TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.) Taksonomi tanaman sukun (Artocarpus communis Forst) yaitu: Kingdom : Plantae (Tumbuhan), Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub Kelas : Dilleniidae, Ordo : Urticales, Famili : Moraceae (suku nangka-nangkaan), Genus : Artocarpus, Spesies : Artocarpus communis Forst (Alrasjid, H. 1993) Botani Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.) Tanaman sukun merupakan tanaman multiguna, dimana: buah dapat digunakan sebagai bahan makanan, bunga digunakan sebagai bahan ramuan obatobatan; daun dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan kayunya dapat digunakan sebagai bahan perkakas rumah tangga. Sampai saat ini, pengembangan dan pemanfaatan tanaman sukun masih terbatas, belum dibudidayakan secara intensif, buahnya masih diolah dalam skala industri rumah tangga dan dipasarkan untuk memenuhi permintaan lokal. Budidaya Tanaman sukun belum secara intensif, masih sebagai tanaman pekarangan, sehingga memunculkan permasalahan terkait pengembangan tanaman Sukun, antara lain: (1). Perusahaan pengolah buah sukun masih dalam betuk home industri. (2). Ketersedian bahan baku masih terbatas, karena produksi buah sukun masih tergantung pada musim. (3). Terbatasnya akses permodalan. (4). Minat Petani untuk membudidayakan tanaman sukun masih rendah. (5). Belum adanya kepastian pasar (Departemen kehutanan, 2005). Universitas Sumatera Utara Tanaman sukun dapat ditanam di segala jenis tanah dan tanaman sukun juga memiliki toleransi tinggi terhadap keadaan tanah, sehingga memiliki daerah penyebaran yang luas. Tanaman sukun mampu tumbuh dengan baik di dataran rendah dan dataran sedang. Sukun relatif kuat terhadap keadaan iklim. Iklim mikro yang sangat ideal bagi pertumbuhan sukun adalah di tempat terbuka dan banyak menerima panas sinar matahari. Pohon sukun bertajuk rimbun dengan percabangan melebar kesamping dan tingginya dapat mencapai 10-20 meter, kulit batangnya hijau kecoklatan. Pohon sukun membentuk percabangan sejak ketinggian 1,5 meter dari tanah. Tekstur kulitnya sedang. Pohon sukun yang dipangkas akan cepat membentuk cabang kembali (Pitojo, 1999). Tanaman sukun merupakan tanaman hutan yang tingginya mencapai 20 m. Kulit kayunya berserat kasar, dan semua bagian tanaman bergetah encer. Daunnya lebar, bercagap menjari dan berbulu kasar. Bunganya keluar dari ketiak daun pada ujung cabang dan ranting, tetapi masih dalam satu pohon (berumah satu). Bunga jantan berbentuk tongkat panjang yang biasa disebut ontel. Bunga betina berbentuk bulat bertangkai pendek yang biasa disebut babal seperti pada nangka.Bunga betina ini merupakan bunga majemuk sinkarpik. Kulit buah bertonjolan rata sehingga tidak jelas yang merupakan bekas putik dari bunga tersebut (Sunarjono, 1999). Tanaman sukun memiliki banyak kegunaan, antara lain buah sukun yang merupakan hasil utama dimanfaatkan sebagai bahan makanan, diolah menjadi berbagai macam makanan, misalnya getuk sukun, klepon sukun, stik sukun, keripik sukun dan sebagainya. Batang pohon (kayu) sukun dapat dimanfaatkan Universitas Sumatera Utara sebagai bahan bangunan maupun dibuat papan kayu yang kemudian dikilapkan (Departemen kehutanan, 1998). Tempat Tumbuh Tanaman sukun dapat tumbuh dan dibudidayakan pada berbagai jenis tanah. Sukun juga toleran terhadap curah hujan yang sedikit maupun curah hujan yang tinggi dengan kelembaban 60-80%, namun lebih sesuai pada daerah-daerah yang cukup banyak mendapat penyinaran matahari.Tanaman sukun tumbuh baik di tempat yang lembab, panas, dengan temperatur antara 15-38°C.Tanaman sukun ditanam di tanah yang subur, dalam dan drainase yang baik, tetapi beberapa varietas tanpa biji dapat tumbuh baik di tanah berpasir (Tridjaja, 2003). Iklim mikro yang baik untuk pertumbuhan tanaman sukun adalah pada lahan terbuka dan banyak menerima sinar matahari, sebagai indikator adalah apabila tanaman keluwih bisa tumbuh dengan baik maka sukun juga bisa tumbuh asal daerahnya tidak berkabut. Sukun dapat tumbuh pada semua jenis tanah (tanah podsolik merah kuning, tanah berkapur, tanah berpasir), namun akan lebih baik bila ditanam pada tanah gembur yang bersolum dalam, berhumus dan tersedia air tanah yang dangkal. Tanaman sukun tidak baik dikembangkan pada tanah yang memiliki kadar garam tinggi (Alrasjid, 1993). Media Tanam Tumbuhan Tanah yang digunakan sebagai media pembibitan harus memiliki kesuburan yang baik, tidak berkerikil, memiliki aerasi yang baik, tidak terlalu mengandung liat, sumber air cukup tersedia dan berkualitas baik. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam memproduksi media bibit adalah sifat Universitas Sumatera Utara medianya. Media yang memiliki sifat fisik baik memiliki struktur remah, daya serap dan daya simpan air baik serta kapasitas udaranya cukup (Khaerudin, 1999) Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini disebabkan setiap daerah memiliki kelembaban dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembaban daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama (Khaerudin, 1999). Sabut kelapa segar mengandung tanin 3,12%. Senyawa tanin dapat mengikat enzim yang dihasilkan oleh mikroba sehingga mikroba menjadi tidak aktif. Serbuk sabut kelapa ini juga telah dikembangkan untuk pembuatan briket serbuk sabut kelapa yang digunakan sebagai bahan penyimpan air pada lahan pertanian. Karakteristik sifat daya serap airnya sangat berbeda dengan sifat daya serap air papan partikel yang terbuat dari kayu, yaitu sifat daya serap airnya antara 3,5 sampai 5,5 kali dari beratnya, sedangkan untuk sifat daya serap air nilainya berkisar antara 2,5 sampai 4 kali dari beratnya. Berdasarkan sifat penyerapan air dan oli yang tinggi ini memungkinkan pemanfaatan produk papan partikel yang terbuat dari serbuk sabut kelapa ini dapat digunakan sebagai bahan penyerap air atau oli. Disamping itu dapat digunakan sebagai pengganti papan busa (stiroform) sebagai bahan pembungkus anti pecah yang ramah lingkungan karena bahan ini kemungkinan besar dapat terdekomposisi secara alami (Subiyanto et al., 2003) Universitas Sumatera Utara Pengolahan sabut kelapa menghasilkan serat sabut dan serbuk kelapa. Pemanfaatan keduanya sangat banyak. Seperti seratnya dapat dimanfaatkan untuk aneka kerajinan rumah tangga seperti sapu, keset, dan untuk bahan jok mobil, untuk reklamasi seperti cocomesh, untuk membantu kesuburan tanah seperti coco pot dan lain-lain. (Mashuri, 2009). Kandungan Air Tanah Kandungan air didalam tanah merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan keberhasilan pertumbuhan dan produksi tanaman. Kandungan air didalam tanah sangat dipengaruhi oleh iklim, curah hujan dan dipengaruhi oleh sifat tanah seperti tekstur dan struktur tanah. Persentase kandungan air tanah berbeda dengan berbedanya sifat tekstur tanah. Tanaman yang cukup air, stomata dapat dipertahankan selalu membuka untuk menjamin kelancaran pertukaran gasgas di daun termasuk CO2 yang berguna dalam aktifitas fotosisntesis, aktivitas yang tinggi menjamin pula tingginya kecepatan pertumbuhan tanaman (Bayer, 1976). Air tersedia bagi pertumbuhan tanaman merupakan air yang terikat antara kelembapan kapasitas lapang dan pada kelembapan titik layu permanen. Air harus cukup tersedia di dalam tanahguna dapat melarutkan pupuk yang diberikan, karena tanaman hanya dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terlarut didalam larutan tanah. Air tanah sangat berperan dalam hal mekanisme pergerakan hara ke akar tanaman. Perkembangan akar tanaman sangat dirangsang oleh kondisi tanah yang lembab, sehingga kesempatan dari akar untuk lebih dekat dengan unsur hara yang berasal dari pupuk akan lebih besar. Demikian juga dengan aliran massa untuk keperluan transpirasi diperlukan air tanah dan pada waktu bersamaan juga Universitas Sumatera Utara akan mengangkut unsur-unsur hara ke akar dari daerah yang jauh dari jangkauan akar (Damanik et al., 2010). Air sangat berfungsi bagi pertumbuhan tanaman, khususnya air tanah yang digunakan oleh tumbuhan sebagai bahan melalui proses fotosintesis. Air diserap tanaman melalui akar bersama dengan unsur hara yang larut di dalamnya, kemudian diangkut melalui pembuluh Xylem (Lakitan, 1993). Sel tanaman yang telah kehilangan air dan berada pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimumnya, disebut menderita stress air. Hal ini merupakan suatu istilah yang menyesatkan karena stress mempunyai defenisi yang tepat dalam mekanika dan dapat dengan mudah diukur. Stress air adalah suatu istilah yang sangat tidak tepat, yang menunjukkan bahwa kandungan air sel telah turun dibawah nilai optimum, menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme (Fitter, 1981). Kekeringan juga memodifikasi komponen morfologi tanaman melalui penurunan nisbah luas daun ( leaf area ratio /LAR) dan luas daun spesifik ( specific leaf area ), yang merupakan indikator ketebalan daun dan memungkinkan tanaman memiliki kepadatan protein daun lebih tinggi sehingga meningkatkan kapasitas fotosintesis (Marcelis et al. 1998). Air seringkali membatasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya. Respon tumbuhan terhadap kekurangan air dapat dilihat pada aktivitas metabolismenya, morfologinya, tingkat pertumbuhannya, atau produktivitasnya. Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling sensitif terhadap kekurangan air. Kekurangan air akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan mengurangi pengembangan sel, sintesis protein, dan sintesis dinding sel. Pengaruh Universitas Sumatera Utara kekurangan air selama tingkat vegetatif adalah berkembangnya daun-daun yang ukurannya lebih kecil, yang dapat mengurangi penyerapan cahaya. Kekurangan air juga mengurangi sintesis klorofil dan mengurangi aktifitas beberapa enzim. Kekurangan air justru meningkatkan aktivitas enzim-enzim hidrolisis (Hsiao et al. dalam Gardner et al. 1991). Jika tanaman kekurangan air, maka proses pertumbuhan terhambat dan hasil akan menurun. Pemberian yang di bawah kondisi pertumbuhan tanaman, akan optimum bagi berakibat tanaman akan terhambat (tanaman menjadi kerdil) ataupun terlambat untuk memasuki fase vegetatif selanjutnya (Lubis. 2000). ketersediaan air sangat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dan perkembangan jaringan-jaringan meristem pada titik tumbuh tanaman. Ketersediaan air tanah ditentukan oleh banyaknya air kapiler yaitu air yang berada di antara kapasitas lapang dan layu permanen (Harjadi 1996). Karakteristik Lokasi Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia, dengan luas permukaan ±112.970 ha dengan perairan terdalam berkisar 435 m terletak pada ketinggian 906 di atas permukaan laut. Danau Toba terletak antara 2-3 LU dan 9899 BT. Dasar danau kebanyakan terdiri dari batu-batuan dan pasir. Pada bagian tertentu terdapat endapan lumpur dan daerah sekitar Danau Toba dikelilingi oleh perbukitan. Selain itu, Danau Toba juga merupakan danau terbesar di Asia Tenggara. Danau Toba mempunyai luas permukaan lebih kurang 1.100 km2 dengan total volume air sekitar 1.258 km3 (Amnte, 2012). Universitas Sumatera Utara Danau Toba terbentuk sebagai akibat terjadinya runtuhan (depresi) tektonik vulkanis yang dahsyat pada zaman Pleiopleistosen dengan luas 1100 km2. Ketinggian permukaan air Danau Toba yang pernah diamati dan dicatat adalah sekitar ± 906 meter dpl (diatas permukaan laut). Kedalaman air Danau Toba berkisar 400 – 600 meter dan terdapat di depan teluk Haranggaol (± 460 meter). Jenis tanah yang terdapat disekeliling Danau Toba mempunyai sifat kepekaan terhadap erosi yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya bagian yang terkena longsor dan adanya singkapan batuan sesi (PPT Bogor, 1990). Secara geografis Kecamatan Silahisabungan berada di wilayah pinggir Kabupaten Dairi dan berada di pinggiran Danau Toba yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Samosir. Sebagian besar arealnya terdiri dari Pegunungan yang bergelombang dan hanya sebagian kecil yang datar/rata. Sebagian besar adalah hutan, maka iklim di daerah ini adalah iklim sedang. Luas wilayah Kecamatan Silahisabungan adalah 75,62 km2. Desa Silalahi II merupakan desa yang memiliki wilayah terluas dengan luas wilayah 1819 km2 atau sekira 24,05 persen dari luas wilayah Kecamatan Silahisabungan, sedangkan desa dengan luas wilayah terkecil adalah Desa Paropo I dengan luas wilayah 1.119 km2, atau sekitar 14,8 persen dari luas wilayah kecamatan Silahisabungan. Semua desa di Silahisabungan berada di tepi hutan, dengan luas wilayah sebesar 75,62 km, 3,24% merupakan lahan pertanian padi sawah, masyarakat sekitar hutan juga menggunakan sebagian lahan untuk digunakan sebagai lahan pertanian, baik padi maupun palawija (BPS, 2012). Universitas Sumatera Utara