jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas

advertisement
AKTIVITAS DAKWAH PERGURUAN
PENCAK SILAT BEKSI BETAWI CIGANJUR
Jl. Sadar IV, Rt. 002/02 no. 4 Ciganjur Jagakarsa,
JAKARTA SELATAN 12630
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Afifah
NIM: 204051002869
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H/2007 M
AKTIVITAS DAKWAH PERGURUAN
PENCAK SILAT BEKSI BETAWI CIGANJUR
Jl. Sadar IV, Rt. 002/02 no. 4 Ciganjur Jagakarsa,
JAKARTA SELATAN 12630
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
Afifah
NIM: 204051002869
Dibawah Bimbingan :
Drs. M. Luthfi Jamal M.Ag.
NIP : 150 268 782
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H./2009 M.
AKTIVITAS DAKWAH PERGURUAN
PENCAK SILAT BEKSI BETAWI CIGANJUR
Jl. Sadar IV, Rt. 002/02 no. 4 Ciganjur Jagakarsa,
JAKARTA SELATAN 12630
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
Afifah
NIM: 204051002869
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H./2009 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “Aktivitas Dakwah Perguruan Pencak Silat Beksi
Ciganjur” telah di ujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Dakwah Dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 03
Maret 2009 Skripsi Ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana program strata satu (S-I) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
(KPI).
Jakarta 03 Maret 2009
Sidang Munaqosyah
Ketua Sidang
Sekertaris
Dr. Murodi, MA
Nip: 150254102
Penguji I
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA
Nip: 150299324
Penguji II
Drs. Suhaimi,M.Si
Nip : 150270810
Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum
Nip : 150244766
Pembimbing
Drs. M. Lutfi, MA
Nip: 150268782
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “Aktivitas Dakwah Perguruan Pencak Silat Beksi
Betawi Ciganjur” telah di ujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Dakwah
Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 03
Maret 2009 Skripsi Ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana program strata satu (S-I) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
(KPI).
Jakarta 03 Maret 2009
Sidang Munaqosyah
Ketua Sidang
Sekertaris
Dr. Murodi, MA
Nip: 150254102
Penguji I
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA
Nip: 150299324
Penguji II
Drs. Suhaimi,M.Si
Nip : 150270810
Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum
Nip : 150244766
Pembimbing
Drs. M. Lutfi, MA
Nip: 150268782
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar
Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 5 September 2008
Afifah
ABSTRAK
Afifah
Aktivitas Perguruan Pencak Silat Beksi Betawi di Ciganjur.
Dakwah sebagai bahasa yang universal, ternyata tidak hanya dapat
diterjemahkan kedalam kegiatan yang dilakukan didalam ruangan yang
identik dengan pakaian formal seperti baju kurung ataupun baju koko.
Dakwah kali ini dilakukan dengan memadukan dakwah itu sendiri
dengan seni bela diri, hal tersebut yang membuat penulis tertarik untuk
meneliti dan menjadikannya sebagai bahan skripsi.
Pencak Silat Beksi yang merupakan kebudayaan asli masyarakat
betawi, memiliki keunikan dibandingkan dengan bela diri daerah lain.
Beksi identik dengan permainan tangan yang melindungi dari empat
arah, sehingga seseorang akan dapat terlindung dengan baik. Sebagai
olah raga yang menyehatkan ternyata Beksi berguna sebagai
pembinaan mental dan spiritual.
Pengembangan mental dicapai karena gerakan yang terdapat
dalam Beksi dilakukan dengan sepenuh hati bukan untuk melukai
seseorang tetapi untuk melindungi diri dari setiap serangan lawan
ataupun dari kejahatan. Dengan prisip utama bahwa Beksi digunakan
bukan untuk melukai tetapi untuk melindungi.
Pembentukan spiritual melalui Beksi, hal tersebut terlihat dari gerakan
dan jurus yang diajarkan memiliki kekuatan yang diambil dari ajaran
Islam. Hal tersebut terlihat dari ajian-ajian yang berlafazkan kalimatkalimat yang berasal dari al-Qur’an dan al-Hadits. Setiap orang yang
belajar beksi diwajibkan unjuk mengamalkan ajaran Islam sebaik
mungkin.
Selain dalam jurus dan gerakan, pendidikan spriritual diperkuat
dengan adanya pengajian yang dilakukan seminggu sekali setiap malam
jum’at. Ustd. Abdul Azis sebagai pengisi pengajian menggunakan
metode pembelajaran kitab. Kitab yang digunakan adalah Fathhul Qorib
yang didalamnya banyak memuat hukum-hukum Fiqh.
Dakwah dalam Perguruan Beksi ternyata dapan memeberikan efek
yang luar biasa kepada masyarakat sekitar, hal tesebut yang membuat
penulis tetarik untuk meneliti dan menjadikan bahan skripsi. Sedangkan
metode yang digunakan penelitian deskriktif kualitatif.
Dari penelitian penulis didapati bahwa pengajian yang diadakan
tidak hanya dihadiri oleh murid perguruan tetapi terbuka untuk umum, di
sini terlihat bahwa dakwah yang dilakukan bukan hanya bertujuan untuk
kalangan tertentu tatapi untuk semua masyarakat.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis merendahkan kepala dan menyerahkan jiwa
raga kepada Sang Agung Yang Maha Pencipta Allah SWT, karena-Nya
dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat kepada
Pengeran
rupawan
berhati
indah, Nabi
Mumammad SAW yang
mengajarkan manusia berakhlaq mulia. Penulis berharap karya tulis skripsi
ini dapat menjadi tulisan yang berguna bagi orang banyak pada
umumnya dan penulis pribadi khsusnya. Amiin.
Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan dari banyak
pihak yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu
penulis, oleh karenanya penulis ingin mengucapkan banyak-banyak
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Murodi, MA. Sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatillah Jakarta.
2. Bapak Drs. M. Luthfi Jamal M.Ag Selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan perhatian dan meluangkan waktunya untuk
mengarahkan dan memberi masukan-masukan yang sangat
berharga bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
3. Ibu Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum. selaku Kordinator Teknis Program
Non Reguler Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Ibu Dra. Hj.
Musyfiroh Nurlaily, M.Ag. sebagai Sekretaris pada Program Non
Reguler Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Serta Fatoni sebagai Staf
Program Non Reguler.
4. Segenap Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, yang telah
memberikan kontribusi ilmunya kepada penulis, semoga ilmu yang
diberikan selalu bermanfaat di setiap waktu.
5. Pimpinan serta segenap Staf Karyawan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Kedua Orang Tuaku yang tercinta ayahanda H. M. Shofi dan
ibunda Hj. Neneng Saidah. yang telah memberikan kasih sayang
dan cintanya kepada penulis sehingga mengispirasi penulis dalam
pembuatan skripsi ini.
7. Kakakku tercinta Hj. Nevy Hilyah Lc., adikku Widad, Kikip dan Iqbal
yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat dikala
susah.
8. Perguruan Silat Beksi Ciganjur, Ustd. Solihin, Ustd. Cholid, Ustd Abdul
Azis, Nurman, Deni, Gina, Bpk Muhammad dan Ummi Kulsum yang
memberikan kemudahan kepada penulis untuk meneliti Perguruan
Silat Beksi.
9. Teman-teman KPI Angkatan 2003 Program Non Reguler yang telah
banyak memberikan bantuan moril kepada penulis.
10. Teman-teman As-Syafi’iyyah Jatiwaringin terutama buat Atiq,
Mahfuz, Poppy, dll yang selama ini telah banyak memberikan
motivasi dalam menyalesaikan skripsi ini.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini, semoga Allah dapat membalas semua kebaikan
yang telah diberikan dan menjadi amal saleh disisi-Nya. Dengan segala
kerendahan hati, penulis menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun, guna kesempurnaan skripsi ini. Karena penulis menyadari
bahwa didalamnya masih banyak kekuranagan-kekurangan. Semoga
karya ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaat. Amin.
Jakarta, 5 September
2008
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN
......................................................................
i
ABSTRAK ..................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR
...............................................................................
iii
.............................................................................................
vi
DAFTAR ISI
BAB
BAB
I
II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.............................
4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................
5
D. Tinjauan Pustaka ..............................................................
6
E. Metodologi Penelitian.......................................................
7
F. Sistematika Penulisan .......................................................
9
LANDASAN TEORI
A. Aktifitas Dakwah ..............................................................
11
1. Pengertian Aktifitas ......................................................
12
2. Pengertian Dakwah.......................................................
13
3. Unsur-Unsur Dakwah ...................................................
18
B. Silat ...................................................................................
30
1. Pengertian Silat .............................................................
30
2. Sejarah Silat ..................................................................
33
3. Silat Sebagai Media Dakwah........................................
36
BAB
III GAMBARAN UMUM PERGURUAN PENCAK SILAT BEKSI BETAWI
CIGANJUR JAKARTA SELATAN
A. Sejarah dan Latar Belakang ............................................
39
B. Landasan, Tujuan dan Prinsip Dasar .................................
40
C. Visi dan Misi
41
.....................................................................
D. Struktur Organisasi ...........................................................
42
E. Prestasi ...............................................................................
44
F. Profil Penceramah ..............................................................
45
BAB
IV ANALISIS AKTIVITAS DAKWAH PERGURUAN PENCAK SILAT BEKSI
BETAWI CIGANJUR JAKARTA SELATAN
A. Unsur-Unsur Dakwah Perguruan Silat Beksi ...................
47
B. Aktivitas Dakwah Pencak Silat Beksi
…………………..
48
C. Analisis Aktivitas Dakwah Pencak Silat Beksi ……..……
49
D. Ruang Lingkup Kegiatan...................................................
56
E. Hambatan dan Kendala yang Dihadapi................................
58
BAB
V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................
60
B. Saran ...................................................................................
60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Islam adalah agama yang berisi dengan petunjuk-petunjuk agar
manusia secara individual menjadi manusia yang baik, beradab dan
berkualitas. selalu berbuat baik, sehingga mampu membangun sebuah
peradaban yang maju dan sebuah tatanan kehidupan yang manusiawi
dalam arti penindasan dan berbagai kehawatiran.1
Kehadiran dakwah dalam kehidupan sehari-hari kini memiliki porsi
yang besar, terlebih ketika
media elektronik mulai
melirik
untuk
menayangkan beberapa acara yang bersifat dakwah seperti sinetron
maupun
pengajian
Ramadhan.
yang
Walaupun
tidak
hanya
demikian,
bukan
ditayangkan
berarti
pada
dakwah
bulan
dengan
menggunakan metode tradisional ditinggalkan. Justeru dakwah dengan
metode
tradisional
tradisional dalam
memiliki
porsi
berdakawah
tersendiri
diantaranya
didalamnya.
dengan
Metode
mengadakan
penngajian dari rumah-kerumah maupun yang menggunakan media
masjid atau majlis sebagai tempat berdakwah. Para ulama terdahulu
menggunakan metode dakwah dengan mendatangi tempat-tempat
1
Moh. Ali Azis, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2004), Cet. Ke-1, h..1.
yang dapat digunakan untuk berdakwah sehigga dapat langsung
berhadapan dengan mad'unya.
Apabila melihat ke belakang, Kh. Abdullah Syafi’i menggunakan
metode berdakwah berpidah-pindah tanpa terbatas ruang dan waktu.
Salah satu yang dilakukan beliau adalah ketika berdakwah dipasar-pasar
ataupun ditempat umum. Hal tersebut membuktikan bahwa dakwah
adalah kegiatan yang dapat dilakukan
kapan saja dan dimana saja
1
tanpa harus melihat kepada siapa dakwah itu disampaikan.
Pada dasarnya dakwah adalah segala bentuk aktivitas penyampaian
ajaran Islam kepada orang lain dengan1 berbagai cara yang bijaksana,
untuk menciptakan individu dan masyarakat yang menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam dalam semua tatanan kehidupan2
Agar ajaran Islam dapat tersebar kepada seluruh manusia sehingga
apa yang yang di inginkan tentunya dapat tercapai hingga sampai
pada maksud yang dinamakan dakwah, dengan masuknya Islam dalam
sejarah agama umat manusia mencoba meyakinkan umat manusia
tentang kebenaran dan meyeru manusia agar menjadi penganutnya.
Dakwah berupaya agar manusia selalu berubah menjadi kaum yang
lebih baik, dalam makna selalu meningkatkan situasi dan kondisinya baik
lahir maupun batinnya. Berupa kegiatan yang masuk ke dalam kerangka
2
Ibid, h. 11.
ibadah dan diharapkan dapat mencapai kesejahteraan, kebahagiaan
lahir dan memperoleh ridha Allah SWT.3
Dalam
berdakwah
ternyata
tidak
hanya
dilakukan
dengan
berceramah, melainkan dapat pula dilakukan dengan mendalami seni
bela diri terutama oleh anak lelaki merupakan sebuah hal yang menjadi
keharusan, oleh karenanya bukanlah hal yang aneh jika dahulu banyak
anak lelaki yang mengisi waktunya dengan belajar bela diri. Hal tersebut
yang mendorong para guru silat memasukkan nilai-nilai islam dalam
latihan yang diberikan kepada muridnya. Sehingga bela diri tidak hanya
bertujuan untuk melindungi diri, tetapi juga sebagai salah satu alat untuk
melindungi diri dari perbuatan negatif yang melanggar agama dan
dibenci masyarakat.
Dakwah dapat menggunakan media apa saja tanpa terkecuali Seni
Beladiri Beksi, oleh karenanya olah raga Seni Beladiri Beksi yang
merupakan khasanah betawi dan merupakan budaya bangsa. Silat Beksi
mengandung banyak nilai-nilai luhur di dalamnya, diantaranya dengan
banyak memasukkan nilai-nilai Islam dalam
pengajarannya. Misalnya;
selalu berwudhu sebelum melakukan latihan silat.
Di
dalam silat Beksi mereka menemukan spiritual yang lebih
mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, dapat pula melatih kepekaan
3
DR. Wardi Bachtiar, Metedologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos, 1997),
Cet. Ke-1, h. 38.
indrawi, mengolah kelebihan dan kelenturan anatomi tubuh dan
mempelajari sebanyak-banyaknya pertanda alam yang ada disekeliling.
Banyak hal positif yang di dapat dari Beksi, pembentukan mental yang
kuat dengan kepribadian yang baik menjadi tujuan utama. Pada
dasarnya Beksi merupakan sebuah seni, yang banyak mengajarkan
kepada kita tentang hidup yang seimbang dan sederhana. Ada
beberapa kegiatan yang memiliki nilai luhur diantranya: pengajian setiap
malam Jum’at yang menjadi jadwal rutin setiap minggunya.
Hal yang positif inilah yang membuat masyarakat umumnya dan
anak-anak Betawi khususnya merasa harus mendalami silat Beksi, selain
untuk melindungi diri dari kemungkinan terburuk tetapi juga menjaga jiwa
dari perbuatan yang dilarang agama.
Di dalam kegiatan tersebut termasuk paradigma yang dinamakan
“Syumuliyatud
dakwah”
yang
artinya
kelengkapan
berdakwah,
dikarenakan Islam tidak pernah memilah-milah objek dan sasaran
dakwah, asalkan saja hal itu dapat menghasilkan nilai-nilai yang positif
yang menunjang suksesnya dakwah. 4
Berdasarkan uraian latar belakang dan pokok pikiran di atas, penulis
tertarik untuk melakukan pengkajian dan penelitian secara mendalam
dan selanjutnya dijadikan sebagai pembahasan skripsi dengan judul :
4
Mustafa Mansur, Jalan Dakwah, (Jakarta : Pustaka Utama, 1994), Cet. Ke-1. h.. 23.
“AKTIVITAS
DAKWAH
PERGURUAN
PENCAK
SILAT
BEKSI
BETAWI
di
CIGANJUR”
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1. Perumusan Masalah
Sekarang,
banyak
orang
yang
menyampaikan
dakwahnya
dengan berbagai caranya, salah satunya terdiri dari Billisan, bil qalam,
bil hal, kemudian mengelola hasil dakwah yang di dapatkan ke dalam
lembaga-lembaga Islam secara efisien dan efektif agar tepat kepada
sasaran yang akan dituju. Hal
tersebut memudahkan dalam
menganalisa dakwah yang dilakukan.
2. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis membatasi
permasalahnnya pada aktivitas dakwah yang dilakukan perguruan
Pencak Silat Beksi terhadap anggotanya yang berlokasi di wilayah
Ciganjur, Jakarta-Selatan agar tidak melebarnya permasalahan yang
dibahas dalam skripsi ini.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka secara spesifik penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Apa unsur-unsur dakwah Perguruan Silat Beksi?
b. Aktivitas dakwah apa saja yang dilakukan Perguruan Silat Beksi
di Ciganjur?
c. Analisis aktivitas dan kegiatan Perguruan Silat Beksi yang
berhubungan dengan dakwah Islam?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan pembatasan dan perumusan yang sudah dipaparkan
di atas maka tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari penelitian skripsi
ini sebagai berikut:
a. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan menggambarkan aktivitas Dakwah
yang dilakukan Perguruan Pencak Silat Beksi di Ciganjur.
2. Untuk mengetahui dan mendapatkan informasi yang objektif
mengenai hambatan dan kendala terhadap aktivitas dakwah
yang dilakukan Pencak Silat Beksi di Ciganjur.
b. Manfaat Penelitian
1. Manfaat
Akademis,
hasil
penelitian
diharapkan
mampu
memberikan kontribusi positif dalam menunjang berbagai
analisis studi-studi kesenian dan bela diri dalam era sekarang ini,
yang mana studi dan analisis itu dikaitkan dengan aktivitas
dakwah pada masyarakat seperti di perguruan Pencak Silat
Beksi Ciganjur.
2. Secara Praktis, dengan adanya penelitian ini semoga dapat
maningkatkan mutu dan kualitas dalam kegiatan dakwah di
Perguruan Pencak Silat Beksi.
Selain itu hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan teoritis bagi pengembangan sarana penyampaian
dakwah melalui seni bela diri.
D. Tinjauan Pustaka
Penulis menggunakan beberapa rujukan skripsi terdahulu dalam
mendapatkan informasi tentang hal yang berkaitan dengan skripsi yang
sedang ditulis, hal tersebut bertujuan agar tidak adanya kesalahan dalam
mengolah data dan menganalisisnya. Penulis mengmbil beberapa judul
yang berkaitan dengan materi yang diambil oleh penulis, diantaranya:
Gina Fasya, NIM: 102051025455 dengan judul, Aktivitas Hotel Sofyan
Betawi,
Jl.
Cut
Mutia
Jakarta-Pusat.
Kemudian
Syarmuji,
NIM:
103035102515 dengan judul, Aktivitas Dakwah Bil-Lisan Ustad. Muhammad
Fauzi.
E. Metodologi Penelitian
1.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis metode kualitatif,
yaitu suatu pendekatan metode yang berfungsi sebagai prosedur
penelusuran masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan
subjek
dan
objek
penelitian
(seseorang,
lembaga,
masyarakat, dan lain-lain). Berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagai mana adanya.5 Metode ini diambil agar tercapainya hasil
yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Interview
Interview merupakan suatu alat pengumpulan informasi yang
langsung tentang beberapa jenis data. Penulis menggunakan
teknik
interview bebas
terpimpin. Yaitu
peneliti
persiapkan,
kemudian setelah dijawab memberi data dengan bebas dan
terbuka. Interview dilakukan dengan Ketua Perguruan Silat Beksi
Ciganjur dan Penceramah pengajian mingguan untuk melengkapi
data.
b. Observasi
Observasi
adalah
berupa
kegiatan
mengenai
yang
berhubungan dengan pengawasan, peninjauan, penyelidikan,
dan riset. Teknik yang peneliti gunakan dalam observasi ini adalah
yang sifatnya pengamatan. Observasi dilakukan langsung oleh
5
Hadawi Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta : Gajah Mada
University Press, 1998), cet. Ke-8, h.63
penulis untuk mendapatkan data mengenai pengajian yang
diakukan pada setiap malam jumat.
Penulisan melakukan pengamatan langsung di Perguruan Silat
Beksi Ciganjur Jakarta Selatan, diantaranya dengan mengikuti
pengajian pada setiap minggunya dan melakukan pencatatan
sistematis terhadap gaya bahasa, materi, intonasi, dan body
languence yang digunakan Ustad Cholid dalam menerapkan
dakwahnya kepada murid-murid Perguruan dan masyarakat
umum, sehingga peneliti mendapatkan data yang diperlukan.
c. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan menginvestasi dokumendokumen yang relevan dan terkait dengan permasalahan yang di
teliti. Yaitu mempelajari dan menganalisa bahan-bahan berupa
tulisan atau gambar yang diambil dari buku, arsip-arsip, fhoto-fhoto
dan yang lain sebagainya untuk penguat atas kebenaran data
yang diperoleh melalui observasi dan interview.
d. Subjek dan Obyek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber-sumber tempat memperoleh
keterangan.6 Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah
Perguruan Silat Beksi Ciganjur. Sedangkan objeknya adalah
pengajian
6
mingguan.
Dan
untuk
itu,
penulis
mengadakan
Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: Rajawali Press, 1968), h. 92.
kunjungan langsung ke Perguruan Silat Beksi Ciganjur Jakrta
Selatan tepatnya.
e. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilakukan selama dua bulan atau sekitar
empat belas kali pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam
rentang waktu selama 3 bulan, yakni dari tanggal 10 april sampai
10 juni 2007. Yang bertempat di: Jl. Sadar IV, Rt. 002/02 no. 4
Ciganjur Jagakarsa, JAKARTA SELATAN 12630.
f.
Teknik Penulisan
Mengenai teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku
Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press, tahun 2007.
3. Jenis Penelitian
Dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif., yakni penelitian yang
dilalui dengan proses observasi, pengumpulan data yang akurat
berdasarkan fakta di lapangan di sertai wawancara dengan
narasumber. Adapun metode yang digunakan adalah analisis
deskriptif, yaitu menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan
dianggap akurat serta menuangkannya dalam konteks penulisan
skripsi ini.
F. Sistematika Penulisan
Setelah penulis mendapatkan dan menganalisa data dan inforamasi
sesuai permasalahan penelitian, maka selanjutnya diuraikan dalam
bentuk tulisan dan pemaparan tulisan dan pemaparan tersebut secara
sistematika disusun melalui beberapa sub bab.
Bab Pertama, pendahuluan akan membahas tentang latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab Kedua, Tinjauan teoritis yang terdiri dari pengertian aktivitas,
pengertian dakwah, unsur-unsur dakwah, pengertian silat, tujuan dan
fungsi silat, dan bentuk-bentuk silat.
Bab Ketiga, Gambaran Umum Perguruan Silat Beksi, yang terdiri dari
sejarah dan latar belakang berdirinya, visi,misi, dan tujuan, struktur
organisasi.
Bab Keempat, Analisis Dakwah Perguruan Silat Beksi di Ciganjur, materi
dakwah, meteri Beksi, hambatan dan tantangan
Dan yang terakhir Bab Kelima, yang merupakan bagian penutup di
kemukakan mengenai kesimpulan hasil penelitian dan saran, kemudian
secara keseluruhan penyusunan skripsi ini diawali dengan lembar
pernyataan, abstrak, kata pengantar dan daftar isi, serta diakhiri dengan
daftar pustaka dan lampiran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Aktivitas Dakwah
Istilah-istilah dakwah dalam al-Quran yang di pandang paling popular
adalah yad’una ila al-khyr ya muruna bil ma’ruf dan yahhayna an almunkar. Dalam konteks ini seorang muslim secara khusus, mempunyai
tanggung
jawab moral
untik
hadir di
tengah-tengah
kehidupan
masyarakat sebagai figure bukti dan saksi kehidupan islami, umat pilihan
yang mampu merealisasikan nilai-nilai pesan Illahi, yaitu menyatakan dan
menyerukan
al-khayr,
sebagai
kebenaran
prinsipil
dan
universal,
melaksanakan dan menganjurkan al-ma’ruf, yakni nilai-nilai kebenaran
cultural serta menjauhi dan mencegah kemunkaran. Di samping istilah
lain yang dipandang berkaitan dengan tema umum dakwah seperti
tabliqh (penyampaian), tarbiyah (pendidikan), ta’lim (pengajaran),
tabsyir (penyampaian serta gembira), tandzim (penyampaian ancaman).
Tausyhiah (nasehat), tadzkir dan tanbih (peringatan). Adanya istilah-istilah
ini terdapat pesan-pesan moral Illahi yang perlu terus menerus di
perjuangkan.
Dari uraian diatas aktivitas dakwah dapat diartikan sebagai benrtuk
kegiatan yang mengarah kepada perubahan terhadap sesuatu yang
belum baik agar menjadi baik dan kepada sesuatu yang sudah baik agar
menjadi lebih baik lagi.
11
1. Pengertian Aktivitas
Aktivitas menurut kamus besar bahasa Indonesia “aktivitas” adalah
keaktifan, kegiatan atau kesibukan atau bias juga salah satu kegiatan
kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian sesuatu organisasi.7
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali aktivitas, kegiatan atau
kesibukan yang dilakukan manusia, namun berarti atau tidaknya
kegiatan tersebut bergantung pada individu tersebut. Karena menurut
Samuel Soehoe sebenarnya aktivitas bukan hanya sekedar kegiatan,
beliau
mengatakan
bahwa
aktivitas
dipandang
sebagai
usaha
mencapai atau memenuhi kebutuhan.
Salah satu kebutuhan manusia adalah menuntut ilmu untuk menjadi
pintar dan pandai. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka manusia
harus belajar dengan cara bersekolah, mengunjungi majelis atau tempattempat ilmu atau bisa juga dengan cara membaca buku, berdiskusi dan
7
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai
Pustaka, 1990), Cet. Ke-3. h.17.
lain sebagainya. Ternyata untuk memenuhi satu kebutuhan saja manusia
harus melakukan berbagai kegiatan atau melakukan aktivitas.
Seseorang yang ingin mendalami ilmu agama dan ingin membangun
atau berinteraksi dengan masyarakat yang islami misalnya, tentu ia harus
melakukan aktivitas yang membantu tercapainya keinginan tersebut.
Seperti
membaca
buku-buku
Keagamaan,
mengikuti
pengajian-
pengajian atau melakukan diskusi-diskusi tentang keagamaan dan
kemasyarakatan.mengkaji norma-norma ajaran islam tentang hubungan
sesame manusia dan tak kalah pentingnya adalah mengadaptasikan
atau menerapkan ajaran ilmu yang telah diperoleh kedalam kehidupan
yang nyata.
2.
Pengertian Dakwah
Pengertian Dakwah dalam bahasa Arab merupakan bentuk masdar dari kata
kerja (fi’il) da’a, yad’u, da’watan yang berarti menyeru, memanggil, dan
mengajak.8 Kemudian Toha Yahya Oemar juga sependat mengatakan kata
dakwah berasal dari bahasa arab, dan dalam bahasa Indonesia dipahami sebagai
“ajakan, seruan, panggilan, dan undangan kepada ajaran Tuhan”.9 Bila dipahami
dari berbagai sudut pandang terlihat bahwa esensi dakwah Islam sesungguhnya
kegiatan dan upaya mengajak manusia atau orang lain agar kembali kepada
8
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989), h. 127.
9
Toha Yahya Oemar, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Widjaya, 1992), cet. Ke-5, h. 1.
kasucian, agar menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya secara
utuh dan menyeluruh (kaffah).
Secara terminologis (istilah), para pakar memiliki pengertian yang
berbeda-beda dalam mengartikan apa itu dakwah. Namun pada
dasarnya mereka memiliki dasar yang sama yaitu: "Menyerukan agar
umat Islam melakukan perbuatan amar ma'ruf dan menjauhkan yang
mungkar". Berikut pengertian yang diberikan oleh Syed Qutb, dakwah
adalah; "Mangajak atau menyerukan lain masuk kedalam sabilillah (jalan
Allah), bukan untuk mengikuti da'i atau bukan pula untuk mengikuti
kelompok orang.10
Kata dakwah yang berarti memanggil, menyeru, mengajak terdapat
dalam al-Qur'an, seperti dalam surat al-Baqarah ayat 221:
" !
#$%&'
-#.#/'012 ()#*'☺'!
-#.#7!8
3456!
;<3=:>
9%:#
CDDEF )?@⌧B7
Artinya: "mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke syurga dan
ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayatNya(perintah-perintah-Nya) kepada manusia agar mereka mengambil
pelajearan. (Qs. Al-Baqarah: 221).
Kemudian dalam surat an-Nahl ayat 125 disebutkan::
10
Syed Quth, FiDhilal al-Qur'an, (Beirut: Ihya al-Turatsi al-Araby, 1976), Jilid V, h. 110.
2! FKBLM J 8GI
#$☺O#'P2
#$!RS$'P #$Q#;☺'!
Y#Z VWX?2 T3='#U!
!>Z \2! J 3[RS.
[
KRE
[☺2
]T:
]T:
!>Z!
-#BLM
CEDF 4^#7=3☺'2
Artinya: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk”. (QS. Al-Nahl: 125).
Menurut KH. Didin Hafifuddin: dakwah adalah sebagai proses yang
berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk
mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan
secara bertahap menuju kepribadian yang islami. Suatu proses yang
berkesinambungan adalah suatu yang bukan insidental atau kebetulan,
melainkan benar-benar direncanakan, dilaksanakan, dievaluasi secara
terus menerus oleh para pelaku dakwah dalam rangka merubah perilaku
sasaran dakwah dengan tujuan-tujuan yang dirumuskan.11
Asmuni Syukir membagi pengertian dakwah ke dalam dua sudut
pandang, yaitu pengertian dakwah yang bersifat pembinaan dan
pengertian yang bersifat pengembangan. Pengertian dakwah yang
11
Didin Hafifuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), Cet. Ke-1, h. 77.
bersifat pembinaan adalah suatu usaha mempertahankan, melestarikan,
dan menyempurnakan umat manusia agar mereka tetap beriman
kepada Allah. Dengan menjalankan syari'at-Nya sehingga, mereka
menjadi manusia yang hidup paling bahagia di dunia dan akhirat.
Pengertian yang bersifat pengembangan adalah usaha mengajak
manusia yang beriman agar mentaati syariat Islam (memeluk agama
Islam), supaya nantinya dapat hidup bahagia sejahtera di dunia dan
akhirat.12
M. Natsir memberikan pengertian tentang dakwah adalah; usaha
menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan
seluruh umat tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia
yang meliputi amar ma'ruf nahi munkar. Dengan berbagai macam media
dan
cara
yang
diperbolehkan
Allah
SWT
dan
membimbing
pengalamannya dalam perikehidupan perseorangan, berumah tangga,
bermasyarakat dan bernegara.13
H. Endang S. Anshari mengatakan, dakwah dalam arti terbatas ialah
menyampaikan Islam kepada manusia secara lisan, maupun secara
tulisan, ataupun secara lukisan (panggilan, seruan, ajakan, kepada
manusia pada Islam). Sedangkan dakwah dalam arti luas ialah
penjabaran, penterjemahan, dan pelaksanaan Islam dalam kehidupan
dan penghidupan menusia (termasuk didalamnya politik, ekonomi, sosial,
12
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: al-Ikhlas, 1983), h. 20.
13
Muhammad Natsir, “Fiqh Dakwah” Dalam Majalah Kiblat, (Jakarta, 1971) h. 7.
pendidikan,
ilmu
pengetahuan,
kesenian,
kekeluargaan,
dan
sebagainya).14
S.M. Nasaruddin Latif memberikan pengertian dakwah yaitu: ”usaha
atau aktivitas dengan lisan atau tulisan dan lainya yang bersifat menyeru,
mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah
SWT sesuai dengan garis-garis aqidah syariat serta akhlaq Islamiah.15
Lain hal lagi dengan Syekh Ali Mukti yang memberikan pengertian
dakwah sebagai upaya yang mendorong manusia agar berbuat
kebajikan dan menuruti petunjuk, menyerukan mereka berbuat kebajikan
dan
melarang
dari
perbuatan
munkar
agar
mereka
mendapat
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.16
Sementara itu Prof. Dr. Quraisy Syihab mendefinisikan dakwah sebagai
seruan atau ajakan kepada keinsyafan, atau usaha mengubah situasi
tertentu kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap
pribadi maupun masyarakat dan dakwah seharusnya berperan dalam
pelaksanaan ajaran Islam sacara lebih menyeluruh dalam berbagai
aspek kehidupan.17
14
15
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1986), h. 31-32.
Nasaruddin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiah, (Jakarta: Firman Dara, 1979)
h.11.
16
Syekh Ali Mahfuz, Hidayat al-Mursyidin, Terjemahan: Chadijah Nasution,
(Yogyakarta: Tiga A, 1970). H.17.
17
Quraisy Syihab, Membumikan al-Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan , 1998), Cet. Ke-17, h. 194.
Istilah-istilah dakwah dalam al-Qur’an yang dipandang paling popular
adalah
menyerukan
kemungkaran.
Dalam
kepada
kebaikan
konteks
ini
dan
seorang
melarang
muslim
kepada
secara
khusus,
mempunyai tanggung jawab moral untuk hadir di tengah-tengah
kehidupan masyarakat sebagai bukti dan saksi kehidupan islami, umat
pilihan yang mampu merealisasikan nilai-nilai pesan dalam ajaran Islam,
yaitu menyatakan dan menyerukan al-khayr, sebagai kebenaran prinsipil
dan universal, melaksanakan dan menganjurkan al-ma’ruf. Yakni nilai-nilai
kebenaran kultural serta menjauhi dan mencegah kemunkaran.
Di samping istilah lain yang dipandang berkaitan dengan tema umum
dakwah seperti tabliqh (penyampaian), tarbiyah (pendidikan), ta’lim
(pengajaran),
tabsyir
(penyampaian
berita
gembira),
tandzim
(penyampaian ancaman). Tausyhiah (nasehat), tadzkir dan tanbih
(peringatan). Adanya istilah-istilah ini terdapat pesan-pesan moral.
Dari uraian di atas aktivitas dakwah dapat diartikan sebagai benrtuk
kegiatan yang mengarah kepada perubahan terhadap sesuatu yang
belum baik agar menjadi baik dan kepada sesuatu yang sudah baik agar
menjadi lebih baik lagi. Allah telah menggariskan dakwah di dalam alQur'an dan as-Sunnah sebagai landasan berfikir dan hukum dalam
berdakwah.
Dakwah
bertujuan
untuk
memanggil
kepada
syariat
dan
memecahkan persoalan hidup, baik persoalaan hidup perseorangan
atau persoalan rumah tangga, berjamaah, bermasyarakat, berbangsa,
bersuku bangsa, bernegara dan antar Negara. Dakwah juga bertujuan
memanggil kepada fungsi hidup manusia sebagai hamba Allah di atas
dunia yang berbentang luas ini yang berisikan manusia berbagai jenis
dan bermacam kepercayaannya, yakni fungsi sebagai syuhada ala annas, menjadi pelopor dan pengawas bagi umat manusia. Dakwah juga
dapat memanggil kepada tujuan hidup yang hakiki, yakni menyembah
Allah.18
Dakwah merupakan satu rangkaian kegiatan atau proses dalam
rangka mencapai suatu tujuan tertentu, tujuan ini dimaksudkan untuk
memberi arah atau pedoman bagi serak langkah kegiatan dakwah.
Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia.19
Dari keterangan di atas penulis melihat dakwah sebagai bahasa yang
universal, dimana dakawah dapat dilakukan dengan banyak orang
ataupun dengan perorangan. Indonesia sebagai bangsa yang memiliki
jumlah muslim terbesar populasinya di dunia menjadi sorotan banyak
mata. Terlebih lagi banyak pihak yang ingin menggoyah Islam di
Indonesia, melihat hal tersebut dakwah memiliki porsi
yang sangat
penting. Bukan hanya sebagai menjaga agama tetapi juga untuk
menjaga negara.
3. Unsur-Unsur Dakwah
18
M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta: Gema Insanj Pres,1999). Cet. Ke-1,
hal.70.
19
Hafi Anzhari, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya, al-Ikhlas), hal.140.
Unsur-unsur dalam dakwah tidak dapat dipisahkan begitu saja
mengingat banyaknya pembagian yang menjadi bagian penting dalam
dakwah. Penulis melihat, bahwa ada kesamaan yang amat sangat
mendasar antara teori yang digunakan oleh para ulama atau pun para
cendikiawan muslim dengan Laswell tentang unsur komunikasi atau
dakwah. Jika Laswell mengatakan S-M-C-R=Ef, maka dalam dakwah ada
istilah da'i (pelaku dakwah), mad'u (mitra dakwah), maddah (materi
dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah (pesan dakwah) dan atsar
(efek).
Berikut merupakan pembagian unsur-unsur dakwah:
a. Da'i (Pelaku Dakwah)
Rasanya sebutan da'i bukanlah hal yang asing bagi sebagian
besar masyarakat saat ini, hal tersebut dapat dilihat ketika beberapa
media
menggunakan
kata
da'i
dalam
pengistilahan
seorang
penceramah. Namun, yang dimaksud dengan da'i itu sendiri adalah;
“orang yang melaksanakan dakwah baik menggunakan media
tulisan ataupun lisan dan biasanya disertai dengan perbuatan”.
Pengaplikasian dari dakwah yang disampaikan seorang da'i dapat
bersifat personal (individu) atau kelompok (organisasi, lembaga dll).
Seorang da’i sebagai pelaku ceramah menyampaikan pesan
dakwah
kepada
penyampaian
mad’u.
pesan
Apabila
dilakukan
dalam
sedemikian
proses
rupa
komunikasi
sehingga
menimbulkan dampak tertentu (dampak kognitif, afektif, behavioral),
maka aktivitas dakwah bertujuan langsung mengajak manusia untuk
mengenal Tuhannya, mempercayai-Nya sekaligus mengikuti petunjukNya.20
Pandangan yang paling khas dalam komunikasi manusia adalah
konsep tentang mekanistis, dalam artian, umpan balik merupakan
pesan yang dikirimkan kembali dari seorang penerima kepada
narasumber.21 Ceramah adalah bagian dari teknik dakwah, yang
secara bahasa merupakan salah satu yang mengundang makna
percakapan, ceramah (retorika) atau pidato atau suatu teknik dan
metode dakwah yang banyak diwarnai karakteristik bicara oleh
seorang da’i pada suatu aktivitas dakwah.22
Ceramah tidak terlepas dari pengertian dakwah bahkan ceramah
adalah bagian dari teknik dakwah, yang secara bahasa merupakan
salah
satu
yang
mengandung
makna
percakapan,
ceramah
(retorika). Ceramah artinya seruan atau ajakan kepada keinsyafan
atau usaha untuk mengubah situasi yang baik kepada yang lebih baik
dan sempurna. Baik kepada pribadi maupun kepada masyarakat.
Secara terminologi, ceramah merupakan suatu metode dakwah yang
banyak diwarnai karakteristik bicara seorang khatib (komunikator)
20
Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), h. 66.
Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1989), h. 406.
22
Ahmad Subandi, Ilmu Dakwah Pengantar ke Arah Metodologi, (Bandung: Yayasan
Syahidah, 1995), h. 134.
21
atau da’i pada suatu aktivitas dakwah.23 Oleh karena itu penguasaan
keterampilan bicara di depan orang banyak merupakan hal pokok
untuk mempengaruhi para pendengar agar menerima, mengikuti dan
mengamalkan isi pesan yang disampaikan oleh khatib.
Nassaruddin Lathief mendefinisikan bahwa da'i itu ialah "muslim
dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok
bagi tugas ulama. Ahli dakwah ialah wa'ad. Mubaligh Mustama'in
(juru penerang) yang menyeru mengajak dan memberi pengajaran
dan pelajaran agama Islam".24
Menurut penulis, bahwa seseorang da’i tidak hanya dibatasi pada
perkerjaan dakwah semata tetapi aapabila seseorang mengajak
kepada kebaikan dan kemaslahatan. Maka orang tersebut dapat
dikatakan da’i.
M.
Natsir,
"Pembawa
dakwah
memperingatkan atau memanggil
merupakan
orang
yang
supaya memilih jalan yang
membawa pada keuntungan".25
Hasyimi, juru dakwah adalah penasihat, para pemimpin dan
pemberi
ingat,
yang
memberi
nasihat
dengan
baik
yang
mengarahkan dan berkhotbah, yang memusatkan jiwa dan raganya
dalam wa'ad dan wa'id (berita gembira dan berita siksa) dan dalam
23
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 104.
Nassaruddin Lathief, Teori dan Praktek Dakwah, (Jakarta: Firma Dara, tt), h. 20.
25
M. Natsir, Fiqhud Dakwah, (Jakarta: Dewan Islamiyah Indonesia) h. 125.
24
membicarakan tentang kampung akhirat untuk melepaskan orangorang yang karam dalam gelombang dunia.26
Namum pada dasarnya semua pribadi muslim itu berperan secara
otomatis sebagai mubaligh atau orang yang menyampaikan atau
dalam bahasa komunikasi dikenal sebagai komunikator. Untuk itu
dalam komunikasi dakwah yang berperan sebagai da'i atau mubaligh
ialah:
a. Secara umum setiap muslim yang baligh, berakal, sehat
jasmani
dan
menyampaikan
pengetahuanya
rohaninya.
segala
agar
Memiliki
kewajiban
sesuatu
berguna
bagi
yang
orang
dalam
menjadi
yang
ada
disekitarnya.
b. Secara khusus, kita dapat menyebutkan bahwa panggilan
ulama. Merupakan sebutan yang diberikan kepada orang
yang memiliki keahlian khusus sebagai pendakwah, tentunya
harus
dipenuhi
dengan
pengetahuan
agama
yang
mendalam. 27
Penulis mengambil pemahaman dari dua pengertian atas, bahwa
pengertian di atas memiliki satu tujuan yang sama diantaranya
adalah
menyampaikan
apa-apa
yang
menjadi
pengetahuan
tentang Islam kepada semua masyarakat tanpa terkecuali. Dalam
26
27
A. Hasyimi, Dustur Dakwah Menurut al-Qur'an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h. 162.
Toto Tasmara, Ibid, h. 41-42.
betasan baligh penulis agak kesulitan melihat saat ini banyak anakanak yang belum baligh menyampaikan pesan dakwah dalam
bentuk
ceramah.
Namun
bukan
berarti
seorang
da’i
dapat
menyampaikan apa saja kepada masyarakat, tetapi penyampaian
harus disertai dengan dalil yang kuat dan cukup.
b. Mad'u (Penerima Dakwah)
Mad'u, atau sasaran dakwah merupakan target yang menjadi
objek utama dalam berdakwah. A. H. Hasanuddin berpendapat
bahwa: "Orang yang diseru, dipanggil, atau diundang".28 Berdasarkan
pengertian
di
atas
penulis
dapat
memahami,
bahwa
yang
dinamakan dengan mad'u memiliki berbagai kelas yang terbagi
dalam sosial, ekonomi, geografis, profesi, bahkan sampai kepada
tingkatan usia dan pengetahuan. H. M Arifin dalam bukunya Psikologi
Dakwah, menjabarkan tingkatan yang ada, yaitu:
1) Sosiologis,
meliputi
berbagai
lapisan
masyarakat
yaitu
masyarakat terasing, pedesaan, perkotaan, kota kecil serta
masyarakat marjinal dari kota besar.
2) Struktur kelembagaan, biasanya dikenal dengan istilah priyayi,
abangan dan santri. Hal ini banyak ditemukan di daerah
masyarakat Jawa.
28
A. H. Hasanuddin, Rethorika Dakwah dan Publistik Dalam Kepemimpinan, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1982), Cet. Ke-1, h. 33.
3) Tingkatan Usia, mulai dari yang muda hingga yang tua. Hal ini
terjadi karena dipengaruhi tingkat kedewasaan yang seiring
dengan usia.
4) Profesi, tingkatan ini bisanya mencakup petani hingga eksekutif.
5) Ekonomi, struktur antara yang kaya hingga yang miskin.
6) Jenis kelamin (Pria dan Wanita)
7) Masyarakat
khusus,
tunasusila,
tunawisma,
tunakarya,
narapidana dan sebagainya.29
Muhammad Abduh memilah mad'u menjadi tiga golongan, yaitu:
1) Cerdik Cendikiawan yang cinta kebenaran, dan dapat berfikir
secara kritis, cepat menangkap persoalan.
2) Awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat berfikir
secara kritis
dan
mendalam, belum
dapat
menangkap
pengertian-pengertian yang tinggi.
3) Golongan yang senang membahas sesuatu tetapi hanya
dalam batasan tertentu, tidak sanggup mendalam benar.
4) Penerima pesan dakwah tidak dapat dibatasi dari umur
ataupun golongan yang akan menerimanya, tetapi kepada
siapa saja yang mau menerima dakwah seseorang. Pada
hakikatnya dakwah tidak dakan berhenti
pada tataran
penyampaian saja, tetapi juga pada hal pelaksanaan atau
pengaplikasian dari dakwah itu sendiri.
29
H. M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), h. 13-14.
c. Maddah (Pesan Dakwah)
Materi yang dimaksud dalam dakwah, adalah sesuatu yang
berkaitan erat dengan ajaran Islam. Yang biasanya berupa pesan
yang disampaikan oleh seorang da'i, hal tersebut meliputi akidah,
syariah dan akhlaq. Dari ketiga hal tadi, semuanya berlandaskan
kepada al-Qur'an dan Hadits sebagai pedoman dan acuan.
Alasan di ataslah yang menjadi sebuah tolak ukur, mengapa
pengajian mingguan menjadi layak sebagai sebuah media yang
efektif dalam menyampaikan ajaran islam.
Pesan dakwah yang disampaikan haruslah dengan keilmuan yang
cukup dan mendalam, kerena bagaimanapun juga kesalahan yang
dilakukan oleh penerima dakwah karena penyampaian yang tidak
seharusnya akan menjadi beban pada sang da’i. Isi dalam setiap
dakwah haruslah memuat tentang ilmu keTuhanan, hukum, Aqidah
dan Akhlaq, hal itu dirasakan penting kerena masyarakat awam akan
mudah terjerumus jikan penyampaian pesan dakwah tidak dilakukan
dengan seimbang.
d. Wasilah (Media Dakwah)
Arti media bila dilihat dari asal katanya berasal dari kata latin yaitu
“median” yang berarti alat perantara. Sedangkan kata media
merupakan jamak dari pada kata “median” tersebut. Pengertian
media secara istilah berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan
sebagai alat (perantara) untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Media yaitu segala sesuatu yang dapat membantu juru dakwah
dalam menyampaikan dakwahnya secara efektif dan efisien. Jadi
media dakwah adalah perantara atau penghubung yang digunakan
oleh da’i untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada mad’u.
Fungsi media massa dalam dakwah adalah untuk menyiarkan
informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Pada dasarnya
media dakwah terbagi pada media cetak dan media elektronik
misalnya seperti surat kabar, buku dan majalah. Sementara media
elektronik dicontohkan dengan radio, tv, dan internet.
Media ialah segala sesuatu yang membantu juru dakwah dalam
menyampaikan dakwahnya secara efektif dan efisien.30 Penulis
menafsirkan apa yang dimaksudkan dengan media, tidak hanya
terbatas
pada
materil
atau
faktor
kebendaan.
Tetapi
juga
menafsirkan sesuatu yang menjadi alat bantu bagi seorang da'i
merupakan media. Menurut M. Bahri Ghazali, "kepentingan dakwah
terhadap adanya media atau alat yang tepat dalam berdakwah
sangat urgen sekali, sehingga dapat dikatakan dengan media
dakwah akan lebih mudah diterima oleh komunikan (mad'unya)".31
Luasnya media dakwah yang dapat digunakan oleh seorang da’i
membuat dakwah itu sendiri menjadi amat menarik, tidak hanya di
30
Abdul Karim Zaidan, Dasar-dasar Ilmu Dakwah 2, (Jakarta: Media Dakwah, 1984), Cet.
Ke-2, h. 225.
31
M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi
Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 12.
dalam ruangan dakwah dapat dilakukan di luar ruangan. Terlebih lagi
media elektronik baik televisi maupun radio memiliki bagian (program)
yang banyak memuat tentang dakwah, tidak hanya ceramah pada
pagi hari tetapi sudah merambah pada sinetron yang bernafaskan
keagamaan. Bahkan beberapa sineas muda Indonesia membuat
beberapa layar lebar yang bernafaskan ke-Islaman.
Media cetak tidak mau ketinggalan dalam berdakwah, fenomena
itu dapat terlihat dari banyaknya majalah, tabloid atau pun surat
kabar
yang
bernafaskan
ke-Islaman.
Terutama
pada
Bulan
Ramadhan, semua media mengelurkan acara yang bernafaskan
Islam.
e. Metode Dakwah
Kata methode berasal dari bahasa Latin yaitu methodus yang
berarti cara. Dalam bahasa Yunani, methodus berarti cara atau jalan.
Sedangkan dalam bahasa Inggris method dijelaskan metode atau
cara.32 Abdul Kadir Munsyi, mengartikan metode sebagai cara untuk
menyampaikan susuatu.33 Sedangkan dalam metodologi pengajaran
ajaran Islam disebutkan bahwa metode adalah: "suatu cara yang
32
Sorjono Soemargono, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Nur Cahaya, 1983), h.
17.
33
Abd. Kadir Munsyi, Metode Diskusi dalam Dakwah, (Surabaya: al-Ikhlas, 1982), Cet.
Ke-1, h. 29.
sistematis dan umum terutama dalam mencari kebenaran ilmiah".34
Metode adalah cara yang sistematis dan teratur untuk pelaksanaan
suatu cara kerja.35
Ayat di atas menunjukan bahwa metode dakwah yang digunakan
selama proses dakwah berlangsung ada tiga yaitu arif bijaksana
(hikmah), pelajaran yang baik (mau’izah hasanah), dan bantahan
yang baik (jadalah hasanah). Dengan demikian maka teciptalah
pengertian yang sesungguhnya bahwa islam adalah rahmat bagi
semesta alam.
Dari banyaknya pengertian di atas, penulis mengambil kesimpulan
atau menarik sebuah garis lurus tentang metode, adalah: "Sebuah
cara yang digunakan dalam menyampaikan sesuatu kepada orang
lain dengan tujuan agar tercapainya apa yang akan disampaikan".
Mengingat banyaknya cara yang digunakan dalam menyampaikan
dakwah maka penulis memakai uraian yang ditulis oleh Rafifuddin dan
M. Abdul Djalil. yaitu:
1) Qoulan Ma'rufan, Dakwah bil lisan dengan bicara dalam
pergaulannya sehari-hari yang disertai dengan misi agama
seperti penyebarluasan salam.
34
Soeleman Yusuf, Slamet Susanto, Pengantar Pendidikan Sosial, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1981), h. 38.
35
Paus A. Partanto, M. Dahlan al-Barri, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Usaha, 1994),
h. 461.
2) Dakwah bil qalam dengan menggunakan keterampilan tulis
menulis berupa artikel.
3) Dakwah dengan alat-alat elektronika seperti radio, televisi,
komputer, dan alat lainnya yang dapat menunjang.
4) Dakwah bil hal dengan melakukan berbagai kegiatan yang
langsung menyentuh kepada masyarakat.36
Dalam skripsi ini penulis meneliti metode ceramah sebagai suatu
teknik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh karakteristik
bicara (retorika) oleh seorang da’i pada suatu aktivitas dakwah.
Dengan demikian khitabah merupakan suatu ilmu pengetahuan yang
mengkaji cara berkomunikasi dengan menggunakan seni atau
kepandaian berbicara (ceramah).
Dahulu
Rasulullah
menggunakan
metode
dakwah
dengan
sembunyi-sembunyi, hingga turunnya ayat yang memerintahkan
beliau untuk berdakwah secara terang-terangan. Semenjak itulah
umat Islam mulai berdakwah secara penuh, ada pun medianya
sangat banyak, seperti musholla, mesjid, sekolah maupun lingkungan
sekitar masyarakat tinggal. Kini perkembangan teknologi dan pola
pikir manusia semakin maju, sehingga didapatkan media dakwah
yang semakin beragam.
f.
Materi Dakwah
36
Rafifuddin, Muhammad Abdul Djalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Pustaka Setia,
1997), Cet. Ke-1, h. 25.
Materi dakwah tidak lain adalah al-Islam yang bersumber dari alQuran dan hadits sebagai sumber utama yang meliputi akidah,
syariah, dan akhlak dengan berbagai macam cabang yang
diperoleh darinya. Materi yang disampaikan oleh seorang da’i harus
cocok keahliannya. Materi juga harus sesuai dengan metode dan
media serta objek dakwahnya.
Penulis menilai bahwa kini materi yang disampaikan, harus
mengajarkan banyak hal yang berkaitan dengan aqidah dan fiqh.
Sehingga memberikan perbaikan pola hidup kepada masyarakat.
Islam telah mengajarkan banyak hal tentang bagaimana seseorang
dalam menjalani kehidupan, semuanya hanya tinggal dipelajari dan
dijalankan.
g. Efek Dakwah
Setiap aksi dakwah akan menimbulkan reaksi. Demikian jika
dakwah telah dilakukan oleh seorang da'i dengan materi dakwah,
wasilah, thariqoh tertentu maka akan timbul respon dan efek (atsar)
pada mad'u (mitra/penerima dakwah).37 Efek yang ditimbulkan oleh
seorang da'i bukanlah hal yang kecil, karena akan dibawa dan
diinformasikan kembali oleh para penerima pesan kepada orang lain
yang belum mengetahuinya atau mendengarnya. Untuk menjaga itu
semua Jalaluddin Rahmat menyatakan:
37
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h. 363.
1) Efek kognitif, terjadi bila ada perubahan pada apa yang
dikehendaki, dipahami, atau persepsi orang banyak. Efek ini
berkaitan
dengan
transmisi
pengetahuan,
keterampilan,
kepercayaan dan informasi.
2) Efek afektif, timbul bila ada perubahan pada apa yang
dirasakan,
disenangi,
atau
dibenci
khalayak,
yang
berhubungan dengan emosi, sikap serta nilai.
3) Efek Behavioural, merujuk pada perilaku nyata yang dapat
diamati yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau
kebiasaan perilaku.38
Dari ketiga efek diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
ketelitian para kolumnis amat sangat diutamakan, mengingat efek
yang besar jika terjadi kesalahan dalam penulisan. Sehingga
mungkin saja terjadinya perselisihan di masyarakat terutama yang
berkaitan dengan religi. Efek yang ditimbulkan dapat memberikan
berbagai macam reaksi, oleh karenanya seorang da’i harus dapat
mengarahkan respon pendengar kepada satu pemahaman.
B. Silat
1. Pengertian Silat
38
Jalaluddin Rahmat, Retorika Moderen: Sebuah Kerangka Teori dan Praktek Berpidato,
(Bandung: Akamedia, 1982), h.269.
Apa itu silat? masih banyak orang yang berlatih silat, tetapi tidak
tahu arti yang sebenarnya, banyak orang yang berlatih silat bertahuntahun tanpa memahami kedalamaan dan dimensinya dan tanpa
tujuan yang jelas dalam latihan mereka.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, silat
berarti “permainan” (keahlian) dalam mempertahankan diri dengan
kepandaian menangkis, menyerang, dan membela diri, baik dengan
atau tanpa senjata.
Setiap daerah memiliki pengertian tentang silat yang berbedabeda, berikut beberapa pengertian yang berkaitan dengan silat:
Menurut guru pencak silat Bawean, Abdus Syukur:
Pencak adalah gerakan keindahan dengan menghindar, yang
disertakan gerakan berunsur komedi. Pencak dapat dipertontonkan
sebagai sarana hiburan. Sedangkan, silat adalah unsur teknik bela diri
menangkis, menyerang dan mengunci yang tidak dapat diperagakan
didepan umum.
Penjelasan serupa diajukan pula oleh guru besar Hasan Habudin,
yang juga pendiri Perguruan Pamur di Madura:
Pencak adalah seni beladiri yang diperagakan dengan diatur,
padahal silat sebagai inti sari dari pencak silat tidak dapat
diparagakan. Di kalangan suku Madura pencak dianggap berakar
dari bahasa Madura ”apengkarepanng laju alonjak”, yaitu bergerak
tanpa aturan sambil meloncat. Sedangkan silat berasal dari “se
amaen alat mancelat”, yaitu sang pemain berloncat kian kemari
seperti kilat.
Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), memiliki pengertian sebagai
berikut:
Pencak adalah gerakan serang bela yang berupa tari dan
berirama dengan peraturan adat kesopanan tertentu, yang biasa
dipertunjukkan di depan umum. Silat adalah inti sari dari pencak, ilmu
untuk perkelahian atau membela mati-matian yang tidak dapat
dipertunjukkan di depan umum.
Pendapat yang juga dilontarkan oleh Sukowandi, pendiri Perpi
Harimukti, sebuah perguruan yang bertempat di Yogyakarta:
Pada waktu itu di tanah jawa istilah silat tidak terkenal. Rakyak
hanya mengetahui istilah pencak. Pencak berasal dari istilah ‘pen’
yang berarti titik atau tujuan, dan ‘cak’ yang berarti tindakan. Yaitu
tindakan yang memiliki tujuan, karena tindakan tanpa tujuan tidak
ada artinya dalam bela diri. Istilah silat banyak diperkenalkan oleh
penyadur Kho Ping Ho. Mulai menyebarkan komiknya mulailah istilah
silat
dikenal
di
jawa.
Sekarang
kebanyakan
orang
mencampurbaurkan silat dengan pencak sehingga sepertinya
mereka bersatu.
Perguruan Phasadja Mataram di Yogyakarta mendefinisikan kedua
istilah tersebut sebagai berikut:
Pencak adalah gerakan bela-serang, yang teratur menurut sistem,
waktu, tempat dan iklim dengan selalu menjaga kehormatan masingmasing dengan kesatria, tidak mau melukai perasaan. Jadi pencak
lebih menunjuk kepada segi lahiriah. Silat adalah gerakqan belaserang
yang
erat
hubungannya
dengan
rohani,
sehingga
menghidupsubukkan
naluri,
menggerakan
hati
nurani
manusia,
langsung menyerah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam kata pengamat pencak silat dan dosen ASKI Padang
Panjang, Indra Utama:
Di Minangkabau ada ‘Pencak’ dan ada pula ‘silek’. Keduanya
adalah serupa tetapi tidah sama. ‘pencak’ tangko lape, artinya kunci
dapat dilepas karena permainan sudah diatur sebagai pertunjukkan.
Sedangkan ‘silek’ menangkap mati, artinya kuncian tidak dapat
dibuka, lawan ditangkap untuk dibunuh. Silek ini tidak dapat
dipertunjukkan karena sangat berbahaya.39
Silat lebih banyak menitik beratkan pembentukan sikap dan watak
kepribadian pesilat yang sesuai dengan falsafah budi pekerti luhur,
karena ajaran falsafah budi pekerti luhur tersebut di perlukan agar silat
sebagai ilmu “berkelahi” tidak di salah gunakan oleh orang-orang
tertentu
untuk
membahayakan
masyarakat
dan
menggangu
ketentraman masyarakat di sekitarnya.
Empat aspek dalam gerakan-gerakan khas silat yang terdiri dari
beberapa komponen utama atau dasar, secara garis besar dapat
sibedakan menjadi empat macam, yaitu pembentukan sikap pasang,
gerak langkah, serangan dan belaan dengan membentuk sikap
pasang pesilat mengekspresikan status siaga dan waspada yang
39
O’ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu, (Yogyakarta: Galang Press, 2000),
cet. Ke-2, hal, 4-8
sewaktu-waktu dapat diubah untuk melaksanakan tindakan taktis
tertentu, dan sikap pasang ini biasanya menggunakan kaki maupun
tangan.
Dalam
praktek,
tehnik-tehnik
dasar
akan
dikombinasikan
sedemikian rupa bahwa mereka membentuk suatu kaidah yang
sangat khas dimana mereka membentuk suatu kaidah yang sangat
khas dimana gerak olah raga dan bela diri menyatu dengan unsur
seni maupun nafas dan perasaan batin.
2. Sejarah Silat
Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak
abad ke-7 masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan.
Meskipun demikian, silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku
Melayu dalam pengertian yang luas, yaitu para penduduk daerah
pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai
kelompok etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa
Melayu di berbagai daerah di pulau-pulau Jawa, Bali, Kalimantan,
Sulawesi, dan lain-lainnya juga mengembangkan sebentuk silat
tradisional mereka sendiri. Sheikh Shamsuddin (2005) berpendapat
bahwa terdapat pengaruh ilmu beladiri dari Cina dan India dalam
silat. Bahkan sesungguhnya tidak hanya itu. Hal ini dapat dimaklumi
karena memang kebudayaan Melayu (termasuk Pencak Silat) adalah
kebudayaan yang terbuka yang mana sejak awal kebudayaan
Melayu telah beradaptasi dengan berbagai kebudayaan yang
dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, Arab,
Turki, dan lainnya. Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian berasimilasi
dan beradaptasi dengan kebudayaan penduduk asli. Maka kiranya
historis
pencak
silat
itu
lahir
bersamaan
dengan
munculnya
kebudayaan Melayu.
Dalam historisasi pencak silat dapat disimpulkan bahwa terdapat
dua kategori akar aliran pencak silat, yaitu:
a. Aliran bangsawan
b. Aliran rakyat
Aliran bangsawan, adalah aliran pencak silat yang dikembangkan
oleh kaum bangsawan (kerajaan). Ada kalanya pencak silat ini
merupakan alat pertahanan dari suatu negara (kerajaan). Sifat dari
pencak silat yang dikembangkan oleh kaum bangsawan umumnya
tertutup dan mempertahankan kemurniannya. Aliran rakyat, adalah
aliran pencak silat yang dikembangkan oleh kaum selain bangsawan.
Aliran ini dibawa oleh para pedagang, ulama, dan kelas masyarakat
lainnya. Sifat dari aliran ini umumnya terbuka dan beradaptasi. Bagi
setiap suku di Melayu, pencak silat adalah bagian dari sistem
pertahanan yang dimiliki oleh setiap suku/kaum. Pada jaman Melayu
purba,
pencak
silat
dijadikan
sebagai
alat
pertahanan
kaum/suku tertentu untuk menghadapi bahaya dari
bagi
serangan
binatang buas maupun dari serangan suku lainnya. Lalu seiring
dengan perjalanan masa pencak silat menjadi bagian dari adat
istiadat yang wajib dipelajari oleh setiap anak laki-laki dari suatu
suku/kaum. Hal ini mendorong setiap suku dan kaum untuk memiliki
dan mengembangkan silat daerah masing-masing. Sehingga setiap
daerah
di
Melayu
dibanggakan.
umumnya
Sebagai
contoh,
memiliki
bangsa
tokoh
persilatan
Melayu
yang
terutama
di
Semenanjung Malaka meyakini legenda bahwa Hang Tuah dari abad
ke-14 adalah pendekar silat yang terhebat. Hal seperti itu juga yang
terjadi di Jawa, yang membanggakan Gajah Mada. Adapun
sesungguhnya kedua tokoh ini benar-benar ada dan bukan legenda
semata, dan keduanya hidup pada masa yang sama.
Perkembangan dan penyebaran Silat secara historis mulai tercatat
ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum Ulama, seiiring
dengan penyebaran agama Islam pada abad ke-14 di Nusantara.
Catatan historis ini dinilai otentik dalam sejarah perkembangan
pencak silat yang pengaruhnya masih dapat kita lihat hingga saat ini.
Kala itu pencak silat telah diajarkan bersama-sama dengan pelajaran
agama di surau-surau. Silat lalu berkembang dari sekedar ilmu beladiri
dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara
untuk menghadapi penjajah. Disamping itu juga pencak silat menjadi
bagian dari latihan spiritual.
Terdapat 4 aspek utama dalam pencak silat, yaitu:
a.
Aspek Mental Spiritual: Pencak silat membangun dan
mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang.
Para pendekar dan maha guru pencak silat jaman dahulu
seringkali harus melewati tahapan semadi, tapa, atau aspek
kebatinan lain untuk mencapai tingkat tertinggi keilmuannya.
b. Aspek Seni Budaya: Budaya dan permainan "seni" pencak silat
ialah salah satu aspek yang sangat penting. Istilah Pencak
pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak
silat, dengan musik dan busana tradisional.
c.
Aspek Bela Diri: Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat
penting dalam menguasai ilmu bela diri dalam pencak silat.
Istilah silat, cenderung menekankan pada aspek kemampuan
teknis bela diri pencak silat.
d. Aspek Olah Raga: Ini berarti bahwa aspek fisik dalam pencak
silat ialah penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran
dengan olah tubuh. Kompetisi ialah bagian aspek ini. Aspek
olah raga meliputi pertandingan dan demonstrasi bentukbentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda atau regu. 40
3. Silat Sebagai Media Dakwah
Silat sebagai seni budaya yang sudah adal sejak dahulu
memberikan cerita tersendiri, diantaranya adalah silat sebagai media
dakwah oleh para ulama dalam menyebarkan ajaran Islam di bumi
Nusantara. Salah satu bukti dakwah dengan silat adalah bagaimana
40
www.wikipedia/silat/pencaksilat.htm. 12/08/2008
para Ulama yang pada umumnya memiliki ilmu silat sebagai media
menjaga diri untuk menarik masyarakat, dalam silat yang diajarkan
oleh para ulama umum memiliki muatan nilai ke-Islaman.
Salah saktu bukti nyata adalah bagaimana legenda Si Pitung
yang selalu membela orang kecil hingga akhir hayatnya, pesan yang
selalu disampaikan Pitung adalah bahwa manusia sama dihadapan
Tuhan dan harus selalu menjalankan ajaran islam dengan benar.41
41
www.kampoengbetawi.htm/dakwah 12/08/2008
BAB III
GAMBARAN UMUM
Perguruan Pencak Silat Beksi Batawi Ciganjur
Sejarah silat Beksi secara pasti tidak dapat penulis temui, namun
penulis mendapatkan dua versi
sejarah yang
berkembang kuat
dimasyarakat, Yaitu: Versi pertama: cerita ini berasal dari H. Atang yang
berasal dari kampung Rawajati, Kosambi, Tangerang. Beksi mulai
mencuat kepermukaan sekitar abad 19 atau antara tahun 1850-1860.
pada masa itu ranah Betawi masih dikuasai oleh para tuan tanah di
bawah pengaruh kolonial Belanda.
Salah satu tuan tanah yang terkenal saat itu, adalah Gow Hok Boen
yang berdomisili di wilayah Tangerang. Sebagai peranakan Cina sang
tuan tanah sangat menyukai seni bela diri. Sebagai tuan tanah pastinya
memiliki centeng yang bernama Ki Kenong, kesaktiannya sudah teruji
dan tak terkalahkan. Perihal itulah yang memudahkan tuan tanah dalam
memungut upeti dari penduduk. Sebagai tuan tanah dengan harta yang
melimpah, ia mengadakan sayembara untuk mengalahkan centeng
yang dimilikinya. Hasilnya tetap saja Ki Kenong tetap saja
tak
terkalahkan.
Selama sayembara berlangsung ada seorang penjual singkong yang
selalu mengikuti pertandingan dari pertama hingga usai. Namanya pak
Jidan, ia tinggal di hutan sebatang kara dan mengambil singkong untuk
bahan jualannya dari hutan. Pada suatu masa Pak Jindan dikejutkan
karena ada orang yang menghampirinya seraya berkata bahwa ia telah
kehilangan singkongnya, dengan tangan yang gemetar ketakutan Pak
Jidan mengukuinya dan meminta maaf. Orang itu tidak marah malah
memberikan wasiat yang akan menjadi cikal-bakal Beksi, wasiat yang
diberikan berupa jurus dan mantera berbahasa sunda.42
A. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Perguruan Pencak Silat Beksi
Betawi Ciganjur
Pada tahun 2000, tepatnya di Perkampungan Cagar Budaya Betawi
yang terletak di Setu Babakan lahirlah sebuah Perguruan Pencak Silat
Betawi yang diberi nama Beksi. Abdul Azis sebagai pendiri perguruan
bertujuan melestarikan kesenian asli betawi yang kini mulai ditinggalkan
oleh para pemudanya, mengingat arus globalisasi yang sangat deras.
Lahir dan besar di Kebayoran Lama, Abdul Azis melebarkan sayapnya
kepinggiran Jakarta. Perguruan yang didirikan oleh Abdul Azis amat
diminati oleh para pemuda setempat yang merupakan warga betawi,
kiah hari semakin banyak peserta yang mengikuti latihan tersebut.
Banyaknya peserta latihan yang bertambah setiap minggunya,
mendorong beberapa pemuda yang dimotori
42
Catatan pribadi Ustad Cholid, guru Silat Beksi Ciganjur
oleh
Adi
Suryadi,
Alimuddin Usman, Jazuli Taufik, Nurman dan Denny Irawan. Mendirikan
padepokan yang tentunya melalui kesepakan dengan para sesepuh dan
orang
tua
didaerah
Ciganjur, padepokan
tersebut
diberi
nama
“Padepokan Pencak Silat Betawi Beksi”. Tanggal 24 Desember 2004
Padepokan Pencak Silat Beksi diresmikan oleh Camat Jagakarsa yang
dihadiri oleh seluruh masyarakat Ciganjur.43
Pencak Silat Beksi sebagai sosial budaya kedaerahan yang sudah ada
sejak dahulu kini hadir kembali sebagai mempererat persaudaraan dan
tolong menolong sesama manusia, selain itu Beksi menciptakan pemuda
yang kuat mental dan spiritual agar terhindar dari pengaruh budaya
asing dan perbuatan yang menjurus pada hal-hal negatif.
Beksi sebagai alat pemersatu di masyarakat, banyak mengikuti
kegiatan sosial di wilayah setempat sebagai wujud kepedulian sosial.
Dengan gerakan yang lembut dan pasti beksi mulai naik keatas pentas
setiap acara kelurahan maupun kecamatan sebagai promosi beksi ke
masyarakat.
Beksi merupakan seni bela diri yang banyak mengandung nilai kultural
yang dipadu-padankan dengan agama Islam sebagai pijakan dalam
melangkah ke masyarakat. Beksi pun digunakan dalam pertunjukan
lenong, palang pintu dalam ritual pernikahan. Unsur moral dan agama
dalam beksi memberikan nilai yang amat banyak diantanya keterkaitan
43
Wawancara pribadi dengan Ketua Beksi Ciganjur, 27 Juli 2007
Beksi itu sendiri dengan Islam, sehingga dalam pengajaran dan jurus-jurus
banyak yang berkaitan dengan Islam sebagai agama yang universal.
Selain latihan pada malam rabu, Perguruan Pencak Silat Beksi
mengadakan pengajian rutin pada malam jum’at yang tidak hanya
dihadiri oleh anggota perguruan tetapi terbuka untuk umum. Hal tersebut
yang menunjukkan bahwa Beksi bukan hanya milik anggota perguruan,
tetapi merupakan milik dari masyarakat luas.
Metode pengajian yang ada di Perguruan Pencak Silat Beksi Ciganjur
ini yang membuat masyarakat merasa memiliki, unsur moral dan agama
dalam Beksi itu sendiri diterapkan oleh seseorang yang selalu memberikan
nasihat-nasihat setelah selesai latihan. Nasehat yang selalu di ingatkan
adalah “jaga akhlaq mu, hormati yang lebih tua dan hargai yang lebih
muda” melalui pengajian yang diadakan setiap malam jum’at dengan
menggunakan kitab Fathul Qarib. Karena didalamnya terdapat nilai-nilai
yang
baik,
diantaranya
adalah
“beksi
adalah
sarana
untuk
mengumpulkan orang, setelah berkumpul ajarilah mereka mengaji”.
B. Landasan, Tujuan dan Prinsip Dasar Perguruan Pencak Silat Beksi
sebagai pengokoh Perguruan Pencak Silat Beksi maka dibuatlah
Landsan Dasar, Tujuan dan Prinsip dasar organisasi.
a.
Landasan Dasar Perguruan Pencak Silat Betawi Beksi Ranting
Ciganjur
1. al-Qur’an dan al-Hadits
2. Pancasila dan UUD 45
3. Garis Besar dan AD/ART Beksi Jakarta
b. Tujuan Dasar Perguruan Pencak Silat Betawi Beksi Ranting Ciganjur
dengan olah jasmani, rohani, jiwa dan raga melalui jurus silat
khususnya agama pada umumnya, untuk:
1. Persatuan dan Kesatuan
2. Bela Agama, Bangsa, Tanah Air dan Keluarga
3. Mengembalikan dan Menjaga Citra Kota Jakarta Tercinta
4. Melestarikan Budaya Betawi
c. Prinsip Dasar Perguruan Pencak Silat Betawi Beksi Ranting Ciganjur
1. BEKSI milik Jakarta, Jakarta milik BEKSI
2. BEKSI berdiri sendiri, tidak di bawah panji politik
3. BEKSI untuk membela diri dan Agama untuk menjaga diri
4. BEKSI saudara bagi seni bela diri lainnya
5. BEKSI amar ma’ruf nahi mungkar
d. Ikrar Beksi Ranting Ciganjur:
1. Bertaqwa kepada Allah SWT
2. Berbakti kepada Orang Tua
3. Berbakti kepada Guru
4. Berbakti kepada Perguruan
5. Berbakti kepada agama, bangsa, negara dan keluarga
6. Laahaula Walakuawwata Illabillaahil ‘Aliyil Adzhim
C. Visi dan Misi
Seperti pada organiasasi pada umumnya Perguruan Pencak Silat Beksi
memiliki Visi dan Misi sebagai tujuan dan prinsip dasar Perguruan.
1. Visi:
a. Memelihara
dan
mendorong
tumbuh
kembangnya
Seni
Pencak Silat Beksi khas budaya Betawi di Jakarta.
b. Menjalin hubungan yang erat dan produktif dengan sesama
organisasi pencak silat yang tergabung dalam IPSI (Ikatan
Pencak Silat Indonesia)
c. Menjadi
mediator
dan
fasilitator
bagi
semua
anggota
perguruan pencak silat beksi dalam berhubungan dengan
Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (PEMDA DKI) pada
khususnya dan Pemerintah Pusat umumnya.
2. Misi:
a. Membina kepedulian, kemandirian dan kemajuan seluruh
anggota perguruan pencak silat beksi dalam kehidupan seharihari mereka.
b. Mempererat tali persaudaraan sesama anggota Perguruan
Pencak Silat Beksi, antara anggota Perguruan Pencak Silat Beksi
dengan masyarakat Betawi.
c. Menjadi konseptor, inisiator serta motor pendorong bagi
masyarakat jakarta dalam menciptakan suasana kota Jakarta
yang bersih, aman dan nyaman.44
D. Struktur Organisasi.
Semenjak berdiri hingga saat ini, Perguruan Pencak silat Beksi telah
beberapa kali mengalami pergantian struktur organisasi yang dilakukan
setiap tiga tahun sekali. Periode pertama 2000-2003 diketuai oleh Ady
Suryadi, periode kedua 2003-2006 diketuai oleh Alimuddin Usman dan
periode ketiga 2006-2009 diketuai oleh Nurman.45
Struktur organisasi yang sedang berjalan saat ini adalah:
Dewan Pelindung
: - Camat Jagakarsa
- Lurah Ciganjur dan Perangkatnya
Dewan Penasehat
: - Ustadz. Abdul Cholid
- Drs. H. Amin Muhammad
- Drs. M. Syakur
44
45
Buku Besar Pedoman Perguruan Pencak Silat Beksi Ciganjur, h.3
Wawancara pribadi dengan Ketua Beksi Ciganjur, 27 Juli 2007
- H. Muhidin
- Adi Suryadi
- Hasan Husaini
Dewan Guru
: Abdul Azis
Dewan Pelatih
: - Jazuli Taufik
- Alimuddin Usman
Ketua
: Nurman
Wakil Ketua
: Denny Irawan
Sekretaris Umum : Muchlis Muttaqin
Sekretaris I
: Candra Yoga Swara
Sekretaris II
: Ariyanto
Bendahara Umum
: Raya
Bendahara I
: Berry Mardiwana
Bendahara II
: Ahmad Firdiansyah
Seksi Bidang
: Fauzan Arief
Kerohanian
: Hadi Syaifullah
Seni dan Budaya
: - Ahmad Sony
- Ubaydillah
Ekonomi
: Ery Gunawan
Perlengkapan
: - Ahmad Said Baidowi
- Janwar Awaludin
- Angga Mardiwana
Humas
: - Abdul Gofhar
- Rohmat Supriatin
E. Prestasi
-
Juara I lomba Pencak Silat Beksi se-DKI dalam Festival Kemang. Thn
2001
-
Juara harapan I dalam Festival Palang Pintu piala Wakil Gubernur DR.
Ing Fauzi Wibowo. Thn 2005
-
Juara I lomba Pencak Silat Seni Betawi tingkat Provinsi DKI Jakarta,
dalam katagori “rampak bersenjata”. Thn 2003
-
Juara III lomba Pencak Silat Seni Betawi tingkat Provinsi DKI Jakarta,
dalam katagori “jurus perorangan putra”. Thn 2004
-
Juara harapan I Pencak Silat Seni Betawi tingkat Provinsi DKI Jakarta,
dalam katagori “pasangan tangan kosong”. Thn 2007
-
Juara III lomba Pencak Silat Seni Betawi tingkat Provinsi DKI Jakarta,
dalam katagori “rampak tangan kosong”. Thn 2006
-
Bintang tamu pada acara Good Morning di TRANS TV. Thn 2007
-
Bintang Tamu pada acara Redaksi Malam dengan tema Pencak Silat
Betawi di TRANS 7. Thn 2007
F. Profil Penceramah
Lahir di kampung Rawa Lindung Petukangan Selatan, 17 Juni 1974 di
berimana Abdul Azis. Ayahanda bernama Saadih dan ibunda Siti
Zaharian. Ia anak ke-2 dari tiga bersaudara. Kegiatannya semasa anakanak adalah mengembala kerbau dan kambing, sorenya Azis mengaji di
langgar (mushollah) yang dekat dengan rumahnya. Sejak kecil ia
menyenangi bermain dengan binatang melata, pedang-pedangan, dan
permainan paku-pakuan.
Ternyata kesenagan dan hobi semasa kecil amat sangat berpengaruh
pada kehidupan di saat ini.
Berlatarbelakang pendidikan Ibtidaiyyah (MI) selama enam tahun
membuat Azis muda mulai mendalami Islam dengan serius, dan pada
saat menginjak kelas eman MI Azis mulai mempelajari Beksi. Sebagai
putra Betawi asli Azis melanjutkan pendidikan MTs di Pondok Pesantren
Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan, Azis menyelesaikan pendidikan
terakhir di SMAN 90 Petukangan.
Guru Beksi yang pertama disinggahi adalah Miftahul Jannah, sampai
pada jurus Tingkes. Di usia 15 tahun ia pindah guru kepada Kong Nur
hingga beberapa tingkatan, ditingkat selanjutnya ia dianjurkan untuk
belajar kepada Tonganih yang merupakan putra dari Kong Nur.
Kepada Tonganih inilah, ia banyak menerima pelajaran di luar jurusjurus beksi diantaranya adalah pelajaran tentang Islam. Azis banyak
belajar mengamalkan isim-isim yang berasal dari al-Qur’an dan asSunnah serta dimasukkan beberapa hal tentang kejawenan. Sejak usia 19
tahun ia sudah mulai mengajar Beksi di beberapa tempat sekitar Jakarta.
Abdul Azis banyak menggunakan kitab dalam mengajarkan agama
kepada murid-muridnya, beliau menganggap ilmu yang didapatkan dari
kitab memiliki kepastian dan penjelasan yang jelas dan mudah
dimengerti.46
Berikut merupakan data murid Ustad Abdul Aziz:
1. Nama
Usia
: Ahmad Said Baidowi
: 24 Tahun
Masuk sejak : 2001
Tingkatan
2. Nama
Usia
46
: Mahir
: Janwar Awaludin
: 21 Tahun
Wawancara pribadi dengan Ustd. Abdul Azis, padepokan Beksi Ciganjur, 25 Juli 2007
Masuk sejak : 2001
Tingkatan
3. Nama
Usia
: Mahir
: Angga Mardiwana
: 23 Tahun
Masuk sejak : 2000
Tingkatan
4. Nama
Usia
: Mahir
: Abdul Gofhar
: 20 Tahun
Masuk sejak : 2003
Tingkatan
5. Nama
Usia
: Menengah
: Rohmat Supriatin
: 22 Tahun
Masuk sejak : 2001
Tingkatan
6. Nama
Usia
: Mahir
: Raya Zulkifli
: 22 Tahun
Masuk sejak : 2001
Tingkatan
7. Nama
Usia
: Mahir
: Ariayanto Apriyadi
: 23 Tahun
Masuk sejak : 2001
Tingkatan
47
: Mahir 47
Wawancara pribadi dengan Ketua Beksi Ciganjur, 27 Juli 2007.
BAB IV
Analisis Aktivitas Dakwah Perguruan Silat Beksi Ciganjur
A. Unsur-Unsur Dakwah Perguruan Pencak Silat Beksi di Ciganjur
Dakwah yang dilakukan oleh perguruan silat Beksi tidak hanya
dilakukan untuk para anggotanya saja tetapi kepada masyarakat luas,
mengingat bahwa
dakwah merupakan seruan atau ajakan kepada
kebaikan. Dengan itu perguruan silat Beksi menjadikan malam jum’at
sebagai malam pengajian, bukan hanya itu pada hari besar Islam pun
beksi mengadakan acara yang berkaitan dengan hari besar tersebut.
Pemilihan malam jum’at sebagai malam pengajian bukan diputuskan
bagitu saja, tetapi banyak aspek yang telah dipertimbangkan secara
matang diataranya: karena malam jum’at merupakan malam dimana
apabila seseorang beribadah maka pahala yang diterima akan lebih
besar dari hari biasa, pertimbangan lainnya adalah malam jum’at waktu
yang tepat untuk tawasullan.48
Materi yang disampaiakan oleh penceramah tidak hanya sekedar
ceramah saja atau one way communication tetapi diisi dengan prihal
tanya jawab. Metode seperti inilah, yang rupanya banyak menarik
perhatian masyarakat yang ini belajar agama seutuhnya. Pengajian
dimulai dengan sholat maghrib yang kemudian dilanjutkan dengan
48
Tawasullan adalah istilah yang dipakai oleh orang-orang Betawi untuk mendekatkan
diri kepada Allah dengan beribadah melalui perantara yang disampaikan kepada para Nabi.
48
pembacaan surat Yaasin, kemudian disambung dengan tahlih dan
pembacaan Rawi Barjanzi karangan Habib Ali.49
Setelah shalat isya pengajian dilanjutkan kembali dengan ceramah
agama, yang disampaiakan oleh Ust. Abdul Azis. Selama satu jam
dengan membagi menjadi dua sesi, yaitu: tigapuluh menit pertama di isi
dengan ceramah (belajar) dengan menggunakan kitab Fathul Qarib,
kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Disinilah peserta
pengajian diajak untuk interaktif secara aktif untuk bertanya tentang apa
yang mereka belum dapat pahami di tutup dengan pembacaan doa.
Kentalnya Beksi dengan dakwah, membuat Perguruan Pencak Silat
Beksi aktif dalam mengadakan acara yang berkaitan dengan hari-hari
besar Islam. Hal tersebut ditujukan agar Beksi dapat berbagi tidak hanya
materi tetapi moril. Pengajian yang diadakan tidak hanya sebagai
dakwah tetapi juga sebagai alat mempererat talil silaturahmi antar
sesama umat Islam.
B. Aktivitas Dakwah Pencak Silat Beksi
Dalam perguruan Silat Beksi Ciganjur penulis melihat banyaknya
ajaran Islam yang dihembuskan kedalam setiap materi pengajaran, salah
satunya adalah dengan membaca doa sebelum memulai latihan.
Memasukkan nilai ke-Islaman dengan memberikan pengertian kepada
49
Wawancara pribadi dengan Ketua Beksi Ciganjur, 27 Juli 2007
setiap murid Beksi bahwa “beksi adalah persaudaraan dan sarana untuk
berbuat baik kepada sesama”. Pengertian itu sangat seimbang dengan
ajaran Islam tentang berbuat baik dan silaturahmi.
Dalam setiap jurus yang diajarkan ada beberapa bacaan yang
berasal dari al-Quran dan hadits. Hal tersebut dilakukan sebagai
ungkapan syukur kerena pada dasarnya bacaan tersebut barsifat doa.50
Aktivitas dakwah yang ada dalam Beksi tidak hanya itu, kegiatan
lainya seperti mengadakan perhelatan Maulid Nabi Besar Muhammad
SAW, Isra’ Mi’raj, dan kegiatan ke-Islaman lainya.
C. Analisis Aktivitas Dakwah Pencak Silat Beksi
Dalam pengajian, Ust. Abdul Azis menggunakan kitab Fathul Qorib
sebagai bahan cearamah yang akan disampaikan kepada masyarakat.
Berikut merupakan sedikit pengertian tentang Fathul Qorib, materi yang
disampaikan hingga pertanyaan yang kerap kali timbul:
a. Fathul Qorib
Kitab Fathul Qorib merupakan salah satu dari sekian banyak
literatur fiqih (baca: aturan hukum islam dalam hal ibadah dan
muamalah (hubungan antar manusia)) Madzhab Syafi’i yang dikaji
di lembaga pendidikan di Indonesia, terutama di kalangan
50
Penulis tidak dapat mengetahui bacaan yang diajarkan karena bersifat rahasia dan
hanya diajarkan kepada murid-murid beksi saja.
pesantren, baik pesantren salaf maupun modern. Dapat diketahui
bersama bahwa hampir seluruh masyarakat muslim di Indonesia
(untuk tidak mengatakan seluruhnya) menganut Madzhab Syafi’i
dalam hal Fiqih. Begitu banyak alasan mengapa Madzhab Syafi’i
menjadi “madzhab resmi” masyarakat muslim Indonesia.
Akan tetapi hal yang menarik untuk di analisa adalah bahwa
animo masyarakat Indonesia (terutama masyarakat Jawa) dalam
mempelajari kitab ini begitu besar, mengingat tidak sedikit kitab
Fiqih Syafi’i yang diterbitkan penerbit lokal dengan karakteristik
yang
sama
dengan
kitab
Fathul
Qarib,
yakni
segmen
pembacanya adalah pemula (mubtadi’in).
Sebelum menganalisa alasan mengapa kitab fathul qarib ini
begitu digandrungi, perlu diketahui bahwa struktur isi kitab ini
memuat dua bagian tak terpisahkan, yakni:
1. Matan atau kitab induk. Kitab Fathul Qarib menginduk pada
kitab “Ghayah al-Ikhtishar” atau lebih dikenal dengan nama
“At-Taqrib”. Penulisnya adalah Abu Syuja’ Ahmad bin al-Husain
bin Ahmad al- Ashfihaniy. Posisi kitab ini berada di pinggir
(khususnya untuk penerbit indonesia) dan berfungsi sebagai
rujukan utama.
2. Syarah atau kitab penjelas. Kitab ini disebut Fathul Qarib yang
menjelaskan kitab induknya. Oleh karena itulah kitab ini dikenal
pula dengan nama Syarah Fathul Qarib.
Format penulisan semacam ini sangat lazim digunakan oleh
para pengarang kitab karena dianggap efektif dalam memberi
pemahaman secara komprehensif. Kemudian ada beberapa
alasan mengapa kitab ini begitu digandrungi. Tanpa bermaksud
takabbur dan mencoba menghindar dari sikap berlebihan,
beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Dari sisi bahasa, kitab ini termasuk dalam kategori ijaz, yakni
kalimatnya pendek namun sarat makna (Ma Qalla Lafdzuhu
Wa
Katsuro
Ma’nahu).
Dengan
demikian
mudah
untuk
dipahami semua kalangan dan memberi peluang kepada
pengajar untuk menjelaskan lebih lanjut dari kitab yang lebih
luas.
2. Silsilah. Pengarang kitab ini secara silsilah tasalsul (bersambung
atau memiliki silsilah guru yang sampai kepada peletak
madzhab). Cara terampuh memperkenalkan madzhab atau
konsep alur fikir dalam satu bidang ilmu adalah dengan
mempertemukannya
secara
langsung
dengan
peletak
dasarnya. Dan kitab ini adalah langkah awal memperkenalkan
madzhab secara terbuka agar dapat dilaksanakan dengan
sebaik mungkin karena dalam bermadzhab dalam fikih tidak
diperkenankan
talfiq
(berpindah
madzhab
dalam
satu
rangkaian ibadah) tanpa mengetahui madzhab dasar yang
sehari-hari ia pakai dan gunakan.
3. Keberkahan.
Tabarruk
dalam
Islam
diperbolehkan.
Para
sahabat mengambil berkah dengan Atsar (peninggalan)
Rasulullah, shalat di tempat di mana Rasulullah Shalat, dan
banyak sekali bentuk Tabarruk yang dilakukan para sahabat
terhadap Rasulullah. Begitupun mengambil berkah dengan
para Wali Allah dan para Sholihin juga diperkenankan.
Membaca kitab Fathul Qarib pun bisa digunakan sebagai
media mengambil keberkahan. Bukan dengan fisik kitab tetapi
dengan keberkahan ilmu dan keikhlasan pengarang kitab ini
menjadi
keberkahan
karena
Fiqih
adalah
jalan
menuju
keabsahan suatu ibadan dan keabsahan suatu ibadah adalah
pijakan awal menuju ridha Allah. Dengan membaca kitab Fiqih,
plus keikhlasan pengarangnya berarti membuka peluang
menggapai ridha Allah.
4. Enak dibaca dan simpel dalam struktur bahasanya. Hal ini
penting
karena
dalam
ranah
pendidikan
keislaman
di
Indonesia, khususnya kalangan pesantren, ilmu nahwu (Ilmu
tata bahasa Arab) merupakan komponen penting, bahkan
paling utama dalam proses memahami literatur berbahasa
Arab.
Dengan struktur kalimat yang mudah dipahami maka ilmu
nahwu bisa langsung diprektekkan. Struktur bahasa seperti ini
pun menguntungkan pembaca awam yang tidak mengerti
ilmu nahwu secara baik sehingga sangat wajar jika kitab ini
mendapat hati pembacanya.
5. Jumlah literatur penjelas terhitung banyak. Dalam proses
pembelajaran dalam mempelajari ilmu-ilmu keislaman terdapat
jenjang
tertentu
yang
menentukan
tingkat
pemahaman
seseorang. Seperti dalam ilmu hadits ada matan Baiquni atau
Alfiyyah Al-Iraqi. Dalam ilmu nahwu ada al- Ajurumiyyah atau
Alfiyyah Ibnu Malik, atau dalam fiqih terdapat matan Zubad.
Kesemuanya adalah matan dan tersegmentasi untuk pelajar
pemula
yang
biasanya
porsi
hafalannya
lebih
banyak
ketimbang pemahaman isi.
Ini adalah tahap pertama atau pemula (Mubtadi’in). Kemudian
tingkat yang lebih tinggi adalah kitab Syarah, seperti Syarah
Fathul Qarib dalam ilmu fiqih atau Syarah Baiquniyyh dalam
ilmu hadits. Selanjutnya adalah hasyiyah. Biasanya ia adalah
penjelasan lebih lanjut atau lebih panjang dan detail dari apa
yang telah dijelaskan dalam kitab Syarah atau Syarih, seperti
kitab al-bayjury yang menjeskan lebih panjang dari yang
dijelaskan kitab Fathul Qarib. Jumlah kitab penjelas yang
banyak memungkinkan pengajar kitab fathul qarib untuk
menjawab beberapa masalah yang dilontarkan tanpa keluar
dari matan Fathul Qarib itu sendiri (baca: kitab At-taqrib)
6. Untuk pembaca pemula kitab ini tergolong lengkap dengan
penjelaan yang cukup.51
b. Materi yang disampaikan
Pada saat penelitian dilakukan oleh penulis materi yang
dibahas adalah tentang bab toharoh yang diantara lainnya
membahas tentang air atau pun bersuci. Berikut merupakan materi
yang disampaikan:
Kata-kata toharoh berasala dari bahasa Arab yang berarti
“bersih atau suci”, banyak pakar fiqh yang mendefinisikan toharoh
kedalam banyak pengertian diantaranya “suatu perkara yang
menyebabkan seseorang diperbolehkan mengerjakan shalat,
seperti wudhu, mandi tayammum dan menghilangkan najis.
Pemahaman akan bersici dianggap penting mengingat bahwa
jalan dalam melaksanakan ibadah adalah bersih dan suci, bersih
bukan berarti suci. Namum jika suci sudah merupakan bersih, oleh
kerenanya ada beberapa hal yang dapat menyucikan.
Air yang merupakan alat yang digunakan untuk bersuci
memiliki berbagai macam yang dapat dipergunakan diantaranya:
air hujan, air laut, air sungai, mata air, air sumur, air es, air embun.
51
Wawancara pribadi dengan Ayahanda H. Shafie LC, 29 Juli 2007
Jenis-jenis tersebut dapat dipergunakan untuk
bersuci dan
mensucikan diri dari hadats dan najis.
Islam sebagai agama yang memiliki keluwesan, tidak hanya
menjadikan air dalam bersuci. Tetapi memiliki beberapa cara jika
memang tidak ada air untuk bersuci yaitu dangan tayammum
yang menggunakan media debu dalam bersuci.
Sebelumnya ada beberapa pembagian dalam air untuk
bersuci yaitu: air mutlak, air suci mensucikan tetapi makruh
memakainya, air suci yang tidak dapat dipakai mensucikan, air
najis.
Dari macam-macam pembagian air dalam bersuci ternyata
tidak samua air dapat digunakan begitu saja, karena harus melihat
dari keadaan air dan kondisi air agar dapat digunakan dengan
benar dan menyucikan. Sebelum melakukan toharoh seseorang
harus dapat memastikan bahwa air yang digunakan dalam kondisi
baik atau mencapai ukurannya.
Air yang dapat digunakan untuk bersuci diantaranya tidaklah
berubah menjadi bau, memiliki rasa, berubah warnanya dan
berubah isinya. Beberapa ulama berpandapat bahwa jumlah air
minimal yang digunakan adalah dua kullah.
Islam memberikan alat berupa air dalam bersuci ternyata
memuliki arti yang mendalam jika kita lihat dalam berabagai sudut
pandang, air merupakan komposisi terbesar dalam kehidupan
manusia. Salah satunya adalah manusia, sebagian besar tubuhnya
di dominasi oleh air yang kurang lebih 75 persen dari lebih bayak
jika dibandingkan dengan organ lain yang ada didalam tubuh.
Ilmu kedokteranpun mengakui bahwa kedudukan air amatlah
penting dalam kehidupan, karena selain makan, air memiliki porsi
yang jauh lebih besar dibandingkan dengan komposisi konsumsi
lainnya.
Kegunaan air dalam bersuci yang pertama adalah dalam hal
berwudhu dan mandi bersuci dari hadast besar seperti junub, yang
tentunya dilakukan sesuai dengan rukun dan syarat sahnya.
c. Pertanyaan yang kerap timbul
Pertanyaan
pengajian,
yang
dilontrarkan
kebanyakan
kapada
oleh
pendengar
jenis-jenis
air
yang
dalam
dapat
digunakan dalam bersuci dan alat-alat yang dapat digunakan
untuk
bersuci.
ketidaktahuan
Tatacara
mereka
berwudhu
dirasakan
dan
sangat
mandi
junub,
mendasar
karena
penjelasan fiqh tidak dipelajari dalam sekolah.
Tata cara berwudhu dan mandi junub menjadi pembahasan
yang menarik dan cukup panjang, mengingat
pentingnya
pemahaman akan syarat dan rukun dalam bersuci. Kebanyakan
masyarakat hanya melaksakan bersuci hanya membasuk dengan
air tanpa mengetahui batasan-batasan yang harus dibasuh.
d. Efek
Setelah pengajian dilaksanakan, Ustd. Abdul Azis melihat ada
perbedaan yang nampak dalam tata cara berwudhu yang
dilakukan oleh muridnya. Dimana sebelumnya hanya membasuh
secara “sembarang” dan tidak beraturan, kini dirasa adanya
perbaikan dalam pelaksanaannya. Ditambah lagi Ustd. Abdul Azis
juga
mengajarkan
faedah
yang
didapatkan
dari
bersuci
disertakan dengan doa-doa yang berkaitan dengan bersuci.52
D. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan Beksi tidak terbatas pada olah jurus saja, akan
tetapi meliputi:
1. Kegiatan sosial masyarakat, seperti: bakti sosial kepada kaum
dhuafa, kerja bakti lingkungan, kegiatan yang bersifat sosial.
2. Kegiatan
keagamaan,
seperti:
pengajian
rutin
mingguan,
peringatan hari besar Islam dan kegiatan agama lainnya.
3. Kegiatan pemerintahan, seperti: mengikuti kegiatan yang di
canagkan oleh pemerintah mulai dari tingkat kelurahan hingga
nasional termasuk memberantas narkoba.
52
Wawancara pribadi dengan Ustd. Abdul Aziz, 25 Juli 2007
4. Kegiatan olah raga.
5. Kegiatan seni budaya, seperti: pertunjukan lenong, palang pintu
perkawinan, atraksi bela diri pada event tertentu.
6. Kegiatan ekonomi dan keuangan
(usaha) untuk memenuhi
AD/ART dan kesejahteraan anggota.
Penentuan materi yang diajarkan kepada murid-murid ini ditentukan
oleh seorang guru. Dengan cara membagi dua yaitu senior dan junior,
waktu latihan pun dipisahkan. Hal tersebut dilakukan agar senior dapat
mengajarkan kepada juniornya tentang apa yang telah diajarkan oleh
sang guru.
Pada tahapan awal pemula diwajibkan menguasai senam dasar jurus,
kemudian dilanjutkan dengan tahapan jurus yang terbagi menjadi dua
belas jurus. Yaitu:
•
Jurus pertama
: Beksi
•
Jurus kedua
: Geding
•
Jurus ketiga
: Tancep
•
Jurus keempat
•
Jurus kelima
•
Jurus keenam
•
Jurus ketujuh
: Tingkes
•
Jurus kedelapan
: Timpung
•
Jurus kesembilan
: Kebut
•
Jurus kesepuluh
: Galang Tiga
: Gandem
: Bandut
: Broneng
•
Jurus kesebelas
: Janda Berias
•
Jurus keduabelas
: Gebal
Untuk mencapai tingkatan-tingkatan dalam jurus ditentukan oleh guru
yang diukur melalui kemampuan dan kematangan dalam menguasai
jurus.
E. Hambatan dan Kendala yang Dihadapi
Penulis mencoba membagi masalah yang dihadapi oleh Perguruan
Silat Beksi menjadi beberapa bagian, diantaranya:
a. Pemerintah
Sebagai salah satu cagar budaya nusantara, Beksi memiliki
keunikan kebudayaan yang seharusnya dapat dilestarikan dan
diperhatikan. Salah satu yang seharusnya dilakukan pemerintah
adalah dengan mengenalkan kepada amasyarakat umum maupun
luar negri sebagai wisata kebudayaan.
Dengan dijadikannya sebagai wisata budaya memungkinkan Beksi
dapat berkembang dan mandiri, sehingga adanya pemasukan dari
wisata
selain
mengandalkan
mengandalkan
iuran
yang
donatur
yang
berasal
dari
ada.
Jika
hanya
anggota,
maka
perkembangan Beksi hanya jalan ditempat. Ironi yang terjadi kini
perhatian pemerintah lebih kepada keuntungan yang didapat
pemerintah sendiri.
b. Masyarakat
Perkembangan kebudayaan yang terjadi di masyarakat kini, lebih
pesatnya kebudayaan luar yang diadopsi dalam kehidupan seharihari, terutama masyarakat betawi yang mulai jarang menggunakan
kebudayaannya dalam perkawinan. Misalkan menggunakan palang
pintu dalam ritual perkawinan, lenong betawi hingga ondel-ondel
yang hanya keluar ketika ulang tahun Jakarta.
Beksi yang merupakan olah seni asli masyarakat Betawi kini dalam
masa kelam dimana dianggap kuno, maka bukanlah hal yang aneh
jika perguruan Beksi sulit ditemukan di Jakarta kini. Beksi pada
hakikatnya tidak hanya mengajarkan tentang bela diri yang identik
dengan kekerasan, tetapi juga pada pembentukan mental dan
sriritual dari setiap orang. Beksi memiliki filosofis yang dapat diterapkan
kepada kehidupan sehari-hari.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan beberapa kesimpulan
yang berkenaan dengan dakwah yang dilakukan di dalam Perguruan
Bela Diri Beksi. Dari kesimpulan tersebut, penulis dapat melihat bentuk
dakwah yang dilakukan dadn media apa yang digunakan dalam
menyampaikan dakwah. Diantaranya sebagai berikut:
1. Dakwah
yang
dilakukan
dengan
menggunakan
metode
pangajian mingguan pada setiap malam jum’at yang dikemas
dengan pembacaan Surat Yaasin, tahlil dan dilanjutkan dengan
ceramah yang menggunakan kitab Fathul Qorib.
2. Kajian kitab yang disampaikan oleh Ustad. Abdul Azis sangat
mengena kepada pendengar/peserta pengajian, yang datang
dari berbagai golongan. Kitab yang disajikan membahas tentang
Fiqh, hal tersebut amat sangat berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
Terutama
bab
tentang
toharoh
dan
sholat,
memberikan pemahaman akan tata cara menyucikan diri dan
alat yang digunakan (air/debu) hingga pada tataran rukun dan
syarat sah sholat yang benar dan baik. Pamahaman
yang
didapatkan selain berasal dari penjelasan yang disampaikan juga
terbangun dari pertanyaan yang timbul.
B. SARAN
Animo masyarakat terhadap pengajian yang diadakan sangat
mengena kedalam kehidupan masyarakat, baik secara langsung
ataupun tidak. Efek langsung yang dirasakan dapat terlihat jelas dimana
adanya perubahan yang dilakukan mulai dari bersuci hingga sholat.
namun
untuk
lebih
meningkatkan
dan
mempertahankan
animo
masyarakat, penulis menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Pengajian yang dilakukan hendaknya lebih ditingkatkan, baik dari
segi materi maupun waktu yang digunakan. Sehingga penerimaan
oleh masyarakat akan semakin mengena.
2. Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi hendaknya lebih
memperhatikan
perkembangan
dakwah
yang
terjadi
di
masyarakat, hal itu terkait dengan masuknya kebudayaan dari luar
yang masyarakat kini.
3. Saran penulis kepada mahasiswa KPI khususnya dan seluruh
Mahasiswa UIN Jakarta agar setidak pernah berhenti berdakwah
kepada masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA
Anzhari, Hafi, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya, alIkhlas).
Arifin, H. M., Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977).
Azis, Moh Ali., Ilmu Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2004), Cet. Ke-1.
Bachtiar, Wardi., Metedologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos,
1997), Cet. Ke-1.
Ghazali, Bahri M., Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997).
Hafifuddin, Didin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), Cet.
Ke-1.
Hasanuddin., Rethorika Dakwah dan Publistik Dalam Kepemimpinan,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1982), Cet. Ke-1.
Hasyimi A., Dustur Dakwah Menurut al-Qur'an, (Jakarta: Bulan Bintang,
1974).
Kafie, Jamaluddin, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993).
Lathief, Nassaruddin, Teori dan Praktek Dakwah, (Jakarta: Firma Dara, tt).
Mahfuz, Ali Syekh, Hidayat al-Mursyidin, Terjemahan Chadijah Nasution,
(Yogyakarta: Tiga A, 1970).
Mansur, Mustafa, Jalan Dakwah, (Jakarta : Pustaka Utama, 1994), Cet. Ke1.
Maryono, O’ong, Pencak Silat Merentang Waktu, (Yogyakarta: Galang
Press, 2000), cet. Ke-2.
Munsyi, Kadi Abd. r, Metode Diskusi dalam Dakwah, (Surabaya: al-Ikhlas,
1982), Cet. Ke-1.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1998).
Natsir, Muhammad, “Fiqh Dakwah” Dalam Majalah Kiblat, (Jakarta, 1971).
Natsir, Muhammad., Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta: Gema Insani
Pres,1999). Cet. Ke-1.
Natsir,
Muhammad.,
Fiqhud
Dakwah,
(Jakarta:
Dewan
Islamiyah
Indonesia).
Partanto, A Paus., al-Barri, Dahlan M., Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya:
Usaha, 1994).
Quth, Syed, FiDhilal al-Qur'an, (Beirut: Ihya al-Turatsi al-Araby, 1976), Jilid V.
Rafifuddin, Djalil Abdul Muhammad, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Pustaka
Setia, 1997), Cet. Ke-1.
Rahmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1989).
Rahmat, Jalaluddin, Retorika Moderen: Sebuah Kerangka Teori dan
Praktek Berpidato, (Bandung: Akamedia, 1982).
Saputra, A Yahya., Syafi’i, Irwan H., Beksi Maen Pukul Khas Bertawi,
(Jakarta: Gunung Jati, 2002).
Soemargono, Sorjono, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Nur
Cahaya, 1983).
Subandi, Ahmad, Ilmu Dakwah Pengantar ke Arah Metodologi, (Bandung:
Yayasan Syahidah, 1995).
Syihab, Quraisy, Membumikan al-Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan , 1998), Cet. Ke-17.
Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: al-Ikhlas,
1983).
Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama,
1986).
Wawancara dengan Ayahanda H. M. Shofi LC, 29 Juli 2008.
Wawancara dengan Ustd. Abdul Azis, 25 Juli 2007.
www.kampoengbetawi.htm/dakwah 12/08/2008.
www.wikipedia/silat/pencaksilat.htm. 12/08/2008.
Yusuf Soeleman, Susanto Slamet, Pengantar Pendidikan Sosial, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1981).
Zaidan, Karim Abdul, Dasar-dasar Ilmu Dakwah2, (Jakarta: Media
Dakwah, 1984).
Download