BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Setiap orang yang melakukan kegiatan ekonomi akan dihadapkan kepada dua pilihan dalam mengkonsumsi sesuatu, apakah mengkonsumsi untuk sekarang atau untuk masa depan. Penundaan konsumsi sekarang untuk masa mendatang dapat dikatakan sebagai suatu investasi. Salah satu tujuan seseorang berinvestasi adalah untuk menambah atau meningkatkan pendapatannya di masa mendatang. Beberapa pakar ekonomi telah menerjemahkan pengertian investasi menurut pemikiran mereka masing-masing. Menurut Abdul Halim (2005:4) investasi merupakan : “Penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang”. Sedangkan Jogiyanto (2007:5) mengemukakan pengertian investasi sebagai berikut : “Penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode tertentu”. Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan komitmen atas dana yang ditanamkan dan diharapkan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang dari penanaman investasi tersebut. 2.1.2 Jenis Investasi Secara garis besar ada tiga jenis investasi, menurut Sunariyah (2004:4) investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama, yaitu : 1. Investasi dalam bentuk Aktiva Riil (Real Assets) berupa aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real estate. 2. Investasi dalam bentuk surat-surat berharga (Financial Assets) berupa surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh entitas. Pemilikan aktiva finansial dalam rangka investasi pada sebuah entitas dapat dilakukan dengan dua cara : a. Investasi Langsung (Direct Investment) Investasi Langsung (Direct Investment) dapat diartikan sebagai sebagai suatu pemilikan surat-surat berharga secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah go public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan dividen dan capital gain. b. Investasi Tidak Langsung (Indirect Investment) Investasi Tidak Langsung (Indirect Investment) terjadi bilamana surat-surat berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment company) yang berfungsi sebagai perantara. 2.1.3 Risiko Investasi Dua unsur yang melekat pada setiap modal atau dana yang diinvestasikan adalah hasil (return) dan risiko (risk). Dua unsur ini selalu mempunyai hubungan timbal balik yang sebanding, umumnya semakin tinggi risiko, semakin besar pula hasil yang akan diperoleh dan semakin kecil risiko, semakin kecil pula hasil yang akan diperoleh. Bodie, Kane, dan Markus (2003) memperkuat pendapat di atas dengan menyatakan bahwa aset-aset dengan tingkat harapan pengembalian (expected return) yang tinggi maka memiliki risiko yang tinggi pula. Adapun pengertian risiko yang dijabarkan oleh Tandelilin (2001:48) adalah sebagai berikut : “Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antar return yang aktual dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut.” Begitu juga dengan pendapat Abdul Halim (2005:42) mengenai pengertian risiko, yaitu : “Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return).” Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa risiko adalah kemungkinan dari investasi yang dilakukan investor mengalami kegagalan dalam memenuhi tingkat pengembalian investor yang diharapkan. Jenis-jenis risiko investasi menurut Abdul Halim (2005:51-52) : 1. Risiko Sistematis (Systematic risk) Merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor mikro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Risiko sistematis digolongkan, antara lain : a. Risiko Tingkat Bunga (Interest Rate Risk) Risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar. b. Risiko Pasar (Market Risk) Risiko yang timbul akibat kondisi perekonomian negara berubah-ubah, yang dipengaruhi oleh resesi dan kondisi perekonomian. c. Risiko Daya Beli (Purchasing Power Risk) Risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan tingkat inflasi. Perubahan ini akan menyebabkan berkurangnya daya beli uang yang diinvestasikan maupun bunga yang diperoleh dari investasi, sehingga riil pendapatan menjadi kecil. d. Risiko Mata Uang (Currency Risk) Risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang. Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Dyah Febriyani : 2010) dalam melakukan investasi di pasar modal ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat pergerakan harga saham yaitu faktor internal dan eksternal, faktor internal disebut juga faktor fundamental dan faktor eksternal yang merupakan faktor non fundamental. Faktor fundamental adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan dan dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan. Menurut (Jones: 2004), faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi nilai intrinsik saham dapat berasal dari dalam perusahaan, industri maupun keadaan perekonomian makro seperti tingkat inflasi. Sedangkan faktor eksternal yang merupakan faktor non fundamental seperti situasi politik, sosial-budaya dan kebijakan pemerintah. 2. Risiko tidak sistematis (Unsystematic risk) Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau satu perusahaan atau satu industri tertentu. Yang tergolong dalam risiko tidak sistematis, yaitu : a. Risiko Bisnis (Business Risk) Risiko yang timbul akibat menurunnya profitabilitas perusahaan emiten. b. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk) Risiko ini berkaitan dengan saham yang bersangkutan untuk dapat segera diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti. 2.2 Pasar Modal Pasar Modal merupakan alternatif untuk berinvestasi dengan memberikan keuntungan dan sejumlah risiko tertentu. Investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui pembelian efek-efek yang baru ditawarkan ataupun yang diperdagangkan di Pasar Modal. Sebaliknya, perusahaan dapat memperoleh dana yang dibutuhkan dengan menawarkan instrumen keuangan jangka panjang melalui pasar modal tersebut. 2.2.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal terbentuk karena adanya hubungan keuangan beberapa institusi dan peraturan yang memungkinkan terjadinya transaksi dana jangka panjang. Pasar modal dibentuk oleh berbagai bursa efek yang membentuk tempat transaksi baik untuk hutang maupun modal sendiri. Selain itu pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti obligasi, saham dan lainnya. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan pendapat menurut Gitman (2006:25), bahwa: “Capital market is a market that enables suppliers and demanders of long-term funds to make transactions”. Artinya bahwa pasar modal adalah suatu pasar yang mempertemukan antara permintaan dan penawaran untuk surat-surat berharga jangka panjang. Menurut Sunariyah (2006:5), bahwa: “Pasar modal adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, di tempat itu pula perusahaan (entities) yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai emiten”. Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pasar modal adalah suatu lembaga institusi keuangan yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. 2.2.2 Instrumen-Instrumen Pasar Modal Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemajuan pasar modal satu negara terletak pada tingkat instrumen investasi yang tersedia. Semakin maju pasar modal, semakin bervariasi instrumen pasar yang diperdagangkan di bursa. Semakin banyak instrumen yang ditawarkan akan membuat banyak pilihan bagi pelaku pasar dan kemungkinan besar akan semakin diminati oleh investor, baik lokal maupun asing. Menurut Jogiyanto (2007:98) instrument pasar modal yang umum diperdagangkan adalah sebagai berikut: 1. Saham Biasa dianatara surat-surat berharga yang diperdagangkan dipasar modal, saham biasa (Common stock). Secara sederhana, saham biasa adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan. 2. Saham preferen merupakan saham yang akan menerima dividend dalam jumlah yang tetap. Biasanya pemiliknya tidak mempunyai hak dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). 3. Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman (dalam hal ini pemodal) dengan yang diberi pinjaman (emiten). Jadi surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman sebagai kreditor kepada perusahaan yang menerbitkan surat obligasi. 4. Obligasi Konversi (convertible Bonds) adalah obligasi yang dapat dikonversikan (ditukar) menjadi saham biasa pada waktu tertentu atau sesudahnya. 5. Right Issue adalah produk turunan dari saham. Right issue merupakan pemberian hak kepada para pemegang saham untuk membeli saham baru dari perusahaan dengan harga tertentu dan dalam batas waktu tertentu. Kebijakan Right issue ini merupakan upaya emiten untuk menambah saham yang beredar, guna menambah modal perusahaan. 6. Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lain, misalnya obligasi atau saham. Sedangkan menurut Rusdin (2006:68) instrumen-instrumen pasar modal yang diperdagangkan di Indonesia antara lain mencakup saham, obligasi, produk derivatif (misalnya warant, right issue) dan reksadana. Reksa Dana menurut Rusdin (2006:68) merupakan sekumpulan saham, obligasi, serta efek lain yang dibeli oleh sekelompok investor dan dikelola oleh sebuah perusahaan investasi yang profesional. Dengan membeli sebagian unit penyertaan, investor dengan dana yang terbatas dapat menikmati manfaat atas kepemilikan berbagai macam efek. Selain itu investor juga terbebas dari kesulitan untuk menganalisa efek. Reksa Dana dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori berdasarkan investasinya, yaitu: Reksa Dana Saham, Obligasi, Pasar Uang, dan Reksa Dana Campuran. Investor bisa memilih jenis reksa dana yang sesuai dengan tujuan investasinya. 2.2.3 Fungsi Pasar Modal Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara lain. Hampir semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Menurut Sunariyah (2004:7) fungsi pasar modal pada suatu Negara dapat dilihat dari lima segi, yaitu : 1) Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjual-belikan. 2) Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan hasil (return) yang diharapkan. 3) Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. 4) Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian, yaitu dengan membeli sebagian kecil saham perusahaan publik. 5) Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. 2.2.4 Jenis Pasar Modal Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjual-belikan. Jenis-jenis pasar modal menurut Sunariyah (2004:12-14) dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bayu Gusdono (2010) ada beberapa macam, yaitu : 1) Pasar Perdana (primary market) Pasar Perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Pengertian tersebut menunjukan, bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas-sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public (emiten), berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. 2) Pasar Sekunder (secondary market) Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar sekunder dimana saham dan sekuritas lain diperjual-belikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran pembeli dan penjual. 3) Pasar Ketiga (third market) Pasar Ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa (over the counter market). Bursa pararel merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisir di luar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh perserikatan perdagangan uang dan efek dengan diawasi oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Jadi, dalam pasar ketiga tidak memiliki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan floor trading (lantai bursa). 4) Pasar Keempat (fourth market) Pasar Keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek. Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar (block sale). 2.3 Saham 2.3.1 Pengertian Saham Ada beberapa pengertian mengenai saham yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu antara lain : Menurut Suad Husnan (2005 : 29), Sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut, dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya. Menurut Grubber ( 2003 : 58 ) menyatakan bahwa : “Common stock represent an ownership claim on the earning and asset of a corporation. After holders of debt claim are paid the management of the company can other pay out the remaining earning to stockholders in the form of devidends or reinvest part of all the earning business”. Artinya bahwa saham biasa memperlihatkan sebuah hak kepemilikan yang meminta keuntungan dan asset dari sebuah perusahaan. Setelah hak pemegang hutang dibayar perusahaan, manajemen perusahaan baru dapat membayar sisa yang lainnya kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau menginvestasikan kembali bagian dari seluruh pendapatan dalam usahanya. 2.3.2 Jenis-Jenis Saham Saham yang diperjualbelikan di pasar modal tentu banyak ragamnya, para investor bisa memilih jenis saham yang cocok dalam berinvestasi. Menurut Rusdin (2006:69) ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham, yaitu : 1. Berdasarkan atas cara peralihan, saham dibedakan menjadi 2, yaitu: a) Saham atas unjuk (Bearer Stock) Saham yang tidak ditulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain. b) Saham atas nama (Registered Stock) Saham yang ditulis dengan jelas siapa pemiliknya. Dimana cara pengalihannya harus dengan prosedur tertentu, yaitu dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus membuat daftar nama pemegang saham. Apabila terjadi kehilangan, pemegang saham tersebut dengan mudah mendapat penggantian. 2. Berdasarkan manfaat yang diperoleh pemegang saham, dibedakan menjadi: a) Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa merupakan jenis efek yang paling sering dipergunakan oleh emiten untuk memperoleh dana dari masyarakat dan juga merupakan jenis yang paling populer di pasar modal. Saham biasa dibedakan menjadi 6 jenis , yaitu: 1. Blue Chip Stock Saham yang memiliki kualitas atau ranking investasi yang tinggi dan biasanya saham perusahaan besar dan memiliki reputasi baik, mampu menghasilkan pendapatan yang tinggi dan konsisten dalam membayar dividen. 2. Income Stock Saham dari suatu emiten, dimana emiten yang bersangkutan dapat membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. 3. Growth Stock Saham dari emiten merupakan pemimpin dalam industrinya dan beberapa tahun terakhir berturut-turut mampu mendapatkan hasil diatas rata-rata. 4. Cyclical Stock Saham yang mempunyai sifat mengikuti pergerakan situasi ekonomi makro atau kondisi bisnis secara umum. Selama ekonomi makro mengalami ekspansi, emiten saham ini akan mampu mendapatkan penghasilan yang tinggi, juga dengan kondisi sebaliknya. 5. Defensive Stock Saham yang tidak berpengaruh oleh kondisi ekonomi makro, maupun situasi bisnis secrara umum. Pada saat resesi saham ini tetap tinggi. Hal ini disebabkan karena emiten mampu menghasilkan pendapatan yang tinggi meskipun dimasa resesi. 6. Speculative Stock Saham yang emitennya tidak dapat secara konsisten mendapatkan penghasilan dari tahun ke tahun. b) Saham Preferen (Preferen Stock) Saham preferen adalah saham yang berbentuk gabungan antara obligasi dan saham biasa. Jenis saham ini sering disebut dengan sekuritas campuran. Saham preferen sama dengan saham biasa karena tidak memiliki tanggal jatuh tempo dan juga mewakili kepemilikan dari modal. Saham preferen dibedakan menjadi 2 jenis , yaitu: 1) Commulative Preferred Stock Saham ini memberikan kepada pemiliknya atas pembagian dividen yang sifatnya kumulatif dalam suatu presentasi atau jumlah tertentu. 2) Non Commulative Preferred Stock Saham ini mendapat prioritas dalam pembagian dividen sampai pada suatu persentasi atau jumlah tertentu, tetapi tidak bersifat kumulatif seperti saham preferen di atas. 2.3.3 Keuntungan dan Risiko Saham Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham: 1. Dividen Menurut Anaroga dan pakarti (2006: 60) dividen merupakan bagian dari keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham. Dividen sebagai nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi laba ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan. Dividen dibagikan kepada pemegang saham sebagai keuntungan dari perusahaan. 2. Capital Gain Menurut Anaroga dan pakarti (2006: 60) mengemukakan bahwa : “Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh investor dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan nilai beli yang lebih rendah”. Dalam investasi saham juga terdapat risiko, salah satu risiko yang kemungkinan terjadi yaitu capital loss. Menurut Jogiyanto (2003:110), “capital loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang dengan harga periode yang lalu” . 2.4 Inflasi 2.4.1 Pengertian Inflasi Ada beberapa pengertian mengenai inflasi yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu antara lain : Menurut Asfia Murni (2006:202), “Inflasi adalah suatu kejadian yang menunjukan kenaikan tingkat harga secara umum dan berlangsung secara terus menerus.” Sedangkan menurut Sadono Sukirno (2004:14) ,“Inflasi didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Jadi, dari beberapa pendapat mengenai inflasi, dapat disimpulkan bahwa Inflasi yaitu suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain konsumsi masyarakat yang cenderung meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang. 2.4.2 Teori Inflasi Ada beberapa pandangan yang bisa memberikan penjelasan mengenai teori inflasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi, diantaranya adalah Teori Kuantitas. Di dalam Teori Kuantitas, dijelaskan bahwa sumber utama terjadinya inflasi adalah karena adanya kelebihan permintaan (demand) sehingga uang yang beredar di masyarakat bertambah banyak. Teori Kuantitas membedakan sumber inflasi menjadi dua, yakni teori Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation. 1. Demand Pull Inflation Menurut Rahardja (2004), demand pull inflation yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya peningkatan aggregate demand masyarakat terhadap komoditikomoditi hasil produksi di pasar barang. Akibatnya, akan menarik (pull) kurva permintaan agregat ke arah kanan atas, sehingga terjadi excess demand, yang merupakan inflationary gap. 2. Cost Push Inflation Menurut Rahardja (2004), cost push inflation, yaitu inflasi yang dikarenakan bergesernya aggregate supply curve ke arah kiri atas. Faktor-faktor yang menyebabkan aggregate supply curve bergeser tersebut adalah meningkatnya harga faktor-faktor produksi (baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri) di pasar faktor produksi, sehingga menyebabkan kenaikkan harga komoditi di pasar komoditi. 2.4.3 Dampak Inflasi Dampak atau akibat yang ditimbulkan dari adanya inflasi dalam suatu perekonomian menurut Samuelson (2004:386) adalah sebagai berikut : 1) Inflasi yang terantisipasi versus tidak terantisipasi, inflasi dapat terantisipasi ketika berada pada tingkat rendah dan tidak terantisipasi ketika rakyat terbiasa dengan harga barang yang stabil kemudian melonjak tinggi. 2) Inflasi mempengaruhi perekonomian dimana perubahan pada harga relatif terjadi. Penyimpangan harga relatif menghasilkan dua akibat inflasi yaitu redistribusi pendapatan dan kekayaan di antara kelompok yang berbeda dan penyimpangan pada harga relatif dan output barang yang berbeda, atau kadang-kadang pada output dan ketenagakerjaan untuk perekonomian secara keseluruhan. 3) Inflasi mempengaruhi distribusi pendapatan dan kekayaan karena perbedaan asset dan kewajiban yang orang-orang miliki. 4) Inflasi mempengaruhi perekonomian nyata dalam dua hal yaitu inflasi dapat mengurangi efisiensi ekonomi dan inflasi dapat mempengaruhi output total. 5) Inflasi mempengaruhi makroekonomi pada efisiensi dan pertumbuhan. 2.4.4 Cara Menghitung Inflasi Dalam menghitung tingkat inflasi, diperlukan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang berguna untuk mengukur tingkat persentase kenaikan harga dari suatu periode ke periode yang lain. IHK ialah suatu indeks, yang menghitung rata-rata perubahan harga dalam suatu periode, dari suatu kumpulan barang dan jasa yang dikonsumsi oleh penduduk/ rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Mulai Juni 2008, IHK disajikan dengan menggunakan tahun dasar 2007=100 dan mencakup 66 kota yang terdiri dari 33 ibukota propinsi dan 33 kota-kota besar di seluruh Indonesia. IHK sebelumnya menggunakan tahun dasar 2002=100 dan hanya mencakup 45 kota. Dalam menyusun IHK, data harga konsumenatau retail diperoleh dari 66 kota dan mencakup antara 284 - 441 barang dan jasa yang dikelompokkan ke dalam tujuh kelompok pengeluaran yaitu: 1. Bahan makanan; 2. Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; 3. Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; 4. Sandang; 5. Kesehatan; 6. Pendidikan, rekreasi dan olah raga; dan 7. Transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Setiap kelompok terdiri dari beberapa sub kelompok, dan dalam setiap sub kelompok terdapat beberapa item. Lebih jauh, item-item tersebut memiliki beberapa mutu atau spesifikasi. Rumus menghitung IHK : IHn = Σ Pn x 100 % atau IHK = 𝛴 𝑊𝑛 𝑥 𝐻𝑛 𝛴 𝑊𝑜 𝑥 𝐻𝑜 Σ Po Keterangan : IHK = Indeks Harga Konsumen IHn = Indeks Harga tahun n (tahun yang dihitung) Σ Pn = Jumlah harga-harga tahun n (tahun yang dihitung) Σ Po = Jumlah harga-harga tahun dasar Wn = Nilai kepentingan relatif (weight) barang pada hari n Wo = Nilai kepentingan relatif (weight) barang pada waktu dasar Hn = Harga pasar barang pada hari n Ho = Harga pasar barang pada hari dasar 2.5 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Harga Saham Gabungan atau Composite Stock Price Index (IHSG) merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja kerja saham yang tercatat di suatu bursa efek. Ada dua metode penghitungan IHSG yang umum dipakai yaitu : 1. Metode rata-rata (Average Method ) Merupakan metode dimana harga pasar saham-saham yang masuk dalam indeks tersebut dijumlah kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi. IHSG = ΣPs Divisor …………………………………………… (1) Sumber : www.idx.co.id Keterangan IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan ΣPs = Total harga saham Divisor = Harga dasar saham 2. Metode rata-rata tertimbang (Weighted Average Method) Merupakan suatu metode yang menambahkan bobot dalam perhitungan indeks disamping harga pasar saham-saham yang tercatatdan harga dasar saham. Pembobotan yang dilakukan dalam perhitunganindeks pada umumnya adalah jumlah saham yang dikeluarkan. Ada dua ahli yang mengemukakan metode untuk menghitung metode rata-rata tertimbang : 1) Paasche Angka Indeks Paasche adalah angka indeks harga yang diboboti kuantitas tahun berjalan atau angka indeks kuantitas yang diboboti harga tahun berjalan. PP = Σ Pn x Qn X 100 Σ 𝑃𝑜 𝑥 𝑄𝑛 Sumber : Sugiarto (2006 : 130) Keterangan PP = Indeks Harga Paasche Pn = Harga pada tahun berjalan Po = Harga tahun dasar Qn = Kuantitas pada tahun berjalan 2) Laspeyres Rumus ini menggunakan jumlah saham yang dikeluarkan padahari dasar dan tidak berubah selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru LP = Σ Pn x Qo X 100 Σ 𝑃𝑜 𝑥 𝑄𝑜 Sumber : Sugiarto (2006 : 129) Keterangan LP = Indeks Harga Laspeyres Pn = Harga pada tahun berjalan Po = Harga tahun dasar Qo = Kuantitas pada tahun berjalan IHSG BEI atau JSX CSPI merupakan IHSG yang dikeluarkan oleh BEI. IHSG BEI ini mengambil hari dasar pada tanggal 10 Agustus 1982 dan mengikutsertakan semua saham yang tercatat di BEI. IHSG BEI diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983 yang digunakan sebagai indikator untuk memantau pergerakan saham. Indeks ini mencakup semua saham biasa maupun saham preferen di BEI. Sejak tanggal 1 Desember 2007, Bursa Efek Jakarta digabung dengan Bursa Efek Surabaya menjadi Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu IHSG BEJ kemudian berubah menjadi IHSG BEI sejak penggabungan tersebut. 2.6 Kajian Penelitian Terdahulu 1. Bayu Gusdono (2010) dalam topiknya yang berjudul “Pengaruh Indeks Dow Jones, Suku Bunga SBI, Kurs Dollar AS Dan Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan periode 2008-2009”. Penulis menyimpulkan bahwa (1) Indeks Dow Jones, Suku Bunga SBI, Kurs Dollar AS, dan Tingkat Inflasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap IHSG pada periode Januari 2008 – Desember 2009. (2) Indeks Dow Jones berpengaruh positif secara signifikan terhadap IHSG. Sedangkan Suku Bunga SBI dan Kurs Dollar AS berpengaruh negatif terhadap IHSG. Pada periode yang sama, Tingkat Inflasi tidak berpenagruh secara signifikan terhadap IHSG. 2. Edison Salomo (2006) dalam topiknya yang berjudul “ Pengaruh Perubahan Indeks Dow Jones, Harga Minyak Mentah Dunia, dan Kurs Dollar terhadap Perubahan Indeks Nikkei, Hang Seng, Dan IHSG”. Penulis menyimpulkan bahwa periode oktober 2004 sampaI oktober 2005, Indeks Dow Jones, Harga Minyak Mentah Dunia dan Kurs Dollar berpengaruh terhadap perubahan Indeks Nikkei, perubahan Indeks Hang Seng Dan perubahan IHSG baik simultan maupun parsial. 3. Diondra Nirmala (2010) dalam topiknya yang berjudul “Pengaruh Tingkat Suku Bunga (SBI) Dan Tingkat Inflasi (IHK) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2004 – 2009”. Penulis menyimpulkan bahwa Tingkat Suku Bunga SBI dan Tingkat Inflasi (IHK) tidak berpengaruh secara simultan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). 4. Edo Yerifian (2009) dalam topiknya yang berjudul “Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Per Dollar, Tingkat Suku Bunga (SBI), Dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Penulis menyimpulkan bahwa (1) Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) berpengaruh secara simultan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. (2) Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara Nilai Tukar Rupiah Per Dollar AS, Tingkat Suku Bunga SBI Dan Tingkat Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Tabel 2.1 Pemetaan Penelitian Sebelumnya Peneliti Dow Jones Hangseng Nikkei Harga Minyak Mentah Kurs Dollar SBI Inflasi IHSG SIMULTAN PARSIAL Bayu Gusdono √ − − − √ √ √ √ √ − Edison Salomo √ √ √ √ √ − − √ √ √ Diondra Nirmala − − − − − √ √ √ − − Edo Yerifian − − − − √ √ √ √ √ √ Soni Sanjaya (Penulis) √ − − − − − √ √ √ √ Sumber : Penulis