BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Manajemen Keuangan
2.1.1
Pengertian Manajemen Keuangan
Dalam melaksanakan manajemen keuangan perlu dipahami tentang
teori keuangan. Teori keuangan mencoba menjelaskan alasan pengambilan
keputusan di bidang keuangan. Teori keuangan juga menjelaskan mengapa
suatu fenomena di bidang keuangan terjadi dan mengapa keputusan keuangan
tertentu perlu diambil dalam menghadapi persoalan keuangan tertentu.
Kegiatan didalam manajemen keuangan sendiri meliputi berbagai aktivitas
seperti penganggaran dana, peramalan keuangan, analisa investasi, pengadaan
dana dan kebijakan dividen.
Keown, Martin, Petty dan Scott,Jr (2008) menyatakan bahwa
manajemen keuangan berkepentingan dengan bagaimana cara menciptakan
dan menjaga nilai ekonomis atau kekayaan. Konsekuensinya, semua
pengambilan keputusan harus difokuskan pada penciptaan kekayaan.
Sedangkan pengertian manajemen keuangan menurut Brigham &
Houston (2006), manajemen keuangan memiliki arti penting di semua jenis
bisnis, termasuk perbankan dan institusi - institusi keuangan lainnya, sekaligus
juga perusahaan - perusahaan industri dan ritel.
7
8
2.1.2
Tujuan Manajemen Keuangan
Keown, Martin, Petty dan Scott,Jr (2008) menyatakan tujuan
perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan cara
memaksimalkan harga saham perusahaan. Tujuan ini tidak hanya merupakan
kepentingan bagi para pemegang saham semata, tetapi juga akan memberikan
manfaat terbaik bagi masyarakat. Ini akan terjadi ketika sumber daya - sumber
daya yang langka diarahkan ke pemanfaatan yang paling produktif dalam
menciptakan kekayaan.
Menurut Arief Sugiono (2009), tujuan perusahaan yang dilihat dari
sudut pandang manajemen pembelanjaan, yaitu "memaksimalisasikan" nilai
perusahaan bagi para pemiliknya. Untuk mencapai tujuan perusahaan seorang
manajer keuangan harus tetap berpedoman pada keseimbangan antara
likuiditas dan rentabilitas dari perusahaan tersebut. Kedua faktor tersebut
bergerak secara berlawanan. Jika perusahaan terlalu menekankan likuiditas,
rentabilitas dapat berkurang dan begitu pula sebaliknya.
Husnan (2005) menyatakan bahwa untuk mengambil keputusan keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan
yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan
membantu mencapai tujuan tersebut. Secara normatif, tujuan keputusan
keuangan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan.
9
2.1.3 Fungsi Manajemen Keuangan
Martono dan Harjito (2005) menyatakan bahwa manajemen keuangan
(financial management) atau literatur lain disebut pembelanjaan adalah segala
aktifitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana,
menggunakan dana, dan mengelola aset sesuai perusahaan secara menyeluruh.
Dengan kata lain, manajemen keuangan merupakan manajemen (pengelolaan)
mengenai bagaimana memperoleh aset, mendanai aset dan mengelola aset
untuk mencapai tujuan perusahaan.
Dari definisi tersebut ada tiga fungsi utama dalam manajemen
keuangan, yaitu :
a. Keputusan Investasi (Invesment Decision)
Investasi
dapat diartikan
sebagai penanaman
modal perusahaan.
Penanaman modal dapat dilakukan pada aktiva riil ataupun aktiva
finansial. Aktiva - aktiva yang dimiliki perusahaan akan digunakan dalam
operasinya untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemampuan perusahaan
mengelola aktiva tersebut sangat menentukan kemampuan perusahaan
memperoleh laba yang diinginkan. Keputusan investasi ini merupakan
keputusan yang paling penting diantara keputusan yang lainnya. Hal ini
karena keputusan investasi ini berpengaruh secara langsung terhadap
besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu waktu yang akan datang.
10
Rentabilitas Investasi (Return on Invesment) merupakan kemampuan
perusahaan memperoleh laba yang dihasilkan dari suatu investasi.
b. Keputusan Pendanaan (Financing Decision)
Keputusan pendanaan menyangkut dalam beberapa hal. Pertama,
keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk
membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai
investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka
panjang dan modal sendiri. Kedua, penetapan tentang perimbangan
pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal optimum.
Struktur modal optimum merupakan perimbangan hutang jangka panjang
dan modal sendiri dengan biaya modal rata - rata minimal. Oleh karena itu,
perlu ditetapkan apakah perusahaan menggunakan sumber modal ekstern
yang berasal dari hutang dengan menerbitkan obligasi atau menggunakan
saham sendiri dengan menerbitkan saham baru sehingga beban biaya
modal yang ditanggung perusahaan minimal.
c. Keputusan Pengelolaan Aset (Asset Management Decision)
Manajer keuangan bersama manajer lain dalam perusahaan bertanggung
jawab terhadap tindakan operasi dari aset - aset yang ada. Pengalokasian
dana yang digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan aset menjadi
tanggung jawab manajer keuangan. Tanggung jawab tersebut menuntut
manajer keuangan lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar daripada
11
aktiva tetap. Manajer keuangan yang konservatif akan mengalokasikan
dananya sesuai dengan jangka waktu aset yang didanai.
2.2
Pasar Modal
2.2.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar
modal
merupakan
salah
satu
tonggak
penting
dalam
perekonomian dunia saat ini. Secara faktual, pasar modal telah menjadi
financial nerve – centre (saraf finansial) dunia ekonomi modern. Bahkan,
perekonomian modern tidak akan mungkin eksis tanpa adanya pasar modal
yang terorganisir dengan baik. Banyak industri dan perusahaan yang
menggunakan institusi pasar modal sebagai media untuk menyerap investasi
dan media untuk memperkuat posisi keuangannya.
Menurut Tandelilin (2010:26) dalam bukunya mengatakan, ”Pasar
modal adalah tempat pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana
dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan
sekuritas”. Dengan demikian, pasar modal juga dapat diartikan sebagai pasar
untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari
satu tahun, seperti saham dan obligasi.
Sedangkan didalam Undang - Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995,
pengertian pasar modal dijelaskan lebih spesifik “Sebagai kegiatan yang
bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, perusahaan
12
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek”.
Suad Husnan (2005:3) mendefinisikan pasar modal sebagai berikut:
“Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai
instrument
keuangan
(atau
sekuritas)
jangka
panjang
yang
bisa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang
diterbitkan pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta”.
Sedangkan secara umum pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang
terorganisasi, termasuk didalamnya bank - bank komersial dan semua lembaga
keuangan, serta keseluruhan surat - surat berharga yang beredar.
Banyak orang yang menganggap pasar modal dan bursa efek sebagai
sesuatu yang sama padahal memiliki pengertian yang berbeda. Bursa Efek
menurut UUPM No. 8 tahun 1995 Bab 1 pasal 1 didefinisikan sebagai berikut
: “Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem
dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek antara
satu pihak lain dengan tujuan untuk memperdagangkan efek”. Sedangkan efek
itu sendiri didefinisikan oleh UUPM No. 8 tahun 1995 Bab 1 pasal 1 sebagai
berikut :” Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat
berharga komersil, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan
investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek”.
13
2.2.2 Manfaat Pasar Modal
Pasar modal menawarkan beberapa manfaat bagi pemerintah, dunia
usaha, dan investor. Menurut (Katoppo:2004), pasar modal memiliki sepuluh
manfaat, yaitu :
1. Memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memiliki perusahaan
yang sehat dan memiliki prospek yang baik.
2. Memberikan alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan
dengan risiko yang dapat diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas,
dan diversifikasi investasi.
3. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses
kontrol sosial.
4. Menegaskan pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan dan
mendorong pemanfaatan manajemen professional.
5. Manajemen
professional
menghilangkan
insentif
mempertahankan
mayoritas kepemilikan.
6. Menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi dunia usaha,
sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana yang optimal.
7. Menyediakan leading indikator bagi trend ekonomi negara.
8. Menyebarkan kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat
menengah.
9. Penyebaran
kepemilikan, keterbukaan, dan
menciptakan iklim usaha yang sehat.
profesionalisme
serta
14
10. Menciptakan lapangan pekerjaan dan profesi yang menarik.
2.3
Investasi
2.3.1
Pengertian Investasi
Investasi merupakan penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik
melalui sarana yang menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang
lebih berorientasi ke risiko, yang dirancang untuk mendapatkan perolehan
modal (Downes & Goodman dalam Warsono, 2002). Reilly et al. (2003)
menyatakan “Investment is the current commitment of dollars for a periode of
time in order to derive future payment that will compensate that investor”.
Dapat disimpulkan bahwa investasi adalah komitmen penggunaan
uang untuk objek tertentu dengan tujuan bahwa nilai objek tersebut selama
jangka waktu investasi akan meningkat, paling tidak bertahan dan selama
jangka waktu itu pula memberikan hasil pada investor.
Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu pertama investasi
pada aset - aset finansial (financial asset) yang dilakukan di pasar uang,
misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar
uang dan lainnya. Investasi dapat juga dilakukan di pasar modal, misalnya
berupa saham, obligasi, warrant, opsi, dan lain - lain. Kedua investasi pada
aset - aset riil (real assets) yang berupa pembelian aset produktif, pendirian
pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya.
15
2.3.2
Tujuan Investasi
Pada
dasarnya,
investor
berinvestasi
dengan
tujuan
untuk
‘menghasilkan uang’. Tetapi pernyataan tersebut nampaknya terlalu sederhana
sehingga diperlukan adanya jawaban yang tepat mengenai tujuan investasi
yang lebih luas. Tujuan yang lebih luas dari investasi adalah untuk
meningkatan kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah
kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat
ini ditambah pendapatan dimasa mendatang (Tandelilin, 2010). Menurut
Tandelilin (2010), ada beberapa tujuan mengapa seseorang berinvestasi, antara
lain adalah :
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan datang
b. Mengurangi tekanan inflasi
c. Dorongan untuk menghemat pajak
Dalam berinvestasi di pasar modal khususnya, investor mempunyai
dua tujuan, yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang.
Investasi jangka pendek diharapkan akan memberikan keuntungan dari adanya
selisih harga jual dan beli yang dimilikinya (capital gain). Sedangkan
investasi jangka panjang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari
dividen harga jual dan beli (capital gain).
2.3.3
Proses Investasi
Investasi memerlukan proses - tidak bisa dicapai serta merta begitu
saja - oleh karena itu investor perlu menghindari jalan pintas untuk
16
memperoleh keuntungan besar dalam jangka waktu singkat. Untuk bisa
melakukan proses investasi dengan baik, investor memerlukan ilmu, kesabaran
serta disiplin. Untuk itu diperlukan tahapan sebagai berikut (Halim, 2005:4):
a. Menentukan Tujuan Investasi
Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahap ini, yaitu tingkat
pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), tingkat risiko
(rate of risk), dan ketersedian jumlah dana yang akan diinvestasikan.
b. Melakukan Analisis Sekuritas
Dalam hal ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau
sekelompok efek. Untuk mengidentifikasi efek yang salah harga
(mispriced), apakah harganya terlalu tinggi ataukah terlalu rendah.
c. Membentuk Portofolio
Dalam tahap ini dilakukan identifikasi terhadap efek - efek mana yang
akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada
masing - masing efek tersebut.
d. Merevisi Kinerja Portofolio
Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya,
dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan terhadap portofolio
yang dimiliki. Portofolio yang tidak lagi optimal atau tidak sesuai dengan
preferensi risiko pemodal, maka dapat dilakukan perubahan terhadap
sekuritas – sekuritas yang membentuk portofolio tersebut.
17
e. Evaluasi Kinerja Portofolio
Dalam tahap ini pemodal melakukan penilain terhadap kinerja portofolio
baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh atau risiko yang
ditanggung. Tidak benar kalau suatu portofolio yang memberikan
keuntungan yang lebih tinggi pasti lebih baik dari portofolio lain.
2.4
Indeks Harga Saham
2.4.1 Pengertian Indeks Harga Saham
Indeks harga saham merupakan suatu indikator yang menunjukkan
pergerakkan harga saham. Pergerakkan indeks menjadi indikator penting bagi
para investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau
membeli suatu atau beberapa saham.
Dengan adanya indeks, investor dapat mengetahui trend pergerakkan
harga saham pada waktu setempat, apakah harga saham tersebut sedang naik,
stabil atau turun. Mengingat transaksi investasi saham terjadi pada setiap
saham dengan variasi permasalahan yang rumit dan berbeda – beda,
pergerakkan harga saham memerlukan identifikasi dan penyajian yang bersifat
spesifik.
Indeks harga saham merupakan suatu nilai yang digunakan untuk
mengukur kinerja saham yang tercatat di suatu bursa efek. Menurut Sunariyah
(2006), indeks harga saham merupakan catatan terhadap suatu perubahan-
18
perubahan maupun pergerakan harga saham sejak mulai pertama kali beredar
sampai pada suatu saat tertentu.
Menurut Supranto (2004:113), “Angka indeks adalah angka yang
dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk membandingkan
kegiatan atau peristiwa yang sejenis dalam waktu berbeda”.
2.4.2
Jenis - Jenis Indeks Harga Saham
Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham, yaitu:
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
IHSG diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, yang
digunakan sebagai indikator untuk memantau pergerakan harga saham.
Indeks ini mencakup semua saham biasa maupun saham preferen di Bursa
Efek Indonesia. Jadi dapat dikatakan bahwa indeks harga saham pada
bursa di suatu negara dijadikan barometer kondisi perekonomian negara
tersebut. Dari Indeks Harga Saham Gabungan akan dapat diketahui secara
umum keadaan pasar, sebab IHSG merupakan ringkasan dari dampak
simultan dan kompleks atas berbagai macam faktor yang berpengaruh
terutama fenomena ekonomi yang ada.
2. Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS)
Indeks harga saham sektoral adalah indikator yang menggambarkan harga
saham perusahaan-perusahaan yang diklasifikasikan ke dalam sektor
tertentu. Menurut Sunariyah (2004:142), IHSS adalah indeks harga yang
menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan
19
harga saham kelompok atau sektor pada periode tertentu. Semua saham
yang tercatat di BEI diklasifikasikan kedalam sembilan sektor menurut
klasifikasi industri yang telah ditetapkan BEI, yang diberi nama JASICA
(Jakarta Stock Exchange Industrial Classification).
3. Indeks LQ 45
Indeks ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (LiQuid) tinggi, yang
diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas
likuiditas, seleksi atas saham-saham tersebut mempertimbangkan
kapitalisasi pasar.
4. Jakarta Islamic Index (JII)
Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 jenis saham yang dipilih dari sahamsaham yang sesuai dengan Syariah Islam. Penentuan kriteria pemilihan
saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan pihak Dewan Pengawas
Syariah PT. Danareksa Investment Management.
5. Indeks Kompas100
Indeks yang terdiri dari 100 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih
berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan
kriteria – kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham
dilakukan setiap 6 bulan.
6. Indeks BISNIS-27
Kerjasama antara Bursa Efek Indonesia dengan harian Bisnis Indonesia
meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks BISNIS-27.
20
Indeks yang terdiri dari 27 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih
berdasarkan kriteria fundamental, teknikal atau likuiditas transaksi dan
akuntabilitas serta tata kelola perusahaan.
7. Indeks PEFINDO25
Kerjasama antara Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO
meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks PEFINDO25.
Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi bagi
pemodal khususnya untuk saham – saham emiten kecil dan menengah
(Small Medium Enterprises / SME). Indeks ini terdiri dari 25 saham
Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria –
kriteria seperti : total aset, tingkat pengembalian modal (Return on Equity
/ ROE) dan opini akuntan publik. Selain kriteria tersebut di atas,
diperhatikan juga faktor likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki
publik.
8. Indeks SRI-KEHATI
Indeks ini dibentuk atas kerjasama antara Bursa Efek Indonesia dengan
Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). SRI adalah
kependekkan dari Sustainble Responsible Invesment. Indeks ini
diharapkan memberikan tambahan informasi kepada investor yang ingin
berinvestasi pada emiten – emiten yang memiliki kinerja sangat baik
dalam mendorong usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap
lingkungan dan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik. Indeks ini
21
terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan
mempertimbangkan kriteria – kriteria seperti : total aset, price earning
ratio (PER), dan free float.
9. Indeks Papan Utama
Menggunakan saham – saham Peusahaan Tercatat yang masuk dalam
papan utama.
10. Indeks Papan Pengembangan
Menggunakan saham – saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam
papan pengembangan.
11. Indeks Individual
Indeks harga saham masing – masing Perusahaan Tercatat.
2.5
Sekuritas
2.5.1 Pengertian Sekuritas
Menurut Suad Husnan (2005), yang dimaksud sekuritas ialah
“Sekuritas adalah secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal yakni pihak
yang memiliki kertas tersebut untuk memperoleh bagian dari prospek atau
kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut”.
Sekuritas adalah istilah resmi untuk efek pada UU No. 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal, sedangkan menurut Keppres No.53/1990 menyatakan
“pengertian efek adalah setiap surat pengakuan hutang, surat berharga
komersil, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, setiap rights,
22
warrans, opsi, atau setiap derivatif dari efek atau setiap instrument yang
ditetapkan sebagai efek”.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sekuritas / efek
merupakan surat berharga dalam bentuk secarik kertas yang memberikan hak
bagi pemegangnya untuk memperolah penghasilan ataupun keuntungan dari
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.
2.5.2 Jenis - Jenis Sekuritas
Menurut Samsul (2009) bentuk instrument dipasar modal disebut efek,
yaitu surat berharga yang berupa saham, obligasi, bukti right, bukti waran dan
produk turunan atau biasa disebut derivatif. Dalam UU No.8 tahun 1995
tentang Pasar Modal menyatakan jenis - jenis sekuritas yang diperjualbelikan
antara lain adalah:
a. Saham
Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset - aset perusahaan
yang menerbitkan saham. Saham terbagi menjadi dua macam, yaitu saham
biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Saham biasa
menurut Tandelilin (2010:18) adalah sekuritas yang menunjukkan bahwa
pemegang saham biasa tersebut memiliki hak atas aset - aset perusahaan.
Sedangkan saham preferen menurut Tandelilin (2010:18) adalah saham
yang mempunyai karakteristik gabungan dari obligasi maupun saham
biasa, karena saham preferen memberikan pendapatan yang tetap seperti
halnya obligasi, dan juga memiliki hak kepemilikan seperti pada saham
23
biasa. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang cukup populer
diperjualbelikan di pasar modal (Tandelilin, 2010:18).
b. Obligasi
Obligasi adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka panjang
kepada masyarakat, yaitu diatas 3 tahun. Pihak yang membeli obligasi
disebut pemegang obligasi (bondholder) dan pemegang obligasi akan
menerima kupon sebagai pendapatan obligasi yang dibayarkan setiap 3
bulan atau 6 bulan sekali. Pada saat pelunasan obligasi oleh perusahaan,
pemegang obligasi akan menerima kupon dan pokok obligasi.
c. Derivatif dari efek :
1. Warrant
Warrant adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu
dalam jangka waktu tertentu. Mirip dengan Right, bedanya warrant
tidak saja dapat diberikan kepada pemegang saham lama, tetapi juga
sering diberikan kepada pemegang obligasi sebagai pemanis
(sweetener) pada saat perusahaan menerbitkan obligasi. Pemegang
warrant tidak akan menderita kerugian apapun seandainya warrant itu
tidak dilaksanakan. Pada saat harga pasar melebihi strike price
warrant, maka warrant sudah saatnya untuk ditukarkan dengan saham.
Namun pemegang warrant masih dapat menunggu sampai harga saham
mencapai tingkat tertinggi sepanjang waktu berlakunya belum
kadaluarsa.
24
2. Obligasi Konvertibel
Yaitu obligasi yang memiliki jangka waktu tertentu, selama masa
tertentu pula dengan perbandingan dan/atau harga tertentu, dapat
ditukarkan menjadi saham dari perusahaan emiten.
3. Right / Klaim
Right adalah hak yang melekat pada saham yang memungkinkan para
pemegang saham untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan
oleh perusahaan sebelum saham - saham tersebut ditawarkan kepada
pihak lain.
4. Saham Bonus
Saham yang dibagikan dengan tujuan memperkecil harga saham yang
bersangkutan, dengan menyebabkan dilusi karena pertambahan saham
baru tanpa memasukkan uang baru dalam perusahaan tersebut.
5. Saham Dividen
Saham yang dibagikan sebagai pengganti dividen tunai.
6. Sertifikat /ADR/CDR
American Depository Receipts (ADR) atau Continental Depository
Receipts (CDR) adalah suatu resi (tanda terima) yang memberikan
bahwa saham perusahaan asing, disimpan sebagai sebagai titipan atau
berada dibawah pengawasan suatu bank Amerika, yang dipergunakan
untuk mempermudah transaksi dan mempercepat pengalihan penerima
manfaat dari suatu efek asing di Amerika.
25
7. Sertifikat Dana
Sertifikat dana adalah efek yang diterbitkan oleh PT. Danareksa.
2.6
Konsep Return dan Risiko Investasi
2.6.1 Return Investasi
Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return,
tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapi. Return
merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan
merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko investasi
yang dilakukan.
Ekspektasi
dari
para
investor
terhadap
investasinya
adalah
memperoleh return (tingkat pengembalian) sebesar - besarnya dengan risiko
tertentu. Return tersebut dapat berupa capital gain atau dividen untuk investasi
pada saham dan pendapatan bunga pada untuk investasi pada surat hutang.
Tingkat pengembalian hasil yang diharapkan (expected return) tiap
saham individual merupakan persentase rata - rata realized return saham i
dibagi dengan jumlah realized return saham i. Pernyataan tersebut dapat
dinyatakan secara sistematis dengan persamaan 2.1 berikut ini :
( ) =
∑
Dimana :
E(Ri)
= Expected return dari saham i
(2.1)
26
Ri
= Return realized saham i
n
= Jumlah realized return saham i
Menurut Brigham et al. (2006) pengertian dari return adalah “measure
the financial performance of an investment”. Menurut Jones (2000:124), “
return is yield and capital gain (loss)”.
Sedangkan James Van Horne (2005) mengemukakan pengertian return
sebagai berikut “The return on investment is measured the benefit associated
with ownership include the cash dividend paid during the year together with
any appreciation in the market price of the capital gain, realized at the end of
the year”.
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan diatas, dapat diambil
kesimpulan return saham adalah keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan
saham investor atas investasi yang dilakukannya, yang terdiri dari dividen dan
capital gain/loss.
Pernyataan diatas dapat digambarkan seperti persamaan 2.2 dibawah
ini :
=
(
)+
Dimana :
Capital gain
= selisih untung (rugi) harga beli dan harga jual.
(2.2)
27
Yield
= persentase penerimaan kas periodik terhadap
harga investasi periode tertentu.
Sedangkan return total dari saham dapat digambarkan seperti
persamaan 2.3 berikut ini :
=
(2.3)
Dimana :
Ri
= return saham
Pt
= harga saham pada saat periode t
Pt-1
= harga saham pada periode lalu
Return sebagai hasil dari investasi dapat berupa return realisasi
(realized return) maupun return yang diharapkan (expected return). Realized
return merupakan return yang telah terjadi, dihitung berdasarkan data historis.
Return ini penting karena digunakan sebagai pengukur kinerja suatu
perusahaan. Pengukuran realized return dapat dilakukan dengan menggunakan
return total, return relatif, return kumulatif, atau return yang disesuaikan.
Sedangkan return ekspektasi dihitung berdasarkan rata - rata yang berasal dari
suatu distribusi return, merupakan pengukuran rata - rata atau central tendency
dari suatu distribusi return (Elton & Gruber, 1995).
28
2.6.2
Risiko Investasi
Dalam berinvestasi selain akan mendapatkan keuntungan pasti juga
menanggung suatu risiko atas investasi yang dipilihnya. Jika hanya
menghitung return saja dalam berinvestasi tidaklah cukup. Risiko dari
investasi juga perlu diperhitungkan. Return dan risiko merupakan dua hal yang
tidak terpisah, karena pertimbangan suatu investasi merupakan trade – off dari
kedua faktor ini. Beberapa ahli mendefinisikan risiko investasi tersebut
berbeda -beda, antara lain sebagai berikut :
James Van Horne (2005) mengemukakan pengertian risiko sebagai
berikut “Risk can be thought of as the possibility that actual return from
holding security will deviate from the expected return”.
Sedangkan Gitman (2008) mendefinisikan risiko sebagai berikut “Risk
is the change of financial loss or more formally the variability of return
associated with a given assets”.
Bodie, Kane dan Marcus (2008) menyebutkan bahwa risiko dapat
diartikan sebagai besarnya penyimpangan yang mungkin terjadi dari return
yang diharapkan.
Untuk dapat bisa menghitung risiko saham individual dapat dituliskan
pada persamaan 2.4 dan 2.5 berikut ini:
= ∑
(
)²
(2.4)
29
=
(2.5)
Dimana :
Ri
= Return saham
= Return rata – rata saham i
n
= Jumlah observasi
= Varian saham i
= Standar deviasi saham i
Risiko bisa diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan
antara return actual dan return yang diharapkan (Tandelilin, 2010). Pada teori
investasi modern terdapat dua jenis risiko investasi pada setiap surat berharga,
yaitu risiko yang dapat dihilangkan atau diperkecil dengan melakukan
diversifikasi, yaitu risiko yang tidak sistematis (unsystematic risk) yang sering
disebut juga unique risk atau diversifiable risk dan risiko yang tidak dapat
dihilangkan melalui diversifikasi, yaitu risiko yang sistematis (systematic risk)
atau sering disebut market risk.
Pengertian risiko sistematis menurut James dan Ross (2000:299),
dalam Tandelilin (2010), “A systematic risk is any risk that effect that a large
number of assets, each to greater or lesser degree”.
Risiko sistematis adalah risiko yang terjadi karena faktor perubahan
harga pasar secara keseluruhan, seperti karena perubahan tingkat suku bunga
30
yang
menyebabkan
meningkatnya
tingkat
hasil
pengembalian
yang
diisyaratkan atas surat berharga secara keseluruhan, inflasi, resesi ekonomi,
perubahan kebijakan ekonomi, dan perubahan pengharapan investor terhadap
perkembangan ekonomi.
Sedangkan risiko tidak sistematis atau risiko yang unik adalah risiko
yang terjadi karena karakteristik perusahaan atau institusi keuangan yang
mengeluarkan surat berharga. Karakteristik ini berbeda satu sama lain,
misalnya dalam hal kemampuan manajemen, kebijakan investasi, kondisi dan
lingkungan kerja. Perbedaan keunikan tersebut yang menyebabkan masing masing surat berharga memiliki kepekaan yang berbeda terhadap setiap
perubahan pasar.
Untuk mengukur tingkat risiko ini dari instrument investasi terdapat
beberapa variabel investasi yang menunjukkan kedua risiko tersebut,
diantaranya sebagai berikut:
1. Beta
Beta adalah ukuran untuk membandingkan volatilitas instrument investasi
dengan tingkat perubahan return instrument investasi di saat terjadi
perubahan di pasar (Bodie, Kane & Markus 2008, p281). Beta juga dapat
disebut sebagai ukuran risiko sistematis dari suatu instrument investasi.
Jika tingkat beta lebih tinggi dari satu, hal ini berarti bahwa instrument
tersebut lebih volatile dibandingkan pasar; jika beta lebih rendah dari satu
maka instrument akan lebih rendah volatilitasnya jika dibandingkan pasar.
31
Beta didapat dari hasil regresi persamaan SML maupun Single Index
Model.
2. Alpha
Alpha dirancang untuk memperbaiki tingkat pengukuran beta. Alpha
melihat hubungan antara historikal beta dan kinerja instrument investasi
saat ini, atau perbedaan antara return abnormal dari suatu instrumen
investasi yang lebih besar daripada yang diprediksikan oleh model
equilibrium seperti CAPM atau APT (Bodie, Kane & Markus 2008, p248).
3. Standar Deviasi
Manakala beta melihat perbandingan return instrument investasi dengan
return yang diharapkan, standar deviasi mengukur seberapa jauh
perbedaan antara return instrument dengan return yang diharapkan.
Standar deviasi juga menunjukkan seberapa jauh risiko instrument
investasi terhadap pasar. Standar deviasi harus dibandingkan dengan
standar deviasi instrument investasi lainnya.
2.7
Teori Portofolio
2.7.1 Pengertian Portofolio
Teori portofolio berkaitan dengan estimasi investor terhadap
ekspektasi risiko dan return, yang diukur secara statistik untuk membuat
portofolio investasinya. Markowitz menjabarkan cara mengkombinasikan aset
ke dalam diversifikasi portofolio yang efisien. Dalam portofolio ini, risiko
32
dapat dikurangi dengan menambah jumlah jenis aset ke dalam portofolio dan
tingkat return ekspektasi dapat naik jika investasinya terdapat perbedaan
pergerakan harga dari aset - aset yang dikombinasikan tersebut.
Teori portofolio Markowitz ini disebut juga sebagai Mean - Varian
Model, yang menekankan pada usaha memaksimalkan ekspektasi return
(mean) dan meminimumkan ketidakpastian / risiko (varian) untuk memilih
dan menyusun portofolio. Markowitz mengembangkan Index Model sebagai
penyederhanaan dari Mean - Varian Model, yang berusaha untuk menjawab
berbagai masalah dalam penyusunan portofolio, yaitu terdapatnya begitu
banyak kombinasi aktiva yang dapat dipilih dan disusun menjadi portofolio.
Banyak ahli yang mendefinisikan pengertian portofolio tersebut sebagai
berikut :
Sunariyah (2006) berpendapat bahwa “Portofolio diartikan sebagai
serangkain kombinasi beberapa aktiva yang diinvestasikan dan dipegang oleh
pemodal, baik perorangan maupun lembaga”.
Pengertian portofolio menurut F. Fabozzi & Modigliani (2006) adalah
“Portfolio theory that deals with the construction of optimal portfolio by
rational risk averse investor’s and it’s implication for the return or different
assets and hence security prices”.
Bukti empiris menunjukkan bahwa semakin banyak jenis saham yang
dikumpulkan dalam keranjang portofolio, maka risiko kerugian saham yang
satu dapat dinetralisir dengan keuntungan saham lain. Teori portofolio
33
menggunakan asumsi bahwa pasar modal adalah efisien (efficient market
hypothesis). Pasar modal efisien artinya bahwa harga - harga saham
merefleksikan secara menyeluruh semua informasi yang ada di bursa (Reily &
Brown, 2003).
2.7.2
Konsep Diversifikasi
Diversifikasi merupakan strategi yang dapat dinyatakan dengan
peribahasa "Don't put all your eggs in one basket" (Jangan taruh semua
telurmu dalam satu keranjang). Diversifikasi adalah tindakan penyebaran
risiko, yaitu dengan menginvestasikan dana ke dalam berbagai instrument
investasi dengan harapan bahwa jika salah satu instrument mengalami
kerugian, maka keuntungan yang diperoleh di instrument lainnya dapat
menutupi kerugian tersebut.
Portofolio sebaiknya terdiversifikasi dalam dua tingkat: (1) antara
berbagai kategori aset dan (2) dalam setiap kategori aset. Jadi selain alokasi ke
saham, obligasi, kas / setara kas atau kategori aset lainnya, investor juga perlu
menyebarkan investasinya ke berbagai instrument dalam setiap kategori aset.
Salah satu cara untuk mendiversifikasikan investasi dalam suatu
kategori aset adalah dengan berinvestasi di berbagai emiten dan sektor
industri. Porsi saham dalam portofolio tidak akan terdiversifikasi dengan baik
jika misalnya, investasi hanya dilakukan di 4 atau 5 saham.
34
2.7.3
Risiko Portofolio
Hampir semua investor tidak suka dengan risiko dan kalau dapat
memilih mereka akan menghindari risiko investasi tersebut. Untuk
mengharapkan agar investor bersedia mengambil risiko tinggi, kepada mereka
harus ditawarkan tingkat pengembalian yang tinggi pula. Dengan kata lain,
apabila seorang investor menghendaki tingkat pengembalian yang tinggi, dia
harus berani atau bersedia mengambil risiko yang lebih tinggi. High risk high
return.
Menurut Jones (2000:10) mendefinisikan risiko sebagai berikut : “
Risk is defind as the change that actual return on an investment will be
different from the expected return”.
Menurut Reily et al. (2003) risiko dapat diartikan “Risk is the
uncertainty that an investment will earn its expected rate of return”.
Sedangkan menurut Keown et al. (2002:469) mendefinisikan, “Risk the likely
variability associated with expected revenue or income streams”.
Risiko portofolio merupakan aspek penting yang harus diperhatikan
dalam pembentukan portofolio. Hal ini dikarenakan risiko portofolio tidak
dipengaruhi oleh rata - rata tertimbang atas masing-masing risiko aset
individual dan covariance antar aset yang membentuk portofolio tersebut. Jika
jumlah aset ditambah, maka variance akan semakin kecil dan nilainya akan
menjadi nol bila jumlah aset pembentuk portofolio berjumlah tak terhingga.
35
Dalam konteks manajemen portofolio, risiko portofolio akan semakin
berkurang seiring dengan semakin banyaknya saham yang dimasukkan dalam
portofolio. Meskipun demikian, manfaat pengurangan risiko portofolio akan
mencapai titik puncaknya pada saat portofolio terdiri dari sekian jenis saham
dan setelah itu manfaat pengurangan risiko portofolio tidak terasa lagi.
Cara lain untuk mengurangi risiko portofolio adalah menyertakan
obligasi dan uang tunai karena umumnya uang tunai dapat digunakan sebagai
cadangan jangka pendek. Uang tunai dapat digunakan dalam kasus darurat dan
sekuritas pasar uang jangka pendek dapat segera dicairkan dalam kasus
munculnya kesempatan investasi, atau pada saat muncul kebutuhan uang tunai
yang mendesak dan harus melakukan sejumlah pembayaran.
2.7.4
Return Portofolio
Return portofolio merupakan pengembalian pendapatan yang diterima
dari investasi ditambah perubahan harga pasar, biasanya dinyatakan sebagai
persentase dari harga pasar investasi awal (Van Horne, 2003). Elton & Gruber
(1995:55) mendefinisikan return portofolio sebagai berikut “The return of
portfolio is simply a weighted average if the expected returns on the
individuals assets”.
Ketika investor menginvestasikan dananya, investor tersebut akan
mensyaratkan tingkat return tertentu dan jika periode investasi berlalu,
investor tersebut akan dihadapkan pada tingkat return yang sesungguhnya
diterima. Antara tingkat return ekspektasi dan tingkat return aktual yang
36
diperoleh investor dari investasi yang dilakukan mungkin saja berbeda.
Perbedaan antara return yang diharapkan dengan return yang benar - benar
terjadi merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses
kegiatan investasi.
Return portofolio saham merupakan hasil atau keuntungan yang
diperoleh investor dari setiap alternatif investasi dan dapat berasal dari :
1. Yield
Adalah return yang merupakan komponen dasar dari suatu investasi,
berupa cash flow yang diterima secara periodik dan biasanya disebut
dividen. Besarnya yield bisa positif, nol atau negatif.
2. Capital Gain atau Capital Loss
Adalah return yang diperoleh investor berasal dari perubahan harga aset aset yang dipegangnya. Apabila perubahan harga tersebut positif maka
disebut capital gain, sedangkan bila perubahan harga tersebut negatif
maka disebut capital loss.
2.8
Analisis Portofolio
Menurut Elton & Gruber (1995) analisis portofolio adalah berkenaan
dengan keinginan memperoleh sekelompok sekuritas untuk dipegang,
diberikan kekayaan oleh setiap sekuritas tersebut. Namun informasi yang
dihasilkan dari analisis portofolio bersifat jangka pendek, oleh sebab itu
37
membutuhkan analisis berkelanjutan agar mendapatkan informasi yang
relevan (Sartono dan Zulaihati, 1998).
Untuk dapat menganalisis portofolio, diperlukan sejumlah prosedur
perhitungan melalui sejumlah data input tentang struktur portofolio. Salah satu
teknik analisa portofolio optimal yang dilakukan oleh Elton dan Gruber
(1995), adalah model indeks tunggal. Analisis atas sekuritas dilakukan dengan
membandingkan excess return to beta (ERB) dengan cut off – point (Ci) dari
masing – masing saham. Saham yang memiliki ERB lebih besar dari Ci
dijadikan kandidat portofolio, dan sebaliknya yaitu, Ci lebih besar dari ERB
tidak diikutsertakan dalam portofolio.
2.8.1 Konsep Model Indeks Tunggal
Salah satu masalah utama bagi analis keuangan adalah perkiraan
gerakan bersama dari efek. Dalam mencoba untuk membantu analis keuangan
mengatasi permasalahan perkiraan gerakan bersama dari efek tersebut,
beberapa solusi telah diusulkan. Sharpe (1963), Markowitz dan Perold (1981),
Connor dan Korajczyk (1995) telah menerbitkan model yang berbeda yang
bertujuan untuk menentukan struktur korelasi antara return keamanan. Model
yang paling sederhana di antara model - model ini adalah model indeks
tunggal yang diusulkan oleh Sharpe (1963) yang menyiratkan estimasi beta
untuk setiap aset potensial. Estimasi beta masa depan dapat diperoleh
berdasarkan data masa lalu dan menggunakan beta sejarah sebagai awal nilai
untuk beta masa depan (An extension of Sharpe’s single-index model :
38
Portfolio selection with expert betas : Bilbao, A;Arenas, M;M Jimenez; B
Perez Gladish; M V Rodriguez. The Journal of the Operational Research
Society 57. (Dec, 2006): 1442-1451).
Model indeks tunggal ini didasarkan pada pengamatan bahwa harga
dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Secara
teoritis disebutkan dalam model penilaian kinerja saham bahwa terdapat kaitan
antara perubahan harga saham dengan berbagai faktor yang mewakili aktivitas
ekonomi riil.
Hal ini menyarankan bahwa return – return dari sekuritas mungkin
berkorelasi karena adanya reaksi umum (common response) terhadap
perubahan – perubahan nilai pasar.
Dengan demikian return suatu sahan dalam hubungannya dengan
return pasar dapat dituliskan dengan persamaan 2.6 sebagai berikut:
=
+
Dimana :
Ri
= Return saham ke- i
= Komponen return saham ke- i yang independen
terhadap kinerja pasar (suatu variabel acak)
= Koefisien yang mengukur perubahan Ri akibat dari
perubahan Rm
= Return pasar, juga merupakan variabel acak
(2.6)
39
2.8.2
Implementasi Model Indeks Tunggal Dalam Pembentukan Portofolio
Optimal
Alat analisis yang digunakan yaitu analisis portofolio optimal
menggunakan model indeks tunggal. Analisis yang dapat dilaksanakan untuk
membentuk portofolio optimal dengan model indeks tunggal dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Menghitung Beta sekuritas dan Alpha sekuritas dapat menggunakan
persamaan 2.7 dan 2.8 sebagai berikut:
=
(
,
)
(2.7)
Dimana :
= Beta saham i
= Varians pasar
(
,
)
= Hubungan tingkat pengembalian saham dan
tingkat pengembalian pasar
Alpha sekuritas dihitung dengan persamaan 2.8 berikut:
=
( ) −
Dimana :
= Alpha saham i
= Beta saham i
(
)
= Return ekspektasi pasar
∗
(
)
(2.8)
40
( )
= Return ekspektasi saham i
2. Menghitung varians dari kesalahan residu dapat dihitung menggunakan
persamaan 2.9 berikut:
− (
=
∗ ( ) )
(2.9)
Dimana :
= Varians ei saham i
= Varians saham i
= Varians pasar
= Alpha saham i
3. Menentukan portofolio optimal
a. Menghitung excess return to beta.
Excess Return to Beta (ERB) menunjukkan hubungan antara return
dan risiko yang merupakan faktor penentu investasi.
Untuk dapat menghitung ERB dapat menggunakan persamaan 2.10
berikut:
=
(
)
Dimana :
= Excess Return to Beta saham i
( )
= Return ekspektasi saham i
= Return aktiva bebas risiko
= Beta saham i
(2.10)
41
b. Menentukan besarnya titik pembatas. Besarnya titik pembatas ini
dapat ditentukan dengan langkah – langkah sebagai berikut:
i.
Urutkan sekuritas – sekuritas berdasarkan nilai ERB terbesar ke
nilai ERB terkecil. Sekuritas – sekuritas dengan nilai ERB
terbesar merupakan kandidat untuk dimasukkan ke dalam
portofolio optimal.
ii.
Hitung nilai Ai dan Bi untuk masing – masing sekuritas ke- i
dengan persamaan 2.11 dan 2.12 berikut:
=
( )
(2.11)
Dimana :
Ai
= Skala dari timbangan ke A atas tiap – tiap saham
E(Ri) = Return ekspektasi saham i
Rf
= Return bebas risiko
= Beta saham i
= Varians ei saham i
Dan,
=
(2.12)
Dimana :
Bi
= Skala dari timbangan ke B atas tiap – tiap saham
42
= Beta saham i
= Varians ei saham i
iii.
Hitung nilai Aj dan Bj untuk masing – masing sekuritas ke- j
dengan persamaan 2.13 dan 2.14 berikut:
−
=
(2.13)
Dimana :
= Skala dari timbangan ke A hasil masa depan ke- j
= Return rata – rata hasil masa depan ke- j
= Return bebas risiko
= Beta saham hasil masa depan ke- j
= Varians kesalahan residu hasil masa depan ke- j
Dan,
=
(2.14)
Dimana :
= Skala dari timbangan ke B hasil masa depan ke- j
= Beta saham hasil masa depan ke- j
= Varians kesalahan residu hasil masa depan ke- j
43
iv.
Menghitung nilai Ci
−
∑
(2.15)
=
1 +
∑
Dimana :
Ci
= Cut - off point (titik pembatas)
= Varians pasar
= Return rata – rata hasil masa depan ke- j
= Return bebas risiko
= Beta saham hasil masa depan ke- j
= Varians kesalahan residu hasil masa depan ke- j
v.
Besarnya cut – off point (C*) adalah nilai Ci dimana nilai ERB
terakhir kali masih lebih besar dari nilai Ci.
vi.
Sekuritas - sekuritas yang membentuk portofolio optimal adalah
sekuritas yang mempunyai nilai ERB lebih besar dengan nilai
ERB di titik C*, sekuritas - sekuritas yang mempunyai ERB
lebih kecil dari ERB di titik C* tidak diikutsertakan dalam
pembentukan portofolio. Atau dapat dituliskan sebagai berikut :
(
)
> C* maka saham - saham masuk ke dalam
portofolio optimal.
44
(
)
< C* maka saham - saham tidak masuk ke
dalam portofolio optimal.
Dimana :
= Return rata - rata saham i
Rf
= Return bebas risiko
= Beta saham i
C*
= Nilai cut - off point
c. Menentukan besarnya proporsi masing – masing sekuritas di dalam
portofolio optimal. Untuk dapat menghitung besarnya proporsi dapat
menggunakan persamaan 2.16 dan 2.17 berikut:
(2.16)
=
∑
Dimana :
Wi
= Proporsi dana yang diinvestasikan saham i
k
= Jumlah saham di portofolio optimal
Zj
= Total skala dari timbangan atas tiap - tiap saham
Zi
= Investasi relatif untuk masing - masing saham
Dengan nilai Zi adalah :
(
∗)
(2.17)
45
Dimana :
Zi
= Investasi relatif untuk masing - masing saham
= Beta saham i
2.8.3
ERBi
= Excess return to beta saham i
C*
= Nilai cut - off point yang merupakan nilai C i terbesar
Konsep Indeks Jensen
Indeks Jensen merupakan indeks yang menunjukkan perbedaan antara
tingkat return aktual yang diperoleh portofolio dengan tingkat return yang
diharapkan jika portofolio tersebut berada pada garis pasar sekuritas.
Indeks Jensen adalah kelebihan return di atas atau di bawah garis
pasar sekuritas (security market line). Indeks yang bernilai positif berarti
portofolio memberikan return yang lebih besar dari return harapannya (berada
di atas garis pasar sekuritas) sehingga merupakan hal yang bagus karena
portofolio mempunyai return yang relatif tinggi untuk tingkat risiko
sistematisnya. Demikian juga sebaliknya, indeks yang bernilai negatif
menunjukkan bahwa portofolio mempunyai return yang relatif lebih rendah
untuk tingkat risiko sistematisnya (Tandelilin, 2010).
Download