1 DAFTAR ISI PRAKATA 1. ALAM SEMESTA 1.1 SEJARAH PENGAMATAN TATA SURYA 1.2 PERKEMBANGAN TEORI ALAM SEMESTA 1.3 GARIS WAKTU ALAM SEMESTA 1.4 KEBERPASANGAN 1.5 BLACK HOLE (LUBANG HITAM) 1.6 BIG CRUNCH 1.7 TEORI STRING 2. BUMI 2.1 ASAL AIR 2.2 ATMOSFIR PELINDUNG KEHIDUPAN 2.3 ZAMAN DI BUMI 2.4 BENUA YANG BERGERAK 2.5 BUMI YANG BERLAPIS 2.6 IKLIM DI BUMI 2.7 MAHLUK PERUSAK 3. MAHLUK BUMI 3.1 IKAN (550 JUTA TAHUN LALU) 3.2 SERANGGA (400 JUTA TAHUN LALU) 3.3 AMPHIBI (350 JUTA TAHUN LALU) 3.4 REPTIL (280 JUTA TAHUN LALU) 3.5 DINOSAURUS (225 JUTA TAHUN LALU) 3.6 MAMALIA (65 JUTA TAHUN LALU) 3.7 TEORI EVOLUSI 3.8 EPIGENETIK 4. MANUSIA 4.1 KELAHIRAN MANUSIA 4.2 KESEIMBANGAN TUBUH PENUTUP DAFTAR PUSTAKA 4 7 7 15 22 32 37 40 46 54 55 64 66 77 80 86 89 94 96 98 99 101 103 105 110 116 123 123 134 141 142 2 Prakata Manusia di bekali kecerdasan dan kehendak bebas, kedua bekal yang di tanam oleh Tuhan itu menjadikan derajat kita lebih mulia di bandingkan mahluk hidup lainnya, tentunya ada konsekuensi dari anugerah kemuliaan yang tersandang di dalam diri kita, yaitu berupa cobaan atau ujian terkait dengan apa yang di kehendaki dalam menggapai tujuan hidup. Tidak ada seorangpun yang terbebas dari masalah dan resah seumur hidupnya, musibah menggelitik kesabaran kita dengan rasa gelisah, takut, dan putusasa. Sebaliknya kenikmatan melambungkan diri kita dengan ketamakan, kesombongan, dan persaingan. Segala bentuk cobaan atau ujian tersebut harus di sikapi dengan berpedoman kepada petunjuk dan pelajaran yang telah di wahyukan Allah Swt. melalui kitab suci Al-Qur’an. Surat ALI IMRAN ayat 7 Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al-Qur’an) kepada kamu. Diantara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orangorang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (dari padanya) melainkan orang-orang yang berakal. 3 Al-Qur’an tidaklah semata hanya berisikan petunjuk keselamatan untuk menempuh ujian kehidupan, akan tetapi juga berisikan keterangan tentang kejadian-kejadian alam semesta dalam bentuk perumpamaan. Mengingat perubahan pola pikir manusia sebagai akibat dari berubahnya zaman, perumpamaan di gunakan untuk mempermudah penyampaian kalimatkalimat Allah Swt, membuat segala keterangan ayat Al-Qur’an tidak lah usang oleh waktu. Tidak semua wahyu Allah Swt. yang berhubungan dengan kejadian alam semesta mudah di pahami, ada hal-hal yang tidak dapat di ketahui sepanjang kehidupan manusia. Di dalam Al-Qur’an ada beberapa ayat muhkamat dan beberapa ayat mutasyabihat, ayat muhkamat adalah ayat-ayat yang dapat dengan mudah di pahami, sedangkan ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang memiliki beberapa pengertian, sehingga sulit atau bahkan tidak dapat di tentukan arti sesungguhnya, kecuali bila sudah di selidiki secara mendalam, atau benar-benar tidak dapat di pahami karena hanya Allah Swt. yang mengetahuinya. Pembahasan buku ini bersinggungan dengan beberapa ayat mutasyabihat tersebut, Insya Allah buku ini tidak menimbulkan fitnah dengan menghindari ta’wil yang hanya di ketahui Allah Swt. Buku ini juga melampirkan tafsir ulama terkenal Ibnu Katsir, beliau lahir pada tahun 1301 dan wafat pada tahun 1372 di Damaskus, Suriah. Ibnu Katsir di kenal sebagai ahli tafsir Al-Qur’an, di mana hasil penafsirannya masih menjadi rujukan bagi kalangan ulama pada umumnya. Sebagian ulama mengatakan bahwa tafsir Ibnu Katsir adalah sebaik-baiknya tafsir yang ada pada zaman ini, karena ia memiliki berbagai keistimewaan, seperti berikut ini: Dengan menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an itu sendiri (ayat dengan ayat yang lain) Selanjutnya bila penafsiran Al-Qur’an dengan Al-Qur’an tidak di peroleh, maka Al-Qur’an harus di tafsirkan dengan hadits Nabi Muhammad Saw. 4 Jika masih juga belum di peroleh, maka Al-Qur’an harus di tafsirkan oleh pendapat para salafush shalih (para sahabat) karena merekalah orang yang paling mengetahui konteks sosial turunnya Al-Qur’an. Yang terakhir dengan kaidah-kaidah bahasa Arab. 5 1. Alam Semesta Keberadaan manusia yang baru berumur sekitar 8.000 tahun (di hitung dari keberadaan nabi Adam a.s. di bumi), memang masih sangat belia bila di bandingkan dengan usia bumi yang sudah berumur 4,5 milyar tahun, atau usia alam semesta yang sudah berumur 13,7 milyar tahun, akan tetapi usia muda bukanlah rintangan bagi manusia untuk memahami fenomena alam, sejak dahulu kala benak manusia sudah di penuhi oleh pemikiran-pemikiran seperti; bagaimana bentuk bumi?, dari mana asal benda-benda langit?, kemana mereka pergi bila terbenam?. Seiring dengan bertambahnya ilmu pengetahuan, tahap demi tahap tabir misteri alam semesta mulai terungkap, kini kita mengetahui bentuk bumi yang bulat, orbit peredaran benda-benda langit, bahkan asal usul alam semesta, semua itu berkat hasil penelitian dan penemuan para tokoh ilmuwan, kegigihan dan kerja keras mereka dalam menyumbangkan pemikiran-pemikiran yang cemerlang dan sangat bermanfaat, membuahkan peningkatan pemahaman kita terhadap alam semesta. 1.1 SEJARAH PENGAMATAN TATA SURYA Saat ini kita mengetahui tata surya sebagai kumpulan benda-benda langit yang terdiri dari sebuah bintang yang di kenal sebagai matahari, dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya, objekhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tata_Surya objek tersebut adalah delapan buah planet dengan orbit berbentuk elips, empat planet kerdil, ratusan satelit alami, serta jutaan benda langit lainnya seperti meteor, asteroid, dan komet. 6 Peningkatan pemahaman manusia tentang bumi dan objek-objek yang terlihat di langit, dapat di telusuri melalui peninggalan konsep dan catatancatatan teori beberapa tokoh ilmuwan. Selain itu sejalan dengan perkembangannya, Allah Swt. pun telah memberikan petunjuk tentang objek-objek langit ciptaan-Nya melalui beberapa ayat suci Al-Qur’an: Thales (624–546 sebelum masehi) Astronom dan Filsuf Yunani: Thales adalah orang Yunani pertama yang mengawali pemikiran tentang dunia tanpa bersandar pada mitos, melainkan pada logika manusia, Thales menjadi terkenal setelah berhasil memprediksi gerhana matahari pada tanggal 28 Mei tahun 585 SM, Thales juga mengemukakan pendapat bahwa bumi berbentuk datar dan mengambang di air. Phytagoras (582-496 sebelum masehi) Matematikawan dan Filsuf Yunani: Phytagoras adalah tokoh pertama yang mengembangkan konsep kosmologi dengan mengatakan; “Semua benda langit berbentuk bola, karena bola merupakan bentuk geometri yang paling sempurna”. Aristoteles (384-322 sebelum masehi) Fisikawan dan Filsuf Yunani: Aristoteles berpendapat bahwa gerhana bulan disebabkan oleh posisi bumi saat berada di antara matahari dan bulan, bayangan bumi di bulan ketika gerhana akan selalu berbentuk lingkaran, oleh sebab itu Aristoteles berkeyakinan bahwa bentuk bumi itu bulat, bila bumi berbentuk datar, bayangan bumi di bulan akan memanjang atau berbentuk oval, Aristoteles juga berpendapat bahwa bumi adalah pusat alam semesta yang di kelilingi oleh matahari dan benda-benda langit lainnya. Hasil 7 pemikirannya sangat berpengaruh bagi agamawan barat di abad ke empat belas sesudah masehi. Aristarchus (310-230 sebelum masehi) Astronom dan Matematikawan Yunani: Aristarchus adalah tokoh pertama yang menyimpulkan bumi bergerak mengelilingi matahari dalam lintasan berbentuk lingkaran, hasil pemikirannya ini tidak sepopuler hasil pemikiran Aristoteles, namun sekitar seribu tahun kemudian ide Aristarchus selanjutnya di kembangkan oleh ilmuwan Eropa bernama Nicolaus Copernicus, menjadi teori Heliosentris. Nabi Muhammad bin Ab’dullah (571-632 masehi) Rasul Allah yang terakhir: Nabi banyak menerima wahyu Allah Swt. untuk di jadikan pedoman bagi hidup manusia, kumpulan wahyu tersebut kemudian di bukukan menjadi kitab suci Al-Qur’an. Beberapa ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan tata surya adalah seperti berikut; Surat YUNUs ayat 5 Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan ditetapkannya manzilah-manzilah bagi perjalanan bulan itu, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu, Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak, Dia menjelaskan tanda-tanda kebesaran-Nya kepada orangorang yang mengetahui. 8 Tafsir Ibnu Katsir (QS. Yunus: 5) Allah Ta’ala memberi kabar tentang ciptaan-Nya berupa tanda-tanda yang menunjukan kepada kesempurnaan kekuasaan-Nya dan keagungan kekuasaan-Nya. Bahwa sesungguhnya Dia telah menjadikan sinar yang memancar dari tubuh matahari sebagai cahaya terang dan Dia menjadikan sinar bulan sebagai cahaya. Matahari melahirkan cahaya dan bulan melahirkan sinar. Maka, keduanya berbeda agar tidak keliru. Allah menetapkan bulan pada beberapa manzilah. Pertama-tama bulan muncul dalam keadaan kecil, kemudian sinar dan bentuknya bertambah sehingga sempurnalah menjadi purnama. Kemudian, bulan itu berkurang bentuk dan sinarnya sehingga kembali kepada keadaan semula. Penambahan dan pengurangan itu terjadi selama satu bulan penuh. Hal ini seperti firman Allah Ta’ala: Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua (QS. Yaa Siin: 39). Dan firman-Nya dalam ayat yang mulia ini: “Dan di tetapkannya”. Maksudnya adalah bulan. “Manzilah-manzilah bagi perjalanan bulan itu, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu”. Maka dengan matahari, kamu mengetahui hari-hari, dan dengan bulan kamu mengetahui bilangan bulan-bulan dan tahun-tahun. “Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak”. Maksudnya, Allah tidak menciptakannya dengan mainmain, akan tetapi dalam penciptaan itu ada hikmah yang agung dan hujjah yang kuat, sebagaimana firman-Nya: “Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk Neraka” (QS. Shaad: 27) 9 Firman-Nya: “Dia menjelaskan tanda-tanda kebesaranNya”. Maksudnya, Allah menerangkan bukti dan dalildalil, “kepada orang-orang yang mengetahui”. Perubahan bentuk semu bulan, seperti; bentuk sabit awal, bulan purnama, sabit akhir, dan bulan baru, di sebabkan oleh posisi bulan terhadap sinar matahari bila di lihat dari bumi, hal ini membuktikan bahwa sinar matahari selalu datang dari arah yang tetap, sedangkan bulan beredar mengelilingi bumi selama 29 ½ hari. Dengan berpedoman kepada bentuk semu bulan ini, umat islam menghasilkan perhitungan waktu yang di namakan kalender Hijriyah. Sebelumnya manusia menandakan waktu berdasarkan suatu kejadian atau peristiwa penting dan mudah di ingat, seperti tahun gajah misalnya, di ingat berdasarkan peristiwa datangnya pasukan gajah dari Yaman di pimpin oleh Abrahah yang gagal menghancurkan Ka’bah. Surat AL ANBIYAA ayat 33 Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. 10 Tafsir Ibnu Katsir (QS. Al Anbiyaa: 33) Allah berfirman, “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang”, yaitu malam dengan kegelapan dan ketenangannya dan siang dengan cahaya dan kesibukannya. Terkadang malam lebih panjang dan siang lebih singkat, serta sebaliknya. “Matahari dan Bulan”, matahari memiliki cahaya yang khusus, ruang edar sendiri, masa yang terbatas serta gerakan dan perjalanan khusus. Sedangkan bulan dengan cahaya lain, ruang edar lain, perjalanan lain dan ukuran lain. “Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya”, yaitu mereka beredar. Ibnu Abbas berkata: “Mereka beredar sebagaimana tenunan beredar di alat putarannya”. Mujahid berkata: “Tenunan tidak beredar kecuali di alat putarannya dan tidak ada alat putaran kecuali dengan tenunannya. Demikian pula dengan bintangbintang, matahari dan bulan tidak beredar kecuali dengan alat edarnya dan alat edarnya tidak berputar kecuali dengan semua itu”. Rotasi bumi adalah perputaran bumi pada sumbunya, perputaran ini merupakan akibat dari adanya gaya tarik menarik antara gaya gravitasi matahari dengan gaya gravitasi bumi. Permukaan bumi yang menghadap matahari mengalami siang, sebaliknya permukaan bumi yang membelakangi matahari mengalami malam. Akibat rotasi bumi, permukaan bumi yang menghadap dan membelakangi matahari saling bergantian menyebakan peristiwa siang dan malam. Pergerakan rotasi bumi dari arah barat ke timur membuat kita selalu menyaksikan matahari terbit di sebelah timur dan terbenam di sebelah barat. Kalimat: “Matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya” merupakan perumpamaan yang bermakna orbit edar bulan mengelilingi bumi, dan orbit edar matahari mengelilingi pusat galaksi bima sakti, sebuah petunjuk yang sulit di mengerti bagi umat Islam pada zaman nabi, akan tetapi seiring dengan berkembangnya pengetahuan serta di temukannya peralatan-peralatan 11 canggih, barulah kita dapat memahami apa yang di maksud dari perumpamaan ayat tersebut, seperti pada penjelasan orbit peredaran matahari berikut ini: Matahari berotasi pada sumbunya sekitar 27 hari untuk mencapai satu kali putaran, gerakan rotasi ini pertama kali di ketahui dari perubahan posisi bintik matahari melalui teleskop Galileo Galilei. Matahari dan seluruh isi tata surya, bergerak mengelilingi pusat galaksi bima sakti, jarak matahari dari pusat galaksi bima sakti sejauh 28.000 tahun cahaya, di pusat galaksi bersemayam lubang hitam supermasif yang disebut black hole. Nicolaus Copernicus (1473-1543 masehi) Astronom, Matematikawan, dan Ekonom berkebangsaan Polandia: Copernicus mengembangkan teori heliosentrisme yang berbunyi; “Matahari sebagai pusat tata surya, bumi dan planet lain mengelilingi matahari dalam bentuk lingkaran”. Awalnya Copernicus mengutarakan teorinya secara sembunyi-sembunyi, mungkin karena takut di tuduh sebagai ilmuwan sesat oleh agamawan barat, khususnya dari kalangan gereja yang masih menganut paham bumi adalah pusat semesta hasil pemikiran Aristoteles. Galileo Galilei (1564-1642 masehi) Astronom, Filsuf, dan Fisikawan Italia: Sebagai salah satu pendukung teori heliosentrisme, Galileo membuktikan kebenaran teori tersebut dengan menyumbangkan penemuan berupa Teleskop, sebuah alat penting untuk pengamatan bendabenda langit.