BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEHAMILAN 1. Definisi Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional (Prawirohardjo,2010;h.213). Menurut Saifuddin (2006;h.89) Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan terbagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan. 2. Tanda-tanda kehamilan a. Tanda tidak pasti (Presumptive Sign) (Ummi Hani dkk,2011;h.72-74) perubahan-perubahan fisiologis Tanda yang tidak dapat pasti adalah dikenali dari pengakuan atau yang dirasakan oleh wanita hamil. Tanda tidak pasti ini terdiri atas hal – hal berikut ini ; 1) Amenorea ( berhentinya menstruasi) Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de graaf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Lamanya memastikan amenorea hari dapat pertama haid dikonfirmasikan terakhir dengan (HPHT), dan digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan dan taksiran persalinan. Tetapi amenorea juga dapat disebabkan oleh penyakit kronik tertentu, tumor pituitari, perubahan dan faktor 8 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 9 lingkungan, malnutrisi, dan biasanya gangguan emosional seperti ketakutan akan kehamilan. 2) Mual (nausea) dan Muntah (emesis) Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning sickness. Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila terlampau sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut dengan hiperemesis gravidarum 3) Ngidam ( menginginkan makanan tertentu ) Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan dan akan menghilang dengan makin tuanya kehamilan. 4) Syncope (pingsan) Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi terutama jika berada pada tempat yang ramai, biasanya akan hilang setelah 16 minggu. 5) Kelelahan Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan kecepatan basal metabolisme (basal metabolisme rate-BMR) pada kehamilan, yang akan meningkatkan seiring pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil konsepsi 6) Payudara tegang Estrogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada payudara, sedangkan progesteron menstimulasi perkembangan sistem alveolar payudara. Bersama somato- mamotropin, hormon - hormon ini menimbulkan pembesaran payudara, menimbulkan perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan pertama kehamilan, pelebaran putting susu, serta pengeluaran kolostrum. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 10 7) Sering miksi Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi.Frekuensi miksi yang sering, terjadi pada triwulan pertama akibat desakan uterus terhadap kandung kemih. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini akan berkurang karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan, gejala bisa timbul karena janin mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali kandung kemih 8) Konstipasi atau obstipasi Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus (tonus otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB. 9) Pigmentasi kulit Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu. Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit. Pigmentasi ini meliputi tempat-tempat berikut ini ; a) sekitar pipi : cloasma gravidarum (penghitaman pada daerah dahi, hidung, pipi, dan leher b) sekitar leher : tampak lebih hitam c) dinding perut : sriae gravidarum (terdapat pada seorang primigravida, warnanya membiru), linea alba menjadi lebih hitam (linea nigra) d) sekitar payudara : hiperpigmentasi areolamamae sehingga terbentuk areola sekunder. Pigmentasi areola ini berbeda pada tiap wanita, ada yang merah muda pada wanita kulit putih, coklat tua pada wanita kulit coklat, dan hitam pada wanita kulit hitam. Selain itu, kelenjar montgomeri menonjol dan pembuluh darah menifes sekitar payudara. e) Sekitar pantat dan paha atas : terdapat striae akibat pembesaran bagian tersebut Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 11 10) Epulis Hipertropi papilla ginggivae/gusi. Sering terjadi pada triwulan pertama 11) Varises atau penampakan pembuluh darah vena Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat.Varises dapat terjadi disekitar genitalia eksterna, kaki, dan betis, serta payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat hilang setelah persalinan b. Tanda kemungkinan (Probability Sign) (Ummi Hani dkk,2011;h.74-75) Tanda kemungkinan adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik kepada wanita hamil. Tanda kemungkinan ini terdiri atas hal-hal berikut ini ; 1.) Pembesaran perut Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan keempat kehamilan. 2.) Tanda hegar Tanda hegar adalah pelunakan dan ditekannya isthimus uteri 3.) Tanda goodel Adalah pelunakan serviks.Pada wanita yang tidak hamil serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil melunak seperti bibir. 4.) Tanda Chadwicks Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina termasuk juga porsio dan serviks 5.) Tanda piscaseck Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris.Terjadi karena ovum berimplementasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu. 6.) Kontraksi braxton hicks Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya actomysin didalam otot uterus.Kontraksi ini tidak beritmik, sporadis, tidak nyeri, biasanya timbul pada Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 12 kehamilan delapan minggu, tetapi baru dapat diamaati dari pemeriksaan abdominal pada trimester ketiga. Kontraksi ini akan terus meningkat frekuensinya, lamanya, dan kekuatannya sampai mendekati persalinan. 7.) Teraba ballotement Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa. Hal ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan karena perabaan bagian seperti bentuk janin saja tidak cukup karena dapat saja merupakan myoma uteri. 8.) Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya human chorionic gonadotropin (hCG) yang diproduksi oleh sinsiotropoblastik sel selama kehamilan. Hormon ini disekresi di peredaran darah ibu (pada plasma darah), dan diekskresikan pada urine ibu.Hormon ini dapat mulai dideteksi pada 26 hari setelah konsepsi dan meningkat dengan cepat pada hari ke 30-60. Tingkat tertinggi pada hari 60-70 usia gestasi, kemudian menurun pada hari ke 100-130 c. Tanda Pasti (Positive Sign) (Ummi Hani dkk,2011;h.75) Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa. Tanda pasti kehamilan terdiri atas halhal berikut ini ; 1) Gerakan janin dalam rahim Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa. Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20 minggu. 2) Denyut jantung janin Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat fetal electrocardiograf (misalnya dopler). Dengan stetoskop laenec, DJJ baru dapat didengar pada usia kehamilan 18-20 minggu Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 13 3) Bagian-bagian janin Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong)serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester akhir). Bagian janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunakan USG 4) Kerangka janin Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG 3. Perubahan fisiologis pada Ibu Hamil a. Trimester I Sistem Reproduksi ; 1) Vagina dan Vulva Akibat pengaruh hormon estrogen, vagina dan vulva mengalami perubahan pula. Sampai minggu ke-8 terjadi hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiruan (lividae) tanda ini disebut tanda chatwick. Warna portio pun tampak lividae. 2) Serviks Uteri Serviks pada Kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon esterogen. 3) Uterus Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh estrogen dan progesteron. 4) Ovarium Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum gravidatum, korpus luteum graviditatis berdiameter kira-kira 3 cm, kemudian dia mengecil setelah plasenta terbentuk. 5) Payudara/Mamae Mamae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomamotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum mengeluargan ASI. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 14 6) Sistem Endokrin Perubahan besar pada sistem endokrin yang penting terjadi untuk mempertahankan kehamilan, pertumbuhan normal janin, dan pemulihan pascapartum (nifas). 7) Sistem Kekebalan Peningkatan pH sekresi vagina wanita hamil membuat wanita tersebut lebih rentan terhadap inveksi vagina. Sistem pertahanan tubuh ibu selama kehamilan akan tetap utuh, kadar immunoglobulin dalam kehamilan tidak berubah. 8) Traktus urinarius/Perkemihan Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan sehingga timbul kencing.Keadaan ini hilang dengan tuanya kehamilan, bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul. 9) Traktus digestivus/Pencernaan Perubahan rasa tidak enak diulu hati disebabkan karena perubahan posisi lambung dan aliran balik asam lambung ke esofagus bagian bawah. 10) Sirkulasi Darah/Cardiovaskuler Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula, mammae dan alat lain yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. 11) Muskuloskeletal Perubahan muskuloskeletal akibat peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron, terjadi relaksasi dari jaringan ikat, kartilago, dan ligament juga meningkatkan jumlah cairan synovial. 12) Integumen/Kulit Perubahan keseimbangan hormon dan peregangan mekanis menyebabkan timbulnya beberapa perubahan dalam sistem integumen selama masa kehamilan. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 15 13) Metabolisme Pada wanita hamil basal metabolic rate (BMR) meninggi.BMR meningkat hingga 15-20% yang umumnya terjadi pada triwulan terakhir. 14) Sistem pernafasan Adaptasi ventilasi dan struktural selama masa hamil bertujuan menyediakan kebutuhan ibu dan janin.Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respon terhadap percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudara. 15) Sistem persyarafan Hanya sedikit yang diketahui tentang perubahan fungsi sistem neurologi selama masa hamil, selain perubahan-perubahan neurohormonal hipotalamik hipofisis. b. Trimester II 1) Sistem Reproduksi a) Vulva dan vagina Karena hormon estrogen dan progesteron terus meningkat dan terjadi hipervaskularisasi mengakibatkan pembuluhpembuluh darah alat genetalia membesar b) Serviks uteri Konsistensi serviks menjadi lunak dan kelenjar-kelenjar diserviks akan berfungsi lebih akan mengeluarkan sekresi lebih banyak. c) Uterus Pada kehamilan 16 minggu cavum uteri sama sekali diisi oleh ruang amnion yang terisi janin dan istimus menjadi bagian korpus uteri. d) Ovarium Pada usia kehamilan 16 minggu, plasenta mulai terbentuk dan menggantikan fungsi korpus luteum graviditatum e) Payudara/Mamae Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari putting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut colustrom. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 16 2) Sistem pencernaan Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruhhormon progesteron yang meningkat.Selain itu perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut yang mendesak organ-organ dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus besar, kearah atas dan lateral. 3) Sistem respirasi Karena adanya penurunan tekanan CO2 seorang wanita hamil sering mengeluhkan sesak nafas sehingga meningkatkan usaha bernafas 4) Sistem kardiovaskuler Pada usia kehamilan 16 minggu, mulai jelas kelihatan terjadi proses hemodilusi. Setelah 24 minggu tekanan darah sedikit demi sedikit naik kembali pada tekanan darah sebelum aterm. 5) Sistem Traktus Urinarius Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai berkurang, karena uterus sudah mulai keluar dari rongga panggul. 6) Sistem muskuloskeletal Selama trimester kedua mobilitas persendian akan berkurang terutama pada daerah siku dan pergelangan tangan dengan meningkatnya retensi cairan pada jaringan konektif/jaringan yang berhubungan disekitarnya. 7) Sistem integumen Akibat peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron, kadar MSH pun meningkat. 8) Sistem Endokrin Adanya peningkatan hormon estrogen dan progesteron serta terhambatnya pembentukan FSH dan LH 9) Kenaikan berat badan Kenaikan berat badan 0,4-0,5 kg perminggu selama sisa kehamilan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 17 c. Trimester III 1) Sistem reproduksi a) Uterus Pada trimester III istimus lebih nyata menjadi bagian korpus uteri dan berkembang menjadi segmen bawah rahim (SBR). b) Sistem Traktus uranius Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan kembali. c) Sistem respirasi Pada 32 minggu ke atas karena usus – usus tertekan uterus yang membesar ke arah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalami terajat kesulitan bernafas. d) Kenaikan berat badan Terjadi Kenaikan Berat Badan dari mulai awal kehamilam sampai akhir kehamilan adalah 11-12 kg. e) Sirkulasi darah Hemodilusi penambahan volume darah sekitar 25% dengan puncak pada usia kehamilan 32 minggu, sedangkan hematokrit mencapai level terendah pada minggu 30-32 karena setelah 34 minggu masa RBC terus meningkat tetapi volume plasma tidak. f) Sistem Muskuloskeletal Sendi pelvic pada saat kehamilan sedikit dapat bergerak. Perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat wanita hamil menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah secara menyolok (Yuni Kusmiyati dkk,2010;h.55-69). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 18 4. Perubahan psikologis pada kehamilan a. Trimester I Trimester pertama sering dikatakan sebagai masa penentuan.Penentuan untuk membuktikan bahwa wanita dalam keadaan hamil. Pada saat inilah tugas psikologis pertama sebagai calon ibu untuk dapat menerima kenyataan akan kehamilannya. Selain akibat dari dampak terjadinya peningkatan hormon estrogen dan progesteron dan progesteron pada tubuh ibu hamil akan mempengaruhi perubahan pada fisik sehingga banyak ibu hamil yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan kesedihan. b. Trimester II Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan, saat ibu merasa sehat.Ini disebabkan selama trimester ini umumnya wanita sudah merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan. Tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurang. Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai beban. c. Trimester III Trimester III sering disebut sebagai periode penantian.Pada periode ini wanita menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, dia menjadi tidak sabar untuk segera melihat bayinya.Ada perasaan tidak menyenangkan ketika bayinya tidak lahir tepat waktunya, fakta yang menempatkan wanita tersebut gelisah dan hanya bisa melihat dan menunggu tanda-tanda dan gejala. Trimester III adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua, seperti pusatnya perhatian pada kehadiran bayi (Yuni Kusmiyati dkk,2010;h.71-74). 5. Peran dan Tanggungjawab Bidan dalam Asuhan Kehamilan Peran bidan menyesuaikan dalam diri membantu dengan seorang kehamilannya perempuan adalah dalam memberikan dukungan emosional, informasi, dan saran serta mendeteksi gangguan psikologis. Keterampilan tersebut dibutuhkan untuk Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 19 meningkatkan hubungan saling membantu antara perempuan dan bidan, untuk berkomunikasi secara efektif, memberi dukungan dan kemampuan untuk mendengarkan saat dibutuhkan (Asrinah,2010;h.11) 6. Refocusing Asuhan Kehamilan a. Trimester pertama / sebelum minggu ke 14 1) Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu sehingga mata rantai penyelamatan jiwa telah terbina jika diperlukan 2) Mendeteksi masalah yang dapat diobati sebelum mengancam jiwa ibu maupun bayinya 3) Mencegah masalah seperti tetanus neonatorum, anemia, defisiensi zat besi, maupun penggunaan praktik tradisional yang merugikan 4) Memulai persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi komplikasi 5) Mendorong perilaku yang sehat (nutrisi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya) b. Trimester kedua / Sebelum minggu ke 28 1) Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu sehingga suatu mata rantai penyelamatan jiwa telah terbina jika diperlukan 2) Mendeteksi masalah yang dapat diobati sebelum mengancam jiwa 3) Mencegah masalah seperti tetanus neonatorum, anemia defisiensi zat besi, maupun penggunaan praktik tradisional yang merugikan 4) Memulai persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi komplikasi 5) Mendorong perilaku yang sehat (nutrisi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya) 6) Kewaspadaan khusus mengenai PIH (tanya ibu mengenai gejala PIH, pantau tekanan darahnya, edema, proteinuria) Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 20 c. Trimester ketiga / sebelum minggu ke 40 1) Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu sehingga suatu mata rantai penyelamatan jiwa telah terbina jika diperlukan 2) Mendeteksi masalah yang dapat diobati sebelum mengancam jiwa 3) Mencegah masalah seperti tetanus neonatorum, anemia defisiensi zat besi, maupun penggunaan praktik tradisional yang merugikan 4) Memulai persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi komplikasi 5) Mendorong perilaku yang sehat (nutrisi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya) 6) Kewaspadaan khusus mengenai PIH (tanya ibu mengenai gejala PIH, pantau tekanan darahnya, edema, proteinuria) (Asrinah.2010;h.6-7) 8. Lingkup Asuhan Kehamilan Dalam memberikan asuhan kepada ibu hamil, bidan harus memberikan pelayanan secara komprehensif atau menyeluruh. Adapun lingkup asuhan kebidanan pada ibu hamil meliputi : a. Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta menganalisis kunjungan/pemeriksaan ibu hamil b. Melaksanakan pemeriksaan fisik secara sistematis dan lengkap c. Melakukan pemeriksaan abdomen termasuk tinggi fundus uteri (TFU)/posisi/presentasi dan penurunan janin d. Melakukan penilaian pelvic, ukuran, dan struktur panggul e. Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk denyut jantung janin dengan fetoskope/pinard, dan gerakan janin dengan palpasi f. Menghitung usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir (HPHT) g. Mengkaji status nutrisi dan hubungan dengan pertumbuhan janin h. Mengkaji kenaikan berat badan ibu dan hubungannya dengan komplikasi i. Memberi penyuluhan tanda – tanda bahaya dan bagaimana menghubungi bidan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 21 j. Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia ringan, hiperemesis gravidarum tingkat I, abortus iminen, dan preeklampsi ringan k. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengurangi ketidaknyamanan kehamilan l. Memberi imunisasi m. Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan penanganannya termasuk rujukan tepat pada : kurang gizi, pertumbuhan janin tidak adekuat, PEB, dan Hipertensi, perdarahan pervaginam, kehamilan ganda aterm, kematian janin, oedema yang signifikan, sakit kepala berat, gangguan pandangan, nyeri epigastrium karena hipertensi, KPSW, persangkaan polihidramnion, DM, kelainan kongenital, hasil laboratorium abnormal, kelainan letak janin, infeksi ibu hamil seperti infeksi menular seksual, vaginitis, infeksi saluran kencing n. Memberikan bimbingan dan persiapan persalinan, kelahiran, dan menjadi orang tua o. Bimbingan dan penyuluhan tentang perilaku kesehatan selama hamil seperti nutrisi, latihan, keamanan, merokok p. Penggunaan secara aman jamu atau obat – obatan tradisional yang tersedia (Yuni kusmiyati, S.ST, 2010;h.2-3) 9. Tinggi Fundus Uteri Menurut penambahan per Tiga Jari (Menurut Ari Suliatyawati.2009;h.60) Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri (TFU) sesuai umur kehamilan Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU) (Minggu) 12 16 20 24 28 32 36 40 3 jari di atas simfisis Pertengahan pusat-simfisis 3 jari di bawah simfisis Setinggi pusat 3 jari di atas pusat Pertengahan pusat prosesus xiphoideus (px) 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (px) Pertengahan pusat prosesus xiphoideus (px) Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 22 7. Tanda bahaya kehamilan Menurut Yuni Kusmiyati (2010;h.154-168) a. Tanda bahaya pada Kehamilan Muda ; 1) Perdarahan per vaginam perdarahan pervaginam pada hamil muda dapat disebabkan oleh abortus, kehamilan ektopik atau mola hidatidosa. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup diluar kandungan (Saifuddin,2000). Jenis Abortus ; Abortus Imminens, Abortus Insipiens, Abortus Incomplitus, Abortus Komplitus, Abortus Tertunda (missed abortion), Abortus Habitualis, Abortus Febrilis, Kehamilan Ektopik, Mola Hidatidosa. 2) Hipertensi Gravidarum a) Hipertensi Kronik ; Hipertensi yang menetap oleh sebab apapun, yang sudah ditemukan pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu, atau hipertensi yang menetap setelah 6 minggu pasca salin. b) Superimposed Preeklampsi ; Hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan dan diperberat oleh kehamilan. 3) Nyeri perut pada kehamilan muda Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang.Hal ini mungkin gejala utama pada kehamilan ektopik atau abortus. b. Tanda Bahaya pada Kehamilan Lanjut 1) Perdarahan Pervaginam Perdarahan antepartum/perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan.Perdarahan kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak, dan kadang-kadang tapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri. 2) Sakit Kepala yang Berat atau Menetap Sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 23 ibu mungkin menemukan bahwa pengelihatannya menjadi kabur atau berbayang 3) Penglihatan kabur Penglihatan kabur karena pengaruh hormonal, ketajaman pengelihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan. 4) Bengkak di Wajah dan Jari-Jari Tangan Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung, ataau preeklampsia. 5) Keluar cairan Pervaginam Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester 3, ketuban dinyatakan pecah dini jika sebelum proses persalinan berlangsung, pecahnya selaput ketuban terjadi pada kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37 minggu) maupun pada kehamilan aterm. 6) Gerakan Janin Tidak Terasa Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan trimester 3, normalnya ibu merasakan gerakkan janinnya selama bulan ke 5 atau ke 6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. 7) Nyeri abdomen yang Hebat Nyeri abdomen yang hebat hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, abortus, penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantung empedu, uterus yang iritable, ISK, dan infeksi lain. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 24 B. PERSALINAN 1. Definisi Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin,2008;h.100) Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba,2010;h.164) 2. Tanda mulainya persalinan Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya kekuatan his sehingga menjadi awal mula terjadinya proses persalinan, walaupun hingga kini belum dapat diketahui dengan pasti penyebab terjadinya persalinan. Tanda mulainya persalinan antara lain ; a. Teori penurunan progesteron Kadar hormon progesteron akan mulai menurun pada kira - kira 1-2 minggu sebelum persalinan dimulai (Prawirohardjo, 2007; h.181). Terjadinya kontraksi otot polos uterus pada persalinan akan menyebabkan rasa nyeri yang hebat yang belum diketahui secara pasti penyebabnya. b. Teori keregangan Ukuran uterus penegangan yang makin membesar dan mengalami akan mengakibatkan otot-otot uterus mengalami iskemia sehingga mungkin dapat menjadi faktor yang dapat mengganggu membuat sirkulasi plasenta uteroplasenta mengalami yang degenerasi. pada Ketika akhirnya uterus berkontraksi dan menimbulkan tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantong amnion akan melebarkan saluran serviks Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 25 c. Teori oksitosin interna Hipofisis posterior menghasilkan hormon oksitosin. Adanya perubahan keseimbangan antara estrogen dan progesteron dapat mengubah tingkat sensitivitas otot rahim dan akan mengakibatkan terjadinya kontraksi uterus yang disebut Braxton hicks. Penurunan kadar progesteron karena usia kehamilan yang sudah tua akan mengakibatkan aktivitas oksitosin meningkat (Jenny J.S.S.2012;h.2-3) 3. Faktor - faktor yang mempengaruhi persalinan (Sumarah S.Sit, dkk. Perawatan Ibu Bersalin, 2008) a. Passage ( jalan lahir ) Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina dan introitus ( lubang luar vagina ). Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan – lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janis harus berhasil menyesuaikan diri terhadap jalan lahir yang relativ kaku. Oleh karena ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai. b. Passenger ( janin ) Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin, bagian terbawah dan posisi janin. c. Power ( kekuatan ) Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan adalah his, kontraksi otot – otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament dengan kerjasama yang baik sempurna. 4. Tanda-tanda dimulainya proses persalinan a. Terjadinya His Persalinan Sifat His persalinan adalah ; 1) Pinggang terasa sakit dan menjalar ke depan 2) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin membesar Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 26 3) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan akan makin bertambah b. Pengeluaran lendir dengan darah Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks yang akan menimbulkan ; 1) Pendataran dan pembukaan 2) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas 3) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah c. Pengeluaran cairan Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah ketuban, diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam. b) Hasil – hasil yang didapatkan pada pemeriksaan dalam 1) Perlunakan serviks 2) Pendataran serviks 3) Pembukaan serviks (Jenny J.S.S.2013;h.3) 5. Tahapan persalinan Tahapan dari persalinan terdiri atas kala I (Kala pembukaan), kala II (Kala pengeluaran janin), kala III (pelepasan plasenta), dan kala IV (kala pengawasan/observasi/pemulihan) (Jenny J. S . Sondakh,2013;h.5-8) a. Kala I (Kala Pembukaan) Kala I dimulai dari saat persalinan mulai (pembukaan nol) sampai pembukaan lengkap (10cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase, yaitu : 1) Fase laten : berlangsung selama 8 jam, serviks membuka sampai 3 cm 2) Fase aktif : berlangsung selama 7 jam, serviks membuka dari 4 cm sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi dalam 3 fase ; a) Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 27 b) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm c) Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap Proses diatas terjadi pada primigravida ataupun multigravida, tetapi pada multigravida memiliki jangka waktu yang lebih pendek. Pada primigravida, kala I berlangsung ±12 jam, sedangkan pada multigravida ±8 jam. b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin) Gejala utama kala II adalah sebagai berikut : 1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik 2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak 3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan akibat tertekannya pleksus frankenhauser 4) Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi ; a) Kepala membuka pintu b) Subocciput bertindak sebagai hipomoglion, kemudian secara berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung, dan muka, serta kepala seluruhnya. c) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada punggung d) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan cara : (a) Kepala dipegang pada os occiput dan dibawah dagu, kemudian ditarik dengan menggunakan cunam kebawah untuk melahirkan bahu depan dan ke atas untuk melahirkan bahu belakang (b) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi (c) Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 28 e) Lamanya kala II untuk primigravida 1,5-2 jam dan multigravida 1,5-1 jam 3 Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Kala II 1. Asuhan yang diperlukan selama kala II a. Meningkatkan perasaan aman dengan memberikan dukungan dan memupuk rasa kepercayaan dan keyakinan pada diri ibu bahwa dia mampu untuk melahirkan b. Membimbing pernafasan yang adekuat c. Membantu posisi meneran sesuai pilihan ibu d. Meningkatkan peran serta keluarga, menghargai anggota keluarga atau teman yang mendampingi e. Melakukan tindakan – tindakan yang membuat nyaman seperti mengusap dahi dan memijat pinggang, libatkan keluarga f. Memperhatikan pemasukan nutrisi dan cairan ibu dengan memberi makan dan minum g. Menjalankan prinsip pencegahan infeksi h. Mengusahakan kandung kencing kosong dengan cara membantu dan memacu ibu mengosongkan kandung kencing secara teratur 2. Pemantauan terhadap kesejahteraan Janin a. Megevaluasi his (kontraksi uterus) berapa kali terjadi dalam sepuluh menit (frekuensi his), lamanya his, dan kekuatan his serta kaitan antara ketiga hal tersebut dengankemajuan persalinan b. Mengkaji keadaan kandung kencing dengan menganamnese ibu dan melakukan palpasi kandung kencing untuk memastikan kandung kencing kosong c. Mengevaluasi upaya meneran ibu efektif atau tidak d. Pengeluaran pervaginam serta penilaian serviks meliputi effacement (pendataran serviks) dan dilatasi serviks (pembukaan) Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 29 3. Observasi terhadap kesejahteraan janin 1) Penurunan kepala, presentasi, dan sikap 2) Mengkaji kepala janin adakah caput atau moulage 3) Denyut jantung janin (DJJ) meliputi frekuensi, ritmenya, dan kekuatannya 4) Air ketuban meliputi warna, bau, dan volume (Sumarah, SsiT. 2008;h.105-106) c. Kala III (Pelepasan Plasenta) Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses lepasnya plasenta dapat diperkirakan dengan mempertahankan tanda-tanda dibawah ini ; 1) Uterus menjadi bundar 2) Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim 3) Tali pusat bertambah panjang 4) Terjadi semburan darah tiba-tiba 5) Cara melahirkan plasenta adalah menggunakan teknik dorsokranial. Pengeluaran selaput ketuban, selaput janin biasanya lahir dengan mudah, namun kadang-kadang masih ada bagian plasenta yang tertingga. Bagian tertinggal tersebut dapat dikeluarkan dengan cara : 1) Menarik pelan-pelan 2) Memutar atau memilinnya seperti tali 3) Memutar dengan klem 4) Manual atau digital Plasenta dan selaput ketuban harus diperiksa secara teliti setelah dilahirkan. Apakah setiap bagian plasenta lengkap atau tidak lengkap. Bagian plasenta yang diperiksa yaitu permukaan maternal yang pada normalnya memiliki 6-20 kotoledon, permukaan fetal, dan apakah terdapat tandatanda plasenta suksenturia. Jika plasenta tidak lengkap, maka disebut ada sisa plasenta. Keadaan ini dapat Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 30 menyebabkan perdarahan perdarahan yang banyak dan infeksi. Kala III terdiri dari dua fase, yaitu : 1. Fase pelepasan plasenta Beberapa cara pelepasan plasenta antara lain : a. Schultze Proses lepasnya plasenta seperti menutup payung. Cara ini merupakan cara yang paling sering terjadi (80%). Bagian yang lepas terlebih dulu adalah bagian tengah, lalu terjadi retroplasental hematoma yang menolak plasenta mula-mula bagian tengah, kemudian seluruhnya. Menurut cara ini, perdarahan biasanya tidak ada sebelum plasenta lahir dan berjumlah banyak setelah plasenta lahir. b. Duncan Berbeda dengan sebelumnya, pada cara ini lepasnya plasenta mulai dari pinggir 20%. Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban. Pengeluarannya juga serempak dari tengah dan pinggir plasenta. 2. Fase pengeluaran plasenta Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya plasenta adalah ; a. Kustner Dengan meletakkan tangan disertai tekanan diatas simfisis, tali pusat ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti belum lepas. Jika diam atau maju berarti sudah lepas b. Klein Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit. Bila tali pusat kembali berarti belum lepas, diam atau turun berarti lepas (cara ini tidak digunakan lagi) c. Strassman Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti plasenta belum lepas, tidak bergetar berarti sudah lepas.Tanda-tanda plasenta telah lepas adalah rahim menonjol diatas simfisis, tali pusat bertambah Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 31 panjang, rahim bundar dan keras, serta keluar darah secara tiba-tiba (Jenny J. S . Sondakh,2013;h.5-8) 1. Manajemen Aktif kala III Syarat : Janin Tunggal / memastikan tidak ada lagi janin di uterus Tujuan : 1. Membuat kontraksi uterus efektif Keuntungan : a. Lama kala III lebih singkat b. Jumlah perdarahan berkurang sehingga dapat mencegah perdarahan post partum c. Menurunkan kejadian retensio plasenta Manajemen Aktif kala III terdiri dari : 1. Pemberian Oksitosin 2. Penegangan tali pusat terkendali 3. Massase fundus uteri Penjelasan Pemberian Oksitosin 10 IU a. Sebelum memberikan oksitosin, bidan harus melakukan pengkajian dengan melakukan palpasi pada abdomen untuk meyakinkan hanya ada bayi tunggal b. Dilakukan pada 1/3 paha bagian luar c. Bila 15 menit plasenta belum lahir, maka berikan oksitosin ke2, evaluasi kandung kemih apakah penuh, bila penuh lakukan kateterisasi d. Bila 30 menit belum lahir, maka berikan oksitosin ke-3, 10mg dan rujuk pasien Penegangan tali pusat terkendali 1. Klem pindahkan 5-10 cm dari vulva 2. Tangan kiri diletakkan diatas perut memeriksa kontraksi uterus. Ketika menegangkan tali pusat, tahan uterus 3. Saat ada kontraksi uterus, tangan di atas perut melakukan gerakkan dorso kranial dengan sedikit tekanan. Cegah agar tidak terjadi inversio uteri 4. Ulangi lagi bila plasenta belum lepas Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 32 5. Pada saat plasenta sudah lepas, ibu dianjurkan sedikit meneran dan penolong sambil terus menegangkan tali pusat 6. Bila plasenta sudah tampak lahir di vulva, lahirkan dengan ke2 tangan. Perlu diperhatikan bahwa selaput plasenta mudah tertinggal sehingga untuk mencegah hal itu maka plasenta ditelangkupkan dan diputar dengan hati – hati searah dengan jarum jam (Sumarah, SsiT.2008;h.147-148) d. Kala IV Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum. Tujuan asuhan persalinan ialah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan memperhatikan aspek yang bersih sayang ibu dan dan aman, dengan sayang bayi (Saifuddin,2006;h.101) 1) Pemantauan dan Evaluasi Lanjut a) Tanda Vital Pemantauan tanda – tanda vital pada persalinan kala IV antara lain : (1) Kontraksi uterus harus baik (2) Tidak ada perdarahan dari vagina atau alat genitalia lainnya (3) Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap (4) Kandung kencing harus kosong (5) Luka – luka pada perineum harus terawat baik dan tidak terjadi hematoma b) Kontraksi uterus Pemantauan adanya kontraksi uterus sangatlah penting dalam asuhan persalinan kala IV dan perlu evaluasi lanjut setelah plasenta lahir yang berguna untuk memantau terjadinya perdarahan c) Lochea Melalui proses katabolisme jaringa, berat uterus dengan cepat menurun dari sekitar 1000 gram pada sat kelahiran menjadi sekitar 50 gram pada saat3 minggu masa nifas. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 33 Serviks juga kehilangan elastisitasnya dan menjadi kaku seperti sebelum kehamilan d) Kandung kemih Pada saat setelah plasenta keluar kandung kencing harus diusahakan kosong agar uterus dapat berkontraksi dengan kuat yang berguna untuk menghambat terjadinya perdarahan lanjut yang berakibat fatal bagi ibu. Jika kandung kemih penuh bantu ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya mengosongkannya dan jika dianjurkan diperlukan, untuk dan selalu ingatkan kemungkinan keinginan berkemih berbeda setelah dia melahirkan bayinya. e) Perineum Terjadinya laserasi atau robekan perineum dan vagina dapat diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan. Robekan perineum hampir terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang pada persalinan berikutnya f) Perkiraan darah yang hilang Perkiraan darah yang hilang sangat penting artinya untuk keselamatan ibu, namun untuk menentukan banyaknya darah yang hilang sangatlah sulit karena darah seringkali bercampur dengan cairan ketuban atau urin dan mungkin terserap kain, handuk atau sarung (Sumarah, SsiT. 2008;h.167-170) 6. Asuhan Sayang Ibu dalam Proses Persalinan a. Panggil ibu sesuai namanya, hargai, dan perlakukan ibu sesuai martabatnya b. Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai asuhan tersebut c. Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarga d. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir e. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 34 f. Beri dukungan, besarkan hatinya dan tentramkan hati ibu beserta anggota – anggota keluarganya g. Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan atau anggota keluarga yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya h. Anjurkan suami dang anggota – anggota keluarga mengenai cara – cara bagaimana mereka dapat memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya i. Segera konsisten lakukan praktek – praktek pencegahan infeksi yang baik j. Hargai privasi ibu k. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayinya l. Anjurkan ibu untuk minum dan makan – makanan yang ringan sepanjang ia menginginkannya m. Hargai dan perbolehkan praktek – praktek tradisional yang tidak merugikan kesehatan ibu n. Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti episiotomi, pencukuran, dan klisma o. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin p. Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah bayi lahir q. Siapkan rencana rujukan (bila perlu) r. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran plasenta dan bahan – bahan perlengkapan dan obat – obatan yang diperlukan. Siapkan untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir padea setiap kelahiran bayi (JNPK-KR 2008;h.14) 7. Tanda Bahaya Persalinan Menurut Prawirohardjo (2009;h. 581) Persalinan lama dapat terjadi karena : a. Kelainan tenaga (kelainan his) : his yang tidak normal b. Kelainan janin : kelainan dalam persalinan mengalami hambatan atau kemacetan c. Kelainan jalan lahir : kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir yang dapat menghalangi kemajuan persalinan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 35 d. Terjadi malpresentasi dan malposisi presentasi adalah bagian terendah janin yang berada di segmen bawah rahim bukan berada dibelakang kepala e. Distosia bahu yaitu keadaan yang membutuhkan manuver obstetrik dengan adanya tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi yang tidak berhasil untuk melahirkan bayi menurut Prawirohardjo (2009;h.599) f. Persalinan dengan distensi uterus pembesaran uterus pembesaran uterus disebabkan oleh tumor jinak seperti mioma uteri dan adenomiosis g. Prolaps tali pusat komplikasi ini dapat mengakibatkan tingginya kematian janin h. Demam dalam persalinan, sering terjadi karena adanya infeksi yang dijumpai pada saat persalinan menurut Prawirohardjo (2009;h.606-629). C. NIFAS 1. Definisi Masa Nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin,2006;h.122) Masa Nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ – organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaandan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni,2009;h.1) 2. Tujuan asuhan masa nifas (Saifuddin,2006;h.122) a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu pada ibu maupun bayinya Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 36 c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berrencana, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat d. Memberikan pelayanan keluarga berrencana 3. Tahapan Masa Nifas Adapun tahapan – tahapan masa nifas (post partum / puerperium) adalah ; a. Puerperium dini Masa kepulihan, yakni saat – saat ibu dibolehkan berdiri dan berjalan – jalan b. Puerperium Intermedial Masa kepulihan menyeluruh dari organ – organ genital, kira – kira 6 – 8 minggu c. Remot Puerperium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi (Suherni,2009;h.2) 4. Perubahan fisiologis pada masa nifas a. Perubahan Uterus Tabel 2.2 a. Perubahan uterus (Suherni S.Pd, APP, M.Kes. 2009; h.78) Involusi Bayi lahir Uri lahir Satu minggu Dua minggu Enam minggu Delapan minggu Tinggi Fundus Uteri Setinggi pusat Dua jari dibawah pusat Pertengahan pusat sympisis Tak teraba diatas sympisis Bertambah kecil Sebesar normal Berat uterus 1000 gram 750 gram 500 gram 350 gram 50 gram 30 gram Di samping itu, dari cavum uteri keluar cairan sekret disebut lochia. Lokia keluar dari uterus setelah bayi lahir sampai dengan 3 atau 4 minggu postpartum. Perubahan lokia terjadi dalam tiga tahap, yaitu lokia rubra, serosa, dan alba. Lokia rubra merupakan darah pertama yang keluar dan berasal dari tempat lepasnya plasenta. Setelah beberapa hari, lokia berubah warna menjadi kecoklatan yang terdiri dari darah dan serum yang berisi leukosit dan jaringan yang Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 37 disebut lokia serosa. Pada minggu ke-2, lokia berwarna putih kekuningan yang terdiri dari mukus serviks, leukosit dan jaringan (Bahiyatun,2009;h.60) b. Perubahan vagina dan perineum 1) Vagina Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali. 2) Perlukaan vagina Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perinaum tidak sering dijumpai 3) Perubahan pada perineum, terjadi robekan perineum pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. c. Perubahan pada sistem pencernaan 1) Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umumnya disebabkan karena makanan padat dan kurangnya berserat selama persalinan 2) Perubahan perkemihan Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu, tergantung pada 1) keadaan / status sebelum persalinan, 2) lamanya partus kala 2 dilalui, 3) besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan. d. Perubahan sistem muskuloskeletal atau diatesis rectie abdominis Setiap wanita nifas memiliki derajat diatesis/konstitusi (yakni keadaan tubuh yang membuat jaringan-jaringan tubuh bereaksi secara luar biasa terhadap rangsangan-rangsangan luar tertentu, sehingga membuat orang itu lebih peka terhadap penyakitpenyakit tertentu).Kemudian demikian juga adanya rectie/muskulus rektus yang terpisah dari abdomen. e. Perubahan tanda-tanda vital pada masa nifas 1) Suhu badan ; sekitar hari ke-4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik sedikit antara 37,2ºC-37,5ºC. kemungkinan disebabkan karena ikutan dari aktivitas payudara. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 38 2) Denyut nadi ; denyut nadi ibu akan melambat sampati sekitar 60kpm, yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh, tetapi pada ibu nervous nadinya bisa cepat, kira-kira 110kpm 3) Tekanan darah ; ˂ 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post partum 4) Respirasi ; pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal (Suherni dkk,2009;h.79-84) 5. Adaptasi psikologis masa nifas Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani.Tanggungjawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir.Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut ; a. Fase taking in Periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan.Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada diri sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu bicara tentang dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa mulas, nyeri pada jahitan, kurang tidur, dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari.hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan psikologis yang mungkin dialami, seperti mudah tersinggung, menangis. Gangguan Psikologis yang mungkin dirasakan ibu adalah ; 1) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang bayinya, misal jenis kelamin, warna kulit, jenis rambut, dan lain – lain 2) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisikyang dialami ibu misal rasa mulas karena rahim berkontraksi untuk kembali pada keadaan semula, payudara bengkak, nyeri luka jahitan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 39 3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya 4) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayinya dan cenderung melihat saja tanpa membantu b. Fase taking hold Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa kekhawatiran akan ketidakmampuan dan rasa tanggungjawabnya dalam merawat bayinya. Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu nifas. Tugas kita adalah mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusui yang benar, cara merawat luka jahitan, senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu seperti gizi, istirahat, kebersihan diri, dan lain-lain. c. Fase letting go Periode menerima tanggungjawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan.Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya (Suherni dkk,2009;h.87-89) 6. Kunjungan Masa Nifas Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali. Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah – masalah yang terjadi. Berikut jadwal kunjungan masa nifas ; a. Kunjungan Pertama ( 6 – 8 jam setelah persalinan ) Kunjungan ini bertujuan untuk ; 1) Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas 2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberi rujukan bila perdarahan dilanjut 3) Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 40 4) Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu 5) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir 6) Menjada bayi tetap sehat dengan cara mencegah Hipotermi b. Kunjungan Kedua ( 6 Hari setelah persalinan ) Kunjungan ini bertujuan untuk ; 1) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau 2) Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi, atau kelainan pascamelahirkan 3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat 4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda – tanda penyulit 5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan bagaimana bayi agar tetap hangat c. Kunjungan ketiga ( 2 minggu setelah persalinan ) Kunjungan ini bertujuan untuk ; 1) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau 2) Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi, atau kelainan pascamelahirkan 3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat 4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda – tanda penyulit 5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan bagaimana bayi agar tetap hangat Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 41 d. Kunjungan keempat ( Enam minggu setelah persalinan ) Kunjungan ini bertujuan untuk ; 1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit – penyulit yang dialami atau bayinya 2) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Sitti Saleha.2009;h.6-7) 7. Komplikasi masa nifas a. Trauma Perineum Trauma perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan. Saat persalinan terkadang dokter/bidan melakukan episiotomi, yaitu menggunting perineum untuk mengurangi trauma yang berlebih pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum yang tidak beraturan. Dengan Episiotomi, perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dan perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan (Sukarni.2013;h. 285) b. Etiologi 1) Adanya trauma pada perut bagian bawah, panggul, genetalia eksterna maupun perineum c. 2) Cedera eksternal 3) Fraktur pelvis : rupture uretra pars membranasea 4) Trauma selangkangan : rupture uretra pars bulbosa 5) Latrogenik : pemasangan kateter folley yang salah 6) Persalinan lama 7) Rupture yang spontan Manifestasi klinis Perdarahan per-uretra post trauma Retensi urin : Kontraksi pemasangan kateter lebih khusus pada posterior dan anterior berikut : 1) Pada posterior a) Perdarahan per-uretra b) Retensi urin c) Pemeriksaan rectal tuse : floating prostat d) Uretrografi : ekstravasasi kontras dan adanya fraktur pelvis Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 42 2) Pada anterior a) Perdarahan per-uretra/hematuri b) Slevee hematom/butterfly hematom c) Kadang terjadi retensi urin (Sukarni,2013;h.285-286) d. Perdarahan Perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Perdarahan postpartum terbagi menjadi dua masa yaitu perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorhage) yang terjadi pada 24 jam pertama, dan perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorhage) yang terjadi setelah 24 jam. Penyebab perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir, dan inversio uteri. Sedangkan penyebab perdarahan post partum sekunder adalah sub involusi, retensi sisa plasenta, infeksi nifas. Pencegahan perdarahan post partum dapat dilakukan dengan mengenali resiko perdarahan post partum (uterus distensi, partus lama, partus dengan pacuan), memberikan oksitosin injeksi setelah bayi lahir, memastikan plasenta lahir lengkap, menangani robekan pada jalan lahir. e. Infeksi masa nifas Semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman – kuman kedalam alat – alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas. Jalan masuknya kuman dapat disebabkan karena adanya luka pada bekas insersio plasenta yang merupakan tempat untuk tumbuh dan masuknya kuman patogen dalam tubuh wanita, selain itu servik yang sering mengalami perlukaan selama persalinan begitu pula dengan vulva, vagina dan perineum yang menjadi tempat masuknya kuman patogen. Gambaran klinis infeksi nifas dapat dibedakan dalam bentuk infeksi lokal yaitu pada pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna kulit, pengeluaran lochea bercampur nanah, mobilitasi terbatas karena rasa nyeri, temperatur badan meningkat. Serta infeksi umum yaitu tampak sakit dan lemah, temperatur meningkat, tekanan darah menurun Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 43 dan nadi meningkat, pernafasan dapat meningkat terasa sesak, kesadaran gelisah sampai menurun dan koma, terjadi gangguan involusi uterus, lokhea berbau, dan bernanah serta kotor. Pencegahan pada masa infeksi nifas dapat dilakukan dengan mobilisasi dini sehingga darah lokhea keluar dengan lancar, perlukaan dirawat dengan baik, rawat gabung dengan isolasi untuk mengurangi infeksi nosokomial (Eny retna A, diahy W,2008). D. BAYI BARU LAHIR 1. Definisi Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 728 hari (Wafi Nur M.2010;h.2). Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram. 2. Adaptasi Bayi Baru Lahir terhadapa kehidupan diluar uterus ( Wafi Nur.M, Asuhan Neonatus dan Balita, 2010 ) Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan diluar uterus. a. Sistem Pernafasan Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga udara tertahan di dalam. Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan diafragmatik dan abdominal. b. Suhu tubuh ( Varney, Buku Ajar Asuhan Kebidanan, 2008 ) Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat stress karena perubahan suhu lingkungan sehingga dapat menyebabkan kehilangan panas pada bayi. Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui empat mekanisme yaitu : konveksi, Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 44 konduksi, radiasi, dan evaporasi. Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir, antara lain dengan mengeringkan bayi, menyelimuti bayi, menutup kepala bayi, menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya, jangan segera memandikan bayi baru lahir. c. Metabolisme Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari pada tubuh orang dewasa sehinga metabolisme basal per kg Bb akan lebih besar. Pada jam – jam pertama energi diadapatkan dari perubahan karbohidrat. d. Peredaran darah janin e. Keseimbangan air dan fungsi ginjal Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron belum sebanyak orang dewasa. f. Traktus Digestivus Traktus digestivus relatif lebih berat dan lebih panjang dibandingkan dengan orang dewasa. Pada Neonatus, traktus digestivus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang disebut mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim dalam traktu digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali enzim amilase. g. Hati Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna. 3. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir Normal Menurut Jenny (2013;h.150) a. Berat badan lahir bayi antara 2500 – 4000 gram b. Panjang badan bayi 48 – 50 cm c. Lingkar dada bayi 32 – 34 cm d. Lingkar kepala bayi 33 – 35 cm e. Bunyi jantung dalam menit pertama ±180 kali/menit, kemudian turun sampai 140 – 120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 45 f. Pernafasan cepat pada menit – menit pertama kira – kira 80 kali/menit g. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa. h. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik i. Kuku telah agak panjang dan lemas j. Genetalia : testis sudah turun (pada bayi laki – laki) dan labia mayora telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan) k. Reflek isap, menelan, dan moro telah terbentuk l. Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama, mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket. 4. Penilaian Keadaan Umum bayi berdasarkan niali APGAR Tabel 2.3 Penilaian Keadaan Umum Bayi berdasarkan Nilai APGAR 0 1 2 Appearance (Warna Kulit) Pucat Badan merah ekstermitas biru Seluruh tubuh kemerah - merahan Pulse Rate (Frekuensi Nadi) Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100 Grimace (Reaksi Rangsang) Tidak ada Sedikit gerakan mimik (grimace) Batuk/bersin Activity (Tonus otot) Tidak ada Ekstermitas dalam sedikit fleksi Gerakan aktif Respiration (Pernafasan) Tidak ada Lemah/tidak teratur Baik/menangis Setiap variabel diberi nilai 0, 1, atau 2 sehingga nilai tertinggi adalah 10. Nilai 7 – 10 pada menit pertama menunjukkan bahwa bayi berada dalam kondisi baik. Nilai 4 – 6 menunjukkan adanya depresi sedang dan membutuhkan beberapa jenis tindakan resusitasi. Bayi dengan nilai 0 – 3 menunjukkan depresi serius dan membutuhkan resusitasi segera dan mungkin memerlukan ventilasi (Menurut Jenny,2010;h.158) Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 46 5. Perawatan bayi baru lahir Pertolongan pada saat bayi lahir a. Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dengan handuk diatas perut ibu b. Dengan kain yang bersih dan kering atau kassa, bersihkan darah atau lendir dari wajah bayi agar jalan udara tidak terhalang. Periksa ulang pernafasan bayi, sebagian besar bayi akan menangis atau bernafas secara spontan dalam 30 detik setelah lahir. c. Perawatan mata Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata akibat klamidia (penyakit menular seksual). Obat perlu diberikan pada jam pertama setelah persalinan. d. Pemeriksaan fisik 1) Kepala : pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura menutup/melebar, adanya caput succadenium, cepal hematoma dan sebagainya 2) Mata : pemeriksaan terhadap perdarahan, subkonjungtiva, tanda – tanda infeksi (pus) 3) Hidung dan mulut : pemeriksaan terhadap labio skisis, labiopalatoskisis, dan reflek hisap 4) Telinga : pemeriksaan pada daun telinga / bentuk telinga apakah ada kelainan atau tidak 5) Leher : pemeriksaan terhadap hematom sternocleidomastoideus, ductus thyroglossialis, hygroma colli 6) Dada : pemeriksaan terhadap bentuk, pembesaran buah dada, pernafasan, retraksi dinding dada, merintih, pernafasan cuping hidung, serta bunyi paru-paru. 7) Jantung : frekuensi bunyi jantung, kelainan bunyi jantung 8) Abdomen : pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran hati, limpa, tumor. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 47 9) Tali pusat : pemeriksaaan terhadap perdarahan, jumlah darah pada tali pusat, warna, dan besar tali pusat 10) Alat kelamin : pemeriksaan terhadap testis apakah berada dalam skrotum, penis berlubang pada ujung (pada bayi laki-laki), vagina berlubang, apakah labia mayora menutupi labia minora (pada bayi perempuan) 11) Lain – lain : mekonium harus keluar dalam 24 jam sesudah lahir, bila tidak, harus dicurigai atresia ani atau obstruksi usus. 6. Identifikasi bayi Untuk memudahkan identifikasi, alat pengenal bayi perlu dipasang segera pasca persalinan. Alat yang digunakan untuk identifikasi bayi baru lahir biasanya gelang, dalam gelang yaang dikenakan bayi baru lahir tercantum setidaknya nama (bayi atau ibunya), tanggal lahir nomor bayi, jenis kelamin, unit. 7. Perawatan lain a. Perawatan tali pusat b. Sebelum pulang berikan konseling tanda bahaya pada orangtua serta cara merawat bayi (Menurut Jenny,2013;h.159-161) 8. Masalah Pada Bayi Baru Lahir a. Asfiksia Saat dilahirkan bayi biasanya aktif dan segera sesudah tali pusat dijepit bayi menangis yang merangsang pernafasan. Denyut jantung akan mrenjadi stabil pada frekuensi 120 sampai 140 kali per menit dan sianosis sentral menghilang dengan cepat. Akan tetapi beberapa bayi mengalami depresi saat dilahirkan dengan menunjukan gejala tonus otot yang menurun dan mengalami kesulitan mempertahankan pernafasan yang wajar. Bayi – bayi ini dapat mengalami apnu atau menunjukkan upaya pernafasan yang tidak cukup untuk kebutuhan fentilasi paru – paru. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan Co 2 dan asidosis (Sarwono,2009;h.347) Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 48 b. Hipotermi Bayi lahir dengan tubuh basah oleh air ketuban. Aliran udara melalui jendel atau pirtu yang terbuka cepat akan mempercepat terjadinya penguapan dan bayi lebih cepat kehilangan panas tubuh. Akibatnya akan timbul sangan dingin yang merupakan gejala awal Hipotermia (Sarwono,2009;h.373). c. Bayi Berat Lahir Rendah Bayi berat badan lahir rendah adalah (BBLR) ialah bayi baru lahir dengan berat badan saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram) d. Infeksi Infeksi pada bayi baru lahir lebih sering ditemukan pada BBLR, infeksi lebih sering di temukan pada bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir di luar rumah sakit. Bayi baru lahir mendapat kekebalan transplasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya. e. Tetanus Neonatorum Penyakit Tetanus Neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang dari 1 bulan) yang disebabkan oleh Clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistem saraf pusat (Sarwono.2009;376-388) f. Kejang Kejang pada bayi baru lahir sering dikenali karena bentuknya berbeda dengan kejang pada anak atau orang dewasa. Hal ini disebabkan karena ketidakmatangan organisasi konteks pada bayi baru lahir (Sarwono.2009;h.391) g. Cedera Lahir Cedera lahir adalah kelainan pada bayi baru lahir yang terjadi karena trauma lahir akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan fisiologik persalinan (Sarwono.2009;h.399). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 49 E. KELUARGA BERENCANA 1. Definisi Menurut Jan M. Kriebs (2007) keluarga berencana adalah upaya untuk mengatur dan mengendalikan jumlah anak yang di kandung atau lahir. Kontrasepsi mengacu pada pencegahan kehamilan temporer yang dicapai lewat penggunaan spesifik atau metode pengendalian kehamilan. Menurut Purwaningsih (2010;h.75) Keluarga berencana adalah upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak. Sedangkan pengertian Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan, upaya ini dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen, penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variable yang mempengaruhi fertilita. 2. Jenis KB a. Metode Amenore Laktasi (MAL) Merupakan kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan ataupun minuman apapun lainnya. b. Kondom Merupakan selubung/sarung karet sebagai salah satu metode kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan dan atau penularan penyakit kelamin pada saat bersenggama. c. Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) Alat Kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit kedua saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari bahan plastik polietilena,ada yang dililit oleh tembaga dan ada yang tidak d. Tubektomi (Metode Operasi Wanita/MOW) Metode kontrasepsi mantap yang bersifat sukarela bagi seorang wanita bila tidak ingin hamil lagi dengan cara mengoklusi tuba falupi (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 50 e. Vasektomi (Metode Operasi Pria/MOP) Metode prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan cara mengoklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi f. Hormonal KB Hormonal dibagi menjadi 2, yaitu ; 1) Hormon Progestin adalah metode kontrasepsi dengan menggunakan progestin, yaitu bahan tiruan dari progesteron. Jenisnya seperti ; Pil, Injeksi / Suntikan, Implan 2) Hormon Kombinasi menggunakan adalah kombinasi metode hormon kontrasepsi dengan mengandung hormon esterogen dan progesteron. Jenisnya seperti ; Pil, Injeksi / Suntik g. Implan Alat kontrasepsi bawah kulit yang mengandung progestin yang dibungkus dalam kapsul silastik silikon polidimetri 3. Waktu yang tepat untuk ber-KB a. Postpartum : KB Suntik, Norplant (KB Susuk) / Implanon AKDR, Pil KB hanya progesteron, Kontap,Metode Sederhana b. Pasca – Abortus : KB Susuk atau Implanon c. Saat Menstruasi : AKDR, Kontap, Metode sederhana, KB Suntik d. Post – Koitus : KB Darurat 4. Cara Penyimpanan Alat Kontrasepsi berdasarkan jenisnya Menurut Handayani (2010;h.36-37) Cara penyimpanan alat kontrasepsi berdasarkan jenisnya berbeda – beda, berikut cara penyimpanan Alat Kontrasepsi sesuai jenisnya ; Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 51 Tabel 2.4 Cara penyimpanan alat kontrasepsi Jenis Kontrasepsi 1. Pil 2. Kondom 3. AKDR 4. Spermisida 5. Implant 6. Suntik KB Kondisi Penyimpanan Masa Kadaluwarsa Simpan ditempat kering, dan jauhkan dari sinar matahari langsung Simpan ditempat kering, yaitu suhu > 40°C dan jauhkan dari sinar matahari langsung, bahan kimia, dan bahan yang mudah rusak Lindungi dari kelembaban, sinar matahari langsung, suhu 15 30°C Simpan pada ruangan bersuhu 15 - 30°C, jauhkan dari temperatur tinggi Simpan ditempat kering, suhu > 30°C Simpan pada suhu 15 - 30°C posisi vials tegak lurus menghadap ke atas, jauhkan dari sinar matahari langsung 5 tahun 3 – 5 tahun 7 tahun 3 – 5 tahun 5 tahun 5 tahun 5. Penapisan Calon Akseptor KB Menurut Handayani (2010;h.37-39) Penapisan untuk calon akseptor KB berbeda – beda antara KB Hormonal, Nonhormonal, dan Kontrasepsi Mantap, berikut Penapisan yang dilakukan untuk akseptor KB ; Tabel 2.5 a. Penapisan pada metode Kontrasepsi Hormonal (pil, suntik, implant) No Pertanyaan 1 Hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih 2 Menyusui dan kurang dari 6 minggu pasca salin 3 4 Perdarahan / perdarahan bercak antara haid setelah senggama Ikterus pada kulit atau sklera mata 5 Nyeri kepala hebat atau gangguan visual 6 8 Nyeri hebat pada betis, paha, atau dada, atau tungkai bengkak (oedem) Tekanan darah diatas 160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg (diastolik) Massa atau benjolan pada payudara 9 Sedang minum obat – obatan epilepsi 7 Ya Tidak Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 52 Tabel 2.6 b. Penapisan pada metode kontrasepsi AKDR No Pertanyaan Ya 1 Hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih 2 Klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain 3 Infeksi menular seksual (IMS) 4 Penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik 5 Haid banyak (>1-2 pembalut tiap 4 jam) 6 Haid lama (>8hari) 7 Dismenorhoe berat yang membutuhkan analgetik dan /atau istirahat baring Perdarahan / perdarahan bercak antara haid atau setelah senggama Gejala penyakit jantung valvular atau kongenital 8 9 Tidak Tabel 2.7 c. Penapisan pada metode kontrasepsi Tubektomi No Keadaan Klien Fasilitas Rawat Jalan Fasilitas Rujukan 1 Keadaan umum (anamnesa dan pemeriksaan fisik KU Baik, tidak ada tanda penyakit jantung, paru, ginjal 2 3 4 5 Keadaan emosi Tekanan darah Berat badan Riwayat operasi abdomen/panggul Tenang < 160 / 100 mmHg 35 – 85 kg Bekas SC perlekatan) 6 Riwayat radang panggul, kehamilan ektopik, apendiksitis Anamnesa Pemeriksaan dalam normal DM tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, ada tanda penyakit jantung, paru atau ginjal Cemas, takut ≥ 160 / 100 mmHg >85 kg; < 35 kg Op abdomen lainnya, perlekatan atau terdapat kelainan pada px panggul Pemeriksaan dalam ada kelainan 7 (tanpa Hb ≥ 8 gr% Hb < 8 gr% Tabel 2.8 d. Penapisan pada metode kontrasepsi Vasektomi No Keadaan Klien Fasilitas Rawat Jalan Fasilitas Rujukan 1 Keadaan Umum (anamnesa dan pemeriksaan fisik) KU Baik, tidak ada tanda penyakit jantung, paru, ginjal 2 3 4 Keadaan emosi Tekanan darah Infeksi atau kelainan scrotum / inguinal Anemia Tenang < 160 / 100 mmHg Normal DM tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, ada tanda penyakit jantung, paru atau ginjal Cemas, takut ≥160 / 100 mmHg Tanda – tanda infeksi atau ada kelainan 5 Hb ≥ 8 gr % Gb < 8 gr % Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 53 F. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN VARNEY 1. Definisi Manajemen Kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sitematis. Oleh karena itu bmanajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggungjawabnya (Fitramaya,2008;h.124). 2. Teori Manajemen kebidanan Varney ; a. Tahap Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. b. Interpretasi data dasar Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.Data dasar yang telah dikumpulkan diintepretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan. c. Mengidentifikasi diagnosa masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. d. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien Mengidentifikasi perlu tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 54 e. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah – langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. f. Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. g. Mengevaluasi Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. G. LANDASAN HUKUM DAN KEWENANGAN BIDAN 1. KODE ETIK BIDAN INDONESIA (Fitramaya,2008;h.124) Bidan senantiasa berupaya memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif terhadap ibu hamil, ibu menyusui, bayi, dan balita pada khususnya, sehingga mereka tumbuh dan berkembang menjadi insan indonesia yang sehat jasmani dan rohani dengan tetap memperhatikan kebutuhan pemeliharaan kesehatan bagi keluarga dan masyarakat pada khususnya. a. Kewajiban Bidan terhadap Klien dan Masyarakat Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya. Bidan diupayakan menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan. Selain itu, bidan dituntut menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 55 tugas dan tanggungjawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat. Dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien, menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat, bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal. b. Kewajiban Bidan terhadap Tugas Dalam memberikan pelayanan, bidan senantiasa memberikan paripurna kepada klien, keluarga, dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat. Bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan/atau rujukan. Selain itu, bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien. c. Kewajiban Bidan terhadap Sejawat dan Tenaga Kesehatan Lain Setiap bidan harus menjalin hubungan yang baik dengan sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi. Dalam melaksanakan tugasnya, bidan harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lain. d. Kewajiban Bidan terhadap Profesi Bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat. Bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bidan berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 56 e. Kewajiban Bidan terhadap Diri Sendiri Setiap bidan harus memelihara kesehatan agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik. Selain itu, peran penting bidan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. LANDASAN KEWENANGAN BIDAN Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 900/Menkes/SK/VII/2002 Bab V Pasal 14 sampai Pasal 26 dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1464/Menkes/Per/X/2010 Bab III Pasal 9 sampai 19, tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan, maka dalam menjalankan praktik kebidanan mempunyai wewenang sebagai berikut : a. Pelayanan Kesehatan Ibu Pelayanan kesehatan ibu diberikan pada masa pra hamil, hamil persalinan, nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamila. Pelayanan kesehatan ibu meliputi hal-hal sebagai berikut : 1) Pelayanan konseling pada masa pra hamil 2) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal 3) Pelayanan persalinan normal 4) Pelayanan ibu nifas normal 5) Pelayanan ibu menyusui 6) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan b. Pelayanan kesehatan anak Pelayanan kesehatan anak diberikan kepada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak prasekolah. Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak, bidan berwenang dalam hal-hal berikut. 1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini, injeksi vitamin K, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 57 2) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk 3) Penanganan kegawatdaruratan dilanjutkan dengan rujukan 4) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah 5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah 6) Pemberian konseling dan penyuluhan 7) Pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian c. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga Berencana Kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana meliputi hal-hal sebagai berikut. 1) Memberi penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana 2) Memberikan kontrasepsi oral dan kondom Selain kewenangan diatas, mempunyai kewenangan bidan dalam yang dilatih menjalankan juga program pemerintah di bidang pelayanan kesehatan yang meliputi hal-hal sebagai berikut. a) Pemberian alat kontrasepsi suntik, kontrasepsi dalam rahim, dan kontrasepsi di bawah kulit b) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu yang dilakukan di bawah supervisi dokter c) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan pedoman yang ditetapkan d) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu, anak, anak usia sekolah, remaja, dan penyehatan lingkungan e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak prasekolah, dan anak sekolah f) Melakukan pelayanan kebidanan komunitas Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015 58 g) Melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menuar Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom dan penyakit lainnya h) Pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza) melalui informasi dan edukasi i) Pelayanan kesehatan lainnya yang merupakan program pemerintah (Yulifah,2013;h.57-59). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Anah Supriyatun, Kebidanan DIII UMP, 2015