2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Situ Menurut

advertisement
6
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Situ
Menurut Suryadiputra (2005), Situ dikategorikan sebagai salah satu jenis
lahan basah (umumnya berair tawar) berukuran relatif kecil, dengan sistem perairan
yang tergenang. Situ dapat terbentuk secara alami dan secara buatan. Situ yang
terbentuk secara buatan yaitu berasal dari dibendungnya suatu cekungan sedangkan
Situ alami terbentuk karena kondisi topografi yang memungkinkan terperangkapnya
sejumlah air.
Wilayah Jabotabek merupakan kawasan yang memiliki banyak Situ baik
yang terbentuk secara alami maupun buatan. Keberadaan Situ sangat penting dalam
menjaga kelestarian sumberdaya air dan keseimbangan ekosistem.
Situ-Situ
memiliki fungsi dan manfaat yang sangat penting diantaranya adalah sebagai daerah
resapan air tanah, peredam banjir, mencegah intrusi air laut, irigasi, kegiatan
perikanan, dan tandon air/ reseirvoir (Suryadiputra 2005). Ekosistem Situ memiliki
berbagai fungsi dan manfaat bagi makhluk hidup. Fungsi dan manfaat tersebut
antara lain: fungsi ekologis (habitat bagi berbagai jenis tumbuhan dan hewan,
pengatur fungsi hidrologis, menjaga sistem, dan proses-proses alami) dan manfaat
ekonomis (penghasil berbagai jenis sumber daya alam bernilai ekonomis, penghasil
energi, sarana wisata, dan olah raga serta sumber air) serta manfaat sosial budaya.
2.2.
Morfometri Danau
Morfometri adalah suatu metoda pengukuran dan analisa secara kuantitatif
dimensi-dimensi fisik suatu badan perairan misalnya danau.
Analisa-analisa
limnologi suatu danau sering memerlukan pengetahuan atau data-data morfometri
secara detail seperti data kedalaman, luasan atau area permukaan bentuk kontur
dasar, dan volume air pada masing-masing strata. Sedangkan kondisi sempadan
danau dapat juga digunakan dalam menganalisa sifat-sifat kimia, fisika dan biologi
suatu perairan tawar. Parameter-parameter morfometri biasanya diperlukan untuk
menilai atau mengetahui ada tidaknya erosi pada danau, menghitung beban atau total
kandungan unsur hara, massa bahan-bahan kimia, kandungan panas, stabilitas panas,
7
dan berbagai indeks tingkat kesuburan perairan. Aspek morfometri dapat dibedakan
menjadi dimensi permukaan (surface dimension), dan dimensi bawah permukaan
(subsurface dimension).
Dimensi permukaan terdiri dari panjang maksimum,
panjang maksimum efektif, lebar maksimum, lebar maksimum efektif, lebar ratarata, shore line, shore line development index, luas permukaan, insolusity. Dimensi
bawah permukaan terdiri dari kedalaman maksimum, kedalaman relatif, kedalaman
rata-rata, kedalaman median, kedalaman kuartil, volume, dan perkembangan volume
danau (Hakanson 1981 in Hoerunnisa 2004). Nilai-nilai parameter morfometri yang
akurat/tetap dari sebuah danau jarang ditemukan karena kedalaman maupun luas
permukaan suatu perairan selalu berubah.
Perubahan ini diantaranya dapat
disebabkan oleh perubahan iklim, peristiwa vulkanis, peristiwa geologis, erosi dan
sedimentasi (Wetzel 1983).
2.3.
Sedimentasi Danau
Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi akan terbawa oleh aliran, dan
diendapkan pada suatu tempat yang kecepatannya melambat atau terhenti. Proses
ini dikenal dengan sedimentasi atau pengendapan. Sedimen hasil erosi terjadi
sebagai akibat proses pengolahan tanah yang tidak memenuhi kaidah-kaidah
konservasi pada daerah tangkapan air di bagian hulu. Kandungan sedimen pada
hampir semua sungai meningkat terus karena erosi
dari
tanah
pertanian,
kehutanan, konstruksi, dan pertambangan.
Hasil sedimen (sediment yield) adalah besarnya sedimen yang berasal dari
erosi yang terjadi di daerah tangkapan air yang dapat diukur pada periode waktu
dan tempat tertentu.
Hal ini biasanya diperoleh dari pengukuran padatan
tersuspensi di dalam perairan danau. Berdasarkan pada jenis dan ukuran partikelpartikel tanah serta komposisi bahan,
sedimen
dapat
dibagi
atas
beberapa
klasifikasi yaitu gravels (kerikil), medium sand (pasir), silt (lumpur), clay
(liat),
dan
dissolved
material
(bahan terlarut).
Ukuran
partikel
memiliki
hubungan dengan kandungan bahan organik sedimen. Sedimen dengan ukuran
partikel
halus
memiliki
kandungan
bahan organik
yang
lebih
dibandingkan dengan sedimen dengan ukuran partikel yang lebih kasar.
tinggi
8
Hal ini berhubungan dengan kondisi lingkungan yang tenang, sehingga
memungkinkan pengendapan sedimen lumpur yang diikuti oleh akumulasi bahan
organik ke dasar perairan. Pada sedimen kasar, kandungan bahan organik biasanya
rendah karena partikel yang halus tidak mengendap. Selain itu, tingginya kadar
bahan organik pada sedimen dengan ukuran butir lebih halus disebabkan oleh
adanya gaya kohesi (tarik menarik) antara partikel sedimen dengan partikel
mineral, pengikatan oleh partikel organik, dan pengikatan oleh sekresi lendir
organisme (Scribd 2010).
2.4.
Siklus karbon
Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara
biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer Bumi. Dalam siklus ini terdapat empat
reservoir karbon utama yang dihubungkan oleh jalur pertukaran (lihat Gambar 3).
Reservoir-reservoir tersebut adalah atmosfer, biosfer teresterial (biasanya termasuk
pula freshwater system, dan material non-hayati organik seperti karbon tanah),
lautan termasuk karbon anorganik terlarut, biota laut hayati dan non-hayati, serta
sedimen termasuk bahan bakar fosil (Wikipedia 2009).
Gambar 3. Siklus karbon di alam. (www.wikipedia.com).
9
Siklus karbon ditunjukkan dalam gambar diatas. Sumber utama karbon di bumi
adalah atmosfer dan perairan, terutama lautan. Laut mengandung karbon lima puluh
kali lebih banyak daripada karbon di atmosfer. Perpindahan karbon dari atmosfer ke
laut terjadi melalui proses difusi. Karbon yang terdapat di laut cenderung mengatur
karbondioksida di atmosfer. Karbon yang terdapat di atmosfer dan perairan diubah
menjadi karbon organik melalui proses fotosintesis kemudian masuk kembali ke
atmosfer melalui proses respirasi dan dekomposisi yang merupakan proses biologis
makhluk hidup (Effendi 2003).
Umumnya karbon menyusun 45 – 50 % dari
biomassa berat kering tumbuhan sehingga karbon dapat diduga dari setengah jumlah
biomassa (Brown & Gatot 1996 in Irawan 2009). Karbondioksida yang terdapat di
perairan berasal dari berbagai sumber yaitu:
a. Difusi dari atmosfer. Karbondioksida yang terdapat di atmosfer mengalami
difusi secara langsung ke dalam air.
b. Air hujan. Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi secara teoritis memiliki
kandungan karbondioksida sebesar 0,55 – 0,60 mg/l, berasal dari
karbondioksida yang terdapat di atmosfer.
c. Air yang melewati tanah organik.
Tanah organik (misal gambut) yang
mengalami dekomposisi mengandung relatif banyak karbondioksida sebagai
hasil proses dekomposisi. Karbondioksida hasil dekomposisi ini akan larut
ke dalam air dan akhirnya (sebagian) keluar dari sistem perairan.
d. Respirasi tumbuhan, hewan, dan bakteri aerob maupun anaerob. Respirasi
tumbuhan dan hewan mengeluarkan karbondioksida. Dekomposisi bahan
organik pada kondisi aerob menghasilkan karbondioksida sebagai salah satu
produk akhir. Demikian juga, dekomposisi anaerob karbohidrat pada bagian
dasar perairan akan menghasilkan karbondioksida sebagai produk akhir.
2.5.
Biomassa
Biomassa merupakan jumlah total dari bahan organik yang dinyatakan dalam
berat kering oven dalam satuan ton per unit area (Brown 1997). Menurut Whitten et
al., (1984) in Irawan (2009) menyatakan bahwa biomassa adalah jumlah ton bobot
kering semua bagian tumbuhan hidup baik untuk seluruh atau sebagian tubuh
organisme, produksi atau komunitas dan dinyatakan dalam berat kering per satuan
10
luas (ton/ha).
Biomassa dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu biomassa
tumbuhan di atas permukaan tanah (above ground biomass), missal batang, ranting
daun dan biomassa di bawah permukaan tanah (below ground biomass) terdiri dari
perakaran (lihat Gambar 4).
Daun
Bunga
Batang
Di atas permukaan
tanah (above ground
biomass)
Di bawah permukaan
tanah (below ground
biomass)
Penampang
melintang batang
akar
Gambar 4. Bagian tanaman Seroja (Nelumbo nucifera): diatas permukaan tanah (above
ground biomass) dan di bawah permukaan tanah (below ground biomass).
2.6.
Kualitas Air yang mendukung kehidupan tanaman air
Suatu organisme untuk dapat hidup dan tumbuh dengan baik memerlukan
kondisi lingkungan yang sesuai. Berikut ini beberapa parameter fisika dan kimia
yang mempengaruhi kondisi lingkungan hidup dan kehidupan berbagai organisme
perairan termasuk tanaman air.
1. Temperatur air
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian
dari permukaan laut (altitude), waktu dalam suatu hari, penutupan awan, aliran serta
kedalaman dari badan air. Suhu yang terukur di perairan merupakan fungsi dari
intensitas energi panas yang merambat dalam air. Danau-danau di daerah tropis
jarang sekali mengalami stratifikasi karena keseimbangan antara pancaran sinar
matahari dan hujan berlangsung sepanjang tahun. Peningkatan suhu mengakibatkan
peningkatan reaksi kimia, evaporasi dan volatilisasi. Selain itu peningkatan suhu
menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air seperti gas-gas O2, CO2, N2, CH4
11
dan sebagainya (Goldman & Horne 1983). Suhu yang sangat rendah menyebabkan
proses biologi sangat lambat, dan jika sebaliknya akan menjadi hal yang sangat fatal
bagi kebanyakan organisme (Saeni 1989).
Hal tersebut menunjukkan bahwa suhu merupakan faktor pembatas utama
karena organisme akuatik sering kali memiliki toleransi suhu yang sempit
(McNaughton 1990). Menurut Slocum & Robinson (1996) in Naibaho (2004)
mengatakan bahwa suhu yang baik untuk pertumbuhan Seroja adalah 24o – 29o C.
Kisaran rata-rata suhu di perairan tropis berkisar antara 21o – 35o C sepanjang
tahunnya (Wetzel 1983). Boyd (1990) menyatakan bahwa di perairan tropis ikan
akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25o – 32o C.
2. Kecerahan, kekeruhan dan warna air
Kecerahan air merupakan bagian cahaya yang diteruskan ke dalam air dan
dinyatakan dalam persen.
Pengukuran dengan keping Secchi adalah cara yang
paling sederhana. Kedalaman yang dicapai dengan keping Secchi disebut sebagai
kedalaman Secchi.
Pada kedalaman tersebut, intensitas cahaya matahari yang
sampai adalah sekitar sepuluh persen. Oleh karena itu dikatakan bahwa kedalaman
Secchi menunjukkan kecerahan sebesar sepuluh persen. Nilai kecerahan sangat
dipengaruhi oleh padatan tersuspensi, kekeruhan, partikel koloid, kepadatan
plankton, waktu pengukuran dan ketelitian orang yang melakukan penelitian
(Goldman & Horne 1983). Batas terbawah dari rata-rata kesetimbangan fotosintesis
yang positif terjadi pada kedalaman 1 % dari permukaan. Kedalaman 1 % ini dapat
diduga dengan rumus (Frey 1975 in Hoerunnisa 2004).
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di
dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang
tersuspensi dan terlarut, maupun bahan organik dan anorganik berupa plankton dan
mikroorganisme lain (APHA 1976 in Watironna 2005).
Warna air mengacu pada warna yang terpaut dalam air yang dihasilkan oleh
zat dan bahan koloid dalam air. Warna air mempengaruhi penembusan cahaya
sehingga secara tak langsung menghambat pertumbuhan tumbuhan (Michael 1994).
Tingkat kesuburan perairan dapat dipengaruhi oleh nilai kecerahan.
Menurut
12
Henderson & Markland (1986) tingkat kesuburan perairan dapat diklasifikasikan
yaitu : perairan dengan kecerahan > 6 m tergolong perairan oligotrofik, kecerahan 3
– 6 m tergolong perairan mesotrofik dan kecerahan < 3 m tergolong perairan
eutrofik.
3.Padatan tersuspensi total (TSS)
Padatan tersuspensi total adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1
µmeter) yang tertahan pada saringan Milliophore dengan pori-pori 0,45 mikrometer
(Effendi 2003). Padatan ini terdiri atas bahan organik dan anorganik. Bahan-bahan
tersuspensi tidak harus bersifat toksik akan tetapi jika berlebihan dapat
menyebabkan kekeruhan air kemudian pendangkalan pada badan air serta penurunan
kualitas air akibat penguraian (dekomposisi) jika yang terendapkan adalah mahluk
hidup seperti plankton atau organisme lainnya.
4.Daya Hantar Listrik
Daya hantar listrik menunjukkan kemampuan air untuk menghantarkan arus
listrik (APHA 2005). Kemampuan ini tergantung adanya ion-ion, total konsentrasi
ion-ion, bilangan valensi serta suhu pada saat pengukuran (APHA 2005). Pada
umumnya nilai DHL diatas 50 µmhos/cm akan mengakibatkan ikan air tawar mulai
mengalami tekanan fisiologis dan bila nilai DHL mencapai 1000 µmhos/cm atau
lebih maka ikan air tawar tidak dapat bertahan lagi (Wardoyo 1981 in Hoerunnisa
2004).
5.Derajat Keasaman (pH)
Tebutt (1992) menyatakan bahwa derajat keasaman menggambarkan
kosentrasi ion hidrogen yang terkandung dalam perairan.
Nilai pH air akan
berpengaruh pada reaksi biokimia dalam air. pH mempunyai pengaruh yang besar
terhadap kehidupan organisme akuatik sehingga seringkali pH suatu perairan
digunakan sebagai petunjuk baik buruknya kualitas suatu perairan, nilai pH perairan
tawar berkisar antara 5-9 (Saeni 1989). pH air dapat mempengaruhi tersedianya
nutrien serta toksisitas dari unsur-unsur renik. Perairan yang bersifat asam lebih
banyak dibandingkan dengan perairan alkalis.
Menurut Islami & Utomo in
13
Widaryanti (2002), pH yang baik untuk pertumbuhan tanaman ada pada kisaran pH
netral, akan menurun pada pH 4 ke bawah dan pH 9 ke atas.
6. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen, DO)
Oksigen terlarut dalam air dapat berasal dari hasil proses fotosintesa oleh
fitoplankton atau tanaman air lainnya dan difusi dari udara (Hariyadi et al., 1992).
Menurut Fardiaz (1992) oksigen yang tersedia di dalam air dimanfaatkan oleh
bakteri yang aktif menguraikan/dekomposisi bahan organik secara aerobik dan
akibatnya semakin tinggi kandungan bahan organik di air maka semakin berkurang
kosentrasi oksigen terlarut.
Kadar oksigen terlarut berfluktuasi secara harian dan musiman tergantung
pada percampuran dan pergerakan massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi dan air
limbah yang masuk ke badan air (Effendi 2003).
Pada perairan tawar, nilai
kejenuhan (saturation) kadar oksigen terlarut berkisar antara 15 mg/l pada suhu 0o C
dan 8 mg/l pada suhu 25o C (McNeely et al., 1979 in Effendi 2003).
7. Kebutuhan Oksigen Biokimia (Biochemical Oxygen Demand, BOD)
Kebutuhan Oksigen Biokimiawi adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan
bakteri untuk menguraikan zat-zat organik yang ada dalam limbah selama waktu
tertentu pada suhu 20o C (Alerts & Santika 1987). Prinsip penetapan BOD adalah
oksidasi zat organik dengan memanfaatkan oksigen terlarut dalam air oleh bakteri
aerob dalam waktu lima hari pada suhu inkubasi 20o C tanpa cahaya (Boyd 1988 in
Effendi 2003).
Oksigen yang digunakan mikroorganisme ditentukan dengan mengukur
selisih oksigen terlarut dalam blanko dan contoh yang telah diinkubasi. BOD hanya
menggambarkan bahan organik yang dapat didekomposisi secara biologis. Bahan
organik ini dapat berupa lemak, protein, kanji, glukosa, aldehida, ester, dsb. Kondisi
yang harus dipenuhi dalam penetapan BOD adalah bebas bahan beracun sehingga
tidak mengganggu pertumbuhan dan kehidupan mikroorganisme, pH yang sesuai,
cukup hara yang diperlukan oleh mikroorganisme, suhu standar (20o C), ada
mikroorganisme dalam jumlah yang cukup (Saeni 1989).
14
8. Kebutuhan Oksigen Kimia (Chemical Oxygen Demand, COD)
Menurut Effendi (2003) COD atau Kebutuhan Oksigen Kimia merupakan
jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara
kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologi maupun yang sukar didegradasi
menjadi CO2 dan H2O. Berdasarkan kemampuan oksidasi, penentuan nilai COD
dianggap paling baik dalam menggambarkan keberadaan bahan organik baik yang
dapat didekomposisi secara biologis maupun yang tidak.
2.7.
Tanaman Air
Tanaman air adalah tumbuhan yang beradaptasi terhadap keberadaan air
secara kontinyu atau toleran terhadap kondisi tanah berair untuk selama periode
waktu hidupnya (Yakup 1991). Dalam beberapa hal, tanaman air dianggap sebagai
pengganggu atau gulma karena dapat menimbulkan kerugian. Keberadaan gulma
yang berlimpah pada suatu waduk atau Situ, dapat menimbulkan dampak negatif
berupa gangguan terhadap pemanfaatan perairan secara optimal misalnya
mempercepat pendangkalan, menyumbat saluran irigasi, memperbesar kehilangan
air melalui proses evapotranspirasi (proses hilangnya air melalui permukaan air dan
tumbuhan), mempersulit transportasi perairan, dan menurunkan hasil perikanan
(Dhahiyat 1989).
Tanaman air biasanya disebut tanaman hydrophytic atau hydrophyte,
merupakan tanaman yang telah disesuaikan untuk tinggal di atau pada lingkungan
perairan. Berikut ini adalah karakteristik hydrophytes (www.wikipedia.com):
a. Kutikula tipis.
Kutikula berfungsi untuk mengurangi kehilangan air.
Kebanyakan hidrofita tidak membutuhkan kutikula.
b. Stomata selalu membuka setiap saat karena jumlah air yang begitu banyak
dilingkungannya sehingga air tidak harus disimpan pada bagian/tubuh dari
tanaman air. Ini berarti sel pelindung dalam stomata tidak aktif.
c. Peningkatan jumlah stomata yang bisa ditemukan di kedua sisi daun.
d. Struktur tumbuhan yang tidak kaku yang disebabkan oleh tekanan air.
e. Daun yang datar berfungsi untuk mengapung di atas permukaan air.
f. Akar lebih kecil karena air dapat didifusikan secara langsung ke daun.
g. Akar berbulu, tidak dibutuhkan untuk mendukung tanaman air.
15
h. Mempunyai akar khusus yang dapat mengambil oksigen dari dalam kolom
perairan.
Adaptasi dari hidrofita antara lain (www.wikipedia.com) :
a. Tanaman air yang bersifat mengapung mempunyai rongga udara yang ada
diakar atau rongga udara yang lebih besar.
Rongga udara itu biasanya
disebut dengan Aerenchyma yang berfungsi untuk membantu hidrofita
mengapung dan melakukan pertukaran gas serta mendapatkan cahaya
matahari. Dalam komunits kolam, tanaman air mengapung menerima sinar
matahari yang lebih banyak dibandingkan dengan tanaman air yang bersifat
tenggelam/sub-merged.
Akan tetapi tanaman air mengapung juga harus
berkompetisi dengan tanaman yang sejenisnya dalam hal mendapatkan
cahaya matahari.
b. Tanaman air yang bersifat tenggelam sub-merged plant mempunyai
ruang/rongga udara dan jaringan untuk menjaga keseimbangan daun yang
akan selalu berada diatas permukaan kolom, untuk memaksimalkan jumlah
cahaya matahari yang diterima. Daunnya akan menerima kadar cahaya
matahari yang lebih rendah karena semakin dalam suatu perairan maka
tingkat penetrasi cahaya matahari juga akan semakin berkurang.
2.8.
Cara tumbuh Tanaman air
Odum (1971) membagi cara hidup produsen (tanaman air) di zona litoral
menjadi 3 (tiga) zona:
a. Zona vegetasi tersembul, emerged plants, yaitu seluruh bagian tumbuhan
terapung dan daunnya muncul di permukaan. Contohnya Typha sp.
b. Zona vegetasi dengan akar menempel di dasar dan daunnya mengapung
(floating plants). Contohnya teratai (Nymphaea).
c. Zona vegetasi terendam, tumbuhan berakar yang seluruh atau sebagian besar
bagian tubuhnya terendam di dalam air (submerged plants). Contohnya
Ceratophylum, Hydrilla.
Untuk lebih jelasnya akan telihat pada Gambar 5 (www.epa.gov).
16
Gambar 5. Berbagai macam habitat tanaman air.
2.9.
Pertumbuhan dan Reproduksi Tanaman air
Pertumbuhan tanaman merupakan suatu proses pertambahan jumlah dan
ukuran daun atau batang melalui fotosintesa. Fotosintesa adalah proses penyerapan
energi matahari oleh zat hijau daun dan digunakan secara bersama-sama dengan air
dan CO2 untuk pembentukkan gula sederhana dan oksigen. Gula tersebut kemudian
digunakan untuk proses pertumbuhan, pembentukkan selulosa dan hemiselulosa,
sedangkan sebagian lainnya disimpan sebagai cadangan energi bagi tumbuhan itu
sendiri (Rayburn 1993 in Naibaho 2004).
pertumbuhan dan regenerasi yang cepat.
Tanaman air mempunyai sifat
Berkembang biak dengan vegetatif.
Potongan-potongan vegetatif yang terbawa air akan terus berkembang, serta dapat
juga berkembang biak secara generatif yaitu perkawinan bunga jantan dan betina
(Dhahiyat 1989).
Keberadaan makrofita di perairan terutama yang memiliki
produktivitas tinggi dapat memberikan permasalahan yang tidak diinginkan.
Pertumbuhan tanaman air yang lajunya pesat akan menjadi gulma dan
akhirnya dapat menimbulkan masalah terhadap ekosistem tersebut. Jika kecepatan
laju pertumbuhan tanaman air tersebut telah menutupi luas permukaan area
ekosistem tergenang lebih dari 25 %, maka tanaman air ini dapat dikategorikan
sebagai tanaman pengganggu (gulma air). Hal ini perlu segera ditanggulangi karena
berbagai kepentingan bertumpu pada keberadaan perairan tersebut (Helfrich 2000 in
Naibaho 2004).
17
2.10.
Jenis-jenis Tanaman air
Soerjani et al., (1984) in Dhahiyat (1989) menyatakan bahwa terdapat 9
jenis tanaman air terpenting di Indonesia dan juga di Asia Tenggara, yaitu Eichornia
crassipes/eceng gondok, Salvinia molesta/kiambang, Scirpus grossus/bundung,
Najas indica/lumut siarang, Ceratophylum demersum, Nelumbo nucifera/ Seroja,
Panicum repens/lampuyangan, Potamogeton malaianus dan Mimosa pigra/kayu
duri.
Uraian di bawah ini hanya akan membahas sifat botani dan ekologi Seroja,
karena hanya jenis ini yang dijumpai lokasi penelitian.
2.11.
Botani dan Ekologi Seroja (Nelumbo nucifera)
Berdasarkan siklus hidupnya Seroja merupakan tanaman air yang bersifat
emerged plant yaitu mencuat ke permukaan, akarnya berada pada bagian dasar,
batang menopang daun dan bunga untuk sampai ke bagian permukaan perairan.
Tanaman Seroja tumbuh di bagian zona litoral danau. Zona litoral merupakan daerah
yang berada di tepi danau memiliki produktivitas yang tinggi karena daerah ini
mempunyai kedalaman yang dangkal dengan penetrasi cahaya sampai ke dasar
(Naibaho 2004).
Seroja merupakan salah satu organisme yang bersifat autotrof sehingga
memiliki peranan yang penting dalam ekosistem perairan tergenang. Fungsi Seroja
terhadap perairan tergenang (seperti Situ) yaitu menyumbangkan nilai produktivitas
perairan dan tempat tinggalnya organisme-organisme akuatik di perairan Situ untuk
berpijah dan mencari makan, selain itu fungsi Seroja lainnya adalah sebagai bahan
detritus. Ketika daun Seroja terurai maka daun Seroja akan menjadi serasah yang
akan dimanfaatkan oleh detritivor sebagai bahan makanan (Widaryanti 2001).
2.11.1. Klasifikasi Seroja
Nelumbo nucifera ( di Indonesia dikenal dengan nama Seroja) merupakan
suatu jenis tanaman air tahunan yang indah. Seroja tumbuh liar di perairan danau,
rawa, atau dapat ditanam sebagai tanaman hias di kolam (lihat Gambar 6). Menurut
Pancho & Soerjani (1978), klasifikasi tumbuhan Seroja yaitu:
18
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Proteales
Famili
: Nelumbonaceae
Genus
: Nelumbo
Spesies
: Nelumbo nucifera
Gambar 6. Seroja. www.id.wikipedia.org.(2/12/2009).
Seroja atau lotus (Nelumbo nucifera Gaertn.) adalah spesies tanaman air
tahunan dari genus Nelumbo yang berasal dari India. Di Indonesia tanaman ini
sering kali disebut teratai (Nymphaea) walaupun sebenarnya keduanya tidak
berkerabat. Seroja memiliki tangkai bunga tegak dan bunganya tidak mengapung di
permukaan air, sebagaimana pada teratai. Seroja pernah dikenal dengan nama
binomial Nelumbium speciosum (Willd.) atau Nymphaea nelumbo.
Tangkai
berbentuk tabung yang kosong di tengahnya untuk jalan lewat udara. Daun terdapat
di permukaan air, keluar dari tangkai yang berasal dari rimpang yang berada di
dalam lumpur pada dasar kolam, sungai, atau rawa. Daun Seroja ada dua macam,
yaitu berbentuk datar, mengapung tepat di permukaan dan yang berbentuk cekungan
tidak dalam, muncul keluar mencuat dari air di atas tangkai yang kaku serta berbintil
tegas jika airnya cukup dangkal. Tangkai daun Seroja memiliki panjang 75 – 150
cm dan bergetah putih susu. Helaian daun berbentuk bulat dan berukuran besar
dengan garis tengah sampai 60 cm. Bagian sisi atas daun dilapisi oleh zat lilin yang
19
berfungsi sebagai pelindung dari kekeringan saat kondisi cuaca yang buruk. Sisi
atas berwarna hijau kebiruan dan sisi bawahnya berwarna ungu.
Daun Seroja
didukung oleh tangkai daun yang muncul dari akar rimpangnya. Tiap tangkai daun
menempel pada bagian daun tepat di bagian tengah, dan akan mendukung satu daun
Seroja saja (van Steins 1975 in Naibaho 2004; Sastrapradja & Bimantoro 1981).
Tinggi tanaman sekitar satu meter hingga satu setengah meter. Daun tumbuh
ke atas, tinggi di atas permukaan air.
Daun berbentuk bundaran penuh tanpa
potongan, bergelombang di bagian tepi, dengan urat daun berkumpul ke tengah
daun. Bunga dengan diameter sampai 20 cm, berwarna putih bersih, kuning atau
merah jambu, keluar dari tangkai yang kuat menjulang di atas permukaan air.
Bunga mekar di bulan Juli hingga Agustus. Seroja ditanam di genangan atau di
kolam dan dapat menjadi liar di dataran rendah. Seroja dapat tumbuh dengan baik
pada temperatur perairan yang hangat (23,9o – 29,4o C) dengan substrat yang
berlumpur.
Dalam kondisi cahaya matahari yang sedikit, Seroja tidak akan
berbunga dan tangkai daun memanjang secara cepat mencapai beberapa cm per hari
(El-hamdani & Francko 1992 in Naibaho 2004).
Menurut La-Ongsri (2008)
menyatakan bahwa laju pertumbuhan tanaman Seroja mulai dari benih/biji menjadi
tanaman dewasa membutuhkan waktu sekitar 2 bulan dengan ciri tanaman dewasa
yaitu mempunyai bunga yang sudah mekar.
2.11.2. Manfaat Seroja (Nelumbo nucifera)
Menurut La-Ongsri (2008) menyatakan bahwa ada 20 manfaat dari Seroja.
Pada pemanfaatan ini dibagi dalam 4 kategori (upacara keagamaan, makanan dan
minuman, obat-obatan, dan bermacam-macam lainnya), berikut ini adalah manfaat
dari tanaman Seroja yaitu (lihat Lampiran 6):
a.
Ritual keagamaan
Bunga digunakan dalam upacara keagamaan dengan tujuan untuk penyembahan
sang Budha, bunga untuk pemujaan dipilih dengan tunas bunga memiliki panjang
berkisar antara 40—50 cm pada saat musim berbunga, sedangkan daun digunakan
untuk membungkus rambut yang telah di gunting sebelum upacara berlangsung
yakni ketika sang imam membacakan doa-doa untuk sang Budha, tujuan dari
pembungkusan rambut dengan daun Seroja karena daun Seroja merupakan lambang
20
dari kekuatan, kemurnian dan kebaikan, menurut ajaran Budha daun dan bunga
Seroja merupakan simbol dari kemakmuran dan kebaikan.
b.
Makanan dan minuman
Akar rizoma dari Seroja biasanya digunakan sebagai sayuran dan biasa disebut
dengan pong bua, akar rizoma biasanya dimasak dengan cara disup sebagai bahan
sayuran untuk percampuran dengan daging dan tulang-tulang babi. Daun biasanya
digunakan sebagai sayuran, biasanya dimakan dengan cara langsung dimakan,
direbus terlebih dahulu atau dicampur dengan kari ikan dan minyak kelapa di dalam
sup.
Daun bunga juga biasanya digunakan sebagai sayuran dan dimakan dengan
cara langsung dimakan dengan pasta saus udang dan sambal. Buah digunakan juga
sebagai sayuran sedangkan biji Seroja digunakan sebagai makanan penutup.
c.
Obat-obatan
Sehelai daun biasanya digunakan sebagai rokok untuk menyembuhkan sinusitis
dan rhinitis sedangkan ekstrak dari daun digunakan sebagai teh untuk
menyembuhkan sakit tenggorokan. Kadang-kadang ramuan ini juga bisa dipakai
untuk menyembuhkan penyakit diabetes sedangkan benang sari dipakai untuk
penyembuhan alergi.
d.
Bermacam-macam lainnya
Bubuk biji biasanya digunakan sebagai media tumbuh dari budidaya jamur.
Berikut ini adalah manfaat dari bagian-bagian tanaman Seroja yang dapat dilihat
pada Tabel 1:
Tabel 1. Manfaat dari bagian-bagian tanaman Seroja (La-Ongsri 2008).
Kategori
Bagian yang digunakan
Manfaat
Ritual keagamaaan
Bunga dan daun
Ritual keagamaan
(Upacara) dan melindungi
rumah dari bencana
Makanan
Akar rizoma, stolon, buah,
biji, benih, bunga daun dan
daun
Makanan (sebagai sayuran
dan dessert)
21
Tabel 1 (Lanjutan).
Obat-obatan
Stolon, benih, biji, benang
sari, daun, batang,
Alergi, demam, sinusitis
dan rhinitis
Bermacam-macam lainnya
Daun, biji, daun bunga
Pembungkus makanan,
pembungkus rokok,
dekorasi, media tumbuh
jamur
Ganesapillai et al., (2007) in Ramesh dan Srikumar (2008) menyatakan
bahwa ekstraksi senyawa alkohol dalam tanaman Seroja terutama bagian daunnya
dapat dijadikan sebagai bahan campuran untuk biodiesel. Hasil penelitiannya
mengemukakan bahwa dari bagian daun Seroja mengandung senyawa Trigliserida.
Hasil ini dipilih untuk produksi biodiesel dan studi optimisasi dimana asam lemak
dari golongan metil dan ester dihasilkan dari proses transesterification. Dari 40 gr
berat trigliserida dari sampel daun Seroja telah ditemukan 24,15 gr (60,37 %)
senyawa asam lemak dari golongan methyl ester. Kadar maksimum dari proses
transesterification ini adalah sebesar 26,34 gr (65,85 %). Proses transesterification
ini membutuhkan 3 mol alkohol untuk setiap mol trigliserida untuk menghasilkan 1
mol gliserol dan mol metil ester. Tanaman air (Seroja) termasuk jenis sumberdaya
alam yang dapat menjanjikan dalam hal produksi biodiesel karena ketersediaannya
di alam sangat melimpah dan mudah dalam hal ekstraksi lemak dan asam lemak.
Download