JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 5 NOMOR 2 JULI 2014 Perbedaan Hasil Belajar Ditinjau dari Pembelajaran Kooperatif, Perilaku Berkarakter dan Disposisi Matematis The Difference between Learning Outcomes Viewed from Cooperative Learning, Character Behavior and Mathematical Disposition Fajar Euis Nagara Putri1, Faad Maonde2, Kadir2 1&2 ( Staf pengajar matematika pada SMP Negeri 11 Kendari & staf pengajar matematika pada jurusan PMIPA FKIP UHO; email: [email protected], [email protected] & [email protected], mobile: 081245660034) Abstrak: Penelitian eksperimen desain 3x2 faktorial pretest posttest by subject dengan sampel 180 orang siswa bertujuan untuk mengkaji: (1) deskripsi hasil belajar matematika siswa setelah diberi perlakuan pembelajaran kooperatif dan perilaku berkarakter, (2) disposisi matematis siswa mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar matematika, (3) dengan memperhitungkan kovariat disposisi matematis siswa, interaksi pembelajaran kooperatif dan perilaku berkarakter secara simultan dengan mengontrol kedua faktor utama mempunyai perbedaan pengaruh terhadap hasil belajar matematika. Hasil analisis menggunakan Anacova menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar matematika berfluktuasi pada masing-masing sel dalam mendukung hipotesis yang diajukan. Kovariat disposisi matematis berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika sebesar 0,606 satuan. Dengan memperhitungkan kovariat disposisi matematis, interaksi pembelajaran kooperatif (TGT, Jigsaw dan STAD) dan perilaku berkarakter secara simultan dengan mengontrol kedua faktor utama mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan. Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif, TGT, STAD, Jigsaw, Perilaku Berkarakter, Disposisi Matematis Siswa, Hasil Belajar Matematika Abstract: This experiment is a 3x2 factorial study pretest posttest by subject with 180 students sampling the objective to assess: description of the mathematic learning outcomes of students after given treatment models of cooperative learning and behavioral character, mathematics disposition covariate of students has a positive influence toward math learning outcomes, by value the mathematics disposition covariate of students, the interaction of cooperative learning models and character behavior jointly or separately by controlling main factor has different influence toward mathematic learning outcome. The results of empirical analysis showed that the value of mathematics learning outcomes in each cell formed by cooperative learning model and character behavior has difference in support of the hypothesis. Based on the results of inferential analysis showed that: the mathematical disposition covariate of students has a positive significance influence toward math learning outcomes. By take into account math covariate disposition of the students, interaction models of cooperative learning and behavior character jointly or separately by the main factor controlling the difference has significance influence toward math learning outcomes. Taking into account the students mathematical dispositions covariates, the interaction of cooperative learning models and character behavior jointly or separately by controlling main factor has different has significance influence toward mathematic learning outcome. Keywords: Models of Cooperative Learning, TGT, STAD, Jigsaw, Character Behavior, Students Mathematical Dispositions, Mathematics Learning Outcomes PENDAHULUAN Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. 121 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 5 NOMOR 2 Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah rendahnya kualitas kegiatan belajar atau proses pembelajaran guru dikelas sehingga berdampak pada hasil belajar siswa. Berdasarkan kamus Bahasa Indonesia menyatakan bahwa, “Hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha (pikiran, tanam-tanaman, sawah, ladang, hutan, dsb) (Eddy, 2010:486) Menurut Nana Sudjana (2008:22) menyatakan bahwa, “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan (Oemar, 2008:115). Menurut Howard Kingsley dalam Sudjana (2008:22) membagi tiga macam hasil belajar yakni: (1) Keterampilan dan kebiasaan; (2) Pengetahuan dan pengertian; (3) Sikap dan cita-cita. hasil belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam penguasaan matematika yang diperolehnya dengan usaha-usaha yang berupa latihan maupun pengalaman yang disertai dengan perubahan tingkah laku. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan aspek sikap, pengetahuan dan nilai. Dalam penelitian ini yang dimaksud hasil belajar yang dimaksud adalah pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan yang tertuang dalam nilai. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep rumus, bukan pada pemahaman konsep dan materi. Guru sebagai agen dalam pembelajaran hanya berperan sebagai pentransfer ilmu pengetahuan. Akibatnya, suasana pembelajaran menjadi tidak produktif sehingga siswa menjadi pasif. Hal tersebut berdampak pada rendahnya daya serap dan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran matematika. Hasil riset yang telah dilakukan baik nasional maupun internasional menunjukkan bahwa penguasaan matematika siswa Indonesia masih jauh dari ideal. Hal ini dapat terlihat dari standar nilai rerata kelulusan Ujian Nasional (UN) yang dilaksanakan hingga JULI 2014 tahun 2011 s/d 2013 kurang dari 6 (enam), hasil TIMSS 2011 untuk siswa kelas VIII menempatkan Indonesia pada peringkat 36 dari 48 negara, dan hasil PISA 2006 untuk siswa kelas VIII menempatkan Indonesia pada peringkat 52 dari 57 negara. Seorang guru dalam menyampaikan materi perlu memilih metode atau model pembelajaran mana yang sesuai dengan keadaan kelas atau siswa, sehingga siswa tertarik untuk mempelajari materi pelajaran yang diajarkan. Model pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru dikelas adalah model pembelajaran konvensional. Model ini cenderung meminimalkan keterlibatan siswa, sehingga guru lebih dominan dalam pembelajaran. Dalam aktivitas pembelajaran konvensional, guru hanya menyampaikan materi secara langsung dan siswa bertanya ketika mengalami kesulitan dalam memahami materi tersebut. Siswa kurang dikondisikan untuk berbagi masalah dengan temannya dalam memahami materi pembelajaran. Siswa juga kurang diupayakan untuk berusaha memahami sendiri konsepkonsep matematika. Akibatnya, siswa sangat tergantung dan terpaku terhadap apa yang telah disampaikan guru. Misalnya, ketika siswa diberikan contoh soal lain yang berbeda dengan contoh yang diajarkan guru, maka sebagian besar siswa akan mengalami kesulitan dalam memecahkannya. Dewasa ini berkembang model pembelajaran yang dianggap efektif untuk diterapkan dan memenuhi tuntutan KTSP, yakni model pembelajaran kooperatif. Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif diartikan sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu sesama dalam stuktur kerjasama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih dalam memahami tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dimaksudkan agar siswa benar-benar menerima ilmu dari pengalaman belajar bersama temantemannya. Dalam metode pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan 4 orang atau lebih untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru (Slavin, 2005:8). Ide 121 122 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 5 NOMOR 2 yang melatarbelakangi bentuk pembelajaran kooperatif semacam ini adalah apabila para siswa ingin agar timnya berhasil, mereka akan mendorong anggota timnya untuk lebih baik dan akan membantu mereka melakukannya. Erman Suherman (2003:218) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Anita Lie (2007:12), sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong royong” JULI 2014 atau pembelajaran kooperatif. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dalam kelompok kecil atau tim untuk saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi dalam menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama dalam pembelajaran.Kerjasama dalam kelompok kecil dimana setiap siswa dapat berpartisipasi dalam tugas kelompok yang diawasi langsung oleh guru. Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif menurut Widyantini (2006) adalah sebagai berikut : Tabel 1. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Kooperatif Langkah Langkah 1 Indikator Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Langkah 2 Langkah 3 Langkah 5 Menyajikan informasi Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompokkelompok belajar. Membimbing kelompok belajar. Evaluasi. Langkah 6 Memberikan penghargaan. Langkah 4 Tingkah Laku Guru Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa. Guru menyajikan informasi kepada siswa. Guru menginformasikan pengelompokkan siswa. Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompokkelompok belajar. Guru mengevaluasi hasil relajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok Dari berbagai tipe pembelajaran kooperatif salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana adalah model kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions). Bagian penting dari model ini adalah kerjasama antar anggota kelompok dan kompetisi antar kelompok. Menurut Suyatno (2009:52) mengemukakan bahwa, tipe STAD adalah metode pembelajaran kooperatif untuk mengelompokkan kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Suyatno (2009:52) mengemukakan bahwa, tipe STAD adalah metode pembelajaran kooperatif untuk mengelompokkan kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Menurut Trianto (2007:54) menyatakan bahwa, “Langkah-langkah atau cara penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari enam fase yaitu: (1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, (2) Menyajikan/menyampaikan informasi, (3) Mengorganisasikan siswa dalam kelompokkelompok belajar, (4) Membimbing kelompok bekerja dan belajar, (5) Evaluasi, (6) Memberikan Penghargaan. La Ndia (2010:45) menyatakan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran matematika, hasil belajar matematika siswa dapat ditingkatkan. Model pembelajaran kooperatif tipe lain dengan sedikit variasi adalah pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Pembelajaran kooperatif tipe Teams 123 121 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 5 NOMOR 2 Games Tournament (TGT) merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan sehingga pembelajaran lebih variatif. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) merupakan metode yang pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edward, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari John Hopkins. TGT memiliki dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan dalam menyajikan pelajaran. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan melaksanakan masalahmasalah satu sama lain, tetapi waktu siswa sedang bermain dalam game, temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggungjawab individual. Model TGT memiliki dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan dalam menyajikan pelajaran. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan melaksanakan masalah-masalah satu sama lain, tetapi waktu siswa sedang bermain dalam game, temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual (Slavin, 2005:14). Model pembelajaran kooperatif yang lainnya adalah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Model ini menghendaki tanggung jawab siswa dalam belajar, karena siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang bersifat heterogen. Model kooperatif tipe jigsaw menggunakan istilah kelompok asal dan kelompok ahli. Setiap anggota bertanggungjawab mempelajari bagian materi tertentu yang diberikan tugas oleh guru untuk didiskusikan, yang selanjutnya anggota kelompok ahli ini kembali ke masing-masing kelompok asal untuk mengajarkannya kepada temannya sendiri. Tujuan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif dan penguasaan pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh siswa apabila siswa mempelajari materi secara individual. Dalam pembelajaran kooperatif tipe JULI 2014 Jigsaw, siswa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu “kelompok awal” dan “kelompok ahli”. Setiap siswa yang ada dalam “kelompok awal” mengkhususkan diri pada satu bagian dari sebuah unit pembelajaran. Siswa dalam “kelompok awal” ini kemudian dibagi lagi untuk masuk ke dalam “kelompok ahli” untuk mendiskusikan materi yang berbeda. Siswa kemudian kembali ke “kelompok awal” untuk mendiskusikan materi hasil “kelompok ahli” pada siswa “kelompok awal”. Dalam konsep ini semua siswa harus bisa mendapatkan kesempatan dalam proses belajar supaya semua pemikiran siswa dapat diketahui Model pembelajaran kooperatif juga dapat mewujudkan dari tujuan pendidikan nasional dalam pasal 3 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tersebut menunjukkan bahwa peserta didik yang memiliki karakter diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang beradab. Pelaksanaan pembelajaran matematika yang menggunakan berbagai model pembelajaran kooperatif dapat mewujudkannya. Pendidikan karakter dengan menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berkarakter menunjang pelaksanaan pembelajaran khususnya pada model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievment Divisions (STAD), Teams Games Tournament (TGT) dan tipe Jigsaw dianggap sesuai diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan nilai karakter yang mulai luntur. Laporan Pengimplementasian Pendidikan Karakter dalam Perkuliahan dan Pengembangan Kultur Universitas yang dilakukan oleh Dr. Siti Irene Astuti D, menyampaikan bahwa pendekatan masalah dalam pendidikan karakter proses pembelajaran dapat meningkatkan kepekaan siswa terhadap kepekaan sosial dalam kehidupan manusia. Penelitian ini juga membuktikan bahwa dengan pendekatan masalah yang diatasi dengan pendekatan kelompok dapat meningkatkan penguatan nilainilai karakter (berkerjasama, bertanggungjawab, 124 121 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 5 NOMOR 2 berkomunikasi, semangat bekerja/belajar) pada pribadi siswa telah terjadi (Astuti dkk, 2010:1). Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2006:1) adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya). Pendidikan karakter dengan menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berkarakter menunjang pelaksanaan pembelajaran khususnya pada model pembelajaran kooperatif. Didalam RPP berkarakter terdapat ciri khusus yang tidak pernah dilakukan pada pembelajaran sebelumnya, yaitu terdapat silabus, RPP dan lembar penilaian. Didalam silabus terdiri atas tiga aspek sebagai komponen utama yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Didalam RPP berkarakter terdapat lima lembar penilaian (LP1, LP2, LP3, LP4 dan LP5). Masing-masing lembar penilaian (LP) mempunyai fungsi dan tujuan yang berbeda-beda. (a) LP1 adalah lembar penilaian kognitif produk yang berfungsi mengevaluasi hasil pembelajaran dalam satu pertemuan dengan dikerjakan secara individu (tanpa kerja kelompok) setelah siswa siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) yang dikerjakan secara kelompok dengan menggunakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang diizinkan dan diprogramkan oleh guru yang bersangkutan. (b) LP2 adalah lembar penilaian proses yang dinilai guru saat siswa kerja kelompok dalam menyelesaikan LKS yang telah disiapkan oleh guru, disini merupakan penilaian kelompok atas kerjasama, bertanya pada guru, membantu teman dan kegiatan lainnya. (c) LP3 adalah lembar penilaian diri pada intinya berfungsi untuk mengetahui kejujuran siswa dalam mengerjakan JULI 2014 soal-soal yang terdapat pada LKS. Pentingnya LP3 ini siswa dari awal diajak untuk melakukan kaidah-kaidah kebenaran dalam melaksanakan sesuatu khususnya dalam pelaksanaan pembelajaran. (d) LP4 adalah lembar penilaian keterampilan sosial pada intinya berfungsi mengajak siswa sedini mungkin menghargai guru, sopan santun serta peduli dengan lingkungan dimana siswa itu berada. (e) LP5 adalah merupakan penilaian keterampilan (psikomotor) untuk mendukung siswa dalam mengerjakan LKS (Maonde, 2013:88-89). Faktor lain yang juga diduga cukup kuat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah disposisi siswa terhadap pelajaran matematika yang juga dikenal dengan disposisi matematis. Siswa memerlukan disposisi yang akan menjadikan mereka gigih menghadapi masalah yang lebih menantang, bertanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri, dan mengembangkan kebiasaan baik di matematika. Sayangnya, guru cenderung mengurangi beban belajar matematika untuk membantu siswa padahal itu merupakan sesuatu yang penting untuk siswa. Disposisi menurut Maxwell dalam Syaban (2008:36) terdiri dari (1) inclination (kecenderungan), yaitu bagaimana sikap siswa terhadap tugas-tugas; (2) sensitivity (kepekaan), yaitu bagaimana kesiapan siswa dalam menghadapi tugas; dan (3) ability (kemampuan), yaitu bagaimana siswa fokus untuk menyelesaikan tugas secara lengkap; dan (4) enjoyment (kesenangan), yaitu bagaimana tingkah laku siswa dalam menyelesaikan tugas. Dari beberapa definisi di atas, dalam penelitian ini didefinisikan disposisi matematis adalah keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan matematika. Adapun komponen disposisi matematisnya, adalah (1) Kepercayaan diri, adapun indikatornya adalah percaya diri terhadap kemampuannya/keyakinannya; (2) Keingintahuan, adapun indikatornya adalah sering mengajukan pertanyaan, melakukan penyelidikan, antusias/semangat dalam belajar, dan banyak membaca/mencari sumber lain; (3) Ketekunan, adapun indikatornya adala 121 125 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 5 NOMOR 2 JULI 2014 gigih/tekun/perhatian/kesungguhan; (4) Fleksibilitas, adapun indikatornya adalah kerjasama/berbagi pengetahuan, menghargai pendapat yang berbeda, dan berusaha mencari solusi/strategi lain; (5) Reflektif, adapun indikatornya adalah bertindak dan berhubungan dengan matematika, menyukai/rasa senang terhadap matematika; (6) Menghargai aplikasi matematika dalam bidang lain dan kehidupan sehari-hari.; (7) Mengapresiasi/menghargai peranan pelajaran matematika dalam bidang lain dan kehidupan sehari-hari. Faktor disposisi matematis ini berfungsi sebagai variabel kovariat. Variabel kovariat dalam penelitian ini merupakan faktor-faktor dari internal siswa yang mempengaruhi hasil belajar seperti inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif dan lain-lain (Slameto, 2003:55). Dalam analisis, faktor ini berfungsi untuk menghilangkan pengaruh perlakuan model pembelajaran kooperatif dengan perilaku berkarakter terhadap hasil belajar matematika siswa. Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam proses pembelajaran yang di dalamnya dikembangkan atau ditanamkan nilai-nilai karakter siswa. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Matematika SMP Ditinjau dari Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dan Perilaku Berkarakter dengan Memperhitungkan Disposisi Matematis Siswa”. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, dengan desain penelitian 3x2 faktorial melalui pretes dan postes yang menggunakan analisis kovarians (Ancova) serta menggunakan Fix Models dan Desain By Subject. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 11 dan 14 Kendari, pada siswa kelas VIII semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 dengan memperhatikan jadwal pelajaran pada sekolah dimaksud. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak enam kelas yaitu empat kelas eksperimen (perlakuan) yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Jigsaw, dan dua kelas kontrol yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Gambaran sampel yang terambil berdasarkan jumlah kelas dan jumlah siswa dalam setiap kelompok (sel), ditunjukkan pada tabel 2 berikut. Tabel 2. Gambaran Pengambilan Jumlah Sampel pada Setiap Sel dalam Penelitian Eksperimen di SMPN 11 dan 14 Kendari A A1 A2 A3 Jumlah B B1 30 30 30 90 B2 30 30 30 90 Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen (variabel terikat) yaitu hasil belajar matematika siswa, variabel independen (variabel bebas) yaitu model pembelajaran kooperatif sebagai faktor A dan perilaku berkarakter sebagai faktor B. Faktor A terdiri dari A1 model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan A2 model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai kelompok perlakuan, serta A3 model pembelajaran kooperatif tipe STAD Jumlah 60 60 60 180 sebagai kelompok kontrol. Faktor B perilaku berkarakter siswa terdiri dari B1 perilaku berkarakter diatas rata-rata dan B2 perilaku berkarakter dibawah rata-rata. Variabel kovariat yaitu variabel yang berkaitan dengan faktorfaktor internal siswa. Variabel kovariat pada penelitian ini adalah disposisi matematis siswa. Penelitian ini menggunakan desain pretest posttest by subject, sebagaimana digambarkan pada desain berikut: 126 121 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 5 NOMOR 2 R O1 E T O2 R O3 K ● O4 Keterangan : R: adalah kelompok eksperimen dan control; O1 & O3 adalah pelaksanaan prestest pada kelompok eksperimen dan kelompok control; E adalah eksperimen; T adalah true eksperimen; O2 & O4 adalah tes hasil belajar matematika pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol; K adalah pelaksanaan pembelajaran control; ● adalah desain kelompok kontrol., (Agung; 1992:88). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian instrumen penelitian berupa tes hasil belajar matematika setelah 14 kali pertemuan dengan rincian untuk materi relasi dan fungsi delapan pertemuan, persamaan garis lurus enam pertemuan. Bentuk tes yang digunakan yaitu tes memuat beberapa pertanyaan pilihan ganda, dimana tes ini diberikan pada ketiga kelas sampel baik pada kelas yang mendapat perlakuan maupun pada kelas kontrol. Data perilaku berkarakter diperoleh dari seperangkat instrumen perilaku berkarakter yang terdiri dari 60 butir pernyataan. Sebelum digunakan instrumen ini akan di uji coba pada sekolah diluar sekolah eksperimen. Data kovariat disposisi matematis siswa diperoleh dari seperangkat instrumen perilaku berkarakter yang terdiri dari 70 butir pernyataan. Teknik analisis data pada penelitian ini terdiri dari analisis uji coba instrumen dan analisis hasil data instrumen. Analisis uji coba instrumen terdiri dari analisis validitas dan reliabilitas instrumen. Analisis hasil instrumen 𝑌𝑖𝑗𝑘 = 𝜇 + 𝐴𝑖 + 𝐵𝑗 + 𝐴𝐵 𝑖𝑗 JULI 2014 terdiri dari analisis deskriptif dan analisis inferensial dengan analisis kovarians (Ancova). Analisis data deskriptif dalam penelitian ini akan menggunakan perangkat program analisis siap pakai, yaitu SPSS versi 20 melalui proses IF . . . paket program SPSS dengan hasil analisis yang dimuat dalam Tabel 3 (Agung; 2013:5). Teknik analisis inferensial dalam penelitian ini menggunakan paket program siap pakai SPSS versi 20.0 dengan persamaan umum berturut-turut sebagai berikut: Analisis Kovarians yang didahului oleh analisis regresi linier sederhana dengan model: Yi = β0 + β1X + εi; di mana: Yi menyatakan skor/nilai pengamatan ke-i pengamatan menyatakan nilai/skor/ukuran pengamatan ke-i dalam sampel untuk i=1,2, 3, … 180.; β0 adalah konstanta; β1 adalah slope atau koefisien arah regresi ; X adalah kovariat disposisi matematis dengan ukuran data kontinu; εi adalah suku kesalahan random dari model yang diasumsikan mempunyai distribusi normal yang identik dan independen dengan nilai-harapan atau ekspektasi E (𝜀𝑖 ) = 0 dan Var (𝜀𝑖 ) ~ 𝜎 2 , suatu konstanta tertentu.; Agung (2006: 189). Model persamaan untuk menguji hipotesis dengan pernyataan: “Dengan memperhitungkan kovariat disposisi matematis, interaksi pembelajaran kooperatif dan perilaku berkarakter secara simultan dengan mengontrol kedua faktor utama mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika” adalah: + 𝑋 + 𝐴𝑖 𝑋 + 𝐵𝑗 𝑋 + 𝐴𝐵 𝑖𝑗 𝑋 +𝜀 (2) 𝐵𝑗 :menyatakan parameter pengaruh ke-j dari Keterangan: 𝑌𝑖𝑗𝑘 : menyatakan variabel respon hasil observasi ke-k yang terjadi karena pengaruh bersama taraf ke-i faktor Adan taraf ke-j faktor B; 𝜇 : rerata umum respon hasil belajar; 𝐴𝑖 : menyatakan parameter pengaruh ke-i dari faktor A, untuk i = 1, 2, 3; dengan: A1 : Model pembelajaran kooperatif tipe TGT, A2 : Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, A3 : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD; faktor A, untuk j = 1, 2; dengan: B1 : Perilaku berkarakter di atas rata-rata; B2 : Perilaku berkarakter di bawah rata-rata, Dengan syarat ∑𝑖 𝐴𝑖 = 0 ; ∑𝑗 𝐵𝑗 = 0 ; ∑𝑖 (𝐴𝐵)𝑖𝑗 = 0 ; ∑𝑗 (𝐴𝐵)𝑖𝑗 = 0 ; :sebagai kovariat yaitu matematis siswa terhadap matematika 2013:5-8) 𝑋 127 121 disposisi (Agung, JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 5 NOMOR 2 JULI 2014 HASIL Analisis deskriptif berkaitan dengan hasil dengan model pembelajaran kooperatif tipe belajar matematika adalah nilai rata-rata = 65.07, Jigsaw dengan perilaku berkarakter di bawah di median=64.50 modul, 64.50 dengan standar rata-rata rerata terendah yaitu 57,52 dengan deviasi=8.23 yang berarti secara deskriptif, hasil standar deviasi 7,56537. nilai hasil belajar belajar matematika untuk siswa yang diajar matematika untuk siswa yang mempunyai dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT perilaku berkarakter di atas rata-rata lebih baik dengan perilaku berkarakter di atas di rata-rata dibandingkan dengan siswa yang mempunyai rerata tertinggi yaitu 71,2833 dengan standar perilaku berkarakter di bawah rata-rata deviasi 7,05208. Sedangkan hasil belajar (kelompok bawah) baik untuk siswa yang diajar matematika untuk siswa yang diajar dengan dengan model pembelajaran kooperatif tipe model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw TGT, Jigsaw maupun STAD. Namun demikian dengan perilaku berkarakter di bawah di ratajika membandingkan antar model pembelajaran rata rerata terendah yaitu 57,52 dengan standar kooperatif, maka dapat disimpulkan bahwa nilai deviasi 7,56537. Hasil selengkapnya untuk hasil belajar matematika siswa untuk siswa yang setiap sel perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3 diajar dengan model pembelajaran kooperatif berikut. Nilai hasil belajar matematika untuk tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan siswa siswa yang diajar dengan model pembelajaran yang diajar dengan model kooperatif tipe Jigsaw kooperatif tipe TGT dengan perilaku berkarakter maupun STAD, baik pada siswa yang di atas di rata-rata rerata tertinggi yaitu 71,2833 mempunyai perilaku berkarakter di atas rata-rata dengan standar deviasi 7,05208. Sedangkan hasil (kelompok atas) maupun di bawah rata-rata belajar matematika untuk siswa yang diajar (kelompok bawah). Tabel 3. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika pada Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dan Level Perilaku Berkarakter Dependent Variable: Y A B Kelompok Atas TGT Kelompok Bawah Sub Total Kelompok Atas Jigsaw Kelompok Bawah Sub Total Kelompok Atas STAD Kelompok Bawah Sub Total Kelompok Atas Total Kelompok Bawah Total Mean Std. Deviation 71,2833 7,05208 62,6900 6,86517 66,9867 8,14767 68,4967 6,42836 57,5200 7,56537 63,0083 8,89249 69,2500 6,55116 61,1800 5,39005 65,2150 7,20642 69,6767 6,71231 60,4633 6,94535 65,0700 8,22957 Pengelompokan hasil belajar matematika yang terdiri dari lima kategori melalui proses IF dalam paket program SPSS diperlihatkan pada Tabel 4 sebagai berikut: Lima kelompok atau kategori hasil belajar siswa yakni (1) Y < 55, (2) 55 ≤ Y < 65, (3) 65 ≤ Y < 75, (4) 75 ≤ Y < 85, dan (5) Y > 85 dapat dijelaskan sebagai berikut: (i) hasil belajar siswa kurang dari 55 sebanyak 22 orang untuk siswa yang diajar dengan tiga model pembelajaran kooperatif tipe TGT, Jigsaw dan STAD dikombinasikan dengan perilaku berkarakter di atas di bawah rata-rata (kelompok atas dan bawah) dengan catatan bahwa N 30 30 60 30 30 60 30 30 60 90 90 180 kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan level di bawah rata-rata (A2B2) dengan jumlah 14 orang siswa merupakan model pembelajaran yang kurang diminati siswa, kemudian disusul dengan model pembelajaran kopperatif tipe STAD sebanyak 6 orang siswa. (ii) hasil belajar siswa antara 55 dan 65 sebanyak 74 orang siswa dengan frekuensi tertinggi terdapat pada kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan level perilaku di bawah rata-rata (kelompok bawah) sebanyak 19 orang siswa kemudian disusul oleh 128 121 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 5 NOMOR 2 model pembelajaran kooperatif TGT dengan level di bawah rata-rata (A1B2) sebanyak 16 orang siswa , (iii) hasil belajar siswa antara 65 dan 75 sebanyak 61 orang siswa dengan rincian 17 orang siswa diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan level perilaku di atas rata-rata (A3B1), disusul dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan level di atas rata-rata (A1B1), (iv) hasil belajar siswa antara 75 dan 85 sebanyak 18 orang siswa JULI 2014 dan (v) hasil belajar siswa lebih 85 orang hanya 1 orang siswa yakni siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (A1) dengan level B1. Kesimpulan penerapan tiga model pembelajaran kooperatif tiep TGT, Jigsaw dan STAD hanya terdapat kategori 2 dan 3 sebanyak 135 orang siswa dan pada kategori 4 dan 5 hanya 19 orang siswa dengan demikian secara empiris hasil belajar siswa yang berada pada kelompok sedang. Tabel 4. Lima Kelompok Hasil Belajar Matematika (Y) melalui Kombinasi Model pembelajaran Kooperatif (Ai) dengan Level Perilaku berkarakter (Bj). FS6 Total Lima Kelompok Hasil Belajar Siswa 2,00 3,00 4,00 (55 ≤y< 65) (65 ≤y< 75) (75 ≤y< 85) 6 15 8 5,00 (y≥ 85) 1 Total A1B1 1,00 (y< 55) 0 A1B2 5 16 7 2 0 30 A2B1 0 14 12 4 0 30 A2B2 14 11 5 0 0 30 A3B1 1 8 17 4 0 30 A3B2 6 26 19 74 5 61 0 18 0 1 30 180 FS Keterangan : FS6 adalah Enam kelompok faktor sel; A1B1 adalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan perilaku berkarakter di atas rata-rata; A1B2 adalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan perilaku berkarakter di bawah rata-rata; A2B1 adalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan perilaku berkarakter di atas rata-rata.; A2B2 adalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan perilaku berkarakter di bawah rata-rata; A3B2 adalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan perilaku berkarakter 30 di atas rata-rata; A3B3 adalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan perilaku berkarakter di bawah ratarata (kelompok bawah). Analisis inferensial diperlukan untuk menguji hipotesis penelitian dan sebelumnya dilakukan analisis prasyarat yakni (i) uji normalitas dan (ii) uji homogenitas. Kedua prasyarat uji diterapka uji Kolmogorof-Smirnov Z dan Levene’s melalui statistik Uji-F. disimpulkan bahwa data yang diterapkan memenhuhi kriteria yang berdistribusi normal dan homogeny oleh nilai signifikansinya lebih besar dari α=0.05. Hasil tersebut ditunjukkan dalam Tabel 5 berikut. Tabel 5. Hasil Analisis Uji Normalitas dan Homogenitas Data Penelitian Uji Normalitas (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test) Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) 0,575 0,895 Uji Homogenitas (Levene's Test of Equality of Error Variances) F 1,278 Sig. 0,275 Oleh karena uji prasyarat terpenuhi maka analisis selanjutnya adalah menguji dua hipotesis sebagai sebagai berikut: 1. Kovariat disposisi matematis siswa mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Hipotesis statistik yang diperlukan sebagai berikut: H0 : 𝛽1 ≤ 0 versus H1 : 𝛽1 > 0 . Hasil analisis yang ditunjukkan dalam Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa kovariat disposisi matematis 129 121 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 5 NOMOR 2 mempunyai pengaruh positif dan signfikan terhadap hasil belajar matematika. Sumbangan yang diberikan setiap perubahan satu satuan JULI 2014 disposisi matematis meningkatkan hasil belajar matematika sebesar 0.606 satuan . Tabel 6. Hasil Analisis Pengaruh Kovariat Disposisi Matematis siswa (X) terhadap Hasil Belajar Matematika (Y) Coefficients a Model (Constant) X a. Dependent Variable: Y 1 Unstandardized Coefficients B Std. Error -38.714 6.653 .606 ,039 2. Perbedaan pengaruh linear disposisi matematis (X) terhadap hasil belajar matematika antara semua tingkat faktor model pembelajaran kooperatif (Ai) dan perilaku berkarakter (Bj) mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan. Hipotesis statistiknya adalah H0: (A*B*X)ij = 0 versus H1: Bukan H0 (paling sedikit ada satu parameter dari model yang tidak sama dengan nol). Hasil analisis yang ditunjukkan dalam Tabel 7 dapat disimpulkan Standardized Coefficients Beta .761 t -5.819 15.629 Sig. .000 .000 bahwa perbedaan pengaruh linear disposisi matematis (X) terhadap hasil belajar matematika antara semua tingkat faktor model pembelajaran kooperatif (Ai) dan perilaku berkarakter (Bj) mempunyai perbedaan pengaruh yang signfikan. Oleh karena berdasarkan hasil analisis pada baris A*B*X dalam Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai statistik Uji-F diperoleh nilai Fo =3.296 dengan nilai-p =0.039 < α=0.05. Tabel 7. Hasil Analisis Ancova Model Pembelajaran Kooperatif (Ai) dan Perilaku Berkarakter (Bj) dengan Memperhitungkan Kovariat Disposisi Matematis. Dependent Variable: Y Source Type III Sum of Squares df Corrected Model 7753.532a 11 Intercept 291.117 1 A 23.177 2 B 30.520 1 A*B 174.980 2 X 2858.713 1 A*X 23.261 2 B*X 24.290 1 A*B*X 171.451 2 Error 4369.386 168 Total 774261.800 180 Corrected Total 12122.918 179 a. R Squared = ,640 (Adjusted R Squared = ,616) Mean Square 704.867 291.117 11.589 30.520 87.490 2858.713 11.630 24.290 85.725 26.008 PEMBAHASAN Pembahasan dalam penelitian ini menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat melalui : (i) analisis deskripsi hasil belajar matematika siswa setelah diberi perlakuan pembelajaran kooperatif dan perilaku berkarakter; (ii) pengaruh kovariat disposisi matematis siswa terhadap hasil belajar matematika; (iii) analisis kovarian model pembelajaran kooperatif dan perilaku F 27.102 11.193 .446 1.173 3.364 109.916 .447 .934 3.296 Sig. .000 .001 .641 .280 .037 .000 .640 .335 .039 berkarakter dengan memperhitungkan kovariat disposisi matematis terhadap hasil belajar matematika yang dirinci sebagai berikut: Deskripsi Hasil Belajar Matematika Siswa setelah diberi Perlakuan Pembelajaran Kooperatif dan Perilaku Berkarakter: Berdasarkan hasil analisis deskriptif melalui proses IF… pada Tabel 3 diperoleh bahwa secara keseluruhan untuk kategori 1 yaitu nilai hasil belajar matematika kurang dari 55 130 121 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 5 NOMOR 2 terdapat 26 orang siswa, kategori 2 yakni antara nilai 55 dan 65 sebanyak 74 orang siswa; kategori 3 yakni nilai antara 65 dan 75 sebanyak 61 orang siswa; kategori 4 dengan nilai antara 75 dan 85 sebanyak 18 orang siswa dan pada kategori 5 dengan nilai lebih dari 85 hanya 1 orang siswa. Sedikitnya siswa yang memperoleh nilai memperoleh nilai di atas 85 memperlihatkan tentang kualitas siswa yang ada pada sekolah yang bersangkutan, sehingga penerapan model pembelajaran kooperatif belum diberikan rekomendasi untuk diterapkan. Untuk itu masih perlu adanya revisi dalam pelaksanaannya. Hasil analisis yang ditunjukkan dalam Tabel 3 diperoleh gambaran untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (A1) dan siswa yang mempunyai perilaku berkarakter di atas rata-rata (B1) nilai hasil belajar matematikanya tidak ada yang dibawah 55, sedangkan terdapat 15 siswa yang nilainya diantara 65 dan 75, hanya satu siswa yang mendapat nilai diatas 85. Sedangkan untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (A1) dan siswa yang mempunyai perilaku berkarakter di bawah ratarata (B2) nilai hasil belajar matematika dibawah 55 ada 5 siswa, sedangkan terdapat 16 siswa yang nilainya diantara 55 dan 65, serta tidak ada siswa yang memperoleh nilai di atas 85. Hal ini menunjukkan bahwa nilai hasil belajar matematika siswa lebih baik untuk siswa yang mempunyai perilaku berkarakter di atas rata-rata dibandingkan dengan siswa yang mempunyai perilaku berkarakter di bawah rata-rata untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pengamatan peneliti selama proses pembelajaran (12 kali tatap muka) dapat di ketahui bahwa siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT cenderung lebih memotivasi siswa untuk belajar matematika sehingga hasil belajar matematika mereka lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD . Hal ini di sebabkan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan dalam menyajikan pelajaran. Teman satu tim akan saling membantu JULI 2014 dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan melaksanakan masalah-masalah satu sama lain, tetapi waktu siswa sedang bermain dalam game, temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggungjawab individual. Hal ini sejalan dengan pendapat Miftahul Huda (2011:117) yang mengatakan banwa dengan TGT, siswa akan menikmati bagaimana suasana turnamen itu, dan karena mereka berkompetisi dengan kelompok-kelompok yang memiliki kemampuan yang setara, maka kompetisi dalam TGT terasa lebih fair dibandingkan kompetisi dalam pembelajaran-pembelajaran tradisional pada umumnya ”. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam penelitian ini cenderung kurang efektif jika dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT maupun tipe STAD. Hal ini disebabkan dalam proses pembelajaran siswa mengalami kesulitan ketika menjelaskan kembali kepada temannya di kelompok asal. Dalam proses pembelajaran koopertaif tipe Jigsaw siswa dikelompokkan ke dalam 6 anggota tim, tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, tiap anggota dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan, anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka, setelah selesai diskusi, sebagian tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh, pada saat proses tersebut siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan kembali kepada teman kelompok asalnya, hal ini disebabkan kurangnya keterampilan siswa dalam mengungkapkan hasil yang diperoleh dari kelompok ahli. Pengaruh Kovariat Disposisi Matematis Siswa terhadap Hasil Belajar Matematika; Dalam percobaan yang ingin diketahui adalah efek atau pengaruh dari faktor atau beberapa faktor beserta interaksinya dimana pola dari variabel respons hanya dipengaruhi oleh faktorfaktor yang diamati. Tetapi kenyataannya 131 121 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 5 NOMOR 2 tidaklah selalu demikian. Meskipun pemberian perlakuan sudah dilakukan secermat mungkin, seringkali masih dijumpai dalam suatu percobaan ternyata juga dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar variabel penelitian. Misalkan variabel Y adalah suatu variabel respons yang terjadi akibat efek dari suatu faktor atau beberapa faktor. Akan tetapi, ada kenyataan nilai-nilai variabel Y bisa berubah-ubah karena ada variabel lain, misalnya variabel X. Variabel X ini sering tidak dapat dikontrol, sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja saat dilakukan percobaan. Variabel X yang bersifat demikian disebut variabel konkomitan atau variabel kovariat. Variabel kovariat dalam penelitian ini merupakan faktor-faktor dari internal siswa yang mempengaruhi hasil belajar seperti inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif dan lain-lain. Salah satu variabel kovariat yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah disposisi matematis. Disposisi matematis merupakan keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan matematika (Sumarmo, 2005). Siswa memerlukan disposisi yang akan menjadikan mereka gigih menghadapi masalah yang lebih menantang, untuk bertanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri, dan untuk mengembangkan kebiasaan baik di matematika. Pengaruh kovariat disposisi matematis siswa terhadap hasil belajar matematika merupakan hipotesis pertama dalam penelitian ini. Dalam hipotesis ini diperoleh hasil yang signifikan sesuai dengan hipoteisis-1 yakni: “kovariat disposisi matematis siswa mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar matematika”. Hasil analisis untuk menguji hipotesis tersebut dinayatakan menolak H0. Ditolaknya H0 berarti bahwa secara signifikan kovariat disposisi matematis siswa mempunyai pengaruh positif terhadap hasil belajar matematika. Hal ini disebabkan oleh berfungsinya kovariat disiposisi matematis dalam menghilangkan Hal ini dapat dilihat dari korelasi antara disposisi matematis siswa sebagai kovariat memiliki korelasi yang signifikan dengan nilai hasil belajar siswa (R=0,761, JULI 2014 p=0,000<0,05) serta dengan nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 57,8% dan kontribusi variabel kovariat disposisi matematis siswa terhadap hasil belajar matematika sebesar 0,606 satuan. Adanya korelasi ini menunjukkan kita memiliki alasan yang kuat untuk memasukkan disposisi matematis siswa sebagai kovariat. Hasil analisis ini juga menunjukkan bahwa ternyata kovariat disposisi matematis siswa mempunyai pengaruh terhadap nilai hasil belajar matematika siswa. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Faad Maonde dalam yang menyatakan bahwa secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kovariat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa (Maonde, 2011). Perbedaan Pengaruh Faktor Interkasi dengan Mengontrol Kedua Faktor Utama (Model Pembelajaran Kooperatif (Ai) dan Perilaku Berkarakter (Bj)) serta dengan Memperhitungkan Kovariat Disposisi Matematis: Pada tabel 7 memperlihatkan perbedaan Pengaruh faktor interkasi dengan mengontrol faktor utama model pembelajaran kooperatif (Ai) dan perilaku berkarakter (Bj) serta dengan memperhitungkan kovariat disposisi matematis. Interkasi adalah kerjasama dua variabel bebas atau lebih dalam mempengaruhi suatu variabel terikat. Lebih tepatnya, interaksi berarti bahwa pengaruh dari suatu variabel bebas terhadap suatu variabel terikat, bergantung pada taraf atau tingkat variabel bebas lainnya. Interaksi dua faktor antara model pembelajaran kooperatif (A) dan perilaku berkarakter (B) merupakan dua faktor yang saling mempengaruhi antara satu faktor dengan faktor lainnya terhadap hasil belajar matematika (Y), artinya dalam penelitian ini model pembelajaran kooperatif dan perilaku berkarakter saling bergantung dalam mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Mengontrol faktor utama A dan B yang dimaksudkan adalah dengan memperhatikan bagaimana ketergantungan antara faktor A dan faktor B, dalam hal ini A terjadi karena B terjadi dan sebaliknya. Ini dapat dilihat dari bagaimana hasil belajar matematika untuk perilaku berkarakter di atas rata-rata dengan yang di 132 121 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 5 NOMOR 2 bawah rata-rata dari masing-masing model pembelajaran. Berdasarkan baris corrected model pada tabel 7 diperoleh kesimpulan secara statistik dinyatakan bahwa faktor utama A dan B dan faktor interaksinya secara simultan mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan. Dengan melihat baris A*B*X pada tabel 7 diperoleh kesimpulan bahwa faktor A*B*X mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel respon (hasil belajar JULI 2014 matematika). Ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif mempunyai interaksi yang berarti dengan perilaku berkarakter siswa dan dengan memperhitungkan kovariat disposisi matematis siswa, dalam hal ini interkasinya signifikan dengan mengontrol faktor utama A dan faktor utama B serta dengan memperhitungkan kovariat disposisi matematis siswa. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat di simpulkan bahwa ilai hasil belajar matematika untuk siswa yang mempunyai perilaku berkarakter di atas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai perilaku berkarakter di bawah rata-rata baik untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, Jigsaw maupun STAD. Nilai hasil belajar matematika siswa untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe Jigsaw maupun STAD, baik pada siswa yang mempunyai perilaku berkarakter di atas rata-rata maupun di bawah rata-rata. Kovariat disposisi matematis siswa mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar matematika dengan kontribusi 0,606 satuan dengan pengertian: (i) setiap perubahan satu satuan kovariat disposisi matematis akan menghilangkan faktor internal siswa dalam pembelajaran matematika, (ii) setiap perubahan satu satuan kovariat disposisi matematis akan meningkatkan hasil belajar matematika sebesar 0,606 satuan. Dengan memperhitungkan kovariat disposisi matematis, interaksi pembelajaran kooperatif dan perilaku berkarakter secara simultan dengan mengontrol kedua faktor utama mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika, dimana model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih efektif daripada tipe Jigsaw dan STAD. Saran Berdasarkan kesimpulan dapat disarankan bahwa: model pembelajaran kooperatif tipe TGT, Jigsaw dan STAD dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika. Dalam proses pembelajaran tentunya memerlukan adanya perbaikan. Oleh karena itu guru dituntut agar dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan memilih model pembelajaran yang tepat dan menggunakan RPP berkarakter sehingga akan lebih memotivasi siswa dalam pembelajaran di sekolah khususnya pembelajaran matematika. Bagi peneliti yang hendak mengembangkan penelitian ini dapat melakukannya pada materi lain dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa. DAFTAR RUJUKAN Agung, I Gusti Ngurah. 1992. Metode Penelitian Sosial Pengertian Dan Pemakaian Praktis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Agung, I Gusti Ngurah. 2006. Statistika Penerapan Model Rerata-Sel Multivariat Dan Model Ekonomi Dengan SPSS. Jakarta: Yayasan SAD Satria Bakti. 121 133 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 5 NOMOR 2 JULI 2014 Maonde, Faad. 2013. “Deskripsi Perilaku Siswa dalam Pembelajaran Matematika SMP melalui RPP Berkarakter”. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 4 No. 1: 87. Oemar Hamalik. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Slavin R.E. 2005. Cooperative Learning, Teori Riset dan Praktik. Bandung: Nusamedia. Soetrisno Eddy. 2010. Kamus Populer Bahasa Indonesia. Bandung: Sinergi. Sudjana Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Suherman Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Modern. Bandung: UPI Press. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka. Syaban. M. 2008. Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas melalui Pembelajaran Investigasi. Bandung. Disertasi PPs UPI. Tidak diterbitkan. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktifistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kooperatif. PPPG Matematika. Yogyakarta. File yang didapat dari http://www.p4tkmatematika.org/ downloads/ppp/PPP_Pembelajaran_ Kooperatif.pdf. (diakses tanggal 8 Juli 2012). Agung, I Gusti Ngurah. 2011. Cross Section and Experimental Data Analysis Using Eviews. John Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd. Agung, I Gusti Ngurah. 2013. Manajemen Penyajian Analisis Data Sederhana untuk Skripsi, Tesis dan Disertasi yang Bermutu. Depok: The Ary Suta Center. Astuti, Sitti Irene dkk. 2010. Implementasi Pendidikan Karakter Pada Matakuliah Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar bagi Mahasiswa UNY dengan Pendekatan Pemecahan Masalah. Laporan Pengimplementasian Pendidikan Karakter dalam Perkuliahan dan Pengembangan Kultur Universitas. 2010. Fakultas Ilmu Pendidikan. Univesitas Negeri Yogyakarta. Depdiknas. 2006. Model–Model Pembelajaran yangEfektif.[online]:http:// 125.160.17.21/ speedyorari/view.php?file. pendidikan/pelajaransekolah/ ktspsmk/14.ppt, diakses 12-12- 2012. Huda Miftahul. 2011. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. La Ndia, Fredi. 2010. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1 No.: 1. Lie Anita. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Maonde, Faad. 2011. Aplikasi Peneilitian Eksperimen dalam Bidang Pendidikan dan Sosial. Kendari: Unhalu Press. 134 121 LEMBAR HASIT PENILAIAN GURU BESAR ATAU PEER REVIEW KARYA ILMIAH : JURNAL ILMIAH HASIL PENELITIAN JudulJurnal (Artikel) llmiah : : : Penulis Jurnal llmiah Identitas Jurnal llmiah Perbedaan Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Pembelajaran Kooperatif , Perilaku Berkarakter dan Disposisi Matematis Pendamping a. Nama Jurnal b. iiomorfvoiume c. Edisi (bulan/tahun) e. Jumlah Halaman : Jurnal Pendidikan Matematika ' tL, . . - d. Penerbit l(ategori Publikasi Jurnal llmiah (beri { pada kategori yang tepat) : \r\ liJ\)ll. llJ(JlJ-Lr4'r\) Juli 2015 Pendidikan Matematika FKIP Unhalu & iSPMST 16 halaman (125-140) [-l lrrnrl llmiah lntemasional [ll .lutnrl tlmiah Nasional Terakreditasi Jurnal llmrah Nasional Tidak Terakreditasi Hasil Penilaian Peer Review: 6) I I i r"rnponen Yang Dinilai ...........5i I Nasionai irrrernasiorrai Terakreriiiasi I lu C. Dipero!eh 7l 0,v Kesesuaian antara rumusan masalah, tujuan dan hasil penelitian (15%) 1,s 0,8 Kemutakhiran dan kedalaman kajian teori 1,5 O,T 2,4 o15 (15o/o\ o. NilaiAkhir Yang 1,5 a. b. rioal, lTerakreditasi l li Nasional Ketepatar: metode (surnber data, teknik pengumpulan data Can teknik analisa data) l (20Yo) e. Kedalaman dan ketajaman pembahasan 1,5 hasil penelitian ('i 5%) + ManfaaUdampak hasil penelitian (2OYo) 2,0 Totat = (100%) 10 Kendari, Mei2015 Prof, Dr. La lru, S.H., M.Si NtP. 19601231 1986101 001 Unit kerja : FKIP UHO ) orf zlo TEMBAR HASIL PENILAIAN GURU BESAR ATAU PEER REVIEW KARYA ILMIAH : JURNAL ILMIAH HASIL PENELITIAN JudulJurnal llmiah (Artikel) llmiah ldentitas Jurnal llmiah Penulis Jurnal : : : Perbedaan Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Pembelajaran Kooperatif , Perilaku Berkarakter dan Disposisi Matematis Pendamping Jumal b. NomorA/- olume Penerbit : : : : e. Jumlah Halaman - a. Nama c. Edisi d. Kategori Publikasi Jurnal llmiah (beri I pada kategori yang iepat) : tI I E Hasil Penilaian Peer Review (bulanltahun) Jur.n=! Pendldikan l\--4aten:t!Le 2 / 5, ISSN: 2086-8235 Juli 2015 Pendidikan Matematika FKiP Unhaiu & ISPMST 16 halaman {121*149) Jumal llmiah lnternasional Jurnal llmiah Naslonal Terakreditasi Jurnal llrniah Nasional Tidak Terakreditasi : Nilai Maksimal Jumal llmiah llasicnai inlern:sirrnai Terakreditasi Komponen Yang Dinilai I d. b c. Kelengkapan unsur isi Julnal l (15o/o) Kesesuaian antara rumusan masalah, tujuan dan hasil penelitian ('15%) Kemutakhiran dan kedalaman kajian teori Nas,cnal Tidak Terakreditasi 1,5 | C,y 1,5 t,c o r1,i of{ Ketepatan rnetode (sumber data, teknik pengumpuian data dan teknik anaiisa data) 2,0 dan ketajaman pembahasan 1,5 o,T 2,O dtW Kedalaman hasil nenelilian f. 7l E 150/" d NilaiAkhir Yang Diperoleh (1 5o/"\ Manf aaUdampak hasil penelitian (20o/o) Total = (100%) 10 Kendari, Mei2015 Rcvicwer i lil lill ll\,,t* de Sidu Marafad, M.S NtP. 19i61 231 1%712 1 AA1 Unit kerja : FKIP UHO dtf 2, o TEMBAR HASI!- PEI.{ILAIAI{ GURU BESAR ATAU PEER REIfiELry KARYA ILMIAH : JURNAL ILMIAH HASIL PENELITIAN JudulJurnal llmiah (Artikel) : Penulis Jurnal llmiah : : ldentitas Jumal llmiah Perbedaan Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Pembelajaran Kooperatif , Perilaku Berkarakter dan Disposisi Matematis Pendamping Jurnai : jurna! Pendidikan Matematika b. NomorAlolume : 2 / 5, ISSN: 2086-8235 c. Edisi (bulan/tahun) : Juli 2015 d. Penerbit : Pendidikan Matematika FKIP Unhalu & a. Nama e. Jumlah Halaman KategoriPublikasi.lurnal llmiah (beri ! pada kategori yang tepat) : l-l [] tI Hasil Penilaian Peer Review : ISPMST 16 halaman (125-14A) .lrrn"l llmiah lnternasionat jurnal llmiah Nasional Terakreditasi Jurnal llmiah l.Jasional Tidak Terakreditasi : NilaiMaksi lmalJurnal lln,ian..........6) f Kornponen Yang Dinilai ...........s) Nasional !nternasicnal lTerakreditasi lr: I [] a. b. c. Ketengkapan ilnsur isi Jurnal (15%) r Na€--brat I T-;l Nilai Akhir Yang i ta"r { DiPeroieh j lTerakreditasi I llt r,c Kesesuaian antara rumusan masalah, tujuan oan l"rasil penelitian (15o/o) Kearutakhiran dan kedalaman kajian teori I --] I "" .. I otf 1,5 1,5 (15o/o\ d. e. Ketepatan metcde (sumber data, teknik pengunrpulan data cian teknik analisa data) 2,0 rJ Kedalaman dan ketajaman pembahasan 1,5 -4, hasil I rl 5o/o ManfaaUdampak hasil penelitian (20o/o) 2,0 Totat= (100%) 10 Kendari, Mei2015 Dr. Ahiri, M.Pd NrP. 19671231 199311 1 002 Unit kerja : FKIP UHO O15 zt)