Yayasan BaKTI Kerangka Acuan Bengkel Komunikasi Pembangunan Efektif II: Beyond Movie Making BAKTI, 12-14 December 2011 Latar Belakang 1. Komunikasi Pembangunan Istilah Komunikasi Pembangunan pertama kali muncul pada tahun 1972 Communication for Development (ComDev) is a social process dengan pengertian bahawa based on dialogue using a broad range of tools and methods. Komunikasi Pembangunan adalah seni ComDev is about seeking change at different levels including dan ilmu komunikasi manusia yang listening, establishing trust, sharing knowledge and skills, berhubungan dengan perubahan building policies, debating and learning for sustained and dalam suatu masyarakat dari meaningful change. ketidakmampuan masyarakat menjadi The ComDev process goes beyond information dissemination salah satu masyarakat yang memiliki to facilitate active participation and stakeholder dialogue. It pertumbuhan sosial-ekonomi yang highlights the importance of raising awareness, the cultural dimensions of development, local knowledge, experiential dinamis sehingga membuat learning, information sharing and the active participation of keseimbangan dan membuat potensi rural people and other stakeholders in decision making. individu yang lebih besar. Oleh karena Media and tools in a ComDev process range from folk media hal itu, komunikasi pembangunan and traditional social groupings to rural radio for community digunakan untuk mempromosikan development, video and multimedia modules for farmer program pembangunan sosial. Teori training, and the Internet for linking researchers, educators, dan pendekatan yang berhubungan extensionists and other stakeholders in the agricultural dengan komunikasi pembangunan innovation continuum. begitu banyak dan masih berkembang. FAO Beberapa pendekatan yang sering digunakan bisa termasuk penyebaran informasi, perubahan sikap, marketing sosial, mobilisasi sosial, advokasi media, komunikasi atau perubahan sosial dan partisipasi komunikasi pembangunan. Sebagian besar, walaupun tidak semua, proyek pengembangan, sebuah program dan organisasi mempunyai komponen komunikasi. Fungsi dari komponen tersebut berubah seiring dengan perkembangan dari program yang sedang dijalankan. Pada mulanya proses tersebut digunakan mungkin hanya untuk memperkenalkan program baru yang akan berjalan, setelah itu bisa jadi digunakan untuk meyakinkan pemangku kepentingan lainnya agar bisa merubah sikap mereka supaya tujuan dari program tercapai dan akhirnya komponen komunikasi tadi sepertinya digunakan untuk mempromosikan keberhasilan dari program tersebut. Seringkali komunikasi dilakukan hanya satu arah, sehingga perlu dipastikan bahwa proses komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi dua arah. Pihak yang terlibat dalam proses ini beragam, baik dari sisi jumlah dan demografinya. Communication strategies enable people to know and understand issues that affect them, and they provide people with the means and spaces to articulate their own perspectives in public and political debate. Without knowledge of issues that affect you, and without the capacity to make your voice heard, there can be no participation or ownership. This is particularly and especially the case for people living in poverty. Repeated surveys of people living in poverty find that people consistently treasure one thing more than money – that one thing is having a voice in their own development. Communication for development is an essential component of any strategy designed to guarantee that voice. - Danida Kisaran dari perangkat yang digunakan dalam proses komunikasi untuk pengembangan sosial sangat luas dan melibatkan banyak brosur, newsletter, website, milis, social networks, publikasi, banner, TV, radio dan film. Komunikasi pembangunan tidak selalu berhubungan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk pengembangan. Setiap program nantinya akan beradaptasi sesuai dengan kebutuhan yang paling tepat. Beberapa organisasi membuat strategi komunikasi dan akhirnya strategi tersebut berkembang secara organik. Rencana pembiayaan untuk strategi komunikasi yang sudah dibuat seringkali tidak ada alokasinya dalam program tersebut. Sehingga usaha untuk melakukan perubahan sering terjadi dari satu program ke program lain. Komunikasi pembangunan dituntut untuk memiliki kepekaan di tempat tertentu. Hal ini artinya proses ini harus bisa beradaptasi dengan kuktur, bahasa, kondisi lokal, kebiasaan media lokal dan lain sebagainya. Tidak ada istilah strategi komunikasi yang sama disemua tempat. Hal ini sepertinya adalah sesuatu yang sangat dikenal oleh semua orang yang khususnya bekerja di Kawasan Timur Indonesia dan masalah ini semakin diperburuk oleh isu geografis dan infrastruktur komunikasi yang buruk di setiap daerah. Tidak ada komponen komunikasi dua arah yang nanti dikembangkan akan memiliki proses yang sama, semua akan disesuaikan agar sesuai dengan target, tujuan program, ketersediaan dana dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya, tetapi dengan mengasah pengalaman, belajar dari proses atau penggunaan produk komunikasi yang maksimal akan menjadi sama dalam pelaksanaan komunikasi pembangunan. 2. Bengkel Komunikasi Pembangunan Efektif II: Beyond Movie Making Sehingga dari hal ini ada peluang dan kebutuhan untuk para praktisi di Komunikasi Pembangunan (khususnya untuk mereka yang bekerja di KTI) untuk bersama-sama bertemu dan berbagi pengalaman. Ada kesadaran juga untuk selalu belajar dan berkembang, khususnya untuk teknologi baru dan model berkomunikasi. Acara ini disebut sebagai ‘bengkel’ karena bukan hanya sebagai suatu acara seperti workshop, seminar atau pelatihan tetapi sesuatu proses yang menyediakan kepada pesertanya sebuah perangkat baru yang bisa digunakan dalam program setelah mendengar dan menyerap beberapa contoh kasus praktikal dari rekan-rekan praktisi lainnya. Setelah pelaksanaan bengkel pertama yang membahas soal konsep komunikasi pembangunan dan bagaimana meramu strategi komunikasi pembangunan yang efektif. Bengkel 2 kembali akan dilaksanakan. Mempertahankan model pelaksanaan bengkel 1, namun lebih fokus membahas lebih dalam hal yang praktikal dalam komunikasi pembangunan. Pilihan tema bersumber dari diskusi dan pembelajaran yang muncul dalam pelaksanaan bengkel pertama. Bengkel Komunikasi Pembangunan Efektif 2 ini akan fokus ke film atau lebih khusus lagi ke digital storytelling, dengan tema “Beyond Movie Making”. Bagaimana produk digital storytelling ini dapat menjadi satu produk komunikasi pembangunan yang efektif. Kegiatan selama tiga hari ini akan mengupas tuntas proses kreatif dalam menyusun ide, membuat cerita, menangkap peristiwa dan menyampaikannya. Dengan mengkombinasikan narasi cerita dengan konten digital, yang didalamnya termasuk gambar, suara, musik, atau video, untuk menghasilkan sebuah film singkat yang menarik. Tujuan Bengkel Komunikasi Pembangunan Efektif: Beyond Movie Making akan menjadi tempat berbagi pengalaman dan peningkatan kapasitas berkaitan dengan media audio-visual. Kegiatan ini, termasuk praktik langsung didalamnya, juga diharapkan menghasilkan film yang menjadi suatu contoh produk komunikasi yang efektif, atau juga menginspirasi untuk menghasilkan produk serupa. Di bengkel 2 ini, peserta akan melakukan kegiatan: 1. Saling belajar dan berbagi pengalaman terkait proses kreatif dalam pembuatan film 2. Membentuk satu tim dan melakukan kegiatan produksi film 3. Membuat satu produk bersama film yang sederhana Sehingga diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini peserta akan: 1. Lebih mengenal media alternatif film dan pemanfaatannya dalam komunikasi pembangunan 2. Mengetahui berbagai model penyampaian cerita untuk kebutuhan produksi film 3. Memahami alur proses kreatif dan kebutuhan komponen dalam produksi film 4. Mampu terlibat aktif dalam proses produksi dan menghasilkan produk film untuk kebutuhan komunikasi pembangunan Peserta Kegiatan ini tidak mengkhususkan sebagai pelatihan produksi ataupun editing film. Namun lebih daripada hal tersebut adalah bagaimana menyampaikan cerita dalam bentuk visual untuk mendorong suatu perubahan atau untuk menjadi sesuatu yang menginspirasi. Dengan memanfaatkan media apapun, hal yang sederhanapun, akan bisa menjadi materi yang berguna untuk proses kreatif dalam produksi film. Untuk itu peserta akan diminta untuk membawa contoh karya kreatif mereka. Dalam bentuk media apapun, baik itu foto, tulisan, rekaman video, audio, multimedia, gambar, lukisan, lagu – apasaja! Kegiatan ini akan mampu memenuhi kebutuhan bagi pemula maupun yang berpengalaman terlibat dalam proses produksi film. Terbuka bagi mereka yang tertarik pada proses kreatif dalam produksi dan pemanfaatan film sebagai media komunikasi pembangunan yang efektif. Target utama peserta adalah staf bagian komunikasi dan publikasi baik itu di Pemerintahan, Project/Program Pembangunan, LSM, Organisasi Massa dan sebagainya. Jumlah peserta maksimum 20 orang Peserta diharapkan mampu berpartisipasi penuh selama 3 (tiga) hari kegiatan. Profil Narasumber Rendra Almatsier, memulai karir di bidang periklanan, Rendra telah menyampaikan banyak “cerita” tentang berbagai produk dan perusahaan yang muncul di media-media TV di Indonesia. Tahun 2001 Rendra mulai membuat cerita tentang kehidupan masyarakat, program pembangunan. Termasuk membuat film dokumenter. Hingga saat ini telah banyak terlibat dalam berbagai produksi film untuk berbagai lembaga/proyek pembangunan antara lain dengan Save the Children, Oxfam, CIFOR, BaKTI dan sebagainya. Dia mengatakan,” Sudah terlalu banyak yang memberi tahu ke bangsa ini utk meminum obat apa saat sakit, shampoo apa yg dipake saat ketombean, makanan apa yg harus dimakan saat lapar. Tapi belum terlalu banyak yang memberi tahu tentang cerita certia inspiratif yang sebenarnya banyak terjadi di bangsa ini.” Sebagian hasil karyanya dapat dilihat di: http://www.youtube.com/user/rendra23 Deni Ganjar Nugraha, Alumni FSRD ITB. Aktif mengajar di Bimbel Seni Rupa Villa Merah Jakarta. Meski latar belakangnya Desain Interior, tapi kepedulian sosialnya menjadikan dia banyak terlibat sebagai fasilitator yang aktif bekerja sama dengan beberapa LSM terkemuka. Aktif menghasilkan karyakarya grafis yang diluar kebiasaan, dan dikenal sebagai satu grafis recorder berpengalaman di Indonesia. Karya-karyanya dapat dilihat di: http://www.graphicrecorderindonesia.com/ . Handrio Widagdo, Kameramen dan Video Editor profesional, yang telah banyak berpengalaman mengerjakan produksi film iklan untuk perusahaan, lembaga dan juga institusi pemerintahan. Beberapa diantaranya adalah Palang Merah Indonesia, HiLo – Go Green Ambasador, ADVANCE - Hula Chair, Bank Danamon,Perusahaan Gas Negara. Juga aktif dan mendalami 2D Motion Graphics. Hasil karyanya dapat dilihat di: http://mylifecomrio.blogspot.com/ Waktu Pelaksanaan Durasi Kegiatan: 3 (tiga) hari Waktu: 12 - 14 Desember 2011 Rancangan Acara Hari pertama akan fokus ke membahas proses kreatif serta konsep di belakang proses membuat suatu cerita dalam bentuk digital. Membahas proses yang bermula dari menemukan ide, mengerjakannya bersama dalam satu tim kreatif sehingga menghasilkan cerita dalam kemasan digital untuk disampaikan ke audiens. Termasuk juga bagaimana produk tersebut akan memberi pengaruh sesuai yang ditargetkan. Hari kedua dan ketiga, para peserta akan melakukan kegiatan bersama untuk menemukan ide dan melakukan proses produksi dari awal hingga menghasilkan satu produk. Di sesi ini peserta akan mendapat kesempatan untuk mempelajari berbagai kemampuan/skill baik sebagai produser, penulis, kameramen, editor. Agenda acara yang lengkap akan dibagikan di awal kegiatan. Tempat Pelaksanaan Kantor Yayasan BaKTI, Jl. Dr. Sutomo 26 Makassar 90113, Sulawesi Selatan Telp. 0411 3650320 – 22, Fax 0411 3650323 Bahasa Pengantar Bahasa pengantar yang akan digunakan dalam kegiatan ini adalah Bahasa Indonesia Kontribusi Peserta Kontribusi peserta sebesar: IDR 800.000 per orang Biaya termasuk: penyediaan materi pelatihan, makan siang, snacks/coffee selama pelatihan dan tempat pelatihan. Tidak termasuk akomodasi hotel, transportasi, makan pagi dan makan malam. Kontak Person Mila Shwaiko Email mila[at]bakti.org / HP 085255776165 Informasi lebih lanjut dapat dilihat di: Website: www.bakti.org , Facebook Page: www.facebook.com/yayasanbakti