BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pemeliharaan peralatan (maintenance) Pemeliharaan (maintenance) adalah segala tindakan terhadap sesuatu benda sebagai obyek untuk mempertahankan atau mengembalikannya ke keadaan, dimana benda tersebut dapat menjalankan fungsi semestinya. Tindakan-tindakan tersebut termasuk kombinasi teknis dan administratif, manajerial dan kegiatan pengawasan. 2.1.2 Kebijaksanaan Pemeliharaan Peralatan Ada beberapa kebijakan pemeliharaan peralatan, antara lain: kebijakan rawat buang, kebijakan rawat pakai atau rawat sendiri, kebijakan rawat kontrak, kebijakan unit cadangan, kebijakan teknik reparasi rakitan, dan kebijakan kombinasi dari kebijakan-kebijakan di atas. 2.1.3 Tujuan Pemeliharaan Tujuan pemeliharaan peralatan adalah sebagai berikut : a) Untuk memperpanjang usia kegunaan asset (yaitu setiap bagian dari suatu tempat kerja, peralatan dan fungsinnya). b) Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan dalam keadaan stand-by untuk digunakan sewaktu-waktu. 8 9 c) Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu, misalnya unit cadangan, unit pemadam kebakaran dan penyelamat, pemasangan antenna radio dan sebagainya. d) Untuk menjamin keselamatan yang menggunakan sarana tersebut. 2.2 Jenis Pemeliharaan Peralatan Fasilitas yang baru selesai dibangun, peralatannya masih baru dan biasanya operasi fasilitas dapat berjalan dengan lancar untuk tahun pertama. Agar suatu fasilitas tetap dapat berjalan dengan lancar, maka selama digunakan harus dilakukan perawatan dan pemeliharaan secara terus-menerus. Pemeliharaan tersebut dapat bermacam-macam, yang biasanya dibedakan sebagai berikut: 2.2.1 Pemeliharaan Rutin (routine maintenance) Pemeliharaan jenis ini bersifat rutin dan terus-menerus dilakukan yang bertujuan agar peralatan tetap berjalan dengan lancar dan mulus. Dalam jenis pemeliharaan ini biasanya tidak diperlukan penggantian suku cadang. Sering juga disebut sebagai perawatan atau service, yang meliputi pekerjaan seperti membersihkan dan memberikan minyak pelumas dan gemuk pelumas secara berkala sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat. 2.2.2 Pemeliharaan Pencegahan (preventive maintenance) Pemeliharaan jenis ini dilakukan untuk mencegah agar peralatan tersebut jangan sampai rusak dan tidak dapat digunakan sementara tengah diperlukan. Dilakukan secara terencana dan terjadwal sejak semula. Pada pemeliharaan jenis 10 ini, penggantian suku cadang dilakukan sebelum betul-betul rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Pemeliharaan jenis ini dilakukan sewaktu peralatan masih dalam keadaan baik. 2.2.3 Pemeliharaan Besar (major maintenance) Pemeliharaan besar dilakukan setiap periode tertentu. Periode ini dapat ditentukan berdasarkan waktu tetap atau berdasarkan masa penggunaan. Tujuannya adalah untuk mengembalikan peralatan ke kapasitas semula. Misalnya, setelah berjalan beberapa waktu lamanya, kapasitas peralatan tinggal 70%, dan dengan pemeliharaan besar ini kapasitas dipulihkan lagi menjadi, misalnya, 95%. Persiapan untuk jenis pemeliharaan ini biasanya dapat dilakukan jauh sebelumnya, mislnya 1 tahun, 2 tahun, atau bahkan lebih. Sering disebut juga overhaul, atau turn around, atau plant stop, atau “turun mesin”. 2.2.4 Pemeliharaan karena rusak (breakdown maintenance) Pemeliharaan jenis ini dilakukan secara terpaksa karena peralatan rusak secara mendadak. Biasanya tidak diantisipasi terlebih dahulu, dan terjadi karena berbagai sebab seperti pemeliharaan besar yang dilakukan sangat terlambat, kurang atau tidak dilakukan pemeliharaan rutin atau pencegahan, salah operasi, peralatan dibebani secara berlebihan, dan sebagainya. 2.2.5 Pemeliharaan Darurat (emergency maintenace) Ini hampir sama dengan pemeliharaan karena rusak, hanya saja jenis pemeliharaan ini terpaksa dilakukan karena alasan yang tidak dapat diduga sebelumnya, misalnya terjadi keadaan kahar (force majeur) seperti kebakaran, banjir, dan sejenisnya. Persamaan antara pemeliharaan karena rusak dan 11 pemeliharaan darurat ialah bahwa keduanya tidak dapat diramalkan dan tidak diperkirakan sebelumnya. Sedangkan perbedaannya ialah bahwa pemeliharaan karena rusak terjadi karena kesalahan sendiri, dan pemeliharaan darurat terjadi karena faktor diluar kekuasaan perusahaan. 2.3 Pengenalan Sky Lift Peralatan Sky lift termaksud salah satu peralatan alat-alat berat yang memiliki peranan penting dalam menunjang kegiatan operasional di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, sehingga pemeliharaan dan perawatan harus dilaksakan sesuai dengan standart operasinal prosedur. Sky lift sering juga disebut sebagai mobil tangga atau mobil tangga hidrolik yang mempunyai peranan dalam membantu pekerja yang membutuhkan ketinggian. Dahulu di tahun 1960an para pekerja di Indonesia yang bekerja dengan ketinggian hanya menghandalkan tangga-tangga portable atau alat bantu tali temali untuk mencapai ketinggianketinggian mencapai 10 atau 20 meter. Pada tahun 1970an Sky lift atau tangga hidrolik diciptakan oleh penemu Alex Humberg seorang kebangsaan Amerika, akan tetapi tangga hidrolik yang diciptakan hanya dapat ditarik atau didorong sesuai dengan keinginan para pekerja, hal ini kurang efisiensi dikarenakan penggunaan sky lift tidak dirancang dengan menggunakan mobil yang berfungsi sebagai perangkat mobile yang dapat membawa sky lift untuk dibawa ke mana-mana. Penggunaan yang sangat memberikan pelayanan kerja secara aman dan maksimal harus senantiasa diciptakan oleh pekerja serta operator dalam 12 melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Peralatan Sky lift type Aichi SC 300 sebagai peralatan yang berfugsi sebagai alat bantu kerja yang memiliki ketinggian 30 meter dan memiliki bentangan kaki masing-masing 3 meter kanan maupun kiri yang diciptakan sebagai pengaman terhadap maksimum ketinggian yang dimiliki oleh peralatan Sky lift. 2.4 Karakteristik Sky Lift Sky lift Aichi SC 300 dirancang untuk dipasangkan pada chasis truck besar tonase 5 sampai dengan 10 ton. Badan crane di pasangkan pada chasis truk dengan baut khusus. Bagian crane yang bergerak lainnya bertumpu pada badan crane. Sumber tenaga untuk menggerakkan crane didapatkan melalui putaran mesin kendaraan yang menghubungkan PTO dengan pompa hidrolik. Sistem hidrolik menggunakan oli dengan standard Pertamina Tellus 32 dengan kapasitas tangki oli hidrolik sebanyak 400 liter. Sky Lift memiliki 4 buah boom. Boom pertama dapat di gerakan artikulasi naik turun boom lift yang terbuat dari baja khusus yang diatur kecepatannya oleh adjust volume kecepatan. Gambar 2.1 Sinyal PWM 13 Boom ini dibuat dari baja khusus kekuatan tinggi berpenampang segi empat. Boom ini digerakan dengan mekanisme silinder hidrolis. Boom kedua dapat membuka dan memanjang dan dapat memutar ke kiri 360 derajat dan kanan 360 derajat. Boom ketiga dan boom keempat juga terbuat dari bahan baja khusus yang dapat naik turun dan membuka memanjang serta memutar 360 derajat. Gambar 2.2 Peralatan Sky Lift Pada ujung boom keempat terdapat platform kerja atau keranjang berkapasitas 2 ( dua) orang dengan mekanisme hidrolis menjaga platform tetap horizontal secara otomatis. Platform kerja dapat digerakan secara manual ke kiri 90 derajat dan ke kanan 90 derajat. Platform kerja dapat di miringkan jika perlu dengan menggunakan panel control yang tersedia. 14 Crane dikendalikan dengan kotak kontrol yang berada di badan crane atau kotak kontrol pada platform kerja. Sehingga operator dapat memilih sistem kerja yang paling efisien. Jangkauan kerja vertikal maksimal adalah 30 meter dan jangkauan kerja horisontal maksimum adalah 12 meter. Untuk menstabilkan kendaraan saat crane digunakan Sky lift dilengkapi dengan 4 buah outrigger depan dan belakang yang digantung pada chasis dengan lengan yang yang dapat dibentangkan sejauh 4 meter dan kaki dengan gerakan naik turun dengan system hidolis secara manual. . Demi keselamatan kerja unit ini dilengkapi dengan katup proporsional membuat unit dapat bekerja dengan mulus tidak tersendat-sendat. Katup pengecekan utama yang berfungsi untuk mencegah lengan crane turun tiba-tiba. Sensor pengamanan yang menjaga keseimbangan saat pengoperasian alat. Jika unit tidak seimbang maka crane berhenti secara otomatis. Sensor pengamanan kemiringan platform yang secara otomatis menghentikan operasional unit apabila kedudukan platform kerja tidak horisontal. Sensor kelebihan beban yang otomatis berbunyi apabila platform kelebihan beban. Kunci pengamanan pada boom utama apabila unit tidak dipakai. 2.5 Pulse Width Modulation (PWM) PWM, Pulse-Width Modulation, adalah salah satu jenis modulasi. Modulasi PWM dilakukan dengan cara merubah lebar pulsa dari suatu pulsa data. Total 1 perioda (T) pulsa dalam PWM adalah tetap, dan data PWM pada umumnya menggunakan perbandingan pulsa positif terhadap total pulsa. 15 Gambar 2.3 Pulse width Modulation 16 Penggunaan PWM: 1. PWM sebagai data keluaran suatu perangkat. PWM dapat digunakan sebagai data dari suatu perangkat, data direpresentasikan dengan lebar pulsa positif (Tp). 2. PWM sebagai data masukan kendali suatu perangkat. Selain sebagai data keluaran, PWM pun dapat digunakan sebagai data masukan sebagai pengendali suatu perangkat. Salah satu perangkat yang menggunakan data PWM sebagai data masukannya adalah Motor DC Servo. Motor DC Servo itu sendiri memiliki dua tipe: 1. Kontinyu, 2. Sudut. Pada tipe 1., PWM digunakan untuk menentukan arah Motor DC Servo, sedangkan pada tipe 2., PWM digunakan untuk menentukan posisi sudut Motor DC Servo. 3. PWM sebagai pengendali kecepatan Motor DC bersikat. Motor DC bersikat atau Motor DC yang biasa ditemui di pasaran yang memiliki kutub A dan kutub B yang jika diberikan beda potensial diantara keduanya, maka Motor DC akan berputar. Pada prinsipnya Motor DC jenis ini akan ada waktu antara saat beda potensial diantara keduanya dihilangkan dan waktu berhentinya. Prinsip inilah yang digunakan untuk mengendalikan kecepatan Motor DC jenis ini dengan PWM, semakin besar lebar pulsa positif dari PWM maka akan semakin cepat putaran Motor DC. Untuk mendapatkan putaran Motor DC yang halus, maka perlu dilakukan penyesuaian Frekuensi (Perioda Total) PWM-nya. 17 2.6 Jenis PWM 2.6.1 Analog Pembangkitan sinyal PWM yang paling sederhana adalah dengan cara membandingkan sinyal gigi gergaji sebagai tegangan carrier dengan tegangan referensi menggunakan rangkaian op-amp comparator. Gambar 2.4 Rangkaian PWM analog Cara kerja dari komparator analog ini adalah membandingkan gelombang tegangan gigi gergaji dengan tegangan referensi seperti yang terlihat pada Gambar dibawah 18 Gambar 2.5 Pembentukan sinyal PWM Saat nilai tegangan referensi lebih besar dari tegangan carrier (gigigergaji) maka output comparator akan bernilai high. Namun saat tegangan referensi bernilai lebih kecil dari tegangan carrier, maka output comparator akan bernilai low. Dengan memanfaatkan prinsip kerja dari komparator inilah, untuk mengubah duty cycle dari sinyal output cukup dengan mengubah-ubah besar tegangan referensi. Besarnya duty-cycle rangkaian PWM ini : π·π’π‘π¦ − πΆπ¦πππ = Keterangan Vreference x 100% Vcarrier : Duty cycle : lamanya pulsa high dalam satu perioda Vreference : Tegangan referensi V carrier : Tegangan pembawa 19 2.6.2 Digital Pada metode digital setiap perubahan PWM dipengaruhi oleh resolusi dari PWM itu sendiri. Misalkan PWM digital 8 bit berarti PWM tersebut memiliki resolusi 28= 256, maksudnya nilai keluaran PWM ini memiliki 256 variasi, variasinya mulai dari 0 – 255 yang mewakili duty cycle 0 – 100% dari keluaran PWM tersebut. 2.7 Konsep Kerja dan Pengendalian PWM Sinyal PWM pada umumnya memiliki amplitudo dan frekuensi dasar yang tetap, namun memiliki lebar pulsa yang bervariasi. Lebar Pulsa PWM berbanding lurus dengan amplitudo sinyal asli yang belum termodulasi. Artinya, Sinyal PWM memiliki frekuensi gelombang yang tetap namun duty cycle bervariasi (antara 0% hingga 100%). Gambar 2.6 Sinyal PWM Ttotal = Ton + Toff π·= T on T total Vout = D x Vin πππ’π‘ = T ton x Vin T total 20 Keterangan : Ton = Waktu Pulsa “High” Toff = Waktu pulsa “Low” D = Duty cycle adalah lamanya pulsa high dalam satu perioda Dari persamaan diatas diketahui bahwa perubahan duty cycle akan merubah tegangan keluaran atau tegangan rata-rata seperti gambar dibawah ini: Gambar 2.7 Vrata-rata Sinyal PWM 2.8 Limit Switch Limit switch merupakan jenis saklar yang dilengkapi dengan katup yang berfungsi menggantikan tombol. Prinsip kerja limit switch sama seperti saklar Push ON yaitu hanya akan menghubung pada saat katupnya ditekan pada batas penekanan tertentu yang telah ditentukan dan akan memutus saat saat katup tidak 21 ditekan. Limit switch termasuk dalam kategori sensor mekanis yaitu sensor yang akan memberikan perubahan elektrik saat terjadi perubahan mekanik pada sensor tersebut. Penerapan dari limit switch adalah sebagai sensor posisi suatu benda (objek) yang bergerak. Simbol limit switch ditunjukan pada gambar berikut: Gambar 2.8 Limit switch Limit switch umumnya digunakan untuk : * Memutuskan dan menghubungkan rangkaian menggunakan objek atau benda lain. * Menghidupkan daya yang besar, dengan sarana yang kecil. * Sebagai sensor posisi atau kondisi suatu objek. Prinsip kerja limit switch diaktifkan dengan penekanan pada tombolnya pada batas/daerah yang telah ditentukan sebelumnya sehingga terjadi pemutusan atau penghubungan rangkaian dari rangkaian tersebut. Limit switch memiliki 2 kontak yaitu NO (Normally Open) dan kontak NC (Normally Close) dimana salah satu kontak akan aktif jika tombolnya tertekan. Konstruksi dan simbol limit switch dapat dilihat seperti gambar di bawah. Konstruksi Dan Simbol Limit Switch. 22 Gambar 2.9 Konstruksi dan Simbol limit switch 2.9 Solenoid Solenoid adalah katup yang digerakan oleh energi listrik melalui solenoida, mempunyai kumparan sebagai penggeraknya yang berfungsi untuk menggerakan piston yang dapat digerakan oleh arus AC maupun DC, solenoid valve pneumatic atau katup (valve) solenoida mempunyai lubang keluaran, lubang masukan dan lubang exhaust. Gambar 2.10 Solenoid 23 Lubang masukan, berfungsi sebagai terminal / tempat udara bertekanan masuk atau supply (service unit), sedangkan lubang keluaran berfungsi sebagai terminal atau tempat tekanan angin keluar yang dihubungkan ke pneumatic, dan lubang exhaust, berfungsi sebagai saluran untuk mengeluarkan udara bertekanan yang terjebak saat plunger bergerak atau pindah posisi ketika solenoid valve pneumatic bekerja. Solenoid valve adalah elemen kontrol yang paling sering digunakan dalam fluidics. Tugas dari solenoid valve dalah untuk mematikan, release, dose, distribute atau mix fluids. Solenoid Valve banyak sekali jenis dan macamnya tergantung type dan penggunaannya, namun berdasarkan modelnya solenoid valve dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu solenoid valve single coil dan solenoid valve double coil keduanya mempunyai cara kerja yang sama. Solenoid valve banyak digunakan pada banyak aplikasi. Solenoid valve menawarkan switching cepat dan aman, keandalan yang tinggi, awet/masa service yang cukup lama, kompatibilitas media yang baik dari bahan yang digunakan, daya kontrol yang rendah dan desain yang kompak. Solenoid valve mempunyai banyak variasi dalam hal kegunaan atau kebutuhan dari mesin tersebut, diantara kegunaan solenoid valve adalah: ο· Digunakan untuk menggerakan tabung cylinder. ο· Digunakan untuk menggerakan piston valve. ο· Digunakan untuk menggerakan blow zet valve. ο· Dan masih banyak lagi. 24 Prinsip kerja dari solenoid valve yaitu katup listrik yang mempunyai koil sebagai penggeraknya dimana ketika koil mendapat supply tegangan maka koil tersebut akan berubah menjadi medan magnet sehingga menggerakan piston pada bagian dalamnya ketika piston bertekanan yang berasal dari supply (service unit). Pada umumnya solenoid valve pneumatic ini mempunyai tegangan kerja 100/200 VAC namun ada juga yang mempunyai tegangan kerja DC. Adapun system kerja dari pneumatic adalah sebagai berikut : Gambar 2.11 System kerja pneumatic Kompressor diaktifkan dengan cara menghidupkan penggerak awal umumnya motor listrik. Udara akan disedot oleh kompresor kemudian ditekan ke 25 dalam tangki udara hingga mencapai tekanan beberapa bar. Untuk menyalurkan udara bertekanan ke seluruh sistem (sirkuit pneumatik) diperlukan unit pelayanan atau service unit yang terdiri dari penyaring (filter), katup kran (shut off valve) dan pengatur tekanan (regulator). Service unit ini diperlukan karena udara bertekanan yang diperlukan di dalam sirkuit pneumatik harus benar-benar bersih, tekanan operasional pada umumnya hanyalah sekitar 6 bar. Selanjutnya udara bertekanan disalurkan dengan bekerjanya solenoid valve pneumatic ketika mendapat tegangan input pada kumparan dan menarik plunger sehingga udara bertekanan keluar dari outlet port melalui selang elastis menuju katup pneumatik (katup pengarah/inlet port pneumatic). Udara bertekanan yang masuk akan mengisi tabung pneumatik (silinder pneumatik kerja tunggal) dan membuat piston bergerak maju dan udara bertekanan tersebut terus mendorong piston dan akan berhenti di lubang outlet port pneumatic atau batas dorong piston. 2.10 Relay Relay pengendali elektromekanis adalah saklar magnetis. Relay ini menghubungkan rangkaian beban ON atau OFF dengan pemberian energi elektromagnetis, yang membuka atau menutup kontak pada rangkaian. Relay mempunyai variasi aplikasi yang luas baik pada rangkaian listrik maupun elektronis. Misalnya relay dapat digunakan pada kontrol dari kontrol urutan mesin, misalnya operasi pengeboran tanah, pengeboran pelat , penggilingan. 26 Relay biasanya hanya mempunyai satu kumparan, tetapi relay dapat mempunyai beberapa kontak. Relay elektromekanis berisi kontak diam dan kontak bergerak. Kontak yang bergerak dipasangkan pada plunger. Kontak ditunjuk sebagai normally open (NO) dan normally close (NC). Apabila kumparan diberi tenaga, terjadi medan elektromagnetis. Aksi dari medan pada gilirannya menyebabkan plunger bergerak pada kumparan menutup kontak NO dan membuka kontak NC. Jarak gerak plunger biasanya pendek, sekitar ¼ in atau kurang. Kontak normally open akan membuka ketika tidak ada arus mengalir pada kumparan, tetapi tertutup secepatnya setelah kumparan menghantarkan arus atau diberi tegangan. Kontak normally close akan tertutup apabila kumparan tidak diberi arus. Aplikasi pokok relay yang lain adalah untuk mengontrol rangkaian beban arus tinggi dengan rangkaian kontrol arus rendah. Hal ini memungkinkan karena arus yang dapat ditangani oleh kontak dapat ditangani oleh kontak dapat jauh lebih besar dibandingkan dengan yang diperlukan untuk mengoperasikan kumparan. ( a ) Relay elektromekanis (b) Kontruksi relay 27 (c) Bentuk fisik relay Gambar 2.12 Konstruksi dan Bentuk fisik Relay Pada rangkaian tersebut, sinyal kontrol elektronis menghidupkan atau mematikan transisitor yang pada gilirannya menyebabkan kumparan relay diberi energi atau dihilangkan energinya. Arus pada rangkaian kontrol yang terdiri dari transistor dan kumparan relay sangat kecil. Kumparan relay dan kontak mempunyai ukuran kerja yang terpisah. Kumparan relai biasanya dirancang bekerja pada pengoperasian dengan arus ac maupun dc, tegangan atau arus, tahanan dan daya pengoperasian normal. Kumparan relay sangat peka yang dirancang untuk bekerja pada mili ampere yang rendah, sering dioperasikan dari transistor atau rangkain yang terpadu. Apabila relay digunakan pada sebuah aplikasi, maka langkah pertama adalah menentukan tegangan kontrol pada relay yang akan bekerja sehingga pada kumparan tersebut sebagian besar tegangan standar.