori infiltrasi lipid tergantung pemasukan kolesterol LDL ke dalam lapisan intima dalam jumlah yang melebihi kapsitas degradasi jaringan sehingga akan terjadi penimbunan lemak. 3. Hipotesis gabungan Hipotesis gabungan merupakan teori penyebab aterosklerosis yang dianut pada saat ini. Kerusakan pada lapisan endotel mengakibatkan timbulnya efek sitotoksik dari lipid peroksida akibat reaksi oksidasi pada lipid yang dilanjutkan dengan infiltrasi lipid yang berlebihan. Oksidasi lipoprotein kemungkinan merupakan salah satu variasi mekanisme kelainan lipoprotein pada dinding arteri. Makrofag mengeluarkan berbagai produk teimasuk enzim protease yang berikatan dengan dengan protein lain seperti imunoglobulin. Pada fase akut protein dapat menyebakan endositosis lipoprotein atau pada proses fagositosis ole11 makrofag. Makrofag juga dapat menstimulasi produk lain yang merangsang terjadinya aterosklerosis. Masuknya monosit ke dalam dinding arteri merupakan ha1 yang berguna dalam menlbantu menghilangkan endpan yang terbentuk. Pembersihan dilakukan oleh sel makrofag yang berasal dari modifikasi monosit. Akan tetapi bila prosesnya berjalan kronis, seperti pada proses inflamasi kronis maka proses penganlbilan monosit oleh lapisan endotel ini akan bersifat merusak. Sampai saat ini mekanisme yang menyebabkan terjadinya perubahan monosit menjadi makrofag belum diketahui, akan tetapi diketahui bahwa konsentrasi akumulasi lipoprotein abnormal rata-rata tinggi di dalam makrofag. Robin dan Farber (1988) di dalam Lelana (1997) menyatakan bahwa ciri utaina progesi aterosklerosis adalah hilangnya kontinuitas sel endotel sehingga berakibat peningkatan permeabilitas arteri terhadap lipoprotein yang menyebabkan akumulasi protein, peningkatan interaksi dengan keping darah merangsang pelepasan lebih banyak faktor pertumbuhan dan mempercepat aterogenesis dan peningkatan kemungkinan trombosis. Hubungan antara kemungkinan terjadi aterosklerosis dengan frekuensi merokok rnenurut Mc Gill (1963) sulit dibuktikan dengan ilmu yang berkembang saat itu. Namun pengukuran yang diarnbil dari keterkaitan antara frek~~ensi merokok dengan aterosklerosis penyebab penyakit jantung telah dibuktikan berkurangnya frekuensi merokok pada orang dewasa di Amerika pada tahun 1958 berakibat kepada berkurangnya jumlah penderita penyakit jantung menjadi sepertiganya pada tahun yang sama. Kelinci (Oryctolagus cuniculus) Orycfolagus cuniculus biasa disebut juga europe rabbit, old world rabbit dan new zealand white rabbit. Kelinci jenis ini termasuk kedalam kelinci yang sudah didomestikasi. Menurut Tislerics (2000), Masifikasi kelinci (Gambar 4) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Philum : Chordata Subphilum : Vertebrata Kelas : Mammalia Ordo : Lagomorpha : Leporidae Famili Genus : Oryctolagus Species : Oryctolagus cuniculus (Linnaeus 1758) Kelinci jenis ini merupakan kelinci yang paling banyak digunakan dalam penelitian. Kelinci adalah hewan model yang banyak digunakan dalam penelitian selain mencit clan tikus, terutama pada penelitian yang bertujuan untuk mempelajari kandungan gizi suatu produk, percobaan produk medis seperti obatobatan dan stud tentang penyakit-penyakit tertentu (Cheehe et a1 1986). Penggunaan hewan coba d dalam penelitian dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya spesies, umur, jenis kelamin dan bobot badan. Pemilihan hewan model sangat bergantung pada tingkat kesamaan hewan coba dengan manusia Gambar 4. Kelinci new zealand white