BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Manajemen Pemasaran 1.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2007) manajemen adalah proses pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Efisiensi mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input terkecil; digambarkan sebagai “melakukan segala sesuatu secara benar.” Sedangkan efektivitas mengacu pada menyelesaikan kegiatan-kegiatan sehingga sasaran organisasi dapat tercapai; digambarkan sebagai “melakukan segala sesuatu yang benar.” 1.2 Pengertian Pemasaran Asosiasi Pemasaran Amerika menawarkan definisi formal berikut: Pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya. Kotler & Keller (2009). Kotler & Keller (2009) melihat manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, 9 menjaga, dan 10 menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan dan mengomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. Definisi sosialnya adalah: Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Kotler & Keller (2009). 1.2.1 Konsep Pemasaran Menurut Fendy Tjiptono (2005), dalam bukunya yang berjudul Pemasaran Jasa, konsep produksi itu dibagi menjadi lima bagian yaitu sebagai berikut: a) Konsep Produksi: Pemasaran yang berpegang pada konsep ini berorientasi pada proses produksi/operasi (internal). b) Konsep Produk: Dalam konsep ini, pemasar beranggapan bahwa konsumen lebih menghendaki produk-produk yang memiliki kualitas, kinerja, fitur (features), atau penampilan superior. c) Konsep Penjualan: Konsep ini merupakan konsep yang berorientasi pada tingkat penjualan (internal), dimana pemasar beranggapan bahwa konsumen harus dipengaruhi (bila perlu, dibujuk) agar penjual dapat meningkat. 11 d) Konsep Pemasaran: Berbeda dengan tiga konsep terdahulu yang berorientasi pada lingkungan internal, konsep pemasaran berorientasi pada pelanggan (lingkungan eksternal), dengan anggapan bahwa konsumen hanya akan bersedia membeli produk-produk yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya serta memberikan kepuasan. e) Konsep Pemasaran Sosial: Pemasaran yang menganut konsep ini, beranggapan bahwa konsumen hanya bersedia membeli produk-produk yang mampu memuaskan kebutuhan dan keinginannya serta berkontribusi pada kesejahteraan lingkungan sosial konsumen. 1.3 Pengertian Manajemen Pemasaran Philip Kotler dan Kevin Lene Keller (2009) mendefinisikan manajemen pemasaran adalah sebagai berikut: “Seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. 1.4 Pengertian Bauran Pemasaran Menurut Kotler yang dikutip oleh Ratih Hurriyati (2010) menyatakan bahwa definisi bauran pemasaran ialah sekumpulan alat pemasaran yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran. 12 Yang dalam bahasa Inggrisnya ialah “Marketing mix is the set of marketing tools that the firm uses to pursue its marketing objective in the target market ”. Menurut Zeithalm and Bitner yang dikutip oleh Ratih Hurriyati (2010) menyatakan bahwa konsep bauran pemasaran tradisional (tradisional marketing mix) terdiri dari 4P, yaitu : produk (product), harga (price), tempat/lokasi (place) dan promosi (promotion). Sementara itu, untuk pemasaran jasa perlu bauran pemasaran yang diperluas (expanded marketing mix for service) dengan penambahan unsur non-tradisional marketing mix, yaitu : orang (people), fasilitas fisik (physical evidence) dan proses (process), sehingga menjadi tujuh unsur. Masing-masing dari tujuh unsur bauran pemasaran tersebut saling berhubungan dan tergantung satu sama lainnya dan mempunyai suatu bauran yang optimal sesuai dengan karakteristik segmennya. 1.5 Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Kotler (2007) bahwa, “perilaku konsumen merupakan studi tentang cara individu, kelompok, dan organisasi menyeleksi, membeli, menggunakan, dan memposisikan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka”. 2. Kualitas Produk Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan 13 keinginan dan kebutuhan, dalam arti luas, produk mencakup apa saja yang bisa dipasarkan, termasuk benda-benda fisik, jasa manusia, tempat, organisasi, dan ide atau gagasan (Wahyu Saidi, Sudaryono 2014). Menurut Kotller dan Amstrong (2008) kualitas produk menurut perkumpulan Amerika untuk kualitas (The American Society for Quality) mendifinisikan kualitas sebagai karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang dinyatakan atau tersirat/diimplikasikan. Menurut Kotler dan Keller (2008), produk adalah elemen kunci dalam keseluruhan penawaran pasar. Selain itu produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya (Tjiptono, 2008). Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka produk didefinisikan sebagai kumpulan dari atribut-atribut yang nyata maupun tidak nyata, termasuk di dalamnya kemasan, warna, harga, kualitas dan merek ditambah dengan jasa dan reputasi penjualannya. Kualitas dalam pandangan konsumen adalah hal yang mempunyai ruang lingkup tersendiri yang berbeda dengan kualitas dalam pandangan produsen saat mengeluarkan suatu produk yang biasa dikenal kualitas sebenarnya. Kualitas merupakan suatu produk dan jasa yang melalui beberapa tahapan proses dengan memperhitungkan nilai suatu produk dan jasa tanpa adanya kekurangan sedikitpun nilai suatu produk dan jasa, dan menghasilkan produk dan jasa sesuai harapan tinggi pelanggan. 14 Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka diperlukan suatu standarisasi kualitas. Cara ini dimaksudlam untuk menjaga agar produk yang dihasilkan memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan terhadap produk yang bersangkutan. Pemasara yang tidak memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan akan risiko yaitu tidak loyalnya konsumen sehingga penjualan produknya pun akan cenderung menurun. Apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Menurut David garvin yang dikutip Vincent Gasperz dalam buku Husein Umar (2005) untuk menentukan dimensi kualitas produk, dapat melalui 8 (delapan) dimensi seperti yang dipaparkan berikut ini: 1. Performance, hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut. 2. Features, yaitu aspek performasi yang beguna untuk menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan produk dan pengembangannya. 3. Conformance, hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Konfirmasi merefleksikan derajat ketepatan antara karakteristik desain produk dengan karakteristik kualitas standar yang telah ditetapkan. 15 4. Reliability, hal yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula. 5. Durability, yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa pakai barang. 6. Servicability, yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan kompetensi, kemudahan, dan akurasi dalam memberikan layanan untuk perbaikan barang. 7. Aesthetics, merupakan karakteristik yang bersifat subyektif mengenai nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi individual. 8. Fit and finish, sifat subyektif berkaitan dengan perasaan pelanggan mengenai keberadaan produk tersebut sebagai produk yang berkualitas. Menurut Josep S. Martinich, ada enam spesifikasi dari dimensi kualitas produk barang yang relevan dengan pelanggan: • Performance (Hal terpenting bagi pelanggan yaitu apakah kualitas produk menggambarkan keadaan yang sebenarnya atau apakah pelayanan dengan cara yang benar). • Range and type of feature (Selain fungsi utama dari suatu produk dan pelayanan, pelanggan sering kali tertarik pada kemampuan/keistimewaan yang dimiliki produk dan pelayanan). 16 • Reliability and durability (Kehandalan produk dalam penggunaan secara normal dan beberapa lama produk dapat digunakan hingga perbaikan diperlukan). • Maintainability and Serviceability (Kemudahan untuk pengoperasian produk dan kemudahan perbaikan maupun ketersediaan komponen pengganti). • Sensory Characteristic (Penampilan, corak, rasa, daya tarik, bau, selera, dan beberapa faktor lainnya mungkin menjadi aspek penting dalam kualitas). • Ethical Profile and Image (Kualitas adalah bagian terbesar dari kesan pelanggan terhadap produk dan pelayanan). 3. Persepsi Harga 3.1 Definisi Persepsi Harga Persepsi juga mempunyai pengaruh yang kuat bagi konsumen. Persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti, persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik, tapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi pelanggan adalah harga, citra, tahap pelayanan, dan situasi pelayanan. Persepsi perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk 17 membentuk persepsi produk tersebut berkualitas. Sementara itu, harga rendah dapat membentuk persepsi pembeli tidak percaya pada penjual karena meragukan kualitas produk atau pelayanannya. Persepsi harga berkaitan dengan bagaimana informasi harga dipahami seluruhnya oleh konsumen dan memberikan makna yang dalam bagi mereka. Satu pendekatan untuk memahami persepsi harga adalah pemrosesan informasi yang dilakukan oleh Jacoby dan Olson dalam Danang Sunyoto (2013). Bagi pelanggan harga merupakan hal yang penting karena mampu membuat pelanggan dari pasar industri memperoleh keuntungan. Biong dalam Bachriansyah (2010) mengutarakan bahwa produk yang mampu memberikan keuntungan, harga jual yang kompetitif dan skema pembayaran yang lunak akan memungkinkan pengguna memperoleh margin keuntungan yang lebih tinggi. Harga merupakan salah satu faktor penentu dalam pemilihan merek yang berkaitan dengan keputusan membeli konsumen. Ketika memilih diantara merek-merek yang ada, konsumen akan mengevaluasi harga secara absolut tetapi dengan membandingkan beberapa standar harga sebagai referensi untuk melakukan pembelian. Pengertian harga menurut Swastha dalam Rahman (2013) “Sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapat sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya”. Menurut definisi diatas, kebijakan mengenai harga sifatnya hanya sementara, berarti produsen harus mengikuti perkembangan 18 harga di pasar dan harus mengetahui posisi perusahaan dalam situasi pasar secara keseluruhan. Harga merupakan salah satu atribut penting yang dievaluasi oleh konsumen sehingga manajer perusahaan perlu benar-benar memahami peran tersebut dalam mempengaruhi sikap konsumen. Harga sebagai atribut dapat diartikan bahwa harga merupakan konsep keanekaragaman yang memiliki arti berbeda bagi tiap konsumen, tergantung karakteristik konsumen, situasi dan produk (Munir dalam Rahman, 2013). Dengan kata lain, pada tingkat harga tertentu yang telah dikeluarkan, konsumen dapat merasakan manfaat dari produk yang telah dibelinya. Perceived price yaitu sesuatu yang dikorbankan oleh konsumen untuk mendapatkan suatu produk (Zeithmal dalam Bachriansyah, 2010). Seringkali beberapa konsumen mengetahui secara tepat harga suatu produk, sedangkan yang lainnya hanya mampu memperkirakan harga berdasarkan pembelian masa lampau. Sementara itu Sweeney, Soutar dan Johnson (2001) menjelaskan bahwa faktor-faktor seperti kualitas, tanggapan emosi, harga dan status sosial merupakan dimensi dari perceived value. Kualitas dilihat dari beberapa aspek produk tersebut dibuat, sedangkan tanggapan emosi lebih berkaitan perasaan konsumen setelah membeli suatu produk. Dalam membeli suatu produk konsumen tidak hanya mempertimbangkan kualitasnya saja, tetapi juga memikirkan kelayakan harganya (Sweeney dalam Bachriansyah, 2010). 19 Harga merupakan salah satu elemen bauran pemasaran yang membutuhkan pertimbangan cermat. Ini dikarenakan adanya sejumlah dimensi strategik harga dalam hal (Tjiptono, Chandra dan Adriana, 2008) : 1. Harga merupakan pernyataan nilai dari suatu produk. Nilai adalah rasio atau perbandingan antara persepsi terhadap manfaat dengan biaya-biayayang dikeluarkan untuk mendapatkan produk. 2. Harga merupakan aspek yang tampak jelas (visible) bagi para pembeli. 3. Harga adalah determinan utama permintaan. Semakin mahal harga semakin sedikit jumlah permintaan atas produk bersangkutan. 4. Harga bersifat fleksibel, artinya dapat disesuaikan dengan cepat. Harga adalah elemen yang paling mudah diubah dan diadaptasikan dengan dinamika pasar. 5. Harga mempengaruhi citra dan strategi positioning. Konsumen cenderung mengasosiasikan harga dengan tingkat kualitas produk. 6. Harga merupakan masalah utama yang dihadapi oleh para manajer. 3.2 Penetapan Harga Ditinjau dari segi pemasaran, penetapan harga sangat penting, karena setiap harga yang ditetapkan perusahaan akan mengakibatkan tingkat permintaan terhadap produk berbeda. Dalam sebagian besar kasusnya, biasanya permintan dan harga berbanding terbalik, yakni semakin tinggi harga semakin rendah permintaan. Demikian sebaliknya, semakin rendah harga, semakin tinggi tingkat permintaan terhadap produk (Stanton dalam Rahman, 20 2013) oleh karena itu, penetapan harga yang tepat perlu mendapat perhatian yang besar dari perusahaan. Dalam menetapkan harga pada sebuah produk perusahaan mengikuti prosedur enam langkah (Kotler dalam Sunyoto, 2013): • Perusahaan dengan hati-hati menyusun tujuan-tujuan pemasarannya • Perusahaan menentukan kurva permintaan yang memperlihatkan kemungkinan jumlah produk yang akan terjual per-periode, pada tingkattingkat harga alternative • Perusahaan memperkirakan bagaimana biayab akan bervariasi pada tingkat produksi yang berbeda-beda • Perusahaan mengamati harga-harga para pesaing sebagai pasar untuk menetapkan harga mereka sendiri • Perusahaan memilih salah satu dari metode penetapan harga terdiri penetapan harga biaya plus, analisis pulang pokok dan penetapan laba sasaran, penetapan harga nilai yang diperoleh, penetapan harga yang sesuai dengan laju perkembangan dan penetapan harga dalam sampul tertutup • Perusahaan mempilih harga final Karena produk-produk baru itu menua dalam arti kehilangan sinar keunikannya atau menghadapi peningkatan persaingan dari barang pengganti, maka strategi harga yang sesaui dengan tahap introduksi dari siklus hidup produk, haruslah diperbaiki sesuai dengan berjalannya waktu. Untuk memenangkan sebuah persaingan, maka pihak produsen harus menentukan 21 strategi harga yang tepat bagi produknya. Menurut Indriyo Gitosudarmo dalam Sunyoto (2013) ada dua strategi penetapan harga, yaitu: 1. Strategi harga bagi produk baru Dalam pemasaran penetapan harga tinggi produk baru disebut marketing skimming pricing, sedangkan penetapan harga rendah (murah) pada produk baru disebut market penetration pricing. 2. Strategi harga bauran produk Pada inti strategi penetapan harga untuk bauran produk adalah kebersamaa diantara harga-harga produk secara keseluruhan. Karena penetapan harga untuk bauran produk harus mempertimbangkan masalah biaya produksi dan pasar, di mana biaya produksi dan pasar masing-masing produk berbeda. Strategi harga bauran produk dibagi menjadi 4 yaitu: • Harga garis produk Penetapan harga garis produk adalah menetapkan harga produk menurut jenis produk • Harga produk pelengkap Selain bermacam-macam varian produk yang diproduksi, pihak produsen seringkali memproduksi atau menyediakan produk pelengkap (optional). 22 • Harga produk menawan (captive) Produsen yang menjual produk utamanya saja tanpa menjual produk pelengkap seperti menjual remote tanpa baterai, membeli komputervtanpa program dan lain-lain. • Harga produk sampingan Seringkali perusahaan tidak dapat menghindari untuuk memproduksi produk lain disamping produk utamanya, dan proses produksi tersebut walaupun bukan utama, namun tetap saja pihak produsen harus mengeluarkan biaya. Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli yaitu: a. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian dengan adanya harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang atau jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki. b. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam “mendidik” konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas.Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produksi atau manfaatnya secara 23 objektif.persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi. Swasta dalam Rusman (2013) menjelaskan tingkat harga terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti : 1) Keadaan Perekonomian. Di mana keadaan perekonomian sangat mempengaruhi tingkat harga yang berlaku. 2) Hukum permintaan dan penawaran. Permintaan adalah sejumlah barang yang diminta oleh pembeli pada tingkat harga tertentu. Penawaran yaitu suatu jumlah yang ditawarkan oleh penjual pada suatu tingkat harga tertentu. 3) Elastisitas permintaan. Faktor lain yang dapat mempengaruhi penentuan harga adalah sifat permintaan pasar. 4) Persaingan. Harga jual beberapa macam barang sering dipengaruhi oleh keadaan persaingan yang ada. 5) Biaya. Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan kerugian. 6) Tujuan perusahaan yang hendak dicapai adalah : a. Laba maksimum b. Volume penjualan tertentu c. Penguasaan pasar d. Kembalinya modal yang tertanam dalam jangka waktu tertentu. 24 7) Pengawasan pemerintah. Pengawasan pemerintah dapat diwujudkan dalam bentuk sebagai berikut : penentuan harga maksimum dan minimum, diskriminasi harga, serta praktek-praktek lain yang mendorong atau mencegah usaha-usaha ke arah monopoli. Persepsi harga dibentuk oleh 2 (dua) dimensi utama yaitu : 1) Perceived Quality (Persepsi Kualitas) Konsumen cenderung lebih menyukai produk yang harganya mahal ketika informasi yang didapat harnya harga produknya. Persepsi konsumen terhadap kualitas suatu produk dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap nama merek, nama toko, garansi yang diberikan (after sale services) dan negara yang menghasilkan produk tersebut. a) Persepsi Nama Merek Nama sebuah merek dapat mengindikasikan kualitas suatu produk. Merek yang sudah lama dan memiliki image yang kuat terhadap sebuah produk biasanya akan lebih cepat diingat oleh konsumen. b) Persepsi Nama Toko Dealer Reputasi nama toko/dealer akan menciptakan persepsi konsumen terhadap produk yang ditawarkan, baik dari segi kualitas maupun harganya. Kenyamanan toko, layout dan kualitas pelayanan yang diterima konsumen akan menimbulkan persepsi tersendiri terhadap reputasi toko/dealer tersebut. 25 c) Persepsi Garansi (After Sale Service) Produk yang menawarkan garansi bagi para konsumennya sering diidentikan dengan produk yang memiliki kualitas tinggi. Konsumen akan merasa lebih tenang dalam menggunakan produk tersebut, karena pihak perusahaan menjamin kualitasnya. d) Persepsi Negara yang Menghasilkan Produk Kualitas sebuah produk sering dikaitkan dengan negara pembuatnya. Oleh karena itu konsumen dapat langsung memiliki persepsi terhadap suatu produk hanya dengan mengetahui dari negara mana produk tersebut berasal. 2) Perceived Monetary Sacrifice (Persepsi Biaya yang Dikeluarkan) Secara umum konsumen menganggap bahwa harga merupakan biaya yang dikeluarkan atau dikorbankan untuk mendapatkan produk. Akan tetapi konsumen mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap biaya yang dikeluarkan meskipun untuk produk yang sama. Hal ini tergantung situasi dan kondisi yang dialami oleh konsumen, dalam hal ini terdapat 3 (tiga) kondisi yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap biaya yang dikeluarkan, yaitu : a) Persepsi terhadap Pajak Konsumen memiliki penilaian yang berbeda terhadap biaya pajak yang harus dibayarkan. Untuk 2 (dua) produk yang berbeda konsumen 26 memiliki penilaian yang berbeda meskipun biaya atau harga yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk tersebut nilainya sama. b) Persepsi terhadap Kewajaran Harga Terdapat 2 (dua) tipe transaksi yang dapat mempengaruhi penilaian konsumen terhadap wajar atau tidaknya harga suatu produk, yaitu : - Konsumen akan menganggap harga yang diterapkan tidak wajar, apabila penjual menaikkan harga produk untuk memperoleh keuntungan dari permintaan yang terus meningkat, penjual menaikkan harga produk karena alasan kelangkaan barang, penjual menaikkan harga produk untuk menutupi biaya produksi yang meningkat. - Konsumen akan menganggap harga yang diterapkan tidak wajar, apabila pada saat transaksi terjadi, ada pembeli lain yang dapat memperoleh harga yang lebih rendah dan kualitas produk yang lebih baik, sedangkan dia sendiri tidak. c) Efek Ekuitas Merek Menurut Kotler dan Armstrong (2006) ekuitas merek adalah : “Efek diferensial positif yang ditimbulkan oleh pengetahuan nama merek terhadap tanggapan pelanggan atas jasa produk tersebut”. Ekuitas merek yang sudah kuat sering dipersepsikan dengan harga yang premium. Konsumen akan bersedia membayar dengan harga yang lebih tinggi untuk memperoleh produk yang berkualitas dan memiliki image merek yang lebih superior. 27 Hubungan persepsi harga dengan kepuasan konsumen. Menurut Kotler dan Garry Amstrong (2008). Istilah harga dapat di artikan sebagai jumlah uang yang di bebankan untuk sebuah produk atau jasa atau jumlah nilai konsumen dalam pertukaran unruk mendapatkan manfaat dan memiliki atau menggunakan produk atau jasa. Apabila persepsi harga pada suatu produk dan mencakup pelayanan telah sesuai dengan harapan dan manfaat produk maka akan meningkatkan kepuasan. Sebaliknya apabila persepsi harga pada produk dan mencakup pelayanan tidak sesuai dengan harapan dan manfaat produk maka akan menimbulkan ketidakpuasan. Hal tersebut dapat berakibat konsumen meninggalkan perusahaan dan akan menjadi konsumen perusahaan pesaing. Hal tersebut akan menyebabkan penurunan permintaan yang pada akhirnya menyebabkan penurunan laba bahkan kerugian. Dalam penelitian yang di lakukan oleh Rifky Febri Windoyo (2009) yang menunjukan bahwa persepsi harga berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen. 4. Brand Trust ( Kepercayaan merek ) Kepercayaan terbangun karena adanya harapan bahwa pihak lain akan bertindak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Kepercayaan pada merek dapat diwujudkan apabila sebuah produk telah memenuhi harapan dan kebutuhan konsumen,dimana merek akan puas terhadap produk tersebut. Kepercayaan akan timbul apabila konsumen telah merasakan kepuasaan karena telah mengkonsumsi atau menggunakan produk dengan 28 merek tertentu. Konsumen yang merasa nyaman dan percaya karena sebuah produk, tidak akan mudah meninggalkan atau mengganti produk tersebut dengan produk merek lain. Oleh karena itu merek juga berperan penting untuk menjadi identitas produk tersebut. Karakteristik merek memainkan peran penting dalam menentukan apakah pelanggan memutuskan untuk percaya terhadap suatu merek atau tidak. Merek-merek yang dikelola dengan baik dan secara professional saja yang mampu menarik perhatian konsumen serta mendorong dan menstimulti konsumen untuk melakukan pembelian bahkan keputusan pembelian ulang. Menurut Delgado (dalam ferrinadewi 2008). Kepercayaan merek adalah harapan akan kehandalan dan intensi baik merek karena itu kepercayaan merek merefleksikan 2 (dua) hal yakni brand reliability dan brand intentions. Menurut Luarn dan Lin dalam Ferrinadewi (2008). Kepercayaan adalah sejumlah keyakinan spesifik terhadap integritas (kejujuran pihak yang di percaya dan kemampuan menepati janji), benevolence (perhatian dan motivasi yang di percaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingan yang mempercayai mereka), competency (kemampuan pihak yang di percaya untuk melaksanakan kebutuhan yang mempercayai) dan predictability (konsistensi perilaku yang di percaya). 29 Brand trust mewakili pengakuan bahwa nilai merek dapat di ciptakan dan di kembangkan dengan cara mengatur bebrapa aspek yang melebihi kepuasan konsumen terhadap kinerja. Menurut Delgdo dan Walzuch dalam ferrinadewi (2008), komponen kepercayaan merek bersandar pada penilaian konsumen yang subyektif atau didasarkan pada beberapa persepsi, yaitu : 1. Persepsi konsumen terhadap manfaat yang dapat diberikan produk/merek. 2. Persepsi konsumen akan reputasi merek, persepsi mereka pada sejauh mana konsumen dapat mengendalikan penjual dan persepsi. Suatu merek harus dapat memberikan kepercayaan terhadap konsumen bahwa merek tersebut benar-benar dapat di percaya. Dengan di bangunnya sebuah brand trust oleh sebuah perusahaan, maka masyarakat akan yakin bahwa produk-produk yang di keluarkan oleh merek tersebut akan mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Ferrinadewi (2008) berpendapat, terdapat tiga aktivitas yang dapat di lakukan oleh perusahaan untuk menumbuhkan kepercayaan konsumen yang dapat di rumuskan sebagai berikut : Achiefing Result Acting With Integriti Demonstrat ion Concern Gambar 2.1 Mendapatkan dan Mempertahankan kepercayaan Level of Trust 30 Achieving result, harapan konsumen tidak lain adalah janji konsumen yang harus di penuhi bila ingin mendapatkan kepercayaan konsumen. Acting with integrity, bertindak dengan integritas berarti adanya konsistensi antara ucapan dan tindakan dalam setiap situasi. Adanya integritas merupakan faktor kunci bagi salah satu pihak untuk percaya akan ketulusan dan pihak lain. Demonstrate Concern, kemampuan perusahaan untuk menunjukan perhatiannya pada konsumen dalam bentuk menunjukan sikap pengertian konsumen jika menghadapi masalah dengan produk akan menumbuhkan kepercayaan dengan merek. Berdasarkan pada penjelasan diatas, btand trust merupakan kepercayaan specific terhadap kinerja suatu merek yang menawarkan kehandalan dan jaminan kualitas serta mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Brand trust juga dapat di artikan sebagai danya sebuah harapan yang tinggi bahwa suatu merek tertentu akan membawa hasil yang positif bagi para pelnggan. Brand trust di mulai dari pengalaman yang lalu dan interaksi karena perkembangannya dipengaruhi oleh proses pengalaman individu dari waktu ke waktu. Ini merangkum pengetahuan dan pengalaman para pelanggan dengan merek tersebut. Sebagai sebuah atribut pengalaman, brand trust di pengaruhi oleh evaluasi pelanggan dari kontak langsung (percobaan pemakaian) atau kontak tidak langsung (periklanan, Word of mouth) dengan merek tertentu. Dari semua kontak tersebut, sumber brand trust yang paling relevan dan penting adalah pengalaman menggunakan barang tersebut. 31 Akhirnya, yang tidak boleh di lupakan perusahaan adalah kenyataan bahwa kepercayaan bersumber dari harapan konsumen akan terpenuhi janji merek. Ketika harapan mereka tidak terpenuhi maka kepercayaan akan berkurang bahkan hilang. Ketika kepercayaa konsumen hilang maka akan sulit bagi perusahaan untuk menumbuhkan kembali. 4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan terhadap merek Sedangkan menurut Lau dan Lee (1999), Kepercayaan terhadap merek, terdiri dari tiga factor, yaitu : 1. Brand Characteristic, berkaitan dengan kepercayaan konsumen terhadap suatu merek. Kepercayaan disini menyangkut tentang kinerja merek dapat diramalakan, mempunyai reputasi dan kompetensi merek, dengan indikator sebagai berikut : a. Merek dengan reputasi tinggi, yaitu merek dengan kualitas yang baik dan mampu bersaing dengan produk lain. b. Merek yang konsisten dengan kualitasnya, yaitu tingkat konsistensi suatu merek dengan menjaga kualitas yang sesuai dengan keinginan masyarakat. c. Merek yang paling banyak memenuhi kebutuhan, yaitu suatu produk yang memiliki kualitas yang baik dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. 2. Company Characteristic, yang ada di balik merek berpengaruh terhadap loyalitas merek. Karakteristik perusahaan merupakan dasar awal 32 pemahaman konsumen terhadap suatu produk. Karakteristik ini meliputi reputasi suatu perusahaan serta integritas perusahaan dibalik merek tersebut. Dengan indikator sebagai berikut : a. Kepercayaan terhadap perusahaan, yaitu suatu tingkat kepercayaan konsumen ataupun pelanggan terhadap perusahaan. b. Perusahaan tidak akan menipu pelanggan, merupkan suatu komitmen yang di pegang teguh oleh suatu peusahaan agar menciptakan loyalitas konsumen. c. Keyakinan pelanggan terhadap produk perusahaan, merupakan wujud dari hasil suatu komitmen perusahaan perusahaan untuk melayani konsumennya dengan baik. 3. Consumer – Brand Characteristic, merupakan totalitas pemikiran dan perasaan individu dengan acuan dirinya sebagai objek sehingga seringkali dalam konteks pemasaran dianalogikan merek sama dengan orang. Konsumen sering kali berinteraksi dengan merek seolah olahmerek tersebut adalah manusia sehingga kesamaan antara konsep diri konsumen dengan merek dapat membangun kepercayaan terhadap merek, dengan indikator sebagai berikut. a. Ada kesamaan merek dengan emosi pelanggan, yaitu antara perusahaan dengan konsumen memiliki keinginan dan tujuan yang sama. b. Merupakan merek favorit, yaitu persepsi konsumen akan suatu merek yang di inginkan tentunya dengan kualitas yang baik. 33 c. Merek yang sesuai dengan kepribadian pelanggan, merupskan suatu persepi konsumen akan merek suatu produk yang di gunakan. 4.1.2 Dimensi kepercayaan merek terdiri dari : a. Brand Predictability (prediktabilitas merek) Brand predictability adalah kemampuan konsumen untuk mengantisipasi dan meramalkan kinerja suatu produk. Konsumen dapat mengantisipasi kinerja produk pada setiap kesempatan penggunanya. Maksudnya, jika pada setiap kesempatan pengguna produk tersebut tidak memuaskan atau tidak sesuai dengan harapan konsumen, maka kosumen akan meninggalkan merek tersebut dan sebaliknya. Prediktabilitas merek dapat meningkatkan keyakinan konsumen, karena konsumen mnegetahui bahwa tidak ada sesuatu yang tidak di harapkan akan terjadi ketika menggunakan merek tersebut. (Kasperson et al., 1992; dalam Lau dan Lee, 1999; dalam Rully Arlan Tjahyadi, 2006) b. Brand Liking (kesesuaian pada merek) Brand liking adalah perasaan suka terhadap suatu merek. Jika konsumen suka terhadap suatu merek, maka konsumen akan berniat untuk berusaha menemukan berbagai informasi tentang merek, yang nantinya akan menimbulkan perasaan yakin atau percaya bagi calon konsumen untuk mengkonsumsi merek tersebut (Rully Arlan Tjahyadi, 2006) 34 c. Brand Competence (kompetensi merek) Brand competence adalah kemampuan suatu merek untuk memcahkan maslah konsumen dalam memenuhi kebutuhannya secara lebih baik dibandingkan produk sejenis lainnya (Rully Arlan Tjahyadi, 2006). Konsumen dapat mengetahui kompetensi suatu merek dari penggunaan secara langsung, komunikasi word of mouth dan komunikasi yang di lakukan oleh pemasar (missal: melalui iklan) serta dengan melakukan perbandingan dengan merek lain. Ketika konsumen yakin dan percaya bahwa merek tersebut dapat memecahkan masalahnya, konsumen akan mempercayakan penangannan masalahnya pada merek tersebut. Karena merek dengan komopetensi yang tinggi akan lebih di percaya dan dipilih konsumen. d. Brand Reputation (reputasi merek) Brand reputation adalah nama baik dari suatu merek. Suatu merek dapat di katakan memiliki reputasi suatu merek, tergantung pada pendapat masyarakat/konsumen menggunakan atau menkonsumsi atau berinteraksi dengan suatu produk. Reputasi merek dapat di kembangkan, bukan saja melalui advertaising dan public relation, tapi juga dipengaruhi oleh kualitas dan kinerja produk (Rully Arlan Tjahyadi, 2006) Pelanggan akan mempersepsikan bahwa sebuah merek memiliki reputasi baik, jika sebuah merek dapat memnuhi harapan mereka, maka reputasi merek yang baik tersebut akan memperkuat kepercayaan pelanggan (Lau dan Lee dalam Yuswo, 2010). 35 e. Tust in The Company (kepercayaan terhadap perusahaan) Trust in the company adalah kepercayaan konsumen terhadap perusahaan yang memproduksi produk yang dibeli. Jika konsumen percaya pada perusahaan maka konsumen akan percaya pada merek atau perusahaan (Rully Arlan Tjahyadi, 2006). Kepercayaan konsumen terhadap perusahaan dapat di pengaruhi oleh reputasi perushaan, besarnya perusahaan, penbagian informasi dan hubungan perusahaan dengan konsumen, seperti: kegiatankegiatan social dimasyarakat yang bertujuan untuk menampakan pertanggung jawaban sosial perusahaan dan adanya customer service pelanggan akan mempersepsikan bahwa sebuah merek memilikireputasi baik, jika sebuah merek dapat memnuhi harapan mereka, maka reputasi merek yang baik tesebut akan memperkuat kepercayaan pelanggan (Lau dan Lee dalam Yuswo, 2010). Hubungan brand trust dengan kepuasan konsumen Asseal (1998) kepuasan konsumen muncul apabila harapan konsumen sesuai dengan keputusan pembelian yang telah dibuat. Kepuasan dapat dirasakan setelah individu membeli dan menggunakan produk atau jasa yang disediakan sebuah perusahaan (Ritongga: 2011). Sedangkan kepercayaan terhadap sebuah brand muncul setelah konsumen membeli dan mengkonsumsi serta merasa puas terhadap suatu produk. 36 5. Kepuasan Konsumen Dari setiap kegiatan yang di lakukan oleh perusahaan pada akhirnya akan bermuara pada nilai yang diberikan oleh konsumen mengenai kepuasan yang akan di rasakan. Menurut Kotler & Keller (2009) menyatakan bahwa kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul setelah membandingkan antara kinerja yang di persepsikan produk (atau hasil) terhadap ekspresi mereka. Jika kinerja gagal memenuhi ekspektasi, konsumen akan tidak puas. Jika kinerja sesuai dengan dengan ekspektsi konsumen akan puas. Jika kinerja sesuai dengan ekspektasi konsumen akan puas, jika kinerja melebihi ekspektasi konsumen akan sangat puas atau senang. Menurut Fandi Tjiptono dkk, (2011) kepuasan bisa diartikan sebagai “upaya pemenuhan sesuatu” atau “membuat sesuatu memadai”. Kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa Latin “satis” (artinya cukup baik, memadai) dan “facio” (melakukan atau membuat). Kepuasan bisa diartikan sebagai “upaya pemenuhan sesuatu” atau “membuat sesuatu memadai”. Oxford advanced learner’s dictionary (2000) mendeskripsikan kepuasan sebagai “the good feeling that you have when you achievied or when something that you wanted to happen does happen”, “the act of fulfilling a need or desire”, dan “an acceptable way of dealing with complaint, a debt, an injury, etc”. Menurut Saladin (2006) kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja 37 suatu produk dan harapan-harapannya dan kepuasan pembeli akan bergantung kepada kinerja karyawan. Harapan konsumen dapat bersumber dari berbagai hal, seperti dari pengalaman pembelian sebelumnya, teman dan informasi pasar. Dari definisi menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan konsumen adalah suatu perasaan senang atau kecewa teradap ketidak sesuaian yang di rasakan atau di harapkan oleh konsumen. 5.1 Alat-alat untuk mengukur kepuasan konsumen Ada beberapa alat untuk mengukur kepuasan konsumen menurut Kotler dalam buku Tjiptono (2007) antara lain : a. Sistem keluhan dan saran Organisasi yang berpusat pada konsumen memudahkan konsumen untuk mengajukan saran dan keluhannya. b. Survey kepuasan konsumen Perusahaan yang responsif akan mengukur kepuasan konsumen secara langsung dengan menjalankan surver secara periodik, karena saat mengumpulkan data kepuasan konsumen sangat bermanfaat jika kesempatan tersebut di pakai untuk mengukur keinginan konsumen untuk membeli kembali dan mengukur kemungkinan atau keinginan untuk merekomendasikan perusahaan atau produk ke orang lain. 38 c. Belanja misterius Perusahaan dapat membayar orang-orang untuk bertindak menjadi calon pembeli untuk melaporkan mengenai titik-titik lemah yang mereka alami saat membeli produk konsumen dan pesaing. Mereka yang menjadi juru belanja misterius ini bahkan bisa menguji bagaimana peronil penjualan perusahaan menangani berbagai situasi. d. Analisis hilangnya konsumen Perusahaan seharusnya menghubungi konsumen yang telah berhenti membeli atau beralih ke pemasok atau perusahaan lain untuk belajar mengapa hal ini terjadi. Bukan saja melakukan wawancara saat konsumen mulai berhenti membeli, melainkan juga memantau tingkat hilangnya konsumen. 5.2 Dimensi Kepusan Konsumen Menurut Irawan (2008) faktor-faktor yang mendorong kepuasan konsumen adalah sebagai berikut: a. Kualitas produk Konsumen puas kalau setelah membeli dan menggunakan produk tersebut ternyata kualitas produknya baik. b. Harga Untuk konsumen yang sensitive, biasanya harga murah adalah sumber kepuasan yang penting karena konsumen akan mendapatkan value for money yang tinggi 39 c. Service Quality Kepuasan terhadap kepuasan konsumen biasanya sulit ditiru. Kualitas konsumen merupakan driver yang mempunyai banyak dimensi, salah satunya yang popular adalah SERVQUAL. d. Emosional faktor Relatif penting karena rasa bangga, rasa percaya diri, simbol sukses, bagian dari kelompok orang penting merupakan contoh emosional value yang mendasari kepuasan konsumen. e. Biaya dan kemudahan Konsumen akan semakin puas apabila relative mudah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan produk atau pelayanan. B. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No JUDUL PENELITI Pengaruh Kepercayaan Panca 1 dan Kualitas Winahyuningsih Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Hotel Griptha Kudus (2010). HASIL PENELITIAN Secara parsial kepercayaan (X1) dan kualitas pelayanan (X2), terbukti memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen (Y) hal ini ditunjukkan dari hasil uji t yang ternyata nilai t hitung masing – masing variabel 10,386 dan 6,808 lebih besar jika dibandingkan dengan nilai t tabel 1,658, maka t hitung terletak di daerah tolak (Ho), artinya hipotesis nihil 40 2 Pengaruh Kualitas Produk dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor (2013). Dewi Wulan Ratna dan Angga Sulistiono. Alumni dan Dosen Program Studi Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan. 3 Analisis Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Produk Sepeda Motor Yamaha V-Ixion Di Kota Malang (2013). Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Kualitas Produk Kepuasan Terhadap Konsumen Minimarket Indomaret Leksana Tahun 2012 (2013). Oktharia Andriyati , Agung Yuniarinto Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi dan Bisnis Analisis Pengaruh Kualitas Produk Dan Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen (Studi Kasus Pada Perumahan Puri Bayu Hadyanto Mulyono, Yoestini , Rini Nugraheni, Mustofa Kamal Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika 4 5 Lina Nurhalimah Pendidikan Ekonomi, Fkip, Universitas Muhammadiyah Purworejo [email protected] (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (HA) diterima. Jadi seluruh hipotesis yang diajukan dalam Pengujian koefisien determinasi menunjukan bahwa kemampuan variabel X1 (kualitas produk) dan X2 (kualitas pelayanan) dalam menjelaskan variability kepuasan pelanggan di Tirta Pakuan Kota Bogor adalah sebesar 57,6% (adjusted r square = 0,759), sedangkan sisanya 42,4% variabel kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh lain variabel-variabel yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Kualitas produk secara signifikan berpengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan sepeda motor Yamaha v-ixion di malang Nilai koefisien determinasi yang disesuaikan (adjusted R2) sebesar 0,150 menunjukkan bahwa sekitar 15% dari variasi kepuasan konsumen dapat diterangkan oleh kualitas pelayanan dan kualitas produk, sedangkan sisanya diterangkan oleh variabel-variabel lain di luar model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas produk dan kualitas layanan mempunyai pengaruh positif dan signifikan 41 Mediterania Semarang) dan (2007) Universitas Diponegoro 6 Pengaruh Kualitas Produk Dan Harga Terhadap Kepuasan Konsumen Pakuwon Asri Resident Kendal Kaliwungu, (2013). 7 Pengaruh Analisis Kualitas Pelayanan Dan Persepsi Harga Terhadap Kepuasan Konsumen Dalam Menggunakan Jasa Pada Oryza Tour (2012) Kualitas Produk Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen Kentucky Fried Chicken Semarang Candi (2012) 8 Bisnis terhadap kepuasan Pengaruh konsumen. dari kualitas produk kepuasan terhadap konsumen sebesar 0,548, sedangkan pengaruh dari kualitas layanan terhadap kepuasan konsumen sebesar 0,381. Riska Dwi Silviana Kepuasan konsumen Sari, Sri Suryoko, terhadap suatu produk Reni Shinta Dewi dipengaruhi banyak faktor. Tiap individu mempunyai keinginan dan selera yang berbeda-beda. Kualitas produk dan harga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan konsumen karena konsumen pada masa sekarang ini lebih mengutamakan kualitas pruduk dan harga. Keluhan yang mencerminkan ketidakpuasan konsumen Pakuwon Asri Ressident masih ada. Keluhan yang muncul diantaranya adalah kualitas dinding yang kurang baik. Bunga Caecaria Hasil penelitian kualitas Dwihapsari pelayanan dan persepsi Drs. Suryono Budi harga berpengaruh Santosa, M.M. terhadap kepuasan Universitas konsumen dalam Diponegoro menggunakan jasa pada oryza tour. Ndaru Prasastono dan Sri Yulianto Fajar Pradapa Dosen Program Studi D3 Perhotelan, Program Diploma Kepariwisataan Universitas Stikubank Semarang Kualitas produk dan kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen Kentucky Fried Chicken Semarang Candi. 42 C. Rerangka Pemikiran Dari pemaparan landasan teori diatas, maka dapat di kembangkan suatu Kerangka Pemikiran Teoritis yang dapat di lihat pada Gambar 2.2. sebagai berikut : KUALITAS PRODUK (X1) H1 PERSEPSI HARGA KEPUASAN KONSUMEN H2 (X2) (Y) H3 BRAND TRUST (X3) H4 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis 43 D. HIPOTESIS Bedasarkan kerangka pemikiran yang telah di uraikan tersebut di atas, maka dapatlah di temukan hipotesis sebagai berikut : H1 = Diduga Kualitas Produk berpengaruh positif terhadap Kepuasan Konsumen pada produk Sari Roti H2 = Diduga Brand Trust berpengaruh positif terhadap Kepuasan Konsumen pada produk Sari Roti H3 = Diduga Harga berpengaruh positif terhadap Kepuasan Konsumen pada produk Sari Roti H4 = Diduga Kualitas Produk, Brand Trust dan Harga berpengaruh positif terhadap Kepuasan Konsumen pada produk Sari Roti