二零 - GKA GLORIA

advertisement
|
233
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 233 | SEPTEMBER 2015
“Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu,
oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu
dan janji-Mu melebihi segala sesuatu.” [Mazmur 138:2]
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh
PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat
penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan
sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible!
PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu
tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab.
Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut:
Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit.
Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda.
Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan
Tuhan.
Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga
paham benar, kemudian renungkanlah.
Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan
refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan
pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu.
Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu
kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman
Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari
sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya
Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272
Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282
Email: [email protected]
Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777
a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria
Penulis edisi 233:
Alfred Jobeanto, Alex Lim, Andree Kho, Bambang Alim
Bambang Tedjokusumo, Hariyono Wong, Hendry Heryanto
Ivan Kwananda, Liem Sien Liong, Liona Margareth, Musa Akbar HIM
Olivia Carroline, Otniol H. Seba, Rohani, Sahala Marpaung
Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Belajar Beriman
P
ara pembaca renungan PERSPEKTIF yang
dikasihi Tuhan, kita tahu bahwa kita
diselamatkan karena iman (Sola Fide),
sehingga kita dengan rendah hati menyadari
bahwa keselamatan itu bukan hasil usaha kita,
melainkan pemberian Allah atau hasil kerja Allah.
Di balik karya keselamatan itu, kita tahu ada Tuhan
yang begitu setia, mengasihi dan rela berkorban bagi
kita, orang-orang berdosa (bdk. Rm. 5:8). Coba renungkan
sejenak, betapa Allah itu peduli atas hidup kita! Dan apa yang kita lakukan?
Tidak ada! Kecuali “percaya”! Bahkan kita bisa percaya itupun merupakan
pemberian atau anugerah Tuhan (bdk. 1Kor. 12:3).
Nah sekarang, sejak kita menjadi anak-anak-Nya, apa yang harus kita
lakukan dalam hidup ini? Janganlah kita tinggalkan “langkah pertama” yang
Tuhan telah perbuat bagi kita, yaitu “percaya” (beriman), sebab Paulus
mengingatkan kita, agar kita hidup bertolak dari iman, dipimpin iman, dan
hidup oleh iman (Rm. 1:17). Iman adalah “dasar dari segala sesuatu yang
kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibr. 11:1).
Orang yang beriman berarti, sekalipun hari ini dia tidak melihat bagaimana
Tuhan merenda kehidupannya, seperti halnya hari ini kita belum pernah
melihat Tuhan Yesus, tetap mau percaya dan penuh harap kepada-Nya
(bdk. 1Ptr. 1:8-9).
Tuhan menghendaki, agar kita tidak saja percaya kepada keselamatan
yang telah dikerjakan-Nya bagi kita, sekalipun kita tidak pernah melihatnya,
tetapi “percaya” yang sama juga boleh menjadi penggerak hidup kita atau
hiduplah oleh iman! Janganlah undur dari iman, hanya karena kita tidak
melihat bagaimana Ia sedang merenda hidup kita! Jika kita percaya, bahwa
keselamatan adalah karena iman (saved by faith), marilah kita juga hidup
dipimpin oleh iman (living by faith).
SELASA
01
SEPTEMBER 2015
“Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik!
Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.”
(Mazmur 136:1)
Bacaan hari ini: Mazmur 136:1-26
Bacaan setahun: Mazmur 135-136
BERSYUKURLAH SENANTIASA
M
engucap syukur seharusnya menjadi bagian yang melekat dalam
kehidupan orang Kristen. Ketika memulai hidup, menjalani hidup
dan mengakhiri hidup, semuanya dirangkai dalam ucapan syukur
kepada Allah. Ucapan syukur menjadi sesuatu yang sangat penting, karena
ucapan syukur merupakan bagian dari hidup manusia, selama manusia
masih bernafas.
Perasaan mengucap syukur yang sangat dalam ini telah diungkapkan
pemazmur. Dalam bagian ini: (1) Pemazmur bersyukur karena kehadiran
pribadi Allah dalam kehidupannya (ay.1-3), ia merasakan betapa baiknya
TUHAN yang melebihi segala tuhan, dan Allah di atas segala allah. Tidak
ada TUHAN seperti Dia. (2) Ia bersyukur karena kasih setia Allah (ay.1-26).
Segala sesuatu terjadi hanya karena kasih setia Allah bagi umat-Nya. Allah
tidak akan pernah tinggal diam walaupun hanya sejenak. Di dalam kasih
setia-Nya, Allah menjadikan langit bumi serta segala isinya. Kepada umatNya, Allah memberikan pembebasan dari perbudakan dan menyatakan
keajaiban yang menggetarkan bangsa-bangsa. Untuk selamanya Allah
tidak pernah berhenti berkarya serta bertindak. Itulah sebabnya, umat Allah
tidak pernah berkekurangan dalam pemeliharaan Allah. Kasih setia Allah
terus-menerus dirasakan umat-Nya, dan membuahkan karya-karya ajaib
dalam kehidupan manusia. Walaupun ada di padang gurun dan dihadang
musuh, Allah tetap berkarya menolong dan menyelamatkan umat-Nya. (3)
Pemazmur senantiasa bersyukur karena pekerjaan-pekerjaan Allah (ay.426). Bila kita melihat karya Allah dalam alam semesta, kita tidak akan bisa
untuk tidak memuji-memuliakan Allah, karena keindahan dan kemegahan
yang telah dibuat oleh tangan-Nya yang ajaib. Bukan hanya dalam ciptaan
saja Allah berkarya secara hebat, namun Allah juga bekerja dalam sejarah
umat-Nya (ay.10-22).
Dengan melihat segala yang telah dibuat Allah bagi umat-Nya, marilah
kita semakin hari semakin bersyukur kepada Allah atas segala perbuatanNya yang ajaib bagi kita.
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa orang Kristen seharusnya limpah dengan ucapan syukur? (2)
Apa yang harus kita perbuat, jika Allah telah mengasihi kita?
Berdoalah bagi jemaat yang sedang bergumul dengan berbagai masalah
hidup, agar mereka dimampukan untuk bersyukur dan percaya pada kasih
dan pemeliharaan Tuhan yang senantiasa menaungi.
RABU
02
SEPTEMBER 2015
“Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku,
ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku.”
(Mazmur 139:23)
Bacaan hari ini: Mazmur 139:1-24
Bacaan setahun: Mazmur 137-139
NO HIDDEN AREA
A
dalah natur manusia menyembunyikan sesuatu yang merupakan aib
baginya. Sesuatu yang buruk seringkali disimpan rapat-rapat di
kedalaman hati yang terdalam, dengan harapan tidak ada seorang
pun yang mengetahui dan mengoreknya kembali. Di dalam kegelapan hati
itulah, manusia merasa aman dari kesalahan yang diperbuatnya.
Daud nampaknya pernah mengalami situasi demikian. Ia memiliki aib
yang mungkin tidak ada seorang pun yang tahu, ia menyimpan rapat-rapat
di dalam kegelapan hatinya, berharap aib itu hilang dengan sendirinya dan
tidak ada seorang pun akan mengetahui dan menghakimi kesalahan yang
diperbuatnya itu. Namun masalahnya adalah, ia hanya seorang manusia,
seorang yang diciptakan oleh Sang Pencipta (ay. 13-18), yang lebih
superior dibanding dirinya. Ya, dia diciptakan oleh Allah yang Mahatahu (ay.
1-6) dan Allah yang Mahaada (ay. 7-12) sehingga tidak mungkin lari
daripada-Nya. Oleh karena itu Daud sadar bahwa sebenarnya tidak ada
yang tersembunyi di hadapan Allah. Allah mengetahui segala sesuatu yang
terjadi, termasuk apa yang di dalam lubuk hati terdalam. Itu berarti Daud
harus menyerahkan hatinya kepada Allah.
Menyadari hal ini, Daud meminta Allah untuk menyelidiki, mengenal,
dan menguji hatinya. Ia meminta kepada-Nya untuk boleh melihat apakah
hatinya serong atau tidak (ay. 24). Ia sadar jika tidak ada yang tersembunyi
daripada-Nya maka tidak lain dan tidak bukan, yang harus Daud lakukan
adalah meminta Allah untuk meluruskan jalan hatinya. Sehingga segala
sesuatu yang dipikirkan dan akan dilakukan mendapatkan tuntunan Tuhan,
agar segala sesuatunya boleh berkenan kepada Tuhan.
Melalui pengalaman hidup Daud ini, kita juga diajar bahwa tidak ada
yang tersembunyi di hadapan Allah. Setiap motivasi hati, rancangan, serta
rencana kita, diketahui Allah dengan sempurna, bahkan setiap dosa yang
“terselubung” pun diketahui dengan jelas oleh Allah. Maka dari itu, marilah
kita mengaku dosa di hadapan Allah dan meminta-Nya untuk menuntun
kehidupan kita, supaya kita berada di jalan yang benar.
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana pengenalan Daud tentang Tuhan dan hubungan-Nya
dengan dirinya? (2) Apa yang kita dapat pelajari dan aplikasikan dalam hidup kita?
Berdoa agar tidak ada area-area terselubung di dalam kehidupan anak-anak
Tuhan, sebaliknya mereka menyerahkan hati mereka untuk senantiasa
diselidiki oleh Tuhan.
KAMIS
03
SEPTEMBER 2015
“Aku berseru-seru kepada-Mu, ya Tuhan,
kataku, ‘Engkaulah tempat perlindunganku,
bagianku di negeri orang-orang hidup!’”
(Mazmur 142:6)
Bacaan hari ini: Mazmur 142:1-8
Bacaan setahun: Mazmur 140-142
FACING THE GIANT
P
ernahkah Anda berada dalam situasi yang sulit? Keuangan yang
berantakan, dikhianati teman, ditipu oleh kolega yang Anda
percayai, menjadi public enemy di lingkungan sekitar, atau mungkin
ditelantarkan oleh anak sendiri. Jika Anda pernah atau sedang mengalami
salah satu dari hal-hal di atas, jangan kuatir, Anda tidak sendirian, Daud
pernah mengalami semua hal di atas.
Tidak ada seorang pun manusia ingin mengalami hal-hal sulit seperti di
atas, tidak terkecuali Daud. Ia merasa frustrasi dengan apa yang
dialaminya (ay. 5). Semangatnya menjadi lesu karena deraan masalah
demi masalah yang menimpanya. Belum lagi ditambah dengan kenyataan
bahwa dalam kesulitan hidup yang dialaminya, tidak seorang pun datang
menolongnya. Ia harus menghadapi segala sesuatunya sendirian (ay. 4-5).
Ia berada dalam situasi jalan buntu. Dalam situasi frustrasi seperti ini, Daud
dihadapkan pada setidaknya dua solusi: pertama, ia bisa memilih jalan
pintas, Daud bisa saja membunuh dirinya sendiri; kedua, ia tetap bertahan
dalam kesulitan ini sambil berserah kepada Tuhan yang memberikan
kekuatan padanya.
Daud memilih opsi kedua. Daud tidak lari dari masalahnya, ia justru
menghadapi kesulitan tersebut dengan bersandar kepada Tuhan (ay. 6).
Menghadapi masalahnya yang sebesar raksasa dengan keyakinan yang
berpaut kepada Tuhan. Ia meminta pertolongan Tuhan yang ia yakini akan
membebaskannya dari segala kesulitan, di kemudian hari. Kendati harus
bertubi-tubi mengalami masalah, Daud tetap bertahan dalam pahit dan
getirnya hidup dengan keyakinan penuh kepada Tuhan.
Menjadi pelajaran bagi kita untuk menghadapi raksasa kehidupan kita.
Benar, hidup kita tidak akan lepas dari masalah, bahkan mungkin sekarang
kita sedang menghadapi masalah yang berat sendirian, tapi tetaplah yakin,
ada Tuhan bersama-sama kita. Menjadi kerinduan kita untuk mengarungi
kehidupan ini bersama dan bersandarkan Dia. Tuhan lebih besar dari
masalah, mari bersama memandang Tuhan yang besar itu!
STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Daud alami dan bagaimanakah perasaannya? (2) Bagaimana
Daud menghadapi persoalannya?
Berdoalah bagi hamba-hamba Tuhan, di dalam kehidupannya yang penuh
tantangan dan pergumulan, kiranya mereka tetap berserah dan sepenuhnya
bersandar kepada Tuhan.
JUMAT
04
SEPTEMBER 2015
“Puji-pujian dari Daud. Aku hendak mengagungkan
Engkau, ya Allahku, ya Raja, dan aku hendak
memuji nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya.”
(Mazmur 145:1)
Bacaan hari ini: Mazmur 145
Bacaan setahun: Mazmur 143-145
GOD, THE CENTER OF MY LIFE
B
anyak orang di dunia seringkali dipuji karena melakukan kebaikan
atau perbuatan besar, seperti halnya membangun panti asuhan,
membangun sekolah, atau bahkan memberikan beasiswa kepada
mereka yang tidak mampu. Apabila orang dipuji karena telah melakukan
kebaikan, bagaimana dengan Allah?
Mazmur 145 tergolong sebagai Mazmur pujian. Disebut sebagai
Mazmur pujian karena seluruh isi Mazmur berisi puji-pujian kepada Allah.
Mengapa pemazmur memuji Allah? Ada beberapa alasan mengapa
pemazmur memuji Allah, yaitu: (1) karena fokus pujian adalah Allah. Oleh
sebab itu, sering kali pemazmur akan menyebutkan kata TUHAN atau kata
ganti orang seperti “Engkau atau Dia” (ay. 1-21). Dalam hal ini, Allah
menjadi pusat kehidupan manusia yang layak disembah atau dipuji.
Namun demikian, sungguh sangat disayangkan apabila puji-pujian gereja
hanya ditujukan kepada manusia atau hanya sekadar hiburan semata. (2)
Karena Allah telah menyelamatkan pemazmur dari kepungan atau
ancaman musuh. Dalam hal ini, apabila Anda telah diselamatkan Tuhan
dari beban persoalan yang menghimpit, maka Anda harus memuji atau
bersyukur kepada-Nya. (3) karena Allah telah menjawab pergumulan
pemazmur. Sehingga, tatkala Tuhan telah menjawab doa-doa Anda, maka
sudah seharusnya lah Anda memuji Tuhan (ayat 19).
Dalam Mazmur pujian, Tuhan dipuji dengan beberapa faktor seperti
halnya Tuhan dipuji karena Tuhan baik, karena menyelamatkan umat-Nya
dan beberapa faktor lain. Namun dari sekian banyak faktor, hanya ada satu
yakni Tuhan dipuji karena Dia adalah pusat puji-pujian. Dalam hal ini, pujipujian hanya tertuju pada Allah bukan kepada manusia atau diri (selfcentered). Jika puji-pujian berpusat hanya pada Allah, maka seluruh hidup
Anda harus berpusat pada-Nya; baik dalam perbuatan maupun tutur kata,
harus senantiasa memuliakan-Nya. Sudahkah kehidupan Anda senantiasa
berpusat kepada Kristus dengan memuji atau memuliakan-Nya, dan bukan
hanya pada lidah bibir saja, tapi juga pada perbuatan Anda?
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa kita harus memuji-muji Tuhan, bahkan hidup kita patut kita
persembahkan kepada-Nya? (2) Berikan contoh-contoh praktisnya!
Berdoalah bagi anak-anak Sekolah Minggu agar sedari dini mereka telah
mendapatkan didikan yang baik, sehingga hidup mereka adalah hidup yang
takut akan Tuhan.
SABTU
05
SEPTEMBER 2015
“Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub
sebagai penolong, yang harapannya pada
TUHAN, Allahnya.” (Mazmur 146:5)
Bacaan hari ini: Mazmur 146
Bacaan setahun: Mazmur 146-147
KEMANAKAH ‘KAN KUCARI PERTOLONGAN?
K
etika dilanda berbagai macam permasalahan dalam kehidupan, apa
hal pertama akan Anda lakukan? Mungkin hal pertama yang Anda
lakukan adalah mencari pertolongan. Anda berharap pertolongan itu
sesuai dengan harapan. Tapi, bagaimana perasaan Anda, jika pertolongan
itu tidaklah sesuai dengan apa yang Anda harapkan, bisa jadi Anda akan
sangat kecewa, marah, bahkan bersedih hati.
Tidaklah demikian halnya yang dialami oleh sang pemazmur. Di dalam
mazmurnya, sang pemazmur merasakan kebahagiaan, karena Tuhan,
tempat dia mencari pertolongan dan menaruh pengharapannya, telah
memberikan pertolongan dan memenuhi apa yang menjadi harapannya.
Itu alasan dia memuliakan Tuhan dengan bermazmur memuji Tuhan yang
telah menolongnya (ay. 1-2). Di dalam mazmurnya, ia menasihatkan agar
kita tidak mencari pertolongan kepada manusia, siapa pun dia, baik itu dari
seorang pahlawan yang gagah perkasa atau pun dari kebaikan para
bangsawan (bdk. Ams. 19:6). Mengapa? Karena mereka adalah manusia
yang fana, yang kehidupan, kekuatan, kejayaan dan kebaikannya akan
segera berakhir ketika tubuhnya kembali menjadi debu (ay. 3-4). Karena itu,
pemazmur menasihatkan agar kita mencari pertolongan dan pengharapan
hanya kepada Tuhan saja. Mengapa? Karena Tuhanlah yang menciptakan
alam semesta ini, Ia penuh perhatian dan kasih kepada kita manusia, dan
pemerintahan-Nya kekal. Olah karena itu, orang yang menjadikan Tuhan
sebagai Penolongnya dan harapannya, benar-benar berbahagia (ay. 5-10).
Ketika Anda tertimpa masalah, kemanakah Anda akan pergi mencari
pertolongan dan manaruh pengharapan Anda? Janganlah kita mengatasi
dengan kekuatan kita sendiri dan janganlah juga kita tergoda untuk mencari
pertolongan kepada manusia atau “yang lain.” Tetapi, marilah kita mencari
pertolongan dan menaruh pengharapan kita kepada Tuhan. Berbahagialah
yang mencari pertolongan dan menaruh pengharapannya hanya kepada
Tuhan. Karena Tuhan yang penuh perhatian dan kasih akan menolongnya
(ayat 5-10).
STUDI PRIBADI: (1) Saat mengalami berbagai permasalah kehidupan, kemanakah Anda
mencari pertolongan? (2) Siapa yang Anda harapkan untuk menolong Anda? Mengapa?
Doakanlah agar kita sebagai orang percaya selalu mencari pertolongan dan
manaruh pengharapan kita hanya kepada Tuhan saja, dan bukan kepada diri
atau pun kepada “yang lain”.
MINGGU
06
SEPTEMBER 2015
“Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN!
Haleluya!” (Mazmur 150:6)
Bacaan hari ini: Mazmur 150
Bacaan setahun: Mazmur 148-150
BIAR SEGALA YANG BERNAFAS MEMUJI TUHAN
M
azmur ini merupakan mazmur terakhir dari seluruh kitab Mazmur.
Mazmur ini berisi pujian, dan dapat dikatakan merupakan pujian
penutup dari seluruh kitab Mazmur. Mazmur ini dimulai dan diakhiri
dengan kata “haleluya,” suatu kata seruan untuk memuji Tuhan. Di sini
pemazmur seakan-akan ingin mengatakan, “Anda bisa saja melupakan
apa yang tertulis dalam mazmur-mazmur yang telah Anda baca. Namun,
jangan pernah lupakan bahwa yang sangat penting bagi orang percaya
adalah memuji-muji Tuhan!”
Pemazmur mengajak umat untuk memuji-muji Tuhan, karena
kemahakuasaan, keperkasaan, keagungan, dan kehebatan Tuhan yang
telah mereka alami dalam kehidupan mereka sebagai umat-Nya; dimana
mereka telah beroleh pengampunan dan pengenalan akan Allah di dalam
hidup mereka. Karena itu, pujian yang mereka kumandangkan bagi-Nya
tak boleh tanggung-tanggung. Bagaikan orkestra, maka semua peralatan
musik harus dipadukan untuk menembangkan kemegahan-Nya yang tiada
banding (ay. 3-5). Irama dan gerakan tarian pun harus mengekspresikan
rasa syukur yang melimpah kepada-Nya (ay. 4). Jauh lebih penting dari
semua instrumen musik dan gerak tarian adalah ucapan pujian dan syukur
yang keluar dari mulut setiap umat Tuhan. Dan bahkan jauh lebih penting
lagi adalah jika seluruh kehidupan umat Tuhan menjadi alunan musik dan
pujian yang indah bagi Tuhan (ay. 6). Sungguh, hanya mereka yang sudah
mengalami anugerah pengampunan dan pemulihan Tuhan sajalah yang
mampu menyanyikan kidung yang indah, melampaui kemerduan paduan
suara malaikat di surga.
Sebagai orang-orang yang telah mengalami pengampunan dan
pengenalan akan Allah di dalam hidup ini, marilah kita menaikkan pujian
syukur kita dengan menjadikan sendi-sendi kehidupan kita menjadi sebuah
alunan musik yang indah bagi Tuhan. Jadikan hidup kita pujian bagi
TUHAN, seperti pemazmur berkata: “Biarlah segala yang bernafas memuji
dan menyembah TUHAN! Haleluya!” (Mzm. 150:6).
STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang seharusnya kita lakukan sebagai orang-orang yang telah
ditebus dan bahkan beroleh pengenalan akan Tuhan? (2) Bagaimana caranya?
Berdoalah agar kita sebagai orang percaya dapat senantiasa memuji Tuhan
dan mengucap syukur atas segala perbuatan ajaib Tuhan di dalam
kehidupan kita selama ini.
SENIN
07
SEPTEMBER 2015
“Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan.”
(Amsal 1:7a)
Bacaan hari ini: Amsal 1
Bacaan setahun: Amsal 1-2
TAKUT AKAN TUHAN: PERMULAAN PENGETAHUAN
A
msal merupakan sebuah kitab yang banyak menggunakan kalimatkalimat sederhana dan indah, seperti peribahasa, perumpamaan,
peringatan, atau nasihat pendek untuk menyatakan hal-hal yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya tentang bagaimana
seharusnya seseorang bertingkah laku sebagai manusia, atau nasihat
yang berhubungan dengan sikap etis dan moral manusia.
Kitab ini ditulis oleh raja Salomo (1Raj. 4:29-34; Ams. 1:1), kemudian
disadur pegawai-pegawai raja Hizkia (Ams. 25:1). Ini membuktikan bahwa
kira-kira seribu tahun sebelum kelahiran Tuhan Yesus, bangsa Israel sudah
sangat mementingkan nasihat-nasihat yang berkenan dengan masalah
etis dan moral. Suatu bangsa pilihan Allah yang memiliki etika dan moral
yang bernilai tinggi, baik secara perseorangan maupun secara kolektif.
Pada bagian awal, kitab Amsal telah menerangkan bahwa maksud dan
tujuan penulisan kitab ini (1:1-6) adalah untuk membina si pembaca agar
mereka menjadi orang yang lebih baik dan juga bijaksana. Meskipun di
dalamnya banyak membicarakan tentang etika dan moral, semua nasihat
itu diarahkan pada suatu dasar, yaitu “takut akan Allah” (1:7; ps. 9:10).
Penulis menyadari bahwa Allah adalah sumber segala pengertian dan
kekuatan (ps. 8:14), oleh sebab itu, baik para raja dan para pembesar (8:15,
16), atau pun para budak dan hamba (ps. 17:2; 30:10), semuanya ada di
bawah pengawasan Allah. Karena itu, mereka harus memiliki hati “takut
akan Tuhan”.
Takut akan Tuhan itu berbeda dengan sifat rasa takut yang manusia
alami pada umumnya. Takut akan Tuhan berarti membenci kejahatan (ps.
8:13a; 16:6a), yaitu mempunyai rasa hormat dan menyembah kepada
Tuhan, menaati perintah-perintah-Nya. Takut akan Tuhan ini merupakan
permulaan pengetahuan (ayat 7a). Melalui sikap ini, kita dididik sehingga
memperoleh hikmat (ps. 15:33a). Karena itu, marilah kita takut akan Tuhan
dalam hidup ini. Dengan demikian kita akan memperoleh pengetahuan dan
hikmat kehidupan.
STUDI PRIBADI: (1) Apakah perbedaan takut akan Tuhan dengan sifat rasa takut manusia
pada umumnya? (2) Mengapa kita harus memiliki sikap takut akan Tuhan?
Berdoalah agar kita semua, sebagai anak-anak Tuhan memiliki sikap takut
akan Tuhan secara benar dalam menjalani hidup ini, sehingga apapun yang
kita lakukan dan pikirkan memuliakan nama Tuhan.
SELASA
08
SEPTEMBER 2015
“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu,
dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.
Akuilah Dia dalam segala lakumu,
maka Ia akan meluruskan jalanmu.” (Amsal 3:5-6)
Bacaan hari ini: Amsal 3:5-6
Bacaan setahun: Amsal 3-5
BERKAT DARI HIKMAT
B
anyak manusia, termasuk orang Kristen, berusaha untuk mencapai
keberhasilan hidupnya dengan berbagai cara, seperti: bekerja dan
mengumpulkan harta (materi), berusaha memiliki pengetahuan
luas/tinggi dengan berbagai gelar yang dimiliki; dengan memiliki hal-hal
tersebut,—diharapkan manusia bisa mencapai keberhasilan hidup.
Apakah salah jika kita mengusahakan itu semua? Harta/materi dan
pengetahuan yang luas penting bagi seorang Kristen untuk membantunya
menjalani kehidupan di dalam dunia ini. Namun yang paling penting adalah
bagaimana dia mengerti bahwa keberhasilan hidupnya harus dipandang
dan diusahakan di dalam jalan Tuhan. Setiap orang Kristen sejati
mendambakan kehidupan yang dituntun dan disertai oleh Tuhan, itu pasti.
Kehidupan yang dituntun oleh Tuhan merupakan berkat dari hikmat yang ia
miliki. Inilah kehidupan yang berhasil menurut Alkitab. Persoalannya,
bagaimana kita bisa memiliki hidup yang demikian? Mari kita perhatikan
apa yang tertulis di dalam Amsal ini.
Tema dari Amsal 3 berkaitan dengan hikmat. Pertanyaannya, “Apakah
yang dimaksud dengan hikmat itu?” Di dalam konteks kitab Amsal, secara
khusus Amsal 1:7, hikmat dapat diartikan sebagai “takut akan Tuhan.”
Namun dalam Amsal 3:5, “percaya kepada Tuhan” dapat diartikan sebagai
hikmat. Jadi secara sederhana dapat kita simpulkan, orang yang percaya
kepada Tuhan (pastinya orang yang takut akan Tuhan juga) adalah orang
yang memiliki hikmat.
Secara umum, Amsal 3:5-6 menggambarkan tentang orang berhikmat
(=maksudnya orang yang percaya dan takut kepada Tuhan) dan berkat
yang ia miliki. Apakah berkat yang dimilikinya? Jawabannya terdapat pada
kalimat selanjutnya, “Ia akan meluruskan jalanmu”, yang dapat diartikan
sebagai tuntunan dan penyertaan Tuhan di dalam kehidupan orang Kristen.
Melalui bagian ini kita dapat menyimpulkan bahwa berkat dari hikmat itu
adalah tuntunan dan penyertaan Tuhan di dalam kehidupan setiap orang
percaya. Sudahkah kita miliki hidup yang demikian?
STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang dimaksud dengan hidup takut akan Tuhan? Berikanlah
contohnya! (2) Apa arti “Tuhan akan meluruskan jalan kita”?
Berdoalah bagi para pemuda dan pemudi Kristen agar mereka hidup sesuai
firman Tuhan dan tidak dicemari oleh pola hidup duniawi yang bertentangan
dengan kehendak Tuhan.
RABU
09
SEPTEMBER 2015
“Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia,
sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan.”
(Amsal 13:4)
Bacaan hari ini: Amsal 6:6-8
Bacaan setahun: Amsal 6-7
BELAJAR DARI SEMUT
S
alah satu sifat yang Alkitab bahas adalah sifat malas. Setiap manusia
punya potensi dan cenderung memiliki sifat dan sikap malas. Dalam
kitab Amsal sendiri setidaknya ada 19 kali, sifat dan sikap malas ini
disinggung, baik berkaitan dengan “tanggung jawab yang harus dikerjakan”
(Ams. 6:6,9; 10:26;12:24, 27; 18:9; 19:24;21:25, dst), maupun berkaitan
dengan “hikmat dan akal budi” (bnd. Ams. 15:19; 20:4; 26:16, dst).
Pertanyaannya, apakah hubungan antara sifat malas dan kehidupan
kita sebagai orang Kristen? Jika kita melihat bagian-bagian firman Tuhan di
dalam kitab Amsal yang menyinggung tentang sifat dan sikap malas ini,
setidaknya kita dapat menyimpulkan bahwa orang yang malas sebetulnya
mengabaikan “anugerah Tuhan” di dalam hidupnya.
Dalam Amsal 6:6-8, Salomo menasihati orang muda [disebut sebagai
“anakku”], bagaimana si pemalas mengabaikan anugerah Tuhan di dalam
hidupnya. Dengan mengambil contoh semut, Salomo menegur mereka
yang tidak mempersiapkan hidupnya dengan baik untuk menghadapi masa
yang akan datang. Semut akan mempersiapkan masa depannya dengan
mengumpulkan roti sebagai persediaan makanan untuk masa yang akan
datang. Meskipun tidak memiliki pemimpin yang memimpin dan mengatur
hidupnya, semut tetap bekerja dan mengumpulkan hasilnya. Tujuannya,
agar semut itu bisa hidup dan bertahan di dalam hidupnya.
Hal yang sama juga terjadi pada diri kita apabila kita menjadi malas,
sehingga kita mengabaikan “anugerah Tuhan di dalam hidup kita.” Tuhan
mengaruniakan akal budi, dan keterampilan kepada kita supaya kita bisa
“mempersiapkan masa depan kita”, tentunya dengan bekerja secara jujur,
dan dengan mengandalkan Tuhan, sehingga hasil yang akan diperoleh
akan membuat kita mampu bertahan menghadapi kesukaran dan kesulitan
hidup masa yang akan datang. Bagaimanakah dengan kita, apakah kita
sudah memaksimalkan anugerah Tuhan di dalam hidup kita? Seperti kata
Amsal 12:27, “Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang
rajin akan memperoleh harta yang berharga.”
STUDI PRIBADI: (1) Apakah kemalasan merupakan natur manusia yang telah jatuh dalam
dosa? (2) Apa yang dinasihatkan oleh Salomo kepada mereka yang malas?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka belajar hidup penuh tanggung jawab
dalam segala hal, sehingga hidup mereka menjadi kesaksian dan teladan
yang baik serta memuliakan Tuhan.
KAMIS
10
“Hai orang yang tak berpengalaman, tuntutlah kecerdasan,
hai orang bebal, mengertilah dalam hatimu.”
(Amsal 8:5)
SEPTEMBER 2015
Bacaan hari ini: Amsal 8:1-5
Bacaan setahun: Amsal 8-9
NASIHAT MEMILIH HIKMAT
H
ikmat yang disampaikan Salomo dalam ayat 1-3 sangat penting
untuk diperhatikan. Hikmat itu sendiri adalah nilai yang patut untuk
dimiliki. Tidak ada satupun manusia yang rugi, jika ia berhikmat.
Sebaliknya, jika manusia tidak memiliki hikmat, maka ia akan kehilangan
sesuatu yang penting dan bernilai. Dalam banyak tempat dan waktu kita
bisa melihat dan belajar tentang hikmat dan kepandaian. Tidak akan sia-sia
seseorang yang memiliki hikmat.
Lebih lanjut, dalam ayat 4-5, undangan hikmat diberikan bagi seluruh
manusia yang ada di muka bumi ini. Pertanyaannya, manusia yang seperti
apa? Dijelaskan, terutama kepada “mereka yang tidak berpengalaman”
dan kepada “mereka yang bebal.” Mengapa mereka yang tidak
berpengalaman membutuhkan hikmat? Mengapa mereka yang bebal juga
membutuhkan hikmat untuk mengerti?
“Orang yang tidak berpengalaman” (Ibrani: peth a’yim = orang yang
sederhana) dalam bagian ini menunjuk kepada mereka yang tidak memiliki
pengetahuan yang benar dalam menjalani kehidupan ini. Salomo
menjelaskan bahwa hikmat (termasuk kepandaian dan kecerdasan)
dibutuhkan agar mereka yang tidak memiliki pengetahuan yang benar,
dapat menjalani kehidupan ini dengan benar. Selanjutnya, “orang yang
bebal” (Ibrani: kesilim = orang bodoh) menunjuk kepada mereka yang
tahu/paham akan sesuatu yang baik, namun tidak mau dan tidak mampu
melakukannya. Salomo dalam hal ini mengingatkan bahwa hikmat itu
dibutuhkan oleh mereka yang bebal supaya mereka “mengerti” (Ibrani:
ormah = menjadi bijaksana; tahu yang baik dan benar serta melakukan
seperti demikian) dan melakukan yang benar.
Belajar dari bagian Firman Tuhan ini, sudahkah kita memiliki hikmat
yang benar? Memiliki hikmat yang benar sangat penting bagi kita yang
hidup pada zaman ini, supaya kita bisa hidup dengan lebih bijaksana.
Hikmat itu hanya dapat diperoleh jika kita percaya kepada-Nya, mengenal
Dia, melalui Firman-Nya dan ketaatan kepada Firman-Nya.
STUDI PRIBADI: (1) Adakah manusia yang cukup berhikmat dalam hidupnya, sehingga
tidak memerlukan nasihat Tuhan? (2) Apakah pentingnya hikmat bagi kita?
Berdoa bagi jemaat yang sedang menghadapi kesulitan hidup agar mereka
diberikan hikmat untuk menghadapi situasi mereka dalam menantikan
pertolongan Tuhan.
JUMAT
11
SEPTEMBER 2015
”Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran,
tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.”
(Amsal 10:19)
Bacaan hari ini: Amsal 10
Bacaan setahun: Amsal 10-12
BANYAK BICARA, BANYAK PELANGGARAN
L
idah merupakan bagian anggota tubuh kita yang kecil tetapi memiliki
kekuatan dan kuasa yang luar biasa. Bahkan penulis surat Yakobus
menggambarkan lidah seperti kemudi kecil yang mampu
mengendalikan kapal besar, atau api kecil yang mampu membakar hutan.
Sebab itu, Amsal 10:19 mengingatkan kita agar kita dapat mengendalikan
dengan baik ucapan kita, karena orang yang banyak bicara, tentunya akan
melakukan banyak pelanggaran; Mengapa demikian? Karena dengan
banyak bicara, kita bisa saja mengungkapkan apa yang seharusnya tidak
kita ucapkan, atau bahkan mengucapkan hal-hal yang tidak baik, hal-hal
yang bukannya membangun orang lain, tetapi justru menjatuhkan dan
merugikan orang lain.
Sering seseorang banyak bicara karena ingin menunjukkan kepada
orang lain jika ia “mahatahu” atau “mahapintar” sehingga ia kuatir jika orang
lain tidak menyadari hal itu bila ia tidak mengungkapkannya. Tapi hasilnya
justru seringkali perkataannya malah mempermalukan dirinya sendiri atau
menjerumuskan dirinya sendiri. Perkataan kita bisa mengungkapkan siapa
diri kita; apakah kita orang yang berhikmat atau bodoh, apakah kita baik
atau jahat. Dengan menahan diri dalam berbicara, kita justru bisa memilih
kata-kata yang akan diucapkan dengan lebih hati-hati. Dengan demikian,
kehidupan kita bisa menjadi berkat, bukan justru menjadi batu sandungan.
Marilah kita mengintrospeksi diri sendiri, apakah perkataan kita selama ini
lebih banyak membangun atau justru lebih ingin menjatuhkan orang lain?
Apakah selama ini perkataan kita menimbulkan pertikaian, kepahitan, sakit
hati, perpecahan atau justru menumbuhkan semangat?
Apabila selama ini perkataan kita tidak membawa manfaat, mungkin
sekaranglah waktunya bagi kita untuk belajar berdiam diri dan lebih berhatihati dalam setiap ucapan kita. Maka dari itu, sebelum kita mengungkapkan
pendapat kita, kita bertanya terlebih dulu kepada Tuhan, apakah perkataan
kita tersebut akan memberkati atau tidak. Kalau tidak, mungkin sebaiknya
tidak kita ucapkan.
STUDI PRIBADI: (1) Apa dampak yang ditimbulkan oleh perkataan yang tidak bertanggung
jawab? (2) Apa kaitan antara seseorang yg sudah lahir baru dengan perkataannya (Yak. 3)?
Doakanlah agar jemaat Tuhan belajar untuk mengendalikan perkataannya
sehingga tercipta kehidupan keluarga dan jemaat yang harmonis. Jemaat
dapat saling mengasihi dan bertumbuh dalam kasih Tuhan.
SABTU
12
SEPTEMBER 2015
”Anak yang bijak mendengarkan didikan ayahnya,
tetapi seorang pencemooh tidak mendengarkan hardikan.”
(Amsal 13:1)
Bacaan hari ini: Amsal 13
Bacaan setahun: Amsal 13-15
MENJADI BIJAK
M
enjadi bijak tentu saja menjadi keinginan setiap orang. Tetapi
sayang sekali, pada hari ini banyak orang ingin disebut bijak tetapi
tidak mau melalui proses untuk menjadi bijak. Firman Tuhan hari
ini mengajarkan kepada kita bahwa seorang yang bijak adalah orang yang
mau mendengarkan didikan, sebaliknya seorang pencemooh atau boleh
dikatakan seorang yang bebal adalah orang yang bukan saja tidak mau
mendengarkan didikan, bahkan dihardik pun, tetap mengeraskan hati.
Amsal hari ini memberikan nasihat kepada seorang anak, agar ia mau
mendengarkan didikan ayahnya sehingga menjadi bijak. Namun demikian,
kenyataan hari ini menunjukkan bahwa anak-anak zaman sekarang,
seringkali mengabaikan didikan, nasihat bahkan teguran orangtuanya. Hal
ini mungkin disebabkan karena mereka menganggap orangtuanya kuno,
tidak gaul dan tidak mengikuti perkembangan zaman. Ada juga yang
menganggap dirinya lebih pintar dan lebih tahu dari orangtuanya, apalagi
bila mereka mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.
Tetapi sebagai seorang anak, Firman Tuhan meningatkan kita sekalian
agar kita mau dengan rendah hati mendengarkan didikan orangtua kita,
karena bagaimanapun orangtua kita memiliki pengalaman lebih banyak
daripada diri kita, dan terlebih lagi, kepada orangtualah Tuhan telah
memberikan otoritas untuk mendidik dan mengarahkan anak-anaknya.
Orangtua yang hidup dalam Tuhan, pasti memberikan didikan dan nasihat
yang akan membuat anak-anaknya berhasil dalam hidup ini, oleh sebab itu
tidak heran, Firman Tuhan mengatakan bahwa untuk menjadi bijak, maka
kita harus mau mendengarkan didikan mereka (orangtua).
Adakah kita telah menjadi anak yang mau mendengarkan didikan, baik
itu didikan orangtua kita, maupun didikan dari Firman Tuhan? Jika kita mau
berhasil dalam hidup kita, rendahkanlah hati kita terhadap yang namanya
teguran dan didikan, karena itu akan membuat kita semakin bijak dalam
menjalani hidup ini. Maukah Anda mendengarkan didikan?!
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana ciri-ciri orang yang mau mendengarkan didikan? (2) Apa
kaitan antara didikan dan kebijaksanaan?
Doakan agar jemaat Tuhan memiliki kerendahan hati untuk mau menerima
didikan dan nasihat dari orangtua, terlebih nasihat firman Tuhan, sehingga
mereka boleh berhasil dan menjadi berkat.
MINGGU
13
SEPTEMBER 2015
“Lebih baik penghasilan sedikit disertai kebenaran,
dari pada penghasilan banyak tanpa keadilan.”
(Amsal 16:8)
Bacaan hari ini: Amsal 16
Bacaan setahun: Amsal 16-18
KUALITAS VS KUANTITAS
L
ego adalah sejenis alat permainan bongkah plastik kecil yang begitu
terkenal di dunia, khususnya di kalangan anak-anak atau remaja.
Bongkah-bongkah ini bisa disusun menjadi model apa saja, seperti
mobil, kereta api, bangunan, kota, patung, kapal, kapal terbang, pesawat
luar angkasa dan lain-lain. Pembuatnya adalah seorang pria dari Denmark
bernama Ole Kirk Christiansen.
Mula-mula ia mendirikan The Danish Company yang memproduksi
barang keperluan sehari-hari berbahan dasar kayu. Namun, penjualannya
semakin menurun akibat krisis keuangan global. Ole pun membuat mainan
kayu, dan memberinya nama lego, yang dalam bahasa Denmark disebut
dengan leg godt, yang berarti “bermain dengan baik.” Kemudian merubah
namanya menjadi lego, yang berarti “menyatukan secara bersama-sama.”
Pada tahun 1935, Ole pun mulai menjual mainan lego pertamanya dengan
model bebek. Tapi pada tahun 1946, pabrik yang ia miliki hangus terbakar.
Ia mendirikannya kembali pada tahun 1947 dan mulai membuat inovasi
permainan berbahan plastik. Ole memiliki prinsip Der bedste er ikke for godt
yang berarti, yang terbaiklah yang pantas. Dimulai saat ia membuat barang
dari kayu, Ole selalu memperhatikan mutu dan keindahan karyanya. Saat
putra Ole memproduksi bebek kayu dengan cara sembarangan demi
mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dalam waktu yang singkat,
Ole menegurnya dan mengharuskannya untuk mengulangi dari awal serta
memintanya untuk hanya memasarkan barang dengan mutu terbaik.
Sering kali seseorang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan
hasil yang lebih besar. Namun penulis kitab Amsal menjelaskan bahwa
penghasilan sedikit asal disertai kebenaran akan jauh lebih baik daripada
penghasilan benar namun tanpa keadilan. Kata yang diterjemahkan
“keadilan” ini juga bisa diartikan sebagai peraturan atau pun hukum. Jadi,
Amsal menasihatkan tiap kita supaya kita lebih mengutamakan kebenaran,
dan bukan melanggar peraturan atau bertindak dengan tidak adil, demi
mendapatkan hasil banyak.
STUDI PRIBADI: (1) Apakah menghalalkan cara untuk mendapat keuntungan yang besar
ialah cara yang tepat untuk mencapai keberhasilan hidup? (2) Bagaimana nasihat Amsal?
Berdoa bagi jemaat Tuhan agar mereka tidak tergoda untuk menghalalkan
segala cara hanya untuk memperoleh keuntungan sesaat, tetapi merusak
harga diri dan nilai hidupnya.
SENIN
14
SEPTEMBER 2015
“Siapa mengejar kebenaran dan kasih akan memperoleh
kehidupan, kebenaran dan kehormatan.”
(Amsal 21:21)
Bacaan hari ini: Amsal 21
Bacaan setahun: Amsal 19-21
KEBENARAN DAN KASIH
M
enjalani kehidupan kekristenan ialah sesuatu yang identik dengan
kehidupan penuh kasih. Namun, kecenderungan yang kemudian
terjadi adalah kasih sering kali dimengerti sebatas hanya perasaan
saja. Dalam kehidupan masyarakat sekarang ini, kasih hanyalah sebuah
emosi, banyak dari kita yang beranggapan bahwa “kasih” adalah apa yang
bisa kita dapat. Kita harus tahu, kasih lebih dari hanya sekadar perasaan
saja, walaupun dapat menghasilkan banyak perasan-perasaan indah lain.
Seorang pembicara, David Roper pernah berkata, “kebenaran tanpa kasih
tak akan menjadi pengajaran yang mampu menyentuh jiwa. Kasih tanpa
kebenaran adalah sebuah perasaan sentimentil karena segan melawan
kehendak orang lain. Ketika kebenaran diungkapkan dengan kasih, Roh
Allah akan memakainya untuk mengubah pikiran seseorang.”
Pertanyaannya, kasih seperti apa yang perlu kita kembangkan? Kasih
tanpa syarat, yaitu kasih yang mampu menerima sekalipun nampaknya
orang lain tersebut tidak dapat dikasihi, dan mendorong orang lain untuk
dapat menjadi yang terbaik dari yang bisa mereka lakukan. Kasih yang
menghargai setiap manusia sebagai gambar dan rupa Allah. Kasih itu
adalah sebuah komitmen untuk mengasihi orang lain, tanpa syarat. Karena
kasih tidak pernah berputus asa, kasih tidak pernah gagal.
Namun, apakah kasih itu berarti tidak menegur orang lain yang berbuat
salah? Kasih yang berasal dari Allah adalah suatu kasih yang dalam,
namun juga kasih yang tegas. Allah menunjukkan kasih-Nya kepada
manusia dengan memberikan apa yang terbaik dan yang diperlukan
manusia, bukan apa yang diinginkan manusia. Kehidupan Tuhan Yesus
selama Dia menjalani kehidupan di dunia ini, menunjukkan tindakan kasih.
Tuhan menegur orang dengan kebenaran demi kebaikan diri mereka.
Tuhan berkata-kata dengan kasih yang tegas kepada orang Farisi. Tuhan
berbicara dengan bahasa kasih sesuai dengan apa yang perlu didengar
oleh orang-orang di sekitar, dan bukan apa yang mereka mau dengar.
Bagaimana dengan kita?
STUDI PRIBADI: (1) Apakah kasih bisa dilakukan tanpa kebenaran? Apa jadinya “kasih
tanpa kebenaran” atau “kebenaran tanpa kasih”? (2) Bagaimana sifat kasih Kristiani?
Berdoalah bagi setiap profesional muda Kristen agar mereka dapat
menjalankan tugas mereka dengan benar dan dalam kasih, sehingga dapat
menjadi berkat bagi banyak orang.
SELASA
15
SEPTEMBER 2015
“Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar,
dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.”
(Amsal 22:1)
Bacaan hari ini: Amsal 22
Bacaan setahun: Amsal 22-24
REPUTASI DAN RELASI
S
ebagian besar waktu manusia dihabiskan untuk bekerja. Bekerja
merupakan aspek penting dalam kehidupan, karena melalui bekerja
manusia mengumpulkan uang untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Tanpa uang yang cukup, kita tidak akan mendapatkan fasilitas pendidikan
anak yang baik, makanan yang sehat, fasilitas kesehatan yang memadai,
acara liburan yang menyenangkan, dsbnya. Karena itu, banyak orang
bekerja keras untuk mendapatkan uang dan mengumpulkan harta
sebanyak-banyaknya agar memiliki kehidupan yang terjamin dan baik.
Namun dalam bagian Alkitab yang kita baca, menyatakan bahwa ada yang
lebih berharga daripada uang dan kekayaan. Uang dapat memberikan
hidup yang terjamin, tapi agar dapat memiliki kehidupan yang bermakna,
kita memerlukan reputasi dan relasi yang baik.
Seperti kata pepatah “Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati
meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama,” penulis Amsal
menegaskan hal yang sama mengenai pentingnya memiliki reputasi yang
baik. Ia menulis, reputasi yang baik lebih berharga daripada kekayaan yang
besar (ay. 1a). Banyak orang mengumpulkan kekayaan dengan menghalalkan segala cara, dan tidak jarang reputasi dikorbankan. Hal ini tidak tepat.
Orang Kristen yang baik tidak boleh hanya berfokus pada mengumpulkan
harta, tetapi mereka juga harus menjaga reputasi hidupnya dengan baik.
Selain reputasi, hal yang harus dimiliki manusia adalah relasi yang
baik. Relasi yang baik, dikasihi orang banyak, lebih berharga daripada
perak dan emas (ay. 1b). Banyak orang bekerja terlalu keras sehingga
mengabaikan relasi yang sehat dengan keluarga dan sesama. Banyak
orang terlalu sibuk bekerja mengumpulkan harta sehingga tidak pernah
memiliki waktu dan perhatian untuk pasangan, anak-anak dan teman
mereka. Hal ini tidak tepat. Uang dan kekayaan tidak dapat memberikan
makna dalam kehidupan manusia. Agar kehidupan bermakna dan bahagia,
kita memerlukan relasi yang baik dan sehat dengan pasangan, anak-anak
dan orang-orang di sekitar kita.
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa nama dan relasi yang baik lebih penting daripada harta? (2)
Bagaimana kehidupan Anda hari ini? Sudahkah Anda menjaga nama dan relasi yang baik?
Berdoalah supaya Tuhan menolong kita untuk mengatur waktu dengan baik,
sehingga di tengah kesibukan yang ada, kita bisa memiliki waktu yang cukup
bersama keluarga dan teman-teman kita.
RABU
16
SEPTEMBER 2015
“Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya
adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.”
(Amsal 25:11)
Bacaan hari ini: Amsal 25
Bacaan setahun: Amsal 25-26
TEPAT DALAM TUTUR KATA
P
ada tahun 1960-an, Chevrolet, sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang otomotif, meluncurkan sebuah model mobil yang mereka beri
nama Nova. Chevrolet Nova banyak diminati konsumen di Amerika
Serikat, tempat mobil itu diciptakan. Namun sayang sekali, perusahaan
Chevrolet tidak berhasil memasarkan mobil ini di Amerika Latin, padahal
masih satu benua. Alasannya, dalam bahasa yang digunakan orang-orang
Amerika Latin yaitu bahasa Spanyol, no va berarti “tidak jalan.” Bayangkan
saja. Sebuah kata dapat mengurungkan niat konsumen untuk membeli
produk. Sebuah kata berdampak luar biasa.
Salomo berkata, “Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya
adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.” Melalui Amsal ini, Salomo
ingin mendorong kita untuk memperhatikan apa yang kita katakan karena
perkataan kita dapat membawa berkat atau kutuk, bermanfaat atau malah
menjatuhkan, menyembuhkan atau menyakitkan. Selain memperhatikan
apa yang kita katakan, kita juga harus memperhatikan kapan kita harus
mengatakannya. Terkadang perkataan yang tepat tetapi diucapkan pada
saat yang tidak tepat, malah berakibat buruk. Sebaliknya, perkataan yang
tepat yang diucapkan pada saat yang tepat pula, adalah sesuatu yang
berharga seperti “apel emas di pinggan perak.”
Sebagai murid-murid Kristus, kita harus meneladani Kristus yang telah
mengatakan perkataan yang tepat, pada waktu yang tepat pula. Yohanes 7
mencatat bahwa Yesus menunda untuk pergi mengajar di Yerusalem dan
menyuruh murid-murid-Nya untuk pergi mendahului Dia sampai beberapa
waktu. Perkataan Yesus memang tepat, waktu-Nya pun tepat. Sehingga,
Yesus dikatakan sebagai orang yang berpengetahuan dan berhikmat.
Maukah kita menjadi orang yang berhikmat? Mulai hari ini, hendaklah
kita memperhatikan apa yang kita katakan dan kapan kita mengatakannya.
THINK (pikirkan) sebelum berkata-kata. Apakah itu True (benar)? Apakah
itu Helpful (menolong)? Apakah itu Inspiring (membangun)? Apakah itu
Necessary (diperlukan)? Dan apakah itu Kind (baik)?
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa perkataan yang tepat dan di waktu yang tepat pula itu penting
untuk diperhatikan? (2) Bagaimana pengalaman Anda?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka belajar dan meneladani Tuhan
dalam perkataannya, sehingga mengucapkan kata-kata yang membangun
orang lain dan memuliakan nama Tuhan.
KAMIS
17
“Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketentraman
kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.”
SEPTEMBER 2015
(Amsal 29:17)
Bacaan hari ini: Amsal 29:17
Bacaan setahun: Amsal 27-29
DIDIKLAH ANAKMU!
K
ita hidup dalam dunia yang kejadian-kejadiannya tidak bisa diulang
kembali dan pergerakannya begitu cepat. Pertumbuhan jumlah
penduduk sejak tahun 1900, tidak bisa dikendalikan. Bahkan
teknologi yang begitu cepat telah disalahgunakan, termasuk oleh sebagian
besar orang percaya, sehingga mereka kurang peduli terhadap kebenaran
firman Tuhan. Sekarang, hal apakah yang membentuk nilai-nilai kehidupan
anak-anak kita? Apakah itu media, pendapat orang, kebiasaan keluarga,
kebudayaan, atau fantasi pemikiran kita? Nilai keluarga seperti apakah
yang ingin kita dapatkan?
Hidup kita 90-95% terdiri dari “kebiasaan,” sedangkan 5-10% adalah
tempat kreatifitas untuk melakukan yang berbeda. Pakailah yang 90-95%
“kebiasaan” tersebut dengan mendidik anak-anak kita melalui kebenaran
firman Tuhan yang menjadikannya pandai, serta kebenaran, keadilan dan
kejujuran, untuk memberi kebijaksanaan serta pengetahuan. Inilah unsurunsur yang ada di dalam hikmat TUHAN (ps.1:1-7). Jadi, definisi hikmat
adalah memberikan kesanggupan bagi seseorang untuk mengarungi
kehidupan ini dengan baik/bijaksana (mencapai kesuksesan).
Sebaliknya, orang bodoh memilih jalan yang salah dan menerima
akibatnya. Itulah sebabnya mengapa Kita Amsal ini memberikan dorongan
kepada orangtua untuk tegas dalam mendisiplin anak-anak mereka. Anakanak yang bodoh, tidak taat, dan yang tidak belajar hikmat, ketika mereka
muda, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang “bodoh.”
Kata Musa, “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN
itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau
mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam
perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun” (Ul. 567). Kiranya Tuhan menolong kita mendidik generasi mendatang.
STUDI PRIBADI: (1) Siapakah yang bertanggung jawab dalam mendidik anak-anak sebagai
generasi masa depan? (2) Mengapa sejak dini mereka harus takut akan Tuhan?
Berdoalah bagi para orang tua agar mereka secara serius memberikan
perhatian dan mendidik anak-anak mereka dalam jalan Tuhan, sehingga
mereka hidup dalam kebenaran dan kasih Tuhan.
JUMAT
18
SEPTEMBER 2015
“Istri yang cakap siapakah akan mendapatkannya?
Ia lebih berharga dari pada permata.”
(Amsal 31:10)
Bacaan hari ini: Amsal 31
Bacaan setahun: Amsal 30-31
ISTRI YANG CAKAP
P
ada zaman postmodern seperti sekarang ini, dalam sebuah keluarga
sering kali dijumpai seorang istri yang memarahi suaminya. Jika ada
masalah, istri tidak mampu mengendalikan diri; ia marah, menghina,
dan berkata kasar kepada suami, kadang ia melempar apa saja ke lantai,
suka mengatur pekerjaan suami dan sebagainya. Apabila terjadi kegagalan
dalam suatu pekerjaan, langsung menyalahkan suami. Tak jarang pula kita
menemukan seorang istri sangat berkuasa dalam rumah tangga. Dia selalu
menganggap diri benar. Apabila ia marah, ia membentak-bentak, tidak ada
rasa hormat terhadap suami. Sekarang ini mulai tumbuh subur sikap-sikap
wanita yang ingin menguasai suami.
Hal ini berbeda dengan bacaan Alkitab kita pada hari ini. Amsal 31:1031 menggambarkan tentang seorang istri yang cakap, yaitu yang “memiliki
pengertian,” atau “wanita yang memiliki semua kebenaran, kehormatan
dan kekuatan” untuk melakukan semua hal yang disebutkan dalam Amsal
ini. Istri yang cakap sedikitnya memiliki 5 karakter: (1) Dapat dipercaya (ay.
11), artinya memiliki sifat jujur dan berintegritas; (2) Rajin (ay.12-19), artinya
mau bekerja keras, mau berusaha untuk melakukan semua pekerjaannya
dengan sungguh-sungguh (hati), menghasilkan keuntungan; (3) Murah
hati, sehingga menjadi berkat bagi yang membutuhkan (ay. 20-24); (4)
Berhikmat (ay. 25-26); (5) Takut akan TUHAN (ay. 30).
Kecantikan seorang perempuan yang hormat dan takut akan TUHAN
melebihi kecantikan eksternal (dari luarnya saja), sebab kecantikan wanita
ini berasal dari hatinya. Seorang perempuan yang menghormati TUHAN,
hatinya, bahkan seluruh totalitas hidupnya, senantiasa mengutamakan/
memprioritaskan TUHAN. Ia melakukannya dengan penuh tanggung jawab
dan ucapan syukur. Istri yang cakap bukan saja dikasihi TUHAN, tetapi hati
suaminya juga terpaut kepadanya.
Bagaimana dengan kita hari ini? Jadilah istri yang cakap bagi suami,
seorang ibu yang baik bagi anak-anak, sehingga nama Tuhan dan keluarga
kita boleh dihormati orang lain.
STUDI PRIBADI: (1) Apakah tanda-tanda dari seorang istri yang cakap dan bijaksana? (2)
Bagaimana dampak seorang istri yang cakap bagi anggota keluarganya?
Berdoalah bagi para istri, khususnya keluarga Kristen, agar mereka dapat
menjadi pendamping yang cakap bagi para suami dan anak-anak mereka
dalam Tuhan, sehingga nama Tuhan dipermuliakan.
SABTU
19
SEPTEMBER 2015
“Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah,
kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia.”
(Pengkhotbah 1:2)
Bacaan hari ini: Pengkhotbah 1
Bacaan setahun: Pengkhotbah 1-3
KESIA-SIAAN HIDUP DI BAWAH MATAHARI
H
ampir semua agama di dunia mengajarkan kesia-siaan hidup
manusia di dunia. Demikian pula kitab Pengkhotbah: (1) Semua
makhluk hidup di bawah matahari adalah kehidupan yang terbatas
dan singkat; manusia, binatang, tumbuhan, baik yang di udara, laut atau di
daratan, kita tidak mampu melawan keadaan ini (ay. 3). (2) Segala upaya
manusia tidak mampu mengubah ketetapan/hukum alam yang ada. Justru
yang kelihatannya bersifat kekal adalah benda mati, yang terus berulang
berputar di sekeliling manusia; manusia yang terpandai, terkaya sekalipun
tidak mampu mengubah keadaan alam/hukum alam (ay. 5-7). (3) Manusia
merasa diperhamba oleh keadaan alam, yang memaksa manusia harus
berjuang untuk hidup, bertahan, namun pada akhir akan gagal pula. Inilah
inti kesiaan-siaan hidup/kehampaan, manusia tidak dapat menemukan
makna hidup sesungguhnya. Tujuan hidup manusia adalah untuk dirinya,
bertahan hidup, melawan kodrat alam, namun setiap manusia pada akhir
hidupnya menghadapi realita yang sama, kematian! Tidak ada yang bisa
dibawa pergi, tidak ada kepastiaan akan kemana dan seperti apa. Manusia
kembali menjadi debu tanah, tidak lebih dari binatang (ay. 8-11).
Bagi kita yang percaya firman Tuhan, mudah memahami kebenaran ini
dari perspektif relasi antara manusia dengan Allah. Status manusia adalah
manusia yang terkutuk, dan diusir dari hadapan Tuan-nya (Kej. 3), ada
penghakiman dan penghukuman yang sedang menanti manusia. Untuk
keluar dari “kesia-siaan” hidup, kita harus membangun relasi yang benar
dengan Tuhan, Pencipta manusia dan Sang pemberi hidup itu sendiri. Hal
ini tidak dapat diupayakan dari manusia, hanya dengan kasih karunia Allah
semata, melalui kasih dan pengorbanan Yesus Kristus, dan iman kita yang
setia pada-Nya. Di situlah, manusia baru disebut manusia (ciptaan) baru
(2Kor. 5:17), memiliki status baru, tujuan hidup yang bermakna, pekerjaan
yang bermakna kekal, menjadi warga negara sorgawi. Sehingga, semua
yang dilakukannya bukan lagi sia-sia, melainkan kemuliaan bagi Allah yang
kekal.
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa hidup manusia dikatakan menjadi sia-sia? Apa penyebabnya? (2) Bagaimana manusia bisa menemukan solusi bagi kesia-siaan hidup di dunia?
Berdoalah bagi tiap orang Kristen agar mereka menghargai anugerah Allah
yang telah mereka terima dengan hidup benar dan menggunakan waktu
yang mereka miliki bagi Tuhan.
MINGGU
20
SEPTEMBER 2015
“… Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik
dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan
oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu,
bahwa mereka berbuat jahat.” (Pengkhotbah 4:17)
Bacaan hari ini: Pengkhotbah 4
Bacaan setahun: Pengkhotbah 4-6
INDAH PADA WAKTU-NYA
D
alam pasal 3 dikatakan bahwa, untuk segala sesuatu ada masanya.
Bersyukur kepada Tuhan, di tengah-tengah kelelahan hidup dan
kesia-siaan hidup manusia, Tuhan menyatakan diri-Nya melalui
momen-momen dalam hidup manusia, agar manusia tahu keberadaan
Tuhan, dan perbedaan antara karya Tuhan dengan manusia (ps. 3:10-15),
dan mudah-mudahan manusia dapat menyadarinya dan berbalik mencari
Tuhan, sehingga akhirnya menemukan Tuhan serta makna hidup.
Renungan kemarin memberitahukan kita bahwa keselamatan sematamata adalah anugerah Allah melalui kasih dan pengorbanan Tuhan Yesus
Kristus di atas kayu salib. Namun itu tidak berarti kita boleh sembarangan
memperlakukan anugerah tersebut. Kita sudah menjadi manusia ciptaan
baru, dalam relasi yang benar dengan Allah, sehingga kita harus meresponi
anugerah-Nya dengan sikap yang benar. Pengkhotbah 4:17 mengatakan:
“Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri
untuk mendengar adalah lebih baik daripada mempersembahkan korban
yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa
mereka berbuat jahat.”
Kita tahu, bangsa Israel juga mengalami anugerah Tuhan, dari bangsa
budak ditolong menjadi bangsa merdeka, memiliki negeri, tanah dan
hukum Taurat sendiri, mereka juga rajin beribadah sebagai wujud membangun relasi dengan Allah Juruselamatnya. Mereka berdoa, berpuasa,
memberikan sedekah. Namun, justru Tuhan menegor perilaku keagamaan
mereka (Mat. 6), karena mereka melakukannya untuk diri mereka, untuk
dilihat dan dipuji oleh manusia, oleh sebab itu Tuhan tidak berkenan kepada
kehidupan keagamaan mereka. Bagaimana dengan kita?
Janganlah kita sama seperti orang Farisi dan pemimpin agama Yahudi
pada zaman Tuhan Yesus. Kita ke gereja, terlibat berbagai pelayanan,
bahkan memberitakan Injil; namun tak ada ketaatan yang penuh terhadap
Firman-Nya. Marilah kita mengasihi dan taat kepada-Nya, sebagai tanda,
bahwa kita adalah orang Kristen sejati!
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana seharusnya hidup kita sebagai seseorang yang mengenal
anugerah Allah dalam hidupnya? (2) Sebutkan contoh-contoh praktisnya!
Berdoalah bagi jemaat agar mereka menjalankan ibadah mereka dengan
ketulusan dan kasih terhadap Tuhan. Doakan pula agar mereka semakin
mengenal kehendak Tuhan dalam hidupnya.
SENIN
21
“Nama yang harum lebih baik dari pada minyak yang mahal,
dan hari kematian lebih baik dari pada hari kelahiran.”
SEPTEMBER 2015
(Pengkhotbah 7:1)
Bacaan hari ini: Pengkhotbah 7:1
Bacaan setahun: Pengkhotbah 7-9
HIKMAT YANG BENAR
D
alam dunia ini banyak orang yang mengaku pandai dan berhikmat.
Mereka telah mencapai kesuksesan dan keberhasilan dalam dunia
ini dengan hikmat mereka. Namun firman Tuhan mengingatkan ada
banyak hal yang dikira manusia adalah hikmat, tapi sesungguhnya adalah
kebodohan bagi Allah. Dalam Pengkhotbah 7, sang pengkhotbah ingin
mengajarkan hikmat yang benar, yang datangnya dari Allah, yang mungkin
sering kali tidak disadari oleh manusia yang mengaku berhikmat.
Sang pengkhotbah memakai frasa “lebih baik” sebagai kunci dari
pengajarannya mengenai hikmat yang benar. Sebagai contoh pasal 7:1
berbunyi, “Nama yang harum lebih baik dari pada minyak yang mahal, dan
hari kematian lebih baik dari pada hari kelahiran.” Di sini sang pengkhotbah
ingin mengatakan bahwa minyak yang mahal itu baik. Mempunyai minyak
yang mahal itu juga adalah baik karena menandakan seseorang itu telah
berhasil dalam kehidupannya sehingga dapat memiliki minyak yang baik.
Namun sang pengkhotbah ingin mengingatkan bahwa lebih baik lagi jika
seseorang yang sukses tersebut mempunyai nama yang baik. Ini artinya,
sang pengkhotbah ingin mengajak pembacanya memiliki hikmat yang lebih
tinggi dari apa yang dipikirkan oleh manusia.
Dalam dunia ini, sebagai orang Kristen, kita sering mendapatkan
pengajaran dari hikmat-hikmat dunia, yang sering kali kita anggap sebagai
kebenaran yang tinggi. Namun sadarkah kita, bahwa firman Tuhan memiliki
sebuah pemahaman yang lebih tinggi lagi mengenai hidup manusia dan
segala sesuatunya yang ada di dalam dunia ini. Karena itu, ketika orang
Kristen diperhadapkan pada dua sisi, mengambil tindakan sesuai hikmat
dunia atau hikmat Tuhan, maka seharusnya kita memilih untuk melakukan
apa yang Tuhan perintahkan.
Di dalam Alkitab banyak sekali terdapat pengajaran mengenai hikmat
yang benar. Jika kita rindu untuk menjadi orang yang berhikmat yang benar,
maka janganlah pernah ragu untuk membaca dan terus-menerus belajar
menerapkan perintah-perintah yang ada dalam Alkitab.
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana kita mengukur kebenaran sebuah pengajaran? Apa tolok
ukurnya? (2) Mengapa hikmat yang berasal dari firman Tuhan lebih baik dari hikmat dunia?
Berdoalah bagi pemuda dan pemudi Kristen agar mereka hidup dalam takut
akan Tuhan sejak masa muda mereka, sehingga kemudaan mereka dapat
dipakai untuk memuliakan Tuhan.
SELASA
22
“Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah
dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya,
karena ini adalah kewajiban setiap orang.”
(Pengkhotbah 12:13)
SEPTEMBER 2015
Bacaan hari ini: Pengkhotbah 10:13
Bacaan setahun: Pengkhotbah 10-12
HIKMAT TERTINGGI
P
engkhotbah pasal 12 adalah bagian akhir dari kitab yang ditulis sang
pengkhotbah. Dalam bagian akhir ini pengkhotbah menjelaskan
bahwa dia adalah seorang yang berhikmat. Dia telah menimbang,
menguji dan menyusun banyak kata-kata hikmat. Bahkan bukan hanya
berhikmat, dia pun mempunyai hati untuk mengajarkannya, supaya orang
lain pun menjadi orang yang berhikmat. Salah satu cara pengkhotbah
membagikan hikmatnya adalah dengan menuliskan kitab Pengkhotbah,
sebuah kitab yang berisi pengajaran-pengajaran hikmat dari sang
pengkhotbah. Di bagian akhir kitab pengkhotbah, sang pengkhotbah
menyimpulkan satu kata kunci untuk menjadi orang yang berhikmat, “Akhir
kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah
pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.” Ini
berarti, jika kita ingin menjadi orang yang berhikmat, kita harus takut akan
Allah dan melakukan perintah-perintah-Nya.
Kunci hikmat ini sangat berbanding terbalik dengan orang-orang
dalam dunia ini yang mengaku berhikmat. Semakin tinggi manusia
mempunyai gelar, semakin pandai seseorang, sering kali justru membawa
manusia jauh dari Tuhan. Bahkan banyak ilmuwan dan orang-orang yang
mengaku pandai tidak percaya bahwa ada Tuhan di dalam dunia ini. Dalam
kacamata hikmat sang pengkhotbah, orang-orang tersebut adalah orang
yang bodoh dan tidak berhikmat. Bagi pengkhotbah, orang yang berhikmat
justru adalah orang-orang yang takut akan Tuhan dan melakukan perintahperintah Tuhan.
Beberapa hari ini kita telah merenungkan mengenai hikmat dalam
kehidupan sehari-hari yang dipaparkan oleh pengkhotbah. Dengan
melakukannya, maka kita akan disebut sebagai orang yang berhikmat.
Namun di akhir dari perenungan kita mengenai kitab hikmat pengkhotbah,
kita diingatkan bahwa berhikmat dalam bertindak dan berperilaku seharihari belumlah cukup. Hikmat yang tertinggi adalah pada waktu kita takut
akan Tuhan dan mau melakukan apa yang diperintahkan-Nya!
STUDI PRIBADI: (1) Apa tanda dari seseorang yang memiliki hikmat yang benar? (2) untuk
apakah hikmat itu?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka hidup taat dan setia kepada kebenaran
firman Tuhan sehingga jalan hidup mereka senantiasa dituntun oleh
kebenaran firman Tuhan.
RABU
23
SEPTEMBER 2015
“... Karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur, ...”
(Kidung Agung 1:2)
Bacaan hari ini: Kidung Agung 1-3
Bacaan setahun: Kidung Agung 1-3
KEINDAHAN CINTA
K
isah cinta dalam Kitab Kidung Agung menggambarkan kasih Allah
terhadap umat-Nya dan Kristus dengan jemaat-Nya. Tentu saja,
keindahan cinta insani yang terjalin antara mempelai perempuan
dan mempelai laki-laki sesungguhnya berasal dari kasih Allah yang otentik.
Dalam menjalin cintanya, kedua mempelai saling melemparkan pujian satu
sama lain, seolah-olah di antara mereka tidak ada kejelekan untuk dicela.
Tidak kebetulan bila nama kitab ini secara harafiah berarti “nyanyian atas
segala nyanyian” atau juga bisa disebut “nyayian yang terbaik.”
Keindahan cinta yang dirasakan lebih nikmat daripada anggur. Bagi
masyarakat Ibrani, minuman anggur tidak bisa dilepaskan dari kehidupan
sehari-hari. Buah anggur bukan saja enak dipandang, enak dimakan,
manis rasanya, buah anggur juga melambangkan keindahan dan
kemewahan. Meski demikian, kenikmatan anggur yang sedemikian rupa
tidak bisa dibandingkan dengan kisah cinta asmara yang sedang terjalin di
antara mereka berdua.
Keindahan cinta sesungguhnya bak harum semerbak melebihi aroma
apa pun, sehingga menutupi segala pandangan dan bentuk yang tidak
enak dipandang. Sekalipun hitam, ia tetap terlihat cantik. Walaupun ia
berkemah di balik tirai-tirai orang Kedar dan Salma dan kulitnya menjadi
hitam karena terik matahari membakarnya, ia tetap kelihatan molek kedua
pipinya. Ia adalah seorang kekasih, bagaikan sebungkus mur yang harum
semerbak bau narwastu dan berparas cantik tiada duanya.
Keindahan cinta diibaratkan setangkai bunga pacar, seperti bunga
bakung di lembah-lembah, bunga mawar dari Sharon, dan seperti apel di
antara pohon-pohon di hutan. Kiasan-kiasan tersebut seperti tak habishabisnya menceritakan betapa elok dan indahnya cinta yang dipancarkan
oleh mempelai perempuan kepada mempelai laki-laki. Cinta kasih Tuhan
kepada kita tentu melebihi kisah cinta mereka. Kita manusia berdosa yang
tidak layak dicintai, tapi Kristus bersedia menjadi mempelai bagi kita yang
terus memancarkan keindahan cinta-Nya untuk kita nikmati.
STUDI PRIBADI: (1) Cinta sepasang kekasih dalam Kitab Kidung digambarkan seperti apa?
(2) Gambaran rohani apa yang ingin disajikan dalam kitab ini?
Berdoalah bagi kehidupan cinta pasangan suami-istri Kristen agar mereka
hidup dalam kesetian kepada pasangannya dan saling mengasihi pasangan
mereka sampai pada akhirnya.
KAMIS
24
SEPTEMBER 2015
“Aku datang ke kebunku, dinda, pengantinku.”
(Kidung Agung 5:1)
Bacaan hari ini: Kidung Agung 4-5
Bacaan setahun: Kidung Agung 4-5
KEMURNIAN CINTA
S
ekalipun bahasa cinta dalam bentuk kiasan-kiasan yang
diungkapkan oleh raja Salomo maupun gadis Sulam bernuansa
asmara dan romantis, sesungguhnya syair kidung tersebut adalah
untuk melukiskan kemurnian atau ketulusan cinta di antara mereka.
Intimasi mereka bukan untuk maksud vulgar atau jorok semata-mata,
melainkan untuk menggambarkan betapa ajaib ciptaan Allah nan indah
untuk dicintai dan dinikmati, sekalipun gadis penjaga kebun tidak menarik
bagi orang modern. Allah kita bukan hanya Allah dari kebenaran, tetapi Dia
juga Allah dari keindahan.
Pujian gembala terhadap gadis penjaga kebun merupakan ekspresi
kemurnian cintanya. Kekaguman itu penting dan mengandung makna cinta
sejati, apabila sungguh-sungguh murni, bukan asal gombal atau celoteh
mulut manis belaka. “Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik
engkau!” (Kid. 4:1). Kecantikan gadis Sulam bagaikan merpati parasnya,
polos dan anggun. Rambut yang bergelombang dan giginya yang terlihat
natural seperti milik kawanan domba. Tidak hentinya pujian ini dilontarkan
terus oleh Salomo, sang gembala, “Engkau cantik sekali, manisku, tak ada
cacat cela padamu” (Kid. 4:7). Kehadiran gadis Sulam ini benar-benar telah
mencuri hatinya, “Engkau mendebarkan hatiku, dinda, pengantinku,
engkau mendebarkan hati dengan satu kejapan mata” (Kid. 4:9).
Gadis Sulam mengundang gembala masuk ke kebunnya (Kid. 4:16).
Respons gadis Sulam tersebut menyenangkan hati gembala dan dia akan
menjadikan kebun itu, miliknya. Undangan si gadis diterima dan gembala
masuk ke dalam kebun dan mengumpulkan mur, rempah-rempah, madu
dan susu (Kid. 5:1). Jamuan dalam pesta adalah pertanda perayaan resmi
bagi kedua insan yang saling mencintai. Mereka makan buah-buah yang
lezat bersama para undangan.
Kebahagiaan gereja-Nya adalah dipersatukannya mempelai yang suci
dan murni dengan diri Kristus. Intimasi secara rohani dipersatukan dalam
perjamuan roti dan anggur bersama Kristus.
STUDI PRIBADI: (1) Gambaran cinta yang nampak vulgar dalam Kitab Kidung Agung ini
bertujuan untuk apa? (2) Mencerminkan relasi apakah cinta dalam kitab ini?
Berdoalah bagi pertumbuhan iman dan kasih jemaat kepada Tuhan, agar
mereka semakin setia kepada Tuhan dalam ibadah yang dilakukan dan juga
peka menyaksikan kebesaran-Nya.
JUMAT
25
SEPTEMBER 2015
“Betapa cantik, betapa jelita engkau, hai tercinta
di antara segala yang disenangi.”
(Kidung Agung 7:6)
Bacaan hari ini: Kidung Agung 6-8
Bacaan setahun: Kidung Agung 6-8
KEKUATAN CINTA
A
pa yang membedakan cinta palsu dan cinta yang sejati? Untuk orang
zaman sekarang, ukuran cintanya mungkin diukur dalam hal materi,
kecantikan, fasilitas dan macam-macam jaminan yang dijanjikan.
Suatu kali, ada satu pasang suami-istri baru menikah, dan hanya tahan
beberapa hari lalu mereka bercerai. Kejadian itu tidak pernah diduga oleh
pengantin pria. Saat bulan madu malam pertama berlalu, keesokannya, ia
bangun dan kaget, ia tidak melihat istrinya dan semua barang-barangnya
raib, dibawa kabur bersamanya. Sementara itu, kita lihat hubungan cinta
gembala dan gadis Sulam memiliki kekuatan cintanya tersendiri. Seolaholah, tidak ada sesuatu pun bisa memisahkan cinta mereka berdua.
Kekuatan cinta mereka terletak pada cinta sejati mereka. Murni cinta
pada orangnya, pribadinya dan segala sifat dalam diri pasangannya. Bukan
di luar dirinya, seperti aksesorinya, perhiasannya, riasannya, pakaiannya
atau barang-barang berharganya. Pujian gembala terhadap gadis Sulam
ini berbunyi demikian, “Betapa indah langkah-langkahmu dengan sandalsandal itu, putri yang berwatak luhur” (Kid. 7:1). Keanggunan jiwa dan
kelembutan hati gadis Sulam telah meluluhkan hati gembala pujaannya. “Di
sanalah aku akan memberikan cintaku kepadamu!” (Kid. 7:12). Hendaknya
orang-orang yang menjalin cinta atau pasangan-pasangan yang sudah
menikah memiliki cinta sejati seperti mereka.
Kekuatan cinta tercipta karena ada pengertian, saling menerima dan
saling memuji antara satu sama lain. Sebaliknya, keretakan cinta terjadi
karena saling menghina dan menjatuhkan. Bagi mempelai pria, tiada
ungkapan selain pujian, demikian juga bagi gadis Sulam sebagai mempelai
perempuan. Dalam pasal 8:6 dikatakan, “Taruhlah aku seperti meterai pada
hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut.”
Bahkan mereka mengakui, “Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta,
sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya.” Demikian juga kasih Kristus
kepada jemaat-Nya, tidak ada sesuatu apa pun yang dapat memisahkan
kita dari Kristus.
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana gambaran cinta sejati dicatat dalam Kitab Kidung Agung?
(2) Bagaimana konsep cinta yang dimiliki orang pada masa kini? Apakah itu benar?
Berdoalah bagi pemuda-pemudi Kristen agar mereka mampu hidup dalam
kesalehan iman hanya kepada Kristus, dan menjadi saksi bagi Tuhan melalui
kehidupan mereka.
SABTU
26
SEPTEMBER 2015
“Penglihatan yang telah dilihat Yesaya bin Amos
tentang Yehuda dan Yerusalem …”
(Yesaya 1:1)
Bacaan hari ini: Yesaya 1
Bacaan setahun: Yesaya 1-2
TUNTUTAN ALLAH ATAS UMAT-NYA
Y
esaya dipanggil untuk melayani dalam satu periode yang cukup
lama; masa di mana Yehuda secara internal mengalami
kemerosotan tahap demi tahap, sementara secara eksternal
kekuatan Asyur juga semakin lemah, sampai dikalahkan oleh kebangkitan
Babel sebagai kekuatan baru di dunia politik. Di tengah ketegangan seperti
itulah Yesaya dipanggil melalui suatu penglihatan dari Allah tentang apa
yang akan terjadi atas Yehuda; bahwa TUHAN akan menghukum Yehuda
karena kesalahan mereka yang menumpuk.
TUHAN memanggil langit dan bumi sebagai saksi atas apa yang akan
dituduhkan-Nya kepada umat-Nya sendiri! Ini menandai suatu
pemberitaan yang sangat serius (bdk. Ul.32:1), yang TUHAN sampaikan
adalah pemberontakan umat-Nya yang diasuh dan dibesarkan dengan
segala kebaikan dari-Nya. Ini bisa mengacu sampai saat ketika nenek
moyang mereka hidup sebagai budak yang tertindas di Mesir, bagaimana
TUHAN dengan kasih-Nya yang besar telah menebus mereka, menjadikan
mereka umat kesayangan-Nya, membimbing dan memelihara mereka dari
zaman ke zaman. Tetapi mereka telah melupakan semua perbuatan baikNya, bahkan siapa Dia. Bahkan binatang seperti lembu dan keledai yang
dikenal bodoh, masih lebih baik dari perilaku umat-Nya sendiri.
Mereka meninggalkan TUHAN sama sekali, dan hidup dalam keliaran
nafsu. Berulangkali ditegor, diperingatkan bahkan dipukul, hidup merana
tanpa shalom, tapi tetap tidak menyadarinya. Dan yang paling bertanggung
jawab atas kondisi kemerosotan separah itu adalah para pemimpin rohani
di Yerusalem, mereka yang menganggap diri sebagai kelompok elite
rohani, tapi justru membawa umat ke dalam pemberontakan.
Ajakan pertobatan menjadi satu-satunya pilihan bagi umat yang sudah
terperosok sedemikian rupa, atau hukuman akan menimpa sepenuhnya
atas diri mereka. Sanksi ilahi telah disampaikan! Kiranya kita semua dapat
bercermin dari kehidupan umat zaman itu untuk mengevaluasi diri; apakah
kita masih hidup di jalan Tuhan, atau sudah jauh meninggalkannya.
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana kondisi Yehuda pada waktu Nabi Yesaya dipanggil Tuhan?
(2) Apa yang dapat kita pelajari dari hubungan antara Yehuda dengan Tuhan?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka menyadari segala kesalahannya di
hadapan Tuhan, supaya segala ibadah dan pelayanan yang mereka lakukan
diperkenan oleh Tuhan.
MINGGU
27
SEPTEMBER 2015
“Dan orang yang tertinggal di Sion dan yang tersisa
di Yerusalem akan disebut kudus, yakni setiap orang
di Yerusalem yang tercatat untuk beroleh hidup.”
(Yesaya 4:3)
Bacaan hari ini: Yesaya 4:2-6
Bacaan setahun: Yesaya 3-4
SION AKAN DIMURNIKAN
D
i dalam pasal-pasal sebelumnya dipaparkan kelompok-kelompok
yang kena tegoran TUHAN atas kesalahan mereka, diawali dengan
tegoran kepada Yerusalem. Ini menggambarkan representasi dari
kelompok pemimpin rohani, dan semua orang yang mengikuti mereka,
termasuk kaum pria dan wanita. Ini menjadi berita ironi, bahwa Sion,—kota
suci yang di dalamnya tinggal para pemimpin Israel, justru menjadi sumber
pemberontakan kepada TUHAN. Tegoran-tegoran tersebut adalah
peringatan bagi setiap pembaca di setiap zaman; betapa serius dan berat
tanggung jawab pemimpin rohani.
Catatan kitab sejarah Perjanjian Lama menunjukkan, peran pemimpin
sering menentukan pola kehidupan dan nasib umat secara luas. Raja yang
baik, takut akan TUHAN, bisa membawa seluruh umat beribadah kepadaNya dan hidup dalam berkat Allah. Sebaliknya, seorang Raja yang jahat,
tidak takut kepada Allah, membawa kemerosotan bahkan kehancuran bagi
seluruh bangsa. Orang-orang yang hidup di lingkungan dalam, yang tinggal
dekat Bait Allah, yang rajin melakukan berbagai ritual ibadah dan memberi
persembahan, bisa menjadi kelompok yang kehilangan kepekaan rohani
dan jatuh oleh kesombongan diri. TUHAN akan menghukum mereka!
Namun di balik penghukuman tersebut, TUHAN tetap setia terhadap
rencana kekal-Nya. Satu kelompok orang yang disebut “umat sisa/sisa
Israel” akan terpelihara oleh anugerah-Nya. Hukuman Allah bertujuan
untuk memurnikan; membuang carang-carang yang sudah rusak yang
tidak mungkin menghasilkan buah, supaya carang-carang sisa tersebut
bisa menghasilkan buah pada waktunya. TUHAN juga yang memelihara
sekelompok orang-orang yang tersisa; yaitu mereka yang tetap
menghormati Dia dan yang tetap setia kepada-Nya.
Di balik penghukuman itu, kelimpahan anugerah menyertai rencana
kekal-Nya. Bukan manusia yang akan berubah menjadi baik, tetapi
anugerah-Nya yang akan memunculkan sekelompok orang-orang setia
yang disebut “sisa Israel.” Termasuk kelompok manakah kita?
STUDI PRIBADI: (1) Ironi apa yang digambarkan dalam kehidupan keagamaan pada zaman
nabi Yesaya dipanggil Tuhan? (2) Apakah di balik penghukuman-Nya ada anugerah?
Berdoalah bagi setiap pemimpin rohani yang kita kenal agar mereka hidup
benar dan berkenan kepada Allah, sehingga dapat memimpin jemaat Tuhan
secara efektif dan diperkenan-Nya.
SENIN
28
SEPTEMBER 2015
“… lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan
buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya
hanya buah anggur yang asam?”
(Yesaya 5:2)
Bacaan hari ini: Yesaya 5:1-7
Bacaan setahun: Yesaya 5-6
SUDAHKAH KAU MEMBERI YANG TERBAIK?
M
enghitung anugerah Tuhan setiap hari seharusnya membuat kita
selalu bersyukur dan rela hidup menyenangkan hati-Nya; sebab
bukan saja Tuhan memelihara kehidupan kita hari lepas hari, tetapi
Tuhan juga telah memberikan jaminan keselamatan kepada kita. Jika Anda
ditanya, “Apa yang patut Anda berikan kepada-Nya?” Tentu kita menjawab,
“Saya akan hidup setia dan mengasihi-Nya.” Jawaban ini tepat sekali, tapi
untuk melakukannya, selalu menjadi pergumulan dan kesulitan bagi kita;
sehingga tidak jarang kita masih menjumpai orang-orang Kristen yang
hidupnya tidak mencerminkan kasih dan kebesaran Tuhan.
Dalam bacaan Alkitab hari ini, kita diingatkan akan bangsa Yehuda
yang tidak meresponi anugerah Tuhan dengan benar. Tuhan telah
memelihara mereka, bahkan Tuhan rela mengampuni dan memulihkan
mereka, namun mereka tetap hidup tidak setia di hadapan Tuhan. Mereka
diumpamakan kebun anggur yang telah dipelihara dan dirawat sedemikian
rupa, tetapi apa yang mereka hasilkan adalah anggur yang masam (ay. 12). Sikap mereka telah mendatangkan murka Tuhan, sehingga disiplin
Tuhan harus diberikan kepada mereka (ay. 3-7). Sekalipun Tuhan
mengasihi bangsa Yehuda, Tuhan tidak bisa berkompromi terhadap dosadosa mereka. Karena itu, Tuhan akan mendatangkan malapetaka kepada
bangsa Yehuda, agar mereka jera berlaku tidak setia kepada Tuhan.
Bagaimana dengan kita?
Marilah kita sungguh-sunggh meresponi anugerah Tuhan dengan
hidup benar di hadapan-Nya. Janganlah kita berlaku tidak setia dengan
hidup dalam dosa. Jika hari ini ada dosa yang sedang kita sembunyikan di
hadapan Tuhan, lebih baik akuilah di hadapan-Nya; karena tidak ada
satupun dosa yang dapat kita sembunyikan dari hadapan-Nya. Siapa tahu
Tuhan berbelas kasihan dan memulihkan Anda! Janganlah seperti bangsa
Yehuda yang tidak setia kepada Tuhan; jadilah anak-anak Tuhan yang
hidup berkenan kepada-Nya, sehingga kita layak menerima kebaikan-Nya
dan memuliakan nama-Nya.
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap bangsa Yehuda terhadap Tuhan setelah menerima
kebaikan-Nya? (2) Apa yang harus kita perbuat bagi Tuhan karena anugerah-Nya bagi kita?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka hidup dalam anugerah Tuhan dengan
menjalankan perintah Tuhan, sehingga hidup mereka memuliakan-Nya dan
juga dapat menjadi berkat bagi sesama.
SELASA
29
SEPTEMBER 2015
“… Teguhkanlah hatimu dan tinggalah tenang,
janganlah takut dan janganlah hatimu kecut …”
(Yesaya 7:4)
Bacaan hari ini: Yesaya 7:1-9
Bacaan setahun: Yesaya 7-8
MASIH PERCAYAKAH ANDA?
S
esungguhnya kasih setia Tuhan tidak pernah berubah bagi
kehidupan umat-Nya. Kasih setia-Nya tidak pernah beranjak dari
orang-orang yang berlaku setia, bahkan terhadap umat-Nya yang
tidak setia. Itulah sebabnya dalam Kitab Mazmur, kita menjumpai, bahwa
kasih setia Tuhan dipuji dan diagungkan oleh pemazmur, terutama oleh
Daud. Demikian pula kasih setia-Nya dalam kehidupan kita. Setiap hari kita
dapat melihat dan merasakannya.
Namun sungguh ironis kisah yang kita temukan dalam bacaan Alkitab
hari ini. Di tengah kesetiaan Tuhan akan janji-Nya terhadap Daud, Ahas,
yang adalah keturunan Daud, justru hidup tidak setia kepada Tuhan (bdk.
2Raj.16:1-20, 2Taw 28:1-27). Namun demikian Tuhan masih saja
menawarkan pengharapan dan penghiburan bagi kerajaan Yehuda agar
terlepas dari serangan Raja Aram dan Israel. Kepada Ahas, Tuhan berjanji,
jika ia percaya kepada Tuhan dan firman-Nya, maka Ia akan memberikan
kelepasan dan kelegaan bagi bangsa Yehuda. Namun sebaliknya, jika
Ahas tidak percaya, maka Yehuda diambang kehancuran (ay. 9). Apa yang
kemudian Ahas lakukan? Apakah ia percaya kepada Tuhan? Tidak! Ahas
justru mencari pertolongan bangsa lain, dan Alkitab mencatat, dalam
keadaan sulit itu, Ahas justru semakin berubah setia terhadap Tuhan (2Taw.
28:22). Bagaimana dengan kita hari ini?
Jangan pernah ragukan kesetiaan Tuhan, tapi perhatikanlah sikap hati
kita, “Masihkah kita percaya pada kedaulatan Tuhan atas hidup kita?” Jika
Anda hari ini mengalami persoalan yang berat; bahkan dosa yang menindih
kehidupan Anda, sehingga Anda terus berada dalam keterpurukan, marilah
datang kepada Tuhan. Janganlah berubah setia kepada-Nya, sebab besar
pengampunan dan anugerah-Nya bagi kita. Ketika kita percaya dan berlaku
setia kepada-Nya, maka Tuhan akan memulihkan hidup kita. Janganlah lari
dari masalah! Sebaliknya, hadapilah bersama dengan Tuhan. Janganlah
andalkan kekuatan sendiri, melainkan berharap dan berserahlah kepada
Tuhan. “Jika kamu tidak percaya, sungguh, kamu tidak akan jaya.”
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Ahas tidak mampu percaya kepada Tuhan, melainkan
percaya kepada raja dari bangsa lain? (2) Pelajaran rohani apa yang Anda dapatkan?
Berdoalah bagi jemaat yang sedang menghadapi situasi hidup yang sulit
agar mereka tidak berubah setia kepada Tuhan, melainkan tetap percaya
dan berserah hanya pada pimpinan Tuhan.
RABU
30
SEPTEMBER 2015
“… karena ia mendasarkan dan mengokohkannya
… sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN
semesta alam akan melakukan hal ini.”
(Yesaya 9:6)
Bacaan hari ini: Yesaya 9:1-6
Bacaan setahun: Yesaya 9-10
KECEMBURUAN TUHAN
K
ita lebih senang membicarakan Allah yang Kasih daripada Allah
yang cemburu. Salah satu alasannya adalah karena kata “cemburu”
sering diidentikkan dengan sifat yang jelek. Tetapi Alkitab, Firman
Tuhan, menyatakan bahwa Allah kita adalah Allah yang cemburu. Apa
maksudnya? Kata “cemburu” sebenarnya mempunyai pengertian positif.
Cemburu tidak sama dengan iri hati yang berarti menginginkan sesuatu
yang ada pada diri orang lain karena kita tidak memilikinya. Cemburu
adalah keinginan untuk mempertahankan sesuatu yang memang adalah
miliknya. Jadi, Allah yang cemburu adalah Allah yang berkeinginan untuk
mempertahankan apa yang menjadi milik-Nya. Bagian firman Tuhan ini
dapat dimengerti bahwa ini adalah tindakan Allah untuk mempertahankan
(menyelamatkan) apa yang menjadi milik-Nya.
Yesaya 9:1-6 sering disebut sebagai salah satu nubuatan untuk Sang
Mesias, Tuhan Yesus. Terutama ketika kita membandingkan dengan yang
ada dalam Lukas 1:32-33, yaitu berita dari malaikat ketika menyampaikan
kabar kelahiran Tuhan Yesus kepada Maria. Dinyatakan bahwa akan ada
pertolongan Tuhan melalui kelahiran seorang Putra, yang adalah Anak
Allah sendiri, yang akan membawa pembebasan dari dosa. Dia akan lahir
dari garis keturunan Daud dan takhta-Nya akan kokoh untuk selamanya,
sehingga mereka yang dalam gelap akan melihat terang, akan ada sukacita
seperti menyambut panen dan kemenangan dari perang, karena kuk
perhambaan telah dilepaskan dari mereka. Demikian yang terjadi dalam
kehidupan orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, yang dulunya adalah
hamba dosa. Kita dilepaskan dari perhambaan dosa dan kembali kepada
Tuhan, Pencipta dan Pemilik kehidupan kita, sehingga hidup kita yang
dulunya dalam gelap sekarang hidup di dalam terang, hidup kita yang
dulunya ada di dalam kekelaman sekarang ada di dalam sukacita besar.
Allah yang cemburu tidak ingin kita yang adalah milik-Nya, berpaling
dari-Nya. Karena itu Dia bertindak mempertahankan kepemilikan-Nya atas
hidup kita, dan mengutus Tuhan Yesus menebus dosa kita.
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa keselamatan dalam Tuhan Yesus adalah juga wujud tindakan
dari Allah yang cemburu? (2) Bagaimana respons Anda terhadap kecemburuan-Nya?
Berdoa bagi jemaat Tuhan agar selalu belajar hidup dalam ketaatan kepada
Tuhan yang adalah Pemilik kehidupan, sehingga hidupnya boleh berkenan
kepada-Nya dan memuliakan-Nya.
Catatan...
“Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya
adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.” (Amsal 25:11)
Download