Rabu, 05 Agt 2015 Edisi 2 Dari meja redaksi…. Selamat pagi rekan semua …. T Be a Spiritual Giant for Christ uhan sedang menanti pemuda yang memiliki perasaan takut akan Tuhan seperti Yusuf dan Timotius. Tuhan sedang memutarbalikkan arah dari Indonesia dengan mengubah hati anak muda zaman ini. Sekitar 58,5 tahun yang lalu saat berumur 17 tahun, Tuhan memanggil saya di sebuah retreat seperti KIN Pemuda kali ini. Saat itu saya terpaksa mengikutinya; walaupun masih atheis dan memercayai filsafat sayap kiri seperti komunisme dan dialektikal materialisme. Tetapi Tuhan mengubahkan konsep saya. Melalui firman-Nya, Dia membanting setir hidup saya dan sejak saat itu saya menjadi hamba Tuhan. Kita bersyukur karena sepanjang sejarah Tuhan membangkitkan pemuda, yang minoritas, dapat mengubah arus sejarah dunia. Seperti Ahok, dipakai Tuhan menjadi gubernur di Jakarta. Seperti Daniel, dipakai Tuhan menjadi perdana menteri di Babilonia. Sejak muda, sudah memiliki sebuah ambisi untuk menjadi KIN Flash orang yang dipakai Tuhan dengan besar, menjadi alat di tangan-Nya. Seperti Tuhan memanggil Petrus menjadi penjala manusia, Tuhan juga memanggil Saudara untuk mengikut Dia. Jika ikut Tuhan, jangan pikir kemakmuran, kekayaan, tetapi bekerja keras dan berani mati bagi Tuhan. Rela meninggalkan kehendak kita, ikut kehendak Tuhan. Meninggalkan jalan kita, ikut jalan Tuhan. Persiapkanlah dirimu ikut Tuhan, hai pemuda, diubah dan dibentuk menjadi manusia yang menjalankan rencana Tuhan. Maukah menjadi seorang raksasa rohani (spiritual giant), seperti Jim Elliot? Atau hanya menjadi seorang pelacur maupun orang brengsek? Marilah mulai menggumulkan kebenaran yang Tuhan sampaikan melalui 6 hari KIN. Kita bereskan seluruh konsep hidup kita sehingga setelah pulang dari tempat ini, ada suatu pembaruan jiwa yang sejati, ditaklukkan di bawah Kristus. KIN is God’s precious moment for us! In the opening session, Rev. Antonius Un cries out to the attendees, reminding them of the crisis they are facing and must now answer: knowing the will of God for themselves. In particular, Rev. Un reminds these youths that God has the right over everything, including their own lives. As such, one of the most appropriate thing they can do is to dedicate themselves to God in their youths for such dedication, an offering of the remaining of their lives, brings glory to God. Rev. Dr. Stephen Tong, continuing the theme, asserts that the God who has raised many people in the past is the same God who is still at work today. “Blessed are you if you realize that you only live once and that before you die you will do great things for the LORD,” shouts Rev. Tong. (dt) Kita memasuki hari kedua di mana sepanjang hari ini sekian banyak berkat sedang menanti untuk mengisi kehidupan kita. Kehidupan iman bukanlah sekadar mengisi pengetahuan dan pikiran kita, melainkan perubahan seluruh kehidupan kita untuk semakin berkenan di hadapan Tuhan dan menggenapkan kehendakNya. Kiranya setelah kebaktian pembukaan kemarin, kalian semua boleh melihat beban, panggilan yang Tuhan akan kerjakan di dalam kehidupan kalian. Ayo… kita berjuang, belajar sebaik mungkin melalui berbagai pembicara yang telah Tuhan pilih untuk berbagian di dalam KIN PEMUDA 2015 ini. Siapkan konsentrasi pikiran kita, dan juga catatan, sehingga apa yang kita pelajari tidak lewat begitu saja. Siapkan fisik kita, istirahat yang cukup, dan tidak memboroskan tenaga. Juga siapkan hati kita untuk bertemu dengan kebenaran Tuhan, sehingga hidup kita sungguh-sungguh diubahkan. Soli Deo Gloria. Tim Redaksi. SEKILAS KIN Masa Muda yang Dipersembahkan kepada Tuhan (Yes. 43:6-7) P ertama, persembahan masa muda adalah persembahan segala kemungkinan dan potensi. Manusia memiliki potensi yang besar karena Tuhan menciptakan manusia sebagai gambar-Nya. John Calvin dalam institutio mengatakan, manusia diciptakan oleh Tuhan dengan sense of divine. Manusia sebagai gambar Allah mencerminkan kemuliaan Allah. Tetapi saat manusia jatuh dalam dosa, manusia berubah dan melawan Allah. Semua kepekaannya dipakai dengan tidak bertanggung jawab, tidak dipakai untuk tujuan kemuliaan Tuhan sehingga manusia sering kali melakukan kebodohan. Dalam 2 Korintus 5, dikatakan bahwa kita menjadi ciptaan baru yang berarti gambar kita diperbarui dan segala potensi dikembalikan. Apa yang Tuhan berikan dikembalikan untuk kemuliaan-Nya. Potensi menjadi aktual secara maksimal dalam masa muda. Ketika kita menjadi ciptaan baru, kita memberikan seluruh potensi kita untuk Tuhan. Kedua, persembahan masa muda kepada Tuhan, meneladani Kristus. Kita meneladani Kristus bukan hanya dalam kelakukan, kesucian, tetapi juga dalam mempersembahkan diriNya. Kristus hanya hidup 33,5 tahun tetapi mempersembahkan hidupNya untuk Tuhan. Kenapa Yesus mulai melayani umur 30? Karena umur 30 adalah simbol dari the end of appropriate age, this is best human kind. Kristus menyerahkan hidup sejak masa muda-Nya yang adalah masa terbaiknya. Bahkan Ia adalah teladan sempurna yang telah menyelesaikan misi-Nya dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Biarlah kita menjadi seperti Kristus yang mempersembahkan masa muda-Nya bagi pekerjaan Tuhan. Ketiga, Tuhan patut menerima yang terbaik. Inilah yang harus jadi pergumulan kita. Tuhan meminta Abraham untuk mempersembahkan anaknya yang tunggal, yang 2 dikasihinya. Anak tunggal yang adalah harta paling berharga daripada Abraham. Melalui peristiwa ini, Abraham mempelajari atau mencicipi perasaan Allah Bapa yang mempersembahkan Anak-Nya. Siapa yang mau mempersembahkan anaknya? Harta benda yang kita jual, meskipun benda mati, pasti akan memberi perasaan sedih. Apalagi mempersembahkan anak yang tunggal, satu-satunya! Sesuatu yang sangat berharga diberikan menunjukkan besarnya kasih si pemberi ini. Itulah yang dilakukan oleh Allah Bapa yang mempersembahkan Anak-Nya yang Tunggal. Siapa kita boleh menerima Anak yang Tunggal itu? Karena itu kita harus sangat bersyukur untuk hal ini dengan mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan. Siapakah raja yang boleh memakai orang yang terbaik? Apakah dia berhak? Jika ya, berarti Raja di atas segala raja pun berhak memakai orang yang terbaik. Kita harus bergumul untuk mengetahui siapa yang berhak pakai hidup saya? Inilah kesempatan kita untuk mengembalikan potensi kita untuk kemuliaan Tuhan. Kesempatan adalah anugerah umum yang tidak umum. Orang dalam Perjanjian Baru memberitahukan kepada kita bahwa ada kronos dan kairos. Kronos adalah waktu kronologis, quantitative time dan kairos adalah kesempatan yang berharga, qualitative time. Anak muda punya chronological time yang panjang, mari kita berikan untuk Tuhan. Kairos adalah krisis yang menimbulkan kesempatan dan menuntut keputusan yang eksistensial. Hari- hari KIN adalah kairos. Waktu dan kesempatan pemuda untuk menghadapi krisis masih banyak. Krisis bukan hanya berkaitan dengan uang tetapi juga berkaitan dengan kesempatan. Kronos dan kairos pemuda masih panjang sehingga salah satu cara yang terbaik untuk menggunakannya adalah mempersembahkan kesempatan. Tuhan berhak untuk mendapatkan yang terbaik. Keempat, persembahan masa muda menyatakan bahwa Tuhan berintervensi dalam sejarah. Memang ada masa di mana Tuhan tidak membangkitkan orang seperti masa intertestamental, masa antara PL dan PB. Tetapi Tuhan bangkitkan orang yang berpengaruh dalam zamannya. Yusuf dipakai Tuhan untuk melanjutkan hidup jasmani orang Israel, memunculkan tipologi Kristus. Tuhan melalui Musa yang membebaskan Israel dari perbudakan Mesir ini adalah peristiwa sejarah yang terbesar dalam Israel. Tuhan berintervensi ribuan tahun karena satu orang bernama Yusuf. Dalam sejarah kita pun tahu seorang yang besar yaitu Martin Luther yang melakukan Reformasi Gereja dan berkembang menjadi Reformasi Kebudayaan, perpindahan dari Masa Kegelapan menuju Abad Modern. Sejarah agama apa pun harus mengakui pengaruh reformasi dalam kebudayaan. Orang-orang dibangkitkan Tuhan untuk pengaruhi sejarah. Ketika orang muda mempersembahkan hidupnya, menandakan Tuhan mengintervensi sejarah. Sebaliknya orang yang melawan Tuhan, sampai sudah mati pun hidup mereka masih dicacimaki. Orang yang menyerahkan masa muda kepada setan bukan hanya berdosa kepada Tuhan tetapi juga sejarah karena menimbulkan caci-maki. Persembahan masa muda adalah tanda Tuhan intervensi sejarah. Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa Melawan Dunia SEKILAS KIN oleh Charles Spurgeon K ita mengetahui banyak peperangan di mana antar negara bertikai, tetapi siapa yang pernah membaca mengenai kemenangan yang menaklukkan dunia? Sebagian akan mengatakan bahwa Alexander adalah penakluk itu, tetapi saya katakan bukan. Alexander sendiri, dengan segala yang ia miliki, adalah seorang yang ditaklukkan. Secara kasatmata, ia sepertinya mengalahkan dunia; tetapi dalam realitas, di bagian terdalam jiwanya, dunia telah menaklukkannya, mengekangnya, menyelimutinya dengan impian dan ambisi yang tamak, sehingga di saat ia memiliki segalanya, ia tetap tidak puas. Siapakah manusia yang menaklukkan dunia? Ini adalah hal yang sangat langka, kemenangan yang menakjubkan, penaklukan yang sangat dahsyat. Ia yang menyatakan kemenangannya dapat berjalan di antara kerabatnya, seperti Saulus, dengan kepala dan bahu yang terangkat. Kekristenan menaklukkan dunia. Ini bukan pertempuran yang mudah, ini adalah suatu pertempuran sengit. Ini adalah pertempuran seumur hidup – pertempuran yang memerlukan segenap kekuatan, dan keteguhan hati. Sebuah pertempuran di mana hati yang paling tegar akan gemetar; perang yang membuat orang paling berani akan bergoncang. Tetapi jika Tuhan beserta maka siapa yang harus ia takuti? Ia adalah kekuatannya, kepada siapakah ia harus khawatir? Perang dengan dunia bukanlah perang adu kekuatan atau tenaga fisik tetapi lebih berbahaya, karena faktanya ini adalah pertikaian dalam pikiran, sebuah peraduan jiwa, pergumulan batin, pertentangan dalam sanubari. Ketika kita mengalahkan dunia di satu saat, jangan berpikir kita sudah menyelesaikan tugas kita; karena dunia ini terus berubah setiap saat seperti bunglon, dan di saat engkau mengalahkan dunia di dalam satu bentuk, ia akan menyerang dalam bentuk yang lain. Kita memberontak kepada cara dunia. Kalau kita bersikap demikian, apa yang akan dilakukan oleh lawan kita? Ia akan mengubah caranya. “Manusia itu sesat, fanatik, lidahnya bercabang, ia seorang yang munafik,” kata dunia ini. “Manusia berani menentang pemerintahanku, ia tidak mau melakukan seperti yang lain. Sekarang aku akan menganiayanya. Fitnah! Datanglah dari dalam neraka dan berbisik padanya. Iri hati! Pertajam taringmu dan gigitlah dia.” Dunia mengambil semua yang salah, dan menganiaya manusia. Lalu bagaimana sikap laskar Allah, di saat ia melihat dunia menantangnya, dan di saat ia melihat seluruh dunia ini, seperti pasukan, datang mengejarnya, yang hanya ingin menghancurkannya? Akankah menyerah? Menyimpang? Akankah tunduk? Tidak! Seperti Luther menulis “Cedo Nulli” di benderanya – “Aku tidak akan menyerah kepada siapa pun” dan ia maju berperang melawan dunia ini, jika dunia ini maju berperang melawannya. Anak-anak Allah yang sejati tidak terlalu peduli dengan pendapat orang lain. “Biarlah saya kelaparan, miskin, ataupun mati; setiap tetes darah di dalam raga ini adalah milik Kristus, dan saya siap untuk meneteskannya bagi nama-Nya,” kata anak-anak Allah. Demi Kristus Ia menganggap segala kepunyaannya adalah kerugian. Walaupun petir dunia bergemuruh, ia tetap tersenyum di tengah-tengahnya bahkan dengan nyanyian yang indah. Waktu dunia menghunuskan pedangnya dan anak Allah melihatnya. Ia berkata, “Ah, itu hanya seperti petir yang menggeliat di dalam habitatnya, membelah awan, dan menakuti bintang-bintang, tetapi tidak berdaya menghadapi gunung yang diselubungi batu, sehingga sekarang dunia tidak dapat menyakitiku, karena di dalam waktu kesulitan Bapa mendekapku.” Di dalam kediaman-Nya, di dalam bait-Nya, Ia melindungiku dan menaruhku di antara batu karang. Sehingga kita menaklukkan dunia dengan tidak menggubris ancamannya. “Baiklah,” kata dunia, “Aku akan menggunakan cara yang lain,” dan percayalah, ini adalah yang paling berbahaya. Dunia yang tersenyum lebih berbahaya daripada yang mengancam. Ia berkata, “Aku tidak bisa menundukkan manusia dengan hantaman yang bertubi-tubi, karena itu aku akan menanggalkan sarung tanganku, dan menunjukkan tangan yang putih dan adil, aku akan menariknya dengan ciuman. Aku akan mengatakan bahwa aku mengasihinya, mengucapkan hal yang manis dan baik mengenai dirinya.” John Bunyan menyatakan bahwa dunia ini memiliki cara kemenangannya sendiri; ia akan menunjukkan senyumnya di setiap akhir kalimatnya; ia berkata banyak hal yang baik, dan ia berusaha untuk memenangkan dan menggodanya. Bukan di dalam rintihan dan raungan yang justru membuat kita terjaga, tetapi di dalam elusan keberuntungan dan perhatian kita akan menjadi lengah; justru di saat semua orang berbicara hal yang baik mengenai kita, kecelakaan itu menghampiri kita. Oh Tuhan yang baik! Berapa banyak manusia yang menjadi telanjang karena kasih dunia ini! Dunia telah menjilat dan menerima mereka. Tetapi anak “Menginjili seseorang adalah menciptakan satu sejarah baru di dalam arus keluarga orang tersebut.” -Pdt. Dr. Stephen Tong Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa 3 SEKILAS Allah yang sejati tidak demikian, ia terlindungi di saat dunia tersenyum dan menggoda; ia tidak peduli dengan pujian maupun hinaan dunia. Sewaktu dipuji dan memang itu benar, ia berkata, “Tindakanku patut dipuji, tetapi aku kembalikan semua untuk kemuliaan Allah.” Hati yang agung tahu bagaimana bertindak atas kritikan, baginya itu tidak lebih dari sebuah pemberian yang menjadi masukan seharihari. Anak-anak Allah akan tetap tenang, mereka tidak akan hancur tetapi akan berdiri di tempat yang tinggi dan berkata, ”Kemenangan ini adalah yang mengalahkan dunia.” Terkadang Allah mengirimkan kesulitan dan kesedihan, hingga hidup ini seperti penjara, dan dunia menjadi penjaganya – penjaga yang buruk. Pernahkah engkau berada dalam pencobaan dan masalah, teman? Dan pernahkah dunia menghampiri dan berkata, “Tahanan yang malang, aku memiliki kunci untuk mengeluarkanmu. Engkau di dalam kesulitan, dan aku akan memberitahumu bagaimana caranya engkau bebas. Singkirkanlah hati nuranimu! Jangan tanggapi dia! Biarkanlah ia tertidur! Pikirkanlah mengenai kejujuran sesudah engkau mendapatkan uang dan bertobatlah saat engkau sudah santai.” Tetapi engkau membalas, “Aku tidak dapat melakukan hal seperti itu,” dan dunia pun lanjut membalas. “Baiklah kalau begitu, sangat disayangkan orang sebaik engkau harus terkurung di penjara ini!” “Tidak!” kata orang Kristen, “Bapa yang memimpinku dan Ia juga, di dalam waktu-Nya, akan memimpinku keluar; tetapi walaupun aku harus mati di sini, aku tidak akan memakai cara yang salah untuk bebas. Bapaku yang menaruh aku di sini untuk kebaikanku, aku tidak akan mengeluh; jika tulangku harus dibaringkan di sini, bahkan jika peti matiku harus berada di bawah batu ini, jika kuburanku adalah dinding penjara ini – biarlah aku mati di sini daripada harus mengangkat jariku untuk bebas dengan kecurangan.” Dan dunia pun berkata, “Ah, orang ini tidak punya otak, ia tidak memiliki nyali untuk bertindak, tidak punya keberanian, ia hanya mengikuti jalan moralitas yang usang.” Dan sang orang Kristen ini pun menaklukkan dunia. Saya dapat menceritakan peperangan yang telah dilalui. Begitu banyak pelayan yang malang, yang terus bekerja, untuk mendapatkan penghidupan yang layak, pakaian yang indah, tetapi ia tidak menyadari meskipun jubah indah, ia tetap memiliki darah, tulang, dan otot seorang yang malang. Orang malang ini sudah ribuan kali digoda, dan si jahat coba untuk merayunya, tetapi dia telah berperang dengan sengit; teguh dalam integritasnya, di tengah kesulitan ia tetap bertahan, seorang pejuang yang tidak dapat ditaklukkan oleh godaan dan bujukan perbuatan jahat. Tetapi di kasus lain, banyak orang yang memiliki kesempatan untuk menjadi kaya dan makmur dalam sesaat dengan kelaliman. Tetapi Allah dalam dirinya berkata, “Tidak!” Dunia berkata, “Jadilah kaya”, tetapi Roh Kudus mengatakan, “Tidak! Jujurlah dan layanilah Tuhanmu.” Sebuah peperangan yang keras dan perseteruan terjadi di dalam hati! Tetapi manusia harus berkata: “Tidak, walaupun bintang-bintang berubah menjadi dunia emas, saya tidak akan menukarkan prinsip saya dengan lautan kekayaan dan melukai jiwa saya.” Dan ia melangkah sebagai seorang penakluk. “inilah kemenangan yang menaklukkan dia, iman kita.” Sumber http://www.eternallifeministries.org/chs_against. htm Peserta KIN Pemuda 2015 datang dari berbagai daerah di Indonesia 4 KIN Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa SEKILAS KIN Mengenal: Pdt. Ir. Agus Marjanto M.Th J ika melihat sebuah GRII yang begitu besar di Karawaci, sebuah gereja dengan jemaat sekitar 1.000 orang, maka tentu tidak bisa tidak kita akan menanyakan siapa gembalanya. Selain GRII Pusat di Kemayoran dengan jemaat sekitar 3.000 orang, maka GRII Karawaci adalah GRII kedua terbesar jemaatnya. Pdt. Ir. Agus Marjanto M.Th, yang biasa dipanggil pak Agus, adalah seorang hamba Tuhan yang begitu setia. Seorang pejuang yang begitu gigih membawa banyak jiwa kepada Tuhan. Seorang yang berlatar belakang teknik, sebagai Insinyur Teknik Kimia jebolan Institut Teknologi Indonesia (ITI), Jakarta; beliau kemudian masuk ke STT Reformed Indonesia, di Kemang, Jakarta, untuk program Master of Divinity (M.Div.). Kemudian lanjut di STT Reformed Injili Internasional, Kemayoran, Jakarta, mengambil program Master of Theology (M.Th.). Pak Agus menerima panggilan sebagai hamba Tuhan ketika masih kuliah teknik tahun 1990, di Seminar Pemuda yang dipimpin oleh Pdt. Dr. Stephen Tong. Tetapi beliau masih sempat bekerja selama 8 tahun di sebuah perusahaan kimia internasional. Di sini beliau diperlengkapi sebagai seorang hamba Tuhan yang juga berpengalaman di dunia profesional, yang nantinya akan sangat banyak membantu keluasan wawasan pastoralnya kepada kalangan profesional dan kaum intelektual. Karier pelayanannya di gerakan Reformed Injili, dimulai sebagai gembala sidang di GRII Karawaci yang saat itu sedang berkembang. Gereja ini berkembang pesat dan mulai mendirikan MRII Lampung dan Persekutuan Reformed Cilegon, yang semuanya di bawah komandonya. Pada awal tahun 2014, di tengah-tengah perkembangan pelayanan yang sangat baik, Tuhan memanggil beliau untuk meninggalkan Indonesia, dan mulai membimbing GRII Sydney yang baru saja mengalami goncangan. Panggilan itu begitu jelas dan kesadaran pelayanan membuat beliau rela meninggalkan tempat yang sangat menghargainya, penuh fasilitas, dan jemaat besar, ke Sydney yang jemaatnya hanya sekitar 20 orang. Hadirnya pak Agus membuat GRII Sydney dalam waktu yang cukup singkat bisa bertumbuh kembali. Saat ini beliau lebih banyak berada di GRII Sydney yang relatif jauh lebih kecil ketimbang GRII Karawaci, dengan jemaat sekitar 150 orang. konseling dan bimbingan keluarga. Begitu banyak retreat, seminar, pembinaan tentang keluarga yang mereka kerjakan untuk membangun kehidupan jemaat. Selain itu, pak Agus juga adalah dosen di STT Reformed Injili Internasional di bidang Biblika dan Spiritualitas. Hal ini sejalan dengan panggilan dan keahliannya. Kepiawaiannya di bidang pastoral dan juga bebannya mendalami firman Tuhan dengan begitu setia, menjadikannya dosen yang sangat memberkati mahasiswa yang belajar di bawahnya. Selain itu pak Agus dan istrinya, Vikaris Sari, juga sangat peduli di dalam bidang Mottonya: “To win souls and to edify the body of Christ” layak juga menjadi motto kita sekalian, bukan hanya untuk dihafal, melainkan menjadi beban pelayanan dan beban panggilan kita seumur hidup sesuai dengan semangat Reformed Injili, yang ingin memiliki pengertian iman yang kuat, doktrin yang baik melalui pengajaran yang ketat, tetapi hati yang terbakar oleh Injil, dan keinginan melihat jiwa-jiwa yang tersesat kembali kepada Allah. Beliau dikaruniai tiga anak, yaitu Tim, Ivy, dan Emmy, yang ketiganya saat ini dibawa olehnya ke Sydney, karena pelayanannya sebagai gembala sidang GRII Sydney. Ia sangat terinspirasi oleh firman Tuhan: “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” (Mazmur 139:23-24). Ayat ini menjadi ayat pegangan dan selalu menjadi dasar pelayanan beliau. Dan itu mendorong pak Agus untuk kemudian mendalami kehidupan iman, kerohanian, dan theologi gerakan Puritan, sebuah gerakan Reformed yang muncul di Inggris dan kemudian memengaruhi awal perkembangan negara Amerika Serikat. ”suffering + willingness = enjoyment” -Pdt. Dr. Stephen Tong Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa 5 SEKILAS Sambungan dari hal.8 C.T. Studd.... menjadi misionaris ditentang keras oleh keluarganya. Bahkan saudara laki-lakinya sendiri yang merupakan orang Kristen yang sudah lahir baru pun menegurnya. Pada saat sulit tersebut, Studd berkata, “Some want to live within the sound of church or chapel bell; I want to run a rescue shop within a yard of hell.” Pada saat di Tiongkok, Studd menerima surat wasiat ayahnya yang menyatakan bahwa dia akan menerima sejumlah uang warisan yang sangat besar. Akan tetapi dia merasa bahwa dia harus membagikan kekayaannya supaya dunia tahu dia tidak hidup untuk uang tetapi hidup untuk Tuhan. Dia percaya Tuhan akan memberkati duanya meninggal pada masa bayi. Studd percaya bahwa Allah telah memberinya anak perempuan untuk mendidik orang Tiongkok tentang nilai bayi perempuan. Karena kesehatan yang memburuk, Studd harus pulang dari Tiongkok ke Inggris pada tahun 1894. Pada tahun 1900, Studd pindah ke India untuk menjadi pendeta. Pengalamannya di India begitu berbeda dengan apa yang dia alami di Tiongkok. Begitu banyak orang, dari serdadu Inggris sampai orang-orang India, datang kepada Kristus dan bertobat. Selama enam tahun dia melayani di India. Ketika kembali ke Inggris, Studd bertemu dengan seorang misionaris dari Jerman yang menceritakan tentang Afrika. Tuhan menaruh beban dalam hatinya KIN orang di Amerika Latin, Asia Tengah, Timur Tengah, dan Afrika. Ketika Studd diminta untuk pulang dan tidak melayani lagi, dia menjawab, “God has called me to go, and I will go. I will blaze the trail through my grave may only become a stepping stone that younger men may follow.” Didukung oleh istrinya, Studd membangun sebuah badan misionaris yang luas yang berpusat di Ibambi (Kongo-Belgia). Pada tahun 1929, Priscilla meninggal dunia. Dua tahun kemudian, ketika Studd masih terus bekerja bagi Tuhan pada usianya yang ke-70, dia meninggal dunia karena penyakit yang menyerang empedunya. Tedworth House, Wiltshire, The Home C.T. Studd Boyhood (Insert: C.T. in the heart of Africa in later years) The Cambridge Seven Only one life, ‘twill soon be past - C.T. Studd orang yang hidup untuk-Nya dan akan selalu mencukupi segala keperluaannya. Dia memberikan hampir seluruh uang warisannya kepada panti asuhan George Muller dan beberapa badan misi lainnya. Lalu, sebagian kecil dari uangnya diberikan kepada calon istrinya, Priscilla, sebagai mas kawin. Akan tetapi, melihat iman Studd, Priscilla pun ikut mempersembahkan uang yang diberikan kepadanya kepada orang lain. Studd menikahi Priscilla dalam upacara yang dilakukan oleh seorang pendeta Tiongkok. Studd memiliki empat orang anak perempuan. Dua anak laki-laki juga sempat lahir bagi dia dan Priscilla tetapi dua- 6 untuk memberitakan Injil di Afrika. Pada tahun 1910, dia berangkat ke Sudan dan mendirikan Heart of Africa Mission. Pada tahun 1913, Studd berangkat ke Kongo-Belgia walaupun dokter tidak mengizinkannya. Dia mendirikan beberapa pangkalan misi dan melayani paling sedikit 8 suku yang berbeda. Setelah sembuh dari penyakitnya, Priscilla mengikuti suaminya pada tahun 1916. Anaknya Pauline bersama dengan menantunya Norman Grubb juga melayani bersama-sama di Afrika. Mereka beserta teman-teman sepelayanan mereka mendirikan Worldwide Evangelisation Crusade (WEC) yang menjangkau orang- Visinya untuk Tiongkok, India, dan Afrika dilanjutkan oleh Norman Grubb, menantunya, yang menjadi ketua WEC. Charles Thomas Studd mulai melayani di Tiongkok sejak masa mudanya selama 15 tahun, di India selama 6 tahun, dan melayani Afrika lebih dari 20 tahun. Dia meninggalkan segala kekayaan dan kenikmatan hidup di Inggris untuk melayani Yesus yang sudah menebusnya. Dia menulis: “Only one life, so soon it will pass Only what’s done for Christ will last Only one chance to do His will So give to Jesus all you days It’s the only life that pays When you recall you have but one life” Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa SEKILAS T idak ada hidup yang dilalui tanpa perjuangan, tidak ada negara yang muncul tanpa peperangan. Peperangan dan perjuangan mungkin didasarkan pada keinginan dan ambisi yang mencari kemuliaan diri. Namun peperangan rohani orang Kristen adalah peperangan yang tidak melawan daging, atau apa yang kasatmata, tetapi melawan roh-roh dan penguasa kerajaan angkasa. Orang Kristen harus berperang bersama Tuhan karena iman kita ditegakkan oleh Kristus Tuhan yang telah memenangkan seluruh peperangan kita. Iman yang mengalahkan dunia. Siapa yang berperang? Dalam terang firman Tuhan dari 1 Yohanes 5:4 himne ini ditulis. Mereka yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia dan kemenangan yang mengalahkan dunia adalah iman kita. Mereka yang lahir dari Allah adalah serdadu kerajaan Allah. Himne ini mengingatkan kita untuk berperang dengan benar. Kita berperang dengan kekuatan firman Tuhan dan bersalutkan keselamatan yang sudah diberikan Kristus kepada kita. Himne ini dimulai dengan sebuah ajakan berperang kepada serdadu Kristus, karena iman yang telah mengalahkan dunia. Seruan berperang dilengkapi dengan peralatan yang harus dibawa. Kita tidak membawa senjata manusia tetapi kasih sebagai benderanya, firman Tuhan sebagai pedangnya, ketopong keselamatan adalah perisainya, dan berjalan bersama orang kudus lainnya di jalan yang pernah dilalui oleh darah para martir. Bait-bait pujian ini ditutup dengan mengutip firman Tuhan dari kitab Wahyu bahwa mereka yang menang, jubah putih akan diberikan, nama mereka tercatat di sorga. Peserta KIN Pemuda 2015 sedang makan malam KIN Setiap bait ditutup dengan sebuah proklamasi kemenangan iman yang mulia. Iman mengalahkan dunia. Ira D. Sankey sendiri adalah seorang veteran perang sipil di Amerika. Dia menangkap dengan jelas pesan dari teks yang ditulis oleh Yates. Sankey menuangkannya dalam irama seperti derap kuda yang menuju medan perang (galloping style) supaya kita merasakan urgensi dan suasana perang spiritual. Hai orangorang yang lahir dari Allah, marilah kita sadar bahwa sedang berada dalam peperangan. Lagu: Faith is The Victory Buku acara KIN Pemuda no. 18. Koper peserta KIN Pemuda 2015 Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa 7 SEKILAS KIN Charles Thomas Studd (2 Desember 1860 - 16 Juli 1931) The Cambridge Seven “If Jesus Christ is God and died for me, then no sacrifice can be too great for me to make for Him.” M eninggalkan pekerjaan untuk menjadi seorang misionaris tidaklah pernah mudah! Charles Thomas Studd (C. T. Studd) merupakan seorang atlet kriket yang sangat handal. Pada usia 22 tahun, dia sudah dipilih untuk mewakili negara Inggris dalam berbagai kejuaraan dunia. Namun Tuhan memanggil dia dan menjadikannya misionaris yang melayani di Tiongkok, India, dan Afrika (daerah Sudan dan Kongo-Belgia). C. T. Studd lahir pada tanggal 2 Desember 1860 di Northamptonshire, Inggris. Pada masa mudanya, Studd sangat gemar bermain kriket. Ketika berumur 19, dia menjadi kapten tim kriket Eton College di mana dia bersekolah. Setelah itu, dia juga mewakili perguruan tingginya, Cambridge University, dalam berbagai kejuaraan antar perguruan tinggi. Pada tahun 1882, Studd dipilih untuk mewakili Inggris dalam kejuaraan dunia. Dia bermain untuk negaranya 37 kali. Akan tetapi, C. T. Studd pada hari ini tidak diingat sebagai pemain kriket, dia dikenang sebagai seorang misionaris yang sangat dipakai Tuhan. Sejak masa kecilnya, Studd bersama 5 saudara laki-lakinya beribadah di Church of England. Walaupun dia sudah dibaptis dan sudah berbagian dalam perjamuan kudus, dia tidak pernah mengakui Yesus sebagai Juruselamat pribadinya. Dia percaya Yesus adalah Tuhan, seperti halnya dia percaya Taft adalah Presiden Amerika – namun dia tidak mengenal-Nya secara pribadi. Pada tahun 1877, Edward Studd, ayahnya yang merupakan pengusaha sukses, bertobat dan menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadinya di kebaktian yang dipimpin oleh D. L. Moody. Dia segera berhenti melakukan kesenangannya, yaitu pacuan kuda dan berburu, serta membuka rumahnya yang sangat besar untuk mengadakan kebaktian penginjilan. Dia mengundang banyak pengusaha dari London untuk datang mendengarkan Injil. Banyak yang bertobat melalui Edward Studd. Dua tahun kemudian, Edward meninggal dunia. Tanpa diketahui ayahnya, C. T. Studd bertobat melalui pembicaraannya dengan seseorang dari banyak orang yang datang ke rumahnya untuk Injil. Dia sudah percaya bahwa kasih Tuhan membawa Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia tetapi tidak percaya akan kehidupan kekal. Orang tersebut menantang bahwa jika Tuhan sudah datang ke dunia memberikan kita hidup kekal, bagaimana kita tidak bersyukur dan memujinya. Dia berkata, “Then I got down on my knees and I did say “Thank you” to God. And right then and there joy and peace came into my soul. I knew then what it was to be born again, and the Bible, which had been so dry to me before, became everything.” Setelah pertobatannya, percakapan dengan seorang teman membongkar konsepnya tentang berkat. Selama ini dia hanya mengerti pertobatan sebagai satu-satunya berkat yang Tuhan berikan kepada manusia. Namun temannya membuka Alkitab dan menunjukkan banyak sekali berkat yang Tuhan dapat berikan kepada manusia setelah pertobatan. Temannya bertanya kepadanya, “Apakah engkau memiliki berkatberkat tersebut?” Malam tersebut, Studd duduk di kamarnya dan merenungkan akan hidupnya sebagai seorang cendekiawan di Cambridge dan seorang atlet kriket yang mewakili Inggris. “Redemption means buying back so that if I belonged to Him, either I had to be a thief and keep what wasn’t mine, or else I had to give up everything to God. When I came to see that Jesus Christ had died for me, it didn’t seem hard to give up all to Him.” Pada malam itu juga, Tuhan memberikan beban dalam hatinya untuk pergi ke Tiongkok. Pada tahun 1885, Studd bersama 6 orang temannya yang dijuluki The Cambridge Seven bergabung dalam badan misionaris China Inland Mission yang didirikan oleh Hudson Taylor. Keputusannya untuk pergi Bersambung ke hal.6 TIM REDAKSI SEKILAS KIN: Penasihat: Pdt. Dr. Stephen Tong; Redaktur umum: Pdt. Sutjipto Subeno M.Th.; Tim Redaksi: Vic. Edward Oei M.C.S., Vic. Dr. David Tong, Mitra Kumara, Johan Murjanto; Rubrik: Vic.Elsa Pardosi, Simon Lukmana, Howard Louis, Lydiawati Shu; Layout: Johannes Kornelius, Adhya Kumara, Nanie K.; Produksi: Adi Lou, Iwan Darwins, Evalina Kwok, Saut P., Yohanes Irwan 8 Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa