BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Tujuan

advertisement
BAB I
PENGANTAR
1.1 Latar Belakang
Tujuan
pembangunan
ekonomi
secara
makro
adalah
meningkatkan
pertumbuhan ekonomi secara langsung berhubungan dengan pemerataan dan
stabilitas. Indikator ini penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan
ekonomi yang terjadi pada suatu daerah, karena dapat memberikan gambaran makro
atas kebijakan yang telah dilaksanakan, khususnya dalam bidang ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan yang dibentuk oleh berbagai
variabel ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau
kemunduran yang telah dicapai oleh variabel ekonomi tersebut pada suatu waktu
tertentu.
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktifitas perekonomian
akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu,
karena pada dasarnya aktivitas pengeluaran pemerintah adalah suatu proses
penggunaan variabel-variabel belanja untuk menghasilkan output, maka pada
prosesnya akan menghasilkan suatu jasa untuk pembangunan. Pertumbuhan ekonomi
mutlak harus ada, sehingga pendapatan masyarakat akan bertambah dengan demikian
tingkat kesejahteraan masyarakat diharapkan akan meningkat.
Agar pertumbuhan ekonomi terus meningkat dan dapat dipertahankan dalam
jangka panjang maka perlu diketahui variabel-variabel pengeluaran pemerintah apa
saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan variabel-variabel apa saja
yang perlu dihindari agar pertumbuhan ekonomi tidak berjalan ditempat atau
1
2
mengalami kemunduran. Sebagaimana diketahui bahwa pemerintah merupakan salah
satu pelaku ekonomi yang memegang peranan penting dalam sebuah perekonomian
modren.
Pemerintah
memiliki
kekuatan
untuk
mengatur
dan
mengawasi
perekonomian, di samping itu juga mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan ekonomi
lainnya.
Bagi daerah yang sedang berkembang, campur tangan pemerintah sangat
besar sehingga peranan pemerintah dalam perekonomian daerah sangat diperlukan.
Pengeluaran pemerintah praktis dapat mempengaruhi aktifitas ekonomi pada
umumnya, bukan saja karena pengeluaran ini dapat menciptakan berbagai prasarana
yang dibutuhkan dalam proses pembangunan, tetapi juga merupakan salah satu
komponen dari permintaan agregat yang kenaikannya akan mendorong Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), sepanjang perekonomian belum mencapai tingkat
kesempatan kerja penuh. Seiring dengan kemajuan ekonomi dari tahun ke tahun,
ternyata kegiatan pemerintah di Provinsi Sumatera Utara semakin meningkat.
Besar kecilnya peranan pemerintah dalam sebuah perekonomian dapat dilihat
dari besar kecilnya proporsi pengeluaran pemerintah terhadap total kegiatan
perekonomian atau pendapatan nasional. Pengeluaran pemerintah baik belanja tidak
langsung maupun belanja langsung merupakan salah satu sumber pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Sumatera Utara.
Oleh karena itu, meskipun pengaruh pengeluaran pemerintah di Sumatera
Utara belum menunjukkan hasil yang maksimal namun tetap memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Sebagai sarana utama dalam
menjalankan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab yaitu adanya
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang merupakan suatu rencana
3
kerja keuangan yang dibuat untuk suatu jangka waktu tertentu di mana pada satu
pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran guna membiayai kegiatan-kegiatan dan
proyek-proyek dalam satu tahun anggaran tertentu.
Sumber: BPS Sumatera Utara
Gambar 1.1
Laju Pertumbuhan Ekonomi
Gambar 1.1 menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Provinsi
Sumatera Utara selama kurun waktu 5 Tahun terakhir mengalami perubahan
pertumbuhan ekomomi yang fluktuatif jika dilihat perbandingannya dengan
pertumbuhan ekonomi Nasional. Secara makro rata-rata pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Sumatera Utara periode 2008-2012 mencapai kisaran 6,15 %, masih diatas
rata-rata pertumbuhan ekonomi Nasional mencapai besaran 5,93 %. Keterlambatan
pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama Tahun 2012 terakhir di Provinsi Sumatera
utara disebabkan pengaruh dari keterlambatan ekonomi Dunia, untuk itu perlu
disikapi dengan kerja keras dan dukungan semua pelaku pembangunan di Sumatera
utara.
4
Berdasarkan
mengamanatkan
UU
No
17
Tahun
dimulainya penerapan
2003
sistem
tentang
Keuangan
penganggaran
terpadu
Negara
yang
meleburkan anggaran rutin dan pembangunan dalam satu format anggaran.
Penggabungan Belanja Rutin (meliputi gaji, pemeliharaan, perjalanan dinas, dan
belanja barang) dengan Belanja Pembangunan diharapkan mengurangi tumpangtindih alokasi. Hal ini seiring dengan yang dikehendaki oleh Peraturan Pemerintah
No 105 Tahun 2000 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.
Pasal 8 disebutkan bahwa "APBD disusun dengan Pendekatan Anggaran
Kinerja" dan anggaran kinerja tersebut merupakan suatu sistem penganggaran yang
mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau hasil dari perencanaan alokasi
biaya (pengeluaran) atau input yang ditetapkan. Sejalan dengan upaya untuk
menerapkan secara penuh anggaran berbasis kinerja di sektor publik perlu dilakukan
perubahan klasifikasi yang digunakan secara Internasional.
Perubahan dalam pengelompokkan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan
pelaksanaan anggaran berbasis kinerja, memberikan gambaran objektif dan
proporsional mengenai kegiatan pemerintah dan menjaga konsistensi dengan standar
akuntansi sektor publik serta memudahkan penyajian dan meningkatkan kredibilitas
statistik keuangan pemerintah. Anggaran belanja pemerintah dikelompokkan atas
anggaran belanja tidak langsung dan anggaran belanja langsung. Namun dalam
pelaksanaannya telah menimbulkan peluang terjadinya duplikasi dan penumpukan
serta penyimpangan anggaran. Sementara itu, penuangan-penuangan rencana
pembangunan dalam suatu dokumen perencanaan nasional lima tahunan yang
ditetapkan dengan Undang-undang dirasakan tidak realistis dan semakin tidak sesuai
dengan dinamika kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dalam era globalisasi.
5
Perkembangan dinamis dalam penyelenggaraan pemerintahan membutuhkan
sistem perencanaan fiskal yang terdiri dari sistem penyusunan anggaran tahunan
yang dilaksanakan sesuai dengan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium
Term Expenditure Framework) sebagaimana banyak dilakukan negara maju.
Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu objek penelitian yang banyak menarik
minat dari para peneliti. Hal ini tercermin dari banyaknya teori-teori yang membahas
dan mengkaji tentang pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan
ekonomi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalahnya adalah
dampak pemekaran yang terjadi dari tahun 2008 sampai tahun 2012 dengan
bertambahnya kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara menyebabkan banyak
terjadi penyimpangan alokasi anggaran yang tumpang tindih.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian ini adalah.
1.
Bagaimana pengaruh Belanja Tidak Langsung (BTL) Pemerintah Daerah
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara ?
2.
Bagaimana pengaruh Belanja Langsung (BL) terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Sumatera Utara ?
3.
Bagaimana pengaruh Tenaga Kerja (TK) terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Sumatera Utara ?
6
1.4 Keaslian Penelitian
Adapun penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sehingga dapat dijadikan
rujukan yang relevan dengan penelitian ini dan dapat dijadikan referensi, antara lain:
salah satu aspek penting dari pelaksanaan otonomi daerah saat ini adalah terkait
dengan pemekaran wilayah yang bertujuan untuk memperkuat hubungan antara
pemerintah daerah dan masyarakat lokal dalam rangka pertumbuhan ekonomi.
Dengan interaksi yang lebih intesif antara masyarakat dan pemerintah daerah baru,
maka masyarakat sipil akan memperoleh hak-hak dan kewajibannya secara lebih
baik sebagai warga negara (Effendy, 2008: 1).
Pembentukan daerah baru melalui pemekaran didasari atas kebutuhan untuk
mengatasi jauhnya rentang kendali antara pemerintah dan masyarakat serta memberi
kesempatan kepada daerah untuk
melakukan percepatan dan pemerataan
pembangunan, karena mayoritas daerah yang dimekarkan adalah daerah-daerah yang
terbelakang. Menganalisis pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan PDRB per kapita
antara kabupaten/kota pada Provinsi Maluku Utara selama periode 2000-2006 dan
menyimpulkan bahwa terjadi kecenderungan penurunan ketimpangan secara
sementara yang diakibatkan oleh pemekaran wilayah kabupaten/kota (Zumarlan,
2008: 48).
Periode hiperinflasi 1989 hingga 1993 dan upaya stabilisasi rencana rill 1994
menggunakan hipotesis Kuznets dan koefisien gini. Pertama, distribusi pendapatan di
Brazil yang tidak merata. Dengan menggunakan koefisien gini sebagai ukuran
ketidakmerataan pendapatan. Kedua, tingkat ketidakmerataan Brazil lebih sejalan
dengan negara-negara Afrika Sub Sahara seperti Botswana, Lesotho, Afrika Selatan
dan Zimbabwe. Ketiga, studi ini juga melaporkan bahwa perpindahan publik regresif.
7
Semisal pensiun untuk pegawai pemerintah, distribusi yang tidak merata dan
tingginya perbedaan upah yang dibedakan oleh tingkatan ketrampilan. Keempat,
penerapan hipotesis U terbalik pada kasus Brazil menggunakan data time series
menunjukkan bahwa ketidakmerataan di Brazil tidak cocok dengan Kurva U terbalik
(Matins-Bekat, Kulkarni and Kishore, 2009: 129)
Menyoroti perkembangan pemekaran daerah dengan meneliti secara
deskriptif dan mengevaluasi pemekaran wilayah yang terjadi berdasarkan aspek
ekonomi
daerah,
pelayanan
publik
dan
pembangunan
demokrasi
politik.
Penelitiannya memberikan hasil bahwa pemekaran daerah belum memberikan
perubahan yang baik, terutama dalam hal peningkatan kesejahteraan dan kualitas
pelayanan kepada masyarakat di daerah (Siahaan, 2009: 38). Menganalisis jumlah
pekerja dengan pekerja tambahan dan tingkat pendidikan terakhir SD, jumlah
puskesmas dan angka kematian karena penyakit peneumonia yang pengaruhnya
positif dan signifikan terhadap AHH dan pertumbuhan ekonomi di Jepang (Sugiura,
Yosua, Ju, Yasuoka dan Jimba, 2010: 178).
Pengeluaran pembangunan pemerintah, tenaga kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa
Tengah 2003-2008 di mana yang paling besar pengaruhnya adalah teknologi
(Amalia, 2010: 98). Pada Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2001-2009 tentang DBH,
DAU, DAK berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan
investasi swasta (Taaha, Nursini dan Agussalim, 2010: 135).
Total pengeluaran modal pemerintah, total pengeluaran rutin dan pengeluaran
pemerintah untuk pendidikan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan pengeluaran pemerintah pada transportasi, komunikasi dan kesehatan
8
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi (Nurudeen dan Abu Usman
Abdullahi, 2010: 215). Kapital dan pengeluaran rutin pemerintah mempunyai
pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Belanja pemerintah di bidang
transfer memiliki dampak yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi (Nworji,
Okwu, Obiwaru and Odiche, 2012: 65)
Perbedakan penelitan sebelumnya dengan penelitian saat ini adalah tempat
yang berbeda karena membutuhkan data kabupaten/kota dari Provinsi Sumatera
Utara selama kurun waktu 5 tahun terakhir mulai tahun 2008 sampai tahun 2012.
Berdasarkan penelitian saat ini adanya variabel yang dimasukkan dengan
menggunakan variabel belanja tidak langsung, belanja langsung dan tenaga kerja dari
tahun 2008 sampai tahun 2012. Penelitian saat ini bertujuan untuk menganalisis
apakah ada pengaruh pengeluaran pemerintah yang didalamnya terdapat variabel
belanja tidak langsung, belanja langsung dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan
ekonomi yang terjadi di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2008 sampai tahun 2012.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. untuk menganalisis pengaruh Belanja Tidak Langsung (BTL) Pemerintah Daerah
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara;
2. untuk menganalisis pengaruh Belanja Langsung (BL) terhadap pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Sumatera Utara;
3. untuk menganalisis pengaruh Tenaga Kerja (TK) terhadap pertumbuhan ekonomi
di Provinsi Sumatera Utara.
9
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain:
1. menambah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah pengeluaran
pemerintah dan pertumbuhan ekonomi;
2. sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam
memberikan kebijakan untuk meningkatkan kualitas mutu pembangunan daerah
khususnya kabupaten/kota agar dapat mengoptimalkan seberapa besar belanja
yang harus dikeluarkan setiap tahunnya;
3. sebagai bahan acuan untuk penelitian, terutama yang berminat untuk meneliti
mengenai pengeluaran pemerintah dan hubungannya dengan pertumbuhan
ekonomi.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan adalah sebagai berikut, Bab I Pengantar memuat
tentang latar belakang, keaslian penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
Bab II Tinjauan Pustaka menguraikan tentang tinjauan pustaka, landasan teori,
pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengaruh pengeluaran pemerintah. Bab III
Analisis Data menguraikan tentang cara penelitian dan hubungan fenomenafenomena yang diamati, interpertasi hasil pemilihan model yang terbaik. Bab IV
Kesimpulan dan Saran memuat kesimpulan dan saran yang merupakan kesimpulan
dari analisis data serta saran-saran atau rekomendasi.
Download