Sanksi Pidana bagi Pelaku Korupsi

advertisement
Sanksi Pidana bagi
Pelaku Korupsi
Pasal 12 B UU No 20 Tahun 2001 :
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dianggap pemberian
suap, apabila berhubungan dengan jabatan
nya dan yang berlawanan dengan kewajiban
atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai
berikut:
Menurut Pasal 5 UU No 20 Tahun 2001 :
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan
atau pidana denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh
juta rupiah) setiap orang yang:
a. Memberi atau menjanjikan
kepada
pegawai
negeri
penyelenggara negara dengan
supaya
pegawai
negeri
penyelenggara negara tersebut
atau tidak berbuat sesuatu
jabatannya, yang bertentangan
kewajibannya atau ;
sesuatu
atau
maksud
atau
berbuat
dalam
dengan
b. Memberi sesuatu kepada pegawai negeri
atau penyelenggara negara karena atau
berhubungan dengan sesuatu yang
bertentangan
dengan
kewajiban,
dilakukan atau tidak dilakukan dalam
jabatannya.
a. Yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh
juta rupiah) atau lebih, pembuktian
bahwa gratifikasi tersebut bukan
merupakan
suap
dilakukan
oleh
penerima gratifikasi;
Pasal 6 UU No 20 Tahun 2001 :
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15
(lima belas) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh
juta rupiah) dan paling banyak Rp
750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta
rupiah) setiap orang yang:
a. Memberi atau menjanjikan sesuatu
kepada hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan perkara yang
diserahkan kepadanya untuk diadili; atau:
b. Memberi atau menjanjikan sesuatu
kepada seseorang yang menurut
ketentuan
peraturan
perundangundangan ditentukan menjadi advokat
untuk menghadiri sidang pengadilan
dengan maksud untuk mempengaruhi
nasihat atau pendapat yang akan
diberikan berhubung dengan perkara
yang diserahkan kepada pengadilan
untuk diadili.
b. Yang
nilainya
kurang
dari
Rp
10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah),
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut
suap dilakukan oleh penuntut umum.
(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyeleng
gara negara sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun,
dan pidana denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
1.
Tahukah kamu asal Korupsi atau rasuah itu berasal
dari bahasa Latin yaitu corruptio dari kata kerja
corrumpere yang bermakna busuk, rusak,
menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah
tindakan pejabat publik, baik politisi maupun
pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat
dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan
tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik
yang dikuasakan kepada mereka untuk
mendapatkan keuntungan sepihak.
2.
Selain itu di Indonesia menurut perspektif hukum,
definisi korupsi secara gamblang telah dijelaskan
dalam 13 buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999
jo. UU No. 20 Tahun 2001. Berdasarkan pasal-pasal
tersebut, korupsi dirumuskan ke dalam tiga puluh
bentuk/jenis tindak pidana korupsi.
3.
Pasal-pasal
tersebut
menerangkan
secara
terperinci mengenai perbuatan yang bisa
dikenakan pidana penjara karena korupsi.
Ketigapuluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi
tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
a. Kerugian keuangan negara,
b. Suap-menyuap,
c. Penggelapan dalam jabatan,
d. Pemerasan,
e. Perbuatan curang,
f. Benturan kepentingan dalam pengadaan,
g. Gratifikasi.
4.
5.
Selain bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang
sudah dijelaskan di atas, masih ada tindak pidana
lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi
yang tertuang pada UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU
No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
Jenis tindak pidana lain yang berkaitan dengan
tindak pidana korupsi itu adalah:
a. Merintangi proses pemeriksaan perkara
korupsi;
b. Tidak memberi keterangan atau memberi
keterangan yang tidak benar;
c. Bank yang tidak memberikan keterangan
rekening tersangka;
d. Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan
atau memberi keterangan palsu;
e. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak
memberikan keterangan atau memberi
keterangan palsu;
f. Saksi yang membuka identitas pelapor.
6.
Sejumlah peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan KPK antara lain:
a. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang
Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana
b. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 Tentang
Penyelenggaraan Negera yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
c. Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
d. Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2000
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta
Masyarakat dan Pemberian Penghargaan
Dalam Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
e. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas UU Nomor 31 tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
f. Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
g. Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 Tindak
Pidana Pencucian Uang
h. Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2005
tentang
Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia KPK
Undang-Undang No. 46 Tahun 2009 tentang
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
i. Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2012
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
No. 63 Tahun 2005 Tentang Sistem Manajemen
Sumber Daya Manusia KPK
j. Undang-Undang No. 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian
7.
Sejumlah peraturan Komisi Pemberantasan
Korupsi antara lain :
a. Organisasi
Dan Tata
Kerja
Komisi
Pemberantasan Korupsi
b. Pedoman Pelaporan Dan Penetapan Status
Gratifikasi
8.
Mari cegah bahaya laten korupsi dengan katakan
“TIDAK” pada korupsi :
a. Terbuka yang artinya setiap penggunaan yang
bersumber dari keuangan negara harus dapat
dipertanggungjawabkan,
terbuka
juga
memiliki arti iktikad baik dari seseorang dalam
penggunaan anggaran yang digunakan
sebagaimana peruntukannya.
b. Iman, sebagaimana yang kita ketahui bahwa
Indonesia berlandaskan Pancasila dengan
berketuhanan Yang Maha Esa, sehingga setiap
insan
Indonesia
seyogyanya
mampu
membentengi diri dari perbuatan tercela
seperti korupsi dengan iman yang mantap.
c. Disiplin adalah sebuah keyakinan akan yang
seharusnya, bukan tentang membenarkan
yang
biasa
namun
disiplin
adalah
membiasakan yang benar, berkomitmen
dengan apa yang sudah disepakati dan
bersungguh-sungguh dalam menjalaninya.
d. Amanah adalah sifat yang dapat dipercaya, hal
ini menjadi sangat penting karana memiliki
jabatan yang di pegangnya, sifat amanah ini
dapat menjadi pandu bagi seseorang untuk
tetap menjaga kepercayaan negara dan rakyat
terhadap apa yang ia kerjakan.
e. Kerjasama, sikap ini muncul bukan dalam satu
malam memang, namun sederhananya orang
yang lebih mementingkan kepentingan umum
diatas kepentingan pribadi atau golongannya
adalah contoh terbaik. Karena dengan
kerjasama segala persoalan terasa lebih ringan
dan dapat di selesaikan secara efektif dan
efisien.
9.
Selain hal diatas tahukah kamu lembaga apa saja
yang bergerak dalam bidang pencegahan dan
pemberantasan korupsi ?
a. KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dengan
lahirnya UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi maka Kepolisian dan
Kejaksaan mempunyai partner baru dalam
memberantas tindak pidana korupsi, dan
seiring berjalannya waktu KPK
menjadi
lembaga yang dipercaya masyarakat dalam
memberantas korupsi.
b. Indonesia Corruption Watch (ICW) salah satu
NGO atau Organisasi Non Pemerintah yang
aktif melakukan studi terhadap tindak pidana
korupsi dan namanya sudah dikenal secara
nasional
sebagai
indikator
semaikin
tanggapnya masyarakat terhadap isu korupsi
c. Transparency International Indonesia (TII)
merupakan salah satu chapter Transparency
International, sebuah jaringan global NGO
antikorupsi
yang
mempromosikan
transparansi dan akuntabilitas kepada
lembaga-lembaga negara, partai politik, bisnis,
dan masyarakat sipil. Bersama lebih dari 90
chapter lainnya, TII berjuang membangun
dunia yang bersih dari praktik dan dampak
korupsi di seluruh dunia.
Download