Predisposisi genetic: tahap 1 Aggregasi keluarga Riwayat keluarga dari pasien memberikan petunjuk diagnose yang penting. Lebih dari 40% pasien psoriatic arthritis memiliki riwayat keluarga yang terkena psoriatic arthritis, atau seronegatif spondyloarthritis pada keluarga yang sedarah, kemungkinan 40 kali lebih besar dari pada mereka yang tidak mempunyai riwayat tersebut. Ini tentu sejalan dengan angka concordasi kembar yang menetapkan gen germline yang penting memberikan kontribusi bagi definisi predisposisi untuk penyebab psoriasis. Disamping agregasi keluarga yang kuat, sedikitnya lebih dari separuh pasien penderita psoriatic arthritis adalah mempunyai kasus sporadic dengan riwayat keluarga negatif. Dalam studi klasik oleh Moll dan Wright, diantara 88 penderita yang memenuhi kriteria psoriatic arthritis, 12,5% memiliki setidaknya kerabat tingkat pertama dan kedua yang menderita psoriatic arthritis, 5,5% diantara 181 kerabat tingkat pertama. Rahman dan Elder menganalisa kembali data ini dan memperkirakan besarnya kontribusi genetika untuk psoriatic arthritis dari bagian penderita yang mempunyai kerabat tingkat pertama dibandingkan dengan prevalensi penyakit pada populasi umum dengan menggunakan λR yang dirumuskan oleh Risch. Asumsikan prevalensi psoriatic arthritis adalah 0,1%, maka hasil resiko λR untuk kerabat tingkat pertama adalah 55. Bahkan dengan mengansumsikan tingkat prevalensi tertinggi dari psoriatic arthritis dalam populasi 0,45%, λR akan menurun menjadi 12,2 dengan rasio kekambuhan yang tinggi untuk penyakit kompleks dengan memperlihatkan kontribusi genetika yang kuat terhadap kerentanan. Dalam penelitian terakhir, Myers dkk melaporkan secara esensial temuan yang sama. Angka concordasi diantara kerabat untuk semua jenis psoriatic arthritis adalah 14% termasuk enthesitis dan psoriasis 21%. Bila enthesitis dikesampingkan, maka nilai hasilnya adalah 12,5% yang seringkali dari keluarga yang terserang, menurut Moll dan Wright, yang tidak termasuk entheritis dalam kriteria awal mereka. Keturunan psoriatic arthritis juga memiliki banyak faktor yang ditemukan dalam penyakit autoimun dari keturunan yang telah terpenetrasi atau resesif. Sebagaimana telah dilaporkan, ini tentu tidak untuk keterlibatan sendi mereka. Gejala yang umum juga dapat dikembangkan. Keterlibatan gen kelas l HLA dalam penentuan kerentanan Karena gen MHC polimorfik yang tinggi memiliki peran yang penting didalam respon kekebalan yang ada, mereka tentu menjadi gen kandidat pertama yang harus diuji peranannya dalam menentukan gen yang terlihat didalam kerentangan psoriatic arthritis. Penelitian dengan gen kandidat dengan psoriatic arthritis dimulai dengan identifikasi Brewerton dari peningkatan frekwensi HLA-B27 pada individu penderita psoriasis juga ada heterogenitas pertimbangan dalam frekwensi yang dilaporkan dari HLA-B27 pada psoriatic arthritis berkisar 39% di Taiwan. 17% sampai 34% pada penelitian yang berada di Spanyol Utara.hingga 20% di Inggris, 4% di Israel dan serangkaian dimana HLA-B27 tidak terdeteksi. Variasi ini secara parsial merefleksikan kriteria diagnosa yang digunakan dan distribusi geografis dari allele HLA-B27 yang meningkatkan populasi sirkumpolar. Disamping itu, pengaruh faktor imunogenetika atas pola keterlibatan sendi dalam psoriatic arthritis adalah diperlihatkan oleh peningkatan frekwensi HLA-B27 mendeteksi 70% dengan keterlibatan tulang punggung. HLA-B39 dan juga pada cakupan HLA-B38 yang telah diidentifikasikan sebagai peningkatan dalam berbagai pengkajian independen, tetapi dengan divergensi antara laporan yang berbeda terutama karena perbedaan distribusi dari HLA-B38 yang berbeda dari HLA B39 karena yang pertama, sama dengan HLAB27, membawa ligan kuat untuk KIR3DL1 NKR reseptor sementara yang terakhir adalah tidak reaktif. HLA-B38 dan HLA-B39 tidak berbagi haploitipe ancestral atau allele HLA-C dengan allele HLA-B27. Sebagaimana telah terantisipasi dari hubungan psoriatic arthritis dengan psoriasis, psoriatic arthritis juga dikaitkan dengan peningkatan frekwensi HLA-Cw6 sebagaimana dilaporkan dalam penelitian menggunakan teknik serologi oleh Murray dkk, dimana telah teridentifikasi dalam 34,6% psoriatic arthritis 50,0% psoriasis dan 13.5% dari kontrol. Hal menarik, HLA-Cw6 allele berkaitan dengan Psors1 adalah ditemukan dalam hubungan ketidakseimbangan yang kuat dnegan HLA-B57 dan HLA-B13 tetapi bukan dengan HLA-B37, HLA-B38 dan HLA-B57 yang juga memiliki ketidak seimbangan yang kuat dengan HLA-DR7 dan DQA1 0201 allele, yang menekankan jarak genomik. Pada haplotipe ancestral berkembang dan HL-=DR7 yang diharapkan dan allele DQA1*01201 juga telah dilaporkan dalam frekwensi yang meningkat pada psoriatic arthritis dan psoriasis. Juga ada empat pelajaran umum tentang hubungan HLA dalam psoriatic arthritis pertama , efek genetika allele HLA yang rentan adalah terlihat dalam simpleks sporadic psoriatic arthritis termasuk dalam keluarga multipoleks, memperlihatkan bahwa sporadic dan bentuk multipoleks dari psoriatic arthritis adalah ditentukan oleh gen yang sama, kedua bahkan dalam keluarga multipoleks warisan dari allele HLA adalah berkaitan dengan kerentanan yang tidak diperhitungkan bagi mereka yang sudah terang. Ketiga, peningkatan yang besar dari frekwensi allele HLA-Cw6 dalam psoriasis tanpa psoriatic arthritis dan peningkatan yang besar dalam HLA-B27, HLA-B39 dalam psoriatic arthritis yang memberikan bukti molecular dari heterogenitas genetika dalam psoriatic arthritis dan psoriasis. Keempat, dibandingkan dengan psoriasis, peran allele HLA dalam penentuan kerentanan pada psoriatic arthritis adalah kurang secara konklusif yang turut memainkan peranan penting dalam menspesifikasikan kerentanan psoriatic arthritis. Pemicu sel T : Tahap 2 Molekul HLA kelas 1 memiliki dua fungsi yang berbeda. Pertama, secara khusus akan berikatan dan menghadirkan peptide yang diakui oleh reseptor sel ZT spesifik pada sel T CD8, pengenalan sentral pada respon kekebalan adaptiof untuk pathogen intraselular. Kedua, juga akan melibatkan variasi ario NK reseptor yang diekspresikan oleh sel NK atau memori/efektor CD8 sel T dalam pengawasan sistem imun dari dalam yang menjadi bagian dalam mendeteksi pengurangan dalam ekspresi MHC, kehilangan dan ditemukan pada transformasi atau sel terinfeksi pathogen. Dan juga mendeteksi peningkatan kelas I atau molekul yang dipengaruhi oleh tekanan dan cidera. Salah satu aktivitas atau penghambat reseptor NK yang berinteraksi dengan allel tertentu dari molekul allel HLA-B atau HLA-C adalah sistem reseptor penghambat pembunuh. Keterkaitan dengan HLA-B27 dan kelompok kedua dari allele kelas I HLA termasuk HLA-B13, HLA-B57 dan HLA-Cw6 dengan kerentanan terhadap pengembangan psoriatic arthritis yang sesuai dengan scenario pathogenesis yang dijelaskan diatas. Dalam scenario pertama, molekul HLA ini diarahkan untuk bertindak memilih sel reseptor CD8 T dengan ikatan dan juga dengan peptide pertama selama fase seleksi thymik positif dasi reseptor sel T. Dalam scenario kedua, molekul HLA psoriatic arthritis allel tertentu berinteraksi berbeda dengan berbagai reseptor NK. Tahap kedua dari penyakit mengakibatkan aktivitas dari CD8 sel T dan juga jalur yang melibatkan perbedaan dalam kedua scenario dimaksud. Dalam scenario, pertama, selama pembentukan reseptor sel TY dari semua sel T adalah dipilih pada peptide sendiri dan juga individu dengan kerentanan psoriasis yang berkaitan dengan potensi sel T CD8 dalam reseptor. Ini juga disebut clonal ignonarce dari pada toleransi dan juga penentuan berbagai sinyald dalam sel T dengan molekul aksesoris pada sel dendrite yang sudah diaktifkan yaitu kejadian kritis yang menghasilkan aktivitas dari kloning sel T. dalam scenario kekebalan dari dalam, aktivitas adalah disertai oleh antigen sendiri atau non sendiri yang tidak identik dengan peptide yang ditemukan alam enthesis atau sendi. Sel T CD8 diarahkan pada putative keratinosit peptide yang berkembang untuk satu dekade sementara memediasi psoriasis hingga fase psoriasis arthritis yang terlihat sukup untuk diperhitungkan dalam respon kekebalan adaptif untuk pathogen. Kerentanan HLA juga memainkan peranan dalam penngembangan reseptor sel memori efektor. Kejadian yang terjadi pada peradangan sendi dan cidera: tahap 3 Perkembangan peradangan sendi ini membutuhkan pengembangan klon sel T CD8 reaktif dengan fenotipe sel efektor yang dipicu oleh lingkungan sendi. Dalam scenario respon kekebalan adaftif, maka akan ada fase substantif dari pengembangan klonal sel T CD8 dan perbedaan terhadap fenotipe efektor yang didorong oleh antigen psoriasis itu sendiri sebagaimana digambarkan dalam bagian ketiga dalam gambar 19-3. Dalam skenario kedua, pengembangan ini telah dicapai. Kejadian kritis dalam skenario kekebalan adalah pengadaaan klonal yang saling tarik menarik dalam sendi dan kemudian memulai lokalisasi pada satu aktivitas efektor memori sel T melalui keterlibatan NK dan juga reseptor yang dibutuhkan sebagai bagian tengah sel. Keterlibatan dair reseptor NK oleh ligand mempengaruhinya dalam jaringan sendi yang memberikan simulasi untuk mengaktifkan memori efektor sel T CD8 dengan reseptor sel T klonal. Kedua skenario ini dimunculkan dalam pengertian aktivasi sel T. dekade dari respon kekebalan sekunder terjadi dalam jaringan sendi sebagai hasil dorongannya. Kemokin dan sitokin termasuk interferon yang dilepaskan oleh aktivitas sel T, mengaktifkan veskular kemokin adisional dan sitolin seperti IL-1, IL-6 dan TNDF-α. Sitolin mempengaruhi gen dalam sel mesenchumal yang menghasilakn cidera dan juga kehilangan fungsi, sementara penelitian kemokin dari rekruitmen sel T CD8 dan CD4 sel T masuk ke lokasi peradangan termasuk leukosit tambahan. Rekuitmen ini dengan sel T, melepaskan sitokin tambahan yang bekerja pada sel lapisan synovial, sel dari enthesis dan juga sel lain dalam garis fibroblast untuk merubah pola ekspresi gen, poroliferas dan juga erosi kartilago atau mempengaruhi pembentukan tulang. Demikian juga imunoreaktifan yang bekerja pada vascular endothelium untuk merubah fungsi keadaan terhadap apa yang mendukung peradangan dan rekuit leukosit tambahan. Kombinasi sitokin kemokin dan juga factor peradangan lainnya dari semua jenis sel ini menghasilkan gambaran yang berbeda dari sendi dan peradangan tendon, destruksi kartilago dan juga aktivasi mesenchuymal yang ditandai oleh fibrosis dan juga pembentukan tulang baru. KESIMPULAN Lebih dari 40% pasien psoriasis arthritis memiliki riwayat keluarga yang terkena psoriasis arthritis, atau seronegatif spondyloarthritis pada keluarga yang sedarah, kemungkinan 40 kali lebih besar dari pada mereka yang tidak mempunyai riwayat tersebut. Peningkatan frekwensi HLA-B27 pada individu penderita psoriasis juga ada heterogenitas pertimbangan dalam frekwensi yang dilaporkan dari HLA-B27 pada psoriatic arthritis berkisar 39% di Taiwan. 17% sampai 34% pada penelitian yang berada di Spanyol Utara.hingga 20% di Inggris, 4% di Israel dan serangkaian dimana HLA-B27 tidak terdeteksi.