BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran dan fungsi yang penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak akan bisa lepas dari peristiwa komunikasi, sosialisasi, dan interaksi antar sesamanya. Komunikasi, sosialisasi dan interaksi yang dimaksud untuk menyampaikan maksud dan kehendak manusia. Adalah suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi vital dalam hidup ini ( Sobur, 2006:301). Peranti yang paling utama dalam upaya penyampaian maksud dan kehendak tersebut adalah dengan menggunakan bahasa. Pada proses komunikasi, dibutuhkan lebih dari seorang, satu orang sebagai penutur dan yang lain sebagai mitra tutur, dan peran ini bisa saling menggantikan. Penutur mengungkapkan gagasannya, sedangkan mitra tutur menafsirkan gagasan tersebut (Purba, 2007). Komunikasi tersebut akan efektif jika dapat ditafsirkan sama antara penutur dan mitra tuturnya. Sebagai alat komunikasi, bahasa digunakan manusia untuk menyampaikan berbagai kepentingan, antara lain kepentingan politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Selain itu, manusia juga dapat menyampaikan perintah, pertanyaan, permohonan, penolakan, kritik, maupun humor (Sabardila, 1997:6). Oleh karena itu, dalam berkomunikasi seorang penutur dituntut untuk menggunakan tuturan sesuai dengan konteks agar pesan atau amanat yang hendak disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh mitra tuturnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif. 1 2 Cara penyampaian gagasan manusia dapat melalui berbagai jenis media. Salah satu media pengaplikasian bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan bahasa jurnalistik dalam media massa. Penggunaan bahasa jurnalistik dalam media massa berbeda dengan penggunaan bahasa pada media elektronik dan media cetak. “bahasa jurnalistik merupakan bahasa tersendiri yang dipakai dalam lingkungan yang sangat luas dan dengan masyarakat pembaca yang sangat heterogen” (Wijana dan Rohmadi, 2009:190). Penggunaan bahasa jurnalistik tersebut digunakan di berbagai media massa, baik media massa elektronik maupun media massa cetak. Media cetak, terutama surat kabar, berfungsi memberi informasi dan frekuensi jangkauan yang sangat luas. Surat kabar sebagai media cetak yang memberi informasi menggunakan berbagai pendekatan dalam penyampaian pesannya kepada pembaca. Pendekatan humor merupakan salah satu pendekatan efektif dari banyak pendekatan yang digunakan. Karikatur merupakan bentuk pesan yang disampaikan dengan pendekatan humor oleh surat kabar (Nasution, 2007:13). Seringkali orang merasa lucu, senang, atau bahkan sedih ketika melihat sebuah karikatur di berbagai surat kabar itu (Sibarani dalam Natamarga, 2005). Media massa menampilkan karikatur sebagai ungkapan kritis terhadap berbagai masalah yang perkembangannya tersembunyi atau samar-samar. Pembaca diajak untuk berpikir, merenungkan dan memahami pesan-pesan yang tersurat dan tersirat dalam gambar tersebut (Sobur, 2006:140). Karikatur sebagai salah satu bentuk opini gambar yang berupa maskot dari sebuah surat kabar karena merupakan versi lain dari editorial, atau tajuk rencana dalam versi gambar humor 3 (Sobur, 2006:139). Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat dimanfaatkan oleh masyarakat di berbagai belahan dunia termasuk negara-negara Arab yang salah satunya Mesir. Di negara ini terdapat surat kabar Al-Miṣriyyu alYauma yang merupakan surat kabar harian yang terbit setiap hari di Mesir. Surat kabar ini memiliki rubrik humor berbentuk karikatur, bergambar jelas, dan beberapa karikatur berwarna. Karikatur-karikatur tersebut memiliki struktur kalimat yang menarik untuk diteliti. Surat kabar Al-Miṣriyyu al-Yauma pertama kali diterbitkan di Mesir bulan Juni 2004. Di samping itu, surat kabar ini memanfaatkan kemajuan teknologi dengan mepublikasikan beritanya secara online di situs www.almasryalyoum.com dengan harapan berita yang dipublikasikan dapat dinikmati oleh masyarakat di seluruh penjuru dunia dengan mengakses situsnya. Surat kabar Al-Miṣriyyu al-Yauma juga memiliki fasilitas arsip sehingga memudahkan dalam pencarian dan pengumpulan data. Berita berupa karikatur disajikan dalam surat kabar Al-Miṣriyyu al-Yauma bermacam-macam, seperti politik, olahraga, dan pemerintahan. Untuk memahami karikatur yang dimuat dalam surat kabar Al-Miṣriyyu alYauma perlu dilakukan analisis pragmatik. Pragmatik adalah cabang ilmu yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi (Wijana, 1996:1). Leech (1993:8) mendefinisikan pragmatik sebagai studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situation). Kajian pragmatik dianggap relevan untuk diterapkan di dalam penelitian ini guna melihat penggunaan tindak tutur 4 dalam sebuah karikatur sehingga bermanfaat untuk perkembangan keilmuan, khususnya di bidang pragmatik. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apa saja jenis-jenis tindak tutur dalam wacana karikatur surat kabar Al-Miṣriyyu al-Yauma edisi Juni-September 2012 2. Apa saja jenis tindak tutur berdasarkan modus kalimat dalam wacana karikatur surat kabar Al-Miṣriyyu al-Yauma edisi Juni-September 2012. 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah pada bagian 1.2, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur dalam wacana karikatur surat kabar Al-Miṣriyyu al-Yauma edisi Juni-September 2012. 2. Mendekripsikan jenis tindak tutur berdasarkan modus kalimat dalam wacana karikatur surat kabar Al-Miṣriyyu al-Yauma edisi Juni-September 2012. 1.4 Tinjauan Pustaka Penelitian yang berkaitan dengan wacana karikatur dan kajian pragmatik sudah pernah dilakukan sebelumnya. Aminah (2006) dalam skripsinya “Iklan dalam Surat Kabar Al-ittihād: Kajian Pragmatik” membahas tentang jenis-jenis 5 tindak tutur yang digunakan dalam bahasa iklan surat kabar berbahasa Arab. Admunarni (2008) meneliti “Wacana Grafiti di Yogyakarta: Analisis Sosiopragmatik”. Dalam skripsinya Admunarni membahas tentang jenis tindak tutur dan fungsi sosio-kultural wacana grafiti yang ada di daerah Yogyakarta. Hasil analisis Admunarni menyimpulkan bahwa jenis tindak tutur yang digunakan dalam graffiti di Yogyakarta adalah tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Admunarni menyimpulkan bahwa modus yang digunakan adalah tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal, tindak tutur tidak literal, dan tindak tutur tidak langsung literal. Berdasarkan makna serta dalam dalam konteks, grafiti memiliki beberapa fungsi sosio-kultural, di antaranya adalah wujud ekspresi gaya hidup, sarana penyampaian moral, dan sindiran terhadap pola kehidupan tertentu. Selain itu, Rohman (2009) meneliti “Wacana Karikatur dalam surat kabar Al-Jazair Edisi 1-31 Agustus 2008 dengan pendekatan sosiopragmatik. Rohman dalam skripsinya tersebut membahas jenis-jenis tindak tutur, tuturan berdasarkan modus kalimat, dan fungsi sosio-kultural masyarakat. Hasil analisis Rohman menyimpulkan bahwa tindak tutur yang digunakan dalam karikatur adalah tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi namun yang banyak digunakan adalah tindak ilokusi. Adapun berdasarkan modus kalimat yang digunakan adalah menggunakan tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal, tindak tutur tidak literal, tindak tutur langsung literal dan tindak tutur tidak langsung literal. Menurut aspek sosial kultural masyarakat, karikatur memiliki fungsi ekspresi 6 gaya hidup, sarana pesan moral, sindiran terhadap pola perilaku tertentu ,dan eufemisme. Adapun penelitian yang lain adalah penelitian Aini (2012) yang berjudul “Wacana dalam Karikatur surat kabar Ar-Riyad edisi Agustus–Oktober 2011: Kajian Sosiopragmatik”. Aini menyimpulkan bahwa karikatur diciptakan dengan berbagai fungsi yang terkandung di dalamnya yang diungkapkan dengan macam tindak tutur. Adanya berbagai macam tindak tutur tersebut digunakan untuk menyampaikan berbagai maksud yang banyak dituturkan secara tidak langsung. Maksud-maksud tersebut banyak dituturkan melalui penggunaan tindak ilokusi. Tindak ilokusi dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi sembilan, yaitu: perintah, larangan, peringatan, ajakan, kritikan, permintaan, penolakan, penawaran, dan harapan. Adapun aspek sosial yang ditampilkan sebagai representasi dari fenomena yang terjadi pada suatu masyarakat, yaitu: sindiran terhadap pelaku masyarakat, sarana penyampaian moral, gaya hidup, ekonomi, politik, pendidikan, kebersihan dan kesehatan, lingkungan, dan tekhnologi. Adapun kalimat karikatur dalam surat kabar Al-Miṣriyyu al-Yauma sejauh pengamatan penulis belum pernah diteliti dari segi pragmatik oleh mahasiswa Jurusan Sastra Asia Barat FIB UGM, Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, Fakultas Sastra Arab UI, Fakultas Sastra Arab USU. Oleh karena itu, penelitian kalimat karikatur Al-Miṣriyyu alYauma edisi Juni-September 2012 ini layak dilakukan. 7 1.5 Landasan Teori Pemakaian bahasa dalam masyarakat selain ditentukan oleh faktor-faktor linguistik juga ditentukan oleh faktor-faktor sosial. Hal ini juga berlaku pada karikatur. Karikatur yang sering ditampilkan dengan berbagai gambar yang lucu dan menarik serta diikuti kalimat singkat yang ada di dalamnya menunjukkan bahwa karikatur adalah sebuah wacana yang utuh. Guy Cook (via Sobur, 2009:56) mengatakan bahwa ada tiga hal yang sentral dalam pengertian analisis wacana, yakni teks, konteks, dan wacana. Hal tersebut sangat penting karena karikatur dibuat berdasarkan pola pikir pengarang serta fenomena sosial, budaya, bahkan politik yang terus berkembang dalam lingkungan masyarakat. Karikatur juga berkaitan dengan aspek pragmatik. Hal ini disebabkan penggunaan bahasa dalam karikatur merupakan suatu fungsi bahasa sebagai alat komunikasi antar manusia. Rahardi (2000:48) menyatakan bahwa pragmatik mengkaji maksud penutur dalam menuturkan satuan lingual tertentu pada sebuah bahasa. Konteks digunakan untuk mengungkapkan maksud (makna penutur) yang tersembunyi di balik sebuah ujaran (Kridalaksana, 1983:95). Adapun Purwo (1986:14) mengatakan bahwa yang ditangani di dalam analisis pragmatik adalah dua hal berikut (i) suatu tuturan lingual dapat dipakai untuk mengungkapkan sejumlah fungsi di dalam komunikasi, dan (ii) suatu fungsi komunikatif tertentu dapat diungkapkan dengan sejumlah satuan lingual. Oleh karena itu, sebuah tuturan dapat digunakan untuk beberapa maksud dan begitupun juga dengan satu maksud tertentu dapat diungkapkan dengan beberapa tuturan. Searle dalam Wijana (1996:17) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada 8 tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi (locutionary act), ilokusi (ilocutinary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary act). Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak ilokusi adalah sebuah tuturan yang berfungsi untuk melakukan sesuatu. Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur (Wijana, 1996:17-20). Selain itu, berdasarkan modus kalimatnya, tindak tutur juga dapat dibedakan menjadi tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung, dan tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal. Tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang terbentuk dari kalimat yang digunakan sesuai konvensinya, tindak tutur tidak lansung adalah tindak tutur yang terbentuk dari kalimat yang digunakan tidak sesuai dengan konvensinya. Tindak tutur literal adalah tindak tutur yang sama maksudnya dengan makna kata yang menyusunnya, sedangkan tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan kata-kata penyusunnya (Wijana, 1996:30-32). Berdasarkan uraian tersebut di atas dipahami bahwa penelitian tindak tutr merupakan penelitian yang akan mengungkap maksud isi tuturan secara benar. 1.5 Metode Penelitian Ada tiga tahapan strategis dalam sebuah penelitian (Sudaryanto, 1993:5). tahapan pertama adalah tahap penyediaan data, tahapan kedua adalah tahap analisis data, dan tahap ketiga adalah tahap pemaparan hasil analisis data. 9 Pada tahap penyediaan data, digunakan metode simak dengan teknik catat. Metode simak dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa dalam karikatur pada surat kabar Al-Miṣriyyu al-Yauma edisi Juni-September 2012. Teknik catat dilakukan dengan pencatatan data pada kartu data yang dilanjutkan dengan klasifikasi data. Dalam hal ini pencatatan data, digunakan teknik non-partisipatif karena peneliti tidak terlibat secara langsung dalam tuturan. Pencatatan data dilakukan dengan mengumpulkan surat kabar Al-miṣriyyu al-Yauma edisi JuniSeptember 2012 dan mengkopi file kalimat dan karikaturnya. Data yang diambil berupa kalimat dalam karikatur, sedangkan objek yang diteliti adalah tindak tutur dalam karikatur surat kabar Al-Miṣriyyu al-Yauma edisi Juni-September 2012. Kemudian data tersebut diklasifikasikan berdasarkan jenisnya dan siap untuk dianalisis. Pada tahap analisis data, metode yang digunakan metode padan. Metode padan adalah metode analisis data yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan atau diteliti. Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan pragmatis (Sudaryanto, 1993:13; Kesuma, 2007:47). Metode padan ialah metode yang menggunakan alat penentu referen, penentu organ wicara, alat penentu bahasa lain, alat penentu tulisan, dan alat penentu mitra wicara. Pada penelitian ini metode yang digunakan metode padan pragmatis yaitu menentukan kalimat yang diucapkan sebagai kalimat perintah atau afektif yang mengakibatkan reaksi dan emosional pada mitra wicara. 10 Hasil analisis data disajikan dalam sebuah laporan. Penyajian laporan dilakukan secara informal, yaitu penyajian laporan yang berwujud dengan perumusan dengan kata-kata (Sudaryanto, 1993:145). 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab I pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan, dan pedoman transliterasi. Bab II kalimat, karikatur dan pragmatik. Bab III analisis kalimat karikatur surat kabar Al-miṣriyyu al-yauma edisi Juni-September 2012, dan bab IV kesimpulan. 1.7 Pedoman Tranliterasi Arab-Latin Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedomam transliterasi yang berdasarkan atas keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/u/1987. 1.8.1 Konsonan Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian yang lain dengan huruf dan tanda sekaligus. Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan ا Alīf tidak dilambangkan ب Bā tidak dilambangkan B ت Tā T Te ث Śā ṡ es (dengan titik diatas) Be 11 ج Jīm J Je ح h׀ā ḥ Ha (dengan titik di bawah) خ Khā Kh ka dan ha د Dāl D De ذ Żāl Ż ر Rā R Er ز Zai Z Zet س Sīn S Es ش Syīn Sy es dan ye ص ṣād ṣ es (dengan titik di bawah) ض ḍād ḍ de (dengan titik di bawah) ط ṭā ṭ te (dengan titik di bawah) ظ ẓā ẓ zet (dengan titik di bawah) ع ‘ain ‘_ koma terbalik (di atas) غ Gain G Ge ف Fā F Ef ق Qāf Q Ki ك Kāf K Ka ل Lām L El م Mīm M Em ن Nūn N En و wāwu W We ه Hā H Ha ء hamzah `_ apostrof ي Yā Y Ye zet (dengan titik di atas) 1.8.2 Vokal Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. 12 a. Vokal Tunggal Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut. Tanda Nama Huruf Latin Nama َ_ fatḥah a A ¯ِ Kasrah i I _ُ ḍammah u U Contoh: ﺐ َ َآ َﺘ ُذ ِآ َﺮ kataba żukira b. Vokal Rangkap ‘Dia (telah) menulis’ ‘Diingat’ Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu: Tanda dan huruf Nama Gabungan huruf Keterangan َ…ي fatḥah dan ya’ Ai a dan i َ…و fatḥah dan wāwu Au a dan u Contoh: ٌَﺑﻴْﺖ َﻟﻮْن c. baitun ‘Sebuah rumah’ launun ‘Suatu warna’ Vokal Panjang Vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu: Harakat dan Huruf Nama Huruf dan Tanda Keterangan 13 fatḥah dan alīf Ā a dan garis di atas ِْ…ي kasrah dan yā’ Ī i dan garis di atas ُْ…و ḍammah dan wāwu Ū u dan garis di atas َ…ى َ…ا Contoh: َﻗَﺎل ل ُ َْﻳ ُﻘﻮ ٌَآ ِﺒﻴْﺮ qāla ‘Dia (telah) berkata’ yaqūlu ‘Dia (sedang) berkata’ kabīrun ‘Besar’ 1.8.3 Ta’ marbūtah Transliterasi untuk ta’ marbūtah ada dua, yaitu: a. Transliterasi ta’ marbūtah hidup atau mendapat harakat fatḥah, kasrah, dan ḍammah, transliterasinya adalah /t/. b. Kalau pada kata yang terakhir dengan ta’ marbūtah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta’ marbūtah itu ditransliterasikan dengan /h/. Contoh: َﺎل ِ ﺿ ُﺔ اﻷَﻃﻔ َ َْرو rauḍah al-aṭfāl / rauḍatul-aṭfāl ‘Taman kanak-kanak’ اﻟ َﻤ ِﺪﻳْ َﻨ ُﺔ اﻟ ُﻤ َﻨ ﱠﻮ َر ُة al-Madīnah al-Munawwarah al-Madīnatul-Munawwarah 1.8.4 Syaddah (Tasydīd) ‘Kota yang disinari’ 14 Syaddah atau tasydid dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda, tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah tersebut Contoh: َر ﱠﺑﻨَﺎ rabbanā ‘Tuhan kami’ ل َ َﻧ ﱠﺰ nazzala ‘Dia telah menurunkan’ 1.8.5 Kata Sandang Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu ""ال. Akan tetapi, dalam transliterasi ini kata sandang dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah. a. Kata sandang diikuti oleh huruf syamsiyyah Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsyiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut. Contoh: ﻞ ُﺟ ُ اﻟﺮﱠ ar-rajulu ‘Laki-laki itu’ ﺴﻤَﺎ ُء اﻟ ﱠ as-samā’u ‘Langit itu’ b. Kata sandang diikuti huruf qamariyyah Kata sandang yang diikuti huruf qamariyyah ditransliterasikan sesuai dengan huruf aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya. 15 Baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyah, kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sempang. Contoh: اﻟ َﻘَﻠ ُﻢ al-qalamu ‘Pena itu’ ﺐ ُ اﻟﻜَﺎ ِﺗ al-kātibu ‘Penulis itu’ 1.8.6 Hamzah Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof jika terletak di tengah atau di akhir kata. Apabila terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa alif. Contoh: ﺧ ُﺬ ُ ﻳَﺄ ya’khużu ‘Dia (sedang/akan) mengambil’ َﻗ َﺮَأ qara’a ‘Dia (telah) membaca’ أآﻞ akala ‘Dia (telah) makan’ 1.8.7 Penulisan Kata Pada dasarnya setiap kata, baik fi’l, ism, maupun harf, ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh : ﻦ َ ْﺧﻴْ ُﺮ اﻟﺮﱠا ِز ِﻗﻴ َ ﷲ َﻟ ُﻬ َﻮ َ نا َ َوِإ ﱠ 1.8.8 Huruf Kapital Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīna Wa innallāha lahuwa khairur-rāziqīna ‘Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rizqi’ 16 Meskipun dalam tulisan Arab tidak dikenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasinya huruf kapital digunakan dengan ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Di antaranya adalah huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama diri, dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang dituliskan dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Contoh: ٌﺳﻮْل ُ ﻻ َر ﺤ ﱠﻤﺪٌ ِإ ﱠ َ َوﻣَﺎ ُﻣ Wamā Muḥammadun illā rasūl ‘Dan Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul/utusan’.