Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Investasi
2.1.1
Pengertian Investasi
Setiap orang yang melakukan kegiatan ekonomi akan dihadapkan kepada dua
pilihan dalam mengkonsumsi sesuatu, apakah mengkonsumsi untuk sekarang atau untuk
masa depan. Penundaan konsumsi sekarang untuk masa mendatang dapat dikatakan
sebagai suatu investasi. Salah satu tujuan seseorang berinvestasi adalah untuk menambah
atau meningkatkan pendapatannya di masa mendatang.
Beberapa pakar ekonomi telah menerjemahkan pengertian investasi menurut
pemikiran mereka masing-masing.
Menurut Abdul Halim (2005:4) investasi merupakan :
“Penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh
keuntungan dimasa yang akan datang”.
Sedangkan Jogiyanto (2007:5) mengemukakan pengertian investasi sebagai berikut :
“Penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien
selama periode tertentu”.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa investasi
merupakan komitmen atas dana yang ditanamkan dan diharapkan memperoleh
keuntungan di masa yang akan datang dari penanaman investasi tersebut.
2.1.2
Jenis Investasi
Secara garis besar ada tiga jenis investasi, menurut Sunariyah (2004:4) investasi
dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama, yaitu :
1. Investasi dalam bentuk Aktiva Riil (Real Assets) berupa aktiva berwujud seperti
emas, perak, intan, barang-barang seni dan real estate.
2. Investasi dalam bentuk surat-surat berharga (Financial Assets) berupa surat-surat
berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh
entitas. Pemilikan aktiva finansial dalam rangka investasi pada sebuah entitas dapat
dilakukan dengan dua cara :
a. Investasi Langsung (Direct Investment)
Investasi Langsung (Direct Investment) dapat diartikan sebagai sebagai suatu
pemilikan surat-surat berharga secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi
telah go public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan
dividen dan capital gain.
b. Investasi Tidak Langsung (Indirect Investment)
Investasi Tidak Langsung (Indirect Investment) terjadi bilamana surat-surat
berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment
company) yang berfungsi sebagai perantara.
2.1.3
Risiko Investasi
Dua unsur yang melekat pada setiap modal atau dana yang diinvestasikan adalah
hasil (return) dan risiko (risk). Dua unsur ini selalu mempunyai hubungan timbal balik
yang sebanding, umumnya semakin tinggi risiko, semakin besar pula hasil yang akan
diperoleh dan semakin kecil risiko, semakin kecil pula hasil yang akan diperoleh.
Bodie, Kane, dan Markus (2003) memperkuat pendapat di atas dengan
menyatakan bahwa aset-aset dengan tingkat harapan pengembalian (expected return)
yang tinggi maka memiliki risiko yang tinggi pula. Adapun pengertian risiko yang
dijabarkan oleh Tandelilin (2001:48) adalah sebagai berikut :
“Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antar return yang aktual dengan
return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti
semakin besar risiko investasi tersebut.”
Begitu juga dengan pendapat Abdul Halim (2005:42) mengenai pengertian
risiko, yaitu :
“Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang
diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return).”
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa risiko adalah
kemungkinan dari investasi yang dilakukan investor mengalami kegagalan dalam
memenuhi tingkat pengembalian investor yang diharapkan.
Jenis-jenis risiko investasi menurut Abdul Halim (2005:51-52) :
1. Risiko Sistematis (Systematic risk)
Merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi,
karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor mikro yang dapat
mempengaruhi pasar secara keseluruhan.
Risiko sistematis digolongkan, antara lain :
a. Risiko Tingkat Bunga (Interest Rate Risk)
Risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar.
b. Risiko Pasar (Market Risk)
Risiko yang timbul akibat kondisi perekonomian negara berubah-ubah, yang
dipengaruhi oleh resesi dan kondisi perekonomian.
c. Risiko Daya Beli (Purchasing Power Risk)
Risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan tingkat inflasi. Perubahan ini akan
menyebabkan berkurangnya daya beli uang yang diinvestasikan maupun bunga yang
diperoleh dari investasi, sehingga riil pendapatan menjadi kecil.
d. Risiko Mata Uang (Currency Risk)
Risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang.
Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Dyah Febriyani : 2010) dalam
melakukan investasi di pasar modal ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat
pergerakan harga saham yaitu faktor internal dan eksternal, faktor internal disebut juga
faktor fundamental dan faktor eksternal yang merupakan faktor non fundamental.
Faktor fundamental adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan dan dapat
dikendalikan oleh manajemen perusahaan. Menurut (Jones: 2004), faktor-faktor
fundamental yang mempengaruhi nilai intrinsik saham dapat berasal dari dalam
perusahaan, industri maupun keadaan perekonomian makro seperti tingkat inflasi.
Sedangkan faktor eksternal yang merupakan faktor non fundamental seperti situasi
politik, sosial-budaya dan kebijakan pemerintah.
2. Risiko tidak sistematis (Unsystematic risk)
Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan
melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau satu
perusahaan atau satu industri tertentu.
Yang tergolong dalam risiko tidak sistematis, yaitu :
a. Risiko Bisnis (Business Risk)
Risiko yang timbul akibat menurunnya profitabilitas perusahaan emiten.
b. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)
Risiko ini berkaitan dengan saham yang bersangkutan untuk dapat segera
diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti.
2.2
Pasar Modal
Pasar Modal merupakan alternatif untuk berinvestasi dengan memberikan
keuntungan dan sejumlah risiko tertentu. Investor dapat melakukan investasi pada
beberapa perusahaan melalui pembelian efek-efek yang baru ditawarkan ataupun yang
diperdagangkan di Pasar Modal. Sebaliknya, perusahaan dapat memperoleh dana yang
dibutuhkan dengan menawarkan instrumen keuangan jangka panjang melalui pasar
modal tersebut.
2.2.1
Pengertian Pasar Modal
Pasar modal terbentuk karena adanya hubungan keuangan beberapa institusi dan
peraturan yang memungkinkan terjadinya transaksi dana jangka panjang. Pasar modal
dibentuk oleh berbagai bursa efek yang membentuk tempat transaksi baik untuk hutang
maupun modal sendiri. Selain itu pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para
investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen
keuangan jangka panjang seperti obligasi, saham dan lainnya. Untuk lebih jelasnya akan
dikemukakan pendapat menurut Gitman (2006:25), bahwa:
“Capital market is a market that enables suppliers and demanders of long-term
funds to make transactions”.
Artinya bahwa pasar modal adalah suatu pasar yang mempertemukan antara permintaan
dan penawaran untuk surat-surat berharga jangka panjang.
Menurut Sunariyah (2006:5), bahwa:
“Pasar modal adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat
berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha
yang mempunyai kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi dalam surat
berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, di tempat itu pula perusahaan
(entities) yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing
terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai emiten”.
Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pasar modal adalah suatu
lembaga institusi keuangan yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham,
obligasi-obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara
pedagang efek.
2.2.2 Instrumen-Instrumen Pasar Modal
Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemajuan pasar modal satu negara
terletak pada tingkat instrumen investasi yang tersedia. Semakin maju pasar modal,
semakin bervariasi instrumen pasar yang diperdagangkan di bursa. Semakin banyak
instrumen yang ditawarkan akan membuat banyak pilihan bagi pelaku pasar dan
kemungkinan besar akan semakin diminati oleh investor, baik lokal maupun asing.
Menurut
Jogiyanto
(2007:98)
instrument
pasar
modal
yang
umum
diperdagangkan adalah sebagai berikut:
1. Saham Biasa dianatara surat-surat berharga yang diperdagangkan dipasar modal,
saham biasa (Common stock). Secara sederhana, saham biasa adalah bukti tanda
kepemilikan atas suatu perusahaan.
2. Saham preferen merupakan saham yang akan menerima dividend dalam jumlah yang
tetap. Biasanya pemiliknya tidak mempunyai hak dalam rapat umum pemegang
saham (RUPS).
3. Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi
pinjaman (dalam hal ini pemodal) dengan yang diberi pinjaman (emiten). Jadi surat
obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut
memberikan pinjaman sebagai kreditor kepada perusahaan yang menerbitkan surat
obligasi.
4. Obligasi Konversi (convertible Bonds) adalah obligasi yang dapat dikonversikan
(ditukar) menjadi saham biasa pada waktu tertentu atau sesudahnya.
5. Right Issue adalah produk turunan dari saham. Right issue merupakan pemberian hak
kepada para pemegang saham untuk membeli saham baru dari perusahaan dengan
harga tertentu dan dalam batas waktu tertentu. Kebijakan Right issue ini merupakan
upaya emiten untuk menambah saham yang beredar, guna menambah modal
perusahaan.
6. Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah
ditentukan. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lain, misalnya
obligasi atau saham.
Sedangkan menurut Rusdin (2006:68) instrumen-instrumen pasar modal yang
diperdagangkan di Indonesia antara lain mencakup saham, obligasi, produk derivatif
(misalnya warant, right issue) dan reksadana.
Reksa Dana menurut Rusdin (2006:68) merupakan sekumpulan saham, obligasi,
serta efek lain yang dibeli oleh sekelompok investor dan dikelola oleh sebuah perusahaan
investasi yang profesional. Dengan membeli sebagian unit penyertaan, investor dengan
dana yang terbatas dapat menikmati manfaat atas kepemilikan berbagai macam efek.
Selain itu investor juga terbebas dari kesulitan untuk menganalisa efek. Reksa Dana dapat
diklasifikasikan menjadi 4 kategori berdasarkan investasinya, yaitu: Reksa Dana Saham,
Obligasi, Pasar Uang, dan Reksa Dana Campuran. Investor bisa memilih jenis reksa dana
yang sesuai dengan tujuan investasinya.
2.2.3 Fungsi Pasar Modal
Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang pada dasarnya
mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara lain. Hampir semua negara di
dunia ini mempunyai pasar modal yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan
industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal.
Menurut Sunariyah (2004:7) fungsi pasar modal pada suatu Negara dapat dilihat
dari lima segi, yaitu :
1) Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk
menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjual-belikan.
2) Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan
hasil (return) yang diharapkan.
3) Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali
saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya.
4) Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi
dalam perkembangan suatu perekonomian, yaitu dengan membeli sebagian kecil
saham perusahaan publik.
5) Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.
2.2.4
Jenis Pasar Modal
Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada masyarakat dapat
dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis
ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjual-belikan. Jenis-jenis pasar
modal menurut Sunariyah (2004:12-14) dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Bayu Gusdono (2010) ada beberapa macam, yaitu :
1) Pasar Perdana (primary market)
Pasar Perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan
saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum
saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Pengertian tersebut menunjukan,
bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham
atau sekuritas-sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran
umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Harga saham di pasar
perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public
(emiten), berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan.
2) Pasar Sekunder (secondary market)
Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati
masa penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar sekunder dimana saham dan
sekuritas lain diperjual-belikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar
perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran
pembeli dan penjual.
3) Pasar Ketiga (third market)
Pasar Ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar
bursa (over the counter market). Bursa pararel merupakan suatu sistem perdagangan
efek yang terorganisir di luar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang
diatur dan dilaksanakan oleh perserikatan perdagangan uang dan efek dengan
diawasi oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Jadi, dalam pasar ketiga
tidak memiliki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan floor trading (lantai
bursa).
4) Pasar Keempat (fourth market)
Pasar Keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau
dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang saham
lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek. Bentuk transaksi dalam
perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar (block sale).
2.3
Saham
2.3.1
Pengertian Saham
Ada beberapa pengertian mengenai saham yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu
antara lain :
Menurut Suad Husnan (2005 : 29), Sekuritas merupakan secarik kertas yang
menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk
memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas
tersebut, dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan
haknya.
Menurut Grubber ( 2003 : 58 ) menyatakan bahwa :
“Common stock represent an ownership claim on the earning and asset of a
corporation. After holders of debt claim are paid the management of the company can
other pay out the remaining earning to stockholders in the form of devidends or reinvest
part of all the earning business”.
Artinya bahwa saham biasa memperlihatkan sebuah hak kepemilikan yang
meminta keuntungan dan asset dari sebuah perusahaan. Setelah hak pemegang hutang
dibayar perusahaan, manajemen perusahaan baru dapat membayar sisa yang lainnya
kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau menginvestasikan kembali bagian
dari seluruh pendapatan dalam usahanya.
2.3.2 Jenis-Jenis Saham
Saham yang diperjualbelikan di pasar modal tentu banyak ragamnya, para
investor bisa memilih jenis saham yang cocok dalam berinvestasi. Menurut Rusdin
(2006:69) ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham, yaitu :
1. Berdasarkan atas cara peralihan, saham dibedakan menjadi 2, yaitu:
a) Saham atas unjuk (Bearer Stock)
Saham
yang
tidak
ditulis
nama
pemiliknya,
agar
mudah
dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain.
b) Saham atas nama (Registered Stock)
Saham yang ditulis dengan jelas siapa pemiliknya. Dimana cara
pengalihannya harus dengan prosedur tertentu, yaitu dengan dokumen peralihan
dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus
membuat daftar nama pemegang saham. Apabila terjadi kehilangan, pemegang
saham tersebut dengan mudah mendapat penggantian.
2. Berdasarkan manfaat yang diperoleh pemegang saham, dibedakan menjadi:
a) Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa merupakan jenis efek yang paling sering dipergunakan oleh
emiten untuk memperoleh dana dari masyarakat dan juga merupakan jenis yang
paling populer di pasar modal.
Saham biasa dibedakan menjadi 6 jenis , yaitu:
1. Blue Chip Stock
Saham yang memiliki kualitas atau ranking investasi yang tinggi dan biasanya
saham perusahaan besar dan memiliki reputasi baik, mampu menghasilkan
pendapatan yang tinggi dan konsisten dalam membayar dividen.
2. Income Stock
Saham dari suatu emiten, dimana emiten yang bersangkutan dapat membayar
dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.
3. Growth Stock
Saham dari emiten merupakan pemimpin dalam industrinya dan beberapa
tahun terakhir berturut-turut mampu mendapatkan hasil diatas rata-rata.
4. Cyclical Stock
Saham yang mempunyai sifat mengikuti pergerakan situasi ekonomi makro
atau kondisi bisnis secara umum. Selama ekonomi makro mengalami ekspansi,
emiten saham ini akan mampu mendapatkan penghasilan yang tinggi, juga dengan
kondisi sebaliknya.
5. Defensive Stock
Saham yang tidak berpengaruh oleh kondisi ekonomi makro, maupun situasi
bisnis secrara umum. Pada saat resesi saham ini tetap tinggi. Hal ini disebabkan
karena emiten mampu menghasilkan pendapatan yang tinggi meskipun dimasa resesi.
6. Speculative Stock
Saham yang emitennya tidak dapat secara konsisten mendapatkan penghasilan
dari tahun ke tahun.
b) Saham Preferen (Preferen Stock)
Saham preferen adalah saham yang berbentuk gabungan antara obligasi
dan saham biasa. Jenis saham ini sering disebut dengan sekuritas campuran.
Saham preferen sama dengan saham biasa karena tidak memiliki tanggal jatuh
tempo dan juga mewakili kepemilikan dari modal.
Saham preferen dibedakan menjadi 2 jenis , yaitu:
1) Commulative Preferred Stock
Saham ini memberikan kepada pemiliknya atas pembagian dividen yang
sifatnya kumulatif dalam suatu presentasi atau jumlah tertentu.
2) Non Commulative Preferred Stock
Saham ini mendapat prioritas dalam pembagian dividen sampai pada suatu
persentasi atau jumlah tertentu, tetapi tidak bersifat kumulatif seperti saham preferen
di atas.
2.3.3 Keuntungan dan Risiko Saham
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau
memiliki saham:
1. Dividen
Menurut Anaroga dan pakarti (2006: 60) dividen merupakan bagian dari
keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham. Dividen sebagai nilai pendapatan
bersih perusahaan setelah pajak dikurangi laba ditahan sebagai cadangan bagi
perusahaan. Dividen dibagikan kepada pemegang saham sebagai keuntungan
dari perusahaan.
2. Capital Gain
Menurut Anaroga dan pakarti (2006: 60) mengemukakan
bahwa :
“Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh investor dari hasil jual beli saham,
berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan nilai beli yang lebih
rendah”.
Dalam investasi saham juga terdapat risiko, salah satu risiko yang kemungkinan
terjadi yaitu capital loss. Menurut Jogiyanto (2003:110), “capital loss merupakan selisih
dari harga investasi sekarang dengan harga periode yang lalu” .
2.4
Inflasi
2.4.1
Pengertian Inflasi
Ada beberapa pengertian mengenai inflasi yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu
antara lain :
Menurut Asfia Murni (2006:202), “Inflasi adalah suatu kejadian yang
menunjukan kenaikan tingkat harga secara umum dan berlangsung secara terus menerus.”
Sedangkan menurut Sadono Sukirno (2004:14) ,“Inflasi didefinisikan sebagai
suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian.
Jadi,
dari
beberapa
pendapat
mengenai inflasi, dapat
disimpulkan
bahwa Inflasi yaitu suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus
menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain konsumsi masyarakat yang cenderung meningkat atau adanya
ketidak lancaran distribusi barang.
2.4.2
Teori Inflasi
Ada beberapa pandangan yang bisa memberikan penjelasan mengenai teori inflasi
yang dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi, diantaranya adalah Teori Kuantitas. Di
dalam Teori Kuantitas, dijelaskan bahwa sumber utama terjadinya inflasi adalah karena
adanya kelebihan permintaan (demand) sehingga uang yang beredar di masyarakat
bertambah banyak. Teori Kuantitas membedakan sumber inflasi menjadi dua, yakni teori
Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation.
1. Demand Pull Inflation
Menurut Rahardja (2004), demand pull inflation yaitu inflasi yang disebabkan
oleh terlalu kuatnya peningkatan aggregate demand masyarakat terhadap komoditikomoditi hasil produksi di pasar barang. Akibatnya, akan menarik (pull) kurva
permintaan agregat ke arah kanan atas, sehingga terjadi excess demand, yang merupakan
inflationary gap.
2. Cost Push Inflation
Menurut Rahardja (2004), cost push inflation, yaitu inflasi yang dikarenakan
bergesernya aggregate supply curve ke arah kiri atas. Faktor-faktor yang menyebabkan
aggregate supply curve bergeser tersebut adalah meningkatnya harga faktor-faktor
produksi (baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri) di pasar faktor
produksi, sehingga menyebabkan kenaikkan harga komoditi di pasar komoditi.
2.4.3
Dampak Inflasi
Dampak atau akibat yang ditimbulkan dari adanya inflasi dalam suatu
perekonomian menurut Samuelson (2004:386) adalah sebagai berikut :
1) Inflasi yang terantisipasi versus tidak terantisipasi, inflasi dapat terantisipasi ketika
berada pada tingkat rendah dan tidak terantisipasi ketika rakyat terbiasa dengan harga
barang yang stabil kemudian melonjak tinggi.
2) Inflasi mempengaruhi perekonomian dimana perubahan pada harga relatif terjadi.
Penyimpangan harga relatif menghasilkan dua akibat inflasi yaitu redistribusi
pendapatan dan kekayaan di antara kelompok yang berbeda dan penyimpangan pada
harga relatif dan output barang yang berbeda, atau kadang-kadang pada output dan
ketenagakerjaan untuk perekonomian secara keseluruhan.
3) Inflasi mempengaruhi distribusi pendapatan dan kekayaan karena perbedaan asset dan
kewajiban yang orang-orang miliki.
4) Inflasi mempengaruhi perekonomian nyata dalam dua hal yaitu inflasi dapat
mengurangi efisiensi ekonomi dan inflasi dapat mempengaruhi output total.
5) Inflasi mempengaruhi makroekonomi pada efisiensi dan pertumbuhan.
2.4.4
Cara Menghitung Inflasi
Dalam menghitung tingkat inflasi, diperlukan Indeks Harga Konsumen (IHK)
yang berguna untuk mengukur tingkat persentase kenaikan harga dari suatu periode ke
periode yang lain. IHK ialah suatu indeks, yang menghitung rata-rata perubahan harga
dalam suatu periode, dari suatu kumpulan barang dan jasa yang dikonsumsi oleh
penduduk/ rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Mulai Juni 2008, IHK disajikan
dengan menggunakan tahun dasar 2007=100 dan mencakup 66 kota yang terdiri dari 33
ibukota propinsi dan 33 kota-kota besar di seluruh Indonesia. IHK sebelumnya
menggunakan tahun dasar 2002=100 dan hanya mencakup 45 kota.
Dalam menyusun IHK, data harga konsumenatau retail diperoleh dari 66 kota dan
mencakup antara 284 - 441 barang dan jasa yang dikelompokkan ke dalam tujuh
kelompok pengeluaran yaitu:
1. Bahan makanan;
2. Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau;
3. Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar;
4. Sandang;
5. Kesehatan;
6. Pendidikan, rekreasi dan olah raga; dan
7. Transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.
Setiap kelompok terdiri dari beberapa sub kelompok, dan dalam setiap sub
kelompok terdapat beberapa item. Lebih jauh, item-item tersebut memiliki beberapa mutu
atau spesifikasi.
Rumus menghitung IHK :
IHn = Σ Pn x 100 % atau IHK =
𝛴 𝑊𝑛 𝑥 𝐻𝑛
𝛴 𝑊𝑜 𝑥 𝐻𝑜
Σ Po
Keterangan :
IHK = Indeks Harga Konsumen
IHn = Indeks Harga tahun n (tahun yang dihitung)
Σ Pn = Jumlah harga-harga tahun n (tahun yang dihitung)
Σ Po = Jumlah harga-harga tahun dasar
Wn = Nilai kepentingan relatif (weight) barang pada hari n
Wo = Nilai kepentingan relatif (weight) barang pada waktu dasar
Hn
= Harga pasar barang pada hari n
Ho
= Harga pasar barang pada hari dasar
2.5
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan atau Composite Stock Price Index (IHSG)
merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja kerja saham yang
tercatat di suatu bursa efek.
Ada dua metode penghitungan IHSG yang umum dipakai yaitu :
1. Metode rata-rata (Average Method )
Merupakan metode dimana harga pasar saham-saham yang masuk dalam
indeks tersebut dijumlah kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi.
IHSG =
ΣPs
Divisor
…………………………………………… (1)
Sumber : www.idx.co.id
Keterangan
IHSG
= Indeks Harga Saham Gabungan
ΣPs
= Total harga saham
Divisor
= Harga dasar saham
2. Metode rata-rata tertimbang (Weighted Average Method)
Merupakan suatu metode yang menambahkan bobot dalam perhitungan indeks
disamping harga pasar saham-saham yang tercatatdan harga dasar saham.
Pembobotan yang dilakukan dalam perhitunganindeks pada umumnya adalah jumlah
saham yang dikeluarkan. Ada dua ahli yang mengemukakan metode untuk
menghitung metode rata-rata tertimbang :
1) Paasche
Angka Indeks Paasche adalah angka indeks harga yang diboboti kuantitas
tahun berjalan atau angka indeks kuantitas yang diboboti harga tahun berjalan.
PP
=
Σ Pn x Qn
X 100
Σ 𝑃𝑜 𝑥 𝑄𝑛
Sumber : Sugiarto (2006 : 130)
Keterangan
PP
= Indeks Harga Paasche
Pn
= Harga pada tahun berjalan
Po
= Harga tahun dasar
Qn
= Kuantitas pada tahun berjalan
2) Laspeyres
Rumus ini menggunakan jumlah saham yang dikeluarkan padahari dasar dan
tidak berubah selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru
LP
=
Σ Pn x Qo
X 100
Σ 𝑃𝑜 𝑥 𝑄𝑜
Sumber : Sugiarto (2006 : 129)
Keterangan
LP
= Indeks Harga Laspeyres
Pn
= Harga pada tahun berjalan
Po
= Harga tahun dasar
Qo
= Kuantitas pada tahun berjalan
IHSG BEI atau JSX CSPI merupakan IHSG yang dikeluarkan oleh BEI. IHSG
BEI ini mengambil hari dasar pada tanggal 10 Agustus 1982 dan mengikutsertakan
semua saham yang tercatat di BEI. IHSG BEI diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1
April 1983 yang digunakan sebagai indikator untuk memantau pergerakan saham. Indeks
ini mencakup semua saham biasa maupun saham preferen di BEI. Sejak tanggal 1
Desember 2007, Bursa Efek Jakarta digabung dengan Bursa Efek Surabaya menjadi
Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu IHSG BEJ kemudian berubah menjadi IHSG BEI
sejak penggabungan tersebut.
2.6
Kajian Penelitian Terdahulu
1. Bayu Gusdono (2010) dalam topiknya yang berjudul “Pengaruh Indeks Dow
Jones, Suku Bunga SBI, Kurs Dollar AS Dan Tingkat Inflasi Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan periode 2008-2009”. Penulis menyimpulkan bahwa
(1) Indeks Dow Jones, Suku Bunga SBI, Kurs Dollar AS, dan Tingkat Inflasi
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap IHSG pada periode Januari
2008 – Desember 2009. (2) Indeks Dow Jones berpengaruh positif secara
signifikan terhadap IHSG. Sedangkan Suku Bunga SBI dan Kurs Dollar AS
berpengaruh negatif terhadap IHSG. Pada periode yang sama, Tingkat Inflasi
tidak berpenagruh secara signifikan terhadap IHSG.
2. Edison Salomo (2006) dalam topiknya yang berjudul “ Pengaruh Perubahan
Indeks Dow Jones, Harga Minyak Mentah Dunia, dan Kurs Dollar terhadap
Perubahan Indeks Nikkei, Hang Seng, Dan IHSG”. Penulis menyimpulkan
bahwa periode oktober 2004 sampaI oktober 2005, Indeks Dow Jones, Harga
Minyak Mentah Dunia dan Kurs Dollar berpengaruh terhadap perubahan
Indeks Nikkei, perubahan Indeks Hang Seng Dan perubahan IHSG baik
simultan maupun parsial.
3. Diondra Nirmala (2010) dalam topiknya yang berjudul “Pengaruh Tingkat
Suku Bunga (SBI) Dan Tingkat Inflasi (IHK) Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2004 – 2009”.
Penulis menyimpulkan bahwa Tingkat Suku Bunga SBI dan Tingkat Inflasi
(IHK) tidak berpengaruh secara simultan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
4. Edo Yerifian (2009) dalam topiknya yang berjudul “Pengaruh Nilai Tukar
Rupiah Per Dollar, Tingkat Suku Bunga (SBI), Dan Inflasi Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Penulis
menyimpulkan bahwa (1) Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS, Tingkat Suku
Bunga SBI, dan Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) berpengaruh secara
simultan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek
Indonesia. (2) Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara Nilai
Tukar Rupiah Per Dollar AS, Tingkat Suku Bunga SBI Dan Tingkat Inflasi
Indeks Harga Konsumen (IHK) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di Bursa Efek Indonesia.
Tabel 2.1
Pemetaan Penelitian Sebelumnya
Peneliti
Dow
Jones
Hangseng
Nikkei
Harga
Minyak
Mentah
Kurs
Dollar
SBI
Inflasi
IHSG
SIMULTAN
PARSIAL
Bayu Gusdono
√
−
−
−
√
√
√
√
√
−
Edison Salomo
√
√
√
√
√
−
−
√
√
√
Diondra
Nirmala
−
−
−
−
−
√
√
√
−
−
Edo Yerifian
−
−
−
−
√
√
√
√
√
√
Soni Sanjaya
(Penulis)
√
−
−
−
−
−
√
√
√
√
Sumber : Penulis
Download