KINFlash

advertisement
Rabu, 05 Agt 2015
Edisi
2
Dari meja redaksi….
Selamat pagi rekan semua
….
T
Be a Spiritual Giant for Christ
uhan sedang menanti pemuda
yang memiliki perasaan takut akan
Tuhan seperti Yusuf dan Timotius.
Tuhan sedang memutarbalikkan arah
dari Indonesia dengan mengubah hati
anak muda zaman ini. Sekitar 58,5 tahun
yang lalu saat berumur 17 tahun, Tuhan
memanggil saya di sebuah retreat seperti
KIN Pemuda kali ini. Saat itu saya terpaksa
mengikutinya; walaupun masih atheis
dan memercayai filsafat sayap kiri seperti
komunisme dan dialektikal materialisme.
Tetapi Tuhan mengubahkan konsep saya.
Melalui firman-Nya, Dia membanting setir
hidup saya dan sejak saat itu saya menjadi
hamba Tuhan. Kita bersyukur karena
sepanjang sejarah Tuhan membangkitkan
pemuda, yang minoritas, dapat mengubah
arus sejarah dunia. Seperti Ahok, dipakai
Tuhan menjadi gubernur di Jakarta. Seperti
Daniel, dipakai Tuhan menjadi perdana
menteri di Babilonia. Sejak muda, sudah
memiliki sebuah ambisi untuk menjadi
KIN Flash
orang yang dipakai Tuhan dengan besar,
menjadi alat di tangan-Nya. Seperti
Tuhan memanggil Petrus menjadi penjala
manusia, Tuhan juga memanggil Saudara
untuk mengikut Dia. Jika ikut Tuhan, jangan
pikir kemakmuran, kekayaan, tetapi bekerja
keras dan berani mati bagi Tuhan. Rela
meninggalkan kehendak kita, ikut kehendak
Tuhan. Meninggalkan jalan kita, ikut jalan
Tuhan. Persiapkanlah dirimu ikut Tuhan,
hai pemuda, diubah dan dibentuk menjadi
manusia yang menjalankan rencana Tuhan.
Maukah menjadi seorang raksasa rohani
(spiritual giant), seperti Jim Elliot?
Atau hanya menjadi seorang pelacur
maupun orang brengsek? Marilah mulai
menggumulkan kebenaran yang Tuhan
sampaikan melalui 6 hari KIN. Kita bereskan
seluruh konsep hidup kita sehingga
setelah pulang dari tempat ini, ada suatu
pembaruan jiwa yang sejati, ditaklukkan di
bawah Kristus.
KIN is God’s precious moment for us! In the opening session, Rev. Antonius Un cries out to the attendees,
reminding them of the crisis they are facing and must now answer: knowing the will of God for themselves. In
particular, Rev. Un reminds these youths that God has the right over everything, including their own lives. As
such, one of the most appropriate thing they can do is to dedicate themselves to God in their youths for such
dedication, an offering of the remaining of their lives, brings glory to God. Rev. Dr. Stephen Tong, continuing
the theme, asserts that the God who has raised many people in the past is the same God who is still at work
today. “Blessed are you if you realize that you only live once and that before you die you will do great things for
the LORD,” shouts Rev. Tong. (dt)
Kita memasuki hari
kedua di mana sepanjang
hari ini sekian banyak
berkat sedang menanti
untuk mengisi kehidupan
kita. Kehidupan iman
bukanlah sekadar mengisi
pengetahuan dan pikiran
kita, melainkan perubahan
seluruh kehidupan kita
untuk semakin berkenan
di hadapan Tuhan dan
menggenapkan kehendakNya.
Kiranya setelah kebaktian
pembukaan kemarin,
kalian semua boleh melihat
beban, panggilan yang
Tuhan akan kerjakan di
dalam kehidupan kalian.
Ayo… kita berjuang, belajar
sebaik mungkin melalui
berbagai pembicara yang
telah Tuhan pilih untuk
berbagian di dalam KIN
PEMUDA 2015 ini.
Siapkan konsentrasi pikiran
kita, dan juga catatan,
sehingga apa yang kita
pelajari tidak lewat begitu
saja. Siapkan fisik kita,
istirahat yang cukup, dan
tidak memboroskan tenaga.
Juga siapkan hati kita untuk
bertemu dengan kebenaran
Tuhan, sehingga hidup
kita sungguh-sungguh
diubahkan. Soli Deo Gloria.
Tim Redaksi.
SEKILAS
KIN
Masa Muda yang Dipersembahkan kepada Tuhan
(Yes. 43:6-7)
P
ertama, persembahan
masa muda adalah
persembahan
segala
kemungkinan dan potensi.
Manusia memiliki potensi
yang besar karena Tuhan
menciptakan manusia sebagai
gambar-Nya. John Calvin
dalam institutio mengatakan,
manusia
diciptakan
oleh
Tuhan dengan sense of
divine. Manusia
sebagai
gambar Allah mencerminkan
kemuliaan
Allah.
Tetapi
saat manusia jatuh dalam dosa,
manusia berubah dan melawan
Allah. Semua kepekaannya dipakai
dengan tidak bertanggung jawab,
tidak dipakai untuk tujuan kemuliaan
Tuhan sehingga manusia sering
kali melakukan kebodohan. Dalam
2 Korintus 5, dikatakan bahwa kita
menjadi ciptaan baru yang berarti
gambar kita diperbarui dan segala
potensi dikembalikan. Apa yang
Tuhan berikan dikembalikan untuk
kemuliaan-Nya. Potensi menjadi
aktual secara maksimal dalam masa
muda. Ketika kita menjadi ciptaan
baru, kita memberikan seluruh
potensi kita untuk Tuhan.
Kedua, persembahan masa muda
kepada Tuhan, meneladani Kristus.
Kita meneladani Kristus bukan hanya
dalam kelakukan, kesucian, tetapi
juga dalam mempersembahkan diriNya. Kristus hanya hidup 33,5 tahun
tetapi mempersembahkan hidupNya untuk Tuhan. Kenapa Yesus
mulai melayani umur 30? Karena
umur 30 adalah simbol dari the
end of appropriate age, this is best
human kind. Kristus menyerahkan
hidup sejak masa muda-Nya yang
adalah masa terbaiknya. Bahkan Ia
adalah teladan sempurna yang telah
menyelesaikan misi-Nya dalam
kematian dan kebangkitan-Nya.
Biarlah kita menjadi seperti Kristus
yang mempersembahkan masa
muda-Nya bagi pekerjaan Tuhan.
Ketiga, Tuhan patut menerima
yang terbaik. Inilah yang harus jadi
pergumulan kita. Tuhan meminta
Abraham untuk mempersembahkan
anaknya yang tunggal, yang
2
dikasihinya. Anak tunggal yang
adalah harta paling berharga
daripada Abraham. Melalui peristiwa
ini, Abraham mempelajari atau
mencicipi perasaan Allah Bapa yang
mempersembahkan
Anak-Nya.
Siapa yang mau mempersembahkan
anaknya? Harta benda yang kita
jual, meskipun benda mati, pasti
akan memberi perasaan sedih.
Apalagi
mempersembahkan
anak yang tunggal, satu-satunya!
Sesuatu yang sangat berharga
diberikan menunjukkan besarnya
kasih si pemberi ini. Itulah yang
dilakukan oleh Allah Bapa yang
mempersembahkan Anak-Nya yang
Tunggal. Siapa kita boleh menerima
Anak yang Tunggal itu? Karena itu
kita harus sangat bersyukur untuk
hal ini dengan mempersembahkan
yang terbaik bagi Tuhan. Siapakah
raja yang boleh memakai orang yang
terbaik? Apakah dia berhak? Jika
ya, berarti Raja di atas segala raja
pun berhak memakai orang yang
terbaik. Kita harus bergumul untuk
mengetahui siapa yang berhak pakai
hidup saya? Inilah kesempatan kita
untuk mengembalikan potensi kita
untuk kemuliaan Tuhan. Kesempatan
adalah anugerah umum yang tidak
umum. Orang dalam Perjanjian
Baru
memberitahukan
kepada
kita bahwa ada kronos dan kairos.
Kronos adalah waktu kronologis,
quantitative time
dan kairos
adalah kesempatan yang berharga,
qualitative time. Anak muda punya
chronological time yang panjang,
mari kita berikan untuk Tuhan. Kairos
adalah krisis yang menimbulkan
kesempatan
dan
menuntut
keputusan yang eksistensial. Hari-
hari KIN adalah kairos. Waktu
dan kesempatan pemuda
untuk menghadapi krisis
masih banyak. Krisis bukan
hanya
berkaitan
dengan
uang tetapi juga berkaitan
dengan kesempatan. Kronos
dan kairos pemuda masih
panjang
sehingga
salah
satu cara yang terbaik
untuk
menggunakannya
adalah mempersembahkan
kesempatan. Tuhan berhak
untuk mendapatkan yang
terbaik.
Keempat,
persembahan
masa
muda menyatakan bahwa Tuhan
berintervensi
dalam
sejarah.
Memang ada masa di mana Tuhan
tidak membangkitkan orang seperti
masa
intertestamental,
masa
antara PL dan PB. Tetapi Tuhan
bangkitkan orang yang berpengaruh
dalam zamannya. Yusuf dipakai
Tuhan untuk melanjutkan hidup
jasmani orang Israel, memunculkan
tipologi Kristus. Tuhan melalui
Musa yang membebaskan Israel
dari perbudakan Mesir ini adalah
peristiwa sejarah yang terbesar
dalam Israel. Tuhan berintervensi
ribuan tahun karena satu orang
bernama Yusuf. Dalam sejarah
kita pun tahu seorang yang
besar yaitu Martin Luther yang
melakukan Reformasi Gereja dan
berkembang menjadi Reformasi
Kebudayaan, perpindahan dari
Masa Kegelapan menuju Abad
Modern. Sejarah agama apa pun
harus mengakui pengaruh reformasi
dalam kebudayaan. Orang-orang
dibangkitkan Tuhan untuk pengaruhi
sejarah.
Ketika
orang
muda
mempersembahkan
hidupnya,
menandakan Tuhan mengintervensi
sejarah. Sebaliknya orang yang
melawan Tuhan, sampai sudah mati
pun hidup mereka masih dicacimaki. Orang yang menyerahkan
masa muda kepada setan bukan
hanya berdosa kepada Tuhan tetapi
juga sejarah karena menimbulkan
caci-maki. Persembahan masa
muda adalah tanda Tuhan intervensi
sejarah.
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
Melawan Dunia
SEKILAS
KIN
oleh Charles Spurgeon
K
ita
mengetahui
banyak
peperangan di mana antar
negara bertikai, tetapi siapa
yang pernah membaca mengenai
kemenangan yang menaklukkan
dunia? Sebagian akan mengatakan
bahwa Alexander adalah penakluk
itu, tetapi saya katakan bukan.
Alexander sendiri, dengan segala
yang ia miliki, adalah seorang yang
ditaklukkan. Secara kasatmata, ia
sepertinya mengalahkan dunia;
tetapi dalam realitas, di bagian
terdalam jiwanya, dunia telah
menaklukkannya, mengekangnya,
menyelimutinya dengan impian
dan ambisi yang tamak, sehingga
di saat ia memiliki segalanya, ia
tetap tidak puas. Siapakah manusia
yang menaklukkan dunia? Ini
adalah hal yang sangat langka,
kemenangan yang menakjubkan,
penaklukan yang sangat dahsyat. Ia
yang menyatakan kemenangannya
dapat berjalan di antara kerabatnya,
seperti Saulus, dengan kepala dan
bahu yang terangkat.
Kekristenan menaklukkan dunia. Ini
bukan pertempuran yang mudah, ini
adalah suatu pertempuran sengit. Ini
adalah pertempuran seumur hidup
– pertempuran yang memerlukan
segenap kekuatan, dan keteguhan
hati. Sebuah pertempuran di mana
hati yang paling tegar akan gemetar;
perang yang membuat orang paling
berani akan bergoncang. Tetapi
jika Tuhan beserta maka siapa
yang harus ia takuti? Ia adalah
kekuatannya, kepada siapakah ia
harus khawatir? Perang dengan
dunia
bukanlah
perang
adu
kekuatan atau tenaga fisik tetapi
lebih berbahaya, karena faktanya
ini adalah pertikaian dalam pikiran,
sebuah peraduan jiwa, pergumulan
batin, pertentangan dalam sanubari.
Ketika kita mengalahkan dunia di
satu saat, jangan berpikir kita sudah
menyelesaikan tugas kita; karena
dunia ini terus berubah setiap saat
seperti bunglon, dan di saat engkau
mengalahkan dunia di dalam satu
bentuk, ia akan menyerang dalam
bentuk yang lain.
Kita memberontak kepada cara
dunia. Kalau kita bersikap demikian,
apa yang akan dilakukan oleh lawan
kita? Ia akan mengubah caranya.
“Manusia itu sesat, fanatik, lidahnya
bercabang, ia seorang yang
munafik,” kata dunia ini. “Manusia
berani menentang pemerintahanku,
ia tidak mau melakukan seperti
yang lain. Sekarang aku akan
menganiayanya. Fitnah! Datanglah
dari dalam neraka dan berbisik
padanya. Iri hati! Pertajam taringmu
dan gigitlah dia.” Dunia mengambil
semua yang salah, dan menganiaya
manusia. Lalu bagaimana sikap
laskar Allah, di saat ia melihat dunia
menantangnya, dan di saat ia melihat
seluruh dunia ini, seperti pasukan,
datang mengejarnya, yang hanya
ingin menghancurkannya? Akankah
menyerah? Menyimpang? Akankah
tunduk? Tidak! Seperti Luther
menulis “Cedo Nulli” di benderanya
– “Aku tidak akan menyerah kepada
siapa pun” dan ia maju berperang
melawan dunia ini, jika dunia ini
maju berperang melawannya.
Anak-anak Allah yang sejati tidak
terlalu peduli dengan pendapat orang
lain. “Biarlah saya kelaparan, miskin,
ataupun mati; setiap tetes darah di
dalam raga ini adalah milik Kristus,
dan saya siap untuk meneteskannya
bagi nama-Nya,” kata anak-anak
Allah. Demi Kristus Ia menganggap
segala
kepunyaannya
adalah
kerugian. Walaupun petir dunia
bergemuruh, ia tetap tersenyum di
tengah-tengahnya bahkan dengan
nyanyian yang indah. Waktu dunia
menghunuskan pedangnya dan
anak Allah melihatnya. Ia berkata,
“Ah, itu hanya seperti petir yang
menggeliat di dalam habitatnya,
membelah awan, dan menakuti
bintang-bintang,
tetapi
tidak
berdaya menghadapi gunung yang
diselubungi batu, sehingga sekarang
dunia tidak dapat menyakitiku,
karena di dalam waktu kesulitan
Bapa mendekapku.” Di dalam
kediaman-Nya, di dalam bait-Nya,
Ia melindungiku dan menaruhku di
antara batu karang. Sehingga kita
menaklukkan dunia dengan tidak
menggubris ancamannya.
“Baiklah,” kata dunia, “Aku akan
menggunakan cara yang lain,” dan
percayalah, ini adalah yang paling
berbahaya. Dunia yang tersenyum
lebih berbahaya daripada yang
mengancam. Ia berkata, “Aku
tidak bisa menundukkan manusia
dengan hantaman yang bertubi-tubi,
karena itu aku akan menanggalkan
sarung tanganku, dan menunjukkan
tangan yang putih dan adil, aku
akan menariknya dengan ciuman.
Aku akan mengatakan bahwa aku
mengasihinya, mengucapkan hal
yang manis dan baik mengenai
dirinya.” John Bunyan menyatakan
bahwa dunia ini memiliki cara
kemenangannya sendiri; ia akan
menunjukkan senyumnya di setiap
akhir kalimatnya; ia berkata banyak
hal yang baik, dan ia berusaha untuk
memenangkan dan menggodanya.
Bukan di dalam rintihan dan
raungan yang justru membuat kita
terjaga, tetapi di dalam elusan
keberuntungan dan perhatian kita
akan menjadi lengah; justru di saat
semua orang berbicara hal yang
baik mengenai kita, kecelakaan itu
menghampiri kita. Oh Tuhan yang
baik! Berapa banyak manusia yang
menjadi telanjang karena kasih
dunia ini! Dunia telah menjilat dan
menerima mereka. Tetapi anak
“Menginjili seseorang adalah menciptakan satu sejarah baru di dalam arus
keluarga orang tersebut.” -Pdt. Dr. Stephen Tong
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
3
SEKILAS
Allah yang sejati tidak demikian, ia
terlindungi di saat dunia tersenyum
dan menggoda; ia tidak peduli
dengan pujian maupun hinaan
dunia. Sewaktu dipuji dan memang
itu benar, ia berkata, “Tindakanku
patut dipuji, tetapi aku kembalikan
semua untuk kemuliaan Allah.”
Hati yang agung tahu bagaimana
bertindak atas kritikan, baginya itu
tidak lebih dari sebuah pemberian
yang menjadi masukan seharihari. Anak-anak Allah akan tetap
tenang, mereka tidak akan hancur
tetapi akan berdiri di tempat yang
tinggi dan berkata, ”Kemenangan ini
adalah yang mengalahkan dunia.”
Terkadang
Allah
mengirimkan
kesulitan dan kesedihan, hingga
hidup ini seperti penjara, dan dunia
menjadi penjaganya – penjaga yang
buruk. Pernahkah engkau berada
dalam pencobaan dan masalah,
teman? Dan pernahkah dunia
menghampiri dan berkata, “Tahanan
yang malang, aku memiliki kunci
untuk mengeluarkanmu. Engkau
di dalam kesulitan, dan aku akan
memberitahumu bagaimana caranya
engkau bebas. Singkirkanlah hati
nuranimu! Jangan tanggapi dia!
Biarkanlah ia tertidur! Pikirkanlah
mengenai kejujuran sesudah engkau
mendapatkan uang dan bertobatlah
saat engkau sudah santai.” Tetapi
engkau membalas, “Aku tidak dapat
melakukan hal seperti itu,” dan dunia
pun lanjut membalas. “Baiklah kalau
begitu, sangat disayangkan orang
sebaik engkau harus terkurung
di penjara ini!” “Tidak!” kata orang
Kristen, “Bapa yang memimpinku
dan Ia juga, di dalam waktu-Nya,
akan memimpinku keluar; tetapi
walaupun aku harus mati di sini, aku
tidak akan memakai cara yang salah
untuk bebas. Bapaku yang menaruh
aku di sini untuk kebaikanku, aku
tidak akan mengeluh; jika tulangku
harus dibaringkan di sini, bahkan
jika peti matiku harus berada di
bawah batu ini, jika kuburanku
adalah dinding penjara ini – biarlah
aku mati di sini daripada harus
mengangkat jariku untuk bebas
dengan kecurangan.” Dan dunia pun
berkata, “Ah, orang ini tidak punya
otak, ia tidak memiliki nyali untuk
bertindak, tidak punya keberanian,
ia hanya mengikuti jalan moralitas
yang usang.” Dan sang orang Kristen
ini pun menaklukkan dunia.
Saya
dapat
menceritakan
peperangan yang telah dilalui. Begitu
banyak pelayan yang malang, yang
terus bekerja, untuk mendapatkan
penghidupan yang layak, pakaian
yang indah, tetapi ia tidak
menyadari meskipun jubah indah,
ia tetap memiliki darah, tulang, dan
otot seorang yang malang. Orang
malang ini sudah ribuan kali digoda,
dan si jahat coba untuk merayunya,
tetapi dia telah berperang dengan
sengit; teguh dalam integritasnya, di
tengah kesulitan ia tetap bertahan,
seorang pejuang yang tidak dapat
ditaklukkan oleh godaan dan
bujukan perbuatan jahat. Tetapi
di kasus lain, banyak orang yang
memiliki kesempatan untuk menjadi
kaya dan makmur dalam sesaat
dengan kelaliman. Tetapi Allah
dalam dirinya berkata, “Tidak!”
Dunia berkata, “Jadilah kaya”, tetapi
Roh Kudus mengatakan, “Tidak!
Jujurlah dan layanilah Tuhanmu.”
Sebuah peperangan yang keras
dan perseteruan terjadi di dalam
hati! Tetapi manusia harus berkata:
“Tidak, walaupun bintang-bintang
berubah menjadi dunia emas, saya
tidak akan menukarkan prinsip
saya dengan lautan kekayaan dan
melukai jiwa saya.” Dan ia melangkah
sebagai seorang penakluk. “inilah
kemenangan yang menaklukkan
dia, iman kita.”
Sumber
http://www.eternallifeministries.org/chs_against.
htm
Peserta KIN Pemuda 2015 datang dari berbagai daerah di Indonesia
4
KIN
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
SEKILAS
KIN
Mengenal:
Pdt. Ir. Agus Marjanto M.Th
J
ika melihat sebuah GRII yang
begitu besar di Karawaci,
sebuah gereja dengan jemaat
sekitar 1.000 orang, maka tentu tidak
bisa tidak kita akan menanyakan
siapa gembalanya. Selain GRII
Pusat di Kemayoran dengan
jemaat sekitar 3.000 orang, maka
GRII Karawaci adalah GRII kedua
terbesar jemaatnya.
Pdt. Ir. Agus Marjanto M.Th, yang
biasa dipanggil pak Agus, adalah
seorang hamba Tuhan yang begitu
setia. Seorang pejuang yang
begitu gigih membawa banyak
jiwa kepada Tuhan. Seorang yang
berlatar belakang teknik, sebagai
Insinyur Teknik Kimia jebolan Institut
Teknologi Indonesia (ITI), Jakarta;
beliau kemudian masuk ke STT
Reformed Indonesia, di Kemang,
Jakarta, untuk program Master of
Divinity (M.Div.). Kemudian lanjut di
STT Reformed Injili Internasional,
Kemayoran, Jakarta, mengambil
program Master of Theology (M.Th.).
Pak Agus menerima panggilan
sebagai hamba Tuhan ketika
masih
kuliah
teknik
tahun
1990, di Seminar Pemuda yang
dipimpin oleh Pdt. Dr. Stephen
Tong. Tetapi beliau masih sempat
bekerja selama 8 tahun di sebuah
perusahaan kimia internasional. Di
sini beliau diperlengkapi sebagai
seorang hamba Tuhan yang juga
berpengalaman di dunia profesional,
yang nantinya akan sangat banyak
membantu
keluasan
wawasan
pastoralnya
kepada
kalangan
profesional dan kaum intelektual.
Karier pelayanannya di gerakan
Reformed Injili, dimulai sebagai
gembala sidang di GRII Karawaci
yang saat itu sedang berkembang.
Gereja ini berkembang pesat dan
mulai mendirikan MRII Lampung
dan
Persekutuan
Reformed
Cilegon, yang semuanya di bawah
komandonya. Pada awal tahun 2014,
di tengah-tengah perkembangan
pelayanan yang sangat baik,
Tuhan memanggil beliau untuk
meninggalkan Indonesia, dan mulai
membimbing GRII Sydney yang
baru saja mengalami goncangan.
Panggilan itu begitu jelas dan
kesadaran pelayanan membuat
beliau rela meninggalkan tempat
yang
sangat
menghargainya,
penuh fasilitas, dan jemaat besar,
ke Sydney yang jemaatnya hanya
sekitar 20 orang. Hadirnya pak Agus
membuat GRII Sydney dalam waktu
yang cukup singkat bisa bertumbuh
kembali. Saat ini beliau lebih banyak
berada di GRII Sydney yang relatif
jauh lebih kecil ketimbang GRII
Karawaci, dengan jemaat sekitar
150 orang.
konseling dan bimbingan keluarga.
Begitu banyak retreat, seminar,
pembinaan tentang keluarga yang
mereka kerjakan untuk membangun
kehidupan jemaat.
Selain itu, pak Agus juga adalah
dosen di STT Reformed Injili
Internasional di bidang Biblika
dan Spiritualitas. Hal ini sejalan
dengan panggilan dan keahliannya.
Kepiawaiannya di bidang pastoral
dan juga bebannya mendalami
firman Tuhan dengan begitu setia,
menjadikannya dosen yang sangat
memberkati
mahasiswa
yang
belajar di bawahnya. Selain itu pak
Agus dan istrinya, Vikaris Sari,
juga sangat peduli di dalam bidang
Mottonya: “To win souls and to
edify the body of Christ” layak juga
menjadi motto kita sekalian, bukan
hanya untuk dihafal, melainkan
menjadi beban pelayanan dan
beban panggilan kita seumur hidup
sesuai dengan semangat Reformed
Injili, yang ingin memiliki pengertian
iman yang kuat, doktrin yang baik
melalui pengajaran yang ketat,
tetapi hati yang terbakar oleh Injil,
dan keinginan melihat jiwa-jiwa yang
tersesat kembali kepada Allah.
Beliau dikaruniai tiga anak, yaitu
Tim, Ivy, dan Emmy, yang ketiganya
saat ini dibawa olehnya ke Sydney,
karena
pelayanannya
sebagai
gembala sidang GRII Sydney. Ia
sangat terinspirasi oleh firman
Tuhan: “Selidikilah aku, ya Allah,
dan kenallah hatiku, ujilah aku
dan
kenallah
pikiran-pikiranku;
lihatlah, apakah jalanku serong, dan
tuntunlah aku di jalan yang kekal!”
(Mazmur 139:23-24). Ayat ini
menjadi ayat pegangan dan selalu
menjadi dasar pelayanan beliau.
Dan itu mendorong pak Agus untuk
kemudian mendalami kehidupan
iman, kerohanian, dan theologi
gerakan Puritan, sebuah gerakan
Reformed yang muncul di Inggris
dan kemudian memengaruhi awal
perkembangan negara Amerika
Serikat.
”suffering + willingness = enjoyment”
-Pdt. Dr. Stephen Tong
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
5
SEKILAS
Sambungan dari hal.8
C.T. Studd....
menjadi misionaris ditentang keras
oleh keluarganya. Bahkan saudara
laki-lakinya sendiri yang merupakan
orang Kristen yang sudah lahir baru
pun menegurnya. Pada saat sulit
tersebut, Studd berkata, “Some
want to live within the sound of
church or chapel bell; I want to run
a rescue shop within a yard of hell.”
Pada saat di Tiongkok, Studd
menerima surat wasiat ayahnya
yang menyatakan bahwa dia
akan menerima sejumlah uang
warisan yang sangat besar. Akan
tetapi dia merasa bahwa dia harus
membagikan kekayaannya supaya
dunia tahu dia tidak hidup untuk
uang tetapi hidup untuk Tuhan. Dia
percaya Tuhan akan memberkati
duanya meninggal pada masa bayi.
Studd percaya bahwa Allah telah
memberinya anak perempuan untuk
mendidik orang Tiongkok tentang
nilai bayi perempuan.
Karena kesehatan yang memburuk,
Studd harus pulang dari Tiongkok ke
Inggris pada tahun 1894. Pada tahun
1900, Studd pindah ke India untuk
menjadi pendeta. Pengalamannya
di India begitu berbeda dengan
apa yang dia alami di Tiongkok.
Begitu banyak orang, dari serdadu
Inggris sampai orang-orang India,
datang kepada Kristus dan bertobat.
Selama enam tahun dia melayani
di India. Ketika kembali ke Inggris,
Studd bertemu dengan seorang
misionaris dari Jerman yang
menceritakan tentang Afrika. Tuhan
menaruh beban dalam hatinya
KIN
orang di Amerika Latin, Asia Tengah,
Timur Tengah, dan Afrika.
Ketika Studd diminta untuk pulang
dan tidak melayani lagi, dia
menjawab, “God has called me to
go, and I will go. I will blaze the trail
through my grave may only become
a stepping stone that younger men
may follow.”
Didukung oleh istrinya, Studd
membangun
sebuah
badan
misionaris yang luas yang berpusat
di Ibambi (Kongo-Belgia). Pada
tahun 1929, Priscilla meninggal
dunia. Dua tahun kemudian, ketika
Studd masih terus bekerja bagi
Tuhan pada usianya yang ke-70, dia
meninggal dunia karena penyakit
yang menyerang empedunya.
Tedworth House,
Wiltshire, The Home
C.T. Studd Boyhood
(Insert: C.T. in the
heart of Africa in later
years)
The Cambridge Seven
Only one life, ‘twill soon be past - C.T. Studd
orang yang hidup untuk-Nya dan
akan selalu mencukupi segala
keperluaannya. Dia memberikan
hampir seluruh uang warisannya
kepada panti asuhan George Muller
dan beberapa badan misi lainnya.
Lalu, sebagian kecil dari uangnya
diberikan kepada calon istrinya,
Priscilla, sebagai mas kawin. Akan
tetapi, melihat iman Studd, Priscilla
pun ikut mempersembahkan uang
yang diberikan kepadanya kepada
orang lain.
Studd menikahi Priscilla dalam
upacara yang dilakukan oleh seorang
pendeta Tiongkok. Studd memiliki
empat orang anak perempuan. Dua
anak laki-laki juga sempat lahir
bagi dia dan Priscilla tetapi dua-
6
untuk memberitakan Injil di Afrika.
Pada tahun 1910, dia berangkat
ke Sudan dan mendirikan Heart of
Africa Mission.
Pada tahun 1913, Studd berangkat
ke
Kongo-Belgia
walaupun
dokter tidak mengizinkannya. Dia
mendirikan beberapa pangkalan
misi dan melayani paling sedikit
8 suku yang berbeda. Setelah
sembuh dari penyakitnya, Priscilla
mengikuti suaminya pada tahun
1916. Anaknya Pauline bersama
dengan menantunya Norman Grubb
juga melayani bersama-sama di
Afrika. Mereka beserta teman-teman
sepelayanan mereka mendirikan
Worldwide Evangelisation Crusade
(WEC) yang menjangkau orang-
Visinya untuk Tiongkok, India, dan
Afrika dilanjutkan oleh Norman
Grubb, menantunya, yang menjadi
ketua WEC. Charles Thomas
Studd mulai melayani di Tiongkok
sejak masa mudanya selama 15
tahun, di India selama 6 tahun, dan
melayani Afrika lebih dari 20 tahun.
Dia meninggalkan segala kekayaan
dan kenikmatan hidup di Inggris
untuk melayani Yesus yang sudah
menebusnya. Dia menulis:
“Only one life, so soon it will pass
Only what’s done for Christ will last
Only one chance to do His will
So give to Jesus all you days
It’s the only life that pays
When you recall
you have but one life”
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
SEKILAS
T
idak ada hidup yang dilalui
tanpa perjuangan, tidak ada
negara yang muncul tanpa
peperangan.
Peperangan
dan
perjuangan mungkin didasarkan
pada keinginan dan ambisi yang
mencari kemuliaan diri. Namun
peperangan rohani orang Kristen
adalah peperangan yang tidak
melawan daging, atau apa yang
kasatmata, tetapi melawan roh-roh
dan penguasa kerajaan angkasa.
Orang Kristen harus berperang
bersama Tuhan karena iman kita
ditegakkan oleh Kristus Tuhan
yang telah memenangkan seluruh
peperangan kita. Iman yang
mengalahkan dunia. Siapa yang
berperang?
Dalam terang firman Tuhan dari 1
Yohanes 5:4 himne ini ditulis. Mereka
yang lahir dari Allah, mengalahkan
dunia dan kemenangan yang
mengalahkan dunia adalah iman
kita. Mereka yang lahir dari Allah
adalah serdadu kerajaan Allah.
Himne ini mengingatkan kita untuk
berperang dengan benar. Kita
berperang dengan kekuatan firman
Tuhan dan bersalutkan keselamatan
yang sudah diberikan Kristus
kepada kita.
Himne ini dimulai dengan sebuah
ajakan berperang kepada serdadu
Kristus, karena iman yang telah
mengalahkan
dunia.
Seruan
berperang
dilengkapi
dengan
peralatan yang harus dibawa. Kita
tidak membawa senjata manusia
tetapi kasih sebagai benderanya,
firman Tuhan sebagai pedangnya,
ketopong
keselamatan
adalah
perisainya, dan berjalan bersama
orang kudus lainnya di jalan yang
pernah dilalui oleh darah para
martir. Bait-bait pujian ini ditutup
dengan mengutip firman Tuhan dari
kitab Wahyu bahwa mereka yang
menang, jubah putih akan diberikan,
nama mereka tercatat di sorga.
Peserta KIN Pemuda 2015 sedang makan malam
KIN
Setiap bait ditutup dengan sebuah
proklamasi kemenangan iman yang
mulia. Iman mengalahkan dunia.
Ira D. Sankey sendiri adalah seorang
veteran perang sipil di Amerika. Dia
menangkap dengan jelas pesan dari
teks yang ditulis oleh Yates. Sankey
menuangkannya
dalam
irama
seperti derap kuda yang menuju
medan perang (galloping style)
supaya kita merasakan urgensi dan
suasana perang spiritual. Hai orangorang yang lahir dari Allah, marilah
kita sadar bahwa sedang berada
dalam peperangan.
Lagu: Faith is The Victory
Buku acara KIN Pemuda no. 18.
Koper peserta KIN Pemuda 2015
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
7
SEKILAS
KIN
Charles Thomas Studd
(2 Desember 1860 - 16 Juli 1931)
The Cambridge Seven
“If Jesus Christ is God and died
for me, then no sacrifice can be too
great for me to make for Him.”
M
eninggalkan pekerjaan untuk
menjadi seorang misionaris
tidaklah pernah mudah!
Charles Thomas Studd (C. T. Studd)
merupakan seorang atlet kriket yang
sangat handal. Pada usia 22 tahun,
dia sudah dipilih untuk mewakili
negara Inggris dalam berbagai
kejuaraan dunia. Namun Tuhan
memanggil dia dan menjadikannya
misionaris
yang
melayani
di
Tiongkok, India, dan Afrika (daerah
Sudan dan Kongo-Belgia).
C. T. Studd lahir pada tanggal 2
Desember 1860 di Northamptonshire,
Inggris.
Pada masa mudanya, Studd sangat
gemar bermain kriket. Ketika
berumur 19, dia menjadi kapten
tim kriket Eton College di mana
dia bersekolah. Setelah itu, dia
juga mewakili perguruan tingginya,
Cambridge
University,
dalam
berbagai kejuaraan antar perguruan
tinggi. Pada tahun 1882, Studd
dipilih untuk mewakili Inggris dalam
kejuaraan dunia. Dia bermain untuk
negaranya 37 kali. Akan tetapi, C.
T. Studd pada hari ini tidak diingat
sebagai pemain kriket, dia dikenang
sebagai seorang misionaris yang
sangat dipakai Tuhan.
Sejak masa kecilnya, Studd bersama
5 saudara laki-lakinya beribadah
di Church of England. Walaupun
dia sudah dibaptis dan sudah
berbagian dalam perjamuan kudus,
dia tidak pernah mengakui Yesus
sebagai Juruselamat pribadinya. Dia
percaya Yesus adalah Tuhan, seperti
halnya dia percaya Taft adalah
Presiden Amerika – namun dia tidak
mengenal-Nya secara pribadi.
Pada tahun 1877, Edward Studd,
ayahnya
yang
merupakan
pengusaha
sukses,
bertobat
dan menerima Yesus sebagai
Juruselamat pribadinya di kebaktian
yang dipimpin oleh D. L. Moody.
Dia segera berhenti melakukan
kesenangannya,
yaitu
pacuan
kuda dan berburu, serta membuka
rumahnya yang sangat besar untuk
mengadakan kebaktian penginjilan.
Dia mengundang banyak pengusaha
dari
London
untuk
datang
mendengarkan Injil. Banyak yang
bertobat melalui Edward Studd. Dua
tahun kemudian, Edward meninggal
dunia.
Tanpa diketahui ayahnya, C. T. Studd
bertobat melalui pembicaraannya
dengan seseorang dari banyak
orang yang datang ke rumahnya
untuk Injil. Dia sudah percaya bahwa
kasih Tuhan membawa Yesus datang
ke dunia untuk menyelamatkan
manusia tetapi tidak percaya akan
kehidupan kekal. Orang tersebut
menantang bahwa jika Tuhan sudah
datang ke dunia memberikan kita
hidup kekal, bagaimana kita tidak
bersyukur dan memujinya. Dia
berkata, “Then I got down on my
knees and I did say “Thank you” to
God. And right then and there joy
and peace came into my soul. I
knew then what it was to be born
again, and the Bible, which had
been so dry to me before, became
everything.”
Setelah pertobatannya, percakapan
dengan seorang teman membongkar
konsepnya tentang berkat. Selama
ini dia hanya mengerti pertobatan
sebagai satu-satunya berkat yang
Tuhan berikan kepada manusia.
Namun temannya membuka Alkitab
dan menunjukkan banyak sekali
berkat yang Tuhan dapat berikan
kepada manusia setelah pertobatan.
Temannya bertanya kepadanya,
“Apakah engkau memiliki berkatberkat tersebut?”
Malam tersebut, Studd duduk
di kamarnya dan merenungkan
akan hidupnya sebagai seorang
cendekiawan di Cambridge dan
seorang atlet kriket yang mewakili
Inggris. “Redemption means buying
back so that if I belonged to Him,
either I had to be a thief and keep
what wasn’t mine, or else I had to
give up everything to God. When I
came to see that Jesus Christ had
died for me, it didn’t seem hard to
give up all to Him.” Pada malam
itu juga, Tuhan memberikan beban
dalam hatinya untuk pergi ke
Tiongkok.
Pada tahun 1885, Studd bersama
6 orang temannya yang dijuluki The
Cambridge Seven bergabung dalam
badan misionaris China Inland
Mission yang didirikan oleh Hudson
Taylor. Keputusannya untuk pergi
Bersambung ke hal.6
TIM REDAKSI SEKILAS KIN: Penasihat: Pdt. Dr. Stephen Tong; Redaktur umum: Pdt. Sutjipto Subeno M.Th.; Tim Redaksi: Vic. Edward Oei M.C.S., Vic. Dr. David Tong,
Mitra Kumara, Johan Murjanto; Rubrik: Vic.Elsa Pardosi, Simon Lukmana, Howard Louis, Lydiawati Shu; Layout: Johannes Kornelius, Adhya Kumara, Nanie K.;
Produksi: Adi Lou, Iwan Darwins, Evalina Kwok, Saut P., Yohanes Irwan
8
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
Download