BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Vitamin C (Asam askorbat) Asam

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vitamin C (Asam askorbat)
Asam askorbat adalah vitamin yang dapat larut dalam air dan sangat penting untuk
biosintesis kolagen, karnitin, dan berbagai neurotransmitter. Kebanyakan tumbuhtumbuhan dan hewan dapat mensintesis asam askorbat untuk kebutuhannya sendiri.
Akan tetapi manusia dan golongan primata lainnya tidak dapat mensintesa asam
askorbat disebabkan karena tidak memiliki enzim gulunolactone oxidase, begitu juga
dengan marmut dan kelelawar pemakan buah. Oleh sebab itu asam askorbat harus
disuplai dari luar tubuh terutama dari buah, sayuran, atau tablet suplemen Vitamin C.
Banyak keuntungan di bidang kesehatan yang didapat dari fungsi askorbat, seperti
fungsinya sebagai antioksidan, anti atherogenik, immunomodulator dan mencegah flu
(Naidu, 2003). Akan tetapi untuk dapat berfungsi dengan baik sebagai antioksidan,
maka kadar asam askorbat ini harus terjaga agar tetap dalam kadar yang relatif tinggi
di dalam tubuh (Yi li, 2007 dalam Siregar, 2009).
Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal
bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel
normal, protein, dan lemak. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan
melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat
terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan
stres oksidatif (Iswara, 2009).
Antioksidan yang berupa mikronutrien dikenal tiga yang utama, yaitu : Bkaroten, Vitamin C dan Vitamin E. B-caroten merupakan scavengers (pengumpul)
oksigen tunggal, Vitamin C pemulung superoksida dan radikal bebas yang lain,
sedangkan Vitamin E merupakan pemutus rantai peroksida lemak pada membran dan
Universitas Sumatera Utara
Low Density Lipoprotein. Vitamin E yang larut dalam lemak merupakan antioksidan
yang melindungi Poly Unsaturated Faty Acids (PUFAs) dan komponen sel serta
membran sel dari oksidasi oleh radikal bebas (Iswara, 2009).
Asam askorbat adalah 6 atom karbon lakton yang disintesis dari glukosa yang
terdapat dalam liver. Nama kimia dari asam askorbat 2-oxo-L-threo-hexono-1,4lactone-2,3-enediol. Bentuk utama dari asam askorbat yang dinamakan adalah Lascorbic dan dehydroascorbic acid (Naidu, 2003).
Gambar 2.1 Struktur Vitamin C (Asam askorbat) (Hart, 1987)
Stress oksidatif dapat dibatasi dengan menggunakan antioksidan berupa
suplemen Vitamin C dan E. Vitamin C dapat menetralisir radikal hidroksil,
superoksid, dan hidrogen peroksida dan mencegah aglutinasi sperma. Vitamin C
sedikit jumlahnya pada cairan semen laki-laki infertil. Vitamin C dapat meningkatkan
jumlah sperma in vivo pada laki-laki infertil dengan dosis oral sekitar 2001000mg/hari (Agarwal et al., 2005).
2.2 Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
Tanaman pepaya termasuk tanaman perdu yang sekulen yang secara sistematik dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Tanaman pepaya Carica papaya L.
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Cistales
Famili
: Caricaceae
Genus
: Carica
Spesies
: Carica papaya L. (Tjitrosoepomo, 2004)
Biji pepaya yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari buah yang
berbentuk agak lonjong dan memanjang, memiliki ukuran yang bervariasi. Daunnya
merupakan daun tunggal, berukuran besar, dan bercangap. Tangkai daun panjang dan
berongga. Bunganya terdiri dari tiga jenis, yaitu bunga jantan, bunga betina, dan
bunga sempurna. Pada awalnya tanaman Carica papaya L. ini merupakan tanaman
yang berasal dari Amerika tropis. Pusat penyebaran tanaman diduga berada di daerah
sekitar Mexiko bagian selatan dan Nikaragua. Batang, daun dan buah pepaya
mengandung getah bewarna putih. Getah ini mengandung suatu enzim pemecah
protein atau enzim proteolitik yang disebut papain (Kalie, 1996).
Dalam penelitian ini salah satu bagian organ dari tanaman pepaya ini yakni biji
yang akan dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan ekstrak. Menurut
Kloppenburg 1915, dalam Amir (1992), biji pepaya jangan sekali-kali termakan orang
yang sedang hamil muda karena dapat mengakibatkan keguguran. Orang yang
keguguran akibat memakan biji pepaya ini biasanya sulit hamil lagi karena adanya
pengeringan rahim akibat masuknya enzim proteolitik seperti papain, chymopapain A,
Universitas Sumatera Utara
chymopapain B, dan peptidase pepaya. Disamping enzim proteolitik, biji pepaya juga
mengandung kandungan kimia yang lain seperti : 25% atau lebih minyak campuran,
26,2% lemak, 24,3% protein, 17% serat, 15,5% karbohidrat, 8,8% abu, dan 8,2% air.
Ekstrak encer biji pepaya dapat digunakan untuk kontrasepsi yang berfungsi sebagai
anti fertilitas (Amir, 1992).
Secara tradisional biji pepaya dapat dimanfaatkan sebagai obat cacing gelang,
gangguan pencernaan, penyakit kulit, kontrasepsi pria, bahan baku obat masuk angin
dll. Minyak biji pepaya kuning diketahui mengandung 71,60% asam oleat, 15,13%
asam palmitat, 7,68% asam linoleat, 3,60% asam stearat dan asam-asam lemak lain
dalam jumlah sedikit atau terbatas. Selain mengandung asam lemak
biji pepaya
diketahui mengandung senyawa kimia lain seperti golongan fenol, alkaloid dan
saponin (Sukadana et al., 2008).
2.3 Testosteron Undekanoat
Testosteron Undekanoat yang dikembangkan untuk kontrasepsi pria digunakan dalam
bentuk injeksi (liquid). Sediaan tersebut diberikan dengan cara injeksi secara
intramuskular. Ada juga TU dalam bentuk powder yang kadang-kadang dibungkus
dengan kapsul. Testosteron Undekanoat dihasilkan melalui esterifikasi testosteron
alami pada posisi 17β. Testosteron Undekanoat ini merupakan steroid dengan 19 atom
karbon dengan rumus kimia C 19 H 28 O 2 serta nama kimianya adalah 17 betahydroxyandrost-4-en-3-one (Goddman & Gilman, 1980).
O
O
C-(CH2) 9-CH3
O
Gambar 2.3 Rumus Bangun Testosteron Undekanoat (TU)
(Goodman&Gilman1980)
Universitas Sumatera Utara
Tujuan utama dari pemberian testosteron adalah mempertahankan tingginya
tingkat serum testosteron jangka panjang pada pria yang ikut dalam kontrasepsi pria.
Hal ini bertujuan untuk menekan spermatogenesis sehingga terjadi azoospermia atau
oligozoospermia berat yang berlangsung lebih lama namun bersifat aman, efektif,
reversibel dan aseptibel (Ilyas, 2008).
Adanya fakta bahwa testosteron sendiri melebihi dari metabolitnya dalam
mengatur spermatogenesis telah dipastikan oleh penemuan reseptor khusus testosteron
di sel-sel sertoli. Hormon gonadotropin yang dramatis pada waktu pubertas
menstimulasi pertumbuhan testis. Testosteron undekanoat mempunyai efek positif
pada pengobatan oligozoospermia. Kadar FSH normal dan kadar testosteron
sedikitnya di bawah normal merupakan syarat untuk suatu respon yang efektif.
Sebagai suatu akibat dari pemakaian testosteron undekanoat densitas meningkat dan
kualitas sperma membaik. Dalam hal motilitas sperma tidak ada hasil yang
mencurigakan yang ditemukan. Tetapi adanya fakta bahwa efektivitas testosteron
undekanoat telah ditunjukkan dalam studi dibawah kondisi buta ganda pada pasien
yang diseleksi dengan teliti menyokong hipotesis bahwa pemakaian testosteron adalah
suatu usaha yang berguna dalam infertilitas pria (Bremer, 1959).
2.4 Organ Reproduksi Mencit jantan
Organ reproduksi mencit jantan (Mus musculus L.) terdiri dari: testis, epididimis, Vas
deferens, kelenjar aksesoris dan bebarapa organ pendukung lainnya. Berikut dijelas
kan beberapa organ utama reproduksi mencit.
2.4.1 Testis
Setiap testis ditutupi dengan jaringan ikat fibrosa, tunika albuginea, bagian tipisnya
atau septa akan memasuki organ untuk membelah menjadi lobus yang mengandung
beberapa tubulus disebut tubulus seminiferus. Bagian tunika memasuki testis dan
bagian arteri testiskuler yang masuk disebut sebagai hilus. Epitel tubulus seminiferus
berada tepat di bawah membran basalis yang dikelilingi oleh jaringan ikat fibrosa
Universitas Sumatera Utara
yang tipis. Antara tubulus adalah stroma interstitial, terdiri atas gumpalan sel leydig
ataupun sel sertoli dan kaya akan darah dan cairan limfe (Rugh, 1968).
2.4.2 Epididimis
Epididimis terletak pada bagian dorsolateral testis, merupakan suatu struktur
memanjang dari bagian atas sampai bagian bawah testis. Organ ini terdiri dari bagian
kaput, korpus dan kauda epididimis (Rugh, 1968). Epitel epididimis memiliki dua
fungsi. Pertama mensekresi plasma epididimis yang bersifat kompleks tempat sperma
tersuspensikan dan mengalami pematangan. Kedua, mengabsobsi kembali cairan
testikuler yang mengankut sperma dari tubulus seminiferus dan sperma yang sudah
rusak (Rugh, 1968).
2.4.3 Vas deferens
Vas deferens merupakan suatu saluran yang menghubungkan epididimis dan uretra.
Letak vas deferens dimulai dari ujung kauda epididimis yang ada dalam kantung
skrotum , lalu naik ke bagian atas lipat paha. Sebelum masuk ke uretra, vas deferens
ini bergabung terlebih dahulu dengan slauran ekskresi vesika seminalis membentuk
duktus ejakulatoris. Pada saat ejakulasi sperma dari epididimis diangkut melalui vas
deferens dengan suatu seri kontraksi yang dikontrol oleh saraf (Rugh, 1968).
2.4.4 Kelenjar Aksesoris
Kelenjar-kelenjar tambahan menghasilkan plasma semen yang memungkinkan sperma
dapat bergerak aktif dan hidup untuk waktu tertentu. Kelenjar tambahan tersebut
adalah kelenjar bulbourethra, kelenjar prostad dan vesika seminalis (Rugh, 1968).
2.5 Spermatogenesis
Sel germinal primordial mencit jantan muncul sekitar 8 hari kehamilan, dengan
jumlah hanya 100, yang merupakan awal dari jutaan sperma yang akan diproduksi dan
masih berada di daerah ekstra gonad. Karena sel germinal kaya akan alkalin fosfatase
untuk mensuplai energi pergerakannya melalui jaringan embrio, maka sel germinal
Universitas Sumatera Utara
dapat dikenal dengan teknik pewarnaan. Pada hari ke 9 dan 10 kehamilan sebagian
mengalami degenerasi dan sebagian lain mengalami proliferasi dan bahkan bergerak
(pada hari ke 11 dan 12) ke daerah genital. Pada saat jumlahnya mencapai sekitar
5000 dan identifikasi testis dapat dilakukan. Proses proliferasi dan differensiasi
berlangsung di daerah medulla testis. Pada kasus steril, kehilangan sel germinal
berlangsung selama perjalanan dari bagian ekstra gonad menuju daerah genetalia.
Menuju akhir masa fetus, aktivitas mitosis sel germinal primordial dalam bagian
genetalia berkurang dan beberapa sel mulai degenerasi menjelang hari ke-19
kehamilan. Tidak berapa lama setelah kelahiran, sel tampak lebih besar, yaitu
spermatogonia. Setelah itu akan ada spermatogonia dalam testis mencit sepanjang
hidupnya. Ada 3 jenis spermatogonia: tipe A, tipe intermediet dan tipe B (Rugh,
1968).
2.6 Spermatozoa mencit (Mus musculus L.)
Spermatozoa adalah sel kelamin (gamet) yang diproduksi di dalam tubulus
seminiferus melalui proses spermatogenesis, dan bersama-sama dengan plasma semen
akan dikeluarkan melalui sel kelamin jantan.
Bentuk spermatozoa abnormal dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk
kepala dan ekornya. Menurut Washington et al., (1983), bentuk sperma abnormal
pada tikus terdiri dari bentuk kepala seperti pisang, bentuk kepala tidak beraturan
(amorphous), bentuk kepala terlalu membengkok dan lipatan-lipatan ekor yang
abnormal.
2.6.1 Morfologi Spermatozoa mencit (Mus musculus L.)
Kepala spermatozoa terdiri atas sel berinti padat dengan hanya sedikit sitoplasma dan
lapisan membran sel di sekitar permukaannya. Di bagian luar, dua pertiga anterior
terdapat selubung tebal disebut akrosom yang terutama dibentuk dari alat Golgi.
Selubung ini mengandung sejumlah enzim yang serupa dengan enzim yang ditemukan
pada lisosom pada sel-sel tertentu, termasuk hialuronidase, yang dapat mencerna
filamen proteoglikan dari jaringan, dan enzim proteolitik yang sangat kuat. Enzimenzim tersebut mempunyai peranan penting dalam hal memungkinkan sperma untuk
Universitas Sumatera Utara
membuahi ovum. Ekor spermatozoa, yang disebut flagellum, memiliki 3 komponen
utama, yaitu: rangka pusat, membran sel, dan sekelompok mitokondria yang terdapat
pada proximal (Aryoseto, 2009).
a
Gambar 2.4
b
c
d
Bentuk-bentuk sperma abnormal pada tikus. a. bentuk sperma
normal; b.sperma abnormal dengan bentuk kepala seperti
pisang; c. sperma abnormal dengan bentuk kepala tidak
beraturan (amorphous); d. sperma abnormal dengan bentuk
kepala terlalu membengkok (Washingthon et al., 1983).
Bentuk spermatozoa abnormal dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk
kepala dan ekornya. Menurut Washington et al., (1983), bentuk sperma abnormal
pada tikus terdiri dari bentuk kepala seperti pisang, bentuk kepala tidak beraturan
(amorphous), bentuk kepala terlalu membengkok dan lipatan-lipatan ekor yang
abnormal.
2.6.2 Viabilitas Spermatozoa mencit (Mus musculus L.)
Sampai saat ini parameter spermatozoa masih merupakan indikator terpenting pada
evaluasi fertilitas pria. Salah satu indikator yang menentukan terjadinya fertilisasi atau
terbentuknya embrio adalah viabilitas (daya hidup) spermatozoa, mengingat faktor
tersebut erat kaitannya dengan fungsi spermatozoa itu. Dengan rendahnya viabilitas
maka pembuahan tidak akan terjadi sebab spermatozoa mati sebelum membuahi sel
telur (Rusmiati, 2007).
Universitas Sumatera Utara
2.6.3 Motilitas Spermatozoa mencit (Mus musculus L.)
Gerakan Spermatozoa dikategorikan menurut WHO (1988) antara lain :
a. Jika sperma bergerak cepat dan lurus ke depan (gerak maju sangat baik)
b. jika geraknya lambat dan sulit maju lurus atau bergerak tidak lurus (gerakan
lemah)
c. jika tidak bergerak maju dan
d. jika sperma tidak bergerak
Universitas Sumatera Utara
Download