EDEMA Rizka Hanifah Secara umum, efek berlawanan antara tekanan hidrostatik vaskular dan tekanan osmotik koloid plasma merupakan faktor utama yang mengatur pergerakan cairan anatra ruang vaskular dan ruang interstitial. Biasanya keluarnya cairan ke dalam interstitial mikrosirkulasi hampir diimbangi oleh aliran masuk pada venula; kelebihan cairan interstitial yang tersisa dalam jumlah yang kecil dialirkan melalui saluran limfa. Meningkatnya tekanan hidrostatik jaringan dan tekanan osmotik koloid plasma pada akhirnya akan mencapai suatu keseimbangan ekuilibrium yang baru, dan air kembali memasuki venula. Cairan edema interstitial yang berlebihan dibuang melalui saluran limfe, kembali terutama ke dalam darah melalui aliran duktus torasikus. Edema adalah penimbunan cairan secara berlebihan di antara sel-sel tubuh atau di dalam berbagai rongga tubuh. Meningkatnya tekanan kapiler yang ataupun berkurangnya tekanna osmotik koloid dapat menyebabkan meningkatnya cairan interstitial. Edema terjadi sebagai akibat ketidakseimbangan faktor-faktor yang mengontrol perpindahan cairan tubuh, antara lain gangguan hemodinamik system kapiler yang menyebabkan retensi natrium dan air, penyakit ginjal serta perpindahannya air dari intravascular ke intestinum.Pembengkakan jaringan akibat kelebihan cairan interstisium dikenal sebagai edema. Cairan edema yang terjadi pada kekacauan hirodinamik, secara khas meruapkan suatu transudat yang miskin protein dengan BJ di bawah 1,012. Sebaliknya, karena peningkatan permeabilitas vaskular, edema akibat radang merupakan suatu eksudat kaya protein dengan berat jenis di atas 1,020. Etiologi penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum: 1. Penurunan konsentrasi protein plasma menyebabkan penurunan tekanan osmotic plasma. Penurunan ini menyebabkan filtrasi cairan yang keluar dari pembuluh lebih tinggi, sementara jumlah cairan yang direabsorpsi kurang dari normal. Dengan demikian terdapat cairan tambahan yang tertinggal diruang – ruang interstisium. Edema yang disebabkan oleh penurunan konsentrasi protein plasma dapat terjadi melalui beberapa cara : • pengeluaran berlebihan protein plasma di urin akibat penyakit ginjal • penurunan sintesis protein plasma • akibat penyakit hati ( hati mensintesis hampir semua protein plasma ); • makanan yang kurang mengandung protein • atau pengeluaran protein akibat luka bakar yang luas . 2. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler menyebabkan protein plasma yang keluar dari kapiler ke cairan interstisium disekitarnya lebih banyak. Sebagai contoh, melalui pelebaran pori- pori kapiler yang dicetuskan oleh histamin pada cedera jaringan atau reaksi alergi . Terjadi penurunan tekanan osmotik koloid plasma yang menurunkan ke arah dalam sementara peningkatan tekanan osmotik koloid cairan interstisium yang diseabkan oleh kelebihan protein di cairan interstisium meningkatkan tekanan ke arah luar. ketidakseimbangan ini ikut berperan menimbulkan edema lokal yang berkaitan dengan cedera (misalnya , lepuh ) dan respon alergi (misalnya , biduran) . 3. Peningkatan tekanan vena , misalnya darah terbendung di vena , akan disertai peningkatan tekanan darah kapiler, karena kapiler mengalirkan isinya ke dalam vena. Peningkatan tekanan ke arah dinding kapiler ini terutama berperan pada edema yang terjadi pada gagal jantung kongestif. Edema regional juga dapat terjadi karena restriksi lokal aliran balik vena. Salah satu contoh adalah adalah pembengkakan di tungkai dan kaki yang sering terjadi pada masa kehamilan. Uterus yang membesar menekan vena –vena besar yang mengalirkan darah dari ekstremitas bawah pada saat vena-vena tersebut masuk ke rongga abdomen. Pembendungan darah di vena ini menyebabkan kaki yang mendorong terjadinya edema regional di ekstremitas bawah. 4. Penyumbatan pembuluh limfe menimbulkan edema, karena kelebihan cairan yang difiltrasi keluar tertahan di cairan interstisium dan tidak dapat dikembalikan ke darah melalui sistem limfe. Akumulasi protein di cairan interstisium memperberat masalah melalui efek osmotiknya. Penyumbatan limfe lokal dapat terjadi, misalnya di lengan wanita yang saluran-saluran drainase limfenya dari lengan yang tersumbat akibat pengangkatan kelenjar limfe selama pembedahan untuk kanker payudara. Penyumbatan limfe yang lebih meluas terjadi pada filariasis, suatu penyakit parasitic yang ditularkan melalui nyamuk yang terutama dijumpai di daerah-daerah tropis. Apapun penyebab edema, konsenkuensi pentingnya adalah penurunan pertukaran bahan-bahan antara darah dan sel. Sering dengan akumulasi cairan interstisium, jarak antara sel dan darah yang harus ditempuh oleh nutrient, O2, dan zat-zat sisa melebar sehingga kecepatan difusi berkurang. Dengan demikian, sel-sel di dalam jaringan yang edematosa mungkin kurang mendapat pasokan darah. PENATALAKSANAAN Terapi edema harus mencakup terapi penyebab yang mendasarinya yang reversibel (jika memungkinkan). Pengurangan asupan sodium harus dilakukan untuk meminimalisasi retensi air. Tidak semua pasien edema memerlukan terapi farmakologis, pada beberapa pasien terapi non farmakologis sangat efektif seperti pengurangan asupan natrium (yakni kurang dari jumlah yang diekskresikan oleh ginjal) dan menaikkan kaki di atas level dari atrium kiri. Tetapi pada kondisi tertentu diuretic harus diberikan bersamaan dengan terapi non farmakologis. Pemilihan obat dan dosis akan sangat tergantung pada penyakit yang mendasari, berat-ringannya penyakit dan urgensi dari penyakitnya. Prinsip terapi edema 1. Penanganan penyakit yang mendasari 2. Mengurangi asupan natrium dan air, baik dari diet maupun intravena 3. Meningkatkan pengeluaran natrium dan air : Diuretik ;hanya sebagai terapi paliatif,bukan kuratif; Tirah baring, lokal pressure 4. Hindari faktor yang memperburuk penyakit dasar ; diuresis yang berlebihan menyebabkan pengurangan volume plasma,hipotensi,perfusi yang inadekuat, sehinggga diuretic harus diberikan dengan hati-hati. Efek diuretic berbeda berdasarkan tempat kerjanya pada ginjal. Klasifikasi diuretic berdasarkan tempat kerja ; 1. 2. 3. Diuretik yang bekerja pada tubulus proksimalis Diuretic yang bekerja pada loop of henle Diuretic yang bekerja pada tubulus kontortus distal 4. Diuretic yang bekerja pada cortical collecting tubule http://www.berbagimanfaat.com/2012/07/edema-atau-oedema.html Mekanisme muntah-Lambung memberikan sinyal ke zona kemoreseptor oleh system syaraf aferen dan s.simpatissehingga menyebabkan kontraksi antiperistaltik dan menyebabkan makanankembali ke duodenumdan lambung setelah masuk ke usus.-Sehingga banyak terkumpul makanan di lambung dan mengganggu kerja lambung danduodenumsehingga duodenum teregang-Akibat duodenum teregang mengakibatkan kontraksi kuat diafragma dan otot dindingabdominalsehingga menyebabkan tekanan di dalam lambung tinggi-Setelah itu kita menjadi bernafas dalam dan naiknya tulang lidah dan laring untuk menarik sfingteresophagus bagian atas supaya terbuka-Sfingter bagian bawah berelaksasi dan pengeluaran isi lambung melalui esophagus dankeluar. halIni disebut muntah Mekanisme mual-Di dalam tubuh kita terjadi peradangan lambung akibat kita makan-makanan yangmengandungalcohol, aspirin, steroid, dan kafein sehingga menyebabkan terjadi iritasi pada lambung danmenyebabkan peradangan di lambung yang diakibatkan oleh tingginyaasam lambung .-Setelah terjadi peradangan lambung maka tubuh akan merangsang pengeluaran zat yangdi sebutvas aktif yang menyebabkan permeabilitas kapilier pembuluh daran naik-Sehingga menyebabkan lambung menjadi edema (bengkak) dan merangsang reseptor tegangan danmerangsang hypothalamus untuk mual http://www.scribd.com/doc/94488866/Mekanisme-Muntah-Dan-Mual Bagaimana patomekanisme dari gejala: Mual , dapat dijelaskn sebagai perasan yang tidak enak dibelakang tenggorokan danepigastrium, sering menyebabkan muntah. Terdapat berbagai perubahan aktifitas salurancerna yang berkaitan dengan mual, seperti meningkatnya salvias, menurunnya tonuslambung, dan peistaltik. Peningkatan tonus duodenum dan jejunum menyebabkanterjadinya reflux isi duodenum ke lambung. Namun demikian, tidak terdapat bukti yangmengesankan bahwa hal ini menyebabkan mual. Gejala dan tand mualseringkali adalahpucat, meningkatnya salvias, hendak muntah, hendak pingsan, berkeringat, dan takikardia. Retching , adalah suatu usaha involunter untuk muntah, seringkali menyertai mualdan terjadi sebelum muntah, terdiri atas gerakn pernapasan spasmodic melawan glottis dangerakan inspirasi dinding dada dan diaphragma. Kontraksi otot abdomen saat ekspirasimengendalikan gerakan inspirasi. Pylorus dan antrum distal berkontraksi saat fundusberelaksasi. Muntah , didefinisikam sebagai suatu reflex yang menyebabkan dorongan ekspulsiisi lambung atau usus atau keduanya ke mulut. Pusat muntah menerim masukan dari kortexcerebral, organ vestibular, daerah pemacu kemoreseptor (chemoreceptor trigger zone ,CTZ), dan serabut afferent, termasuk dari sistem gastrointestinal. Muntah terjadi akibatrangsangan pada pusat muntah, yang terletak didaerah postrema medulla oblongata didasarventrikel keempat. Muntah dapat diransang melalui jalur saraf eferen oleh rangsangannervus vagus dan simpatis atau oleh rangsangan emetic yang menimbulkan muntah denganaktivasi CTZ. Jalur eferen menerima sinyal yang menyebabkan terjadinya gerakanekspulsif otot abdomen, gastrointestinal, dan prnapasan yang terkoordinasi denganepifenomena emetic yang menyertai disebut muntah. Pusat muntah secara anatomis beradadi dekat pusat salvasi dan pernapasan, sehingga pada waktu muntah sering terjadihipersalivasi dan gerakan pernapasan.Factor-faktor yang harus dipertimbangkan adalah waktu mual dan muntah, kaitan denganmakanan, isi dan bau muntah, dan gejala yang terkait seperti nyeri, penurunan berat badan,demam, menstruasi, massa abdomen, ikterik, sakit kepala, dan factor-faktor lain yang dapatmempengaruhipenegakan diagnosis dan pengobatannya. Muntah juga dapat menyebabkan timbulnya penyulit yang mengancam jiwa karena berkitan dengan sistem saraf simpatis danotonom. Mual dan muntah juga berpengaruh pada cairan dan elektrolit tubuh http://www.scribd.com/doc/111364676/Patofisiologi-Mual-Muntah CTR (Cardiothoracix ratio) adalah perbandingan antara ukuran jantung dengan ukuran cavum thoracix. Ukuran jantung normal apabila nilai CTR ≤ 50%. CTR disebut juga CTI (Cardiothoracix index), tetapi CTI berupa bilangan desimal. Nilai CTI yang menunjukkan ukuran jantung normal yaitu ≤ 0,5. http://ismirayanti.blogspot.com/2010/10/dispnea_30.html Sekilas Tentang CTR (Cardio Thoracic Ratio) 6:14 PM AJUNK ARTAWIJAYA 2 COMMENTS Pada pemeriksaan radiologi khususnya Thorax, kadang-kadang ditemukan dimana ukuran bayangan jantung terlihat lebih besar dari biasanya. Meskipun terlihat lebih besar dari biasanya, kita tidak bisa langsung mengatakan bahwa jantung tersebut mengalami pembesaran atau biasa disebut Cardiomegally. Untuk menentukan apakah jantung tersebut mengalami pembesaran, maka diperlukan sebuah perhitungan yang disebut dengan Cardiothoracic Ratio Sebelum lanjut melangkah berikut sedikit diulas mengenai anatomi jantung manusia ANATOMI JANTUNG Jantung adalah pusat dari sistem kardiovaskuler yang terletak dalam rongga dada diantara 2 paru. Jantung dilapisi oleh sebuah kantung yang disebut perikardium (kantong fibroserosa), fungsinya adalah membatasi pergerakan jantung dan menyediakan pelumas. Perikardium terletak dalam mediastinum medius, posterior terhadap corpus sterni dan kartilago costae II sampai VI. Ruang-ruang jantung → dibagi oleh septum vertikal menjadi empat bagian atrium dextra, atrium sinistra, ventrikel dextra dan ventrikel sinistra. Batas jantung - Batas kanan oleh atrium kanan - Batas kiri oleh auricula sinistra - Bawah oleh ventrikel sinistra TEKNIK PERHITUNGAN CTR Setelah foto thorax PA sudah jadi, maka untuk membuat perhitungan CTR nya kita harus membuat garis-garis yang akan membantu kita dalam perhitungan CTR ini. CTR=A+B/C Keterangan : A : jarak MSP dengan dinding kanan terjauh jantung. B : jarak MSP dengan dinding kiri terjauh jantung. C : jarak titik terluar bayangan paru kanan dan kiri. Jika CTR >0.5 maka dikategorikan sebagai Cardiomegaly Contoh : Pada sebuah foto thorax, setelah dibuat garis-garis untuk menghitung Cardiothoracic Ratio, di dapat nilai-nilai sebagai berikut : Panjang garis A = 6 cm Panjang garis B = 13 cm Panjang garis C = 30 cm Dari nilai-nilai di atas, apakah jantung pada pasien tersebut dapat dikategorikan sebagai Cardiomegally atau tidak? Jawab : Sesuai dengan rumus perbandingan yang telah dijelaskan, maka kita masukan nilai-nilai tersebut di atas. 6+13/30 = 0,63 Karena nilai ratio nya melebihi 0,5, maka jantung pasien tersebut dapat dikategorikan Cardiomegally (terjadi pembesaran jantung). http://catatanradiograf.blogspot.com/2010/08/sekilas-tentang-ctr-cardio-thoracic.html PENGGUNAAN ANTIPLATELET CLOPIDOGREL DALAM TERAPI ANGINA PECTORIS Disusun oleh: Lestarining Wahyu Ndadari (078115016) Angina pectoris adalah sekumpulan gejala klinis khas yang ditandai dengan rasa tidak nyaman (nyeri) di dada, rahang, bahu, punggung, atau lengan. Gejala yang lain seperti rasa tertekan atau terbakar di dada. Nyeri terjadi selama 0,5 hingga 30 menit. Faktor lain seperti lingkungan yang dingin, berjalan setelah makan, peningkatan emosional, rasa takut atau rasa marah yang berlebih. Gejala dapat membaik setelah beristirahat dan penggunaan nitroglycerin. Pada angina tidak stabil, saat istirahat pun dapat terasa nyeri dada, dan terdapat resiko tinggi infark miokard (MI). Selain terapi menggunakan bloker β, pasien juga diterapi dengan obat antiplatelet untuk menurunkan agregasi platelet dan trombosis arteri. Clopidogrel merupakan salah satu antiplatelet golongan thienopyridines yang mampu mengurangi agregasi dengan menghambat reseptor adenosin difosfat (ADP) pada platelet secara ireversibel. Clopidogrel juga digunakan pada pasien yang kontraindikasi terhadap aspirin (antiplatelet lain). Clopidogrel direkomendasikan untuk pasien yang mengalami angina tidak stabil, non-ST segment myocardial infarction (NSTEMI), infark miokard akut (AMI), dan ischemic heart disease (IHD). Sasaran Terapi Sasaran terapi Clopidogrel sebagai antiplatelet dalam terapi angina pectoris adalah agregasi platelet dan trombosis arteri yang menyebabkan penyempitan ateromatosa arteri koroner. Penyempitan ini menyebabkan permintaan/kebutuhan oksigen jantung lebih besar atau melampaui kemampuan suplai oksigen sehingga jantung kekurangan oksigen dan menimbulkan rasa nyeri di dada. Tujuan Terapi Tujuan terapi Clopidogrel sebagai antiplatelet dalam terapi angina pectoris adalah mengurangi atau mencegah gejala angina (yang membatasi kemampuan beraktivitas dan menurunkan kualitas hidup), menghilangkan rasa nyeri dan sesak pada dada; menurunkan heart rate; kontraktilitas jantung; mencegah terjadinya CHD (coronary heart disease) seperti MI, aritmia, gagal jantung; dan meningkatkan kualitas hidup. Strategi Terapi Strategi terapi untuk angina pectoris ada dua macam yaitu terapi farmakologis (menggunakan obatobat untuk angina) dan terapi non-farmakologis (terapi tanpa menggunakan obat). Terapi farmakologis pada angina pectoris meliputi: Nitroglycerine sublingual; untuk pertolongan cepat untuk angina; mampu menurunkan suara arteriolar dan venous, mengurangi kebutuhan oksigen jantung, memperbaiki aliran darah jantung dengan dilatasi (pelebaran) pembuluh Aspirin; Clopidogrel; sebagai antiplatelet untuk mengurangi agregasi platelet dan trombosis di arteri sehingga juga dapat mengurangi sumbatan di pembuluh darah β-bloker dengan prioritas MI; memiliki mekanisme kerja mengurangi kebutuhan oksigen jantung selama penggunaan dan stress dengan cara mengurangi kecepatan dan kontraktilitas denyut jantung Inhibitor ACE untuk pasien dengan CAD (penyakit arteri koroner) dan diabetes atau disfungsi sistole left ventricle (LV); mempunyai mekanisme kerja sebagai antagonis pelepasan mediator dari angiotensin II pada sel otot polos, mencegah plak atherosclerotic ruptur dengan mengurangi inflamasi, mengurangi hipertropi ventrikel kiri jantung, dan memperbaiki fungsi endotelial Terapi untuk menurunkan LDL dengan CAD dan LDL konsentrasi >130 mg/dl (catatan: diturunkan sampai kurang dari 100 mg/dl); Calcium antagonist/long-acting nitrat untuk mengurangi gejala jika kontraindikasi β-bloker; dengan cara mengurangi kebutuhan oksigen jantung dan menginduksi vasodilatasi (pelebaran pembuluh) arteri koroner Calcium antagonist/long-acting nitrat dikombinasikan dengan β-bloker jika pengobatan utama dengan β-bloker tidak berhasil; Calcium antagonist/long-acting nitrat sebagai pengganti β-bloker jika pengobatan utama dengan βbloker mempunyai efek samping yang tidak dapat diterima. Terapi non-farmakologis meliputi: revaskularisasi, yang dilakukan dengan prosedur yang disebut coronary artery bypass grafting (CABG) danpercutaneous transluminal coronary angioplasty (PTCA). Terapi-terapi tersebut terutama untuk pasien dengan gejala angina yang tidak dapat lagi diatasi dengan terapi obat, pasien dengan stenosis arteri koroner kiri lebih besar dari 50% dengan atau tanpa gejala, pasien dengan penyakit di tiga pembuluh darah dengan disfungsi ventrikel kiri jantung, pasien dengan angina tidak stabil, dan pasien dengan post-infark miokard dengan lanjutan angina atau iskemik lebih parah. Selain terapi-terapi tersebut, disarankan untuk mengubah gaya hidup yang dapat dilakukan antara lain menghentikan konsumsi rokok; menjaga berat badan ideal, mengatur pola makan, melakukan olah raga ringan secara teratur; jika memiliki riwayat diabetes tetap melakukan pengobatan diabetes secara teratur; dan melakukan kontrol terhadap kadar serum lipid. Obat Pilihan Nama generik: Clopidogrel Nama dagang di Indonesia: Plavix® (Sanofi Aventis) Indikasi Mengurangi kejadian atherosclerotic (myocardial infarction, stroke, kematian pembuluh darah) pada pasien dengan atherosclerosis dibuktikan oleh myocardial infarction (MI) yang belum lama berselang terjadi, stroke yang belum lama berselang terjadi, atau penyakit arterial peripheral yang sudah terbukti; sindrom coronary akut (angina tidak stabil atau MI non-Q-wave) yang terkontrol secara medis atau melalui percutaneous coronary intervention/PCI (dengan atau tanpa stent) Kontra-indikasi Hipersensitivitas terhadap clopidogrel atau komponen lain dari formulasinya; perdarahan patologis aktif seperti PUD atau hemoragi intrakranial; gangguan koagulasi; active peptic ulcer (tukak lambung aktif). Bentuk sediaan: Tablet salut film 75 mg Dosis Oral, dewasa: myocardial infarction (MI) yang belum lama berselang terjadi, stroke yang belum lama berselang terjadi, atau penyakit arterial peripheral yang sudah terbukti: satu kali sehari satu tablet 75 mg Sindrom coronary akut: initial: loading dose 300 mg; diikuti dengan satu kali sehari satu tablet 75 mg (dikombinasikan dengan aspirin 75-325 mg satu kali sehari satu tablet). Pencegahan penutupan coronary artery bypass graft (saphenous vein): pasien dengan alergi terhadap aspirin: dosis loading: 300 mg 6 jam ; dosis maintenance: 50-100 mg/hari Aturan pakai Satu kali sehari satu tablet 75 mg, dapat diminum dengan atau tanpa makanan. Efek samping Perdarahan gastrointestinal (saluran pencernaan), purpura, bruising, haematoma, epistaxis, haematuria, ocular haemorrhage, perdarahan intracranial, nyeri abdominal (perut), gastritis, konstipasi, rash, dan pruritus (gatal) Resiko khusus (wanita hamil/gagal ginjal/kelainan hepar) Pada kehamilan memiliki faktor resiko B; tidak direkomendasikan untuk wanita yang sedang menyusui; pasien yang memiliki resiko peningkatan perdarahan dari suatu trauma, pembedahan atau kondisi patologik lainnya. Pasien dengan penyakit hepatik sedang yang kemungkinan mengalami perdarahan diatheses. Penyesuaian dosis pada pasien dengan gangguan ginjal dan pasien usia lanjut tidak diperlukan. Daftar Pustaka Koda-Kimble, M. A., Young, L. Y., Kradjan, W. A., Guglielmo, B. J., Alldredge, B. K., and Corelli, R. L., 2005, Applied Therapeutics: The Clinical Use of Drugs, Eight edition, 17-2, 1724, 17-25, 17-31, 17-32, 18-8, 18-23, 18-24, Lippincott, Williams and Wilkins, USA Lacy, C. F., Amstrong, L. L., Goldman, M. P., and Lance, L. L., 2006,Drug Information Handbook, 374, 375, Lexi-Comp Inc. Tierney, L. M., McPhee, S. J., and Papadakis, M. A., 2006, Current Medical Diagnosis and Treatment, 45th Edition, 343-361, The McGraw-Hill Companies, Inc., USA Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., and Posey, L. M., 2005, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Sixth Edition, 274, 279, 285, 291, 299, 304, 305, 307, 308, 310, 314, The McGraw-Hill Companies, Inc., USA http://yosefw.wordpress.com/2007/12/29/penggunaan-antiplatelet-clopidogrel-dalam-terapiangina-pectoris/ akarta, Deskripsi: Clopidogrel adalah obat golongan antiagregasi trombosit atau antiplatelet yang bekerja secara selektif menghambat ikatan Adenosine Di-Phosphate (ADP) pada reseptor ADP di platelet, yang sekaligus dapat menghambat aktivasi kompleks glikoprotein GPIIb/IIIa yang dimediasi oleh ADP, yang dapat menimbulkan penghambatan terhadap agregasi platelet. Indikasi: Untuk menghambat pembentukan bekuan di pembuluh darah sehingga dapat mencegah terjadinya serangan jantung dan stroke yang diakibatkan dari penyumbatan pembuluh darah. Dosis: Melalui mulut (per oral). 300 mg dan diikuti dengan 75 mg Diminum sehari 1 kali. Efek Samping: Efek GI (N/V, gangguan pencernaan, gastritis, diare dan konstipasi). Efek Hematologis (perdarahan GI, perdarahan intrakranial, memar, purpura, epistaksis, hematoma, hematuria). Dermatologis (ruam dan gatal-gatal). Instruksi Khusus: Penggunaan obat secara bersamaan harus dihindari (misalnya,omeprazole, esomeprazole, cimetidine, fluconazole, ketoconazole, voriconazole, etravine, felbamate, fluoxetine, fluvoxamine & ticlodipine). Memisahkan waktu pemberian obat tidak mengurangi kesempatan obat tersebut untuk berinteraksi. Perhatian: Pasien yang mungkin dalam resiko peningkatan perdarahan dari cedera, pembedahan, atau kondisi patologis lainnya. Pasien dengan penyakit hati atau gagal ginjal yang mempengaruhi perdarahan diatheses. Penggabungan penggunaan obat dengan Warfarin, Heparin, thrombolytics, NSAIDs dan obat lainnya yang meningkatkan risiko perdarahan. http://health.detik.com/read/2010/07/02/150527/1391748/769/clopidogrel Troponin adalah protein spesifik yang ditemukan dalam otot jantung dan otot rangka. Bersama dengan tropomiosin, troponin mengatur kontraksi otot. Kontraksi otot terjadi karena pergerakan molekul miosin di sepanjang filamen aktin intrasel. Troponin terdiri dari tiga polipeptida : 1. Troponin C (TnC) dengan berat molekul 18.000 dalton, berfungsi mengikat dan mendeteksi ion kalsium yang mengatur kontraksi. 2. Troponin T (TnT) dengan berat molekul 24.000 dalton, suatu komponen inhibitorik yang berfungsi mengikat aktin. 3. Troponin I (TnI) dengan berat molekul 37.000 dalton yang berfungsi mengikat tropomiosin. Dari tiga polipeptida tersebut, hanya bentuk troponin I (cTnI) dan troponin T (cTnT) yang ditemukan di dalam sel-sel miokardium, tidak pada jenis otot lain. cTnI dan cTnT dikeluarkan ke dalam sirkulasi setelah cedera miokardium. Sel-sel otot rangka mensintesis molekul troponin yang secara antigenis berbeda dengan troponin jantung. Pembebasan troponin jantung dari miokardium yang cedera terjadi dalam dua fase. Pertama, pada kerusakan awal beberapa troponin jantung dengan cepat keluar dari sel-sel miokardium dan masuk ke dalam sirkulasi bersama dengan CK-MB dan memuncak pada 4-8 jam. Dengan demikian, kemunculan akut troponin jantung mengisyaratkan IMA. Kedua, troponin jantung juga dibebaskan dari aparatus kontraktil intrasel. Pelepasan troponin yang berkelanjutan ini memberikan informasi yang setara dengan yang diberikan oleh isoenzim laktat dehidrogenase (LDH) untuk diagnosis konfirmatorik infark miokardium sampai beberapa hari setelah kejadian akutnya. Keluarnya troponin jantung ke sirkulasi sedikit lebih tertinggal dari mioglobin. Karena itu penggabungan pengukuran mioglobin (sangat sensitif tetapi kurang spesifik untuk cedera miokardium) dan troponin jantung (sangat spesifik untuk cedera miokardium) sangat bermanfat. Pemakaian Diagnostik Uji troponin digunakan untuk membantu mendiagnosis serangan jantung, untuk mendeteksi dan mengevaluasi cedera miokardium, dan untuk membedakan nyeri dada karena serangan jantung atau mungkin karena penyebab lainnya. Selama ini, penanda cedera jantung yang umum digunakan adalah CK-MBdan laktat dehidrogenase (LDH). CK-MB mampu memberikan informasi diagnostik yang tepat, tetapi kadang-kadang menimbulkan hasil positif palsu pada cedera otot lainnya. Hal ini dapat dijumpai, misalnya pada pelari maraton atau pasien dengan distrofi otot yang menghasilkan CK-MB di otot rangka, atau pasien dengan gagal ginjal yang mengalami gangguan mengeluarkan CK-MB dan mioglobin dari sirkulasi. Troponin jantung tetap rendah pada kasus-kasus ini. Pengukuran LDH sering mangalami gangguan serius oleh hemolisis dan kelainan non-jantung lainnya karena LDH terdapat pada hampir semua jaringan. Troponin adalah tes yang lebih spesifik untuk serangan jantung daripada tes lainnya (yang mungkin menjadi positif pada cedera otot rangka) dan tetap tinggi untuk jangka waktu beberapa hari setelah serangan jantung. Troponin kadang-kadang meningkat secara menetap pada pasien dengan penyakit miokardium yang tidak memperlihatkan peningkatan mioglobin, CK-MB, atau LDH. Pasienpasien ini biasanya mengidap angina yang tidak stabil; troponin bisa untuk memantau perkembangan klinis pada penyakit ini secara kuantitatif. Ketika seorang pasien mengalami serangan jantung, kadar troponin bisa menjadi meningkat dalam darah dalam waktu 3 atau 4 jam setelah cedera dan dapat tetap tinggi selama 1-2 minggu setelah serangan jantung. Pengujian ini tidak terpengaruh oleh kerusakan otot lain, sehingga suntikan, kecelakaan, dan obat-obatan yang dapat merusak otot tidak mempengaruhi kadar troponin. Peningkatan konsentrasi troponin tidak boleh digunakan sendiri untuk mendiagnosa atau menyingkirkan serangan jantung, sebaiknya disertai pemeriksan laboratorium lainnya, seperti CKMB, LDH, hsCRP, dan AST. Di samping itu, pemeriksaan fisik, riwayat klinis, dan EKG juga penting. Beberapa orang yang memiliki serangan jantung bisa saja memiliki kadar troponin normal, dan beberapa orang dengan konsentrasi troponin meningkat tidak memiliki cedera jantung yang jelas. Masalah Klinis Penting untuk dicatat bahwa troponins jantung adalah penanda dari semua kerusakan otot jantung, bukan hanya infark miokard. Kondisi lain yang langsung atau tidak langsung mengakibatkan kerusakan otot jantung juga bisa meningkatkan kadar troponin. Takikardia berat (misalnya karena takikardia supraventricular) pada seorang individu dengan arteri koroner normal juga dapat menyebabkan peningkatan troponin, misalnya, mungkin karena permintaan oksigen meningkat dan pasokan oksigen yang tidak memadai ke otot jantung. Troponins juga meningkat pada pasien dengan gagal jantung, kondisi inflamasi (miokarditis dan perikarditis dengan keterlibatan otot jantung yang kemudian disebut myopericarditis), kardiomiopati (kardiomiopati membesar, kardiomiopati hipertrofik atau hipertrofi ventrikel (kiri), kardiomiopati peripartum, kardiomiopati Takotsubo), gangguan infiltrasi (amiloidosis jantung). Cedera jantung dengan peningkatan troponin juga terjadi pada keadaan jantung memar, defibrilasi dan kardioversi internal atau eksternal. Peningkatan troponin juga meningkat pada beberapa prosedur seperti operasi jantung dan transplantasi jantung, penutupan cacat septum atrium, intervensi KONDISI koroner perkutan atau NON ablasi frekuensi radio . JANTUNG Beberapa kondisi non-jantung yang dapat meningkatkan kadar troponin akibat memberi efek tidak langsung pada otot jantung seperti : sepsis (troponin meningkat sekitar 40%; ada peningkatan risiko kematian dan lama tinggal di dalam unit perawatan intensif pada pasien ini), perdarahan gastrointestinal yang parah (terdapat ketidaksesuaian antara permintaan dan pasokan oksigen miokardium), diseksi aorta, peningkatan stress hemodinamik, hipertensi pulmonar, emboli paru, eksaserbasi akut penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), iskemia, gangguan sistem syaraf pusat (perdarahan subaraknoid, stroke, perdarahan intrakranial, kejang), penyakit ginjal stadium akhir, toxin (kalajengking, ular, ubur-ubur, lipan), keracunan (CO, sianida). Pengaruh obat : agen kemoterapi (anthracycline, cyclophosphamide, 5-fluorourasil dan Uji cisplatin) . Laboratorium Troponin jantung (cTnT dan cTnI) dapat diukur dengan immunoassay yang baru-baru ini tersedia luas dalam analyzer imunokimia otomatis. Spesimen untuk pengukuran troponin berupa darah lengkap atau serum. Karena troponin jantung relatif tidak stabil dalam darah lengkap atau serum, maka spesimen harus diproses dan diperiksa segera. Apabila serum harus disimpan, serum harus dibekukan. Nilai Rujukan Hasil tes troponin dapat digunakan untuk memantau efektivitas pengobatan IMA dengan trombolisis. Di pasaran, banyak beredar tes komersial jenis Troponin I daripada Troponin T. Namun, belum adanya standardisasi untuk nilai rujukannya masih menjadi kendala. Menurut Kosasih (2008), nilai rujukan untuk Troponin I (metode immunoassay) : Nilai antara 0,04 dan 0,1 ng/mL diinterpretasikan sebagai tak pasti Nilai di atas o,1 ng/mL diinterpretasikan sebagai nekrosis sebagian sel otot jantung Pada operasi jantung dan takikardia yang berlangsung lama, nilai dapat sedikit lebih tinggi Pada orang normal nilai kurang dari kurang dari 0,2 ng/mL Faktor - yang Pengaruh Mempengaruhi obat Temuan (lihat Pengaruh Laboratorium obat) - Penundaan pengujian http://labkesehatan.blogspot.com/2010/11/troponin.html Emboli (Embolus) Posted September 20, 2007 by Iwan Sain, S.Kp, M.Kes in Kardiovaskuler. 7 Komentar Teman sejawat, anda harus berhati-hati pada keadaan terjadinya embolism didalam pembuluh darah, karena emboli tersebut bisa merenggut nyawa pasien apabila terjadi sumbatan pada organ-organ vital seperti arteri pulmonalis, arteri coroner, arteri renalis, dan arteri cereberal. bahkan banyak pasien meninggal akibat pemasangan infus yang ternyata terjadi pembentukan emboli udara. tentunya hal ini harus menjadi perhatian yang serius.Baiklah, untuk lebih memahami emboli, berikut ini akan saya paparkan sebagai berikut: Apakah emboli itu ? Adalah suatu benda asing yang tersangkut pada suatu tempat dalam sirkulasi darah. Benda tersebut ikut terbawa oleh aliran darah, dan berasal dari suatu tempat lain daripada susunan sirkulasi darah. Embolus (95 %) berasal dari trombus. Proses terbentuknya embolus disebut embolism Jenis Embolus Berupa benda padat berasal dari trombus, kelompok sel tumor, kelompok bakteri, jaringan Embolus bersifat cairan dapat berupa zat lemak, cairan amnion Embolus bersifat gas dapat berupa udara, gas nitrogen, carbon dioksida Embolus sering ditemukan pada vena, arteri, pembuluh limfe dan jantung Akibat – Akibat yang ditimbulkan oleh embolus Menimbulkan kematian mendadak Kematian jaringan atau infark Embolus septik à sarang – sarang infeksi baru dan abses-abses baru Metastasis tumor ganas Apa yang dimaksud dengan Embolus Vena Berasal dari vena, tungkai bawah kemudian dari vena dalam pelvis Embolus —> mengikuti pengaliran vena —> vena yang lebih besar —> vena cava —> jantung kanan -– > tersangkut dalam sirkulasi paru —> sumbatan /oklusi a. pulmonalis shg tdp blokade sirkulasi pulmonal —> insufisiensi a. coronaria dan infark miokard, anoksemia, anoksia umum —> kematian mendadak Adanya refleks vagal pulmo coronary —> menimbulkan spasme pada pembuluh paru dan koroner -– > kematian mendadak Embolus paru-paru yang besar jarang menimbulkan infark krn pasien sudah meninggal terlebih dahulu. Embolus paru-paru sering disertai infark terutama pada lobus kanan bawah Apa yang dimaksud Embolus Arteri ? Berasal dari trombus mural dalam jantung, trombus yang melekat pada empang-empang jantung dan aorta Embolus arteri sering mengenai otak, ginjal, limpa, dan anggota tubuh bawah. Embolus dalam a. mesenterica —> infark usus Embolus dalam a. coronaria —> kematian mendadak Apa yang dimaksud dengan Embolus Lemak?? Lemak ini masuk kedalam sirkulasi darah dan menyumbat arteri atau kapiler shg menjadi suatu embolus –> menyebabkan kematian Embolus lemak paling sering terjadi karena trauma tulang atau jaringan lemak yaitu patah tulang panjang terutama femur dan tibia yang disertai kerusakan sum-sum tulang juga terjadi pada masa nifas. Selain itu juga terjadi pada : akibat luka bakar pada kulit ; pada radang yg mengenai tulang atau jaringan lemak ; pada perlemakan hati akibat gizi buruk atau alkoholisme Apa itu Embolus cairan amnion? Keadaan ini jarang ditemukan, gejala-gejalanya adalah: sesak nafas Shock Kematian mendadak yg tidak disangka-sangka pada wanita yang sudah melahirkan atau dalam masa nifas Embolus dalam a. pulmonalis mengandung carik-carik jaringan epitel kulit bayi, verniks caseosa, lendir dan lanugo Apa itu Embolus Gas? Gelembung-gelembung gas masuk kedalam susuna sirkulasi sehingga menyumbat dan dapat menimbulkan kematian misalnya pada tindakan vaginal douche. Dapat juga disebabkan oleh pembedahan thoraks akibat vena besar terpotong atau sobek. Dapat juga disebabkan oleh transfusi darah atau infus cairan intravena. Penulis harapkan, anda lebih profesional dalam memberikan asuhan keperawatan terutama pada suatu keadaan yang dapat menimbulkan keadaan emboli pada pasien. http://iwansaing.wordpress.com/2007/09/20/embolus/