ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PATOLOGI PADA BAYI NY.E DENGAN IKTERUS DERAJAT III DI RSU ASSALAM GEMOLONG KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun Oleh : NORMA ITASARI B.12 143 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 HALAMAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PATOLOGI PADA BAYI NY.E DENGAN IKTERUS DERAJAT III DI RSU ASSALAM GEMOLONG Diajukan Oleh : NORMA ITASARI NIM B12 143 Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal 06 Juli 2015 Pembimbing Kartika Dian L, SST., M.Sc ii HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PATOLOGI PADA BAYI NY.E DENGAN IKTERUS DERAJAT III DI RSU ASSALAM GEMOLONG Diajukan Oleh: NORMA ITASARI NIM B12 143 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Akhir Program D III Kebidanan Pada Tanggal 06 Juli 2015 PENGUJI I PENGUJI II Retno Wulandari, S.ST NIK 200985034 Kartika Dian L, S.ST.,M.Sc NIK 200884032 Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan Mengetahui, Ka. Prodi D III Kebidanan iii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : ”Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Patologi Dengan Ikterus Derajat III Di RSU Assalam Gemolong Tahun 2014”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta 2. Ibu Retno Wulandari S.ST.,M.Kes selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Kartika Dian L, S.ST.,M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 4. Ibu dr.Wiwiek Irawati, M.Kes selaku direktur RSU Assalam Gemolong kepala, yang telah bersedia memberi ijin pada penulis dalam mengambil data dan penelitian. 5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan. 6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Surakarta, Penulis iv Juni 2015 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. v ABSTRAK ................................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................ vii DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................... 3 C. Tujuan Studi Kasus BAB II 1.Tujuan Umum ...................................................................... 3 2.Tujuan Khusus ..................................................................... 4 D. Manfaat Studi Kasus .............................................................. 5 E. Keaslian Studi Kasus ............................................................. 5 TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis ............................................................................ 9 1. Bayi Baru Lahir .............................................................. 9 a. Pengertian ................................................................ 9 b. Klasifikasi Bayi Baru Lahir ..................................... 9 c. Komplikasi Bayi Baru Lahir ................................... 10 2. Ikterus ............................................................................. 11 a. Pengertian ................................................................. 11 b. Penyebab .................................................................. 12 c. Tanda Klinis Ikterus ................................................. 12 d. Jenis-jenis Ikterus ..................................................... 13 e. Etiologi ..................................................................... 14 f. Patofisiologi ............................................................. 15 g. Metabolisme Bilirubin.............................................. 17 h. Diagnosis .................................................................. 17 i. Komplikasi ............................................................... 19 j. Derajat dan daerah Ikterus........................................ 20 k. Penanganan Ikterus Derajat III ................................. 21 B. Teori Manajemen Kebidanan ................................................. 26 C. Landasan Hukum ................................................................... 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Studi .............................................................................. 40 B. Lokasi Studi Kasus ................................................................ 40 C. Subjek Studi Kasus ................................................................ 40 D. Waktu Studi Kasus ............................................................... 40 E. Instrumen Studi Kasus ........................................................... 41 F. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 41 G. Alat-alat yang dibutuhkan ..................................................... 44 H. Jadwal Penelitian ................................................................... 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V A. Tinjauan Kasus ...................................................................... 46 B. Pembahasan ........................................................................... 82 PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................ 87 B. Saran ...................................................................................... 89 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 2. 1 Rumus Kremer.......................................................................... Tabel 2. 2 Pedoman pengelolaan ikterik menurut waktu timbulnya dan 21 kadar bilirubin ......................................................................... 24 Tabel 2.3 Bagan penanganan ikterik bayi baru lahir......................... ....... 24 Tabel 2.4 Riwayat Pemeriksaan Apgar Score…..................................... . 52 Tabel 2.5 Hasil Pemeriksaan Laboratorium........................................... .. 55 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Derajat dan daerah ikterus ....................................................... 20 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 7. Informed Consent Lampiran 8. Lembar Pedoman Wawancara (Format Askeb) Lampiran 9. Lembar Observasi Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 11. Leaflet Lampiran 12. Dokumentasi Studi Kasus (Foto) Lampiran 13. Lembar Konsultasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008). Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini. Tingginya angka kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor penyakit, infeksi dan kekurangan gizi. Beberapa penyakit yang saat ini masih menjadi penyebab kematian terbesar dari bayi, di antaranya penyakit diare, tetanus, gangguan perinatal, dan radang saluran napas bagian bawah (Hidayat, 2008). Untuk periode lima tahun sebelum survei, angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Sama dengan pola SDKI tahun 2007, lebih dari tiga perempat dari semua kematian balita terjadi dalam tahun pertama kehidupan anak dan mayoritas kematian bayi terjadi dalam periode 1 2 neonatus (SDKI, 2012). Penyebab kematian bayi dan balita adalah gangguan pernafasan, premature, Berat Badan Lahir Rendah, ikterus, diare, meningitis, malnutrisi (Dinkes, 2011) Ikterus neonatorum adalah diskolorisasi kuning atau penumpukan pada kulit organ lain akibat penumpukan bilirubin dalam darah (Sudarti, 2014). Ikterus atau hiperbilirubinia neonatus adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg%pada minggu pertama yang ditandai dengan warna kuning pada kulit, sclera dan organ lain ditubuh mempunyai poteni menimbulkan kem ikterus, yaitu keadaan kerusakan pada otak akibat perlengketan kadar bilirubin pada otak (Nursalam, 2005). Ikterus merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga konjungtiva, kulit, dan mukosa akan berwarna kuning (Hidayat, 2008). Ikterus apabila tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan kerusakan otak pada bayi. Tanda kerusakan otak diawali dengan letergi, layuh dan malas minum dan dapat menyebabkan kematian bayi. Setelah beberapa hari akan menjadi opistotonus, tangisan melengking dan dapat terjadi kejang (Sarwono, 2005). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 20 Oktober 2014 dengan mengambil data sekunder di RSU Assalam Gemolong untuk data jumlah kelahiran selama 1 tahun dari bulan September 2013-2014 adalah sebanyak 974 kelahiran. Jumlah bayi lahir normal 907 kasus (91,3%) dan jumlah bayi lahir dengan komplikasi sebanyak 67 kasus (6,87%). Komplikasi yang terjadi pada bayi baru lahir di antaranya adalah berat badan 3 lahir rendah sebanyak 47 kasus (4,82%), ikterus sebanyak 10 kasus (1,02%), dan asfiksia ringan sebanyak 10 kasus (1,02%). Untuk ikterus sendiri terbagi atas ikterus derajat II sebanyak 5 kasus (0,51%), ikterus derajat III sebanyak 3 kasus (0,30%), dan ikterus derajat IV sebanyak 2 kasus (0,20%). Mengingat kasus ikterus pada bayi baru lahir dapat menimbulkan kern ikterus ditandai dengan gejala kerusakan otak serta dapat diikuti dengan ketulian, gangguan berbicara, dan retardasi mental di kemudian hari (Dewi, 2010). Bayi dengan keadaan ini mempunyai resiko terhadap kematian atau jika dapat bertahan hidup akan mengalami gangguan perkembangan neurologis. Oleh sebab itu penulis tertarik mengambil kasus “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Patologi Pada Bayi Ny.E dengan ikterus derajat III di RSU Assalam Gemolong” dengan menggunakan manajemen kebidanan menurut varney. B. Perumusan Masalah “Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny.E Dengan Ikterus Derajat III di RSU Assalam Gemolong menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney?” C. TUJUAN STUDI KASUS 1. Tujuan Umum Penulis dapat menerapkan manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus derajat III di RSU Assalam Gemolong secara 4 komprehensif dengan menggunakan manajemen asuhan kebidanan menurut Hellen Varney. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu : 1) Melaksanakan pengkajian data baik data subyektif maupun obyektif pada bayi baru lahir dengan ikterus derajat III di RSU Assalam Gemolong. 2) Menginterpretasikan data dan merumuskan diagnosis, masalah, kebutuhan pada bayi baru lahir Ny. E dengan ikterus derajat III di RSU Assalam Gemolong. 3) Mengidentifikasikan diagnosa potensial pada bayi baru lahir Ny.E dengan ikterus derajat III di RSU Assalam Gemolong. 4) Mengidentifikasikan tindakan segera pada bayi baru lahir Ny.E dengan ikterus derajat III di RSU Assalam Gemolong. 5) Merencanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny.E dengan ikterus derajat III di RSU Assalam Gemolong. 6) Melakanakan perencanaan yang sesuai dengan pengkajian pada bayi baru lahir Ny.E dengan ikterus derajat III di RSU Assalam Gemolong. 7) Melakukan evaluasi pada pelaksanaan evaluasi kebidanan pada bayi baru lahir Ny.E dengan ikterus derajat III di RSU Assalam Gemolong. 5 b. Penulis mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus nyata dilapangan pada bayi baru lahir Ny.E dengan ikterus derajat III. D. Manfaat Studi Kasus 1. Bagi Diri Sendiri Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman nyata untuk menangani bayi baru lahir dengan ikterus derajat III. 2. Bagi Profesi Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat digunakan untuk pertimbangan dalam memberikan asuhan kebidanan dengan ikterus derajat III. 3. Bagi Institusi a. Rumah Sakit Dapat meningkatkan mutu pelayanan khususnya pada bayi baru lahir dengan ikterus derajat III. b. Bagi Pendidikan Dapat menambah referensi tentang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus derajat III. E. Keaslian Penelitian 1. Laili Fajriah, (2013) dari STIKes Kusuma Husada Surakarta “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny.S Dengan Ikterus Neonatus 6 Derajat II Di RSU Assalam Gemolong Sragen”. Data subyektif : Ibu mengatakan bayinya lahir pada tanggal 19 maret 2013 pukul 19.55 WIB, Ibu mengatakan bayi malas minum dan bayi terlihat kuning. Data Obyektif : Keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, TTV : Pernafasan : 42x/menit, Frekuensi nadi : 124x/menit, Suhu : 6˚C. Pemeriksaan antopometri meliputi BB/PB : 3200 gram/47 cm, LK/LD: 33 cm/34 cm. Dan pemeriksaan khusus Apgar Score : 8-9-10. Kulit kering, turgor jelek dan kelihatan pada daerah muka sampai umbilicus, Reflek morro, reflek rooting, reflek sucking, reflek plantar, reflek tonick neck lemah, dirawat dalam inkubator dengan suhu 32 ˚C.Hasil pemeriksaan laboratorium adalah : Bilirubin direk 4,25 mg%, Bilirubin indirek 5,00 mg%, Bilirubin total 9,25 mg%. Pemberian obat sesuai terapi yaitu injeksi Logafox 1 × 20 gram, injeksi Ottogenta 1 × 20 gram secara IV dan menjaga keadaan lingkungan inkubator. Tindakan pemberian ASI yang cukup dan memberi infus D ͳൗ NS 8 tpm. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak dengan Ͷ fototerapi setiap hari selama 6 jam. Setelah diberi asuhan selama 3 hari bayi sudah sehat dan warna kuning pada tubuh sudah tidak terlihat. 2. Addina Fitriana Rosyada, (2013) dari STIKes Aisyah Yogyakarta “Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan Ikterus Patologis Di Ruang Bayi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta”. Data Subjektif : Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 18 juni 2013 pukul 21.25 WIB, Ibu mengatakan bayinya tidak bisa minum dengan baik dan berwarna kuning pada kepala 7 sampai leher. Data Objektif : Keadaan umum cukup, kesadaran composmentis, Tanda Vital : Suhu : 37° C, Pernafasan : 44 kali/mnt, Nadi : 132 kali/mnt. Hasil pemeriksaan antopometri : BB/PB : 1700 gram/ 39 cm, LD/LD : 32 cm/ 33cm, LILA : 10 cm, dan pemeriksaan khusus Apgar Score : 7-9-10. Bayi menangis kuat, reflek menghisap kurang kuat terutama pada hari I, Turgor kulit elastis, tonus otot normal, abdomen normal, tali pusar kering, pernafasan normal, tidak terdapat suara ronchi, kulit berwarna kuning pada muka dan leher, bayi berada di dalam incubator, kadar bilirubin total 9,91 mg/dl. Asuhan yang diberikan adalah kolaborasi dengan dokter spesialis anak dengan fototerapi 3 × 6 jam, memberikan nutrisi ASI/OGT yang adekuat, mengobservasi BAB dan BAK & menjaga keadaan lingkungan inkubator. Setelah diberi asuhan sebanyak 5 hari kondisi bayi sudah membaik, warna kuning pada tubuh sudah tidak terlihat, dan tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan. Perbedaan kasus yang penulis ambil terletak pada subyek, tempat dan waktu penelitian, sedangkan persamaanya yaitu pada jenisnya studi kasus yang membahas tentang ikterus pada bayi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Bayi Baru Lahir a. Pengertian Bayi yang lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin (Dewi, 2010). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Marmi & Rahardjo, 2012). b. Klasifikasi Bayi Baru Lahir Menurut Winkjosastro (2005), klasifikasi bayi baru lahir menurut gestasi, yaitu : 1) Pre Term : Kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) 2) Term : Mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap (259-293 hari). 3) Post Term : 42 minggu lengkap atau 42 minggu lebih (293 hari). 8 9 c. Komplikasi Pada Bayi Baru Lahir 1) Asfikia Suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari dalam tubuhnya (Dewi, 2010). 2) BBLR Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi lahir yang berat lahirnya saat kelahiran kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2449 gram. (Prawirohardjo, Sarwono, 2006) 3) Tetanus Neonatorum Penyakit yang terjadi pada neonatus (bayi < 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, kuman yang mengeluarkan toksin yang menyerang sistem syaraf pusat (Sudarti, 2014). 4) Ikterus Ikterus adalah perubahan warna kuning kulit yang sering ditemukan pada bayi baru lahir (Paullette, 2007). 5) Meningitis Merupakan peradangan pada daerah meningen , meningitis terdiri atas meningitis tuberkolusis yang disebabkan oleh bakteri dan meningitis virus atau disebut non purullen meningitis (aseptik disebabkan oleh virus meningitis), yaitu meningitis (Hidayat, 2008). yang 10 6) Diare Pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar (Dewi, 2010). 7) Malnutrisi Energi Protein (MEP) Malnutrisi adalah kekurangan gizi akibat jumlah kandungan mikro atau makronutriens yang tidak mencukupi (Rukiyah dan Yulianti, 2013). 2. Ikterus a. Pengertian Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit, atau jaringan lain akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh atau akumulasi bilirubin dalam darah lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam, yang menandakan terjadinya gangguan fungsional dari hepar, sistem billiary, atau sistem hematologi. Ikterus dapat terjadi baik karena peningkatan billirubin indirek (unconjugated) dan direk (conjugated) (Rukiyah dan Yulianti, 2013). Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis ‘jaune’ yang berarti kuning. Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning 11 karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam sirkulasi darah. Bilirubin merupakan produk utama pemecahan sel darah merah oleh sistem retikuloendotelial. Kadar bilirubin serum normal pada bayi baru lahir < 2 mg/dl. Pada konsentrasi > 5 mg/dl bilirubin maka akan tampak secara klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan membran mukosa yang disebut ikterus. Ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 50% bayi cukup bulan (aterm) dan 75% bayi kurang bulan (preterm) (Winkjosastro, 2007). b. Penyebab Menurut Nursalam (2005) Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : 1) Kekurangan protein yang tidak mencukupi jumlah enzim sehingga kemampuan enzim untuk melakukan konjugasi dan ekskresi bilirubin berkurang. 2) Peningkatan kadar bilirubin berlebih. 3) Pemberian ASI yang belum mencukupi. c. Tanda klinis Ikterus Menurut Marmi dan Rahardjo (2012), tanda klinis ikterus meliputi : 1) Sklera, puncak hidung, mulut, dada, perut dan ekstremitas berwarna kuning 2) Letargi 3) Kemampuan menghisap menurun 12 4) Kejang d. Jenis-jenis Ikterus Menurut Dewi (2010), ikterus dibagi menjadi 2 yaitu : 1) Fisiologis Ikterus Fisiologis adalah ikterus normal yang dialami oleh bayi baru lahir, tidak mempunyai dasar patologis sehingga tidak berpotensi menjadi kern ikterus. Ikterus fisiologis ini memiliki tanda-tanda berikut : a) Timbul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi baru lahir. b) Kadar bilirubin indirect tidak lebih dari 10 mg% per hari. c) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5 mg% per hari. d) Kadar bilirubin direct tidak lebih dari 1 mg%. e) Ikterus menghilang pada 10 hari pertama. f) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan patologis. 2) Patologis Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis dengan kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinia. Ikterus patologis memiliki tanda dan gejala sebagai berikut : a) Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama. b) Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus kurang bulan atau melebihi 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan. 13 c) Peningkatan bilirubin melebihi 5 mg% per hari. d) Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama. e) Kadar bilirubin direct lebih dari 1 mg%. f) Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik. c. Etiologi Menurut Dewi (2010), ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ikterus, yaitu sebagai berikut : 1) Prahepatik (Ikterus hemolitik) Ikterus ini disebabkan karena produksi bilirubin yang meningkat pada proses hemolisis sel darah merah (ikterus hemolitik). Peningkatan bilirubin dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah infeksi, kelainan sel darah merah, dan toksin dari luar tubuh itu sendiri. 2) Pascahepatik (Obstruktif) Adanya obstruksi pada saluran empedu yang menyebabkan bilirubin konjugasi akan kembali lagi ke dalam sel hati dan masuk ke dalam aliran darah, kemudian sebagian masuk dalam ginjal dan diekskresikan dalam urine. Sementara itu, sebagian lagi tertimbun dalam tubuh sehingga kulit dan sklera berwarna kuning kehijauan serta gatal. Sebagai akibat dari obstruksi saluran empedu menyebabkan ekskresi bilirubin ke dalam saluran pencernaan berkurang, sehingga feses akan berwarna putih keabu-abuan, dan seperti dempul. 14 3) Hepatoseluler (Ikterus Hepatik) Konjugasi bilirubin terjadi pada sel hati, apabila sel hati mengalami kerusakan maka secara otomatis akan mengganggu proses konjugasi bilirubin sehingga bilirubin direct meningkat dalam aliran darah. Bilirubin direct mudah diekskresikan oleh ginjal karena sifatnya yang mudah larut dalam air, namun sebagian masih tertimbun dalam aliran darah. d. Patofisiologi Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh. Sebagian besar hasil bilirubin berasal dari degedrasi hemoglobin darah dan sebagian lagi berasal dari hem bebas atau dari proses eritropoesis yang tidak efektif. Pembentukan bilirubin tadi dimulai dengan proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin serta beberapa zat lain. Biliverdin inilah yang mengalami reduksi dan menjadi bilirubin bebas atau bilirubin IX alfa. Zat ini sulit larut dalam air tetapi larut dalam lemak, karena mempunyai sifat lipofilik yang sulit diekskresi dan mudah melalui membran biologic seperti plasenta dan sawar darah otak. Bilirubin bebas tersebut kemudian bersenyawa dengan albumin dan dibawa ke hepar. Dalam hepar terjadi mekanisme ambilan, sehingga bilirubin terikat dengan oleh reseptor membran sel hati dan masuk ke dalam sel hati. Segera setelah ada didalam sel hati, terjadi persenyawaan 15 dengan ligandin (protein-Y), protein-Z, dan glutation hati lain yang membawanya ke reticulum endoplasma hati, tempat terjadinya proses konjugasi. Proses ini timbul berkat adanya enzim glukoronil transferase yang kemudian menghasilkan bentuk bilirubin direk. Jenis bilirubin ini larut dalam air dan pada kadar tertentu dapat diekskresikan melalui ginjal. Sebagian besar bilirubin yang terkonjugasi ini diekskresi melalui duktus hepatikus ke dalam saluran pencernaan dan selanjutnya menjadi urobilinogen dan keluar dari tinja sebagai sterkobilin. Dalam usus sebagian diabsorbsi kembali oleh mukosa usus dan terbentuklah proses arbsorbsi enterohepatik. Sebagian besar neonatus mengalami peningkatan kadar bilirubin indirek pada hari-hari pertama kehidupan. Hal ini terjadi karena terdapatnya proses fisiologik tertentu pada neonatus. Proses tersebut anatara lain karena tingginya kadar eritrosit neonatus, masa hidup eritrosit yang lebih pendek (80-90 hari), dan belum matangnya fungsi hepar. Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi dalam beberapa keadaan. Kejadian tersering adalah apabila terdapat pertambahan beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit bayi/janin, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi 16 enterohepatik. Gangguan ambilan bilirubin plasma juga dapat menimbulakn peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein-Y berkurang atau pada keadaan protein-Y dan protein-Z oleh anion lain, misalkan pada bayi dengn asidosis atau anoksia/hipoksia. Keadaan lain yang dapat memperlihatkan peningkatan kadar bilirubuin adalah apabila ditemukan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukoronil transferase) atau bayi menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empedu ekstra/intrahepatik (Rukiyah dan Yulianti, 2010). e. Metabolisme Bilirubin Meningkatnya kadar bilirubin dapat disebabkan produksi yang berlebihan. Sebagian besar bilirubin berasal dari desdruktif eritrosit yang menua. Pada neonatus 75% bilirubin berasal dari mekanisme ini. 1 gr hemoglobin dapat menghasilkan 35 mhg bilirubin indirek dan bentuk inilah yang dapat masuk ke jaringan otak dan menyebabkan kern ikterus. Peningkatan kadar bilirubin pada harihari pertama kehidupan, dapat terjadi pada sebagian neonatus. Hal ini disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus dan umur eritrosit yang lebih pendek (Surasmi, 2005). 17 f. Diagnosia Anamnesis ikterus pada riwayat obstetri sebelumnya sangat membantu dalam menegakkan hiperbilirubinia pada bayi. Termasuk anamnesis mengenai riwayat inkompabilitas darah, riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya. Di samping itu faktor resiko kehamilan dan persalinan juga berperan diagnosis dini ikterus/hiperbilirubinemia pada bayi. Faktor resiko itu antara lain adalah kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikan ibu selama hamil/persalinan, kehamilan dengan diabetes mellitus, gawat janin, malnutrisi intrauterine, infeksi intranatal, dan lain-lain. Secara klinis ikterus pada bayi dapat dilihat segera setelah lahir atau setelah beberapa hari kemudian. Pada bayi dengan peninggian billirubin indirek, kulit dapat berwarna kuning terang sampai jingga, sedangkan pada penderita dengan gangguan obstruksi empedu warna kuning kulit tampak kehijauan. Penilaian ini sangat sulit dikarenakan ketergantungan dari warna kulit bayi sendiri. Tanpa mempersoalkan usia kehamilan atau saat timbulnya ikterus, hiperbilirubinia yang cukup berarti memerlukan penilaian diagnostic lengkap, yang mencakup penentuan fraksi bilirubin langsung (direk) dan tidak langsung (indirek) hemoglobin, hitung leukosit, golongan darah, tes Coombs dan pemeriksaan apusan darah tepi. Bilirubenia indirek, retikulositosis dan sediaan apusan memperlihatkan petunjuk adanya hemolisis akibat non imunologiik. 18 Jika terdapat hiperbilirubenia direk, adanya hepatitis, fibrosis kistis dan sepsis. Jika hitung retikulosit, tes Coombs dan bilirubin indirek fisiologis atau patologis. Ikterus fisiologis. Dalam keadaan normal, kadar bilirubin indirek dalam serum tali pusat adalah 1-3 mg/dl dan akan meningkat dengan kecepatan kurang dari 5 mg/dl/24 jam; dengan demikian ikterus dapat terlihat pada hari ke 2-3, biasanya mencapai puncak antara hari ke 2-4, dengan kadar 5-6 mg/dl selanjutnya menurun sampai kadarnya lebih rendah 2 mg/dl antar hari ke 5-7 kehidupan. Ikterus patologis. Makna hiperbilirubinemia terletak pada insiden kern ikterus yang tinggi, berhubungan dengan kadar bilirubin serum yang lebih dari 18-20 mg/dl pada bayi aterm. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah akan memperlihatkan kern ikterus pada kadar yang lebih rendah (10-15 mg/dl). (Rukiyah dan Yulianti, 2013). g. Komplikasi Kern Ikterus (ensefalopati biliaris) adalah suatu kerusakan otak akibat adanya bilirubin indirect pada otak. Kern Ikterus ditandai dengan kadar bilirubin darah yang tinggi (>20 mg% pada bayi cukup bulan atau >18 mg% pada bayi berat lahir rendah) disertai dengan gejala kerusakan otak berupa mata berputar, letargi, kejang, tak mau mengisap, tonus otot meningkat, leher kaku, epistotonus, dan sianosis, serta dapat juga diikuti dengan ketulian, 19 gangguan berbicara, dan retardasi mental di kemudian hari (Dewi, 2010). Kern Ikterus mengacu pada ensefalopati bilirubin yang berasal dari deposit bilirubin terutama pada batang otak (brainsten) dan nucleus serebrobasal. Warna kuning (jaundis pada jaringan otak) dan nekrosis neuron-neuron akibat toksik bilirubin tidak terkonjugasi (unconjugated bilirubin) yang mampu melewati sawar darah otak karena kemudahannya larut dalam lemak (high lipid solubility). Kern ikterus bisa terjadi pada bayi tertentu tanpa disertai jaundis klinis, tetapi umumnya berhubungan langsung pada kadar bilirubin total dalam serum. Pada bayi cukup bulan kadar bilirubin dalam serum 20 mg%/dl dianggap berada pada batas atas sebelum kerusakan otak dimulai. Hanya satu gejala sisa spesifik pada bayi yang selamat yakni serebral palsy koreotetoid. Gejala sisa lain seperti retardasi mental dan ketidakmampuan sensori yang serius bisa menggambarkan hipoksia, cedera vaskuler atau infeksi yang berhubungan dengan kern ikterus sekitar 70% bayi baru lahir yang mengalami kern ikterus akan meninggal selama periode neonatal (Marmi & Raharjo, 2012). 20 h. Derajat dan daerah Ikterus Pengamatan ikterus kadang-kadang sulit apalagi dalam cahaya buatan. Paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari dengan menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi darah (Prawiroharjo, 2006). Dibawah ini dapat dilihat gambar pembagian derajat dan daerah ikterus : 1) Derajat I : kepala sampai leher 2) Derajat II : kepala, badan sampai umbilicus 3) Derajat III : kepala, badan sampai paha 4) Derajat IV : kepala, badan, paha sampai dengan lutut 5) Derajat V : kepala, badan, ekstremitas sampai ujung jari Gambar 2.1. Derajat dan daerah Ikterus Sumber : Dewi (2010) 21 Tabel 2.1. Rumus Kremer Daerah Luas Ikterus 1 2 Kepala dan leher Daerah 1 + badan bagian atas 3 Daerah bagian 1, 2 + badan bagian bawah dan tungkai 4 Daerah 1,2,3 + tangan lengan dan kaki dibawah tungkai 5 Daerah 1,2,3,4 + tangan dan kaki Sumber : (Dewi, 2010) Kadar Bilirubin (mg%) 5 9 11 12 16 i. Penanganan Ikterus Derajat III Menurut Wiknjosastro (2007), perencanaan asuhan kebidanan yang diberikan kepada bayi dengan ikterus derajat III : 1) Observasi keadaan umum dan tanda vital 2) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan 3) Foto Terapi menggunakan lampu 20 watt sebanyak 8-10 buah yang disusun secara paralel dengan jarak antara lampu dan bayi kurang lebih 40 cm dilakukan selama 6 jam terapi dan 6 jam istirahat 4) Periksa bilirubin dalam darah dengan pemeriksaan laboratorium setiap 8 jam sekali atau paling tidak sekali dalam 24 jam 5) Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk memeberikan terapi selanjutnya Sedangkan menurut Rukiyah dan Yulianti, penatalaksanaan terapeutik ikterus derajat III adalah : (2011) 22 1) Fototerapi Ikterus klinis dan hiperbilirubin indirek akan berkurang kalau bayi dipaparkan sinar dalam spectrum cahaya yang mempunyai intensitas tinggi. Bilirubin akan menyerap cahaya secara maksimal dalam batas wilayah warna biru (mulai 400-470 mm). Bilirubin dalam kulit akan menyerap energi cahaya, yang melalui fotoisomerasi mengubah bilirubin tak terkonjugasi yang bersifat toksik menjadi isomer-isomer terkonjugasi yang di keluarkan ke empedu dan melalui otosensitisasi yang melibatkan oksigen dan mengakibatkan reaksi oksidasi yang menghasilkan produk-produk pemecahan yang akan diekskresikan oleh hati dan ginjal tanpa memerlukan konjugat. Indikasi fototerapi hanya setelah dipastikan adanya hiperbilirubin patologi. Komplikasi fototerapi meliputi tinja yang cair, ruam kulit, bayi mendapat panas yang berlebihan dan dehidrasi akibat cahaya, menggigil karena pemaparan pada bayi, dan sindrom bayi perunggu yaitu warna kulit menjadi gelap, coklat dan keabuan. 2) Fenobarbital Meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin. Pemberian obat ini akan mengurangi timbulnya ikterus fisiologi pada bayi neonatus, kalau diberikan pada ibu dengan dosis 90 mg/24 jam beberapa hari sebelum kelahiran atau bayi pada saat lahir 23 dengan dosis 5 mg/kgBb/24 jam. Pada suatu penelitian menunjukkan pemberian fenobarbital pada ibu untuk beberapa hari sebelum kelahiran baik pada kehamilan cukup bulan atau kurang bulan dapat mengkontrol terjadinya hiperbilirubinemia. Namun karena efeknya pada metabolisme bilirubin biasanya belum terwujud sampai beberapa hari setelah pemberiaan obat dan oleh karena keefektifannya lebih kecil dibandingkan fototerapi, dan mempunyai efek sedatif yang tidak di inginkan dan tidak menambah respon terhadap fototerapi, maka fenobarbital tidak dianjurkan untuk pengobatan ikterus pada bayi neonatus. 3) Transfusi Tukar Dilakukan untuk mempertahankan kadar bilirubin indirek dalam serum bayi aterm kurang dari 20 mg/dl atau 15 mg/dl pada bayi kurang bulan. Dapat diulangi sebanyak yang diperlukan, atau keadaan bayi yang dipandang kritis dapat menjadi petunjuk melakukan transfusi tukar selama hari pertama atau kedua kehidupan, kalau peningkatan yang lebih di duga akan terjadi, tetapi tidak dilakukan pada hari ke empat pada bayi aterm atau hari ke tujuh pada bayi prematur, kalau diharapkan akan segera terjadi penurunan kadar bilirubin serum atau akibat mekanisme konjugasi yang bekerja lebih efektif. Transfusi tukar mungkin merupakan metode yang paling efektif 24 untuk mengkontrol terjadinya hiperbilirubinemia. Tabel 2.2 Pedoman pengelolaan ikterik menurut waktu timbulnya dan kadar bilirubin. Bilirubin (mg/dl) <5 5-9 10-14 15-19 > 20 < 24 jam Pemberian makanan yang dini Terapi sinar bila hemolisis Transfusi tukar bila hemolisis* Transfusi tukar* 24 - 48 jam 49 – 72 jam >72 jam Kalori cukup Terapi sinar Transfusi tukar bila hemolisis Terapi sinar Transfusi tukar+ Sumber : (Prawiroharjo, 2006) *Sebelum dan sesudah transfusi tukar => baru terapi sinar + Bila tak berhasil => Transfusi tukar Bila < 5 mg% selalu observasi Bila > 5 mg% penyebab ikterus perlu diselidiki + 25 Tabel 2.3 Bagan penanganan ikterik bayi baru lahir Tanda-tanda Kategori Penilaian -Daerah Ikterus (Rumus Kremer) -Kuning hari ke : -Kadar bilirubin Penanganan Bidan atau Puskesmas Warna kuning pada kulit dan sklera mata (tanpa hepatomegali, perdarahan kulit, dan kejang) Normal Fisiologik Patologik 1 1-2 1≤ 5 mg% >3 Terus diberi ASI - - Rumah Sakit Sama dengan diatas 1 sampai 5 >3 11-15 mg% Jemur dimatahari pagi pada jam 79 selama 10 menit Badan bayi telanjang, mata ditutup Terus diberi ASI Banyak minum Sama dengan diatas 1 sampai 5 1 sampai 5 >3 >15-20 mg% >3 >20 mg% - Terapi sinar Nasihat bila semakin kuning kembali Sumber : Prawiroharjo, (2006) Rujuk ke rumah sakit Banyak minum Terapi sinar Periksa golongan darah ibu dan bayi Periksa kadar bilirubin Waspadai bila kadar bilirubin naik > 0,5 mg/jam Commb’s test Tukar darah 26 B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen kebidanan adalah metode pendekatan dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah sehingga merupakan alur kerja dan pengorganisasian, pemikiran serta langkahlangkah dalam suatu urutan yang logis, yang menguntungkan baik bagi klien maupun bidan (Varney, 2007). Dalam penyusunan karya tulis ilmiah yang akan dilakukan, studi kasus ini penulis menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney karena metode dan pendekatannya sistematik dan analitik sehingga memudahkan dalam pengarahan pemecahan masalah terhadap klien. 2. Langkah-Langkah Asuhan Kebidanan Dalam studi kasus ini mengacu pada pola fikir varney karena metode dan pendekatannya sistematik dan analitik sehingga memudahkan dalam pengarahan pemecahan masalah terhadap klien. Proses menurut Hellen Varney ada 7 langkah dimulai dari pangumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah menurut Varney (2007) tersebut adalah sebagai berikut : a. Langkah I Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara 27 anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Varney, 2007). Proses pengumpulan data mencakup data subyektif dan obyektif adalah sebagai berikut : 1) Data Subyektif Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Data tersebut dapat ditentukan oleh perawat secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2005). a) I dentitas Pasien Menurut Nursalam (2005), identitas pasien meliputi : (1) Nama Untuk mengetahui nama bayi. (2) Umur Untuk mengetahui umur bayi yang nantinya disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan. Pada kasus ikterus derajat III ini terjadi pada bayi berumur 24 jam pertama (Dewi, 2010). (3) Jenis Kelamin Untuk mengetahui jenis kelamin bayi laki-laki atau perempuan. (4) Alamat Untuk mengetahui tempat tinggal orang tua pasien. 28 (5) Nama Orang Tua Untuk mengetahui nama orang tua bayi sebagai penanggung jawab. (6) Umur Orang Tua Untuk mengetahui berapa umur orang tua. Dikaji untuk mengetahui adanya faktor resiko persalinan. (7) Agama Untuk mengetahui kepercayaan orang tua yang berhubungan dengan pemberian dukungan spiritual sesuai kepercayaan. (8) Pendidikan Untuk mengetahui tingkat intelektual yang berhubungan dengan intelektual orang tua yang berhubungan dengan pemberian KIE. (9) Pekerjaan Untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi orang tua berhubungan dengan kemampuan dalam mencukupi kebutuhan nutrisi. 2) Anamnesa Dengan Orang Tua a) Keluhan utama waktu masuk Adalah proses pengkajian kondisi pasien pada saat datang yaitu dengan keluhan setelah bayi lahir bayinya terlihat kuning, sulit menghisap, sehingga timbul kecemasan pada 29 orang tuanya (Wiknjosastro, 2006). b) Riwayat Kesehatan Sekarang Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini, apakah pada keadaan saat ini ibu hamil menderita sakit flu, batuk, dan demam. c) Riwayat Kesehatan Lalu (1) Riwayat Prenatal (Kehamilan) Untuk mengetahui keadaan bayi saat dalam kandungan. Pengkajian ini meliputi : hamil ke berapa, umur kehamilan, ANC, HPL, dan HPHT (Prawirohardjo, 2007). Kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikan selama kehamilan/persalinan, kehamilan dengan diabetes mellitus, gawat janin, malnutrisi intrauterine, infeksi intranatal, dan lain-lain merupakan faktor resiko terjadinya ikterus pada bayi (Rukiyah dan Yulianti, 2013). (2) Riwayat Intranatal (Persalinan) Untuk mengetahui keadaan bayi saat lahir (jam dan tanggal), penolong, tempat dan cara persalinan (spontan atau tindakan) serta keadaan bayi saaat lahir (Wiknjosastro, 2007). (3) Riwayat Post Natal Untuk mengetahui keadaan bayi dan ibu saat nifas, 30 adakah komplikasi saat nifas atau tidak (Wiknjosastro, 2007). (4) Riwayat Kesehatan Keluarga Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular dan menurun (Wiknjosastro, 2005). (5) Riwayat Imunisasi TT pada Ibu Untuk mengetahui apakah imunisasi telah diberikan atau belum (Wiknjosastro, 2005) (6) Riwayat Sosial Ekonomi Untuk mengetahui sosial ekonomi keluarga apakah keluarga sanggup membiayai perawatan bayinya (Nursalam, 2005) 3) Data Data Obyektif obyektif adalah data yang diperoleh dari pengkajian dan pemeriksaan fisik pasien guna menegakkan diagnosa. Menurut Dewi, 2010 pemeriksaan bayi meliputi pemeriksaan sebagai berikut: a) Pemeriksaan tanda-tanda vital yang dinilai antara lain : (1) Periksa laju nafas dengan melihat tarikan nafas pada dada dan gunakan penunjuk waktu. Status pernapasan yang baik adalah napas dengan laju normal 40-60 kali per menit., tidak ada wheezing dan ronki. Apabila < 40 atau > 60 dan ada wheezing, ronki maka tidak normal. 31 (2) Periksa laju jantung dengan menggunkan stetoskop dan petunjuk waktu. Denyut jantung normal adalah 100 – 120 kali per menit dan tidak terdengar bunyi murmur. Apabila denyut jantung < 100 atau > 120 dan terdengar bunyi murmur maka tidak normal. (3) Tonus otot, dengan batas normal adalah dapat bergerak normal dan aktif. (4) Periksa suhu dengan menggunakan termometer aksila. Suhu normal adalah 36,5˚C – 37,2˚C. Apabila < 36,5˚C hipotermi dan apabila > 37,2˚C hipotermi. b) Menurut Hidayat (2008), pemeriksaan fisik secara sistematis. Pemeriksan ini dilakukan secara sistematis yang dimulai dari kepala sampai kaki (head to toe) Pemeriksaan fisik sistematis : 1) Kepala : Ada/tidak caput atau chepal hematom 2) Muka : Simetris/tidak simetris / nampak kekuningan 3) Mata : Sklera dan conjungtiva normal, tampak kekuningan 4) Telinga : Simetris atau tidak bagian kanan atau kiri 5) Mulut : Ada atau tidak ada labiopalatoskizis 6) Hidung : Ada atau tidak ada polip, nampak 32 kekuningan 7) Leher : Ada atau tidak ada pembesaran kelenjar, nampak kekuningan 8) Dada : Simetris atau tidak bagian kanan kiri 9) Perut : Kembung atau tidak kembung 10) Tali pusat : Terbungkus kassa steril atau tidak 11) Punggung : Ada spina bifida atau tidak, nampak kekuningan 12) Ekstremitas : Lengkap atau tidak, nampak kekuningan 13) Genetalia : Laki-laki : Testis sudah turun atau belum 14) Perempuan : Labia mayor sudah menutupi labia minor atau belum c) Pemeriksaan Reflek Menurut Rukiyah dan Yulianti, (2013) pemeriksaan reflek pada bayi ikterus adalah : 1) Reflek grasping Normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat saat pemeriksa meletakkan jari telunjuk pada telapak tangannya, tetapi pada bayi dengan ikterus tidak bisa menggenggam dengan kuat. 2) Reflek Menghisap atau reflek suching Bayi normal yang cukup bulan akan berupaya untuk 33 menghisap setiap benda yang menyentuh bibirnya, tetapi pada bayi dengan ikterus reflek menghisapnya lemah sehingga tidak bisa minum ASI dengan baik. 3) Reflek mencari atau Rooting Kalau pipi bayi disentuh akan menoleh kepalanya ke sisi yang disentuh untuk mencari puting susu, tetapi pada bayi ikterus reflek rootingnya lemah. d) Pemeriksaan Antropometri Menurut Dewi, (2010) pemeriksaan antopometri : 1) Lingkar Kepala : Pada bayi normal antara 33-35 cm 2) Lingkar dada : Pada bayi normal antar 30-38 cm 3) Berat badan : Berat badan bayi normal antara 2500 - 4000 gram 4) Panjang badan : Pada bayi normal antara 48-52 cm e) Pemeriksaan Eliminasi Pada pemeriksaan ini yang dikaji antara lain “ Eliminasi, urine, dan mekonium terutama pada 24 jam pertama. Baik frekuensi, warna, dan kondisi eliminasinya. Pada keadaan normal urine dan mekonium sudah keluar pada 24 jam pertama (Rukiyah dan Yulianti, 2008). f) Data Penunjang Data penunjang ini diperoleh dari pemeriksaan laboratorium antar lain : pemeriksaan Hb dan golongan darah, serta kadar 34 bilirubin dalam darah (Depkes RI, 2007). Nilai kadar bilirubin darah pada bayi ikterus derajat III adalah > 11 mg% ( Dewi, 2010). b. Langkah II Interpretasi Data Pada langkah ini melaksanakan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. 1) Diagnosa Kebidanan Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup kebidanan (Varney, 2007) Diagnosa : By. Ny.X umur.......jam dengan ikterus derajat III Data Dasar Data Subyektif : a) Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal....... b) Ibu mengatakan ini anak yang ke....... c) Ibu mengatakan belum bisa minum dengan baik Data Obyektif : a) Pemeriksaan keadaan umum dan tanda-tanda vital pada bayi meliputu nadi, respirasi dan suhu b) Pemeriksaan inspeksi meliputi pemeriksaan : kepala, dada, paha sampai umbilikus, berwarna kuning (Winkjosastro, 2007) 35 c) Pemeriksaan reflek lemah yang terdiri dari reflek morro, reflek sucking, reflek rooting. d) Pemeriksaan laboratorium meliputi : Hb, golongan darah serta kadar bilirubin dalam darah (Prawiroharjo, 2005). Pada ikterus derajat III kadar bilirubin > 11 mg/dl (Dewi, 2010). 2) Masalah Masalah adalah hal yang berkaitan dengan pernyataan pasien yang ditemukan dari hasil pengkajian dan diagnosa (Varney, 2007). Masalah yang sering dijumpai pada bayi ikterus adalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan peningkatan kadar bilirubin dalam darah (Suriadi & Yuliani, 2006). 3) Kebutuhan Hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data (Varney, 2007). Kebutuhan-kebutuhan yang harus diberikan pada bayi baru lahir dengan ikterik adalah oksigen sesuai terapi, pemberian terapi yang cukup, mengobservasi keadaan umum bayi secara intensif menjaga supaya lingkungan sekitar tetap nyaman dan hangat (Marmi dan Rahardjo, 2012). 36 c. LANGKAH III Diagnosa Potensial Pada langkah ini penulis mengidentifikasi dengan kritis tanda dan gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu pasien untuk mengatasi dan mencegah (Varney, 2007). Masalah potensial pada bayi baru lahir dengan ikterus akan muncul apabila kadar bilirubin semakin meningkat yang akan menyebabkan potensial terjadi gangguan pemenuhan cairan, potensial terjadi infeksi, potensial terjadi kern ikterus (Marmi dan Rahardjo, 2012). d. LANGKAH IV Antisipasi Langkah bidan dituntut untuk mengantisipasi masalah potensial dan merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi (Varney, 2007). Antisipasi menuru Prawiroharjo, (2006) untuk tanda ikterus derajat III pada kasus ini antara lain : 1) Penurunan kadar bilirubin dengan cara mempercepat metabolisme 2) dan pengeluaran bilirubin dengan pemberian agar-agar, early feeding, pemberian fenobarbital 3) Pemenuhan kebutuhan nutrisi 4) Pemberian terapi sinar untuk mengubah bilirubin menjadi bentuk yang tidak toksik dan yang dapat dikeluarkan dengan sempurna melalui ginjal dan traktus digestifus. 5) Kolaborasi dengan dokter anak 37 e. LANGKAH V Perencanaan Langkah ini merupakan lanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi (Varney, 2007). Menurut Winkjosastro (2007), perencanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus yaitu : 1) Observasi keadaan umum dan tanda vital 2) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan 3) Foto Terapi menggunakan lampu 20 watt sebanyak 8-10 buah yang disusun secara paralel dengan jarak antara lampu dan bayi kurang lebih 40 cm dilakukan selama 6 jam terapi dan 6 jam istirahat 4) Periksa bilirubin dalam darah dengan pemeriksaan laboratorium setiap 8 jam sekali atau paling tidak sekali dalam 24 jam 5) Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk memeberikan terapi selanjutnya f. LANGKAH VI Pelaksanaan (Implementasi) Penatalaksanaan manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien (Varney, 2007). 1) Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital 2) Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan 3) Melakukan foto terapi menggunakan lampu 20 watt sebanyak 810 buah yang disusun secara paralel dengan jarak antara lampu 38 dan bayi kurang lebih 40 cm dilakukan selama 6 jam terapi dan 6 jam istirahat 4) Memeriksa kadar bilirubin dalam darah dengan pemeriksaan laboratorium setiap 8 jam atau paling tidak satu kali dalam 24 jam 5) Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk melakukan terapi g. LANGKAH VII : Evaluasi Langkah ketujuh adalah evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan terpenuhi, kadar bilirubin atau derajat ikterus menurun, bayi tidak kesulitan dalam menyusu (Varney, 2007). Setelah diberi asuhan kebidanan hasil yang diharapkan adalah keadaan umum baik, kesadaran composmentis, cairan terpenuhi, bilirubin turun dan berat badan bayi naik. Di dalam memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh langkah manajemen Varney, sebagai catatan perkembangan dillakukan asuhan kebidanan SOAP dalam pendokumentasian. Menurut Varney, (2007) sistem pendokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan SOAP yaitu : 1) S (Subyektif) Menggambarkan dan mendokumentasikan hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah satu Varney. 39 2) O (Obyektif) Menggambarkan dan mendokumentasikan hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan langkah satu Varney. 3) A (Assesment) Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan obyektif suatu identifikasi : a) Diagnosa atau masalah b) Antisipasi diagnosa atau masalah c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah II, III, IV Varney. 4) P (Planning) Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi, perencanaan berdasarkan assesment sebagai llangkah V, VI, VII Varney. C. LANDASAN HUKUM Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1464/MENKES/PERS/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktek Bidan yaitu: 40 Pasal 9 Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk memberikan pelayanan meliputi : 1. Pelayanan kesehatan ibu 2. Pelayanan kesehatan anak dan 3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana Pasal 11 1. Pelayanan kesehatan anak, sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, anak balita dan anak pra sekolah 2. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk : a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan b. hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat. c. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk d. Penanganan kegawat daruratan, dilanjutkan dengan perujukan e. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah f. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah g. Pemberian konseling dan penyuluhan h. Pemberian surat keterangan kelahiran dan i. Pemberian surat keterangan kematian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Karya tulis ini merupakan jenis studi kasus. Studi kasus adalah studi yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu proses yang terdiri dari unit tunggal, yaitu satu orang, sekelompok penduduk yang terkena suatu masalah (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus merupakan laporan yang digunakan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal (Notoadmodjo, 2012). B. Lokasi Studi Kasus Lokasi merupakan tempat pengambilan kasus dilaksanakan (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini dilaksanakan di RSU Assalam Gemolong. C. Subyek Studi Kasus Dalam penulisan studi kasus ini subyek merupakan orang yang dijadikan sebagai responden untuk mengambil kasus (Notoatmodjo, 2012). Subyek laporan kasus ini Bayi Ny.E umur 18 jam dengan ikterus derajat III. 46 47 D. Waktu Studi Kasus Waktu studi kasus merupakan kapan pelaksanaan pengambilan studi kasus dilaksanakan (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal 28 April 2015 – 01 Mei 2015. E. Instrumen Studi Kasus Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data (Arikunto, 2006). Pada kasus ini instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data adalah format asuhan kebidanan pada bayi dengan langkah Varney dan pendokumentasian data perkembangan menggunakan SOAP. F. Teknik Pengumpulan Data Setelah mendapat ijin dari RS Assalam Gemolong, pengumpulan data pada BBL dengan ikterus menggunakan : 1. Data primer Data primer adalah data yang diambil secara langsung diambul dari objek/objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi (Riwidikdo, 2007) Data primer diperoleh dengan cara : a. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui empat teknik, yaitu : 48 1) Inspeksi Inspeksi adalah proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan penciuman. Secara sistematis dari kepala sampai kaki. Pada kasus ikterus yaitu melihat warna kulit secara berurutan mulai dari kepala, leher, badan sampai paha. 2) Palpasi Palpasi adalah teknik pemeriksaan menggunakan indera peraba. Pada kasus bayi baru lahir dengan ikterus palpasi dilakukan palpasi untuk memeriksa reflek dan turgor kulit. 3) Perkusi Perkusi adalah teknik pemeriksaan dengan mengetuk-ngetukkan jari ke bagian tubuh klien yang akan dikaji untuk membandingkan bagian yang kiri dengan yang kanan dengan tujuan untuk menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Pada kasus Bayi Baru Lahir dengan ikterus derajat III dilakukan pada abdomen. 4) Auskultasi Auskultasi adalah pemeriksaan dengan menggnakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi frekuensi jantung. 49 b. Wawancara Wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau peneliti secara lisan dari seseorang responden atau sasaran peneliti atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Pada studi kasus ini wawancara dilakukan pada pasien dan keluarga. c. Observasi Kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran peraba dan pengecap. Dalam studi kasus ini observasi pada bayi dengan Ikterus derajat III dilakukan observasi keadaan umum dan TTV, memantau keadaan ikterus pada kulit bayi, observasi BAB dan BAK, menjaga personal hygiene dan kehangatan bayi, pemeriksaan laboratorium, fototerapi, terapi obat dan infus, serta pemberian ASI/PASI yang adekuat. 2. Data sekunder Data sekunder adalah dokumentasi catatan medis merupakan sumber informasi yang penting bagi tenaga kesehatan untuk mengidentifikasi masalah untuk menegakkan diagnosa, merencanakan tindakan kebidanan dan memonitor respon pasien terhadap tindakan (Notoatmodjo, 2012). 50 a. Studi dokumentasi Yaitu semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen (Notoatmodjo, 2005). Dalam kasus ini dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data yang diambil dari catatan rekam medik klien di RS Assalam Gemolong. b. Studi kepustakaan Studi kepustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat penting dalam menunjang latar belakang teoritis dalam suatu penelitian (Notoatmodjo, 2005). Studi kepustakaan pada Bayi Lahir dengan Ikterus derajat III mengambil dari buku-buku kesehatan tahun 2004 – 2014. G. Alat-alat yang Dibutuhkan Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data antara lain: 1. Untuk Pemeriksaan a. Format asuhan kebidanan pada bayi b. Buku tulis c. Termometer d. Stetoskop e. Jam tangan f. Timbangan berat badan 51 2. Alat dan bahan terapi sinar : a. Lampu fluroensi 10 buah masing-masing 20 watt dengan gelombang sinar 425-475 nm, seperti pada sinar cool white, daylight, vita kite blue, dan special blue b. Kaca pleksi setebal 0,5 inci untuk menahan sinar ultraviolet c. Penutup mata dan alat kelamin yang dapat memantulkan cahaya (Dewi, 2010) 3. Alat dan bahan untuk dokumentasi : a. Buku referensi b. Data sekunder c. Komputer d. Status atau catatan pasien e. Rekam medik f. Alat tulis H. Jadwal Pengambilan Kasus Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun proposal sampai dengan penulisan laporan hasil studi kasus, beserta waktu berlangsungnya setiap kegiatan tersebut (Notoadmodjo, 2012). Jadwal penelitian ini terlampir. BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus Kebidanan I. Pengkajian Tempat : RSU Assalam Gemolong Hari/Tanggal : Rabu, 24 Maret 2015 Jam pengkajian : 13.00 WIB No RM : 091774 a. Data Subyektif 1) Identitas Bayi Nama Bayi : Bayi Ny.E Anak Ke : Kedua Umur Bayi : 23 Jam Tgl/jam lahir : Senin, 23 Maret 2015 / 14.03 WIB Jenis Kelamin : Perempuan Berat Badan Lahir : 2500 gram Panjang Badan : 47 cm Identitas Orang Tua Nama Ibu : Ny.E Nama Ayah : Tn. M Umur : 25 tahun Umur : 30 tahun Agama : Islam Agama : Islam 52 53 Suku Bangsa :Jawa, Indo Suku Bangsa :Jawa,Indo Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Candirejo RT 15, Kwangen, Gemolong 2) Keluhan Utama Ibu mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya karena kulitnya berwarna kuning. 3) Alasan dirawat Diagnosa bayi lahir umur 23 jam dengan kulit berwarna kuning. 4) Riwayat Obstetri a) Riwayat Kehamilan Sekarang (1) HPHT : 23 Juni 2014 (2) HPL : 30 Maret 2015 b) Keluhan-keluhan (1) Trimester I : Ibu mengatakan mual dan muntah pada pagi hari (2) Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan (3) Trimester III : Ibu mengatakan mudah lelah dan sering BAK c) ANC : 8 kali, di Bidan, teratur (1) Trimester I : 1 kali pada umur kehamilan 2 bulan (2) Trimester II : 3 kali, pada umur kehamilan 3, 4, dan 5 bulan 54 (3) Trimester III : 4 kali, pada umur kehamilan 6,7 dan 8 bulan d) Imunisasi TT Ibu mengatakan mendapatkan imunisasi TT terakhir saat hamil pertama 2 tahun yang lalu e) Obat yang dikonsumsi Ibu mengatakan hanya menkomsumsi obat yang diberikan oleh Bidan f) Penyuluhan yang pernah didapat Ibu mengatakan pernah mendapatkan penyuluhan tentang gizi ibu hamil dan tablet Fe di Bidan saat umur kehamilan 2 bulan dan 3 bulan. 5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu No . Tgl/th partus Tmp partus Jenis partus Penolong UK 1. 2012 RS SC Dokter 39 mi ng gu Anak JK PB BB Nifas Keada an L Baik 50 cm 30 00 gra m La kta si 2 tah un 6) Riwayat Penyakit a) Riwayat penyakit sekarang Ibu mengatakan tidak sedang menderita sakit apapun seperti batuk, demam maupun flu. Keadaan anak sekarang Hidup 55 b) Riwayat penyakit sistemik (1) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri pada dada sebelah kiri, tidak mudah lelah dan tidak berkeringat dingin. (2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah merasa sakit pada pinggang sebelah kanan maupun kiri dan tidak nyeri saat BAK (3) Asma/TBC : Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas dan batuk yang berkepanjangan disertai penurunan berat badan selama 3 bulan (4) Hepatitis : Ibu mengatakan tidak pernah terlihat kuning pada kuku, kulit dan mata (5) DM : Ibu mengatakan tidak mudah lapar, haus dantidak sering BAK pada malam hari (6) Hipertensi : Ibu mengatakan tekanan darahnya tidak pernah lebih dari 140/90 mmHg (7) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang dan mengeluarkan busa dari mulutnya (8) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit lain seperti HIV/AIDS, PMS dan lainnya. 56 c) Riwayat penyakit keluarga Ibu mengatakan baik dari keluarga maupun suami tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit menurun seperti jantung, ginjal, DM dan penyakit menular seperti hepatitis, TBC, epilepsi. d) Riwayat keturunan kembar Ibu mengatakan baik dari keluarganya maupun suami tidak ada riwayat keturunan kembar. e) Riwayat operasi Ibu mengatakan pernah melakukan operasi sectio caesaria kemarin siang 7) Riwayat persalinan sekarang a) Jenis persalinan : Sectio caesaria (SC) b) Tempat persalinan : RSU Assalam Gemolong c) Penolong : Dokter d) Lama persalinan Kala I : Kala II : jam 15 menit Kala III : jam 10 menit Kala IV : 2 jam e) Keadaan anak : Berat badan 2500 gram f) Ketuban pecah : pukul 14.00 WIB, warna jernih, berbau khas 5 jam menit menit 57 g) Komplikasi persalinan :Tidak ada 7) Riwayat kebiasaan sehari-hari a) Pola nutrisi Ibu mengatakan bayinya sudah diberi ASI dan sudah diberikan PASI. b) Pola aktivitas Ibu mengatakan bayi gerakannya kurang aktif, menangis kuat dan membuka mata. c) Pola istirahat Bayi tidur siang dan malam kurang lebih 23 jam dengan posisi terlentang d) Eliminasi 1) BAK : 8-10 kali warna jernih, bau khas urine 2) BAB : 3-4 kali sehari konsistensi lunak, warna kuning e) Pola hygiene Bayi ganti popok setelah BAB dan BAK dibersihhkan menggunakan kapas basah, dan disibin menggunakan air hangat. f) Perawatan tali pusat Tali pusat dibungkus kassa steril dan masih basah. 58 b. Data Obyektif 1. Pemeriksaan khusus Tabel 2.4 Riwayat Pemeriksaan APGAR SCORE Aspek Yang Dinilai 0 Appearance (Warna Kulit) Biru atau pucat Pulse (Denyut Jantung) Grimace (Reflek) Activity (Aktivitas) Tidak teraba Tidak ada NILAI 1 Badan merah muda, ekstremitas biru < 100 Lambat 2 Badan dan ekstremitas merah muda >100 Menangis kuat Lemas / Gerakan Tungkai lumpuh sedikit / baik/ reaksi fleksi tungkai melawan Respiratory Tidak ada Lambat, tidak Baik, (Pernafasan) teratur menangis kuat Jumlah Sumber : Data primer 2. Pemeriksaan umum a. Keadaan umum : Lemah b. Kesadaran : Composmentis c. TTV Suhu : 36,7˚C Nadi : 138x/menit Respirasi : 43x/menit d. Berat badan : 2500 gram JUMLAH Menit 5 5 I menit menit I II 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 6 8 9 59 3. Pemeriksaan Fisik a. Kepala : Normal, tidak ada chepal hematom maupun chaput succedaneum b. Rambut : Tipis, berwarna hitam c. Mata : Simetris kanan dan kiri, tidak ada kotoran dimata, sklera nampak kekuningan d. Muka : Tidak oedema, nampak kekuningan e. Hidung : Tidak ada secret, nampak kekuningan f. Mulut : Tidak kebiruan, kering, tidak ada kelainan labioskiziz maupun labioplatoskiziz g. Telinga : Simetris kanan dan kiri, tidak ada cairan yang keluar h. Leher : Nampak kekuningan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid i. Dada : Simetris, tidak ada retraksi, nampak kekuningan j. Perut : Tidak kembung, kelihatan kuning k. Tali pusat : Masih basah, terbungkus kassa steril l. Punggung : Nampak kuning, tidak ada kelainan m. Ektremitas: Simetris, jari-jari lengkap, nampak kekuningan pada paha n. Genetalia : Labia mayora telah menutupi labia minora o. Anus : Berlubang 60 4. Pemeriksaan Reflek a. Reflek morro Positif, apabila dikagetkan lengan dan kaki terangkat b. Reflek grasping Positif, bayi menggenggam kuat saat jari pemeriksa diletakkan di telapak tangan c. Reflek suching Lemah, saat diberikan dot bayi menghisap dengan lemah d. Reflek rooting Lemah, saat dilakukan sentuhan pada pipi kepala bayi sedikit menoleh ke arah sentuhan 5. Pemeriksaan Antopometri a. Lingkar kepala : 33 cm b. Lingkar dada : 30 cm c. Berat badan : 2500 gram d. Panjang badan : 47 cm e. LILA : 10 cm 61 c. Data Penunjang 1. Jenis Pemeriksaan Laboratorium Tabel 2.5 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan Hasil Normal Satuan Hemoglobin 16 12-16 g% Hematokrit 50,2 35-45 % Bilirubin direct 3,26 0-0,25 Mg% Bilirubin indirect 8,12 0-0,75 Mg% Bilirubin total 11,38 0-1 Mg% Golongan darah A Sumber: Data sekunder hasil pemeriksaan Laboratorium tanggal 24 Maret 2015 jam 08.00 WIB II. Interpretasi Data a. DIAGNOSA KEBIDANAN Bayi Ny.E umur 23 jam jenis kelamin perempuan dengan ikterus derajat III hari pertama. Data Dasar Data Subyektif : 1) Ibu mengatakan anaknya lahir pada tanggal 23 maret 2015 pukul 14.03 WIB 2) Ibu mengatakan anaknya berjenis kelamin perempuan 3) Ibu mengatakan kulit bayinya berwarna kuning pada muka, badan, sampai paha 4) Ibu mengatakan bayinya belum lancar minum ASI 62 Data Obyektif 1) Keadaan umum bayi Kesadaran : Lemah : Composmentis TTV Suhu : 36,7˚C Nadi : 138x/menit Respirasi : 43x/menit 2) Apgar Score :6–8–9 3) Antopometri Berat badan : 2500 gram Panjang badan : 47 cm Lingkar kepala : 33 cm Lingkar Dada : 30 cm 4) Reflek suching : Lemah 5) Kepala,leher, badan, sampai paha nampak kekuningan 6) Hasil pemeriksaan Laboratorium tanggal 24 Maret 2015 jam 08.00 WIB Bilirubin direct : 3, 06 mg% Bilirubin indirect : 8, 32 mg% Bilirubin total : 11,38 mg% 63 b. Masalah Reflek menghisap lemah Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan c. Kebutuhan Pemberian cairan infus Pemenuhan PASI dan ASI yang adekuat III. DIAGNOSA POTENSIAL Kern Ikterus IV. Antisipasi Kolaborasi dengan dokter SPA : 1. Pasang infus D¼ NS (mikrodrip) 15 tetes per menit 2. Fototerapi dengan program penyinaran selama 6 jam dan istirahat selama 6 jam dengan posisi lampu 40 cm dari badan, area yang harus ditutupi mata dan alat kelamin. 3. Program terapi obat dokter : Injeksi Logafox 100 mg / 12 jam pada pukul 08.00 WIB dan 20.00 WIB 4. Pemeriksaan laboratorium setiap 2 hari sekali V. Perencanaan Tanggal 1. : 24 Maret 2015 Pukul : 13.00 WIB Penuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan memberi PASI atau ASI menggunakan dot setiap 2 jam 64 2. Jaga kehangatan bayi dalam incubator dengan suhu 31,9˚C 32˚C 3. Pantau keadaan ikterus bayi dengan melihat warna kuning pada kulit bayi 4. Jaga kehangatan tubuh bayi dengan cara meggedong dan memberi selimut bayi 5. Jaga personal hygiene bayi dengan cara mengganti popok bila basah atau kotor 6. VI. Observasi BAB dan BAK setiap 4 jam Pelaksanaan Tanggal : 24 Maret 2015 Pukul : 13.10 WIB 1. Pukul 13.15 WIB Memberikan ASI 20 cc menggunakan dot setiap 2 jam 2. Pukul 13.20 WIB Menjaga kehangatan suhu incubator 36,9˚c 32˚c 3. Pukul 13.25 WIB Memantau keadaan ikterus bayi dengan melihat warna kulit pada bayi 4. Pukul 13.30 WIB Menjaga lingkungan bayi agar tetap nyaman dan hangat 5. Pukul 13.35 WIB Menjaga personal hygiene bayi dengan cara mengganti popok setiap BAB dan BAK 6. Pukul 13.40 WIB Mengobservasi BAK dan BAB setiap 4 jam 65 VII. Evaluasi Tanggal 1. : 24 Maret 2015 Pukul : 13.50 WIB Bayi sudah diberi ASI 20 cc menggunakan dot setiap 2 jam 2. Suhu dalam incubator sudah terjaga 36,9˚c - 32˚c 3. Keadaan ikterus nampak pada muka, leher, dada abdomen, sampai paha 4. Lingkungan disekitar bayi bersih dan hangat 5. Popok sudah diganti, personal hygiene bayi terjaga 6. Bayi sudah BAK dan BAB 66 DATA PERKEMBANGAN I Tanggal 25 Maret 2015 S Pukul 08.00 WIB : Data Subyektif 1. Ibu mengatakan cemas dengan keadaan bayinya 2. Ibu mengatakan bayinya masih dirawat di dalam incubator 3. Ibu mengatakan bayinya belum lancar minum ASI 4. Ibu mengatakan ASI keluar dengan cara diperah O : Data Obyektif 1. Keadaan umum bayi : Baik 2. Kesadaran : Composmentis 3. Vital sign Nadi :142 x/menit Respirasi : 58 x/menit Suhu : 37˚C 5. Berat Badan : 2500 gram 4. Reflek menghisap bayi masih lemah 5. Muka, leher, dada, perut, sampai paha masih berwarna kuning 6. Bayi sudah BAB 4 kali warna coklat, konsistensi lunak dan BAK 7 kali warna jernih 7. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 24 Maret 2015 pukul 08.00 WIB : Bilirubin direct 3,06 mg% Bilirubin indirect 8,12 mg% 67 Bilirubin total A 11,38 mg% : Assesment Bayi Ny.E jenis kelamin perempuan umur 2 hari dengan ikterus derajat III hari ke 2 P : Planning 1. Pukul 08.15 WIB Mengobservasi suhu incubator pastikan suhunya 31,9˚C - 32˚C 2. Pukul 08.20 WIB Memantau keadaan ikterus bayi dengan cara melihat warna kuning pada kulit bayi 3. Pukul 08.25 WIB Memberikan nutrisi yang adekuat yaitu ASI 25 cc menggunakan dot setiap 2 jam 4. Pukul 08.30 WIB Memberikan program terapi injeksi Logafox 100 mg/12 jam 5. Pukul 08.35 Menyiapkan bayi untuk dilakukan fototerapi dengan cara melepas pakaian bayi, memakaikan pampers dan penutup pada bagian alat kelamin dan mata bayi menggunakan kain yang dapat memantulkan cahaya 6. Pukul 08.40 WIB Memberikan fototerapi yang pertama selama 6 jam dibawah lampu 20 watt dengan jumlah 10 buah yang disusun secara paralel dengan jarak 40 cm sampai pukul 14.40WIB dan istirahat 6 jam 7. Pukul 08.45 WIB Memastikan tetesan infus D ¼ NS 15 tetes per menit 68 Evaluasi Tanggal 25 Maret 2015 Pukul 09.50 WIB 1. Suhu incubator 32˚C 2. Keadaan ikterus nampak pada muka, leher, dada, perut sampai paha 3. ASI sudah masuk 25 cc setiap 2 jam 4. Program terapi injeksi Logafox 100 mg/12 jam telah diberikan 5. Bayi telah disiapkan untuk dilakukan fototerapi 6. Program fototerapi telah diberikan mulai pukul 08.40 WIB, dan bayi masih di fototerapi 7. Infuse D¼ NS (mikrodrip) 15 tetes per menit telah diberikan 69 DATA PERKEMBANGAN II Tanggal 26 Maret 2015 S O Pukul 07.30 WIB : Data Subyektif 1. Ibu mengatakan cemas dengan keadaan bayinya 2. Ibu mengatakan bayinya masih dirawat dalam incubator 3. Ibu mengatakan ASInya keluar lancar 4. Ibu mengatakan bayinya diberi ASI memakai dot : Data Obyektif 1. Keadaan umum bayi : Baik Kesadaran : Composmentis Vital sign Nadi :140 x/menit Respirasi : 54 x/menit Suhu : 37,1˚C 3. Berat Badan : 2500 gram 2. Reflek menghisap masih lemah 3. BAB warna coklat, konsistensi lunak sedangkan BAK warna jernih 4. Pada muka, leher, dada, perut, dan paha masih berwarna kuning 5. Bayi masih dirawat dalam incubator dengan suhu 32˚C 6. Infuse D ¼ NS (mikrodrip) 15 tetes per menit 70 7. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 24 Maret 2015 jam 08.00 WIB : A Bilirubin direct 3,06 mg% Bilirubin indirect 8,32 mg% Bilirubin total 11,38 mg% : Assesment Bayi Ny.E umur 3 hari jenis kelamin perempuan dengan ikterus derajat III hari ke 3 P : Planning 1. Pukul 07.50 WIB Melakukan pemeriksaan laboratorium 2. Pukul 08.00 WIB Mengobservasi suhu incubator pastikan suhunya 31,9˚C - 32˚C 3. Pukul 08.05 WIB Memantau keadaan ikterus bayi dengan cara melihat warna kuning pada kulit bayi 4. Pukul 08.10 WIB Memberikan nutrisi yang adekuat yaitu PASI 25 cc menggunakan dot setiap 2 jam 5. Pukul 08.15 WIB Memberikan program terapi injeksi Logafox 100 mg/12 jam 6. Pukul 08.20 WIB Memastikan tetesan infus D ¼ NS 15 tetes per menit 7. Pukul 08.25 WIB Menjaga personal hygiene, menyibin menggunakan air hangat dan mengganti popok bayi setiap BAB dan BAK 71 8. Pukul 08.30 WIB Menyiapkan bayi untuk dilakukan fototerapi dengan cara melepas pakaian bayi, memakaikan pampers dan penutup pada bagian alat kelamin dan mata bayi menggunakan kain yang dapat memantulkan cahaya 9. Pukul 09.00 WIB Memberikan fototerapi ke dua selama 6 jam dibawah lampu 20 watt dengan jumlah 10 buah yang disusun secara paralel dengan jarak 40 cm sampai pukul 15.00 WIB dan istirahat 6 jam Evaluasi Tanggal 26 Maret 2015 Pukul 09.30 WIB 1. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 26 Maret 2015 pukul 07.50 WIB : Bilirubin direct 2,38 mg% Bilirubin indirect 8,12 mg% Bilirubin total 10,50 mg% 2. Suhu incubator 32˚C 3. Keadaan ikterus nampak pada muka, leher, dada, perut sampai paha 4. PASI sudah masuk 25 cc setiap jam 5. Program terapi injeksi Logafox 100 mg/12 jam telah diberikan 6. Infuse D¼ NS (mikrodrip) 15 tetes per menit telah diberikan 7. Personal hygiene bayi terjaga 8. Bayi telah siap untuk dilakukan fototerapi 9. Program fototerapi telah diberikan mulai pukul 09.00 WIB 72 DATA PERKEMBANGAN III Tanggal 27 Maret 2015 S O Pukul 14.00 WIB : Data Subyektif 1. Ibu mengatakan cemas dengan keadaan bayinya 2. Ibu mengatakan bayinya masih dirawat dalam incubator 3. Ibu mengatakan ASInya keluar lancar 4. Ibu mengatakan bayinya diberi ASI memakai dot : Data Obyektif 1. Keadaan umum bayi : Baik Kesadaran : Composmentis Vital sign Nadi :142 x/menit Respirasi : 56 x/menit Suhu : 37,0˚C 3. Berat Badan : 2600 gram 2. Reflek menghisap kuat 3. BAB warna coklat, konsistensi lunak sedangkan BAK warna jernih 4. Pada muka, leher, dada, sampai umbilicus masih berwarna kuning 5. Bayi masih dirawat dalam incubator dengan suhu 32˚C 6. Infuse D ¼ NS (mikrodrip) 15 tetes per menit 73 7. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 26 Maret 2015 pukul 07.50 WIB : A Bilirubin direct 2,38 mg% Bilirubin indirect 8,12 mg% Bilirubin total 10,50 mg% : Assesment Bayi Ny.E umur 4 hari jenis kelamin perempuan dengan ikterus derajat II hari ke 4 P : Planning 1. Pukul 14.25 WIB Mengobservasi suhu incubator pastikan suhunya 31,9˚C - 32˚C 2. Pukul 14.30 WIB Memantau keadaan ikterus bayi dengan cara melihat warna kuning pada kulit bayi 3. Pukul 14.35 WIB Memberikan nutrisi yang adekuat yaitu ASI 25 cc menggunakan dot setiap 2 jam 4. Pukul 14.40 WIB Menjaga personal hygiene, menyibin menggunakan air hangat dan mengganti popok bayi setiap BAB dan BAK 5. Pukul 14.450 WIB Memastikan tetesan infus D ¼ NS 15 tetes per menit 74 Evaluasi Tanggal 27 Maret 2015 Pukul 15.40 WIB 1. Suhu incubator 32˚ 2. Kulit bayi masih berwarna kuning dari kepala, badan sampai paha 3. ASI sudah masuk 25 cc setiap 2 jam 4. Personal hygiene bayi terjaga 5. Infuse D¼ NS (mikrodrip) 15 tetes per menit telah diberikan 75 DATA PERKEMBANGAN IV Tanggal 28 Maret 2015 S O Pukul 08.00 WIB : Data Subyektif 1. Ibu mengatakan cemas dengan keadaan bayinya 2. Ibu mengatakan bayinya masih dirawat dalam incubator 3. Ibu mengatakan bayinya diberi ASI memakai dot : Data Obyektif 1. Keadaan umum bayi : Baik Kesadaran : Composmentis Vital sign Nadi :144 x/menit Respirasi : 54 x/menit Suhu : 37,0˚C 2. BeratBadan : 2600 gram 2. Reflek menghisap kuat 3. BAB warna coklat, konsistensi lunak sedangkan BAK warna jernih 4. Pada muka, leher, sampai dada masih berwarna kuning 5. Bayi masih dirawat dalam incubator dengan suhu 32˚C 6. Infuse D ¼ NS (mikrodrip) 15 tetes per menit 7. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 26 Maret 2015 pukul 07.50 WIB : Bilirubin direct 2,38 mg% 76 A Bilirubin indirect 8,12 mg% Bilirubin total 10,50 mg% : Assesment Bayi Ny.E umur 5 hari jenis kelamin perempuan dengan ikterus derajat II hari ke 5 P : Planning 1. Pukul 08.10 WIB Melakukan pemeriksaan laboraturium 2. Pukul 08.20 WIB Memberikan program terapi injeksi Logafox 100 mg/12 jam 3. Pukul 08.30 WIB Mengobservasi suhu incubator pastikan suhunya 31,9˚C - 32˚C 4. Pukul 08.35 WIB Memantau keadaan ikterus bayi dengan cara melihat warna kuning pada kulit bayi 5. Pukul 08.45 WIB Menjaga personal hygiene, menyibin menggunakan air hangat dan mengganti popok bayi setiap BAB dan BAK 6. Pukul 08.55 WIB Memberikan nutrisi yang adekuat yaitu PASI 25 cc menggunakan dot setiap 2 jam 7. Pukul 09.00 WIB Menyiapkan bayi untuk dilakukan fototerapi yang ke 3 dengan cara melepas pakaian bayi, memakaikan pampers dan penutup pada bagian alat kelamin dan mata bayi dengan kain yang dapat memantulkan cahaya 77 8. Pukul 09.05 WIB Memberikan fototerapi selama 6 jam dibawah lampu 20 watt dengan jumlah 10 buah yang disusun secara paralel dengan jarak 40 cm sampai pukul 15.05 WIB dan istirahat 6 jam 9. Pukul 09.10 WIB Memastikan tetesan infus D ¼ NS 15 tetes per menit Evaluasi Tanggal 28 Maret 2015 1. Pukul 09.40 WIB Pemeriksaan laboratorium telah dilakukan dengan hasil : Bilirubin direct 1,56 mg% Bilirubin indirect 6,68 mg% Bilirubin total 8,24 mg% 2. Program terapi injeksi Logafox 100 mg/12 telah diberikan 3. Suhu incubator 32˚C 4. Keadaan ikterus nampak pada muka, leher, dada sampai umbilicus 5. Personal hygiene bayi terjaga 6. PASI sudah masuk 25 cc setiap 2 jam 7. Bayi siap untuk dilakukan fototerapi 8. Program fototerapi telah diberikan mulai pukul 09.05 WIB 9. Infuse D¼ NS (mikrodrip) 15 tetes per menit telah diberikan 78 DATA PERKEMBANGAN V Tanggal 29 Maret 2015 S Pukul 08.00 WIB : Data Subyektif 1. Ibu mengatakan dengan keadaan bayinyamembaik 2. Ibu mengatakan bayinya masih dirawat dalam incubator 3. Ibu mengatakan bayinya diberi ASI memakai dot O : Data Obyektif 1. Keadaan umum bayi Kesadaran : Baik : Composmentis Vital sign Nadi :148 x/menit Respirasi : 56 x/menit Suhu : 37,1˚C 2. Berat Badan : 2600 Gram 3. Reflek menghisap kuat 4. BAB warna coklat, konsistensi lunak sedangkan BAK warna jernih 5. Pada muka, leher sampai dada masih berwarna kuning 6. Bayi masih dirawat dalam incubator dengan suhu 32˚C 7. Infuse D ¼ NS (mikrodrip) 15 tetes per menit 8. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 28 Maret 2015 jam 08.10 WIB : Bilirubin direct 1,56 mg% 79 A Bilirubin indirect 6,68 mg% Bilirubin total 8,24 mg% : Assesment Bayi Ny.E umur 6 hari jenis kelamin perempuan dengan ikterus derajat II hari ke 6 P : Planning 1. Pukul 08.20 WIB Memberikan program terapi injeksi Logafox 200 mg/12 jam 2. Pukul 08.30 WIB Mengobservasi suhu incubator pastikan suhunya 31,9˚C - 32˚C 3. Pukul 08.40 WIB Memantau keadaan ikterus bayi dengan cara melihat warna kuning pada kulit bayi 4. Pukul 08.50 WIB Memberikan nutrisi yang adekuat yaitu ASI 25 cc menggunakan dot setiap 2 jam 5. Pukul 09.00 WIB Menjaga personal hygiene, menyibin menggunakan air hangat dan mengganti popok bayi setiap BAB dan BAK 6. Pukul 09.05 WIB Menyiapkan bayi untuk dilakukan fototerapi dengan cara melepas pakaian bayi, memakaikan pampers dan penutup pada bagian alat kelamin dan mata bayi dengan kain yang dapat memantulkan cahaya 7. Pukul 09.10 WIB Memberikan fototerapi ke empat selama 6 jam dibawah lampu 20 watt dengan jumlah 10 buah yang 80 disusun secara paralel dengan jarak 40 cm sampai pukul 15.10 WIB dan istirahat 6 jam 8. Pukul 09.20 WIB Memastikan tetesan infus D ¼ NS 15 tetes per menit Evaluasi Tanggal 29 Maret 2015 Pukul 09.40 WIB 1. Program terapi injeksi Logafox 100 mg/12 telah diberikan 2. Suhu incubator 32˚C 3. Keadaan ikterus nampak pada mukasampaileher 4. ASI sudah masuk 25 ccsetiap 2 jam 5. Personal hygiene bayi terjaga 6. Bayi sudah siap untuk dilakukan fototerapi 7. Program fototerapi telah diberikan mulai pukul 09.10 WIB 8. Infuse D¼ NS (mikrodrip) 15 tetes per menit telah diberikan 81 DATA PERKEMBANGAN VI Tanggal 30 Maret 2015 S Pukul 14.00 WIB : Data Subyektif 1. Ibu mengatakan keadaan bayinya membaik 2. Ibu mengatakan bayinya masih dirawat dalam incubator 3. Ibu mengatakan bayinya diberi ASI/PASI memakai dot secara bergantian O : Data Obyektif 1. Keadaan umum bayi Kesadaran : Baik : Composmentis Vital sign Nadi :144 x/menit Respirasi : 54 x/menit Suhu : 37,0˚C 2. Berat Badan : 2700 gram 3. Reflek menghisap kuat 4. BAB warna coklat, konsistensi lunak sedangkan BAK warna jernih 5. Pada muka masih berwarna kuning 6. Bayi masih dirawat dalam incubator dengan suhu 32˚C 7. Infuse D ¼ NS (mikrodrip) 15 tetes per menit 82 8. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 28 Maret 2015 jam 08.10 WIB : A Bilirubin direct 1,56 mg% Bilirubin indirect 6,68 mg% Bilirubin total 8,24 mg% : Assesment Bayi Ny.E umur 7 hari jenis kelamin perempuan dengan ikterus derajat 1 hari ke 7 P : Planning 1. Pukul 14.10 WIB Fototerapi yang ke lima sudah dilakukan dari pukul 08.30 sampai dengan pukul 14.30 WIB 2. Pukul 14.30 WIB Mematikan lampu fototerapi karena program fototerapi telah selesai 3. Pukul 14.40 WIB Memantau keadaan ikterus bayi dengan cara melihat warna kuning pada kulit bayi 4. Pukul 14.50 WIB Memberikan nutrisi yang adekuat yaitu PASI 25 cc menggunakan dot setiap 2 jam 5. Pukul 15.00 WIB Melakukan pemeriksaan laboratorium 6. Pukul 15.10 WIB Menjaga personal hygiene, menyibin menggunakan air hangat dan mengganti popok bayi setiap BAB dan BAK 7. Pukul 15.20 WIB Melepas infuse sesuai advis dr.Sp.A 83 Evaluasi Tanggal 30 Maret 2015 Pukul 15.40 WIB 1. Fototerapi yang ke lima telah diberikan mulai pukul 08.30 WIB 2. Pemberian fototerapi telah dihentikan pukul 14.30 WIB 3. Keadaan ikterus nampak pada muka saja 4. PASI sudah diberikan sebanyak 25 cc setiap 2 jam 5. Pemeriksaan laboratorium telah dilakukan dengan hasil : Bilirubin direct 1,0 mg% Bilirubin indirect 5,0 mg% Bilirubin total 6,0 mg% 6. Personal hygiene bayi terjaga 7. Infuse telah dilepas 84 DATA PERKEMBANGAN VII Tanggal 31 Maret 2015 S Pukul 08.00 WIB : Data Subyektif 1. Ibu mengatakan senang karena keadaan bayinya membaik 2. Ibu mengatakan bayinya sudah tidak dirawat dalam incubator 3. Ibu mengatakan bayinya sudah tidak kuning lagi 4. Ibu mengatakan bayinya sudah bisa minum ASI/PASI dengan baik O : Data Obyektif 1. Keadaan umum bayi Kesadaran : Baik : Composmentis Vital sign Nadi :148 x/menit Respirasi : 56 x/menit Suhu : 37,˚C 2. Berat Badan : 2700 gram 3. Reflek menghisap kuat 4. BAB warna coklat, konsistensi lunak dan BAK warna jernih, bau khas urine 5. Warna kuning pada muka tidak terlihat lagi 6. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 30 Maret 2015 jam 15.00 WIB : Bilirubin direct 1,0 mg% 85 A Bilirubin indirect 5,0 mg% Bilirubin total 6,0 mg% : Assesment Bayi Ny.E umur 8 hari jenis kelamin perempuan dengan riwayat ikterus P : Planning 1. Pukul 08.20 WIB Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan memberikan ASI 30 cc setiap 2 jam 2. Pukul 08.30 WIB Menjaga personal hygiene, menyibin menggunakan air hangat dan mengganti popok bayi setiap BAB dan BAK 3. Pukul 08.40 WIB Sesuai advis dr.SPA fototerapi telah dihentikan dan bayi boleh pulang besok pagi apabila minum ASI dan PASInya lebih dari 25 cc dan setelah dilakukan visit dokter Evaluasi Tanggal 31 Maret 2015 Pukul 10.40 WIB 1. Kebutuhan nutrisi bayi telah diberikanyaitu PASI 30 cc setiap 2 jam 2. Personal hygiene bayi terjaga 3. Fototerapi telah dihentikan sesuai advis dr.SPA dan bayi boleh pulang besok pagi apabila minum ASI dan PASInya lebih dari 25 cc 86 DATA PERKEMBANGAN VIII Tanggal 1 April 2015 S Pukul 08.00 WIB : Data Subyektif 1. Ibu mengatakan senang karena keadaan bayinya membaik 2. Ibu mengatakan bayinya sudah tidak dirawat dalam incubator 3. Ibu mengatakan bayinya sudah tidak kuning lagi O : Data Obyektif 1. Keadaan umum bayi : Baik Kesadaran : Composmentis Vital sign Nadi :148 x/menit Respirasi : 56 x/menit Suhu : 37,˚C 7. BeratBadan : 2800 gram 8. Reflek menghisap kuat 9. BAB warna coklat, konsistensi lunak dan BAK warna jernih, bau khas urine 10. Keadaan warna kuning pada muka sudah tidak terlihat 11. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 30 Maret 2015 pukul 15.00 WIB : Bilirubin direct 1,0 mg% Bilirubin indirect 5,0 mg% Bilirubin total 6,0 mg% 87 A : Assesment Bayi Ny.E umur 9 hari jenis kelamin perempuan dengan riwayat ikterus P : Planning 1. Pukul 08.20 WIB Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan memberikan ASI 30 cc setiap 2 jam 3. Pukul 08.30 WIB Menjaga personal hygiene, menyibin menggunakan air hangat dan mengganti popok bayi setiap BAB dan BAK 4. Pukul 08.40 WIB Melakukan pemeriksaan laboratorium 5. Pukul 08.55 WIB Memberikan penyuluhan pada ibu tentang ASI Esklusif 6. Pukul 10.20 WIB Memberi penyuluhan pada ibu tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir 4. Pukul10.40 WIB Menganjurkan Ibu untuk datang ke posyandu, puskesmas, Bidan atau rumah sakit agar bayinya mendapatkan imunisasi. 5. Pukul 10.50 WIB Menyiapkan bayi untuk pulang sesuai advis dokter SPA dan memberitahu ibu agar membawa bayinya 1 minggu lagi untuk kontrol ulangtanggal 8 April 2015 88 Evaluasi Tanggal 1 April 2015 Pukul 10.40 WIB 1. Kebutuhan nutrisi bayi terpenuhiyaitu ASI 30 cc setiap 2 jam 2. Personal hygiene bayi terjaga 3. Hasil pemeriksaan laboratorium Bilirubin direct 1,0 mg% Bilirubin indirect 3,00 mg% Bilirubin total 4,00 mg% 4. Ibu sudah mengerti tentang ASI Esklusif dan bersedia menyusui bayinya selama 6 bulan 5. Ibu sudah mengerti tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir 6. Ibu bersedia datang ke Posyandu/Puskesmas, Bidan atau Rumah Sakit untuk mengimunisasikan bayinya 7. Bayi pulang pukul 12.00 WIB setelah visit dokter SPA dan Ibu bersedia untuk melakukan kontrol 1 minggu lagi yaitu tanggal 8 April 2015 89 B. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas asuhan kebidanan pada bayi Ny.E dengan ikterus derajat III di RSU Assalam Gemolong menggunakan manajemen asuhan kebidanan menurut Varney, yang terdiri dari tujuh langkah yaitu pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dari hasil tersebut dapat diambil adanya kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan, penulis uraikan sebagai berikut : 1. Pengkajian Pengkajian pada bayi ikterus derajat III secara dilakukan dengan pengumpulan anamnesa, data subyektif, data obyektif, dan data penunjang. Keluhan utama pada bayi baru lahir dengan ikterus derajat III adalah keluarga mengatakan bayinya tiba-tiba berwarna kuning pada muka, leher, perut sampai dengan paha (Dewi, 2010). Berdasarkan pengumpulan data diatas, tanda-tanda bayi baru lahir dengan ikterus derajat III yang sesuai yaitu warna kuning pada muka, leher, perut sampai dengan paha. Pada reflek menghisap lemah (Winkjosastro, 2006). Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan Hb dan golongan darah, serta kadar bilirubin dalam darah (Depkes RI, 2007). Berdasarkan pada kasus data subyektifnya adalah ibu mergatakan khawatir dengan keadaan bayinya yang lahir dengan warna kuning pada tubuhnya. Hasil pengkajian pada muka, leher, badan sampai paha berwarna kuning, greflek hisap lemah dan gerakan kurang aktif, vital 90 sign keadaan bayi : lemah, kesadaran : composmentis, Nadi : 136 x/menit, Respirasi : 44 x/menit, Suhu : 36,7˚ C. Pada pemeriksaan laboratorium meliputi bilirubin total : 11,38 mg%, bilirubin direct : 3,06 mg%, bilirubin indirect 8,32 mg%, hemoglobin : 16 gr%, hematokrit 16 gr%, golongan darah : A. Dari pengkajian ini menunjukkan bahwa dalam pengkajian data ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kenyataan di lahan, sehingga penulis dapat melanjutkan asuhan kebidanan selanjutnya sesuai dengan kondisi pasien. 2. Interpretasi Data Pada kasus ini langkah interpretasi data dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan klien (Varney, 2007). Diagnosa Bayi Ny.E umur 18 jam dengan ikterus derajat III disertai dengan masalah gangguan kebutuhan cairan karena reflek suching dan rooting masih lemah. Kebutuhan yang diberikan adalah pemenuhan cairan adekuat dan pemberian infus. Pada teori menurut Dewi (2010) tanda-tanda ikterus patologis adalah ikterus yang terjadi 24 jam pertama setelah kelahiran dan kadar bilirubin lebih dari 11 mg% pada neonatus cukup bulan. Masalah yang dijumpai pada bayi dengan ikterus adalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan peningkatan kadar bilirubin dalam darah (Suriadi & Yulianti, 2006). Kebutuhan yang harus diberikan pada bayi ikterus adalah oksigen sesuai terapi, pemberian nutrisi yang cukup, 91 mengobservasi keadaan umum bayi secara intensif, menjaga supaya lingkungan tetap nyaman dan hangat (Marmi & Rahardjo, 2012). Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilapangan. 3. Diagnosa Potensial Pada teori diagnosa yang akan muncul pada ikterus derajat III akan muncul apabila kadar bilirubin semakin meningkat yang akan menyebabkan potensial terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan cairan, potensial terjadi infeksi, potensial terjadi kern ikterus (Marmi & Rahardjo, 2012). Pada kasus ini telah dilakukanobservasi keadaan umum dan penanganan segera dengan fototerapi sehingga diagnosa potensial tidak muncul. Hal ini dikarenakan penanganan yang tepat dan baik, pada pemeriksaan kadar bilirubin yang makin hari semakin menurun. 4. Antisipasi Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera dan tindakan kolaborasi dengan tenaga medis lain untuk menghindari kegawatdaruratan, antara lain : pemberian PASI danASI yang adekuat, pertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat/dalam incubator, kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian : infus D ¼ NS 15 tetes per menit, fototerapi dengan program 6 jam, area yang ditutupi (mata dan alat kelamin), Logafox 200 mg /12 jam. 92 Antisipasi ikterus derajat III menurut Prawirohardjo (2006) antara lain : a. Penurunan kadar bilirubin dengan cara mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin dengan pemberian agar-agar, early feeding, pemberian fenobarbital. b. Pemenuhan kebutuhan nutrisi c. Pemberian terapi sinar untuk mengubah bilirubin menjadi bentuk yang tidak toksik dan yang dapat dikeluarkan dengan sempurna melalui ginjal dan traktus digestifus. Pada langkah ini terjadi kesenjangan antara teori dan kasus di lapangan yaitu pada kasus tidak dilakukan pemberian agar-agar, early feeding, dan fenobarbital. 5. Rencana Tindakan Perencanaan ini disusun berdasarkan diagnosa, masalah, dan kebutuhan. Rencana asuhan pada bayi Ny.E dengan ikterus derajat III antara lain : Observasi keaadan umum dan tanda vital yang bertujuan untuk memantau agar keadaan tidak mencapai pada nilai yang dapat menimbulkan kern ikterus, penuhi kebutuhan nutrisi secara baik karena bayi malas minum serta menjaga agar bayi tidak dehidrasi karena pengaruh sinar lampu, kolaborasi dengan dokter spesialis anak , observasi BAB dan BAK, jaga lingkungan bayi agar tetap bersih dan hangat, melakukan pemeriksaan laboratorium untuk cek kadar bilirubin dalam darah. Menurut Winkjosastro (2007), perencanaan untuk bayi baru 93 lahir dengan ikterik antara lain : observasi keadaan umum dan tanda vital, pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan, fototerapi , periksa bilirubin dalam darah dengan pemeriksaan laboratorium, kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk terapi selanjutnya. Rencana tindakan ini telah sesuai sehingga tidak ada kesenjangan antar teori dan praktek lahan. 6. Pelaksanaan Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan, pada langkah ini meliputi observasi keadaan umum dan tanda vital, memenuhi kebutuhan nutrisi, cek kadar bilirubin darah, kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk fototerapi dan pemberian terapi. Pada kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek dilapangan. 7. Evaluasi Tahap ini digunakan untuk mengukur keberhasilan dari asuhan yang telah penulis berikan yaitu meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, kadar bilirubin atau derajat ikterus menurun, bayi tidak kesulitan dalam menyusu (Varney, 2007). Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 9 hari di dapatkan hasil : Warna kuning pada kepala, badan sampai paha sudah tidak terlihat, keadaan umum bayi baik, kebutuhan cairan dan nutrisi sudah terpenuhi, reflek menghisap baik, injeksi dan infus sudah tidak diberikan, dan berat badan bayi naik.Pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. BAB V PENUTUP Berdasarkan apa yang telah penulis dapatkann dalam studi kasus dan pembahasan pada asuhan kebidanan bayi Ny.E dengan ikterus derajat III di RSU Assalam Gemolong, maka penulis dapat membuat kesimpulan dan saran yang mungkin dapat berguna untuk peningkatan pelayanan asuhan kebidanan khususnya pada bayi dengan ikterus derajat III. A. Kesimpulan 1. Dalam melakukan pengkajian terhadap bayi Ny.E dengan ikterus derajat III dilaksanakan dengan mengumpulkan data subyektif yang diperoleh dengan wawancara dimana ibu mengatakan bayinya berwarna kuning pada muka, leher, badan sampai paha, ibu mengatakan bayinya belum lancar minum, ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 23 Maret 2015. Sedangkan data obyektif didapat dari pemeriksaan fisik meliputi Apgar score : 6 – 8 – 9, BB/PB : 2500 gram/47 cm, suhu : 36,7˚ C, Pernafasan : 44x /menit, Nadi : 136x /menit, kepala, badan sampai paha nampak berwarna kuning, Hasil laboratorium bilirubin total : 11,38 mg%, bilirubin direct : 3,06 mg%, bilirubin indirect 8,32 mg%, hemoglobin : 16 gr%, hematokrit 16 gr%, golongan darah : A. 94 95 2. Interpretasi data dilakukan dengan pengumpulan data secara teliti dan akurat, sehingga didapatkan diagnosa kebidanan bayi Ny.E umur 18 jamjenis kelamin perempuan dengan ikterus derajat III, yang disertai dengan gangguan kebutuhan cairan dan reflek menghisap lemah. Diberikan kebutuhan pemenuhan ASI dan PASI yang cukup dan pemberian infus. 3. Diagnosa potensial dalam kasus ikterus derajat III yaitu potensial terjadi kern ikterus, tapi karena penanganan yang baik, tepat dan cepat diagnosa tersebut tidak muncul. 4. Antisipasi yang diberikan pada bayi Ny.E dengan ikterus derajat III adalah kolaborasi dengan dokter spesialis anak diantaranya : Infus D ¼ NS (mikrodrip) 15 tetes per menit, fototerapi, injeksi Logafox 200 mg/ 12 jam. 5. Perencanaan yang dilakukan yaitu mengobservasi keadaan umum dan tanda vital bayi, pemberian minum yang adekuat, memantau keadaan ikterik bayi, jaga personal hygiene bayi, observasi BAB dan BAK, observasi suhu incubator 32˚ C, kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk program fototerapi dan terapi. 6. Pelaksanaan pada bayi Ny.E dengan ikterus derajat III adalah mengobservasi keadaan umum dan tanda vital bayi, pemberian minum yang adekuat, memantau keadaan ikterik bayi, menjaga personal hygiene bayi, mengobservasi BAK dan BAB bayi, memastikan suhu incubator 96 32˚ C, kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk dilakukan fototerapi dan pemberian terapi. 7. Evaluasi pada bayi Ny.E dengan ikterus derajat III setelah dilakukan perawatan selama 9 hari mulai tanggal 24 Maret 2015-02 April 2015 di dapatkan hasil warna kuning pada kepala, badan dan paha sudah tidak terlihat, keadaan umum bayi baik, reflek menghisapkuat, berat badan bayi naik, kebutuhan cairan sudah terpenuhi, injeksi dan infus sudah tidak diberikan, hasil laboratorium kadar Bilirubin direct : 1,00 mg%, Bilirubin indirect : 3,40 mg%, Bilirubin total : 4,40 mg%. 8. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Bayi Ny.E dengan menerapkan 7 langkah Varney, penulis menemukan sedikit kesenjangan antara teori dan praktek dilahan yaitu pada teori antisipasi di lakukan pemberian agar-agar, early feeding, dan fenobarbital sedangkan dilahan tidak diberikan. B. SARAN Dari kesimpulan tersebut, penulis ingin memberikan sedikit saran supaya peningkatan mutu pelayanan asuhan kebidanan Bayi Ny.E menjadi lebih baik, diantaranya : 1. Bagi Keluarga Pasien Keluarga sebaiknya bekerja sama dengan tenaga kesehatan agar pasien dapat lekas sembuh sesuai dengan harapan. 97 2. Bagi Profesi Meningkatkan mutu pelayanan dan penanganan bagi bayi dengan ikterus derajat III yang cepat, tepat dan komprehensif. 3. Bagi Institusi a. Bagi Rumah sakit Disarankan agar rumah sakit lebih meningkatkan mutu pelayanan terutama dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan ikterus derajat III. b. Bagi Pendidikan Diharapkan agar institusi pendidikan dapat lebih meningkatkan atau menambah referensi, sehingga dapat membantu penulis atau mahasiswa yang akan mengambil kasus yang sama. DAFTAR PUSTAKA Dewi, V.N. 2013. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika Dinkes, 2011. Angka Kematian Bayi Di Indonesia. http://www.depkes.go.id. Diakses tanggal 20 Oktober 2014 _____, 2011. Teknologi Sederhana Turunkan Kematian Bayi. http://www.depkes.go.id. Diakses tanggal 20 Oktober 2014 Fajriah, L. 2013. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Dengan Ikterus Derajat IV Di RSU Assalam Gemolong. Karya Tulis Ilmiah. Tidak Dipublikasikan. Hidayat, A.A. 2011. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Salemba Medika Marmi dan Rahardjo, K.,2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Belajar Notoadmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. 2005. 2005 Asuhan Keperawatan Bayi. Jakarta : Salemba Medika Paulette. 2007. Asuhan Neonatus. Jakarta : EGC Prawirohardjo, 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Riwidikdo, H. 2010. Statistik atau Penelitian Kesehatan Dengan Aplikasi Program R dan SPSS. Yogyakarta : Pustaka Rihama ____________. 2013. Statistik Kesehatan dengan Aplikasi Program SPSS Dalam Prosedur Penelitian. Yogyakarta : Rohima Press ___________. 2007. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia Rosyada, F. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Dengan Ikterus Patologis Di Ruang Bayi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah. Tidak Dipublikasikan Runny, 2009. Asuhan Keperawatan Anak Ikterus (Hiperbilirubinia). http://www.ikterus.html diakses tanggal 20 Oktober 2014 99 SDKI, 2012. Angka Kematian Bayi. http://www.sdki.go.id. Diakses tanggal 20 Oktober 2014 Sudarti, I.S. 2014. Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus Risiko Tinggi. Yogyakarta : Nuha Medika Suriadi dan Yulianti, R. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : Penebar Swadaya Varney, H. 2005. Varney Midwifery. Third Edition : Jones and Baitlets Publisher Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo _____________. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo