1 penerapan model pembelajaran inkuiri

advertisement
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
DIPADU TEAMS GAMES TOURNAMENT MELALUI LESSON STUDY UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES, MOTIVASI, DAN HASIL
BELAJAR SISWA KELAS X MIA 3 SMAN 3 MALANG
Diana Hesti Pramitasari1, Herawati Susilo2, Masjhudi3
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang
Email: [email protected]
Abstrak: Telah dilakukan penelitian tindakan kelas mengenai penerapan model pembelajaran
inkuiri terbimbing dipadu Team Games Tournament melalui Lesson Study untuk meningkatkan
keterampilan proses, motivasi, dan hasil belajar siswa kelas X MIA 3 SMAN 3 Malang.
Berdasarkan hasil penelitian, keterampilan proses, motivasi belajar, dan hasil belajar kognitif
siswa mengalami peningkatan. Keterampilan proses siswa mengalami peningkatan dari 86%
menjadi 97%. Motivasi siswa berdasarkan angket meningkat dari 74% menjadi 77%,
Berdasarkan hasil lembar observasi motivasi siswa mengalami peningkatan dari 79,4% menjadi
85,3%. Hasil belajar kognitif siswa mengalami peningkatan dari 78% menjadi 94%.
Kata Kunci: inkuiri terbimbing, teams games tournament, lesson study, keterampilan
proses, motivasi, hasil belajar kognitif.
Abstrak: Have been done classroom research about implementation of guided inquiry learning
model combined with Teams Games Tournament through Lesson Study to improve process
skills, learning motivation, and tudents’ cognitive learning outcomes at class X MIA3 SMAN 3
Malang. Based on the results of the research, process skills, motivation of learning and students’
cognitive learning outcomes have increased. Process skills of the students have increased from
86% in the first cycle to 97% in the second cycle. Based on the questionnaires, students’
motivation has increased from 74% before the action to 77% after the action. Based on the
results of the observation sheet, students’ motivation has increased from 79.4% in the first cycle
to 85.3% in the second cycle. Cognitive learning outcomes of students have increased by 16%.
Students’ classical completeness in the first cycle is 78%, while in the second cycle is 94%.
Kata Kunci: guided inquiry, teams tournament games, lesson study, process
skills, motivation, cognitive learning outcomes.
Pendidikan adalah salah satu sektor terpenting yang harus diselenggarakan
secara maksimal sebagai cita-cita Bangsa Indonesia yakni menjadi bangsa yang cerdas.
Penyempurnaan kurikulum dari KTSP menjadi Kurikulum 2013 merupakan salah satu
bentuk dinamika pendidikan di Indonesia yang berkembang seiring dengan tuntutan
jaman. Implementasi Kurikulum 2013 pada pembelajaran lebih menekankan pada
pembelajaran yang dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif melalui
kegiatan mengamati, menanya, menganalisis, dan mengkomunikasikan. Implementasi
Kurikulum 2013 pada pembelajaran Biologi di sekolah dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan keterampilan proses. Faktor lain yang sangat penting dalam
keberhasilan proses pembelajaran adalah dorongan dari diri siswa untuk belajar.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada tanggal 7 Februari 2014 dan
tanggal 18 Februari 2014 di SMAN 3 kelas X MIA 3 diketahui bahwa keterampilan
proses, motivasi belajar, dan hasil belajar kognitif siswa kelas X MIA 3 masih perlu
1
2
ditingkatkan. Pada saat observasi awal, guru melakukan pembelajaran dengan metode
direct instruction. Hal tersebut menyebabkan siswa cenderung kurang semangat pada
proses pembelajaran. Salah satu alternatif pemecahan dari permasalahan tersebut adalah
dengan cara melakukan variasi pembelajaran, salah satunya yakni penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dipadu Teams Games Tournament melalui Lesson
Study.
Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek
belajar. Seluruh aktivitas yang dilakukan oleh siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri yang sifatnya sudah pasti dari sesuatu yang dipertanyakan,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (Sanjaya, 2009). Menurut
Llewellyn (2013:7) inkuiri terbimbing memiliki tahapan-tahapan yakni eksplorasi
sebuah fenomena, fokus pada pertanyaan, merencanakan penyelidikan, melaksanakan
percobaan, menganalisis data, membentuk pengetahuan baru, dan mengkomunikasikan
pengetahuan baru. Pembelajaran Teams Games Tournament merupakan pembelajaran
kooperatif yang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran melalui tahapan
penyajian kelas, team, games, dan tournament. Perpaduan kedua pembelajaran tersebut
dilaksanakan melalui Lesson Study. Lesson Study merupakan suatu kegiatan pengkajian
pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh sekelompok guru guna
meningkatkan kualitas pembelajarannya (Ibrohim, 2011). Langkah-langkah Lesson
Study adalah plan, do, dan see.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam 2 siklus,
di mana setiap siklus terdapat 4 tahapan PTK, yakni perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Tahapan pelaksanaan diterapkan melalui Lesson Study yang
memiliki tahapan plan, do, dan see. Lesson Study pada penelitian ini dilaksanakan
selama 6 siklus Lesson Study. Subjek penelitian yakni 36 siswa kelas X MIA 3 SMAN 3
Malang. PTK dilaksanakan pada materi Kingdom Animalia pada KD 3.8 dan 4.8. Data
yang diperoleh dalam penelitian adalah data keterlaksanaan Lesson Study yang
bersumber dari anggota Lesson Study. Data ini diukur menggunakan lembar monitoring
kegiatan plan, do, dan see. Data kedua adalah data keterlaksanaan pembelajaran yang
bersumber dari guru model dan siswa. Instrumen yang digunakan adalah lembar
observasi keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa. Data ketiga adalah data
keterampilan proses siswa yang bersumber dari siswa . Instrumen yang digunakan
adalah lembar observasi keterampilan proses siswa. Data keempat adalah data motivasi
belajar siswa yang bersumber dari siswa. Instrumen yang digunakan adalah angket
motivasi belajar dan lembar observasi motivasi belajar siswa. Data kelima adalah data
hasil belajar kognitif siswa yang bersumber dari siswa. Data ini didapatkan dari hasil tes
tulis hasil belajar kognitif yang dilakukan di akhir tiap siklus.
HASIL
1. Keterlaksanaan Tahapan Lesson Study
Keterlaksanaan Lesson Study dapat diperoleh dari lembar observasi monitoring
keterlaksanaan Lesson Study yang diisi oleh observer. Analisis dilakukan dengan cara
3
membagi skor yang diperoleh dengan skor maksimal kemudian dikalikan dengan 100%.
Hasil Monitoring keterlaksanaan Lesson Study dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Monitoring Keterlaksanaan Tahapan Lesson Study
Lesson
Skor Keterlaksanaan Tahap Lesson Study
Study
Plan (%)
Do (%)
See(%)
100 %
87 %
71%
1
100 %
91%
94%
2
87%
87 %
100%
3
93 %
91 %
88%
4
Lesson
Skor Keterlaksanaan Tahap Lesson Study
Study
Plan (%)
Do (%)
See (%)
5
100 %
91 %
100%
6
Rata-rata
93 %
96%
100%
92%
100%
92%
Tabel 1 menunjukkan bahwa semua tahapan Lesson Study sudah terlaksana
dengan baik. Rata-rata keteraksanaan tahapan Plan adalah 96%, Do adalah 92%, dan
See adalah 92% .
2. Keterlaksanaan Pembelajaran
Keterlaksanaan pembelajaran diperoleh dari lembar monitoring keterlaksanaan
pembelajaran yang diisi oleh observer. Hasil monitoring keterlaksanaan pembelajaran
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Monitoring Keterlaksanaan Pembelajaran
Keterlaksanaan
Siklus
Peningkatan (%)
Pembelajaran
Siklus I
Siklus II
Oleh Guru
91
93
2
Oleh Siswa
91
92
1
3. Keterampilan Proses
Data yang diperoleh dari siklus I dan siklus II dapat menunjukkan bahwa
keterampilan proses siswa mengalami peningkatan. Peningkatan keterampilan proses
siswa berdasarkan lembar observasi keterampilan siswa dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Peningkatan Keterampilan Proses Siswa
Gambar 1 menunjukkan bahwa keterampilan proses siswa mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Aspek melakukan pengamatan (observasi) tidak
4
mengalami peningkatan (0%), aspek klasifikasi peningkatannya sebesar 5%, aspek
interpretasi sebesar 10%, aspek mengajukan pertanyaan 12%, aspek merencanakan
percobaan sebesar 37%, aspek menggunakan alat dan bahan sebesar 3%, dan aspek
mengkomunikasikan sebesar 12%.
4. Motivasi Belajar Siswa
Data motivasi belajar siswa diperoleh dari angket motivasi belajar siswa dan
lembar observasi belajar siswa. Data yang diperoleh dari masing-masing instrumen
dijabarkan sebagai berikut.
a. Berdasarkan Angket Motivasi Belajar Siswa
Data yang diperoleh sebelum tindakan dan setelah tindakan menunjukkan bahwa
motivasi belajar siswa mengalami peningkatan. Peningkatan motivasi belajar siswa
berdasarkan angket motivasi belajar siswa dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Peningkatan Motivasi Belajar Siswa dengan Menggunakan Angket Motivasi
Belajar
Gambar 2 menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa mengalami peningkatan
dari sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Aspek attention siswa mengalami
peningkatan 2%, aspek relevance mengalami peningkatan 10%, aspek confidence
peningkatan 1%, dan aspek satisfaction peningkatannya 1%.
b. Berdasarkan Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa
Data yang diperoleh pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa motivasi
belajar siswa mengalami peningkatan. Peningkatan motivasi belajar siswa berdasarkan
lembar observasi motivasi belajar siswa dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Grafik Peningkatan Motivasi Belajar Siswa dengan Menggunakan Lembar Observasi
Motivasi Belajar Siswa
5
Gambar 3 menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa mengalami peningkatan
dari siklus I ke siklus II. Aspek attention siswa mengalami peningkatan 3%, aspek
relevance mengalami peningkatan 10%, aspek confidence peningkatan 11%, dan aspek
satisfaction tidak mengalami peningkatan (0%).
5. Hasil Belajar Siswa
Data yang diperoleh pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa hasil
belajar kognitif siswa mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar kognitif
diperoleh dari analisis ketuntasan klasikal siswa setelah melakukan tes akhir siklus.
Peningkatan hasil belajar kognitif siswa berdasarkan hasil ujian akhir siklus I dan II
dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa
Gambar 4 menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif siswa mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Ketuntasan klasikal siklus I sebesar 78%,
sedangkan siklus II adalah 94%. Peningkatan ketuntasan klasikal dari siklus I ke siklus
II adalah 16%.
PEMBAHASAN
a. Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses sains merupakan pendekatan keterampilan
pembelajaran yang berorientasi kepada proses IPA. Berdasarkan hasil analisis data,
keterampilan proses pada penelitian ini mengalami kenaikan dari siklus I ke siklus II.
Persentase keterampilan proses klasikal pada siklus I sebesar 86% sedangkan pada
siklus II sebesar 97%, kenaikan sebesar 11%. Penelitian yang dilakukan oleh Noviana
(2012) menunjukkan hasil bahwa penerapan strategi inkuiri yang diimplementasikan
melalui Lesson Study dapat meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar siswa
kelas X-4 SMAN Tumpang. Selain itu, penelitian oleh Nurocmah (2007) menunjukkan
hasil penerapan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses siswa pada materi
sistem pencernaan manusia. Penelitian oleh Yuniastuti (2013) menunjukkan hasil bahwa
penerapan inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan proses, motivasi, dan
hasil belajar Biologi siswa kelas VII SMP KartikaV-1 Balikpapan.
Keterampilan melakukan pengamatan atau observasi yang diperoleh selama
siklus I dan siklus II adalah sama yakni 96% (tidak mengalami kenaikan). Llewellyn
6
(2002:16) melalui inkuiri siswa tidak hanya menerima semua konsep, fakta, dan
pengetahuan dari guru tetapi siswa dapat dibiasakan mengamati fakta-fakta yang ada
lalu berpikir bagaimana dan mengapa hal itu terjadi. Penerapan model pembelajaran
inkuiri terbimbing dipadu TGT dapat memfasilitasi kemampuan observasi siswa karena
pada pembelajaran ini, siswa melakukan pengamatan beberapa ciri morfologi dan
anatomi hewan yang akan diklasifikasikan sehingga siswa sudah terlatih untuk terampil
dalam pengamatan.
Kemampuan siswa melakukan klasifikasi mengalami peningkatan dari siklus I
ke siklus II. Kemampuan mengklasifikasikan pada siklus I sebesar 92% sedangkan pada
siklus II sebesar 97% (peningkatan 5%). Rustaman (2005:83) guru perlu menyiapkan
keragaman obyek yang perlu diobservasi sebagai persiapan mengembangkan
keterampilan klasifikasi. Pada penelitian ini terdapat variasi bahan amatan dalam setiap
praktikum. Hal tersebut didukung dengan bahan praktikum yang sudah tersedia di
dalam Laboratorium Biologi SMAN 3 Malang, selain itu siswa juga membawa bahan
amatan sendiri.
Kemampuan siswa melakukan interpretasi data mengalami peningkatan dari
siklus I sebesar 90% menjadi 100% pada siklus II, kenaikan 10%. Kuhlthau, dkk
(2008:20-21) melihat penggunaan guided inquiry dalam pembelajaran sains sangat
tepat. Dengan strategi ini, siswa dibimbing oleh guru dalam membangun pengetahuan
dan pemahaman mengenai objek dan persoalan sains, termasuk proses-proses sains
terkait, dan secara perlahan guru membekali mereka untuk mampu melakukan belajar
mandiri (termasuk melakukan investigasi secara mandiri.
Kemampuan mengajukan pertanyaan pada penelitian ini mengalami peningkatan dari siklus I 88% menjadi 100% pada siklus II, kenaikan sebesar 12%. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Purwaning (2012:2) strategi pembelajaran inkuiri terbimbing
(Guided Inquiry) memberikan pengalaman langsung pada siswa serta melibatkan
keaktifan siswa untuk menemukan konsepnya sendiri. Keaktifan siswa mencakup
aktivitas tanya jawab selama proses pembelajaran berlangsung. Kenaikan kemampuan
mengajukan pertanyaan juga dipengaruhi oleh penerapan pembelajaran inkuiri
terbimbing ketika praktikum. Hal tersebut diperkuat oleh penelitian Storm (2012)
pembelajaran menggunakan inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan proses
siswa yang meliputi keterampilan observasi, mengajukan pertanyaan, dan
mengkomunikasikan.
Kemampuan merencanakan penyelidikan mengalami peningkatan dari siklus I
sebesar 63% menjadi 100% pada siklus II, kenaikan 37%. Kendala keterampilan
merencanakan penyelidikan pada siklus I juga dipengaruhi karena siswa masih awal
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran inkuiri terbimbing, sedangkan pada siklus
II mereka sudah terbiasa. Penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dipadu TGT dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam merencanakan penyelidikan, karena pada
pembelajaran ini siswa dituntut untuk dapat membuat prosedur sendiri untuk kegiatan
pengamatan yang akan dilakukan.
Keterampilan menggunakan alat dan bahan mengalami peningkatan dari
siklus I sebesar 94% menjadi 97% pada siklus II, kenaikan 3%. Peningkatan tersebut
juga dipengaruhi oleh bertambahnya pengalaman belajar mereka mengenai praktikum,
sehingga mereka sudah banyak mengenal alat dan bahan praktikum dari proses
pembelajaran praktikum sebelumnya. Rustaman (2005:86) keterampilan proses perlu
dikembangkan melalui pengalaman langsung, sebagai pengalaman belajar, dan disadari
ketika kegiatannya sedang berlangsung. Penerapan model pembelajaran inkuiri
7
terbimbing dan TGT dapat memfasilitasi peningkatan keterampilan proses aspek
memakai alat dan bahan karena pada setiap pembelajaran, siswa telah terbiasa
melakukan kegiatan pengamatan sehingga keterampilan akan terasah dengan baik
secara berkelanjutan.
Keterampilan mengkomunikasikan hasil praktikum pada penelitian meng-alami
peningkatan dari siklus I sebesar 77%, menjadi 89% pada siklus II, peningkatan 12%.
Untuk mengembangkan itu semua, guru hendaknya merencanakan agar dalam kegiatan
belajar mengajarnya dapat memilihkan gambar dan tabel untuk memulai kegiatan yang
dapat mengembangkan keterampilan berkomunikasi. Hal tersebut diperkuat dengan
penelitian Amilasari & Sutiadi (2008:2) model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
mengembangkan cara berpikir ilmiah (kecakapan akademik) dengan menempatkan
siswa sebagai pembelajar guna memecahkan permasalahan yang diberikan. Kecakapan
akademik dalam hal ini termasuk kemampuan berkomunikasi.
b. Motivasi Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010:80) motivasi belajar adalah kekuatan
mental yang mendorong terjadinya belajar. Motivasi belajar klasikal sebelum tindakan
mencapai 74%, sedangkan setelah tindakan 77%, peningkatan sebesar 3%. Sedangkan
berdasarkan hasil analisis lembar observasi motivasi belajar, dapat diketahui bahwa
motivasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Motivasi belajar
siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 79,4 % dan pada siklus II sebesar 85,3 %,
kenaikan sebesar 5,9%. Penelitian yang dilakukan oleh Ersanto (2013) menunjukkan
hasil bahwa penerapan pembelajaran TGT dipadu inkuiri terbimbing melalui Lesson
Study dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X.10 SMAN 1 Batu.
Penelitian lain dilakukan oleh Christina (2010) menunjukkan hasil bahwa penerapan
TGT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa SMAN 10 Malang. Menurut Sardiman
(2008:92) salah satu bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan
belajar di sekolah adalah pemberian hadiah. Motivasi belajar pada penelitian ini
meliputi aspek ARCS yakni attention, relevance, confidence, dan satisfaction.
Aspek attention berdasarkan hasil angket menunjukkan peningkatan dari
sebelum tindakan sebesar 70% menjadi 72% setelah tindakan. Sedangkan berdasarkan
hasil analisis lembar observasi motivasi siklus I 91% dan siklus II 93,5%. Peningkatan
aspek attention siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah kegiatan
awal guru untuk memunculkan motivasi siswa dengan apersepsi. Keller (2000:2) untuk
membangkitkan perhatian (attention) siswa dapat dilakukan dengan melakukan suatu
kegiatan yang dapat menimbulkan rasa ingin tau siswa. Kegiatan tersebut dilaksanakan
pada awal pembelajaran. Penggunaan variasi model pembelajaran juga dapat
mempertahankan attention siswa.
Aspek relevance berdasarkan hasil angket menunjukkan peningkatan dari
sebelum tindakan sebesar 77% menjadi 87% setelah tindakan. Sedangkan berdasarkan
hasil analisis lembar observasi motivasi siklus I sebesar 80% dan siklus II 90 %.
Peningkatan aspek relevance tersebut dipengaruhi salah satunya variasi media dan
kegiatan pembelajaran pada siklus II. Menurut Brahim (2007:48) pembelajaran menjadi
lebih bermakna dan daya ingat siswa bertahan lebih lama karena siswa terlibat secara
langsung dengan materi pelajaran melalui sumberdaya alam hayati yang ada di
lingkugan sekitar sebagai sumber belajar. Kegiatan pembelajaran pengamatan objek dan
permainan Game Tournament dapat memfasilitasi peningkatan relevansi siswa.
8
Aspek confidence berdasarkan hasil angket menunjukkan peningkatan dari
sebelum tindakan sebesar 71% menjadi 72 % setelah tindakan. Sedangkan berdasarkan
hasil analisis lembar observasi motivasi siklus I sebesar 53,75 % dan siklus II 65 %.
Peningkatan aspek confidence salah satunya dipengaruhi dengan adanya pembelajaran
yang menekankan pada kegiatan aktif siswa untuk memecahkan permasalahan yang
ada. Storm (2012:8) penerapan inkuiri dapat membangun kepercayaan diri siswa selama
proses inkuiri tersebut berlangsung.
Pembelajaran TGT juga dapat meingkatkan rasa percaya diri terutama pada saat
game tournament. Menurut Justine Howard (2010) dalam (Suhardita, 2011:129)
menyatakan bahwa kepercayaan diri pada siswa dapat ditingkatkan melalui cara
permainan, karena melalui permainan akan dapat membentuk sebuah dinamika kelompok yang efektif. Sikap percaya diri yang dimiliki siswa akan berdampak pada
pencapaian prestasi siswa. Hurt (2008) penerapan TGT di kelas membantu guru untuk
meningkatkan keterlibatan dan motivasi di kalangan siswa, yang akan diharapkan
menghasilkan peningkatan motivasi jangka panjang dan prestasi.
Aspek satisfaction berdasarkan hasil angket menunjukkan peningkatan dari
sebelum tindakan sebesar 76% menjadi 77 % setelah tindakan. Sedangkan berdasarkan
hasil analisis lembar observasi motivasi siklus I sebesar 93 % dan siklus II 93 %, tidak
terjadi peningkatan. Hasil penelitian Celia (2010:51) kepuasaan (Satisfaction)
berpengaruh terhadap kebermaknaan pembelajaran yang diukur melalui harapan siswa
terhadap kesuksesannya dalam aspek akademik. Kepuasan siswa adalah persepsi yang
subyektif siswa mengenai seberapa baik lingkungan belajar mendukung keberhasilan
akademis. Kepuasan siswa yang kuat menyiratkan bahwa metode pembelajaran yang
tepat dapat memicu pemikiran siswa dan proses pembelajaran.
c. Hasil Belajar
Hasil belajar kognitif diukur menggunakan tes yang dilakukan sebanyak 2 kali,
yaitu pada akhir siklus I dan siklus II. Berdasarkan hasil analisis data, ketuntasan
klasikal siswa dari siklus I sebesar 78% menjadi 94% pada siklus II, kenaikan sebesar
16%. Pembelajaran inkuiri terbimbing yang dipadukan dengan TGT dapat
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Rusmawati, dkk (2013:4) menjelaskan
bahwa keuntungan dari pembelajaran kooperatif yaitu siswa bekerja sama dalam
mencapai tujuan, siswa aktif membantu dan mendorong agar sama-sama berhasil, aktif
berperan sebagai tutor sebaya untuk meningkatkan keberhasilan kelompok, dan
interaksi antar siswa dalam meningkatkan kemampuan dalam berpendapat dan
perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif siswa berdampak pada peningkatan
hasil belajar kognitif siswa. Penelitian oleh Hamdu dan Agustina (2011:95)
menunjukkan bahwa motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa memiliki pengaruh
yang signifikan. Penelitian oleh Handayani (2009) menunjukkan hasil bahwa penerapan
pembelajaran TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMPN 1
Purwodadi. Hal tersebut berarti bahwa jika siswa memiliki motivasi dalam belajar,
maka prestasi belajarnya pun akan baik (tinggi). Penelitian lain dilakukan oleh Wandi,
dkk (2012) hasil penelitian menunjukaan adanya pengaruh motivasi belajar dengan hasil
belajar kognitif siswa kelas XI SMA Kartika 1-5 Padang.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
9
1. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dipadu Teams Games Tournament
melalui Lesson Study pada KD 3.8 dan 4.8 dapat meningkatkan keterampilan proses
siswa kelas X MIA 3 SMAN 3 Malang. Hal ini dapat diketahui dari hasil lembar
observasi keterampilan proses yang menunjukkan bahwa keterampilan proses siswa
pada siklus I sebesar 86% dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 97%.
Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dipadu TGT dapat meningkatkan
keterampilan proses siswa karena terdapat langkah-langkah pembelajaran yang dapat
memfasilitasi siswa dalam mengembangkannya keterampilan proses, seperti tahapan
merencanakan penyelidikan, melaksanakan percobaan, menganalisis data, dan
mengkomunikasikan pengetahuan baru.
2. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dipadu Teams Games Tournament
melalui Lesson Study pada KD 3.8 dan 4.8 dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa kelas X MIA 3 SMAN 3 Malang. Hal ini dapat diketahui dari hasil angket
motivasi dan lembar observasi motivasi siswa. Motivasi siswa yang diketahui
berdasarkan hasil analisis angket mengalami kenaikan. Analisis angket sebelum
tindakan menunjukkan motivasi siswa sebesar 74% dan setelah tindakan 77%.
Berdasarkan hasil analisis dari lembar motivasi menunjukkan peningkatan dari siklus
I sebesar 79,4 % menjadi 85,3% pada siklus II. Penerapan model pembelajaran
inkuiri terbimbing dipadu TGT dapat meningkatkan motivasi siswa karena siswa
terlibat langsung dalam setiap proses pembelajaran, selain itu kegiatan Game
Tournament menjadi variasi kegiatan pembelajaran yang dapat memotivasi siswa.
3. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dipadu Teams Games Tournament
melalui Lesson Studypada KD 3.8 dan 4.8 dapat meningkatkan hasil belajar kognitif
siswa kelas X MIA 3 SMAN 3 Malang. Hal ini dapat diketahui dari hasil ujian akhir
siklus I yang menunjukkan ketuntasan klasikal siswa sebesar 78% menjadi 94%
pada siklus II. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dipadu TGT dapat
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa karena terdapat langkah-langkah
pembelajaran yang dapat meningkatkan aspek kognitif C1-C6 seperti tahapan
melaksanakan pengamatan, merencanakan penyelidikan, menganalisis data, game
tournament, dan mengkomunikasikan hasil secara lisan dan dalam bentuk laporan.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat diberikan untuk
penelitian lain yakni: 1) manajemen waktu yang baik dalam pembelajaran, 2)
melakukan variasi kegiatan dan media pembelajaran, 3) membuat variasi kegiatan
pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam meningkatkan aspek kognitif C6,
misalnya dengan variasi soal dan pembuatan laporan praktikum, 4) melaksanakan
tahapan Lesson Study yakni plan, do, dan see sesuai dengan prosedur, 5) ketika
pengisian angket motivasi oleh siswa, guru harus menginstruksikan cara pengisian
dengan jelas.
DAFTAR RUJUKAN
Amila & Sutiadi. 2008. Peningkatan Kecakapan Akademik. (Online)
(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/197009081997021
-ASEP_SUTIADI/Peningkatan_Kecakapan_Akademik_Asep_Sutiadi.pdf),
diakses pada 5 Juni 2014.
10
Brahim. 2007. Peningkatan Hasil Belajar Sains Siswa Kelas IV Sekolah Dasar, Melalui
Pendekatan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Hayati di Lingkungan Sekitar.
(Online), (http://www.p07jkt.bpkpenabur.or.id/files/Hal.%203749%20Peningkatan%20Hasil%20Belajar%20Sains.pdf), diakses pada 5 Juni
2014.
Celia. 2010. How student satisfaction factors affect perceived learning. Journal of the
Scholarship of Teaching and Learning, 10 (1). (Online)
(http://josotl.indiana.edu/article/viewFile/1736/1734), diakses pada 27 Juni
2014.
Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ersanto, Ganang. 2013. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Team Games Tournament
Dipadu dengan Inkuiri Terbimbing melalui Lesson Study untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X.10 SMA Negeri 1 Batu. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: FMIPA UM.
Hamdu dan Agustina. 2011. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar
IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan, 12 (1), (Online),
(http://jurnal.upi.edu/file/8-Ghullam_Hamdu.pdf), diakses pada 27 Juni 2014.
Hurt. 2008. Improving Student Engagement and Achievement through the Use
of Teams-Games-Tournament. Leadership for Learning Journal, 7 (2).(Online),
(https://www.surreyschools.ca/departments/RESE/resources/leadershipforlearnin
gjournal/Documents/Vol%207%20(2)%20Nov-Dec%2008.pdf), diakses pada 27
Juni 2014.
Ibrohim, dan Syamsyuri. 2008. Lesson Study.Malang: FMIPA UM.
Keller, J.M. 2000. How to integrate learner motivation planning into lesson planning:
The ARCS model approach.(Online),
(http://apps.fischlerschool.nova.edu/toolbox/instructionalproducts/itde8005/wee
klys/2000-Keller-ARCSLessonPlanning.pdf), diakses pada 27 Juni 2014.
Kuhlthau, C. C, Heinstrom, J, & Todd, R. J.2008. The information search process
revisited: is the model still useful?. School Library Worries Journal,16 (1).
(Online), (https://comminfo.rutgers.edu/~kuhlthau/docs/GI-School-Librariansin-the-21-Century.pdf), diakses pada 5 Juni 2014.
Llewellyn, Douglas. 2002. Teaching High School Science Through Inquiry and
Argumentation. California: Corwin.
Llewellyn, Douglas. 2013. Teaching High School Science through Inquiry and
Argumentation. California: Corwin.
Noviana, Dian. 2012. Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri yang
Diimplementasikan melalu Lesson Study untuk Meningkattkan Keterampilan
11
Proses dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas X.4 SMAN 1 Tumpang. Skripsi.
Tidak diterbitkan. Malang:UM.
Nurocmah. 2007. Pengaruh Pendekatan Inkuiri terhadap Peningkatan Keterampilan
Proses Sains Siswa dalam Proses Pembelajaran IPA Biologi pada Materi
Pokok Sistem Pencernaan pada Manusia.(Online), (http://digilib.uin
suka.ac.id/1273/1/BAB%201,%20BAB%20V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pd
f), diakses pada 11 Desember 2013.
Purwaning. 2012. Pengaruh Strategi Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar Ditinjau
dari Keterampilan Observasi Siswa Kelas X SMAN Kebakkramat. (Online),
(http://biologi.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/NURYANAPURWANINGRAHAYU_X4307041.pdf), diakses pada 5 Juni 2014.
Rusmawati, Candiasa, dan Kirna. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif TGT
Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 2 Semarapura Tahun Pelajaran 2012/2013. E-Journal
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha (3). (Online),
(pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_tp/article), diakses pada 26 Juni
2014.
Rustaman, N. 2005. Strategi Belajar dan Mengajar Biologi. Malang: UM.
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.
Storm. 2012. Using Guided Inquiry to Improve Process Skills and Content Knowledge
In Primary Science. (Online),
(http://scholarworks.montana.edu/xmlui/bitstream/handle/1/2364/StromR0812.pdf
?sequence=1(inkuiri)), diakses pada 27 Juni 2014.
Suhardita, Kadek. 2011. Efektivitas Penggunaan Teknik Permainan dalam Bimbingan
Kelompok untuk Meningkatkan Percaya Diri Siswa. Jurnal Edisi Khusus, (1).
(Online), (http://jurnal.upi.edu/file/12-Kadek_Suhardita.pdf), diakses pada 5 Juni
2014.
Wandi, Hendri, dan Gusmawati. 2012. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Hasil
Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA Kartika 1-5 Padang. E-journal Bung Hatta.
(Online),
(http://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php?journal=JFKIP&page=article&op=view
&path%5B%5D=700&path%5B%5D=536), diakses pada 26 Juni 2014.
Yuniastuti. 2013. Peningkatan Keterampilan Proses, Motivasi, dan Hasil Belajar Biologi
dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas VII SMP
Kartika v-1 Balikpapan. Jurnal Penelitian Pendidikan, (14 ). (Online),
(http://jurnal.upi.edu/file/Euis_Yuniastuti.pdf), diakses pada 11 Desember 2013.
12
Download