Komang Shary K., NPM 1206238633 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia LTM Pemicu 5 Modul Penginderaan Aspek Patologi Anatomi Trauma Okular Pendahuluan Trauma ocular atau trauma pada mata kira-kira merupakan 3% penyebab kunjungan ke IGD. Untuk mengevaluasi trauma, perlu dilakukan evaluasi sistematis dari struktur-struktur orbital dan periorbital.[1] Trauma ocular dapat berdampak pada penurunan visus permanen atau tidak berdampak pada penurunan visus.[2] Pada LTM ini akan dibahas kerusakan yang terjadi dari beberapa jenis trauma, yakni trauma benda tumpul (blunt trauma), trauma benda tajam (sharp trauma), benda asing pada mata, dan trauma bahan kimia. Sebelumnya, pemahaman akan terminologi yang digunakan dalam mendeskripsikan trauma okular diperlukan untuk mengetahui bagaimana gambaran luka tersebut: • Eyewall = sklera dan kornea • Closed globe injury = luka pada eyewall yang mencakup ketebalan penuh • Closed globe injury = luka pada eyewall yang tidak mencakup ketebalan penuh • Kontusio = tidak ada luka, cidera akibat kontak dengan energy langsung dari objek atau dari perubahan bentuk bola mata • Laserasi = luka pada eyewall yang mencakup seluruh ketebalan, akibat dari benda tajam • Penetrating injury = luka tusukan yang masuk • Intraocular foreign body = benda asing yang tetap berada di dalam mata, sebenarnya merupakan penetrating injury tapi dipisahkan karena manifestasi yang berbeda • Perforating injury = luka yang memiliki jalan masuk dan jalan keluar akibat satu sumber [3] Isi 1. Trauma Benda Tumpul Kelainan yang disebabkan trauma benda tumpul dapat dilihat pada gambar di samping ini. Trauma benda tumpul dapat menyebabkan timbulnya sudut iridokorneal yang memanjang (angle recession), ruptur koroid, pelepasan iris, pelepasan retina, pembengkakan retina (commotion), ruptur zonula Zinii, serta terdorongnya mata menembus antrum maksila. Apabila terjadi abrasi kornea, maka abrasi tersebut akan sembuh dengan cepat, dan hanya menimbulkan jaringan parut apabila luka mencapai lapisan Bowman. Commotio yang terjadi pada retina juga hampir selalu 1 sembuh dengan sendirinya. Di sisi lain, rupturnya koroid yang sering terjadi pada bagian posterior dapat menyebabkan penurunan visus yang signifikan. Trauma yang lebih berat dapat menyebabkan resesi sudut yang disertai dengan hyphema (munculnya darah pada kamera okuli anterior). Resesi sudut kelak akan menjadi faktor risiko glaukoma pada pasien. Trauma yang lebih berat juga dapat menyobek iris serta memisahkan korpus siliaris dari scleral spur. Selain itu, trauma dapat menyebabkan ruptur bola mata, menyebabkan disorganisasi struktur intraocular.[2] Katarak dapat terjadi pada pasien yang mengalami trauma benda tumpul. Pada katarak traumatic, terdapat penampakan flower or petalloid appearance. Katarak dapat mempengaruhi visus secara signifikan maupun tidak. Kelainan lainnya di sekitar lensa adalah pelemahan zonula Zinii.[2] 2. Trauma Benda Tajam Istilah trauma benda tajam dan trauma perforasi umumnya digunakan untuk cidera mata yang menyebabkan defek integritas selubung-selubung pada mata.[4] Trauma benda tajam menyebabkan luka penetrasi pada bola mata. Kerusakan struktur yang dapat terjadi misalnya adalah laserasi kornea yang dapat menyebabkan timbulnya jaringan parut pada kornea. Setelah bola mata stabil, transplantasi kornea mungkin dibutuhkan. Kelainan lain yang dapat ditemukan adalah katarak (apabila luka sampai pada lensa) dan ablatio atau disrupsi retina.[2] Laserasi kornea [2] 3. Benda Asing pada Mata Benda asing yang paling sering menyebabkan trauma ini adalah logam, contohnya besi. Deposisi besi pada epitel intraokular disebut juga siderosis, dan bersifat toksik untuk mata.[2] Besi dapat terdeposisi pada lensa sehingga menyebabkan katarak, berdeposisi pada iris dan menyebabkan heterochromia iridum, atau berdeposisi pada processus siliaris sehingga menyebabkan perubahan warna.[2,4] Deposisi besi dapat ditemukan pada retina. Apabila benda asing yang terdapat dalam mata merupakan intraocular vegetable matter, maka komplikasi yang mungkin ditemukan adalah endophthalmitis jamur.[2] 2 Heterochromia iridum (kiri) [4] dan siderosis pada lensa(kanan) [2] 4. Trauma Bahan Kimia Trauma bahan kimia merupakan keadaan darurat okular, memerlukan tata laksana irigasi segera sampai setidaknya 30 menit sebelum pasien ditransportasikan.[1] Contoh trauma bahan kimia adalah trauma akibat asam kuat dan alkali. Kerusakan yang diakibatkan bergantung pada kekuatan bahan kimiawi dan durasi kontak. Biasanya, yang terlibat adalah bagian anterior mata. Acid burn akibat asam dapat diatasi oleh dapar jaringan pada mata sehingga bersifat nonprogresif dan lebih ringan daripad alkali burn. Alkali dalam trauma bahan kimia mempenetrasi secara dalam, menyebabkan denaturasi protein, nekrosis intraokular, saponifikasi lemak, dan bersifat progresif karena sulit dinetralisasi. Nekrosis endotel vaskular dapat menyebabkan oklusi sehingga terjadi iskemia jaringan. Selain itu, munculnya sel polimorfonuklear juga menyebabkan disolusi dan ulserasi kornea akibat kolagenase yang dihasilkan.[4] Cidera akibat alkali [4] 3 5. Penyembuhan Luka Proses penyembuhan luka bergantung pada struktur yang mengalami kerusakan.[4] Timbulnya jaringan parut pada penyembuhan luka dapat menyebabkan penurunan visus serta timbulnya vaskularisasi.[2] Pembentukan jaringan parut serta vaskularisasi pada penyembuhan luka [4] Kesimpulan dan Keterkaitan dengan Pemicu Trauma menyebabkan berbagai kelainan patologi yang dapat menyebabkan penurunan visus, baik permanen maupun tidak. Pada pemicu, benda asing berupa besi telah masuk ke dalam mata pasien dan keberadaan besi bersifat toksik pada mata pasien sehingga harus ditata laksana secara cepat. Daftar Pustaka: 1. Sharma R, Brunette DD. Ophthalmology. In: Marx JA, Hockberger RS, Walls RM, editors. Rosen’s Emergency Medicine, Eight Edition. Philadelphia: Saunders; 2014 2. Scribbick F, Antonio S. The Pathology of Ocular Trauma. San Francisco: Association of Technical Personnel in Ophthalmology; 2009 [cited 2015 April 15]. Available from: http://www.atpo.org/documents/handouts/atap1140.pdf 3. Banta JT. Ocular Trauma. Philadelphia: Elsevier; 2007. 4. Eagle RC. Eye Pathology: An Atlas and Text, Second Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2011. 4