BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pencemaran Air Tanah di Kawasan Padat Permukiman Pencemaran air definisikan sebagai masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. (PP No 82, 2001). Masukkan tersebut sering disebut dengan istilah unsur pencemar berupa buangan yang bersifat rutin (Warlina, 2004). Berdasarkan definisi pencemaran air tersebut, faktor penyebab terjadinya pencemaran dapat berupa masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air sehingga menyebabkan kualitas air tercemar. Pada kawasan padat penduduk aspek pelaku pencemaran air tanah lebih disebabkan oleh aktivitas manusia yang melebihi daya dukung lingkungan kawasan tersebut. Bagi manusia, air merupakan hal pokok bagi konsumsi, sanitasi, dan untuk kegiatan produksi (Linsley dan Franzini, 1989). Pesat pertumbuhan penduduk mengakibatkan air bersih menjadi salah satu sumber daya alam yang sangat penting. Air tanah adalah salah satu sumber air bersih yang potensial dan sangat penting artinya bagi kehidupan manusia. Di lain pihak, terdapat kecenderungan terus menurunnya kualitas air karena meningkatnya pencemaran air oleh buangan permukiman,dan industri. Hampir semua kegiatan manusia mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Daerah industri, permukiman maupun mempengaruhi sifat hidrolika dan hidrokimia air tanah (Putranto, 1998). 5 pertanian 6 Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan yang merupakan sumber air bagi aktivitas kehidupan manusia di daratan. Air tanah berasal dari air hujan dan air permukaan yang terkumpul pada zona jenuh air. Pembentukan air tanah diawali dari proses infiltrasi air menuju zona tak jenuh (zone of aeration) dan kemudian meresap semakin dalam (perlokasi) hingga mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah (Wikipedia, 2010). Air tanah terbagi atas air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal, terjadi karena adanya daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Air tanah dalam terdapat setelah lapis rapat air yang pertama dalam suatu kedalaman biasanya antara 100-300 m. Air tanah dangkal berada hingga kedalaman 15 m. Air tanah dangkal banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber air baku dengan membuat sumur gali atau sumur pompa. Profil permukaan air tanah dangkal tergantung dari profil permukaan tanah dan lapisan tanah sendiri (Wulan, 2005). Air tanah memiliki kualitas yang pada umumnya baik, akan tetapi banyak tergantung kepada sifat lapisan tanahnya, apabila kondisi sanitasi lingkungan sangat rendah maka banyak tercemar oleh bakteri. Apabila berdekatan dengan industri dengan beban pencemaran tinggi dan tidak memiliki sistem pengendalian pencemaran air maka akan terpengaruh rembesan pencemaran (Munif, 2009). Tekanan terhadap sumber daya air tanah tidak hanya disebabkan tingkat eksploitasi yang berlebihan, namun juga karena adanya degradasi kualitas lingkungan. Pembuangan air limbah secara langsung (tanpa pengolahan), buangan dari industri, limpasan dari pengairan sawah yang telah memperoleh perlakuan dengan bahan pestisida dan herbisida merupakan sumber pencemaran secara eskponensial menimbulkan dampak negatif pada sumber daya air (Achmadi, 2001). 7 Sumber pencemaran air tanah dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu sumber langsung dan sumber tidak langsung. Sumber langsung adalah buangan yang berasal dari sumber pencemarnya yaitu limbah hasil pabrik atau suatu kegiatan dan limbah domestik berupa buangan tinja dan buangan air bekas cucian, serta sampah. Sedangkan sumber sumber tidak langsung adalah kontaminan yang masuk melalui air tanah akibat adanya pencemaran pada air permukaan baik dari limbah industri maupun dari limbah domestik (Warlina, 2004). Masuknya bahan pencemar ke dalam akuifer air tanah terjadi dengan cara perkolasi dari permukaan tanah, melalui sumur, dan dari rembesan air permukaan. Kepadatan dan penyebaran penduduk tinggi mengakibatkan terjadinya akumulasi bahan pencemar di wilayah yang padat yang akibatnya akan menurunkan kualitas air dan degradasi lingkungan. Hasil penelitian Purnamasari (2007) tentang kajian hubungan antara aktivitas manusia dengan penurunan kualitas air menunjukkan bahwa, aktivitas domestik, pertanian, dan industri merupakan tiga sumber utama pencemaran limbah domestik. Tingginya kadar zat pencemar grey water dan black water mempengaruhi proses dekomposisi menimbulkan bau tidak sedap ke lingkungan, dan berpotensi mencemari air tanah disekitarnya (Hidayat, 2007). Bentuk aktivitas permukiman berupa industri, bengkel, pertokoan, transportasi, kegiatan rumah tangga (mandi, cuci dan kakus) akan menghasilkan limbah yang sebagian besar bercampur dengan air tanah, sehingga air tanah akan terpengaruh sifat-sifat biologi, kimia fisika, dan dari jenis aktivitas tersebut. Salah satu komponen pencemaran air yang berasal dari industri, rumah tangga (permukiman) dan pertanian dapat dikelompokkan sebagai bahan buangan organik. Selanjutnya dijelaskan bahwa bahan buangan organik umumnya berupa 8 limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga bila dibuang ke suatu badan perairan akan menaikkan populasi mikroorganisme. Kadar BOD dalam hal ini akan naik (Warlina, 2004). 2.2. Pemilihan Parameter Pencemaran Air Tanah Di Kawasan Padat Penduduk. Untuk kepentingan masyarakat sehari-hari, persediaan air harus memenuhi standar air minum dan tidak membahayakan kesehatan manusia. Menurut WHO, standar-standar air minum yang harus dipenuhi agar suatu persediaan air dapat dinyatakan layak sebagai air minum harus memenuhi persyaratan fisik, biologis, dan kimia. Standar fisik kualitas air meliputi suhu, warna, bau, rasa, kekeruhan. Standar biologis : kuman parasit, patogen, bakteri golongan Coliform, sedangkan standar kimia : pH, jumlah zat padat, dan bahan kimia lain (Permenkes 416/ Menkes/Per/ IX, 1990). Pada kawasan padat penduduk, pemilihan parameter pencemaran air tanah berkaitan dengan karakteristik bahan pencemar yang berhubungan dengan aktivitas penduduk pada kawasan tersebut. Menurut Putra (2009), pemilihan parameter kualitas air di dasarkan pada jenis parameter yang akan diambil, yakni parameter primer, parameter skunder dan parameter kunci, selanjutnya di sebutkan bahwa parameter primer merupakan senyawa kimia yang masuk ke dalam lingkungan tanpa bereaksi dengan senyawa lain. Parameter skunder merupakan transformasi yang terbentuk akibat adanya interaksi, transformasi atau reaksi kimia antara parameter primer menjadi senyawa lain. Sementara itu parameter kunci adalah parameter yang dianggap dapat mewakiki kualitas lingkungan yang di sesuaikan dengan tujuan pengambilan sampel. 9 2.2.1 Parameter Kunci Pencemaran Air Tanah Faktor-faktor yang menjadi parameter kunci dalam penelitian air tanah di kawasan padat permukiman adalah keberadaan bakteri indikator sanitasi. Hasil penelitian dari Harmayani dan Konsukarta (2007) menunjukkan bahwa semakin berkembangnya permukiman-permukiman yang kurang terencana dan sistem pembuangan limbah rumah tangga yang tidak terkoordinasi dengan baik berakibat pada timbulnya pencemaran air, sehingga air sumur tidak memenuhi standar untuk dikonsumsi menjadi air minum. Permasalahan utama pencemaran air tanah adalah terkontaminasinya air oleh bakteri yang dapat menyebabkan kesakitan maupun kematian. Saat ini diperkirakan sekitar 70 % air tanah di perkotaan sudah tercemar berat oleh bakteri yang berasal dari tinja, padahal separuh penduduk perkotaan masih menggunakan air tanah (Munif, 2009). Kondisi perumahan dan lingkungan yang padat (slum area) serta aktifitas dan berbagai kegiatan yang tanpa perencanaan lingkungan menjadi salah satu faktor penyebabnya. Bakteri pencemar air tanah dapat berpindah secara horizontal dan vertikal ke bawah bersama dengan air, air seni, atau air hujan yang meresap. Jarak perpindahan bakteri akan sangat bervariasi, tergantung pada berbagai faktor, diantaranya yang terpenting adalah porositas tanah. Bakteri dapat dilacak sampai jarak 15 m dari sumur tempat dimasukkannya bakteri yang dicoba Perpindahan horizontal melalui tanah dengan cara itu biasanya kurang dari 90 cm, dengan perpindahan kearah bawah kurang dari 3 m pada lubang yang terbuka terhadap air hujan, dan biasanya kurang dari 60 cm pada tanah berpori, bakteri dapat berpindah sampai jarak 30 m dari titik pembuangannya dalam waktu 33 jam. Selain itu, terdapat penurunan cepat jumlah bakteri sepanjang itu karena terjadi filtrasi yang efektif dan kematian bakteri. (Soeparman, 2009). 10 Pencemaran air tanah mempunyai hubungan dengan jenis dan jumlah mikroorganisme dalam perairan tersebut, air yang memenuhi syarat untuk air minum adalah air yang tidak mengandung bakteri Coliform di setiap 100 ml air uji (Kepmenkes No. 907, 2002). 2.2.2 Parameter Primer Pencemaran Air Tanah Sifat kimia air tanah merupakan salah satu sifat utama air yang mempengaruhi kualitas air tanah selain sifat fisik, biologi dan radioaktif. Sifat kimia air tanah sangat berguna untuk penentuan kualitas air tanah. Keberadaan bahan pencemar kimia merubah keadaan keseimbangan daur materi dalam lingkungan baik keadaan struktur maupun fungsinya. Menurut Susiloatmaja (2008), air tanah dapat terkontaminasi oleh bahan pencemar kimia karena beberapa hal, yaitu: a) Kecepatan hilangnya senyawa tertentu dari lingkungan lebih besar daripada kecepatan masuknya senyawa pengganti. b) Rusaknya atau putusnya alur siklus biokimia. c) Kecepatan masuknya senyawa ke dalam lingkungan lebih besar daripada kecepatan pengambilannya. d) Masuknya senyawa yang tidak terdegredasi ke dalam lingkungan . Sifat kimia yang dapat dijadikan indikator yang menentukan kualitas air tanah adalah pH, konsentrasi dari zat-zat kalium, magnesium, mangan, besi, sulfida, sulfat, amoniak, nitrit, nitrat, posphat, oksigen terlarut, minyak, lemak serta logam berat. Jika dilihat dari sumber pencemarnya, karakteristik parameter pencemaran primer pada kawasan padat penduduk merupakan berasal dari limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari buangan kamar mandi, dapur yang mengandung sisa makanan dan tempat cuci (grey water). 11 Grey water pada wilayah dengan sistem sanitasi yang belum terkoordinasi dengan baik, cenderung dibuang langsung ke lingkungan tanpa diolah terlebih dahulu. Kandungan unsur pencemar pada grey water, antara lain unsur N (Amonium, Nitrat, Nitrit, Organik N), unsur P (Fosfat), zat organik detergen. Kadar zat pencemar tersebut tinggi, sehingga mencemari air tanah disekitarnya (Hidayat, 2007). Pada Tabel 1 disajikan baku mutu parameter yang akan digunakan dalam menentukan kualitas air tanah menurut Peraturan Gubernur Propinsi Bali No 8 Tahun 2007. Tabel 1. Baku Mutu Parameter Primer Air Tanah Parameter Satuan Kelas I NH3-N mg/l 0,5 Kadmium mg/l 0,01 Khrom (VI) mg/l 0,05 Khlorida mg/l 600 Nitrit sebagai N mg/l 0,06 Sulfat mg/l 400 Belerang sebagai H- mg/l 0,002 S 2 Sumber : Pergub Propinsi Bali No 8 (2007) II (-) 0,01 0,05 (-) 0,06 (-) 0,002 Nitrogen amoniak (NH3-N), merupakan salah satu parameter dalam menentukan kualitas air minum maupun air sungai, Amoniak berupa gas yang berbau tidak enak sehingga kadarnya harus rendah (Azwir, 2006). Kadar amoniak mengindikasikan konsentrasi bahan-bahan organik yang terkandung dalam air sumur, pencemaran amoniak pada air sumur penduduk merupakan dampak dari sanitasi yang buruk berupa peresapan limbah mandi, cuci dan kakus (MCK), limbah dapur, industri rumah tangga serta limbah binatang peliharaan. Amoniak yang terdapat di perairan adalah hasil pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat di dalam air tanah yang berasal dari dekomposisi bahan 12 organik yang berasal dari tumbuhan dan biota aquatik yang telah mati oleh mikroba dan jamur (Azwir, 2006). Kadmium (Cd) adalah suatu logam putih, mudah dibentuk, lunak dengan warna kebiruan dan mudah terbakar, membentuk asap kadmium oksida. Keberadaan kadmium di alam berhubungan erat dengan hadirnya logam Pb dan Zn. Dalam industri pertambangan Pb dan Zn, proses pemurniannya akan selalu memperoleh hasil samping kadmium yang terbuang dalam lingkungan. Kadmium masuk ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Sudarwin, 2008). Krom atau Kromium adalah suatu logam keras berwarna abu-abu dan sulit dioksidasi meski dalam suhu tinggi. Kromium digunakan oleh industri : Metalurgi, Kimia, Refractory (heat resistent application). Sumber dari pencemaran krom ini adalah dari limbah yang dibuang ke badan air dan selanjutnya mencemari tanah. Chromium terdapat stabil dalam 3 valensi. Berdasarkan urutan toksisitasnya adalah Cr-O, Cr-III, Cr-VI. Kromium dalam air biasanya hadir sebagai trivalent atau hexavalent ion. Kromium dapat menurunkan aktivitas biologi (Wyszkowska. 2001). Kandungan sulfat (SO42-) terlarut merupakan parameter utama yang digunakan untuk menentukan ada tidaknya proses oksidasi mineral sulfida terhadap komposisi kimia air tanah. Sumber lain adalah dari mineral gipsum (CaSO4.2H2O) dan mineral anhidrit (CaSO4) yang akan mudah terlarut oleh air menjadi Ca2+ dan SO42- (Wiretes, 2010). Pencemaran air dari nitrat (NO2) dan nitrit (NO3) bersumber dari tanah dan tanaman. Nitrat dapat terjadi baik dari NO2 atmosfer maupun dari pupuk-pupuk yang digunakan dan dari oksidasi NO2 oleh bakteri dari kelompok Nitrobacter. Jumlah Nitrat yang lebih besar dalam usus cenderung untuk berubah menjadi Nitrit yang dapat bereaksi langsung dengan hemoglobine dalam daerah 13 membentuk metha-hemoglobine yang dapat menghalang perjalanan oksigen di dalam tubuh (Wiretes, 2010). Gas H2S adalah rumus kimia dari gas Hidrogen Sulfida yang terbentuk dari 2 unsur Hidrogen dan 1 unsur Sulfur. Gas H2S terbentuk akibat adanya penguraian zatzat organik oleh bakteri. Gas H2S mempunyai sifat dan karakteristik Tidak berwarna tetapi mempunyai bau khas seperti telur busuk pada konsentrasi rendah, Merupakan jenis gas beracun, Berat jenis gas H2S lebih berat dari udara sehingga gas H2S akan cenderung terkumpul di tempat / daerah yang rendah, H2S mempunyai daya larut dalam air dan bersifat korosif (Elnusa, 2010). Tarigan (2003) menjelaskan bahwa kandungan bahan bahan kimia organik dan anorganik air tanah mempengaruhi kejernihan/kekeruhan air, hal ini mengindikasikan mengindikasikan bahwa air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan kotor. Selajutnya, material yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar dari partikel-partikel kecil yang tersuspensi, residu terlarut merupakan zat padat yang mempunyai ukuran lebih kecil dari pada padatan tersuspensi yang terdiri dari senyawa organik dan anoeganik yang larut dalam air, mineral dan garam-garamnya. Menurut Pergub Propinsi Bali No 8 (2007) baku mutu residu tersuspensi adalah 50 mg/l. Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam usaha penyaringan, dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi (Sutrisno, 1991). 14 2.2.3 Parameter Skunder Pencemaran Air Tanah Secara utuh ekosistem terjadi karena interaksi antar komponen abiotik dan komponen biotik. Adanya interaksi komponen-komponen ini dapat mengalami perubahan akibat dari gangguan yang diterima oleh suatu badan air. Parameter skunder merupakan transformasi yang terbentuk akibat adanya interaksi, transformasi atau reaksi kimia antara parameter primer menjadi senyawa lain, parameter yang digunakan adalah kadar COD (Chemical Oxygen Demand) dan BOD(Biology Oxygen Demand). Baku mutu kadar COD dan BOD disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Baku Mutu Kadar COD dan BOD Air Tanah Parameter Kelas Satuan BOD mg/l COD mg/l Sumber : Pergub Propinsi Bali No 8 (2007) I 2 10 II 3 25 BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam lingkungan air untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada dalam air menjadi karbondioksida dan air. Pada dasarnya, proses oksidasi bahan organik berlangsung cukup lama. Menurut Sawyer dan McCarty (1978) dalam Effendi (2003), proses penguraian bahan buangan organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme atau oleh bakteri aerobik adalah sebagai berikut: CnHaObNc + (n + a/4 – b/2 – 3c/4) O2 → n CO2 + (a/2 – 3c/2) H2O + cNH3 (Bahan organik) (oksigen) (bakteri aerob) Sumber : Warlina, 2004 Gambar 1. Reaksi Kimia Oksidasi Oleh Mikroorganisme 15 Jumlah mikroorganisme dalam air lingkungan tergantung pada tingkat kebersihan air. Air yang bersih relatif mengandung mikro-organisme lebih sedikit dibandingkan yang tercemar. Air yang telah tercemar oleh bahan buangan yang bersifat antiseptik atau bersifat racun, seperti fenol, kreolin, detergen, asam cianida, insektisida dan sebagainya, jumlah mikroorganismenya juga relatif sedikit. COD atau kebutuhan oksigen untuk reaksi kimia, merupakan salah satu parameter organik yang mengukur jumlah oksigen yang dibutuhkan dalam menjalankan reaksi-reaksi kimia (Wulan, 2005). Angka kimia merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya kandungan O2 terlarut dalam air (Parwatha, 2010). Beberapa bahan pencemar yang yang menjadi pendukung tingginya nilai COD pada air tanah adalah keberadaan bahan pencemar protein, lemak, karbohidrat, minyak, deterjen dan sulfaktan di badan perairan. 2.3 Aplikasi Metode Indeks Pencemaran Dalam Penentuan Klasifikasi Staus Pecemaran Air Tanah. Penentuan status mutu dengan Metoda Indeks Pencemaran (IP) digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter yang diizinkan (Kemeneg L.H. No.115, 2003). Pengelolaan kualitas air atas dasar Indeks Pencemaran (IP) dapat memberikan masukan pada pengambil keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar. Penentuan klasifikasi status pencmaran air tanah dengan menggunakan Indeks Pencemaran ditentukan berdasarkan rumus persamaan berikut ini: Pij = (Ci / Lij ) 2 m + (Ci / Lij ) 2 R 2 16 Keterangan : Pij = indeks pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari Ci/Lij; Lij = konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam baku mutu suatu peruntukan air (j); Ci = menyatakan konsentrasi parameter kualitas air (i) yang diperoleh dari analisis cuplikan air pada suatu lokasi pengambilan cuplikan dari suatu alur sungai; (C1 / Lij) m = nilai, Ci/Lij maksimum (C1 / Lij) R = nilai, Ci/Lij rata–rata Penentuan nilai Ci/Lij untuk masing-masing parameter adalah sebagai berikut: a) jika nilai konsentrasi parameter yang menurun menyatakan tingkat pencemaran meningkat, misal DO., maka nilai Ci/Lij hasil pengukuran digantikan oleh nilai Ci/Lij baru dengan rumus sebagai berikut : (C/L)baru = Cim –C i (hasil pengukuran) Cim -Lij b) jika nilai baku Lij memiliki rentan, misal pH maka, nilai Ci/Lij hasil pengukuran digantikan oleh nilai Ci/Lij baru dengan rumus sebagai berikut : • Untuk C i≤ Lij rata-rata (C/L)baru = [Ci – (Lij ) rata-rata ] (Lij)minmum -(Lij)rata-rata • Untuk C i> Lij rata-rata (C/L)baru = [Ci – (Lij ) rata-rata ] (Lij)maksimum -(Lij)rata-rata 17 c) jika nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran lebih besar dari 1,0, maka nilai Ci/Lij hasil pengukuran digantikan oleh nilai Ci/Lij baru dengan rumus sebagai berikut (Ci/Lij)baru = 1,0 + P.log(Ci/Lij). P adalah konstanta dan nilainya ditentukan dengan bebas dan disesuaikan dengan hasil pengamatan lingkungan dan atau persyaratan yang dikehendaki untuk suatu peruntukan (biasanya digunakan nilai 5) evaluasi terhadap nilai Pij disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Evaluasi Terhadap Nilai Indeks Pencemaran (Pij) Nilai Pi 0 – Pij – 1,0 1,0 < Pij – 5,0 5,0 < Pij – 10 Pij > 10 Sumber : Kemeneg L.H. No.115 (2003) Status memenuhi baku mutu cemar ringan cemar sedang cemar berat 2.4 Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Dalam Pemetaan Kualitas Air. Aronoff (1989) dalam Romenah (2008) menjelaskan bahwa SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang memasukkan, mengelola, memanipulasi dan menganalisa data serta memberi uraian. Sistem ini mampu mnenangkap, mengecek, menintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menapilkan data secara spasial dalam teknik pemetaan. Sistem informasi geografis dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dalam mendapatkan data-data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau objek (Aini, 2007). Informasi yang dihasilkan SIG merupakan informasi keruangan dan kewilayahan, maka informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk inventarisasi data keruangan yang berkaitan dengan sumber daya alam. SIG sebagai sebuah sistem berbasis komputer bereferensi geografis mampu mengintegrasikan dan menganalisis 18 data. Hasil keluarannya (Output) adalah dalam bentuk sistem informasi yang dapat digunakan untuk memantau, memprediksi sekaligus berguna untuk merencanakan strategi dan mengambil keputusan untuk pembangunan yang berkaitan dengan permasalahan keruangan (Aini, 2007) pada Gambar 2 disajikan model hubungan data dan informasi dalam aplikasi SIG. Data Pengolahan, Pemrosesasan, Konversi. Informasi Sumber : Aini (2007) Gambar 2. Model Hubungan Data dan Informasi Dalam Aplikasi SIG Komponen SIG terdiri dari perangkat keras yang meliputi central procesing unit, monitor, printer, digitizer scaner, sedangkan perangkat lunak terdiri dari software programe (Arc View, Idrisi, ARC/INFO, ILWIS, Mapinfo), dan selanjutnya adalah data, data berupa peta yang diperlukan dapat diperoleh dengan cara mengunduh dari informasi yang telah tersedia, maupun dengan menjitasi data spasial dari peta dan memasukkan data atributnya dari tabel-tabel dengan menggunakan keyboard (Aini, 2007). Menurut Romenah (2008), salah satu aplikasi SIG di bidang lingkungan adalah di bidang pemantauan pencemaran (pencemaran sungai, pencemaran laut, pencemaran danau, evaluasi pengendapan Lumpur baik di sungai, danau atau pantai, pemodelan pencemaran udara, limbah berbahaya dan sebagainya). Yorhanita (2001) menjelaskan bahwa penentuan daerah-daerah yang berpotensi terhadap terjadinya pencemaran air dapat dilakukan melalui SIG dengan cara menumpangsusunkan peta (Over Lay Method). Rizal (2009) menjelaskan bahwa, peta yang diperlukan dalam 19 memetakan kualitas air tanah di suatu wilayah terdiri dari : Peta DAS dan Administratif, Peta Topografi, Peta Hidrogeologi, Peta Sistem Lahan, Hasil turnpang susun berupa peta potensi pencemaran air tanah. Untuk mengetahui pencemaran aktual yang telah terjadi, dilakukan uji sampel air tanah pada lokasi penelitian.