1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan hubungan cinta, kasih sayang dan kesenangan. Sarana bagi terciptanya kerukunan dan kebahagiaan. Tujuan ikatan perkawinan adalah untuk dapat membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, untuk menciptakan keluarga yang bahagia dan menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban. Dalam perkawinan pasangan suami istri mengikat dirinya pada persetujuan umum yang diakui, untuk mentaati peraturan dan ketentuanketentuan dalam masyarakat mereka secara timbal balik, terhadap anak-anaknya, sanak keluarganya dan terhadap orang lain dalam masyarakat. Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri, begitu juga dengan seorang wanita, namun dalam keadaan tertentu lembaga perkawinan yang berasaskan monogami sulit dipertahankan. Dalam keadaan tertentu dimungkinkan seorang laki-laki memiliki istri lebih dari seorang berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang Perkawinan (yang selanjutnya disebut UUP) yaitu Pasal 4 ayat 2 “Pengadilan dimaksud dalam ayat 1 hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila: a. istri tidak dapat 2 menjalankan kewajibannya sebagai istri; b. istri mendapat cacat badan/atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan; c. istri tidak dapat melahirkan keturunan. Perkawinan lebih dari satu kali ini sering mengundang reaksi dari berbagai pihak terutama keluarga. Dalam hal perkawinan lebih dari satu kali ini konflik yang paling sering terjadi adalah mengenai harta bersama dan harta waris ketika salah satu dari suami atau istri meninggal dunia. Pembagian harta bersama dalam hal suami beristri lebih dari satu orang, telah diatur dalam Pasal 94 Kompilasi Hukum Islam (yang selanjutnya disebut KHI) “(1).Harta bersama dari perkawinan seorang suami yang mempunyai isteri lebih dari seorang, masing-masing terpisah dan berdiri sendiri. (2). Pemilikan harta bersama perkawinan seorang suami yang mempunyai istri lebih dari seorang sebagaimana tersebut ayat (1), dihitung pada saat berlangsungnya akad perkawinan kedua, ketiga, atau yang keempat.” Harta yang diperoleh oleh suami selama dalam ikatan perkawinan dengan isteri pertama, merupakan harta bersama milik suami dan isteri pertama. Harta yang yang diperoleh suami selama dalam ikatan perkawinan dengan isteri kedua dan selama itu pula suami masih terikat perkawinan dengan istri pertama, maka harta tersebut merupakan harta bersama milik suami isteri, isteri pertama dan isteri kedua. Ketentuan mengenai pembagian harta waris pada perkawianan lebih dari satu kali disebutkan dalam Pasal 190 KHI, bahwa bagi pewaris yang beristri 3 lebih dari seorang, maka masing-masing mendapatkan bagian atas harta gono gini dari rumah tangga dengan suaminya sedangkan keseluruhan bagian pewaris menjadi hak dari ahli waris. Meski telah ada aturan yang mengatur tentang pembagian harta tersebut, tetapi dalam penerapannya, ketentuan-ketentuan tersebut jarang dilaksanakan secara murni. Perkembangan hukum kewarisan di masyarakat telah banyak yang mengalami perubahan karena kecenderungan sistem sosial dan perilaku masyarakat yang selalu berkembang melebihi perkembangan hukum yang berlaku, serta sifat dari manusia itu sendiri. Sengketa mengenai pembagian harta warisan pada perkawinan lebih dari satu kali sering muncul ketika masing-masing ahli waris merasa paling berhak memiliki harta warisan, baik itu istri maupun anak-anak yang ditinggalkan. Hal ini juga terjadi seperti pada kasus Nomor: 0353/Pdt.G/2011/PA.Bn yang terjadi di Bengkulu. Pada kasus tersebut, Kosasih bin Ali Syahbana (almarhum) terlebih dahulu telah menikah dengan Noviar Husniah binti Muhammad Husen (istri pertama almarhum). Dalam pernikahannya dengan Noviar Husniah binti Muhammad Husen, pewaris dikaruniai 3 orang anak masing-masing bernama Misti Aquita binti Kosasih, Reni Susianti binti Kosasih dan Pegia Herianto bin Kosasih. Selain menikah dengan Noviar Husniah binti Muhammad Husen, Kosasih bin Ali Syahbana (almarhum) juga melakukan pernikahan kedua dengan 4 Zaleha binti Jemusir (isteri kedua almarhum) dan dikaruniai 2 (dua) orang anak yang masing-masing bernama Rina Saginah binti Kosasih, dan Aksara Afni binti Kosasih. Semasa hidupnya baik itu bersama istri pertama maupun istri kedua Kosasih bin Alisyahbana (pewaris), mempunyai harta. Semeninggalnya Kosasih bin Alisyahbana (pewaris), meninggalkan harta warisan berupa tanah perkebunan dan rumah yang harus dibagikan kepada seluruh ahli waris yang ditinggalkan. Majelis Hakim Pengadilan Agama Kelas IA Bengkulu, memutuskan yang berhak menjadi ahli waris adalah 2 (dua) orang istri dan 5 (lima) orang anak. Majelis hakim menentukan bagian harta waris almarhum Kosasih bin Alisyahbana adalah Noviar Husniah (Penggugat I) dan Zaleha (Tergugat I) selaku isteri-isteri mendapat 1/8 (seperdelapan) bagian. Misti (Penggugat II), Reni Susianti (Penggugat III), Pegia Herianto (Penggugat IV), Rina Saginah (Tergugat II) dan Aksara Afni (Tergugat III) selaku anak mendapat bagian sisa (ashobah) yaitu 7/8 (tujuh perdelapan) dengan ketentuan Penggugat IV selaku anak lelaki mendapat dua kali lipat dari bagian Penggugat II, Penggugat III, Tergugat II dan Tergugat III sebagai anak perempuan. Setelah adanya putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap, maka para pihak yang berperkara semestinya dapat melakukan kewajibannya masing-masing, namun apabila tidak dilaksanakan secara sukarela maka dapat dilakukan upaya eksekusi. Pada kenyataannya sejak diputuskan oleh Majelis hakim pada tanggal 18 Juni 2012 para pihak tidak melakukan kewajibannya secara sukarela dan tidak pula 5 menuntut haknya, semestinya dapat dilakukan eksekusi tetapi tidak ada tindakan yang dilakukan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian sesuai dengan latar belakang tersebut, untuk mengkaji dasar-dasar hukum tentang pembagian harta warisan bagi istri pertama dan istri kedua beserta anak-anak mereka dalam putusan Majelis Hakim Pengadilan Agama Kelas IA Bengkulu dengan judul penelitian: “Analisa Yuridis terhadap Pembagian Waris Suami yang Menikah dengan Lebih dari Satu Istri (Studi Kasus Putusan Nomor: 0353/Pdt.G/2011/PA.Bn) ”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah dasar pertimbangan hakim menentukan harta waris dalam perkawinan suami dengan lebih dari satu istri pada Putusan Pengadilan Agama Bengkulu Nomor: 0353/Pdt.G/2011/PA.Bn? 2. Apakah dasar pertimbangan hakim menentukan ahli waris dan bagian ahli waris dalam perkawinan suami dengan lebih dari satu istri pada Putusan Pengadilan Agama Bengkulu Nomor: 0353/Pdt.G/2011/PA.Bn? 6 3. Bagaimana seharusnya pelaksanaan pembagian waris setelah Putusan Pengadilan Agama Bengkulu Nomor: 0353/Pdt.G/2011/PA.Bn memiliki kekuatan hukum tetap? C. Keaslian Penelitian Penelitian dan penulisan yang berkaitan dengan penerapan Hukum Waris Islam sebelumnya telah banyak penulis temui, salah satu tesis yang mempunyai tema yang hampir sama dengan penelitian yang sedang penulis angkat diantaranya adalah karya dari: 1. Dina Mary, pada tahun 2008 Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dengan judul “Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Istri dan Pembagian Harta Waris Dalam Perkawinan Poligami Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (Studi Kasus Dusun Dampit, Mertoyudan, Magelang). 1 Mengangkat permasalahan: a. Bagaimanakah Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) dapat memberikan perlindungan terhadap hak-hak para istri dalam perkawinan poligami di dusun Dampit? 1 Dina Mary, 2008, Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Istri dan Pembagian Harta Waris Dalam Perkawinan Poligami Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (Studi Kasus Dusun Dampit, Mertoyudan, Magelang), Tesis Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm 6. 7 b. Bagaimanakah pembagian harta warisannya dalam perkawinan poligami dengan putusnya perkawinan karena kematian suami? Penelitian dalam thesis ini menitikberatkan pada perlindungan terhadap hak hak para istri dalam perkawinan poligami menurut UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, sedangkan pada penelitian yang penulis lakukan membahas mengenai pertimbangan hakim dalam pembagian harta waris dan pelaksaan putusan dalam perkawinan poligami. 2. Yeni Gusnita, pada tahun 2010, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dengan judul “Tinjauan Terhadap Putusan Pengadilan Agama Tentang Perkawinan Poligami (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kota Padang)”. 2 Mengangkat permasalahan : a. Apa saja faktor penyebab poligami pada Pengadilan Agama Kota Padang? b. Bagaimana perlindungan hukum terhadap istri dalam perkawinan poligami? Dalam penelitian ini memang memiliki kesamaan yaitu membahas mengenai perkawinan lebih dari satu kali, tapi dalam penelitain saudari Yeni lebih menitikberatkan pada faktor penyebab terjadinya poligami dan 2 Yeni Gusnita, 2010, Tinjauan Terhadap Putusan Pengadilan Agama Tentang Perkawinan Poligami (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kota Padang), Tesis Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm 8. 8 bagaimana perlindungan terhadap para istri. Sedangkan peneliatian yang penulis buat akan menitikberatkan permasalahan pada dasar pertimbangan hakim dalam membahas mengenai pertimbangan hakim dalam pembagian harta waris dan pelaksaan putusan dalam perkawinan lebih dari satu kali. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis, sebagai bahan masukan dan kontribusi pemikiran di bidang hukum, khususnya pengembangan hukum waris, terutama waris Islam. 2. Secara praktis, diharapkan dapat memberikan informasi para pihak seperti para ahli waris dalam menyelesaikan pembagian harta peninggalan, lembaga Peradilan Agama, para praktisi hukum dan masyarakat luas yang ingin melakukan pembagian harta warisan secara Islam. E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam menentukan harta waris pada perkawinan suami dengan lebih dari satu istri pada Putusan Pengadilan Agama Bengkulu Nomor: 0353/Pdt.G/2011/PA.Bn. 9 2. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam menentukan bagian ahli waris pada perkawinan suami dengan lebih dari satu istri pada Putusan Pengadilan Agama Bengkulu Nomor: 0353/Pdt.G/2011/PA.Bn. 3. Untuk mengetahui pelaksaan pembagian waris setalah Putusan Pengadilan Agama Bengkulu Nomor: 0353/Pdt.G/2011/PA.Bn memiliki kekuatan hukum tetap.