BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gambaran Umum Elektrostimulator Elektrostimulator berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari kata “electro” yang artinya listrik, “stimulan” yang artinya rangsangan, dan “tor” yang artinya alat. Jadi elektrostimulator adalah alat yang memanfaatkan arus listrik untuk memberikan rangsangan. Pada peralatan kedokteran elektrostimulator adalah suatu alat yang memberikan arus listrik pada saraf atau otot yang mengalami kerusakan atau kelainan fungsi agar dapat menjadi normal kembali. Gambar 2.1 Electro Stimulator 6 7 Energy yang digunakan pada alat ini adalah dengan memakai arus listrik berfrekuensi rendah. Parameter untuk frekuensi yang dipakai adalah 1 – 20 Hz untuk terapi saraf otot dengan kondisi akut. Frekuensi 80 – 120 Hz biasanya untukkondisi kronik. Sedangkan pada frekuensi 50 Hz digunakan untuk terapi kejang pada otot normal. Bentuk pulsa yang digunakan, pengaturan ini didasarkan pada jangka waktu terapi, jika pemakaian alat ini ditujukan untuk pemakaian dalam jangka waktu singkat dan bersifat merangsang saraf otot maka dipakai arus faradik. Gambar 2.2 Bentuk pulsa faradik Adapun tujuan dari terapy menggunakan alat elektrostimulator adalah sebagai berikut: 1. Membantu penyembuhan penderita nyeri syaraf. 8 2. Membantu penyembuhan kejang-kejang otot. 3. Memelihara fungsi otot. 4. Memperbaiki fungsi jaringan, syaraf atau otot yang mengalami disfungsi (penurunan fungsi). Alat ini hanya berfungsi untuk terapi saraf pada otot, sedangkan kelainan atau gerakan saraf otot yang tidak disadari tidak bisa disembuhkan dengan alat ini karena gangguan dari saraf pusat di otak. Selain frekuensi yang digunakan, diperhatiakan juga pemilihan bentuk dan mode pulsa keluaran serta waktu yang diperlukan dalam proses terapi. Waktu untuk continus paling lama ±5 menit, sedangkan mode interrupted waktunya adalah 20-25 menit. 2.2 Sistem Saraf Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf (neuron) yang mempunyai bentuk bervariasi. Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan. Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan, contohnya otot dan kelenjar. 2.2.1 Struktur Sel Saraf Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu 9 dendrit dan akson (neurit). Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Gambar 2.3 Struktur Sel Saraf 2.2.2 Impuls pada sel saraf Sel saraf yang sedang tidak aktif mempunyai potensial listrik yang disebut potensial istirahat. Jika ada rangsang, misalnya sentuhan, potensial istirahat berubah menjadi potensial aksi. Potensial aksi merambat dalam bentuk arus listrik yang disebut impuls yang merambat dari sel saraf ke sel saraf berikutnya sampai ke pusat saraf atau sebaliknya. Jadi, impuls adalah arus listrik yang timbul akibat adanya rangsang. 10 Pada dasarnya bentuk-bentuk rangsangan ada tiga macam yaitu : 1. Rangsangan mekanik Rangsangan mekanik dapat berupa pijatan, tusukan, pukulan dan sebagainya. 2. Rangsangan kimia Rangsangan kimia dapat berupa obat-obatan atau bahan kimia lainnya. 3. Rangsangan listrik Rangsangan listrik dapat berupa arus listrik searah maupun bolak-balik. Semua rangsangan tersebut dapat menimbulkan impuls yang dihantarkan melalui serabut saraf 2.2.3 Penghantaran impuls saraf melalui membran plasma Di dalam neuron, sebenarnya terdapat membran plasma yang sifatnya semipermeabel. Membran plasma tersebut berfungsi melindungi cairan sitoplasma yang berada di dalamnya. Hanya ion-ion tertentu akan dapat bertranspor aktif melewati membran plasma menuju membran plasma neuron lain. Apabila tidak terdapat rangsangan atau neuron dalam keadaan istirahat, sitoplasma di dalam membran plasma bermuatan listrik negatif, sedangkan cairan di luar membran bermuatan positif. Keadaan yang demikian dinamakan polarisasi atau potensial istirahat. Perbedaan muatan ini terjadi karena adanya mekanisme transpor aktif yakni pompa natrium-kalium. Konsentrasi ion natrium (Na+) di luar membrane plasma dari suatu akson neuron lebih tinggi dibandingkan konsentrasi di dalamnya. Sebaliknya, konsentrasi ion kalium (K+) di dalamnya lebih besar 11 daripada di luar. Akibatnya, mekanisme transpor aktif terjadi pada membran plasma. Gambar 2.4 Mekanisme transpor aktif membran plasma Kemudian, apabila neuron dirangsang dengan kuat, permeabilitas membran plasma terhadap ion Na+ berubah meningkat. Peningkatan permeabilitas membran ini menjadikan ion Na+ berdifusi ke dalam membran, sehingga muatan sitoplasma berubah menjadi positif. Fase seperti ini dinamakan depolarisasi atau potensial aksi. Gambar 2.5 Keadaan sel saat diberikan rangsangan Sementara itu, ion K+ akan segera berdifusi keluar melewati membrane Fase ini dinamakan repolarisasi. Perbedaan muatan pada bagian yang mengalami polarisasi dan depolarisasi akan menimbulkan arus listrik. Perbedaan kadar ion tersebut akan menimbulkan selisih potensial antara bagian luar dan dalam sel yang besarnya sekitar -70mV. Apabila potensial diukur dengan galvanometer akam mencapai -90 m Volt. 2.3 Pengaruh Kejut Listrik terhadap Organ Tubuh 12 Apabila ada arus listrik yang melewati kulit kemudian masuk ke dalam jaringan tubuh akan terlihat jelas perubahan-perubahan/pengaruh terhadap organ tubuh. Pada arus 1 mA penderita hanya merasakan geli, ini merupakan nilai ambang persepsi bagi pria dewasa (50%), untuk wanita kurang lebih 1/3 dari 1mA. Apabila arus listrik sampai 8 mA akan terjadi sensasi kejut, di mana kontraksi otot masih baik dan nyeri-nyeri belum terjadi. Arus listrik diperbesar sekitar 8 - 15 mA dikenal dengan kejut tersiksa, penderita saat ini sukar/tidak dapat menarik tangan kembali dan terjadi kontraksi otot otak sadar yang menetap. Pada penderita dengan arus 18 - 22 mA akan terjadi pernapasan tertahan apabila arus berlangsung terus. Arus antara 20 - 50 mA otototot mengalami kontraksi sangat kuat, pernapasan tampaknya sangat sulit. Pada peningkatan arus mendekati 100 mA bagian arus yang melewati janting cukup untuk menyebabkan fibrasi ventrikel (nilai ambang fibrilasi rata-rata berkisar 70400 mA) dan akan mengalami kematian apabila tidak dilakukan koreksi. Apabila arus listrik cukup tinggi 1-6 Ampere akan terjadi kontraksi miocard yang menetap dan terjadi paralyse pernapasan/kelumpuhan pernapasan dan bila arus listrik diberhentikan secara tiba-tiba akan terjadi defibrilasi ventrikel. Arus listrik 10 Ampere dengan short duration/waktu sekejap akan menyebabkan kebakaran pada kulit, otak dan jaringan saraf akan kehilangan fungsi eksistansi/eksitasi/kejutan apabila ada arus yang melewatinya. 2.3.1 Nilai-nilai tahanan tubuh Gambar 2.7 memperlihatkan nilai tahanan dan arus yang melewati tubuh. Nilai tahanan antara kepala hingga kaki adalah berkisar antara 400 Ω - 600 Ω, 13 antara telinga kanan dan telinga kiri sebesar 100 Ω. Untuk kulit kering nilai tahanannya berkisar antara 100 Ω hingga 600 Ω, sedangkan untuk kulit basah nilai tahanannya sebesar 1k Ω. Gambar 2.6 Nilai tahanan - tahanan pada tubuh 2.4 Elektroda Untuk mengukur potensial aksi secara baik digunakanlah elektroda. Kegunaan dari elektroda ialah untuk memindahkan transmisi ion menuju penyalur elektron. Bahan yang dipakai sebagai elektroda adalah perak serta tembaga. Apabila sebuah elektroda tembaga serta elektroda perak dicelupkan ke dalam sebuah larutan misalkan larutan elektrolit seimbang cairan badan/tubuh maka akan terjadi perbedaan potensial antara potensial kontak kedua logam tersebut disebut potensial offset elektroda. 14 Tabel 2.1 Hubungan logam dan potensial kontak Perbedaan potensial sebesar 0,46 V dapat di jumpai bila kedua tangan penderita disambung melalui elektroda tembaga dan elektroda perak pada jalan masuk instrument yang dipakai untuk pengukuran. Untuk mendapatkan potensial offset elektroda sekecil mungkin, elektroda tidak di sambung pada amplifier tegangan searah melainkan dilapisi pasta atau jelly dan dalam pemilihan bahan elektroda sangat penting terutama bahan elektroda dapat disterilkan (oleh karena pemakaian terus menerus terhadap berbagai penderita) dan tidak mengandung racun. Untuk pilihan utama adalah perak (Ag) dan ditutpi lapisan perak tipis perak Chlorida (Ag Cl). Elektroda yang sering dipakai pada alat stimulator menggunakan bentuk floating, dimana elektroda ini merupakan elektroda type baru. Prinsip dari elektroda ini dibuat untuk mencegah kontak langsung antara logam dengan kulit. Dalam pemakaian elektroda ini masih menggunakan elektrolit pasta atau jelly. 15 Gambar 2.7 Elektroda bentuk floating Peletakkan elektroda pada pasien harus sesuai dengan penyakit yang diderita pasien diantaranya : a. Pundak. Pundak pegal - pegal dikarenakan tersumbatnya aliran darah pada otot bahu yang meggerakkan pundak. Tekanan saraf karena akumulasi zat-zat yang menyebabkan kelelahan atau kurangnya peredaran darah pada jaringan otot. Perhatikan peletakan elektroda pada gambar berikut : Gambar 2.8 Elektroda pada pundak b. Sendi Getaran frekuensi tinggi digunakan untuk menghilangkan nyeri. Letakkan kedua elektroda pada area yang terasa nyeri, seperti pada gambar berikut : 16 Gambar 2.9 Elektroda pada persendian c. Lengan Lengan lelah diperkirakan adanya peredaran darah yang terhambat pada area tersebut. Letakkan elektroda pada bagian atas dan bawah lengan, seperti gambar berikut : Gambar 2.10 Elektroda pada lengan d. Telapak kaki Kesemutan diperkirakan karena kurangnya sirkulasi darah pada tungkai kaki pada saat saraf di luar keseimbangan. Letakkan elektroda pada betis dan satu lagi pada telapak kaki, seperti gambar berikut : Gambar 2.11 Elektroda pada telapak kaki 17 e. Betis Lelah dan bengkak pada betis diperkirakan adanya peredaran darah yang terhambat pada area tersebut. Hubungkan elektroda pada bagian atas dan bawah betis, seperti pada gambar berikut : Gambar 2.12 Elektroda pada betis f. Pinggang (punggung bawah) Nyeri punggung disebabkan banyak hal. Jenis-jenis nyeri punggung yang dapat diobati dengan terapi frekuensi rendah adalah pegal-pegal pada pinggang (punggung bawah), nyeri otot, dan neuralgia (nyeri saraf). Letakkan elektroda secara simetris pada area yang terasa nyeri dengan tulang belakang sebagai pusatnya. Gambar 2.13 Elektroda pada punggung bawah 18 2.5 Transformator Transformator (trafo) pada umumnya banyak di pergunakan untuk sistem tenaga listrik maupun untuk rangkaian elektronik. Dalam sistem tenaga listrik, trafo di pergunakan untuk memindahkan energi dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik berikutnya tanpa menguubah frekwensi. Biasanya dapat menaikkan atau menurunkan tegangan maupun arus, sehingga memungkinkan transmisi ekstra tinggi, pemakaian pada sistem tenaga dapat di bagi: a. Trafo penaik tegangan (step up) atau di sebut trafo daya, untuk menaikkan tegangan pembangkitan manjadi tegangan transmisi. b. Trafo penurun tegangan (stepdown), dapat di sebut trafo distribusi, untuk menurunkan tegangan transmisi menajdi tegangan distribusi. c. Trafo instrumen, untuk pengukuran yang terdiri dari trafo tegangan dan trafo arus, dipakai menurunkan tegangan dan arus agar dapat masuk ke meter – meter pengukuran. Dalam rangkaian elektronik, trafo di pergunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban, memisahkan satu rangkaian dari rangkaian yang lain dapat menghambat arus searah sambil melakukan arus bolak – balik, dayanya cukup kecil. 19 Gambar 2.14 Bentuk Fisik Transformator 2.5.1 Konstruksi Transformator Umumnya konstruksi trafo daya secara singkat terdiri dari: a. Inti yang dari lembaran – lembaran plat besi lunak atau baja silicon yang diklem jadi satu. b. Belitan dibuat dari tembaga yang cara membelitkan pada inti dapat konsentris atau spiral. c. System pendingin pada trafo – trafo dengan daya yang cukup besar. d. Bushing untuk menghubungkan rangkaian dalam trafo dengan rangkaian luar. 20 Gambar 2.15 Skematik Transformator 2.5.2 Prinsip Kerja Transformator Prinsip kerja dari sebuah transformator adalah sebagai berikut. Ketika Kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, perubahan arus listrik pada kumparan primer menimbulkan medan magnet yang berubah. Medan magnet yang berubah diperkuat oleh adanya inti besi dan dihantarkan inti besi ke kumparan sekunder, sehingga pada ujung-ujung kumparan sekunder akan timbul ggl induksi. Efek ini dinamakan induktansi timbal-balik (mutual inductance). Gambar 2.16 Teknik pengukuran kumparan 21 Pada skema transformator di samping, ketika arus listrik dari sumber tegangan yang mengalir pada kumparan primer berbalik arah (berubah polaritasnya) medan magnet yang dihasilkan akan berubah arah sehingga arus listrik yang dihasilkan pada kumparan sekunder akan berubah polaritasnya Gambar 2.17 Kondisi transformator Hubungan antara tegangan primer, jumlah lilitan primer, tegangan sekunder, dan jumlah lilitan sekunder, dapat dinyatakan dalam persamaan: ................................................................................. (2.1) Keterangan : Vp= tegangan primer (volt) Vs = tegangan sekunder (volt) Np = jumlah lilitan primer Ns = jumlah lilitan sekunder Pada transformator (trafo) besarnya tegangan yang dikeluarkan oleh kumparan sekunder adalah: 1. Sebanding dengan banyaknya lilitan sekunder (Vs ~ Ns). 2. Sebanding dengan besarnya tegangan primer ( VS ~ VP). 3. Berbanding terbalik dengan banyaknya lilitan primer, Vs ~ sehingga dapat dituliskan Vs = 22 Berdasarkan perbandingan antara jumlah lilitan primer dan jumlah lilitan skunder transformator ada dua jenis yaitu: 1. Transformator step up yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik rendah menjadi tinggi, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan sekunder lebih banyak daripada jumlah lilitan primer (Ns > Np). 2. Transformator step down yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik tinggi menjadi rendah, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan primer lebih banyak daripada jumlah lilitan sekunder (Np > Ns). 2.6 Bipolar Junction Transistor (BJT) Bipolar junction transistor atau yang biasa dikenal dengan transistor saja, merupakan komponen semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Gambar 2.18 Bentuk-bentuk fisik transistor Transistor tersusun atas tiga material semikonduktor terdoping yang dipisahkan oleh dua sambungan pn. Ketiga material semikonduktor tersebut dikenal dalam sebagai emitter, base dan kolektor. Daerah base merupakan 23 semikonduktor dengan sedikit doping dan sangat tipis bila dibandingkan dengan emitter (doping paling banyak) maupun kolektor (semikonduktor berdoping sedang). Karena strukturnya fisiknya yang seperti itu, terdapat dua jenis BJT. Tipe pertama terdiri dari dua daerah n yang dipisahkan oleh daerah p (npn), dan tipe lainnya terdiri dari dua daerah p yang dipisahkan oleh daerah n (pnp). Sambungan pn yang menghubungkan daerah base dan emitter dikenal sebagai sambungan base-emiter (base-emitter junction), sedangkan sambungan pn yang menghubungkan daerah base dan kolektor dikenal sebagai sambungan basekolektor (base-collector junction). Gambar 2.19 Simbol transistor tipe NPN dan PNP 2.6.1 Karakteristik Transistor Untuk dapat membuat transistor bekerja, maka transitor harus mendapat tegangan bias pada basisnya. Tegangan bias tersebut besarnya sekitar 0,7 Volt untuk transistor dari bahan silikon dan 0,3 volt untuk transistor dari bahan germanium. Karakteristik transistor dapat dibutikan dengan membuat rangkaian seperti di bawah ini. 24 Gambar 2.20 Transistor dengan Prategangan Common Emitter Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa syarat karakteristik transistor adalah dioda emiter harus diberi prategangan maju, dioda kolektor harus diberiprategangan mundur dan tegangan pada dioda kolektor harus lebih kecil dari tegangan Breakdown-nya Setelah itu didapatkanlah kurva karakteristik yang menggambarkan hubungan antara IC dan VCE dengan IB sebagai parameter serta empat buah daerah operasi yaitu daerah jenuh (saturasi), daerah aktif, daerah potong (cut-off) dan daerah breakdown. Gambar 2.21 Kurva karakteristik kolektor transistor 25 Daerah Aktif adalah daerah kerja transistor yang normal, dimana arus IC konstan terhadap berapapun nilai VCE. Dari kurva ini diperlihatkan bahwa arus IC hanya tergantung dari besar arus IB. Daerah kerja ini biasa juga disebut daerah linear (linear region). Jika hukum Kirchhoff mengenai tegangan dan arus diterapkan pada loop kolektor (rangkaian CE), maka dapat diperoleh hubungan : VCE = VCC - ICRC...................................................... (2.2) Dapat dihitung dissipasi daya transistor adalah : PD = VCE.IC .............................................................. (2.3) Rumus ini mengatakan jumlah dissipasi daya transistor adalah tegangan kolektor-emitor dikali jumlah arus yang melewatinya. Dissipasi daya ini berupa panas yang menyebabkan naiknya temperatur transistor. Umumnya untuk transistor power sangat perlu untuk mengetahui spesifikasi PDmax. Spesifikasi ini menunjukkan temperatur kerja maksimum yang diperbolehkan agar transistor masih bekerja normal. Sebab jika transistor bekerja melebihi kapasitas daya PDmax, maka transistor dapat rusak atau terbakar. Daerah jenuh (saturasi) terjadi bila sambungan emiter dan sambungan basis berprategangan maju dimana VCE = 0 (nol) volt sampai kira-kira 0.7 (nol koma tujuh) volt (transistor silikon), yaitu akibat dari efek dioda kolektor-base yang mana tegangan VCE belum mencukupi untuk dapat menyebabkan aliran elektron. Daerah potong (cut-off) terjadi pada saat IB dan IC = 0 (nol). Jika kemudian tegangan VCC dinaikkan perlahan-lahan, sampai tegangan VCE tertentu tiba-tiba arus IC mulai konstan. Pada saat perubahan ini, daerah kerja transistor berada pada daerah cut-off yaitu dari keadaan saturasi (OFF) lalu menjadi aktif (ON). 26 Perubahan ini dipakai pada system digital yang hanya mengenal angka biner 1 dan 0 yang tidak lain dapat direpresentasikan oleh status transistor OFF dan ON. Daerah breakdown merupakan daerah yang dapat mengakibatkan transistor rusak. Dari kurva kolektor dapat terlihat jika dioda kolektor diberi prategangan mundur yang melebihi tegangan breakdownnya, sehingga arus Ic melebihi spesifikasi yang dibolehkan. 2.6.2 Transistor sebagai Saklar a. Transistor dalam kondisi terbuka Pada transistor cut off tidak ada arus bocor yang mengalir melalui beban Rc, sehingga besarnya tegangan antara kolektor dan emitter (VCE) adalah : VCC – (IC x RC) – VCE = 0 VCE = VCC – (IC x RC) ............................................... (2.4) Karena IC sangat kecil (IC ≈ 0) maka tegangan VCE (cut-off) menjadi: VCE (cut-off) = VCC Sedangkan tegangan jatuh pada RC sangat kecil sehingga dapat diabaikan Gambar 2.22 Transistor dalam kondisi terbuka 27 b. Transistor dalam kondisi tertutup Bila transistor mendapat tegangan positif pada basisnya, maka transistor akan menjadi saturasi. Ketika transistor berada pada daerah saturasi, maka transistor akan berlaku sebagai saklar tertutup dari kolektor dan emitter. Akibatnya basis mendapat pembiasan (Ib = Ib sat) dan arus mengalir dari kolektor (IC) ke emitter (IE) melalui tahanan beban (RC) sehingga tegangan antara kolektor dan emitter menjadi nol (VCE = 0) maka tegangan jatuh pada beban RC adalah : Vcc = Ic x Rc ............................................................ (2.5) Arus yang mengalir pada kolektor (Ic) pada saat transistor saturasi adalah Ic = ..................................................................... (2.6) Besar arus basisnya adalah Ib = ............................................................ (2.7) Kemudian besarnya arus emitter (IE) ditunjukkan dengan persamaan: IE = IC + IB .................................................... (2.8) Gambar 2.23 Transistor dalam kondisi tertutup 28 2.7 LCD (Liquid Cristal Display) LCD yang digunakan oleh penulis adalah sebuah display dot matrix dengan karakter 2x16 karakter, yang difungsikan untuk menampilkan tulisan berupa angka atau huruf sesuai dengan yang diinginkan (sesuai dengan program yang digunakan untuk mengontrolnya). LCD sebagaimana output yang dapat menampilkan tulisan sehingga lebih mudah dimengerti, dibanding jika menggunakan LED saja. Tampilan LCD terdiri dari dua bagian, yakni bagian panel LCD yang terdiri dari banyak “titik”. LCD dan sebuah mikrokontroller yang menempel dipanel dan berfungsi mengatur „titik-titik‟ LCD tadi menjadi huruf atau angka yang terbaca. Huruf atau angka yang akan ditampilkan dikirim ke LCD dalam bentuk kode ASCII, kode ASCII ini diterima dan diolah oleh mikrokontroller di dalam LCD menjadi „titik-titik‟ LCD yang terbaca sebagai huruf atau angka. Dengan demikian tugas mikrokontroller pemakai tampilan LCD hanyalah mengirimkan kode-kode ASCII untuk ditampilkan. Gambar 2.24 Bentuk fisik LCD 29 2.7.1 Fungsi Pin LCD Pada LCD 2x16 mempunyai pin dengan fungsi yang berbeda-beda yang ditunjukan pada tabel 2.2 dibawah ini. Tabel 2.2 Fungsi masing-masing pin LCD 2x16 Pin Nama PIN Keterangan / Fungsi 1 Vss/GND Tegangan 0 (nol) volt atau Ground 2 Vcc 3 VEE/Vcontrast 4 RS Tegangan Vcc Tegangan pengatur kontras pada LCD Register select, untuk menentukan jenis data yang masuk. Logika low (0) : instruksi Logika high (1) : data 5 R/W Read/write, signal yang digunakan untuk memilih mode membaca atau menulis Logika low (0) : menulis Logika high (1) : baca 6 E Enable, untuk mulai pengiriman data atau instruksi 7 - 14 DB0 - DB7 Data Bus line, untuk mengirimkan data karakter dengan lebar data 8 bit 15 - 16 VLCD Untuk mengatur kecerahan tampilan (kontras) pada background LCD 30 Cara menjalankan LCD : 1. Inisialisasi LCD 2. Menentukan jumlah huruf pada baris dan kolom. 3. Tulis huruf, angka atau pun variable, tentukan lokasi pada LCD. 2.7.2 Fungsi Instruksi dari LCD Beberapa fungsi instruksi dari LCD, yaitu : 1. Display Clear Display Clear membersihkan semua tampilan dan mengembalikan cursor pada posisi semula (address 0). Ruang kode 20 (heksadesimal) ditulis ke semua alamat dari DD RAM, dan alamat 0 dari DD RAM diset ke AC (Address Counter). Jika diubah, display akan kembali ke posisi semula. Setelah perintah eksekusi pada Display Clear,mode entry akan ditambahkan. Tabel 2.3 Display Clear 3. RS R/W DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Cursor Home Cursor Home mengembalikan cursor ke posisi semula (address 0). DD RAM alamat 0 diset ke AC dan cursor kembali ke posisi semula. Isi DD RAM jangan dirubah. Jika cursor sedang ON, maka akan kembali ke sebelah kiri. Tabel 2.4 Cursor Home RS R/W DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 * Ket : * = invalid bit 31 4. Entry Mode Set Entry Mode Set, diset untuk menunjukkan perpindahan cursor dan perubahan display. Tabel 2.5 Entry Mode Set RS R/W DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0 0 0 0 0 0 0 0 1 I/D S Pin Kondisi Keterangan I/D I/D = 1 alamat akan ditambah satu dan cursor berpindah ke kanan. I/D = 0 alamat akan dikurangi satu dan cursor berpindah ke kiri. S 5. S = 1 dan I/D = 1 display berpindah ke kiri. S = 1 dan I/D = 0 display berpindah ke kanan. S=0 display tak berpindah. Display ON / OFF Control Display ON/OFF Control mengembalikan total display dan cursor ON danOFF, dan membuat posisi cursor mulai berkedip. Tabel 2.6 Display ON/OFF Control RS R/W DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0 0 0 0 0 0 0 1 D C B Pin Kondisi Keterangan D D=1 display ON D=0 display OFF C=1 cursor ditampilkan C=0 cursor tidak ditampilkan C 32 B 6. B=1 karakter pada posisi cursor berkedip B=0 karakter pada posisi cursor tidak berkedip. Cursor / Display Shift Cursor Disply Shift memindah cursor dan mengubah display tanpa merubah isi dari DD RAM. Tabel 2.7 Cursor/Display Shift RS R/W DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0 0 0 0 0 0 1 S/C R/L * * Ket: * = invalid bit 7. S/C R/L Operasi 0 0 Posisi cursor dipindah ke kiri 0 1 Posisi cursor dipindah ke kanan 1 0 Semua display dipindah ke kiri dengan cursor 1 1 Semua display dipindah ke kanan dengan cursor Function Set Function Set digunakan untuk mengeset pemisahan data length. Tabel 2.8 Function Set RS R/W DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0 0 0 0 0 1 D/L 1 * * * Ket: * = invalid bit Pin Kondisi Keterangan DL DL = 1 data length diset untuk 8 bit (DB7 sampai DB0). DL = 0 data length diset untuk 4 bit (DB7 sampai DB4) 33 2.8 Mikrokontroller ATMEGA8 AVR ATmega8 adalah mikrokontroler CMOS 8-bit berarsitektur AVRRISC yang memiliki 8K byte in-System Programmable Flash. Mikrokontrolerdengan konsumsi daya rendah ini mampu mengeksekusi instruksi dengankecepatan maksimum 16MIPS pada frekuensi 16MHz. Besarnya tegangan yang diperlukanuntuk bekerja antara 4,5 – 5,5 V. 2.8.1 Konfigurasi Pin ATMEGA8 Gambar 2.25Konfigurasi Pin ATmega8 ATmega8 memiliki 28 Pin, yang masing-masing pin nya memiliki fungsiyang berbeda-beda baik sebagai port maupun fungsi yang lainnya. Berikut akan dijelaskan fungsi dari masing-masing kaki ATmega8. Pin 7 VCC, merupakan supply tegangan digital. Pin 8 GND, Merupakan ground untuk semua komponen yang membutuhkan grounding. 34 Port B (PB7...PB0) Didalam Port B terdapat XTAL1, XTAL2, TOSC1, TOSC2. Jumlah Port Badalah 8 buah pin, mulai dari pin B.0 sampai dengan B.7. Tiap pin dapatdigunakan sebagai input maupun output. Port B merupakan sebuah 8bitbi-directional I/O dengan internal pull-up resistor. Sebagai input, pinpinyang terdapat pada port B yang secara eksternal diturunkan, maka akanmengeluarkan arus jika pull-up resistor diaktifkan. Khusus PB6 dapatdigunakan sebagai input Kristal (inverting oscillator amplifier) dan input kerangkaian clock internal, bergantung pada pengaturan Fuse bit yangdigunakan untuk memilih sumber clock. Sedangkan untuk PB7 dapatdigunakan sebagai output Kristal (output oscillator amplifier) bergantungpada pengaturan Fuse bit yang digunakan untuk memilih sumber clock. Jikasumber clock yang dipilih dari oscillator internal, PB7 dan PB6 dapatdigunakan sebagai I/O atau jika menggunakan Asyncronous Timer/Counter2maka PB6 dan PB7 (TOSC2 dan TOSC1) digunakan untuk saluran inputtimer. Port C (PC5…PC6) Port C merupakan sebuah 7-bit bi-directional I/O port yang di dalammasing-masingpin terdapat pull-up resistor. Jumlah pin nya hanya 7 buah mulai daripin C.0 sampai dengan pinC.6. Sebagai keluaran/output port C memilikikarakteristik yang sama dalam hal menyerap arus (sink) ataupunmengeluarkan arus (source).RESET/PC6, Jika RSTDISBL Fuse diprogram, maka PC6 akan berfungsi sebagai pin I/O.Pin ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan pin-pin yang terdapatpada port C 35 lainnya. Namun jika RSTDISBL Fuse tidak diprogram, makapin ini akan berfungsi sebagai input reset. Dan jika level tegangan yangmasuk ke pin ini rendah dan pulsa yang ada lebih pendek dari pulsa8minimum, maka akan menghasilkan suatu kondisi reset meskipun clock-nyatidak bekerja. Port D (PD7…PD0) Port D merupakan 8-bit bi-directional I/O dengan internal pull-up resistor.Fungsi dari port ini sama dengan port-port yang lain. Hanya saja pada port initidak terdapat kegunaan-kegunaan yang lain. Pada port ini hanya berfungsisebagai masukan dan keluaran saja atau biasa disebut dengan I/O. Avcc Pin ini berfungsi sebagai supply tegangan untuk ADC. Untuk pin ini harusdihubungkan secara terpisah dengan VCC karena pin ini digunakan untukanalog saja. Bahkan jika ADC pada AVR tidak digunakan tetap sajadisarankan untuk menghubungkannya secara terpisah dengan VCC. JikaADC digunakan, maka AVcc harus dihubungkan ke VCC melalui low passfilter. AREF, merupakan pin referensi jika menggunakan ADC 36 Gambar 2.26 Blok Diagram ATmega 8 Pada AVR status register mengandung beberapa informasi mengenai hasildari kebanyakan hasil eksekusi instruksi aritmatik. Informasi ini digunakan untuk altering arus program sebagai kegunaan untuk meningkatkan performa pengoperasian. Register ini di-update setelah operasi ALU (Arithmetic LogicUnit) 37 hal tersebut seperti yang tertulis dalam datasheet khususnya pada bagian Instruction Set Reference. Dalam hal ini untuk beberapa kasus dapat membuang 10penggunaan kebutuhan instrukasi perbandingan yang telah didedikasikan serta dapat menghasilkan peningkatan dalam hal kecepatan dan kode yang lebih sederhana dan singkat. Register ini tidak secara otomatis tersimpan ketika memasuki sebuah rutin interupsi dan juga ketika menjalankan sebuah perintah setelah kembali melaluisoftware. dari interupsi. Namun hal tersebut harus dilakukan