4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Timun ( Cucumis

advertisement
4
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Tanaman Timun (Cucumis sativus L.)
Mentimun merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar.
Menurut Sharma (2002), mentimun dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub divisio
: Angiospermae
Class
: Dicotyledonae
Ordo
: Cucurbitales
Family
: Cucurbitaceae
Genus
: Cucumis
Spesies
: Cucumis sativus L.
Menurut klasifikasi tanaman, mentimun dimasukkan ke dalam bangsa
Cucurbitales, keluarga Cucurbitaceae, dan marga Cucumis. Marga Cucumis
terdiri atas beberapa spesies yang mempunyai arti ekonomi penting, di
antaranya Cucumis sativus L. mempunyai 7 genom, Cucumis angurial L.
(pare) mempunyai 12 genom. Cucumis mello L. (melon) mempunyai 12
genom (Sumpena, 2001).
B. Morfologi Tanaman Timun (Cucumis sativus L.)
Mentimun memiliki sistem perakaran tunggang dan bulu-bulu akar,
tetapi daya tembus akar relatif dangkal, pada kedalaman sekitar 30-60 cm.
Oleh sebab itu, tanaman mentimun termasuk peka terhadap kekurangan dan
kelebihan air. Tanaman mentimun memiliki batang yang berwarna hijau,
berbulu dengan panjang yang bisa mencapai 1,5 m dan umumnya batang
mentimun mengandung air dan lunak (Rukmana, 1994). Mentimun
mempunyai sulur dahan berbentuk spiral yang keluar di sisi tangkai daun.
Sulur mentimun adalah batang yang termodifikasi dan ujungnya peka
sentuhan. Bila menyentuh galah sulur akan mulai melingkarinya. Dalam 14
jam sulur itu telah melekat kuat pada galah/ajir (Sunarjono, 2007).
4
5
Daun mentimun lebar berlekuk menjari dan dangkal, berwarna hijau
muda sampai hijau tua. Daunnya beraroma kurang sedap dan langu, serta
berbulu tetapi tidak tajam dan berbentuk bulat lebar dengan bagaian ujung
yang meruncing berbentuk jantung. Kedudukan daun pada batang tanaman
berselang seling antara satu daun dengan daun diatasnya (Sumpena, 2001).
Bunga mentimun berwarna kuning dan berbentuk terompet, tanaman
ini berumah satu artinya, bunga jantan dan bunga betinah terpisah, tetapi
masih dalam satu pohon. Bunga betina mempunyai bakal buah berbentuk
lonjong yang membengkak, sedangkan bunga jantan tidak. Letak bakal buah
tersebut di bawah mahkota bunga (Sunarjono, 2007).
Buah mentimun muda berwarna antara hijau, hijau gelap, hijau muda,
hijau keputihan sampai putih, tergantung kultivar yang diusahakan. Sementara
buah mentimun yang sudah tua (untuk produksi benih) berwarna cokelat,
cokelat tua bersisik, kuning tua, dan putih bersisik. Panjang dan diameter buah
mentimun antara 12-25 cm dengan diameter antara 2-5 cm atau tergantung
kultivar yang diusahakan (Sumpena, 2001).
Biji timun berwarna putih, berbentuk bulat lonjong (oval) dan pipih.
Biji mentimun diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada ruang-ruang
tempat biji tersusun dan jumlahnya sangat banyak. Biji-biji ini dapat
digunakan untuk perbanyakan dan pembiakan (Cahyono, 2003).
C. Syarat Tumbuh Tanaman Timun (Cucumis sativus L.)
Mentimun cocok ditanam di lahan yang jenis tanahnya lempung
sampai lempung berpasir yang gembur dan mengandung bahan organik.
Mentimun membutuhkan pH tanah di kisaran 5,5-6,8 dengan ketinggian
tempat 100-900 m di atas permukaan laut. Mentimun juga membutuhkan sinar
matahari terbuka, drainase air lancar dan bukan bekas penanaman mentimun
dan familinya seperti melon, semangka, dan waluh. Aspek agronomi
penanaman mentimun tidak berbeda dengan komoditas sayuran komersil
6
lainnya, seperti kecocokan tanah dan tinggi tempat, serta iklim yang sesuai
meliputi suhu, cahaya, kelembapan dan curah hujan (Wahyudi, 2011).
Pertumbuhan yang optimum diperlukan iklim kering, sinar matahari
yang cukup dengan temperatur optimal antara 21 0 C – 30 0 C. sementara
untuk suhu perkecambahan biji optimal yang dibutuhkan antara 25 0 C –
35 0 C. Kelembapan udara (RH) yang dikehendaki oleh tanaman mentimun
agar hidup dengan baik adalah antara 80-85%. Curah hujan optimal untuk
budidaya mentimun adalah 200-400 mm/bulan, curah hujan yang terlalu
tinggi tidak baik untuk pertumbuhan apalagi pada saat berbunga karena akan
mengakibatkan menggugurkan bunga (Sumpena, 2001).
Tanaman mentimun mempunyai daya adaptasi cukup luas terhadap
lingkungan tumbuhnya. Mentimun di Indonesia dapat di tanam di dataran
rendah dan dataran tinggi yaitu sampai ketinggian ± 100 m di atas permukaan
laut (Sumpena, 2001). Hasil penelitian Rachmat dan Gerard (1995),
mengatakan syarat tumbuh tanaman mentimun pada ketinggian ≥ 1000 m di
atas permukaan laut, harus menggunakan mulsa plastik perak hitam karena di
ketinggian tersebut suhu tanah ≤ 18 0 C dan suhu udara ≤ 25 0 C, sehingga
penggunaan mulsa akan meningkatkan suhu tanah dan di sekitar tanaman.
D. Budidaya Tanaman Timun (Cucumis sativus L.)
1. Persiapan Lahan dan Pengolahan Lahan
Tanah yang akan ditanami digemburkan dengan cara dicangkul
sebaik-baiknya. Tanah yang telah dicangkul akan menjadi remah sehingga
aerasinya berjalan baik dan zat-zat beracun pun akan hilang. Rumputrumputan (gulma) dihilangkan, terutama akar alang-alang supaya akarakar tanaman sayur dapat tumbuh dengan bebas tanpa persaingan dan
perebutan unsur hara dengan gulma (Sunarjono, 2003).
Pembuatan bedeng dilakukan dengan cara pencangkulan akan
mempengaruhi sifat fisik tanah yang berfungsi memperbaiki ruang poripori tanah yang terbentuk diantara partikel-partikel tanah (tekstur dan
7
stuktur). Kerapatan dan rongga-rongga akibat pencangkulan akan
memudahkan air dan udara bersirkulasi di dalamnya (drainase dan aerasi).
Selain
tempat
untuk
bersirkulasi,
pori-pori
tanah
olahan
akan
memudahkan pergerakan akar tanaman dalam penyerapan unsur hara lebih
mudah dan memungkinkan tanaman tumbuh subur (Hanafiah, 2005).
Mulsa adalah suatu bahan penutup tanah yang digunakan pada
budidaya suatu tanaman. Jenis mulsa yang sering digunakan petani yaitu
jerami, serasa tumbuhan, dan mulsa plastik hitam perak (MPHP).
Penggunaan mulsa bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma,
mengurangi penguapan, mencegah erosi tanah, mempertahankan struktur,
suhu dan kelembaban tanah, menghemat tenaga kerja penyiangan,
merangsang pertumbuhan akar, dan mengurangi kerusakan akar akibat
penyiangan dengan kored (Sumpena, 2001).
Mulsa plastik merupakan lembaran berwarna hitam perak yang
berguna
untuk
melindungi
permukaan
tanah
serta
menghambat
pertumbuhan gulma atau rumput liar yang berada di sekitar tanaman yang
dibudidayakan dengan sistem tanpa mulsa. Pada sistem budidaya tanaman
mentimun yang dilakukan secara intensif seringkali menggunakan mulsa
hitam perak untuk mengurangi penguapan air dari tanah dan menekan
hama serta penyakit dan gulma. Penggunaan mulsa pada tanaman
mentimun menurut petani bisa meningkatkan produktivitas serta efektif
mengurangi pertumbuhan gulma karena mulsa dapat menjaga tanah tetap
gembur, suhu dan kelembaban tanah relatif stabil. Selain itu dengan
adanya mulsa pemberian pupuk, pengendalian gulma maupun hama
penyakit dapat berkurang baik dalam segi biaya dan waktu yang
dibutuhkan (Sumpena, 2001).
Penggunaan mulsa plastik ini bertujuan untuk : a) mengurangi
evaporasi dan run off . b) menjaga lengas tanah. c) menekan perturnbuhan
gulma. d) menurunkan kehilangan unsur hara, karena adanya pelindihan.
8
e) memodifikasi suhu tanah yang dapat meoingkatkan pertumbuhan
tanaman. f) mengurangi serangan harna penyakit. g) mencegah hasil
tercampur dengan tanah, sehingga produknya bersih dan dapat
mengurangi tenaga kerja dalam pensortiran, pengepakan dan prosesing
(Sumiati, 1989).
Mentimun
merupakan
tanaman
yang
bersifat
memanjat (Indeterminate), sehingga dalam pertumbuhannya mentimun
membutuhkan tiang penyangga atau ajir sebagai tempat tegak dan
pembentukan buah tanaman tidak terhalang atau terhambat. Dengan
kondisi pertumbuhan seperti ini maka persentase terbentuknya buah yang
normal (lurus) akan lebih banyak dibandingkan dengan buah-buah yang
terbentuk abnormal. Ajir berfungsi untuk 1) tempat tegak tanaman, 2)
mengurangi pembentukan buah abnormal, 3) mengurangi terserang hama,
dan 4) memudahkan cara pemanenan (Sumpena, 2001).
2. Persemaian
Benih umumnya akan berkecambah segera pada keadaan
lingkungan yang mendukung. Syarat umum yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan benih adalah; 1) adanya air yang cukup untuk melembabkan
biji, 2) suhu yang sesuai, 3) cukup oksigen, dan 4) adanya cahaya. Selain
itu juga, dalam proses perkecambahan benih tidak lepas dari faktor-faktor
yang mempengaruhi seperti faktor dalam (internal) dan faktor luar
(external). 1) Faktor dalam (internal) meliputi tingkat kematangan benih,
ukuran benih, dormansi benih, dan penghambat perkecambahan.
Sementara itu, 2) Faktor luar (external) meliputi cahaya, air, temperatur,
oksigen, dan medium tumbuh (Sutopo, 2002).
Benih mentimun yang akan ditanam sebaiknya dipersiapkan media
tanam/semai terlebih dahulu. Media semai itu berupa campuran tanah dan
pupuk kandang dengan perbandingan 7:3. Sebagai tempat media dapat
menggunakan polybag atau plastik transparan dengan dilubangi untuk
9
drainase air. Untuk menghindari tanaman terserang hama media harus
diberi Curater (Sugito, 1992).
3. Penanaman
Penanaman benih dapat dilakukan jika benih telah memiliki daun
2-3 daun utama dan benih mentimun yang sudah dikecambahkan ditanam
langsung dilubang tanam yang dibuat dengan cara penugalan sedalam 5
cm. Benih ditanam sebanyak 1 tanaman perlubang tugal dan selanjutnya
lubang tanam ditutup tanah setinggi 1 cm jarak lubang tanam 30 cm x 60
cm (Sumpena, 2002).
Penanaman mentimun untuk musim kemarau dilakukan sekitar
bulan Maret atau bulan Agustus. Pengolahan tanah dengan menggunakan
cangkul dengan membuat bedengan ukuran lebar 80 – 90 dan tinggi 30
cm. yang sekaligus membuat saluarn lebar + 70 cm. Pupuk kandang
(organik) yang sudah matang +200 gram (8.000 kg/ha) disimpan pada
lubang (cowakan) untuk tempat penanaman biji dengan jarak 60 x 40 cm.
Penanaman dilakukan dengan cara tugal dengan jumlah benih 2-3 biji per
lubang (Lasantha, 2010).
4. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman adalah komponen terpenting untuk makhkluk
hidup. Tanpa air, semua makhluk hidup di bumi tidak akan bertahan
hidup. Demikian pula untuk tanaman. Air akan diserap bersama unsur
pupuk, untuk keperluan hidupnya. Air juga tidak boleh diberikan
dalam jumlah berlebih. Karena air dalam jumlah banyak dan terlalu
lama berada di daerah perakaran akan menyebabkan akar tidak bisa
bernafas, sehingga akar akan mati. Air yang berlebihan juga akan
menyebabkan kelembaban tinggi, sehingga mempermudah tumbuhnya
penyakit yang menyerang tanaman. Oleh karena itu, air harus
disediakan dalam jumlah yang seimbang. (Prayugo, 2007).
10
b. Penyulaman
Media tanam yang digunakan sama dengan media yang
digunakan dalam persemaian dilakukan penyiraman secara intensif
pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan
gembor berlubang halus agar tanaman yang baru dipindahkan tidak
rusak, penyulaman dilakukan jika ada tanaman yang mati atau
pertumbuhannya terganggu. Penyulaman dilakukan dengan segera
minimal seminggu setelah tanaman dipindahkan ke pot permanen agar
diperoleh pertumbuhan yang serempak (Suhendar, 2007).
c. Pemupukan
Pemupukan adalah salah satu pemeliharaan yang utama untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Peranan suplai unsur hara untuk
tanaman menunjukkan manfaat yang besar dalam meningkatkan
pertumbuhan dan produksi mentimun (Sumpena, 2001). Penambahan
bahan organik seperti pupuk kandang ke dalam tanah merupakan salah
satu teknik budidaya yang lebih baik dari segi teknis, ekonomis, sosial
maupun dari lingkungan karena tidak menimbulkan pencemaran dan
dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk kandang
mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman untuk
pertumbuhannya. Pupuk kandang mengandung unsur makro seperti
nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K) kalsium (Ca), magnesium (Mg),
dan sulfur (S). Unsur fosfor dalam pupuk kandang sebagian besar
berasal dari kotoran padat (Koswara, 1992).
Peranan suplai unsur hara untuk tanaman menunjukan manfaat
yang sangat besar dalam meningkatkan pertumbuhan, hasil, dan
kualitas mentimun. Jenis pupuk yang dapat digunakan pupuk organik
berupa pupuk kandang ayam 10 ton/ha, dan pupuk anorganik berupa
Urea 225 kg/ha TSP 120 kg/ha, KCL 100 kg/ha dan curater.
Pemupukan dilakukan 2 kali yakni pemberian awal dan pemberian
11
susulan. Pemberian pupuk susulan terhadap budidaya mentimun
dengan mulsa dilakukan setelah tanaman berumur 1 bulan dengan
menggunakan pupuk NPK yang dicairkan. Cara pemberiannya dengan
penyiraman dengan dosis 50 g/10 liter air lalu disiramkan disekitar
tanaman. Larutan sebanyak itu digunakan untuk 50 tanaman
(Sumpena, 2001).
d. Penyiangan
Tempat hidup serangga selain tanaman yang dibudidayakan
juga pada semak-semak dan rerumputan lainnya. Membersihkan
tanaman dari rumput dan tanaman liar yang mungkin menjadi tempat
hidup dan bertelur ataupun makanan serangga sangat diperlukan,
dalam usaha mengurangi populasi serangga. Memusnahkan sisa
tanaman yang berada di lahan pertanian juga termasuk dalam usaha
sanitasi untuk memberantas hama, karena sisa tanaman itu akan
memungkinkan hama dapat bertahan hidup sampai masa tanam
berikutnya. Hal ini berlaku pada tanaman semusim (Jumin, 2005).
e. Pemangkasan
Pemangkasan merupakan upaya menciptakan keadaan tanaman
menjadi lebih baik, sehingga sinar matahari dapat masuk keseluruh
bagian tanaman meningkatnya intersepsi cahaya yang masuk ke tajuk
tanaman serta meningkatnya sirkulasi udara dan ketersediaan CO2
dalam tajuk. Ketersediaan cahaya dan CO2 yang cukup serta faktorfaktor lainnya yang mendukung akan meningkatkan laju fotosintesis
yang pada akhirnya meningkatkan ketersediaan fotosintat yang sangat
dibutuhkan dalam pertambahan panjang batang tanaman (Soeb, 2000).
Pemangkasan merupakan tindakan budidaya yang umum
dilakukan untuk mengatasi adanya pertumbuhan vegetatif yang
berlebihan pada tanaman. Menurut Saptarini (1999) menyatakan
bahwa perlakuan pemangkasan pada tanaman mengakibatkan sinar
12
matahari masuk ke dalam seluruh bagian tanaman dan terjadi proses
fotosintesis. Hasil fotosintesis kemudian banyak digunakan untuk
pertumbuhan batang tanaman.
f. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit pada mentimun sebenarnya tidak terlalu
banyak.
Pemberantasan
dilakukan
setelah
terlihat
tanda-tanda
serangan. Cara pemberatasannya antara lain dengan cara mekanis
(pemotongan daun) maupun dengan cara kimia (penyemprotan
pestisida).
Hama
yang
sering
mengganggu
yakni Thrips dan Imagothripis yang merusak tanaman dengan cara
menghisap cairan sel. Tanda awal dari kerusakan ini bila daun
dihadapkan ke sinar matahari akan kelihatan bintik berwarna putih.
Pengendalian
serangan
hama
ini
dapat
dilakukan
dengan
penyemprotan insektisida (Khotimah, 2007).
Menurut Sugito (1992), penyakit yang sering menyerang
yakni Downy mildew (Pseudomonas cubensis, Berk dan Curt) diawali
dengan adanya bintik hitam pada permukaan daun yang kemudian
berubah
menjadi
kuning,
kemudian
meluas
menjadi
bercak.
Pemberantasan penyakit ini dilakukan dengan cara penyemprotan
fungisida seperti Benlate dan Dithane. Penyakit layu sering menyerang
pada musim hujan ketika tanah tergenang dan terlalu basah. Penyebab
penyakit layu diakibatkan oleh Fusarium wilt F, dengan cara
pengendalian membuat drainase atau saluran air yang baik dan
pembuatan bedeng tanaman yang tinggi ± 50 cm (Sumpena, 2001).
5. Panen dan Pasca Panen
Buah mentimun dapat dipanen pada umur 30-50 hst, ciri-ciri buah
yang dapat dipanen, yaitu buah masih berduri, panjang buah antara 10-30
cm atau tergantung jenis yang diusahakan jarak panen dilakukan antara 12 hari sekali. Panen dilakukan dengan cara memotong tangkainya dengan
13
pisau atau gunting. Tangkai buah yang bekas dipotong sebaiknya
dicelupkan kedalam larutan lilin untuk mempertahankan laju penguapan
dan kelayuan sehingga kesegaran buah mentimun dapat terjaga relatif
lama (Sumpena, 2001).
Buah dipanen pada pagi hari sebelum pukul 09.00 dengan cara
memotong tangkai buah dengan pisau tajam. Mentimun sayur dipanen 510 hari sekali tergantung dari varietas dan ukuran/umur buah yang
dikehendaki. Pemanenan harus memperhatikan ukuran mentimun yang
sesuai dengan permintaan pasar. Pasar swalayan memerlukan mentimun
sayur dengan dua kemasan yaitu (a) mentimum acar yang panjang
buahnya sekitar 10-15 cm, berbentuk lurus, kulit mulus dan segar. (b)
mentimum besar yang panjang buahnya 15-20 cm, berbentuk lurus, kulis
mulus
dan
segar.
Perkembangan buah mentimum termasuk cepat. Pada umumnya, kegiatan
panen dilakukan setiap hari sampai akhir masa panen. Setiap pemanenan,
kumpulkan hasil panen di tempat teduh atau gudang berventilasi,
sebaiknya ditampung dalam keranjang plastik (Rukmana, 1994).
E. Analisis Usaha Tani
Ilmu Usaha Tani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif
dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan
sumber daya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan
dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan
keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Efisiensi usaha tani dapat
diukur dengan cara menghitung efisiensi teknis, efisiensi harga, dan efisiensi
ekonomis (Soekartawi, 1995).
Produksi usaha tani mempergunakan masukan untuk menghasilkan
keluaran. Masukan selalu mencakup tanah dan tenaga, untuk pertanian maju,
14
masukan ini mencakup sarana produksi dan peralatan yang dibeli. Produksi
merupakan hasil dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan
beberapa masukan atau input. Kegiatan produksi adalah mengkombinasi
berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.
Menurut Mosher (1987) biaya usaha tani diklasifikasikan menjadi dua
yaitu:
a. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus
dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi
besar biaya ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang
diperoleh.
b. Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya
dpengaruhi produksi.
Menurut Soekartawi (2002) Total
biaya
produksi adalah
penjumlahan dari biaya tetap dengan biaya tidak tetap dan dapat ditulis
dengan rumus sebagai berikut:
TC = FC + VC
Keterangan:
TC = Total Biaya (Rp)
FC = Biaya Tetap (Rp)
VC = Biaya Variabel (Rp)
Menurut Soekartawi (1995), penerimaan adalah perkalian antara
produksi yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya produksi
berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan turun ketika produksi
berlebihan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
TR = Q x Pq
Keterangan :
TR = Total penerimaan (Rp)
Q = Jumlah produk
Pq = Harga produk (Rp)
15
Keuntungan adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan
dengan kegiatan usaha. Apabila beban lebih besar dari pendapatan, selisihnya
disebut rugi. Keuntungan atau kerugian merupakan hasil dari perhitungan
berkala. Hal ini akan diketahui secara pasti saat perusahaan menghentikan
kegiatannya dan dilakukan likuidasi (Soemarso, 2005). Menurut Soekartawi
(2002) tujuan dari pelaku ekonomi adalah memaksimumkan utility. Produsen
memaksimumkan
utility
dengan
cara
memaksimumkan
keuntungan.
Keuntungan (U) merupakan hasil pengurangan dari penerimaan (revenue)
dengan biaya (cost). Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah
produk (Q) dengan harga produk (Pq). Jika dirumaskan yaitu :
U = TR – TC
Keterangan:
U = Keuntungan usaha tani (Rp)
TR = Total Penerimaan (Rp)
TC = Total Biaya (Rp)
Sebelum melakukan pengembangan usaha hendaknya dilakukan suatu
kajian yang cukup mendalam untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan
itu layak atau tidak layak. Aspek yang perlu dikaji adalah aspek keuangan dan
pasar. Jika aspek ini jelas maka prospek ke depan untuk usaha usaha tersebut
jelas, begitu juga sebaliknya apabila aspek ini tidak jelas maka prospek ke
depan juga tidak jelas (Umar, 2005).
Menurut Sunarjono (2000) usaha tani layak diusahakan bila analisis
ekonomi menunjukkan hasil layak. Adapun hasil analisis kelayakan yang
digunakan untuk menilai kelayakan usaha adalah:
a. R/C Ratio
R/C Ratio (Return Cost Ratio) merupakan ukuran perbandingan
antara penerimaan dengan biaya operasional. R/C Ratio dihitung untuk
menentukan kelayakan suatu usaha. Rumus R/C Ratio adalah total
penerimaan dibagi total biaya produksi. Rumus R/C Ratio yaitu :
16
R/C Ratio = Total penerimaan
Total biaya produksi
Kriteria uji : Jika R/C > 1, layak untuk diusahakan
Jika R/C = 1, cukup layak untuk diusahakan
Jika R/C < 1, tidak layak untuk diusahakan
b. B/C Ratio
B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) biasanya digunakan untuk
mengukur kelayakan suatu usaha tani dilihat dari keuntungan yang
diperoleh, yaitu dengan cara membandingkan antara keuntungan dengan
total biaya yang dikeluarkan. Rumus B/C Ratio adalah keuntungan dibagi
total biaya. Rumus B/C Ratio adalah :
B/C Ratio = Keuntungan
Total biaya
Kriteria uji : Jika B/C > 1, untung dan layak untuk diusahakan
Jika B/C = 1, impas dan cukup layak untuk diusahakan
Jika B/C < 1, rugi dan tidak layak untuk diusahakan
Download