BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Dalam melaksanakan manajemen keuangan perlu dipahami tentang teori keuangan. Teori keuangan mencoba menjelaskan alasan pengambilan keputusan di bidang keuangan. Teori keuangan juga menjelaskan mengapa suatu fenomena di bidang keuangan terjadi dan mengapa keputusan keuangan tertentu perlu diambil dalam menghadapi persoalan keuangan tertentu. Kegiatan didalam manajemen keuangan sendiri meliputi berbagai aktivitas seperti penganggaran dana, peramalan keuangan, analisa investasi, pengadaan dana dan kebijakan dividen. Keown, Martin, Petty dan Scott,Jr (2008) menyatakan bahwa manajemen keuangan berkepentingan dengan bagaimana cara menciptakan dan menjaga nilai ekonomis atau kekayaan. Konsekuensinya, semua pengambilan keputusan harus difokuskan pada penciptaan kekayaan. Sedangkan pengertian manajemen keuangan menurut Brigham & Houston (2006), manajemen keuangan memiliki arti penting di semua jenis bisnis, termasuk perbankan dan institusi - institusi keuangan lainnya, sekaligus juga perusahaan - perusahaan industri dan ritel. 7 8 2.1.2 Tujuan Manajemen Keuangan Keown, Martin, Petty dan Scott,Jr (2008) menyatakan tujuan perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan cara memaksimalkan harga saham perusahaan. Tujuan ini tidak hanya merupakan kepentingan bagi para pemegang saham semata, tetapi juga akan memberikan manfaat terbaik bagi masyarakat. Ini akan terjadi ketika sumber daya - sumber daya yang langka diarahkan ke pemanfaatan yang paling produktif dalam menciptakan kekayaan. Menurut Arief Sugiono (2009), tujuan perusahaan yang dilihat dari sudut pandang manajemen pembelanjaan, yaitu "memaksimalisasikan" nilai perusahaan bagi para pemiliknya. Untuk mencapai tujuan perusahaan seorang manajer keuangan harus tetap berpedoman pada keseimbangan antara likuiditas dan rentabilitas dari perusahaan tersebut. Kedua faktor tersebut bergerak secara berlawanan. Jika perusahaan terlalu menekankan likuiditas, rentabilitas dapat berkurang dan begitu pula sebaliknya. Husnan (2005) menyatakan bahwa untuk mengambil keputusan keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara normatif, tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan. 9 2.1.3 Fungsi Manajemen Keuangan Martono dan Harjito (2005) menyatakan bahwa manajemen keuangan (financial management) atau literatur lain disebut pembelanjaan adalah segala aktifitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola aset sesuai perusahaan secara menyeluruh. Dengan kata lain, manajemen keuangan merupakan manajemen (pengelolaan) mengenai bagaimana memperoleh aset, mendanai aset dan mengelola aset untuk mencapai tujuan perusahaan. Dari definisi tersebut ada tiga fungsi utama dalam manajemen keuangan, yaitu : a. Keputusan Investasi (Invesment Decision) Investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal perusahaan. Penanaman modal dapat dilakukan pada aktiva riil ataupun aktiva finansial. Aktiva - aktiva yang dimiliki perusahaan akan digunakan dalam operasinya untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemampuan perusahaan mengelola aktiva tersebut sangat menentukan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang diinginkan. Keputusan investasi ini merupakan keputusan yang paling penting diantara keputusan yang lainnya. Hal ini karena keputusan investasi ini berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu waktu yang akan datang. 10 Rentabilitas Investasi (Return on Invesment) merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang dihasilkan dari suatu investasi. b. Keputusan Pendanaan (Financing Decision) Keputusan pendanaan menyangkut dalam beberapa hal. Pertama, keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Kedua, penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal optimum. Struktur modal optimum merupakan perimbangan hutang jangka panjang dan modal sendiri dengan biaya modal rata - rata minimal. Oleh karena itu, perlu ditetapkan apakah perusahaan menggunakan sumber modal ekstern yang berasal dari hutang dengan menerbitkan obligasi atau menggunakan saham sendiri dengan menerbitkan saham baru sehingga beban biaya modal yang ditanggung perusahaan minimal. c. Keputusan Pengelolaan Aset (Asset Management Decision) Manajer keuangan bersama manajer lain dalam perusahaan bertanggung jawab terhadap tindakan operasi dari aset - aset yang ada. Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan aset menjadi tanggung jawab manajer keuangan. Tanggung jawab tersebut menuntut manajer keuangan lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar daripada 11 aktiva tetap. Manajer keuangan yang konservatif akan mengalokasikan dananya sesuai dengan jangka waktu aset yang didanai. 2.2 Pasar Modal 2.2.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian dunia saat ini. Secara faktual, pasar modal telah menjadi financial nerve – centre (saraf finansial) dunia ekonomi modern. Bahkan, perekonomian modern tidak akan mungkin eksis tanpa adanya pasar modal yang terorganisir dengan baik. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat posisi keuangannya. Menurut Tandelilin (2010:26) dalam bukunya mengatakan, ”Pasar modal adalah tempat pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas”. Dengan demikian, pasar modal juga dapat diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Sedangkan didalam Undang - Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pengertian pasar modal dijelaskan lebih spesifik “Sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, perusahaan 12 publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Suad Husnan (2005:3) mendefinisikan pasar modal sebagai berikut: “Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta”. Sedangkan secara umum pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya bank - bank komersial dan semua lembaga keuangan, serta keseluruhan surat - surat berharga yang beredar. Banyak orang yang menganggap pasar modal dan bursa efek sebagai sesuatu yang sama padahal memiliki pengertian yang berbeda. Bursa Efek menurut UUPM No. 8 tahun 1995 Bab 1 pasal 1 didefinisikan sebagai berikut : “Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek antara satu pihak lain dengan tujuan untuk memperdagangkan efek”. Sedangkan efek itu sendiri didefinisikan oleh UUPM No. 8 tahun 1995 Bab 1 pasal 1 sebagai berikut :” Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersil, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek”. 13 2.2.2 Manfaat Pasar Modal Pasar modal menawarkan beberapa manfaat bagi pemerintah, dunia usaha, dan investor. Menurut (Katoppo:2004), pasar modal memiliki sepuluh manfaat, yaitu : 1. Memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memiliki perusahaan yang sehat dan memiliki prospek yang baik. 2. Memberikan alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang dapat diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi. 3. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol sosial. 4. Menegaskan pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan dan mendorong pemanfaatan manajemen professional. 5. Manajemen professional menghilangkan insentif mempertahankan mayoritas kepemilikan. 6. Menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi dunia usaha, sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana yang optimal. 7. Menyediakan leading indikator bagi trend ekonomi negara. 8. Menyebarkan kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah. 9. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan, dan menciptakan iklim usaha yang sehat. profesionalisme serta 14 10. Menciptakan lapangan pekerjaan dan profesi yang menarik. 2.3 Investasi 2.3.1 Pengertian Investasi Investasi merupakan penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik melalui sarana yang menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang lebih berorientasi ke risiko, yang dirancang untuk mendapatkan perolehan modal (Downes & Goodman dalam Warsono, 2002). Reilly et al. (2003) menyatakan “Investment is the current commitment of dollars for a periode of time in order to derive future payment that will compensate that investor”. Dapat disimpulkan bahwa investasi adalah komitmen penggunaan uang untuk objek tertentu dengan tujuan bahwa nilai objek tersebut selama jangka waktu investasi akan meningkat, paling tidak bertahan dan selama jangka waktu itu pula memberikan hasil pada investor. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu pertama investasi pada aset - aset finansial (financial asset) yang dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang dan lainnya. Investasi dapat juga dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, warrant, opsi, dan lain - lain. Kedua investasi pada aset - aset riil (real assets) yang berupa pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya. 15 2.3.2 Tujuan Investasi Pada dasarnya, investor berinvestasi dengan tujuan untuk ‘menghasilkan uang’. Tetapi pernyataan tersebut nampaknya terlalu sederhana sehingga diperlukan adanya jawaban yang tepat mengenai tujuan investasi yang lebih luas. Tujuan yang lebih luas dari investasi adalah untuk meningkatan kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah pendapatan dimasa mendatang (Tandelilin, 2010). Menurut Tandelilin (2010), ada beberapa tujuan mengapa seseorang berinvestasi, antara lain adalah : a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan datang b. Mengurangi tekanan inflasi c. Dorongan untuk menghemat pajak Dalam berinvestasi di pasar modal khususnya, investor mempunyai dua tujuan, yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek diharapkan akan memberikan keuntungan dari adanya selisih harga jual dan beli yang dimilikinya (capital gain). Sedangkan investasi jangka panjang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari dividen harga jual dan beli (capital gain). 2.3.3 Proses Investasi Investasi memerlukan proses - tidak bisa dicapai serta merta begitu saja - oleh karena itu investor perlu menghindari jalan pintas untuk 16 memperoleh keuntungan besar dalam jangka waktu singkat. Untuk bisa melakukan proses investasi dengan baik, investor memerlukan ilmu, kesabaran serta disiplin. Untuk itu diperlukan tahapan sebagai berikut (Halim, 2005:4): a. Menentukan Tujuan Investasi Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahap ini, yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), tingkat risiko (rate of risk), dan ketersedian jumlah dana yang akan diinvestasikan. b. Melakukan Analisis Sekuritas Dalam hal ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau sekelompok efek. Untuk mengidentifikasi efek yang salah harga (mispriced), apakah harganya terlalu tinggi ataukah terlalu rendah. c. Membentuk Portofolio Dalam tahap ini dilakukan identifikasi terhadap efek - efek mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masing - masing efek tersebut. d. Merevisi Kinerja Portofolio Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan terhadap portofolio yang dimiliki. Portofolio yang tidak lagi optimal atau tidak sesuai dengan preferensi risiko pemodal, maka dapat dilakukan perubahan terhadap sekuritas – sekuritas yang membentuk portofolio tersebut. 17 e. Evaluasi Kinerja Portofolio Dalam tahap ini pemodal melakukan penilain terhadap kinerja portofolio baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh atau risiko yang ditanggung. Tidak benar kalau suatu portofolio yang memberikan keuntungan yang lebih tinggi pasti lebih baik dari portofolio lain. 2.4 Indeks Harga Saham 2.4.1 Pengertian Indeks Harga Saham Indeks harga saham merupakan suatu indikator yang menunjukkan pergerakkan harga saham. Pergerakkan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau beberapa saham. Dengan adanya indeks, investor dapat mengetahui trend pergerakkan harga saham pada waktu setempat, apakah harga saham tersebut sedang naik, stabil atau turun. Mengingat transaksi investasi saham terjadi pada setiap saham dengan variasi permasalahan yang rumit dan berbeda – beda, pergerakkan harga saham memerlukan identifikasi dan penyajian yang bersifat spesifik. Indeks harga saham merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja saham yang tercatat di suatu bursa efek. Menurut Sunariyah (2006), indeks harga saham merupakan catatan terhadap suatu perubahan- 18 perubahan maupun pergerakan harga saham sejak mulai pertama kali beredar sampai pada suatu saat tertentu. Menurut Supranto (2004:113), “Angka indeks adalah angka yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk membandingkan kegiatan atau peristiwa yang sejenis dalam waktu berbeda”. 2.4.2 Jenis - Jenis Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham, yaitu: 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) IHSG diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, yang digunakan sebagai indikator untuk memantau pergerakan harga saham. Indeks ini mencakup semua saham biasa maupun saham preferen di Bursa Efek Indonesia. Jadi dapat dikatakan bahwa indeks harga saham pada bursa di suatu negara dijadikan barometer kondisi perekonomian negara tersebut. Dari Indeks Harga Saham Gabungan akan dapat diketahui secara umum keadaan pasar, sebab IHSG merupakan ringkasan dari dampak simultan dan kompleks atas berbagai macam faktor yang berpengaruh terutama fenomena ekonomi yang ada. 2. Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS) Indeks harga saham sektoral adalah indikator yang menggambarkan harga saham perusahaan-perusahaan yang diklasifikasikan ke dalam sektor tertentu. Menurut Sunariyah (2004:142), IHSS adalah indeks harga yang menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan 19 harga saham kelompok atau sektor pada periode tertentu. Semua saham yang tercatat di BEI diklasifikasikan kedalam sembilan sektor menurut klasifikasi industri yang telah ditetapkan BEI, yang diberi nama JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification). 3. Indeks LQ 45 Indeks ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (LiQuid) tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas saham-saham tersebut mempertimbangkan kapitalisasi pasar. 4. Jakarta Islamic Index (JII) Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 jenis saham yang dipilih dari sahamsaham yang sesuai dengan Syariah Islam. Penentuan kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT. Danareksa Investment Management. 5. Indeks Kompas100 Indeks yang terdiri dari 100 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria – kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan. 6. Indeks BISNIS-27 Kerjasama antara Bursa Efek Indonesia dengan harian Bisnis Indonesia meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks BISNIS-27. 20 Indeks yang terdiri dari 27 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan kriteria fundamental, teknikal atau likuiditas transaksi dan akuntabilitas serta tata kelola perusahaan. 7. Indeks PEFINDO25 Kerjasama antara Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks PEFINDO25. Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi bagi pemodal khususnya untuk saham – saham emiten kecil dan menengah (Small Medium Enterprises / SME). Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria – kriteria seperti : total aset, tingkat pengembalian modal (Return on Equity / ROE) dan opini akuntan publik. Selain kriteria tersebut di atas, diperhatikan juga faktor likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki publik. 8. Indeks SRI-KEHATI Indeks ini dibentuk atas kerjasama antara Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). SRI adalah kependekkan dari Sustainble Responsible Invesment. Indeks ini diharapkan memberikan tambahan informasi kepada investor yang ingin berinvestasi pada emiten – emiten yang memiliki kinerja sangat baik dalam mendorong usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik. Indeks ini 21 terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria – kriteria seperti : total aset, price earning ratio (PER), dan free float. 9. Indeks Papan Utama Menggunakan saham – saham Peusahaan Tercatat yang masuk dalam papan utama. 10. Indeks Papan Pengembangan Menggunakan saham – saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam papan pengembangan. 11. Indeks Individual Indeks harga saham masing – masing Perusahaan Tercatat. 2.5 Sekuritas 2.5.1 Pengertian Sekuritas Menurut Suad Husnan (2005), yang dimaksud sekuritas ialah “Sekuritas adalah secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal yakni pihak yang memiliki kertas tersebut untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut”. Sekuritas adalah istilah resmi untuk efek pada UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, sedangkan menurut Keppres No.53/1990 menyatakan “pengertian efek adalah setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersil, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, setiap rights, 22 warrans, opsi, atau setiap derivatif dari efek atau setiap instrument yang ditetapkan sebagai efek”. Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sekuritas / efek merupakan surat berharga dalam bentuk secarik kertas yang memberikan hak bagi pemegangnya untuk memperolah penghasilan ataupun keuntungan dari perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. 2.5.2 Jenis - Jenis Sekuritas Menurut Samsul (2009) bentuk instrument dipasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang berupa saham, obligasi, bukti right, bukti waran dan produk turunan atau biasa disebut derivatif. Dalam UU No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal menyatakan jenis - jenis sekuritas yang diperjualbelikan antara lain adalah: a. Saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset - aset perusahaan yang menerbitkan saham. Saham terbagi menjadi dua macam, yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Saham biasa menurut Tandelilin (2010:18) adalah sekuritas yang menunjukkan bahwa pemegang saham biasa tersebut memiliki hak atas aset - aset perusahaan. Sedangkan saham preferen menurut Tandelilin (2010:18) adalah saham yang mempunyai karakteristik gabungan dari obligasi maupun saham biasa, karena saham preferen memberikan pendapatan yang tetap seperti halnya obligasi, dan juga memiliki hak kepemilikan seperti pada saham 23 biasa. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang cukup populer diperjualbelikan di pasar modal (Tandelilin, 2010:18). b. Obligasi Obligasi adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka panjang kepada masyarakat, yaitu diatas 3 tahun. Pihak yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) dan pemegang obligasi akan menerima kupon sebagai pendapatan obligasi yang dibayarkan setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali. Pada saat pelunasan obligasi oleh perusahaan, pemegang obligasi akan menerima kupon dan pokok obligasi. c. Derivatif dari efek : 1. Warrant Warrant adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Mirip dengan Right, bedanya warrant tidak saja dapat diberikan kepada pemegang saham lama, tetapi juga sering diberikan kepada pemegang obligasi sebagai pemanis (sweetener) pada saat perusahaan menerbitkan obligasi. Pemegang warrant tidak akan menderita kerugian apapun seandainya warrant itu tidak dilaksanakan. Pada saat harga pasar melebihi strike price warrant, maka warrant sudah saatnya untuk ditukarkan dengan saham. Namun pemegang warrant masih dapat menunggu sampai harga saham mencapai tingkat tertinggi sepanjang waktu berlakunya belum kadaluarsa. 24 2. Obligasi Konvertibel Yaitu obligasi yang memiliki jangka waktu tertentu, selama masa tertentu pula dengan perbandingan dan/atau harga tertentu, dapat ditukarkan menjadi saham dari perusahaan emiten. 3. Right / Klaim Right adalah hak yang melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan oleh perusahaan sebelum saham - saham tersebut ditawarkan kepada pihak lain. 4. Saham Bonus Saham yang dibagikan dengan tujuan memperkecil harga saham yang bersangkutan, dengan menyebabkan dilusi karena pertambahan saham baru tanpa memasukkan uang baru dalam perusahaan tersebut. 5. Saham Dividen Saham yang dibagikan sebagai pengganti dividen tunai. 6. Sertifikat /ADR/CDR American Depository Receipts (ADR) atau Continental Depository Receipts (CDR) adalah suatu resi (tanda terima) yang memberikan bahwa saham perusahaan asing, disimpan sebagai sebagai titipan atau berada dibawah pengawasan suatu bank Amerika, yang dipergunakan untuk mempermudah transaksi dan mempercepat pengalihan penerima manfaat dari suatu efek asing di Amerika. 25 7. Sertifikat Dana Sertifikat dana adalah efek yang diterbitkan oleh PT. Danareksa. 2.6 Konsep Return dan Risiko Investasi 2.6.1 Return Investasi Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapi. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko investasi yang dilakukan. Ekspektasi dari para investor terhadap investasinya adalah memperoleh return (tingkat pengembalian) sebesar - besarnya dengan risiko tertentu. Return tersebut dapat berupa capital gain atau dividen untuk investasi pada saham dan pendapatan bunga pada untuk investasi pada surat hutang. Tingkat pengembalian hasil yang diharapkan (expected return) tiap saham individual merupakan persentase rata - rata realized return saham i dibagi dengan jumlah realized return saham i. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan secara sistematis dengan persamaan 2.1 berikut ini : ( ) = ∑ Dimana : E(Ri) = Expected return dari saham i (2.1) 26 Ri = Return realized saham i n = Jumlah realized return saham i Menurut Brigham et al. (2006) pengertian dari return adalah “measure the financial performance of an investment”. Menurut Jones (2000:124), “ return is yield and capital gain (loss)”. Sedangkan James Van Horne (2005) mengemukakan pengertian return sebagai berikut “The return on investment is measured the benefit associated with ownership include the cash dividend paid during the year together with any appreciation in the market price of the capital gain, realized at the end of the year”. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan diatas, dapat diambil kesimpulan return saham adalah keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan saham investor atas investasi yang dilakukannya, yang terdiri dari dividen dan capital gain/loss. Pernyataan diatas dapat digambarkan seperti persamaan 2.2 dibawah ini : = ( )+ Dimana : Capital gain = selisih untung (rugi) harga beli dan harga jual. (2.2) 27 Yield = persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu. Sedangkan return total dari saham dapat digambarkan seperti persamaan 2.3 berikut ini : = (2.3) Dimana : Ri = return saham Pt = harga saham pada saat periode t Pt-1 = harga saham pada periode lalu Return sebagai hasil dari investasi dapat berupa return realisasi (realized return) maupun return yang diharapkan (expected return). Realized return merupakan return yang telah terjadi, dihitung berdasarkan data historis. Return ini penting karena digunakan sebagai pengukur kinerja suatu perusahaan. Pengukuran realized return dapat dilakukan dengan menggunakan return total, return relatif, return kumulatif, atau return yang disesuaikan. Sedangkan return ekspektasi dihitung berdasarkan rata - rata yang berasal dari suatu distribusi return, merupakan pengukuran rata - rata atau central tendency dari suatu distribusi return (Elton & Gruber, 1995). 28 2.6.2 Risiko Investasi Dalam berinvestasi selain akan mendapatkan keuntungan pasti juga menanggung suatu risiko atas investasi yang dipilihnya. Jika hanya menghitung return saja dalam berinvestasi tidaklah cukup. Risiko dari investasi juga perlu diperhitungkan. Return dan risiko merupakan dua hal yang tidak terpisah, karena pertimbangan suatu investasi merupakan trade – off dari kedua faktor ini. Beberapa ahli mendefinisikan risiko investasi tersebut berbeda -beda, antara lain sebagai berikut : James Van Horne (2005) mengemukakan pengertian risiko sebagai berikut “Risk can be thought of as the possibility that actual return from holding security will deviate from the expected return”. Sedangkan Gitman (2008) mendefinisikan risiko sebagai berikut “Risk is the change of financial loss or more formally the variability of return associated with a given assets”. Bodie, Kane dan Marcus (2008) menyebutkan bahwa risiko dapat diartikan sebagai besarnya penyimpangan yang mungkin terjadi dari return yang diharapkan. Untuk dapat bisa menghitung risiko saham individual dapat dituliskan pada persamaan 2.4 dan 2.5 berikut ini: = ∑ ( )² (2.4) 29 = (2.5) Dimana : Ri = Return saham = Return rata – rata saham i n = Jumlah observasi = Varian saham i = Standar deviasi saham i Risiko bisa diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan antara return actual dan return yang diharapkan (Tandelilin, 2010). Pada teori investasi modern terdapat dua jenis risiko investasi pada setiap surat berharga, yaitu risiko yang dapat dihilangkan atau diperkecil dengan melakukan diversifikasi, yaitu risiko yang tidak sistematis (unsystematic risk) yang sering disebut juga unique risk atau diversifiable risk dan risiko yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi, yaitu risiko yang sistematis (systematic risk) atau sering disebut market risk. Pengertian risiko sistematis menurut James dan Ross (2000:299), dalam Tandelilin (2010), “A systematic risk is any risk that effect that a large number of assets, each to greater or lesser degree”. Risiko sistematis adalah risiko yang terjadi karena faktor perubahan harga pasar secara keseluruhan, seperti karena perubahan tingkat suku bunga 30 yang menyebabkan meningkatnya tingkat hasil pengembalian yang diisyaratkan atas surat berharga secara keseluruhan, inflasi, resesi ekonomi, perubahan kebijakan ekonomi, dan perubahan pengharapan investor terhadap perkembangan ekonomi. Sedangkan risiko tidak sistematis atau risiko yang unik adalah risiko yang terjadi karena karakteristik perusahaan atau institusi keuangan yang mengeluarkan surat berharga. Karakteristik ini berbeda satu sama lain, misalnya dalam hal kemampuan manajemen, kebijakan investasi, kondisi dan lingkungan kerja. Perbedaan keunikan tersebut yang menyebabkan masing masing surat berharga memiliki kepekaan yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar. Untuk mengukur tingkat risiko ini dari instrument investasi terdapat beberapa variabel investasi yang menunjukkan kedua risiko tersebut, diantaranya sebagai berikut: 1. Beta Beta adalah ukuran untuk membandingkan volatilitas instrument investasi dengan tingkat perubahan return instrument investasi di saat terjadi perubahan di pasar (Bodie, Kane & Markus 2008, p281). Beta juga dapat disebut sebagai ukuran risiko sistematis dari suatu instrument investasi. Jika tingkat beta lebih tinggi dari satu, hal ini berarti bahwa instrument tersebut lebih volatile dibandingkan pasar; jika beta lebih rendah dari satu maka instrument akan lebih rendah volatilitasnya jika dibandingkan pasar. 31 Beta didapat dari hasil regresi persamaan SML maupun Single Index Model. 2. Alpha Alpha dirancang untuk memperbaiki tingkat pengukuran beta. Alpha melihat hubungan antara historikal beta dan kinerja instrument investasi saat ini, atau perbedaan antara return abnormal dari suatu instrumen investasi yang lebih besar daripada yang diprediksikan oleh model equilibrium seperti CAPM atau APT (Bodie, Kane & Markus 2008, p248). 3. Standar Deviasi Manakala beta melihat perbandingan return instrument investasi dengan return yang diharapkan, standar deviasi mengukur seberapa jauh perbedaan antara return instrument dengan return yang diharapkan. Standar deviasi juga menunjukkan seberapa jauh risiko instrument investasi terhadap pasar. Standar deviasi harus dibandingkan dengan standar deviasi instrument investasi lainnya. 2.7 Teori Portofolio 2.7.1 Pengertian Portofolio Teori portofolio berkaitan dengan estimasi investor terhadap ekspektasi risiko dan return, yang diukur secara statistik untuk membuat portofolio investasinya. Markowitz menjabarkan cara mengkombinasikan aset ke dalam diversifikasi portofolio yang efisien. Dalam portofolio ini, risiko 32 dapat dikurangi dengan menambah jumlah jenis aset ke dalam portofolio dan tingkat return ekspektasi dapat naik jika investasinya terdapat perbedaan pergerakan harga dari aset - aset yang dikombinasikan tersebut. Teori portofolio Markowitz ini disebut juga sebagai Mean - Varian Model, yang menekankan pada usaha memaksimalkan ekspektasi return (mean) dan meminimumkan ketidakpastian / risiko (varian) untuk memilih dan menyusun portofolio. Markowitz mengembangkan Index Model sebagai penyederhanaan dari Mean - Varian Model, yang berusaha untuk menjawab berbagai masalah dalam penyusunan portofolio, yaitu terdapatnya begitu banyak kombinasi aktiva yang dapat dipilih dan disusun menjadi portofolio. Banyak ahli yang mendefinisikan pengertian portofolio tersebut sebagai berikut : Sunariyah (2006) berpendapat bahwa “Portofolio diartikan sebagai serangkain kombinasi beberapa aktiva yang diinvestasikan dan dipegang oleh pemodal, baik perorangan maupun lembaga”. Pengertian portofolio menurut F. Fabozzi & Modigliani (2006) adalah “Portfolio theory that deals with the construction of optimal portfolio by rational risk averse investor’s and it’s implication for the return or different assets and hence security prices”. Bukti empiris menunjukkan bahwa semakin banyak jenis saham yang dikumpulkan dalam keranjang portofolio, maka risiko kerugian saham yang satu dapat dinetralisir dengan keuntungan saham lain. Teori portofolio 33 menggunakan asumsi bahwa pasar modal adalah efisien (efficient market hypothesis). Pasar modal efisien artinya bahwa harga - harga saham merefleksikan secara menyeluruh semua informasi yang ada di bursa (Reily & Brown, 2003). 2.7.2 Konsep Diversifikasi Diversifikasi merupakan strategi yang dapat dinyatakan dengan peribahasa "Don't put all your eggs in one basket" (Jangan taruh semua telurmu dalam satu keranjang). Diversifikasi adalah tindakan penyebaran risiko, yaitu dengan menginvestasikan dana ke dalam berbagai instrument investasi dengan harapan bahwa jika salah satu instrument mengalami kerugian, maka keuntungan yang diperoleh di instrument lainnya dapat menutupi kerugian tersebut. Portofolio sebaiknya terdiversifikasi dalam dua tingkat: (1) antara berbagai kategori aset dan (2) dalam setiap kategori aset. Jadi selain alokasi ke saham, obligasi, kas / setara kas atau kategori aset lainnya, investor juga perlu menyebarkan investasinya ke berbagai instrument dalam setiap kategori aset. Salah satu cara untuk mendiversifikasikan investasi dalam suatu kategori aset adalah dengan berinvestasi di berbagai emiten dan sektor industri. Porsi saham dalam portofolio tidak akan terdiversifikasi dengan baik jika misalnya, investasi hanya dilakukan di 4 atau 5 saham. 34 2.7.3 Risiko Portofolio Hampir semua investor tidak suka dengan risiko dan kalau dapat memilih mereka akan menghindari risiko investasi tersebut. Untuk mengharapkan agar investor bersedia mengambil risiko tinggi, kepada mereka harus ditawarkan tingkat pengembalian yang tinggi pula. Dengan kata lain, apabila seorang investor menghendaki tingkat pengembalian yang tinggi, dia harus berani atau bersedia mengambil risiko yang lebih tinggi. High risk high return. Menurut Jones (2000:10) mendefinisikan risiko sebagai berikut : “ Risk is defind as the change that actual return on an investment will be different from the expected return”. Menurut Reily et al. (2003) risiko dapat diartikan “Risk is the uncertainty that an investment will earn its expected rate of return”. Sedangkan menurut Keown et al. (2002:469) mendefinisikan, “Risk the likely variability associated with expected revenue or income streams”. Risiko portofolio merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam pembentukan portofolio. Hal ini dikarenakan risiko portofolio tidak dipengaruhi oleh rata - rata tertimbang atas masing-masing risiko aset individual dan covariance antar aset yang membentuk portofolio tersebut. Jika jumlah aset ditambah, maka variance akan semakin kecil dan nilainya akan menjadi nol bila jumlah aset pembentuk portofolio berjumlah tak terhingga. 35 Dalam konteks manajemen portofolio, risiko portofolio akan semakin berkurang seiring dengan semakin banyaknya saham yang dimasukkan dalam portofolio. Meskipun demikian, manfaat pengurangan risiko portofolio akan mencapai titik puncaknya pada saat portofolio terdiri dari sekian jenis saham dan setelah itu manfaat pengurangan risiko portofolio tidak terasa lagi. Cara lain untuk mengurangi risiko portofolio adalah menyertakan obligasi dan uang tunai karena umumnya uang tunai dapat digunakan sebagai cadangan jangka pendek. Uang tunai dapat digunakan dalam kasus darurat dan sekuritas pasar uang jangka pendek dapat segera dicairkan dalam kasus munculnya kesempatan investasi, atau pada saat muncul kebutuhan uang tunai yang mendesak dan harus melakukan sejumlah pembayaran. 2.7.4 Return Portofolio Return portofolio merupakan pengembalian pendapatan yang diterima dari investasi ditambah perubahan harga pasar, biasanya dinyatakan sebagai persentase dari harga pasar investasi awal (Van Horne, 2003). Elton & Gruber (1995:55) mendefinisikan return portofolio sebagai berikut “The return of portfolio is simply a weighted average if the expected returns on the individuals assets”. Ketika investor menginvestasikan dananya, investor tersebut akan mensyaratkan tingkat return tertentu dan jika periode investasi berlalu, investor tersebut akan dihadapkan pada tingkat return yang sesungguhnya diterima. Antara tingkat return ekspektasi dan tingkat return aktual yang 36 diperoleh investor dari investasi yang dilakukan mungkin saja berbeda. Perbedaan antara return yang diharapkan dengan return yang benar - benar terjadi merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses kegiatan investasi. Return portofolio saham merupakan hasil atau keuntungan yang diperoleh investor dari setiap alternatif investasi dan dapat berasal dari : 1. Yield Adalah return yang merupakan komponen dasar dari suatu investasi, berupa cash flow yang diterima secara periodik dan biasanya disebut dividen. Besarnya yield bisa positif, nol atau negatif. 2. Capital Gain atau Capital Loss Adalah return yang diperoleh investor berasal dari perubahan harga aset aset yang dipegangnya. Apabila perubahan harga tersebut positif maka disebut capital gain, sedangkan bila perubahan harga tersebut negatif maka disebut capital loss. 2.8 Analisis Portofolio Menurut Elton & Gruber (1995) analisis portofolio adalah berkenaan dengan keinginan memperoleh sekelompok sekuritas untuk dipegang, diberikan kekayaan oleh setiap sekuritas tersebut. Namun informasi yang dihasilkan dari analisis portofolio bersifat jangka pendek, oleh sebab itu 37 membutuhkan analisis berkelanjutan agar mendapatkan informasi yang relevan (Sartono dan Zulaihati, 1998). Untuk dapat menganalisis portofolio, diperlukan sejumlah prosedur perhitungan melalui sejumlah data input tentang struktur portofolio. Salah satu teknik analisa portofolio optimal yang dilakukan oleh Elton dan Gruber (1995), adalah model indeks tunggal. Analisis atas sekuritas dilakukan dengan membandingkan excess return to beta (ERB) dengan cut off – point (Ci) dari masing – masing saham. Saham yang memiliki ERB lebih besar dari Ci dijadikan kandidat portofolio, dan sebaliknya yaitu, Ci lebih besar dari ERB tidak diikutsertakan dalam portofolio. 2.8.1 Konsep Model Indeks Tunggal Salah satu masalah utama bagi analis keuangan adalah perkiraan gerakan bersama dari efek. Dalam mencoba untuk membantu analis keuangan mengatasi permasalahan perkiraan gerakan bersama dari efek tersebut, beberapa solusi telah diusulkan. Sharpe (1963), Markowitz dan Perold (1981), Connor dan Korajczyk (1995) telah menerbitkan model yang berbeda yang bertujuan untuk menentukan struktur korelasi antara return keamanan. Model yang paling sederhana di antara model - model ini adalah model indeks tunggal yang diusulkan oleh Sharpe (1963) yang menyiratkan estimasi beta untuk setiap aset potensial. Estimasi beta masa depan dapat diperoleh berdasarkan data masa lalu dan menggunakan beta sejarah sebagai awal nilai untuk beta masa depan (An extension of Sharpe’s single-index model : 38 Portfolio selection with expert betas : Bilbao, A;Arenas, M;M Jimenez; B Perez Gladish; M V Rodriguez. The Journal of the Operational Research Society 57. (Dec, 2006): 1442-1451). Model indeks tunggal ini didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Secara teoritis disebutkan dalam model penilaian kinerja saham bahwa terdapat kaitan antara perubahan harga saham dengan berbagai faktor yang mewakili aktivitas ekonomi riil. Hal ini menyarankan bahwa return – return dari sekuritas mungkin berkorelasi karena adanya reaksi umum (common response) terhadap perubahan – perubahan nilai pasar. Dengan demikian return suatu sahan dalam hubungannya dengan return pasar dapat dituliskan dengan persamaan 2.6 sebagai berikut: = + Dimana : Ri = Return saham ke- i = Komponen return saham ke- i yang independen terhadap kinerja pasar (suatu variabel acak) = Koefisien yang mengukur perubahan Ri akibat dari perubahan Rm = Return pasar, juga merupakan variabel acak (2.6) 39 2.8.2 Implementasi Model Indeks Tunggal Dalam Pembentukan Portofolio Optimal Alat analisis yang digunakan yaitu analisis portofolio optimal menggunakan model indeks tunggal. Analisis yang dapat dilaksanakan untuk membentuk portofolio optimal dengan model indeks tunggal dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Menghitung Beta sekuritas dan Alpha sekuritas dapat menggunakan persamaan 2.7 dan 2.8 sebagai berikut: = ( , ) (2.7) Dimana : = Beta saham i = Varians pasar ( , ) = Hubungan tingkat pengembalian saham dan tingkat pengembalian pasar Alpha sekuritas dihitung dengan persamaan 2.8 berikut: = ( ) − Dimana : = Alpha saham i = Beta saham i ( ) = Return ekspektasi pasar ∗ ( ) (2.8) 40 ( ) = Return ekspektasi saham i 2. Menghitung varians dari kesalahan residu dapat dihitung menggunakan persamaan 2.9 berikut: − ( = ∗ ( ) ) (2.9) Dimana : = Varians ei saham i = Varians saham i = Varians pasar = Alpha saham i 3. Menentukan portofolio optimal a. Menghitung excess return to beta. Excess Return to Beta (ERB) menunjukkan hubungan antara return dan risiko yang merupakan faktor penentu investasi. Untuk dapat menghitung ERB dapat menggunakan persamaan 2.10 berikut: = ( ) Dimana : = Excess Return to Beta saham i ( ) = Return ekspektasi saham i = Return aktiva bebas risiko = Beta saham i (2.10) 41 b. Menentukan besarnya titik pembatas. Besarnya titik pembatas ini dapat ditentukan dengan langkah – langkah sebagai berikut: i. Urutkan sekuritas – sekuritas berdasarkan nilai ERB terbesar ke nilai ERB terkecil. Sekuritas – sekuritas dengan nilai ERB terbesar merupakan kandidat untuk dimasukkan ke dalam portofolio optimal. ii. Hitung nilai Ai dan Bi untuk masing – masing sekuritas ke- i dengan persamaan 2.11 dan 2.12 berikut: = ( ) (2.11) Dimana : Ai = Skala dari timbangan ke A atas tiap – tiap saham E(Ri) = Return ekspektasi saham i Rf = Return bebas risiko = Beta saham i = Varians ei saham i Dan, = (2.12) Dimana : Bi = Skala dari timbangan ke B atas tiap – tiap saham 42 = Beta saham i = Varians ei saham i iii. Hitung nilai Aj dan Bj untuk masing – masing sekuritas ke- j dengan persamaan 2.13 dan 2.14 berikut: − = (2.13) Dimana : = Skala dari timbangan ke A hasil masa depan ke- j = Return rata – rata hasil masa depan ke- j = Return bebas risiko = Beta saham hasil masa depan ke- j = Varians kesalahan residu hasil masa depan ke- j Dan, = (2.14) Dimana : = Skala dari timbangan ke B hasil masa depan ke- j = Beta saham hasil masa depan ke- j = Varians kesalahan residu hasil masa depan ke- j 43 iv. Menghitung nilai Ci − ∑ (2.15) = 1 + ∑ Dimana : Ci = Cut - off point (titik pembatas) = Varians pasar = Return rata – rata hasil masa depan ke- j = Return bebas risiko = Beta saham hasil masa depan ke- j = Varians kesalahan residu hasil masa depan ke- j v. Besarnya cut – off point (C*) adalah nilai Ci dimana nilai ERB terakhir kali masih lebih besar dari nilai Ci. vi. Sekuritas - sekuritas yang membentuk portofolio optimal adalah sekuritas yang mempunyai nilai ERB lebih besar dengan nilai ERB di titik C*, sekuritas - sekuritas yang mempunyai ERB lebih kecil dari ERB di titik C* tidak diikutsertakan dalam pembentukan portofolio. Atau dapat dituliskan sebagai berikut : ( ) > C* maka saham - saham masuk ke dalam portofolio optimal. 44 ( ) < C* maka saham - saham tidak masuk ke dalam portofolio optimal. Dimana : = Return rata - rata saham i Rf = Return bebas risiko = Beta saham i C* = Nilai cut - off point c. Menentukan besarnya proporsi masing – masing sekuritas di dalam portofolio optimal. Untuk dapat menghitung besarnya proporsi dapat menggunakan persamaan 2.16 dan 2.17 berikut: (2.16) = ∑ Dimana : Wi = Proporsi dana yang diinvestasikan saham i k = Jumlah saham di portofolio optimal Zj = Total skala dari timbangan atas tiap - tiap saham Zi = Investasi relatif untuk masing - masing saham Dengan nilai Zi adalah : ( ∗) (2.17) 45 Dimana : Zi = Investasi relatif untuk masing - masing saham = Beta saham i 2.8.3 ERBi = Excess return to beta saham i C* = Nilai cut - off point yang merupakan nilai C i terbesar Konsep Indeks Jensen Indeks Jensen merupakan indeks yang menunjukkan perbedaan antara tingkat return aktual yang diperoleh portofolio dengan tingkat return yang diharapkan jika portofolio tersebut berada pada garis pasar sekuritas. Indeks Jensen adalah kelebihan return di atas atau di bawah garis pasar sekuritas (security market line). Indeks yang bernilai positif berarti portofolio memberikan return yang lebih besar dari return harapannya (berada di atas garis pasar sekuritas) sehingga merupakan hal yang bagus karena portofolio mempunyai return yang relatif tinggi untuk tingkat risiko sistematisnya. Demikian juga sebaliknya, indeks yang bernilai negatif menunjukkan bahwa portofolio mempunyai return yang relatif lebih rendah untuk tingkat risiko sistematisnya (Tandelilin, 2010).