BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial sangat membutuhkan benda dan makhluk lain, baik benda mati seperti batu, tanah dan lainnya, maupun makhluk lain seperti hewan dan manusia lainnya. Antara manusia satu dengan manusia lain, manusia dengan alam dan manusia dengan Realitas Sejati selalu saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Hubungan tersebut tetap berjalan dan terjalin dalam sebuah komunikasi baik verbal maupun non-verbal. Tidak tertutup kemungkinan komunikasi yang dilakukan oleh manusia dengan alam dan Realitas Tertinggi adalah komunikasi bhatin. Komunikasi yang terjadi di antara mereka menentukan keberadaan mereka di bumi ini. Komunikasi, oleh karena itu, menjadi sangat penting di dalam kehidupan, karena dengan komunikasi, seseorang bisa membentuk sebuah relasi antara individu satu dan individu lain maupun antara individu dan kelompok lain. Dalam segala aspek komunikasi ini sangat signifikan apakah dalam pendidikan, pergaulan, perdagangan, dan yang lainnya. Melalui komunikasi dengan sesamanya, manusia bisa memperbanyak sahabat, memperbanyak rejeki, memperbanyak dan memelihara pelanggan, dan juga mempelihara hubungan yang baik antara bawahan dengan atasan atau sebaliknya dalam suatu organisasi (Cangara, 2007: 59). Komunikasi juga penting dalam pembentukan karakter dan pribadi seseorang, karena dengan berkomunikasi manusia bisa membentuk pengalaman sehingga manusia bisa berkembang. 1 Komunikasi yang terjadi biasanya mengikuti pola-pola tertentu. Setiap pola komunikasi selalu unik di dalam dirinya. Pengertian Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat, sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Djamarah, 2004). Dimensi pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola yang berorientasi pada konsep dan pola yang berorientasi pada sosial yang mempunyai arah hubungan yang berlainan (Soenarto, 2006). Pola komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu gambara yang sederhana dari proses komunikasi dengan memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya (Soejanto, 2001). Pola komunikasi ini menjadi bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Kitab suci Hindu, dalam beberapa bagiannya menyediakan pola dialog di dalam menyampaikan pesannya kepada masyarakat. Pola dialog ini digunakan untuk mempermudah masyarakat memahami isi ajaran, sebab orang yang membaca teks seolah-olah diajak berdialog langsung. Seperti misalnya Teks Vijnana Bhairava Tantra dalam menyampaikan konsepnya memiliki pola pola yang unik. Teks menyajikan sebuah dialog yang intim antara pemberi ajaran dan penerimanya. Pemberi ajaran dalam teks dinyatakan sebagai guru sedangkan penerima ajaran disebut sisya. Komunikasi yang terjadi diantara mereka disebut dengan komunikasi guru-sisya. Peneliti melihat bahwa komunikasi intens antara guru dan sisya memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh jenis komunikasi lain. Meskipun terjadi 2 dialog sebagaimana halnya komunikasi umum lainnya, dalam beberapa aspek, komunikasi gurus-sisya ini mengandung unsur-unsur yang khas yang menjadikan proses komunikasi itu tidak hanya menyampaikan sekedar informasi, melainkan memiliki aspek transformasi dan proses internalisasi. Hasilnya, komunikasi yang terjadi tersebut tidak hanya melibatkan aspek kognisi saja, melainkan juga menyajikan dimensi unik lainnya yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian ini. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan dua rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Pola Komunikasi Hubungan Guru-Sisya dalam Teks Vijnana Bhairava Tantra? 2. Apa yang dikomunikasikan antara Guru dan Sisya dalam Teks Vijnana Bhairava Tantra 3. Apa Makna Komunikasi Hubungan Guru-sisya dalam Teks Vijnana Bhairava Tantra? 1.3 Tujuan Penelitian Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang sistem komunikasi yang berlangsung antara Guru dan sisya khususnya sebagaimana yang diuraikan dalam teks Vijnana Bhairava Tantra. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 3 1. Mengatahui bentuk pola komunikasi hubungan guru-sisya dalam teks Vijnana Bhairava Tantra 2. Mengatahui makna komunikasi hubungan guru-sisya dalam teks Vijnana Bhairava Tantra 1.4 Manfaat Penelitian Secara Teoretis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai pengayaan bagi ilmu pengetahuan serta dapat menjadi rujukan baru bagi penelitian sejenis lainnya. Sementara secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat luas bagi masyarakat khususnya mengenai bagaimana pola komunikasi yang terjadi antara guru dan sisya dalam teks Vijnana Bhairava Tantra. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Osho dalam discourse yang diberikan kepada muridnya sepanjang tahun 1972, yang telah dibukukan ke dalam 2 volume dengan judul Vigyan Bhairav Tantra menjelaskan secara detail tentang signifikasi dari ajaran tantra. Baginya teks tantra bukanlah teks religious tetapi murni science, yang bisa dipraktekkan oleh siapapun, dari manapun asal kepercayaannya. Osho mengandaikan teknik tantra ini seperti science tentang listrik. Siapapun yang menggunakannya akan merasakan manfaatnya, terlepas dari apapun keyakinan dan kepercayaannya. Karya ini mengandung penjelasan yang spektakuler sebab dijabarkan dari berbagai sudut pandang, apakah filsafat, psikologi, science, esoterik dan yang lainnya. Tentu hal ini menjadi sangat bermanfaat bagi penelitian ini, terutama bagaimana Osho mampu mengkomunikasikan teks yang demikian rigid menjadi sesuatu yang mengalir, bisa dipahami dari berbagai perspektif yang berbeda-beda. Karya dengan judul “Vijnana Bhairava Tantra” yang disediakan dalam bentuk PDFoleh: https://archive.org menampilkan teks devanagari dan terjemahan dalam bahasa Inggris. Karya ini tidak menampilkan tentang penerjemahnya, namun jika disandingkan dengan apa yang disampaikan secara detail oleh Osho, maka terjemahan tersebut hampir mendekati. Teks Sanskrit dan terjemahan ini tertuang ke dalam buku berjumlah sebanyak 71 halaman. Dalam analisis penelitian ini, peneliti menggunakan 5 teks ini sebagai rujukan disamping buku karya Osho itu sendiri. Dalam jumah halaman yang relative sedikit bila dibandingkan dengan uraian interpretasi Osho (sebanyak kurang lebih 1200 halaman), namun teks ini dapat dijadikan rujukan utama, sebab apa yang ditampilkan adalah terjemahan apa adanya terhadap teks tersebut, sehingga belum mengalami distorsi interpreter. Pola atau model adalah representasi atau suatu fenomena, baik nyata atau abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur penting fenomena tersebut. Komunikasi adalah suatu proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku. Definisi ini dikembangkan menjadi suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Effendy, 2001: 10). Pola komunikasi adalah bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses mengkaitkan dua komponen yaitu gambaran atau rencana yang menjadi langkah-langkah pada suatu aktivitas dan komponen-komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan antar organisasi ataupun juga manusia. Penelitian mengenai pola komunikasi yang dihubungkan teks-teks Hindu sampai saat ini masih sangat jarang sehingga penelitian ini bisa dikatakan sebagai perintis. Penelitian yang berhubungan dengan hubungan sosial keagamaan dan sistem komunikasi pada komunitas-komunitas Hindu banyak telah dilaksanakan tetapi tidak relevan apabila ditampilkan sebagai tinjauan pustaka pada penelitian ini, sehingga 6 definisi tentang pola komunikasi menjadi signifikan untuk memberikan batasan dan ruang lingkup yang jelas dari penelitian ini. 2.2 Konsep Vijnana Bhairava Tantra Vijnana Bhairava Tantra adalah salah satu bab dari teks Rudrayamala Tantra, yang merupakan teks agama Bhairava. Prase Vijnana Bhairava Tantra berasal dari Bahasa Sanskerta. Vijnana artinya kesadaran, Bhairava artinya sebuah keadaan di atas kesadaran, dan Tantra berarti teknik atau metode. Jadi Vijnana Bhairava Tantra artinya metode yang digunakan untuk mencapai keadaan di atas kesadaran (Osho, 1972: 2). Devi bertanya kepada Siwa agar menyampaikan esensi dari cara merealisasikan realitas tertinggi. Siwa menjawab dengan menguraikan 112 teknik untuk memasuki alam kesadaran transcendental (Reps, 2015). Teks ini merupakan kitab rujukan utama dari Siwaisme Khasmir. Siwa berbicara tentang teknik (dharana) yang meliputi beberapa variasi nafas, konsentrasi pada beberapa bagian tubuh tertentu, kesadaran non dual, chanting, imajinasi, visualisasi dan konsentrasi pada indra tertentu (Osho, 1998). Terhadap 112 teknik ini, Osho menyatakan: These one hundred and twelve methods of meditation constitute the whole science of transforming mind. Nothing can be added; there is no possibility to add anything. It is exhaustive, complete. It is the most ancient and yet the latest, yet the newest. Old like old hills – the methods seem eternal – and they are new like a dewdrop before the sun, because they are so fresh. These methods do not belong to any religion. This is not religion, this is science. No belief is needed. Tantra is pure science. Tantra says that religion is a social affair. So belong to any religion; it is irrelevant. But you can transform yourself, and that transformation needs a scientific methodology. Teks ini diperkirakan telah berumur sekitar 5000 tahun dan oleh Osho dinyatakan sebagai kata terakhir dari meditasi. Dari sekian teknik meditasi yang ada di 7 dunia ini bagi Osho hanyalah pengembangan dari ke-112 teknik meditasi ini. Tidak ada teks yang mengandung metode meditasi lebih lengkap dari Vijnana Bhairava Tantra ini. Setiap metode yang dipraktekkan oleh setiap orang di seluruh di dunia merujuk dan modifikasi dari jenis metode teks ini. 2.3 Teori 2.3.1 Teori Hermeneutika Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori hermeneutika. Bahasa tidak hanya dipahami sebagai struktur dan makna serta penggunaannya dalam kehidupan. Fungsi bahasa adalah untuk melukiskan seluruh realitas hidup manusia. Dalam persfektif hermaneutik, bahasa dilihat sebagai pusat gravitasi (Kaelan, 2009:264). Pengunaaan bahasan dalam suatu karya sastra menyaratkan akan kehalusan budhi dari pembuat karya sastra tersebut, serta bagaimana keadaan zaman saat karya tersebut disusun. Keadaan lingkungan (kehidupan sosial masyarakat) dan situasi politik, sering menjadi topik yang dituangkan dalam suatu karya sastra. Hermeneutika mampu membantu penikmat sasatra dalam mengetahui ajara-ajran yang terkandung dalam suatu naskah dan juga sebagai sebuah ajang rekreasi ke zaman dahulu. Penggunaan hermeneutika sebagai metode penafsiran semakin meluas dan berkembang, baik dalam cara analisisnya maupun objek kajiannya. Hermeneutika sangat erat berkaitan dengan kitab suci dan digunakan untuk menafsirkan komentarkomentar aktual atas kitab suci (Mulyono, 2012:30). Hermeneutika menafsirkan ajaran yang terkandung dalam naskah (kitab suci) dengan mempergunakan analogi-analogi, 8 yang mengacu pada fungsi transformatif dari bahasa, serta perbandingan-perbandingan atas status yang sudah diketahui. Berdasarkan pada hal tersebut, maka teori hermeneutika akan mampu untuk melihat tentang totalitas dari pemikiran manusia serta keagungan kebudayaan ketika naskah ini dibuat. Teks suci selalu dikaitkan dengan hermeneutika karena ajaran yang diperagakan adalah interpretasi dari kitab suci (Howard, 2001:23). Berdasarkan teori ini peneliti akan melakukan penafsiran dan berusaha menjabarkan pada aspek komunikasi dari teks Vijnana Bhairava Tantra. Hal-hal yang berhubungan dengan pola komunikasi guru sisya dalam teks tersebut akan digali dan disajikan secara ilmiah agar memberikan pemahaman yang komperhensif. 2.2.2 Teori Semiotik Teori kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotik. Di antara sistem tanda, bahasa merupakan sistem tanda yang paling kompleks dan mendasar untuk berkomunikasi antar manusia (Teeuw, 1988:46). Dalam karya sastra/ teks, asfek kebahasaan merupakan suatu hal yang fundamental. Suatu karya sastra/ teks suci merupakan satuan yang dibangun atas hubungan antara tanda dengan makna, antara ekspresi dengan pikiran, antara asfek luar dan asfek dalam (Faruk, 2014:77). Sebagai asfek semiotik, karya sastra/ teks suci mempunyai eksistensi ganda, yakni sekaligus berada dalam dunia indrawi (empirik) dan dunia kesadaran (consciousness) yang non empirik. Asfek keberadaannya yang pertama dapat ditangkap oleh indra manusia, sedangkan aspek keberadaannya yang kedua tidak dapat dialami oleh indra. Suatu karya sastra dapat dilihat atau didengar lewat asfek tulisan atau 9 bunyinya. Aspek bunyi dan tulisan itulah yang menjadi aspek empirik karya sastra (aspek yang dapat dialami indra manusia). Kata-kata dipakai sebagai tanda dari suatu konsep atau ide (Berger, 2010:1), sehingga semiotika pada prinsipnya hendak mempelajari bagaimana manusia (humanity) memaknai hal-hal dan segala sesuatunya dengan kata-kata. Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam arti bahwa objekobjek itu tidak hanya hendak berkomunikasi, melainkan juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri dan makna adalah hubungan antara sesuatu objek atau idea dengan suatu tanda (Littlejohn dalam Kaelan, 2009:163). Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan dengan simbol, bahasa, wacana dan bentuk-bentuk nonverbal. Teori ini menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya dan bagaimana tanda disusun. Teori Semiotika yang dinyatakan oleh Littlejhon ini akan dipergunakan untuk membahas makna komunikasi yang terdapat dalam teks Vijnana Bhairava Tantra. 10 2.4 Model Penelitian Tradisi Hindu Guru-sisya Komunikasi Vijnana Bhairava Tantra Pola Komunikasi Hubungan GuruSisya Materi yang dikomunikasikan dalam hubungan guru sisya Teori Hermeneutika Makna Komunikasi Hubungan Gurusisya Teori Semiotik Pemahaman tentang Pola Komunikasi dalam teks Vijnana Bhairava Tantra 11 Keterangan Bagan: Dalam Tradisi Hindu terdapat sebuah pengajaran dengan memfokuskan pada aspek tertentu dari ajaran Hindu yang luas, yang disebut Sampradaya. Keberlangsungan Sampradaya ini dikenal dengan Parampara, yakni tongkat estapet ajaran dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tongkat estapet ini bisa berjalan dengan baik karena di dalamnya terdapat sistem hubungan khusus yang kuat, yakni guru-sisya. Dalam hubungan guru-sisya ini terjadi sebuah komunikasi yang intens antara guru sebagai transmitter pengetahuan dan sisya sebagai penerima pengetahuan tersebut. Komunikasi yang terjadi di dalamnya biasanya berhubungan dengan proses transmisi pengetahuan tersebut. Hampir sebagian besar penyajian isi teks upanisad dan tantra adalah berbentuk dialog, sebiah komunikasi intens antara guru dan sisya tersebut. Salah satu teks yang menguraikan ajaran Kebenaran tertinggi ke dalam bentuk dialog adalah Vijnana Bhairava Tantra. Teks ini menguraikan tentang percakapan antara Parvati (Bhairavi) yang dalam hal ini berperan sebagai murid dan Siwa (Bhairava) sebagai guru. Dalam penelitian ini akan digali tentang pola dan makna komunikasi hubungan guru-sisya dalam teks Vijnana Bhairava Tantra ini. Kedua permasalahan ini akan dibedah melalui dua teori yakni hermeneutika dan semiotik. Melalui pisau bedah kedua teori ini diharapkan mampu memberikan gambaran secara komprehensif tentang pola dan makna komunikasi hubungan guru-sisya yang terdapat dalam teks Vijnana Bhairava Tantra. 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ‘Pola Komunikasi Hubungan Guru-sisya dalam Teks Vijnana Bhairava Tantra’ adalah jenis penelitian kualitatif, karena hasil-hasil temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau hitungan lainnya (Strauss & Corbin dalam Maleong, 2003: 4). Penelitian ini lebih banyak membutuhkan jenis data dalam bentuk rangkaian kata-kata, dan bukan dalam bentuk angka-angka. Prosedur penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis, lisan, dan perilaku orang-orang yang dapat diamati. Oleh karena itu penelitian ini dapat disebut sebagai jenis penelitian kualitatif (Bogdan & Taylor dalam Maleong, 2002: 3). 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan tidak berdasarkan lokasi, karena ruang lingkup penelitian tidak dalam koridor wilayah tertentu, melainkan pada teks. Teks yang dikaji adalah teks Tantra. Dari sekian banyak teks Tantra yang ada, peneliti memilih satu teks yang berjudul Vijnana Bhairava Tantra. Teks ini telah secara luar diterjemahkan dan dipublikasikan, baik melalui media cetak (berupa buku) maupun media elektronik (dalam bentuk pdf). Hal yang ingin dikaji dari teks ini adalah pola komunikasi yang ada di dalamnya antara Siwa dengan Parwati. Apa isi yang dikomunikasikan tidak menjadi bahan kajian penelitian ini, melainkan hanya terfokus pada pola komunikasinya saja. 13 Dengan meneliti hanya pada salah satu sudut teks, diharapkan mendapatkan hasil yang maksimal. 3.3 Jenis dan Sumber Data Secara umum jenis data dalam suatu penelitian ada dua, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kulitatif adalah data-data yang berbentuk kata-kata dan gambar-gambar, sedangkan data kuantitatif adalah data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka. Dalam penelitian ini, jenis data yang diperlukan adalah jenis data kualitatif dengan pertimbangan bahwa data-data yang diperoleh berupa kata-kata dan gambar-gambar yang kemudian akan dianalisis dan diinterpretasi kembali oleh peneliti dalam bentuk uraian berupa kata-kata guna memperjelas data yang diperoleh dari penelitian. Data dalam penelitian dibagi dua yaitu: Pertama data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bersumber pada teks langsung yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris Kedua, data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya, adapun data lain yang digunakan adalah buku-buku refrensi yang dapat menunjang penyelesaian penelitian ini. 3.4 Instrumen Penelitian Data yang diambil dalam penelitian ini sebagian besar diperoleh atau diambil oleh peneliti ditunjang dengan pedoman wawancara. Berdasarkan teknik tersebut yang 14 menjadi instrumen utama dalam penelitian ini adalah analisis konten teks, dengan memperhatikan secara seksama percakapan yang ada di dalam teks. Disamping itu untuk mendukung penelitian ini juga diadakan wawancara dengan sejumlah pertanyaan yang sifatnya terbuka kepada beberapa ahli di bidangnya. Dalam penggalian dan pengambilan data, peneliti sendiri langsung membaca teks dan pada saat yang bersamaan peneliti melakukan proses pengolahan, yakni meliputi reduksi data, klasifikasi data, dan interpretasi data. 3.5 Teknik Penentuan Informan Informan merupakan sumber data. Sebagai sumber data maka informan harus dipilih atau ditentukan berdasarkan berbagai pertimbangan. Cara penentuannya berdasarkan purposive atau sistem “gethok tular” atau snow ball sampling (Suprayogo dan Tobroni, 2001). Dalam penelitian ini akan digunakan cara purposive atau “ditentukan”, hal ini dilakukan karena informan diharapkan mampu memberikan informasi atau data sesuai dengan tujuan penelitian ini. Mereka yang menjadi informan adalah para praktisi Tantra. Setelah informan ditentukan, kemudian dilaksanakan kunjungan atau diundang dengan maksud untuk melakukan suatu wawancara dalam rangka pengambilan data. Setelah ada suatu kesepakatan tentang hari, tanggal dan jam wawancara, maka wawancara mulai dilaksanakan. Wawancara dilaksanakan dengan suatu acuan atau pedoman agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian dan juga demi efektivitas dan efisiensi waktu yang digunakan dalam wawancara. 15 3.6 Informan Kunci Informan kunci adalah orang-orang yang dianggap memiliki wawasan atau pendapat mengenai pokok masalah yang diteliti. Orang-orang ini mungkin orang biasa, tidak harus orang yang memiliki spesialisasi atau pendidikan tinggi dan jabatan tinggi. Penentuan siapa sebagai informan kunci ditentukan setelah didefinisikan lewat beberapa sumber (Mikkelsen, 1999: 85). Dalam penelitian ini informan kunci ditetapkan kepada Ida Wayan Jelantik Oka selaku pinisepuh dan pendiri dari Komunitas Bahung Teringan yang paham dengan praktek Tantra. 3.7 Teknik Pengumpulan Data Strategi pengumpulan data di lapangan menggunakan teknik observasi, wawancara, kepustakaan, dan studi dokumen. Observasi atau pengamatan merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mengamati suatu objek dengan panca indra sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Metode wawancara melibatkan adanya objek dan subjek yang membentuk komunikasi. Metode ini dilakukan dengan kegiatan tanya jawab antara penanya dengan responden atau informan. Studi kepustakaan menurut Sukardi (2008: 33) merupakan sebuah metode yang digunakan untuk menelusuri dan mencari dasar-dasar acuan yang erat kaitannya dengan masalah penelitian yang hendak dilakukan. Pengumpulan data dengan menggunakan sumber kepustakaan ada beberapa cara diantaranya termasuk: hasil penelitian, abstrak penelitian, majalah ilmiah, surat kabar, jurnal, buku yang relevan, hasil-hasil seminar, artikel ilmiah, narasumber, suratsurat keputusan, dan internet. Metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data 16 dengan cara mencatat data-data yang sudah ada. Kumpulan data berbentuk tulisan ini disebut dokumen dalam arti luas termasuki monument, artefak, foto, disc, CD, hardisk, fladisk, dan lain-lainnya (Bungin, 2007: 123). Dalam penelitian ini dokumen yang dimaksud adalah berupa catatan-catatan, arsip, teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini. 3.8 Teknik Analisis Data Analisis data dalam riset ini menggunakan; 1) Teknik kajian deskriptif yang digunakan untuk memahami objek secara apa adanya serta pola pengembangan yang selama ini dilakukan; 2) Teknik analisis isi (content analysis), yang berusaha untuk mengkaji muatan paradigmatik subjek. Prosedur yang dilakukan dalam proses analisis data ini dilakukan dengan langkah sesuai dengan pendapat Kaelan (2005: 2011-2012) yang terdiri atas tiga tahapan, yaitu: (1) reduksi data, (2) klasifikasi dan display data, dan (3) mengambil kesimpulan dan verifikasi. Menurut Nasution dalam Kaelan (2010: 119) menyatakan bahwa reduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang pokok selanjutnya difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau polanya. Klasifikasi data merupakan tahapan pengelompokan data yang diperoleh berdasarkan tekniki pengumpulan data selama menggali data di lapangan. Setelah data terdisplay dilanjutkan dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis, dan sebagainya. Kegiatan ini dilakukan untuk mencari makna data yang dikumpulkan dalam upaya mengambil kesimpulan. 17 3.9 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Hasil analisis data yang telah diuraikan di atas secara umum akan disajikan melalui dua cara, yaitu secara informal dan secara formal. Penyajian data secara informal merupakan data kualitatif divandra melalui narasi, uraian serta dikuatkan oleh suatu argumentasi. Data secara formal yang merupakan data kuantitatif disajikan untuk memperjelas dan memudahkan dalam pemahaman hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan matriks sesuai dengan jenis dan bentuk data. Dalam penelitian ini data yang sudah terkumpul disajikan dalam bentuk laporan penelitian. 18 Daftar Pustaka Berger, Arthur Asa. 2010. Pengantar Semiotika. Yogyakarta: Tiara Wacana. Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana. Cangara Nafied, 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi (Edisi Revisi), Raja Grafindo Persada: Jakarta. Djamarah, Bahri, Syaiful. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga. Jakarta : PT. Reneka Cipta Faruk. 2014. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Howard, Roy J. 2001. Hermeneutika. Jakarta : Nuansa. Kaelan, 2005. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta: Paradigma. Kaelan. 2009. Filsafat Bahasa Semiotika Dan Hermeneutika. Yogyakarta : Pradigma. Maleong, Lexy J., 2002. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya. Mikkelsen, Britha, 1999. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Mulyono, Edi. Dkk. 2012. Belajar Hermeneutika. Jogjakarta : IRCiSoD. Osho, 1972. Vigran Bhairav Tantra. PDF. Osho, 1998. The Book of the Secrets, vols. 1-5, St. Martin's Griffin, 1998, Reps, Paul. 2015. Zen Flesh, Zen Bones, A Collection of Zen and Pre-Zen Writings Soejanto, Agoes, 2001. Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Soenarto, 2006, Metodologi Penelitian Pengembangan Untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran (Research Methodoloyto The Improvement of Instruction), Jakarta: Depdiknas, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Ketenagaan Sukardi (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Suprayogo, Iman dan Tobroni, 2001. Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: Remaja Rosdakarya. Teeuw, A. 1988. Sastra Dan Ilmu Sastra. Jakarta : PT Girimukti Pasaka. 19 JADWAL PENELITIAN No Kegiatan jan 1 Penyusunan Proposal Pengumpulan Data Analisis Data V 2 3 4 Penyajian Penelitian feb mar apr mei jun V V V V V V V hasil jul ags spt V V V V 20 okt V RANCANGAN ANGGARAN BIAYA NO URAIAN JUMLAH 1 Jasa Peneliti Rp. 12.000.000,00 2 Jasa Pembantu Peneliti Rp. 3.000.000,00 3 Biaya Beli Buku Penunjang Rp. 3.000.000,00 4 Biaya Konsumsi Rp. 5 Biaya Snack Rp. 5 Biaya ATK Rp. 4.000.000,00 6 Biaya Foto Copy dan Penjilidan Rp. 4.000.000,00 7 Biaya Transportasi Rp. 7.000.000,00 7 Biaya Publikasi Rp 5.000.000,00 8 Biaya Dokumentasi Rp. 2.000.000,00 JUMLAH 21 7.000.000,00 3.000.000,00 Rp. 50.000.000,00