~ Isu Laut Mereduksi Pemanasan Global Jangan Laut Mati Muda PARA ilmuwan yang tergabung dalam Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) dinilai belum meletakkan kelautan sebagai isu strategis dalam mereduksi pemanasan global. Begitu pula dampak pemanasan global terhadap laut tidak terlalu menjadi perhatian dan pembahasan khusus. Isu kelautan masih sangat minim dibahas, bahkan dalam dua kali konferensi internasional perubahan United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), di Bali (2007) dan Polandia (2008). Dampak perubahan iklim terhadap ekosistem laut, di antaranya peningkatan tinggi permukaan air laut, suhu air laut, bertambahnya frekuensi badai, perubahan pola musim, dan cuaca ekstrem. Hal-hal itu mengakibatkan banyaknya pulau kecil yang tenggelam. Padahal, laut yang luasnya dua per tiga dari luas dunia, dipercaya bisa mengurangi emisi karbon. Klorofil dalam phytoplankton yang memenuhi permukaan laut itulah yang bisa menyerap karbon dan melancarkan proses fotosintesis sehingga terjadi pelepasan oksigen ke bumi. Nyatanya, kerusakan laut terus-menerus terjadi. Di Indonesia sendiri, laut selama ini masih dianggap sebagai pemisah, bukan pemersatu antarpulau. Selama ini pula, laut cenderung dianggap sebagai "keranjang sampah". Laut juga diidentikkan sebagai kawasan kumuh, rawan, dan cap negatif lainnya. Indonesia, meski ditegaskan UUD 1945 pasal 25 a sebagai negara kepulauan, tidak menyadari bahwa kini jumlah pulau telah banyak berkurang, dari 17.504 1/3 ~ Isu Laut Mereduksi Pemanasan Global pulau menjadi 17.480 pulau. Berdasarkan catatan, setidaknya sudah 24 pulau yang hilang: tenggelam. Naiknya tinggi permukaan laut karena kutub es mencair diduga menjadi penyebabnya. "Untuk konteks Indonesia, isu yang akan dibahas di antaranya tentang bagaimana dampak pemanasan global terhadap hilangnya pulau-pulau kecil. Dampak dari pemanasan global: es mencair, tinggi air laut meningkat sehingga membuat pulau-pulau kecil itu tenggelam," ungkap Ketua Bidang Informasi Publik Departemen Kelautan dan Perikanan, Kusdiantoro. Ia menjelaskan, pulau-pulau kecil yang hilang itu berada di perairan Sumatra dan Sulawesi. Luasnya bervariasi, dari sepuluh ribu hingga seratus ribu meter persegi. Hilangnya pulau-pulau kecil itu hanyalah segelintir masalah yang dihadapi akibat pemanasan global** SAYANGNYA, rekomendasi UNFCCC terkait penanggulangan dampak pemanasan global masih berbasis penanganan dari daratan. Untuk itulah, para ahli lingkungan, pengambil kebijakan, dan lembaga-lembaga nonpemerintah akan kembali berkumpul membahas dampak pemanasan global terhadap laut dan sebaliknya. Dalam hal ini, Indonesia kembali menginisiasi penyelenggaraan World Ocean Conference (WOC) di Manado yang rencananya bakal berlangsung 11-15 Mei 2009 mendatang. Sebanyak 1.500 delegasi dari 121 negara sudah menyatakan kesiapannya untuk hadir. Selain perwakilan pemerintahan, WOC juga akan melibatkan berbagai organisasi nonpemerintah dan didukung badan-badan multilateral, seperti United Nations Environmental Program (UNEP), UN-Habitat, International Sea Bed Authority (ISBA), International Ocean Institute (IOI), Global Environmental Facility-World Bank, World Wildlife Fund (WWF), The Nature Conservancy (TNC), Arafura Sea and Timor Sea Expert Forum (ATSEF). 2/3 ~ Isu Laut Mereduksi Pemanasan Global Beberapa topik yang akan dibahas dalam WOC, di antaranya tata kelola kelautan, pengelolaan lingkungan laut, dan mitigasi bencana kelautan. Sementara, masalah kelautan dunia yang akan dibahas, di antaranya peran laut dalam perubahan iklim global, keanekaragaman hayati laut, industri dan jasa maritim (galangan kapal, wisata bahari, dan hidro-oceanografi), dan mitigasi bencana alam di laut. Rangkaian simposium akan memadati acara WOC yang diikuti ratusan peneliti di bidang kelautan itu. Dalam waktu empat hari, 33 tema kelautan akan disimposiumkan, di antaranya mengenai polusi laut, limbah hiu, usaha ekonomis laut, dan sebagainya. Nah, kesepakatan-kesepakatan dalam forum WOC itu, rencananya akan dituangkan ke dalam Manado Ocean Declaration (Deklarasi Kelautan Manado). Isinya ialah komitmen politik dari perwakilan pemerintah dalam menempatkan posisi laut secara strategis terhadap pemanasan global. Menurut Kusdiantoro, pertemuan ahli untuk membahas draf Manado Declaration terus berlangsung. Secara khusus, Manado Declaration bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai perubahan iklim dan pengaruhnya bagi kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat pesisir. Selain itu, pemahaman tentang kondisi lingkungan laut dan wilayah pesisir dan peran laut dalam menyikapi fenomena perubahan iklim. Satu lagi, dirumuskan pula langkah-langkah adaptasi dan mitigasi untuk menghadapi perubahan iklim itu sendiri. (Lina Nursanty/"PR")*** Penulis: Back 3/3