KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG Untuk Memenuhi Sebagia Persyaratan Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Oleh : DEVY KANIA NIM 040113a010 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN AGUSTUS, 2016 KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG Untuk Memenuhi Sebagia Persyaratan Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Oleh : DEVY KANIA NIM 040113a010 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN AGUSTUS, 2016 i Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran Program Studi DIII Kebidanan Karya Tulis Ilmiah, Agustus 2016 Devy Kania (040113a010), Fitria Primi Astuti, S.SiT., M.Kes, Yulia Nur Khayati, S.SiT., MPH Hubungan Kunjungan Antenatal Care dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang xvii + 72 Halaman + 8 Tabel + 4 Gambar + 5 Lampiran ABSTRAK Tingginya angka kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya faktor kelainan kongenital dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), salah satu penyebab terjadi BBLR yaitu pengawasan Antenatal care yang kurang, Masalah pengawasan kehamilan merupakan bagian penting dari seluruh rangkaian perawatan ibu hamil. Melalui pengawasan tersebut dapat ditetapkan kesehatan ibu hamil, kesehatan janin dan hubungan keduanya sehinga dapat menurunkan angka terjadinya BBLR. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kunjungan antenatal care dengan kejadian berat badan lahir rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Desain penelitian ini deskriptif korelasi dengan pendekatan case control. Populasi penelitian ini adalah bayi di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang yaitu sebanyak 60 orang, sampel sebanyak 30 kasus dan 30 kontrol , Alat pengambilan data yang digunakan master tabel, Analisis data yang digunakan distribusi frekuensi, uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, dengan p value sebesar 0,039 (α = 0,05). Sebaiknya ibu hamil pada kehamilan selanjutnya meningkatkan kunjungan ANC sesuai dengan anjuran tenaga kesehatan sehingga kejadian BBLR dapat di antisipasi sejak dini.c Kata Kunci : Kunjungan Antenatal Care, Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Kepustakaan : 35 (2006-2015) ii Ngudi Waluyo School of Health Ungaran Diploma III of Midwifery Study Program Scientific Paper, August 2016 Devy Kania (040113a010), Fitria Primi Astuti, S.SiT., M.Kes, Yulia Nur Khayati, S.SiT., MPH The Correlation Between Antenatal Care Visits and the Incidence of Low Birth Weight at the Region of Puskesmas Sumowono sub-district Semarang Regency in 2016 xvii+ 72 pages+ 8 tables + 4 figures + 5 appendices ABSTRACT High infant mortality rate in indonesia is caused by several factors, one of them are congenital abnormality and low Birth Weight (LBW). One of the causes of LBW is the lack surveillance of antenatal care. The surveillance of pregnancy is an important part of the maternity care series. Through this surveillance can be defined the maternal health, fetal health and relations between them so that the proper delivery assist. The purpose of this study is to find the correlation between Antenatal Care Visits and the incence of low birth weight at Puskesmas Sumowono, Sumowono Sub-sistrict Semarang Regency. This was a descriptive-correlative study with case control approach. The population in this study was babies in Puskesmas Sumowono, Sumowono Subdistrict Semarang regency as many as 60 babies, the samples were 30 control and 30 cases respondest, the dste collecting technique used master tebel. And the data analysis esed frequency distribution and square test. The results of thid study indicate that there is a correlation between antenatal care visits and the incedence of LBW at Puskesmas Sumowono, SumowonoSub-district semarang Regency, with p value of 0,039 (α = 0,05). The pregnant women in subsequent pregnancies are recommended to improve their ANC visitsas recommended by hralth professional sp that LBW can be antucipated from the outset. Keywords : Antenatal Care Visit, Low Birth Wieght Kepustakaan : 35 (2006-2015) iii HALAMAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Kunjungan ANC Dengan Kejadian BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang” yang disusun oleh Nama : Devy Kania NIM : 040113a010 Program Studi : DIII Kebidanan Telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan tim penguji karya tulis ilmiah Program Studi DIII Kebidanan. Ungaran, Agustus 2016 Pembimbing I Pembimbing II (Fitria Primi Astuti, S.SiT.,M.Kes) NIDN. 0603088101 (Yulia Nur Khayati,S.SiT.,MPH) NIDN. 0622078601 iv HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Kunjungan ANC Dengan Kejadian BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang”yang disusun oleh: Nama : Devy Kania NIM : 040113a010 Program Studi : DIII Kebidanan Telah diujikan dihadapan tim penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Kebidanan dan diperbolehkan dilanjutkan pada tahap pengumpulan data. Ungaran, Agustus 2016 TIM PENGUJI Ketua Tim Penguji Fitria Primi Astuti, S.SiT.,M.Kes NIDN. 0603088101 Anggota Penguji Luvi Dian Afriyani, S.SiT, M.Kes NIDN. 0627048302 Anggota Penguji Yulia Nur Khayati, S.SiT., M.P.H NIDN. 0622078601 Mengesahkan Ketua Program Studi DIII Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Luvi Dian Afriyani, S.SiT, M.Kes NIDN. 0627048302 v KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini tidak lepas dari bimbingan dan petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Sugeng Maryanto, M.Kes, selaku ketua STIKES Ngudi Waluyo. 2. Luvi Dian Afriyani, S.SiT, M.Kes, selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo. 3. Fitria Primi A, S.SiT, M.Kes, selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan waktu, pemikiran dan perhatian dalam membimbing, mengarahkan dan dukungan pada peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiahini. 4. Yulia Nur Khayati, S.SiT., MPH selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan waktu, pemikiran dan perhatian dalam membimbing, mengarahkan dan dukungan pada peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiahini. 5. Seluruh dosen dan staf STIKES Ngudi Waluyo Ungaran vi 6. Teman-teman PRODI D-III Kebidanan yang telah membantu dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah. 7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keselahan yang harus diperbaiki. Ungaran, Agustus 2016 Peneliti vii DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Identitas Nama : Devy Kania Tempat, tanggal lahir : Lebangkar,16 Nopember 1995 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Lebangkar RT 3 RW 5 Kec. Ropang Kab. Sumbawa besar B. Riwayat Pendidikan 1. SD N 01 Desa Lebangkar : Lulus tahun 2007 2. SMP N 01 Ropang : Lulus tahun 2010 3. SMKN 01 Sumbawa Besar : Lulus tahun 2013 4. Prodi DIII Kebidanan STIKES NWU 2013 : Sekarang viii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Devy Kania NIM : 040113a010 Mahasiswa : Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Dengan ini menyatakan bahwa : 1. Karya Tulis Ilmiah yang berjudul, “Hubungan Kunjungan Antenatal Care Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang” adalah hasil karya ilmiah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik apapun di perguruan tinggi manapun 2. Karya Tulis Ilmiah ini merupakan ide dan hasil karya murni saya yang dibimbing dan dibantu oleh tim pembimbing dan narasumber 3. Karya Tulis Ilmiah ini tidak memuat karya atau pendapat orang lain yang telah dipublikasikan kecuali secara tertulis dicantumkan dalam naskah sebagai acuan dengan menyebut nama pengarang dan judul aslinya serta dicantumkan dalam daftar pustaka 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran di dalam pernyataan ini, saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh dan sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di STIKES Ngudi Waluyo. Semarang, Agustus 2016 Devy Kania 040113a010 ix KESEDIAAN PUBLIKASI Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Devy Kania NIM : 040113a010 Mahasiswa : Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Menyatakan memberi kewenangan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo untuk menyimpan, mengalih media atau format akan, merawat, dan mempublikasikan Karya Tulis Ilmiah saya dengan judul “Hubungan Kunjungan Antenatal Care Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang” untuk kepentingan akademis. Semarang, Agustus 2016 Devy Kania 040113a010 x MOTO Sebuah tantangan akan selalu menjadi beban, jika itu hanya di pikiran Sebuah cita-cita juga menjadi beban, jika itu hanya angan-angan Sesuatu akan menjadi kebanggaan, jika sesuatu itu di kerjakan Dan bukan hanyah di pikirkan. xi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................ i ABSTRAK ...................................................................................................... ii ABSTRACT .................................................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ viii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................................ ix KESEDIAAN PUBLIKASI ............................................................................ x MOTTO .......................................................................................................... xi DAFTAR ISI ................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang ......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5 xii BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 7 A. Tinjauan Teori .............................................................................. 7 1. BBLR ..................................................................................... 7 2. Antenatal Care (ANC) .......................................................... 21 3. Hubungan Kunjungan ANC dengan Kejadian BBLR ........... 41 B. Kerangka Teori ............................................................................ 43 C. Kerangka Konsep ......................................................................... 44 D. Hipotesis ..................................................................................... 44 BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 45 A. Desain Penelitian ......................................................................... 45 B. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................... 46 C. Populasi dan Sampel .................................................................... 46 D. Variabel Penelitian ...................................................................... 47 E. Definisi Operasional .................................................................... 47 F. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 47 G. Etika Penelitian ............................................................................ 48 H. Prosedur Pengumpulan Data ...................................................... 49 I. Pengolahan Data .......................................................................... 50 J. Analisa Data ................................................................................ 51 BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................................... 55 A. Karakteristik Responden............................................................ 55 B. Analisis Univariat ........................................................................ 57 C. Analisis Bivariat .......................................................................... 58 xiii BAB V PEMBAHASAN A. Gambaran Kunjungan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang ......... 60 B. Gambaran Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang ........ 64 C. Hubungan Kunjungan ANC dengan Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang .................................................................. 67 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 73 B. Saran ........................................................................................... 73 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiv DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 45 Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur...................................... 55 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan............................. 56 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Paritas ..................................... 56 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan................................. 57 Tabel 4.5 Distribusi Berdasarkan Kunjungan ANC....................................... 57 Tabel 4.6 Distribusi Berdasarkan BBLR....................................................... 58 Tabel 4.7 Gambaran Kunjungan ANC dan Kejadian BBLR .......................... xv 59 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka konsep ANC................................................................ 24 Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian ........................................................... 43 Gambar 2.3 Kerangka Konsep ........................................................................ 44 xvi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 2 : Surat ijin penelitian Lampiran 3 : Surat Balasan Lampiran 4 : Lembar Observasi Lampiran 5 : Lembar Konsultasi xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan setelah dilahirkan dan sampai usia 18 tahun. Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan untuk mampu menurunkan angka kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak antara lain angka kematian bayi (AKB) (Depkes RI, 2013). Angka Kematian Bayi (AKB) menunjukkan jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia setahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian. Capaian AKB di tahun 2012 kurang menggembirakan dibandingkan target Renstra Kemenkes yang ingin dicapai yaitu 24 ditahunn 2014 juga target MDGs sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2015. Terdapat 27% provinsi yang menunjukkan peningkatan kematian bayi antara tahun 2007-2012 diantaranya Jawa Tengah (Dinkes RI, 2012). Angka kematian bayi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 10,75/1.000 kelahiran hidup, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2011 1 2 sebesar 10,34/1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Kabupaten Semarang untuk tahun 2012 sebesar 13,19/1.000 kelahiran hidup, artinya diatas angka kematian bayi untuk Provinsi Jawa Tengah (Dinkes Prov Jateng, 2012). Tingginya angka kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor penyakit infeksi dan kekurangan gizi (Hidayat, 2008). Penyebab kematian bayi di Indonesia antara lain asfiksia, trauma lahir tetanus neonatorum, infeksi, kelainan kongenital dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (Oktavia, 2015). Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Bayi yang berada di bawah persentil 10 dinamakan ringan untuk umur kehamilan. Tanda-tanda Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) diantaranya umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu, berat badan sama dengan atau kurang dari dari 2.500 gram (Proverawati dan Ismawati, 2010). Hasil Riskesda 2013 menyatakan bahwa persentase balita (0-59 bulan) degan BBLR sebesar 10,2%. Persentase BBLR tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi Tengah (16,8%) dan terndah di Sumatera Utara (7,2%) (Dinkes RI, 2014). Jumlah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Jawa Tengah pada tahun 2012 sebanyak 21,573 (3,75%) meningkat apabila dibandingkan tahun 2011 yang sebanyak 21,184 (3,73%) (Dinkes Prov. Jateng, 2012). Banyak sekali resiko yang terjadi pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) khususnya pada system tubuh karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Kematian perinatal pada bayi BBLR adalah 8 kali lebih besar dari bayi 3 normal. Prognosis akan lebih buruk bila berat badan semakin rendah, kematian sering disebabkan karena komplikasi neonatal seperti asfiksia, pneumonia, perdarahan dan hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan syaraf, gangguan bicara dan tingkat kecerdasan yang rendah. Faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum diantaranya faktor janin, plasenta, lingkungan dan faktor ibu yang meliputi penyakit dan keadaan sosial ekonomi dan pengawasan Antenatal Care (ANC) yang kurang (Proverawati dan Ismawati, 2010). Masalah pengawasan kehamilan merupakan bagian penting dari seluruh rangkaian perawatan ibu hamil. Melalui pengawasan tersebut dapat ditetapkan kesehatan ibu hamil, kesehatan janin dan hubungan keduanya sehinga dapat direncanakan petolongan persalinan yang tepat. Perawatan selama kehamilan sebelum bayi lahir yang lebih ditekankan pada kesehatan ibu yang disebut ANC (Manuaba, 2007). Antenatal care mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan perinatal. Dianjurkan agar pada setiap kehamilan dilakukan antenatal care secara teratur dan sesuai dengan jadwal yang lazim berlaku. Tujuan dari Antenatal Care (ANC) antara lain untuk mengetahui data kesehatan ibu hamil dan perkembangan bayi intrauterine sehingga kesehatan yang optimal dapat dicapai dalam menghadapi persalinan dan laktasi serta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang permeliharaan bayinya (Manuaba, 2007). 4 Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal Bulan Desember 2015, diperoleh data angka kejadian BBLR di Kecamatan Suwomono dalam tiga tahun terakhir mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2013 sebanyak 26 bayi, meningkat di tahun 2014 menjadi 33 bayi dan meningkat ditahun 2015 menjadi 35 bayi (Puskesmas Sumowono, 2016). Peneliti juga melakukan identifikasi data kejadian BBLR yang diperoleh dari buku kohort dari Puskesmas Sumowono dan kunjungan ANC yang diperoleh dari buku KMS terhadap 10 ibu yang memiliki bayi diperoleh 6 bayi (60,0%) mengalami BBLR (berat lahir kurang dari 2500 gram) dimana 4 ibu (66,6%) melakukan kunjungan ANC teratur selama kehamilan dan 2 ibu (33,4%) melakukan kunjungan ANC kurang teratur selama kehamilan. Diperoleh pula 4 bayi tidak mengalami BBLR dimana 2 ibu (50,0%) melakukan kunjungan ANC kurang teratur selama kehamilan dan 2 ibu (50,0%) melakukan kunjungan ANC teratur selama kehamilan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut pada 10 ibu nifas yang hasilnya banyak ibu yang rutin melakukan kunjungan ANC namun bayinya lahir BBLR, hal ini berarti ada kesenjangan antara teori dengan tempat penelitihan. Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul, “Hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang” 5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah, “Adakah hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang?”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran kunjungan ANC di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. b. Mengetahui gambaran kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. c. Mengetahui hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR 6 2. Bagi Responden Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan infomasi mengenai hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR 3. Bagi Institusi Menambah kepustakaan ilmu kesehatan di STIKES Ngudi Waluyo khususnya mengenai hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR. 4. Bagi Bidan Sebagai informasi kepada bidan mengenai hubungan kunjungan ANC dengan kejadian dengan kejadian BBLR. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) a. Pengertian Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus yang berat badan lahir kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2500 gram di sebut prematur (Proverawati dan Ismawati, 2010). BBLR itu sendiri dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan, bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu dengan berat lahir 10001500 gram dan berat badan lahir amat sangat rendah (BBLASR) yaitu dengan berat lahir kurang 1000 gram (Proverawati dan Ismawati, 2010). Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (premature) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilan, yaitu tidak mencapai 2.500 gram (Proverawati dan Ismawati, 2010). 7 8 b. Manifestasi Klinis Menurut Proverawati dan Ismawati (2010), gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut : 1) Berat kurang dari 2500 gram 2) Panjang kurang dari 45 cm 3) Lingkar dada kurag dari 30 cm 4) Lingkar kepala kurang dari 33 cm 5) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu 6) Kepala lebih besar 7) Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang 8) Otot hipotonik lemah 9) Pernafasan tak teratur dapar terjadi apnea 10) Extremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi – lurus 11) Kepala tidak mampu tegak 12) Pernafasan 40-50 kali/ menit 13) Nadi 100 -140 kali / menit. c. Tanda-Tanda BBLR Menurut Proverawati dan Ismawati (2010), bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai ciri-ciri: 1) Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu 2) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram 9 3) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm. 4) Rambut lanugo masih banyak 5) Jaringan lemak sub kutan tipis atau kurang 6) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya 7) Tumit mengkilap, telapak kaki halus 8) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalan skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki) 9) Tonus otot lemah sehingga bayu kurang aktif dan pergerakannya lemah 10) Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah 11) Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang 12) Vernix kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada d. Klasifikasi BBLR Menurut Proverawati dan Ismawati (2010), ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu : 1) Menurut harapan hidupnya a) Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gram 10 b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000-1500 gram c) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER ) berat lahir kurang dari 1000 gram 2) Menurut masa gestasinya a) Prematuritas murni : masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB – SMK) b) Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK) Menurut Proverawati dan Ismawati (2010), berdasarkan tipe BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR dapat digolongkan menjadi sebagai berikut: 1) BBLR tipe KMK, disebabkan oleh : a) Ibu hamil yang kekurangan nutrisi b) Ibu memiliki hipertensi, preeklamsia, atau anemia c) Kehamilan kembar,kehamilan lewat waktu d) Malaria kronik, penyakit kronik e) Ibu hamil merokok 11 2) BBLR prematur, disebabkan oleh : a) Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan kembar b) Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya c) Cervical imcompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak mampu menahan berat bayi dalam rahim) d) Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage) e) Ibu hamil yang sedang sakit f) Kebanyakan tidak diketahui penyebanya e. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya BBLR Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial, sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun, penyebab terbanyak terjadinya bayi BBLR adalah kelahiran prematur. Semakin muda usia kehamilan semakin besar resiko jangka pendek dan jangka dapat terjadi (Proverawati dan Ismawati, 2010). Menurut Proverawati dan Ismawati (2010), faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu sebagai berikut : 1) Faktor Ibu 1. Penyakit (1) Mengalami komlikasi kehamilan, seperti anemia berat ialah kadar Hb ibu < 7 dan kadar Hb ibu yang tercantum dalam 12 catatan bidan yaitu 7- 8 g/dl, perdarahan antepartum, hipertensi, preeklamsia berat, eklamsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal). Anemia pada saat kehamilan dapat mengakibatkan efek buruk pada bayi dan ibunya. Anemia mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu karena kurangnya hemoglobin yang mengikat oksigen dan mengakibatkan efek tidak langsung pada ibu dan bayi antara lain, kerentanan ibu terhadap infeksi, kematian janin, kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah (Setyawan, 2006). Pada anemia ringan mengakibatkan terjadinya kelahiran prematur dan BBLR. Sedangkan pada anemia berat selama masa hamil dapat mengakibatkan risiko morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi yang dilahirkan. Selain itu anemia juga dapat mengakibatkan hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, ketuban pecah dini (KPD) (Manuaba, 2008). (2) Menderita penyakit seperti malaria, Infeksi Menular Seksual, HIV/AIDS, TORCH 13 2. Ibu (1) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia <20 tahun atau lebih dari 35 tahun Semakin pendek umur kehamilan maka pertumbuhan janin semakin belum sempurna, baik itu organ reproduksi dan organ pernapasan oleh karena itu mengalami kesulitan untuk hidup diluar uterus ibunya. Teori Beck dan Roshental menyatakan bahwa berat badan bayi bertambah sesuai dengan masa kehamilan. Apabila bayi lahir pada umur kehamilan yang pendek, maka berat bayi belum mencapai berat badan normal dan pertumbuhannya belum sempurna. Dari hasil penelitian Marbun (2005) di RSU Pirngadi Medan, ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR lebih tinggi dijumpai pada ibu dengan umur kehamilan 28-36 minggu (61,8%) dibandingkan dengan umur kehamilan ≥ 37 minggu (38,2%). (2) Paritas Paritas merupakan jumlah persalinan yang pernah dialami ibu sebelum kehamilan/persalinan tersebut. Pengelompokan paritas terdiri dari 4 kelompok, yaitu golongan nullipara (ibu dengan paritas 0), primipara (ibu dengan paritas 1), multipara (ibu dengan paritas 2-3) dan grandemultipara (ibu dengan paritas ≥ 4). Kejadian BBLR 14 yang tinggi pada kelompok ibu dengan paritas rendah dihubungkan dengan faktor umur ibu yang masih terlalu muda, dimana organ-organ reproduksi ibu belum tumbuh secara sempurna dan kondisi psikis ibu yang belum siap. Sementara pada paritas tinggi, hal yang mungkin terjadi adalah gangguan kesehatan seperti anemia, kurang gizi ataupun gangguan pada rahim. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan janin sehingga meningkatkan risiko terjadinya BBLR. Banyak studi menunjukkan bahwa kehamilan kedua dan ketiga adalah paling tidak menyulitkan, sedangkan komplikasi meningkat setelah anak ketiga. Dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, persentase kematian neonatal tinggi pada anak pertama dan pada ibu dengan jumlah paritas 3 atau lebih. (3) Jarak kelahiran yang terlalu dekat dan pendek (kurang dari 1 tahun) Ibu hamil dengan jarak kehamilan dari anak terkecil kurang dari 2 tahun akan meningkatkan risiko terjadinya BBLR. Jarak kehamilan sebaiknya lebih dari 2 tahun. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu punya waktu yang singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pernyataan di 15 atas sesuai dengan penelitian Kasim, dkk (2008) di RS Immanuel Bandung yang mengemukakan bahwa kejadian BBLR lebih tinggi ditemukan pada ibu dengan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun yaitu sebanyak 69 kasus dari 112 kelahiran (61,6%) (4) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya Riwayat kehamilan dan persalinan seorang ibu memberikan gambaran mengenai keadaan bayi yang sedang dikandungnya. Angka lahir mati atau kejadian BBLR cenderung meningkat pada ibu-ibu yang mempunyai riwayat kehamilan buruk. Ibu dengan riwayat obstetrik yang buruk (BBLR, abortus, kelainan genetik, lahir mati) sebelumnya cenderung akan berulang pada kehamilan berikutnya. 3. Keadaan sosial ekonomi (1) Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial-ekonomi yang rendah.Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang (Proverawati, 2010). 16 (2) Mengerjakan aktifitas fisik beberapa jam tanpa istirahat Kurang aktivitas dalam jangka waktu lama mempengaruhi pertambahan berat badan dan pertumbuhan tulang. Aktivitas ini bukan hanyaaktivitas aktif tetapi juga pasif. Peran perawat sangat diperlukan dalam mengupayakan aktivitas pasif pada bayi, misalnya dengan mengubah posisi dan memberi pijatan ringan pada bayi.Pemberian aktivitas pasif pada bayi dapat dilakukan melalui PMK karena selama aktivitas ini ibu dianjurkan untuk memberikan sentuhan fisik secara lembut kepada bayi untuk merangsang psikomotor bayi. (3) Keadaan gizi yang kurang baik Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15% dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim (uterus), payudara (mammae), volume darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% dan sisanya 60% digunakan untuk pertumbuhan ibunya (Waryana, 2010). 17 Keadaan gizi ibu hamil sebelum hamil sangat berpengaruh pada berat badan bayi yang dilahirkan. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, cacat bawaan, anemia pada bayi, mati dalam kandungan dan lahir dengan BBLR. Olehkarena itu, supayadapat melahirkan bayiyang normal, ibu perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup (Latief et al.,2007). (4) Pengawasan anternal yang kurang Pemeriksaan kehamilan ibu hamil rentan terhadap risiko kehamilan. Pemeriksaan kehamilan atau antenatal care(ANC) adalah salah satu cara untuk menyiapkan fisik maupun mental ibu di dalam masa kehamilan sehingga mampu mehadapi persalinan, kala nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Pemeriksaan rutin saat hamil merupakan salah satu cara mencegah terjadinya bayi lahir dengan BBLR. Kunjungan ANC dilakukan 4 kali selama masa kehamilan. Satu kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu), satu kali dalam trimester kedua (antara minggu 14-28) dan dua kali dalam trimester ketiga (antara minggu ke-36) dan 18 pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu. Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan angka kecacatan dan kematian baik ibu maupun janin, juga memantau berat badan janin. Hasil penelitian Ernawati, dkk (2010) dengan menggunakan desain case control, hasil analisis statatistik menunjukkan bahwa ibu yang melakukan kunjungan ANC minimal 4 kali selama kehamilan mempunyai peluang untuk tidak melahirkan bayi dengan BBLR sebesar 1,8 kali dibandingkan ibu yang melakukan ANC kurang dari 4 kali. Sejalan dengan penelitian Purmono dan Putro (2009), menunjukkan bahwa ibu yang tidak memeriksakan kehamilannya mempunyai persentase lebih tinggi (9,1%) untuk terjadi BBLR dibandingkan dengan ibu yang memeriksakan kehamilannya (4,6%). (5) Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak syah, yang ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang syah. 4. Sebab lain (1) Ibu perokok Merokok meningkatkan faktor risiko aborsi spontan, placental disorders, kelainan kongenital, kematian janin 19 dan BBLR. Carbon monoksidadan nikotin adalah dua bahan kimia yang paling berpengaruh terhadap janin dan terdapat pada rokok. CO menurunkan kemampuan membawa oksigen yang cukup pada jaringan janin. Nikotin meningkatkan tekanan darah janin dan menurunkan angka pernapasan, Nikotin berefek pada sistem syaraf pusat genitalia, saluran cerna, dan sistem urinari janin.. Orang yang tidak merokok atau perokok pasif yang terpapar asap rokok akan mengirup dua kali lipat racun yang dihembuskan oleh perokok aktif. (2) Ibu peminum alkohol Konsumsi kronis alkohol dalam jumlah besar oleh ibu pada waktu hamil menyebabkan hambatan pertumbuhan janin dan seringkali disertai malformasi fisik dan gangguan intelektual di kemudian hari. 2) Faktor janin a) Hidroamnion Hidroamnion adalah cairan amnion yang lebih dari 2000 ml. Pada sebagian besar kasus, yang terjadi adalah hidroamnion kronik yaitu peningkatan cairan berlebihan secara bertahap. Pada hidroamnion akut, uterus mengalam peregangan yang jelas dalam beberapa hari.Hidroamnion dapat menimbulkan persalinan sebelum kehamilan 28 minggu, 20 sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkatkan kejadian BBLR (Chandra, 2011). b) Kehamilan ganda/kembar Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu kehamilan dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin sekaligus. Kehamilan ganda dibagi menjadi dua yaitu, kehamilan dizigotik dan monozigotik. Kehamilan ganda terjadi apabila dua atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi atau apabila satu ovum yang dibuahi membelah secara dini hingga membentuk dua embrio yang sama. Kehamilan ganda dapat memberikan resiko yang tinggi terhadap ibu dan janin. Oleh karena itu, harus dilakukan perawatan antenatal yang intensif untuk menghadapi kehamilan ganda (Mandriwati, 2008). c) Komplikasi Kehamilan Komplikasi yang sering terjadi pada kehamilan ibu adalah KPD, perdarahan antepartum, hipertensi dalam kehamilan dengan atau tanpa oedema pre-tibial, ancaman persalinan prematur dan infeksi berat dalam kehamilan seperti demam berdarah, tifus abdominalis, sepsis, malaria, dan lain-lain. Penyakit infeksi berat dalam kehamilan dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, dan virus, salah satunya malaria dimana komplikasi yang terjadi pada ibu adalah anemia dan parasitemia 21 pada plasenta, meskipun tidak sampai mengenai janin tetapi dapat menyebabkan BBLR (Depkes, 2009). 3) Faktor plasenta a) Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya (hidramnion) b) Luas permukaan berkurang c) Plasentitis vilus (bakteri, virus, dan parasite ) d) Infark e) Tumor (korioangioma, mola hidatidosa) f) Plasenta yang lepas g) Sindrom plasenta yang lepas h) Sindrom transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik) 4) Faktor lingkungan a) Bertempat tinggal didaratan tinggi b) Terkena radiasi c) Terpapar zat beracun 2. Antenatal Care (ANC) a. Pengertian Pemeriksaan atau pengawasan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan nifas, persiapan memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Dalam melakukan pemeriksaan ANC digunakan pelayanan asuhan 22 minimal “10 T” yaitu timbangan berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, imunisasi TT lengkap, pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan, periksa ibu hamil dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki, tanya (temu wicara) dalam rangka pemeriksan PMS dan periapan rujukan. Konsep pemeriksaan kehamilan meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik umum, khusus obstetri, pemeriksaan penunjang, diagnosa banding dan prognosis.Pelayanan antenatal ibu hamil adalah pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu selama kehamilan yang sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang diperlukan (Depkes RI, 2008). Menurut Saifuddin, dkk (2012) tujuan asuhan antenatal adalah sebagai berikut: 1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. 2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik mental dan sosial ibu dan bayi. 3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. 4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi ekslusif. 23 6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. b. Pelayanan/Asuhan Standar ANC Terpadu Menurut Depkes RI (2010), pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas. Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan normal.Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit atau komplikasi. Menurut Depkes RI (2010), pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas secara keseluruhan meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar kehamilan berlangsung sehat 2) Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan 3) Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman 4) Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi 24 5) Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila diperlukan 6) Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit/komplikasi Menurut Depkes RI (2010), kerangka konsep antenatal komprehensif dan terpadu : Gambar 2.1.Kerangka Konsep Antenatal Komprehensif dan Terpadu Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari: 1) Timbang berat badan Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. 25 Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin. 2) Ukur lingkar lengan atas (LiLA). Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). 3) Ukur tekanan darah. Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ”140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau proteinuria) 4) Ukur tinggi fundus uteri Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran kehamilan minggu. menggunakan pita pengukur setelah 26 5) Hitung denyut jantung janin (DJJ) Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari 160/menit menunjukkan adanya gawat janin. 6) Tentukan presentasi janin; Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain. 7) Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu saat ini. 8) Beri tablet tambah darah (tablet besi), Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama. 27 9) Periksa laboratorium (rutin dan khusus) Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi: a) Pemeriksaan golongan darah, Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan. b) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam kandungan. c) Pemeriksaan protein dalam urin Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya pre- eklampsia pada ibu hamil. 28 d) Pemeriksaan kadar gula darah. Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga). e) Pemeriksaan darah Malaria Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi. f) Pemeriksaan tes Sifilis Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan. g) Pemeriksaan HIV Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani konseling kemudian diberi kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV. 29 h) Pemeriksaan BTA Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi Tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin.Selain pemeriksaaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan. 10) Tatalaksana/penanganan Kasus Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan 11) KIE Efektif KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi: a) Kesehatan ibu Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak bekerja berat. b) Perilaku hidup bersih dan sehat Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, 30 mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan. c) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan. Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan. d) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda bahayabaik selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb. Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan ke tenaga kesehtan kesehatan. e) Asupan gizi seimbang Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet 31 tambah darah secara rutin untuk mencegah anemia pada kehamilannya. f) Gejala penyakit menular dan tidak menular. Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular (misalnya penyakit IMS,Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular (misalnya hipertensi) karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya. g) Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah tertentu (risiko tinggi). Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan tentang risiko penularan HIV dari ibu ke janinnya, dan kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak. Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak terjadi penularan HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil tersebut HIV negatif maka diberikan bimbingan untuk tetap HIV negatif selama kehamilannya, menyusui dan seterusnya. h) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif. Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan. 32 i) KB paska persalinan. Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga. j) Imunisasi. Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) untuk mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum. k) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster). Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan. c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Antenatal Care pada Ibu Hamil. Menurut Depkes RI (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pelaksanaan perawatan antenatal meliputi faktor internal dan faktor eksternal. 33 1) Faktor internal a) Paritas Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Paritas atau jumlah kehamilan yang dialami ibu, dibedakan menjadi primigravida adalah seorang wanita hamil untuk pertama kali, secondigravida yaitu wanita hamil yang kedua kalinya, multigravida yaitu wanita hamil lebih dari 2 kali, grandemultigravida adalah seorang wanita yang hamil lebih dari lima kali (Mochtar, 2008). Ibu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang antenatal care, sehingga dari pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan kehamilannya (Depkes RI, 2008). b) Usia Usia adalah waktu hidup individu mulai saat berulang tahun (Nursalam, 2008). Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih di percaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya, jika kematangan usia seseorang cukup tinggi maka pola berfikir seseorang akan lebih dewasa. Ibu yang mempunyai usia produktif akan lebih berpikir secara rasional dan matang tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 2008). 34 Ibu hamil dengan usia yang masih sangat muda memiiliki kepribadian immature (kurang matang), introvert (tidak mau berbagi dengan orang lain), perasaan dan emosi yang tidak stabil dalam menghadapi kehamilan sehingga ibu hamil tidak berminat untuk melaksanakan antenatal care (Yeyeh, 2009). Hasil penelitian Tania (2010) tentang gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pengawasan kehamilan (antenatal care) di poliklinik ibu hamil RSU Dr. Pirngadi menyatakan bahwa usia ibu mempengaruhi, dalam memeriksakan kehamilannya pada pelaksanaan antenatal care. 2) Faktor eksternal a) Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan. Dan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran. Hanya sedikit yang diperoleh melalui penciuman, perasaan, dan perabaan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoadmodjo, 2010) 35 Pengetahuan merupakan faktor yang dapat memudahkan seseorang atau masyarakat terhadap apa yang akan dilakukan. Ibu yang akan memeriksakan kehamilannya akan dipermudah apabila ibu mengetahui apa manfaat memeriksakan kehamilan, siapa dan dimana memeriksakan kehamilan dilakukan (Notoatmodjo, 2005). Kurangnya pemahaman dan pengetahuan ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil (Depkes RI, 2008). Hasil penelitian Mariam (2006) tentang faktor-faktor penyebab belum tercapainya cakupan K4 antenatal care di Desa Sukoharjo I Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Tanggamus menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan antenatal care. b) Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan seharihari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap positif yang dimiliki oleh seorang ibu 36 hamil akan mempermudah dalam melaksanakan antenatal care (Notoatmodjo, 2010). Sikap merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan. Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keteraturatan antenatal care. Adanya sikap yang baik tentang pelaksanaan antenatal care, mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan diri dan janinnya (Depkes, 2008). Sikap ibu hamil yang proaktif untuk melaksanakan antenatal care sangat diharapkan untuk memelihara kesehatan dan janinnya sehingga meningkatkan kesehatan ibu hamil dan tidak ada komplikasi kehamilan (Meilani,dkk, 2009). Seorang ibu hamil diharapkan bersikap otonom dan mandiri serta dapat mengambil keputusan sendiri dalam mengikuti pelaksanaan antenatal care sehingga terdeteksi komplikasi kehamilan sejak dini dan tidak memeriksakan kehamilan setelah terjadi komplikasi (Schott, 2008). c) Ekonomi Ekonomi adalah pengetahuan dan penelitian mengenai asas-asas penghasilan, produksi, distribusi, pemasukan, pemakaian barang serta kekayaan dan penghematan. Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga 37 dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu ibu hamil akan kekurangan energi dan protein. Hal ini disebabkan tidak mampu nya keluarga untuk menyediakan kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan (Depkes RI, 2008). Penghasilan masyarakat Indonesia (75-100%) digunakan untuk membiayai keperluan hidup. Persoalan ekonomi merupakan proritas utama, pendapatan keluarga hanya berfokus kepada pemenuhan kebutuhan hidup, sehingga hampir tidak ada penyisihan dana untuk kesehatan. Ibu hamil jarang diperiksakan ke pelayanan kesehatan karena tidak adanya biaya (Yulifah,dkk, 2009). d) Sosial budaya Kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat, termasuk di dalamnya pernyataan intelektual dan nilai-nilai artistik yang menjadi ciri khas masyarakat (Eppink, 2010). Di berbagai wilayah Indonesia terutama dalam masyarakat yang masih memegang teguh budaya tradisional (patrilineal), suami lebih dominan dalam mengambil keputusan untuk menentukan tindakan yang 38 akan dilakukan pada istrinya sehingga mempengaruhi ibu hamil dalam melaksanakan antenatal care (Yulifah,dkk, 2009). Faktor budaya mempengaruhi berbagai perubahan yang relevan dengan kehamilan dengan norma budaya yang mayoritas dan tidak semua berlaku bagi orang yang berasal dari budaya lain. Orang yang berasal dari budaya yang berbeda akan dibesarkan sesuai dengan kebudayaan, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai yang dianut. Ibu yang melakukan perawatan kehamilan yang mempunyai keyakinan dan kepercayaan dengan dukun akan lebih memilih keyakinan tersebut dibandingkan dengan perawatan kehamilan ke tempat pelayanan kesehatan (Schott, 2008). Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya. Tatanan budaya yang turun temurun mempengaruhi keputusan ibu dalam memeriksakan kehamilan. Misalnya ibu hamil akan memeriksakan kehamilan ke dukun misalnya dengan khusuk, dan meminta zimat atau pelindung selama kehamilan sesuai dengan komplikasi yang dialami oleh ibu hamil (Depkes RI, 2008). 39 e) Letak Geografis Letak geografis adalah letak suatu tempat yang didasarkan pada letak keadaan alam di sekitarnya (Gussa, 2010). Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan antenatal care. Ibu hamil yang tinggal ditempat yang terpencil umumnya desa-desa yang masih terisolisir dan transportasi yang sulit terjangkau, sehingga untuk menempuh perjalanan ke tempat pelayanan kesehatan akan memerlukan waktu yang lama, sementara ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya (Meilani,dkk, 2009). Jarak yang mudah terjangkau dan tersedianya fasilitas yang memadai akan memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya dan bisa melaksanakan antenatal care sehingga jika terdapat keadaan gawat darurat dapat segera ditangani (Yeyeh, 2009). f) Informasi Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi. Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa cemas seseorang. Informasi yang diperoleh ibu hamil baik dari tenaga kesehatan, dan media lain dan berapa lama ibu hamil menyerap apa yang mereka dengarkan. Rentang perhatian manusia terhadap informasi rata-rata adalah sekitar 20 menit, 40 kehamilan memperpendek rentang skala tersebut karena kecemasan dan kelelahan mengganggu kemampuan mendengar secara aktif (Schott, 2008). Menurut Notoatmodjo (2008) bahwa semakin banyak informasi dapat mempengaruhi atau menambah pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Ibu yang pernah mendapatkan informasi tentang antenatal care dari tenaga kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan antenatal care, sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan antenatal care (Notoatmodjo, 2010). g) Dukungan Dukungan merupakan sokongan atau bantuan dari orang terdekat untuk melakukan suatu tindakan. Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil adalah suaminya. Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan istri, tidak menyakiti istri, berdo’a untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan (Harymawan, 2007). 41 Menurut Yeyeh (2009), ada empat jenis dukungan yang dapat diberikan suami sebagai calon ayah bagi anaknya, meliputi dukungan emosi yaitu suami sepenuhnya memberi dukungan secara psikologis kepada istrinya dengan menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada kehamilannya serta peka terhadap kebutuhan dan perubahan emosi ibu hamil, dukungan instrumental yaitu dukungan suami yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan fisik ibu hamil dengan bantuan keluarga lainnya, dukungan informasi yaitu dukungan suami dalam memberikan informasi yang diperoleh mengenai kehamilan, dukungan penilaian yaitu memberikan keputusan yang tepat untuk perawatan kehamilan istrinya. 3. Hubungan Kunjungan ANC dengan Kejadian BBLR Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir denga berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Bayi yang berada di bawah persentil 10 dinamakan ringan untuk umur kehamilan. Tanda-tanda Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) diantaranya umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu, berat badan sama dengan atau kurang dari dari 2.500 gram (Proverawati dan Ismawati, 2010). Banyak sekali resiko yang terjadi pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) khususnya pada system tubuh karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Kematian perinatal pada bayi BBLR adalah 8 kali lebih besar dari 42 bayi normal.Faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum diantaranya faktor janin, plasenta, lingkungan dan faktor ibu yang meliputi penyakit dan keadaan sosial ekonomi dan pengawasan antenatal care yang kurang (Proverawati dan Ismawati, 2010). Masalah pengawasan kehamilan merupakan bagian penting dari seluruh rangkaian perawatan ibu hamil. Melalui pengawasan tersebut dapat ditetapkan kesehatan ibu hamil, kesehatan janin dan hubungan keduanya sehinga dapat direncanakan petolongan persalinan yang tepat. Perawatan selama kehamilan sebelum bayi lahir yang lebih ditekankan pada kesehatan ibu yang disebut antenatal care (Manuaba, 2007). Hasil penelitian ini sesua dengan penelitian dari Maulida (2011) tentang gambaran kejadian bayi berat lahir rendah dan karakteristik ibu yang melahirkan di Puskesmas Sungai Malang Kabupaten Hulu Sungai Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 47,7% mempunyai berat lahir kurang dari 2000 gram dan dari 44 kasus BBLR 72,7% berhasil hidup sampai umur 1 bulan. 43 B. Kerangka Teori Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Bayi BBLR FAKTOR IBU 1. Penyakit a. Komlikasi kehamilan 1) Anemia 2) Perdarahan antepartum 3) Hipertensi 4) Preeklamsia berat 5) Eklamsia 6) Infeksi kehamilan b. Menderita penyakit 1) Malaria 2) IMS 3) HIV/AIDS 4) TORCH 2. Ibu (1) Kehamilan ganda (2) Jarak kelahiran (3) Riwayat BBLR 3. Keadaan sosial ekonomi (1) Sosial ekonomi rendah (2) Aktifitas fisik (3) Gizi kurang baik (4) Kunjungan anternal (5) Kejadian prematuritas 4. Sebab lain (1) Perokok (2) Peminum alkohol (3) Pecandu obat narkotika (4) Obat antimetabolik Kejadian BBLR Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti Gambar 2.3 Kerangka Teori Sumber : Proverawati dan Ismawati (2010) 44 C. Kerangka Konsep Variabel independen Variabel dependen Kunjungan ANC Kejadian BBLR Gambar 2.3 Kerangka Konsep D. Hipotesis Hipotesi dari penelitian ini adalah ada hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian pada penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi.Menurut Notoatmodjo (2010), deskriptif korelasiadalah penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Penelitian ini mencari hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Penelitian yang dilakukan diarahkan untuk mencari hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR. Penelitian ini menggunakan pendekatan case control adalah rancangan epidemiologis yang mempelajari hubungan antara paparan (amatan penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. ANC rutin BBLR ANC tidak rutin ANC rutin Tidak BBLR ANC tidak rutin Gambar 3.1 Desain Penelitian 45 46 B. Lokasi dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang yang dilaksanakan pada tanggal 13 Juli 2016. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Saryono, 2011). Populasi yang di maksud pada penelitian ini adalah bayi di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang yaitu sebanyak 60 orang yang melahirkan (jumlah bayi pada bulan januari- juli 2016). 2. Sampel Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel dengan menggunakan case control, yaitu teknik penentuan sampel dengan menghubungkan kelompok kasus dengan kelompok control. Dari jumlah populasi di dapatkan kelompok kasus sejumlah 30 bayi, Dan kelompok kontrol sejumlah 30 bayi baru lahir di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang (data kelahiran bayi pada bulan januari - juli 2016). 47 D. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas / independen : kunjungan ANC 2. Variabel terikat / dependen : kejadian BBLR E. Definisi Operasional Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel Variabel Independen Kunjungan ANC Variabel Dependen Kejadian BBLR Definisi Jumlah kunjungan ibu hamil ketenaga kesehatan selama kehamilan minimal 4 kali yaitu: (1 kali pada trimester pertama. 1 kali pada trimester ke dua 2 kali pada trimester ke tiga). Berat badan bayi yang ditimbang dengan satuan gram pada saat segera setelah lahir Alat ukur Menggunakan Kohord Hasil ukur Skala 1. Sesuai standar Nominal (teratur) ≥ 4 kali selama kehamilan 2. Tidak sesuai standar (teratur) < 4 kali selama kehamilan Menggunakan Kohord Hasil pengumpulan data dikategorikan menjadi : 1. BBLR : < 2.500 gr 2. Tidak BBLR: ≥ 2.500 gr Nominal F. Metode Pengumpul Data 1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh lewat pihak 48 lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data yang dikumpulkan adalah data mengenai kunjungan ANC diperoleh melalui penelusuran pada catatan buku register di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. 2. Alat Pengumpulan Data Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah master tabel. Menurut Notoatmodjo (2010), master tabel yaitu suatu tabel yang berisi seluruh data atau variabel hasil penelitian. G. Etika Penelitian Penelitian ini berhubungan langsung dengan manusia, sehingga segi etik penelitian perlu diperhatikan bahwa manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan ini. Etika dalam penelitian ini meliputi : 1. Informed Consent Lembar persetujuan ini diberikan kepada kepala Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian yang dilakukan kepada petugas bagian tata usaha. Apabila petugas tata usaha bersedia untuk membantu penelitian maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut, dan jika menolak untuk membantu penelitian maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormatinya. 49 2. Anonimity Guna menjaga kerahasiaan responden pada lembar pengumpulan data cukup memberi urutan masing-masing lembar tersebut atau mencantumkan inisial saja. 3. Confidentiality Kerahasiaan informasi responden, di jamin oleh peneliti. Data hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Setelah selesai digunakan, data di musnahkan dengan cara di bakar. H. Prosedur Pengumpulan Data Cara pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Peneliti meminta surat ijin kepada Ketua Prodi D III Kebidanan Stikes Ngudi Waluyo. 2. Selanjutnya peneliti datang ke Kesbangpolimas Kabupaten Semarang untuk legalitas penelitian. 3. Setelah mendapatkan surat ijin dari Kesbangpolimas Kabupaten Semarang kemudian peneliti mengajukan surat ijin kepada kepala Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. 4. Setelah mendapat ijin dari kepala Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kemudian mengambil data ibu yang bersalin dan data bayi. 50 5. Setelah itu data yang didapat pada buku kohort yang sudah disiapkan kemudian dimasukkan pada master tabel. 6. Memeriksa kelengkapan data. 7. Setelah data lengkap kemudian data diolah. I. Pengolahan Data Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini, menggunakan proses analisa sebagai berikut : 1. Editing (Pemeriksaan Data) Editingadalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang di peroleh atau di kumpulkan (Notoatmodjo, 2010). Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data yang terkumpul. Setelah data sudah terkumpul, Data di kelompokan dan di tabulasi berdasarkan sub variabel yang di teliti. 2. Coding (Memberi kode) Usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya. Klasifikasi dilakukan dengan cara menandai masing-masing jawaban dengan kode berupa angka, kemudian di masukkan dalam tabel guna mempermudah membacanya, yaitu dengan cara : a. Data Kunjungan ANC Hasil pengumpulan data dikategorikan menjadi : 1. Tidak sesuai standart 2. Sesuai dengan standar kode 1 kode 2 51 b. Data Kejadian BBLR Hasil pengumpulan data dikategorikan menjadi : 1. BBLR kode 1 2. Tidak BBLR kode 2 3. Tabulating (Penyusunan Data) Merupakan pengorganisasian data sehingga mudah dijumlahkan, di susun, dan di data untuk disajikan dan di analisa J. Analisis Data 1. Analisis Univariat Analisis univariat adalah untuk menggambarkan tiap variabel dengan menggunakan tabel frekuensi. Dalam analisis univariat, data-data disajikan dengan tabel distribusi frekuensi, sehingga tergambar fenomena yang berhubungan dengan variabel yang di teliti, yaitu : a. Gambaran kunjungan ANC di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. b. Gambaran kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Data dalam analisis univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi (Notoatmodjo, 2005), yaitu : x= F x100% N 52 Keterangan : x = hasil persentase F = frekuensi/hasil pencapaian N = total seluruh frekuensi 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan dua variabel yang diduga berhubungan atau korelasi (Saryono, 2011). Analisis data dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR dengan menggunakan uji chi square. Proses pengujian Chi Square adalah membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai frekuensi observasi dengan nilai frekuensi harapan sama, maka dikatakan tidak ada perbedaan yang bermakna (signifikan). Sebaliknya bila nilai frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada perbedaan yang bermakna. Analisa bivariat ini menggunakan chi square. Keterangan : = nilai chi square = frekuensi yang diobservasi = frekuensi yang diharapkan 53 Keputusan yang diambil dari hasil chi square adalah: a. Bila nilai p < α, Ho ditolak, berarti data sampel mendukung adanya perbedaan yang bermakna (signifikan) b. Bila nilai p ≥ α, Ho gagal di tolak, berarti data sampel tidak mendukung adanya perbedaan yang bermakna (tidak signifikan). Syarat uji chi-square : a. Sudah dikategorikan b. Skala ukur ordinal atau nominal bentuk data kategorik c. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan / nilai ekspektasi kurang dari 5, lebih dari 20% dari keseluruhan sel d. Jika syarat uji chi square tidak terpenuhi, maka : 1) Alternatif uji chi-square untuk tabel 2x2 adalah uji fisher exact test 2) Alternatif untuk tabel selain 2x2 adalah dengan penggabungan sel. Uji chi square sangat baik digunakan untuk tabel dengan derajat kebebasan (df) yang besar. Bila tabel yang digunakan 2 x 2 dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai sebaiknya continuity correction. Sedangkan bila tabel 2 x 2 dijumpai nilai E < 5, maka uji yang dipakai adalah fisher exact test (Hastono, 2007). Data dikatakan memenuhi uji chi-squarejika nilai expected yang diperoleh lebih besar dari 5 dengan jumlah maksimal 50%. Jika data tidak memenuhi syarat untuk diuji dengan menggunakan chisquare, maka digunakan uji alternatif yaitu uji fisher exact testuntuk jenis tabel 2x2 dan uji Kolmogorof-Smirnov untuk jenis tabel 2xK. 54 Apabila diperoleh p-value < 0,05 maka ada perbedaan yang bermakna antara dua variabel yang dianalisis. Apabila diperoleh p-value > 0,05 maka tidak ada perbedaan yang bermakna antara dua variabel yang dianalisis (Dahlan, 2010). BAB IV HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hasil penelitian tentang hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang dengan jumlah sampel sebanyak 60 responden. A. Karakteristik Responden 1. Gambaran Umur Ibu Hamil di Wilayah KerjaPuskesmas Sumowono kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteritik Berdasarkan Umur Ibu Hamil di Wilayah KerjaPuskesmas Sumowono kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Frekuensi Persentase Umur Kategori (f) (%) < 20 atau > 35 tahun 13 20,0 resiko tinggi 20-35 tahun 47 80,0 tidak resiko tinggi Total 60 100,0 Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur ibu hamil di Wilayah KerjaPuskesmas Sumowono kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang,sebagian besar kategori tidak resiko tinggi (20-35 tahun) yaitu sebanyak 47orang (80,0%). 55 56 2. Gambaran Pendidikan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteritik Berdasarkan Pendidikan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Frekuensi Persentase Pendidikan Kategori (f) (%) SMP 14 46,7 Dasar SMA, SMK Sarjana 35 11 Total 60 58,3 18,3 100,0 Atas Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pendidikan ibu hamil di Wilayah KerjaPuskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, sebagian besar pendidikan atas (SMA, SMK) yaitu sebanyak 46orang (53,3%). 3. Gambaran Paritas Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteritik Berdasarkan Paritas Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Frekuensi Persentase Kategori Paritas (f) (%) Hamil pertama 29 42,2 Primipara Hamil ke 2,3 atau 4 31 57,8 Multipara Total 60 100,0 Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa paritas ibu hamil di Wilayah KerjaPuskesmas Sumowono kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, sebagian besar multipara (hamil ke 2, 3 atau 4) yaitu sebanyak 31 orang (57,8%). 57 4. Gambaran Pekerjaan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteritik Berdasarkan Pekerjaan Ibu Hamil di wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Frekuensi Persentase Kategori Paritas (f) (%) Wiraswasta,swasta 43 80,0 wiraswasta IRT 17 20,0 IRT Total 60 100,0 Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pekerjaan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, sebagian besar ibu pekerja wiraswasta dan swasta yaitu sebanyak 43 orang (80,0). B. Hasil Analisis Univariat 1. Gambaran Kunjungan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kunjungan ANC di wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Frekuensi Persentase Kunjungan ANC (f) (%) Tidak sesuai standar 29 48,3 Sesuai standar 31 51,7 Jumlah 60 100,0 Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarangsebagian besar melakukan kunjungan ANClebih dari 4 kali yaitu sebanyak 31 orang (51,7%). 58 2. Gambaran Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang yang mengalami dan tidak mengalami BBLR jumlahnya sama yaitu masing-masing sebanyak 30 orang (50,0%). Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian BBLR di wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Frekuensi Persentase Kejadian BBLR (f) (%) BBLR 30 48,3 Tidak BBLR 30 51,7 Jumlah 60 100,0 Berdasarkan tabel 4.6 diatas jumlah sampel penelitian yang di teliti di wilayah kerja puskesmas sumowono kecamatan sumowono kabupaten semarang untuk kejadian BBLR dan tidak BBLR sama yaitu sebanyak 30 orang ( 50,0%). C. Hubungan Kunjungan ANC dengan Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. 59 Tabel 4.7 Gambaran Kunjungan ANC dan Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Kejadian BBLR 95% CI 2 Kunjungan ANC p-value OR Batas Batas BBLR Tidak χ bawah atas f % f % Tidak sesuai standar 19 65,5 10 34,5 4,271 0,039 3,50 1,195 9,990 Sesuai standar 11 35,5 20 64,5 Jumlah 30 50,0 30 50,0 Berdasarkan hasil analisis hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarangdiperoleh hasil, responden yang melakukan kunjungan ANC kurang dari 4 kali sebanyak 29 orang dimana sebagian besar mengalami BBLR yaitu sebanyak 19 orang (65,5%) lebih banyak dari pada yang tidak mengalami BBLR yaitu sebanyak 10 orang (34,5%). Responden yang melakukan kunjungan ANC kurang dari lebih dari atau sama dengan 4 kali sebanyak 31 orang dimana sebagian besar tidak mengalami BBLR yaitu sebanyak 20 orang (64,5%) lebih banyak dari pada yang mengalami BBLR yaitu sebanyak 11 orang (35,5%). Hasil uji statistik didapatkan nilai χ2hitung (4,271) > χ2tabel (3,84) dan p valuesebesar 0,039 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa nilai OR sebesar 3,50, artinya responden yang melakukan kunjungan ANC tidak sesuai standar cenderung 3,50 kali mengalami BBLR dibandingkan yang melakukan kunjungan ANC sesuai standar. BAB V PEMBAHASAN A. Gambaran Kunjungan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang sebagian besar melakukan kunjungan ANC 4 kali atau lebih sebanyak 31 orang (51,7%).Responden yang melakukan ANC sebanyak 4 kali selama kehamilan ada 31 orang (81,0%). Responden yang melakukan kunjungan ANC sama atau lebih dari 4 kali selama kehamilan di karnakan mereka sadar tentang manfaat pemeriksaan kehamilan bagi ibu hamil. Pemeriksaan kehamilan ini diperlukan oleh setiap ibu hamil karena dari pemeriksaan ini tenaga medis dapat memeriksa ibu dan janin dan mendeteksi komplikasi obstetri sedini mungkin dengan upaya koreksi terhadap kelainan yang dimungkinkan. Ibu juga sadar mengenai pentingnya antenatal care untuk dapat mengetahui, ibu dan anak yang sehat selama kehamilan dan setelah persalinan. Dimungkinkan pula mereka melakukan ANC empat kali atau lebih selama kehamilan karena adanya keluhan selama kehamilan, sehingga mereka lebih aktif melakukan ANC untuk memantau bahkan mengatasi masalah tersebut. Responden juga sadar bahwa pemeriksaan antenatal juga penting bagi ibu hamil, tetapi juga untuk anak yang akan dilahirkan karena tujuan dari 60 61 pemeriksaan antenatal diantaranya supaya menghindari gangguan kesehatan selama kehamilan yang menggangu kesehatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya. Antenatal care memainkan peranan yang penting dalam mencegah dan mendeteksi komplikasi obtetrik sedini yang mungkin serta ditangani pada tahap awal bagi mendapatkan ibu dan bayi yang sehat. Ibu hamil melakukan kunjungan antenatal empat atau lebih selama kehamilan didukung oleh beberapa faktor diantaranya pendidikan ibu yang baik, (Syaifuddin, 2005 dalam Harnany, 2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang melakukan kunjungan ANC lebih dari 4 kali atau lebih selama kehamilan sebanyak 31 orang dimana sebagian besar berpendidikan SMA yaitu sebanyak 24 orang (77,4%) dan pendidikan sarjana sebanyak 6 orang (19,4%) lebih banyak dari pada pendidikan SMP yaitu sebanyak 1 orang (3,2%). Tingkat pendidikan ibu mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang antenatal care. Tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan mereka untuk mendapatkan informasi mengenai antenatal care baik dari majalah, televisi, radio atau internet sehingga mendorong mereka untuk mendapatkan pelayanan antenatal untuk menjamin kesehatan ibu dan bayi selama kehamilan dan setelah persalinan. Pendidikan yang tinggi (SMA, sarjana) akan mendorong ibu untuk lebih aktif menggali informasi mengenai pelayanan antenataldan berusaha untuk mendapatkan pelayanan antenatal untuk mengetahui keadaan kehamilannya serta menghindari atau mendeksi ko mplikasi obstetric sedini mungkin. Pendidikan ibu yang baik akan mendorong ibu untuk berpikir secara 62 rasional dimana mereka akan lebih memahami manfaat pelayanan antenatal dan berusaha untuk melakukan kunjungan antenatal demi kesehatan diri dan anaknya dan juga merekomendasikannya kepada orang lain. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Mohdari (2014) tentang hubungan umur dan pendidikan dengan tingkat kepatuhan kunjungan ANC pada ibu primigravida di Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Di dapatkan hasil dengan p value sebesar 0,007 (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarangyang melakukan kunjungan ANCkurang dari 4 kali yaitu sebanyak 29 orang (48,3%). Responden yang melakukan ANC sebanyak 2 kali selama kehamilan ada 21 orang (72,4%) dan yang melakukan 3 kali selama kehamilan sebanyak 8 orang (27,6%). Responden melakukan ANC yang pertama umumnya ketika mereka mengalami keterlambatan datang bulan, sehingga pada akhirnya mereka mengetahui jika sedang hamil. Pemeriksaan yang kedua biasanya dilakukan ketika mereka mulai merasakan ketidaknyamanan yang mengganggu kenyamanan dimana hal tersebut biasanya dilakukan pada TM II. Pada trimester selanjutnya mereka melakukan pemeriksanaan ketika mengalami keluhan ingin melahirkan atau keinginan untuk mengetahui jenis kelamin dari anak mereka. Terkadang ibu hamil melakukan pemeriksaan ke dua dan ketiga dilakukan ketika pada masa TM III yaitu ketika mengalami keluhan atau masalah pada kehamilan. Salah satu penyebab ibu hamil melakukan ANC 63 kurang dari 4 kali selama kehamilan adalah faktor pekerjaan (Proverawati, 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang melakukan kunjungan ANC selama kehamilan kurang dari 4 kali sebanyak 29 orang dimana sebagian besar adalah ibu bekerja yaitu sebagai karyawan swasta sebanyak 15 orang (51,7%) dan sebagai wiraswasta sebanyak 10 orang (34,5%) lebih banyak dari pada ibu rumah tangga yaitu 13 orang (41,9%). Wilayah Kecamatan Sumowono adalah daerah wisata sehingga banyak terdapat hotel, losmen dan berbagai bisnis yang berkaitan dengan pariwisata. Oleh sebab itu banyak dari mereka yang bekerja di lapangan kerja tersebut khususnya perhotelan. Ibu yang bekerja sebagai wiraswsata adalah ibu yang berdagang baik berdagang secara mandiri ataupun hanya membantu orang tua, saudara, tetangga ataupun suami. Mereka berdagang di pasar tradisional yang ada misalnya pasar Sumowono, Bandungan atau Jimbaran. Sebagian dari mereka bedagang di area obyek wisata. Terdapat pula ibu yang bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebagai petani baik milik sendiri ataupun menyewa lahan. Sebagian dari responden adalah petani tanaman sayur dan buah-buahan, padi hingga bunga-bungaan. Aktivitas mereka dalam bekerja terkadang menyebabkan mereka mengabaikan kondisi kehamilan yang dijalani salah satunya ditandai dengan kurangnya kunjungan ANC. Pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mencari nafkah (menghasilkan uang). Menurut Notoatmojdo (2007) ibu yang sibuk bekerja, terutama melakukan pekerjaan fisik memiliki sedikit waktu 64 untuk memperoleh informasi berkaitan dengan kondisi kesehatan. Selain itu, ibu hamil yang mengambil pekerjaan berat dan melelahkan dapat mengganggu kondisi kesehatan dirinya dan kandungannya. Hal tersebut berdampak pada perkembangan janin, bahkan menyebabkan lahirnya bayi berat lahir rendah karena ibu terlalu lelah dengan pekerjaannya (Proverawati, 2012). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nurlaelah (2014) tentang faktor yang berhubungan dengan kunjungan antenatal care di Wilayah Kerja Puskesmas Dungkait Kabupaten Mamuju. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan pekerjaan dengan kunjungan antenatal care di Wilayah Kerja Puskesmas Dungkait Kabupaten Mamuju, dengan p value sebesar 0,317 (α = 0,05). B. Gambaran Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarangyang mengalami dan tidak BBLR jumlahnya sama yaitu masing-masing sebanyak 30 orang (50,0%). Bayi dengan berat badan 2000 gram sebanyak 6 orang (10,0%), dengan berat badan 2100 gram sebanyak 10 orang (16,7%), dengan berat badan 2200 gram sebanyak 4 orang (6,7%), dengan berat badan 2300 sebanyak 3 orang (5,0%) dan berat 2400 gram sebanyak 7 orang (11,7%). BBLR merupakan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus yang berat 65 badan lahir kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2500 gram di sebut prematur (Proverawati dan Ismawati, 2010). Kejadian BBLR disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya paritas. Umumnya kejadian BBLR dan kematian perinatal meningkat seiring dengan meningkatnya paritas ibu, terutama bila peritas lebih dari 3. Paritas yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terganggunya uterus terutama dalam hal fungsi pembuluh darah. Kehamilan yang berulang-ulang akan menyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh darah uterus. Hal ini akan mempengaruhi nutrisi ke janin pada kehamilan selanjutnya, selain itu dapat menyebabkan atonia uteri. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan yang selanjutnya akan melahirkan bayi dengan BBLR (Winkjosastro, 2008). Setiap kehamilan yang disusul dengan persalinan akan menyebabkan perubahan-perubahan pada uterus. Kehamilan yang berulang akan mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi akan berkurang bila dibandingkan dengan kehamilan sebelumnnya. Keadan ini akan menyebabkan gangguan pertumbuhan janin. Kehamilan dan persalinan yang paling aman untuk bayi dan ibu adalah persalinan ke dua dan ketiga (Prawirohardjo, 2009). Komplikasi yang mungkin timbul pada ibu dengan paritas tinggi antara lain perdarahan antepartum, hipertensi, penyakit ginjal, anemia, kelainan letak anak, DM dan lain-lain. Komplikasi yang terjadi pada ibu golongan paritas tinggi akan sangat mempengaruhi kesehatan bayi yang dikandung ibu. Hal ini 66 disebabkan komplikasi yang terjadi menyebabkan gangguan pada plasenta, yaitu terganggunya sirkulasi darah ke janin, sehingga pertumbuhan janin terhambat, keadaan ini akan mempengaruhi terjadinya bayi dengan BBLR (Manuaba, 2008). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Kolifah (2012) tentang hubungan paritas dengan berat badan lahir rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang tahun 2012. Hasil analisis data dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan paritas dengan berat badan lahir rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang tahun 2012, dengan p value sebesar 0,000 (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarangyang mengalami dan tidak BBLR jumlahnya sama yaitu masing-masing sebanyak 30 orang (50,0%).Tingkat pendidikan ibu merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan baik buruknya kesehatan anak. Pendidikan yang cukup mendukung seorang ibu akan mengetahui kondisi kesehatan selama hamil, juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan janin yang dikandungnya. Ibu dengan pendidikan yang tinggi akan lebih banyak mendapatkan informasi dalam melakukan perawatan dan pemeriksaan kehamilan sehingga dapat melahirkan bayi yang sehat. Pendidikan banyak menentukan sikap dan tindakan dalam menghadapi berbagai masalah termasuk pengaturan makanan bagi ibu hamil untuk mencegah timbulnya bayi berat lahir rendah (BBLR). 67 C. Hubungan Kunjungan ANC dengan Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Berdasarkan hasil analisis hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang diperoleh hasil uji statistik didapatkan nilai χ2hitung (4,271) > χ2tabel (3,84) dan p value sebesar 0,039 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa nilai OR sebesar 3,50, artinya responden yang melakukan kunjungan ANC tidak sesuai standar cenderung 3,50 kali mengalami BBLR dibandingkan yang melakukan kunjungan ANC sesuai standar. Responden yang melakukan kunjungan ANC kurang dari 4 (empat) kali dimana yang mengalami BBLR sebanyak 19 orang (65,5%).Pemeriksaan rutin saat hamil atau antenatal care merupakan salah satu cara mencegah terjadinya bayi lahir dengan BBLR. Namun demikian masih ditemukan responden yang melakukan kunjungan antenatal care kurang dari 4 kali selama kehamilan. Mereka melakukan kunjungan ANC hanya ketika mengalami keluhan dengan kehamilannya, atau ada waktu ditengahkesibukannya sebagai seorang wanita pekerja ataupun melakukan ANC jika ada yang mendampingi baik keluarga khususnya suami. Masalah pengawasan kehamilan merupakan bagian penting dari seluruh rangkaian perawatan ibu hamil. Melalui pengawasan tersebut dapat 68 ditetapkan kesehatan ibu hamil, kesehatan janin dan hubungan keduanya sehinga dapat direncanakan petolongan persalinan yang tepat. Perawatan selama kehamilan sebelum bayi lahir yang lebih ditekankan pada kesehatan ibu yang disebut antenatal care (Manuaba, 2007). Hasil penelitian ini sesua dengan penelitian dari Maulida (2011) tentang gambaran kejadian bayi berat lahir rendah dan karakteristik ibu yang melahirkan di Puskesmas Sungai Malang Kabupaten Hulu Sungai Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 47,7% mempunyai berat lahir kurang dari 2000 gram dan dari 44 kasus BBLR 72,7% berhasil hidup sampai umur 1 bulan. Kunjungan pemeriksaan kehamilan yang kurang dari anjuran akan menimbulkan permasalahan selama kehamilan maupun persalinan. Hal tersebut dimungkinkan karena kesiapan baik fisik maupun mental ibu di dalam masa kehamilan dan kelahiran kurang terbentuk dengan baik. Selain itu kelainan dalam kehamilan dalam waktu dini tidak dapat ditangani secepatnya sehingga memungkinkan masalah pada bayi misalnya kecatatan ataupun berat badan janin yang rendah. Responden yang melakukan kunjungan ANC kurang dari 4 (empat) kali dan bayi mengalami BBLR ( Manuaba, 2007). Menurut Saifuddin, dkk (2012) tujuan asuhan antenatal adalah sebagai berikut: 1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. 69 2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik mental dan sosial ibu dan bayi. 3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. 4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi ekslusif. 6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Dewi Rokhanawati tentang hubungan frekuensi antenatal care dengan kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dibutktikan dengan nilai (χ2) sebesar 6.638 sig 0,010 (p< 0,05). Banyak sekali resiko yang terjadi pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) khususnya pada system tubuh karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Kematian perinatal pada bayi BBLR adalah 8 kali lebih besar dari bayi normal.Faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum diantaranya faktor janin, plasenta, lingkungan dan faktor ibu yang meliputi penyakit dan keadaan sosial ekonomi dan pengawasan antenatal care yang kurang (Proverawati dan Ismawati, 2010). 70 Berdasarkan hasil analisis hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang diperoleh hasil, responden yang melakukan kunjungan ANC kurang dari 4 kali dimana yang tidak mengalami BBLR sebanyak 10 orang (34,5%). Responden yang melakukan kunjungan ANC kurang dari 4 kali dimana yang tidak mengalami BBLR dimungkinkan karena faktor umur yang sudah siap dan matang umur sehat yaitu umur 20-35 tahun. Usia reproduksi sehat adalah usia 20-35 tahun dimana pada masa ini adalah kurun waktu yang optimal bagi seorang wanita untuk hamil karena organ reproduksi wanita pada saat ini sudah siap dan matang, demikian juga dengan psikologis ibu. Kesiapan itulah pertumbuhan dan perkembangan bayi di dalam rahim ibu bisa tumbuh secara optimal. Sedangkan untuk ibu yang berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun berisiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) (Wiknjosastro, 2007). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Rokhmah (2013), tentang hubungan usia ibu dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2012. Dengan Hasil analisis data dengan p value sebesar 0,002 (α = 0,05). Berdasarkan hasil analisis hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang diperoleh hasil, responden yang melakukan kunjungan ANC lebih dari atau sama dengan 4 kali dimana mengalami BBLR yaitu sebanyak 5 orang (64,5%). Hal tersebut dimungkinkan oleh faktor paritas. 71 Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anak yang dilahirkan, semakin besar resiko melahirkan bayi dengan BBLR.Menurut pendapat Wikipedia (2010) jumlah anak lebih dari 3 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Paritas merupakan jumlah persalinan yang pernah dialami ibu sebelum kehamilan/persalinan tersebut. Pengelompokan paritas terdiri dari 4 kelompok, yaitu golongan nullipara (ibu dengan paritas 0), primipara (ibu dengan paritas 1), multipara (ibu dengan paritas 2-3) dan grandemultipara (ibu dengan paritas ≥ 4). Kejadian BBLR yang tinggi pada kelompok ibu dengan paritas rendah dihubungkan dengan faktor umur ibu yang masih terlalu muda, dimana organorgan reproduksi ibu belum tumbuh secara sempurna dan kondisi psikis ibu yang belum siap. Sementara pada paritas tinggi, hal yang mungkin terjadi adalah gangguan kesehatan seperti anemia, kurang gizi ataupun gangguan pada rahim. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan janin sehingga meningkatkan risiko terjadinya BBLR. Banyak studi menunjukkan bahwa kehamilan kedua dan ketiga adalah paling tidak menyulitkan, sedangkan komplikasi meningkat setelah anak ketiga. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari nining hasanah,tentang faktor –faktor yang mempengaruhi dengan kejadian bayi berat lahir rendah ( BBLR) di ruang BBRT RSUD Dr. Kariadi semarang tahun 2010, Perbedaan proporsi tersebut setelah dilakukan uji Chi-Square 72 didapatkan hasil p value 0,000. Angka ini memberikan arti bahwa ada hubungan jumlah anak (paritas) dengan kejadian BBLR. Berdasarkan hasil analisis hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang diperoleh hasil, responden yang melakukan kunjungan ANC lebih dari atau sama dengan 4 kali dimana yang mengalami BBLR yaitu sebanyak 11 orang (35,5%). Hal tersebut dimungkinkan disebabkan oleh faktor pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima informasi, informasi kesehatan yang cukup pada ibu hamil mempengaruhi perilaku ibu hamil dalam melakukan kunujungan pemeriksaan kehamilan hal ini secara tidak langsung dapat memperkecil kematian ibu dan bayi. (Amiruddin, 2006). Demikian juga hasil penelitian Wardhani dan Desi Lusiana (2007) yang menyatakan bahwa rendahnya pendidikan ibu akan berdampak pada rendahnya pengetahuan ibu yang berpengaruh pada keputusan ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk antenatal care. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Gita Nirmala Sari, tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemamfaatan pelayanan antenatal care di puskesmas wilayah jakarta timur tahun 2014,Ada hubungan signifikan antara pendidikan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal dengan hasil (p value=0,038). BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 1. Ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang sebagian besar melakukan kunjungan ANC lebih dari 4 kali yaitu sebanyak 31 orang (51,7%). 2. Di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang yang mengalami dan tidak BBLR jumlahnya sama yaitu masingmasing sebanyak 30 orang (78,9%). 3. Ada hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, dengan p value sebesar 0,039 (α = 0,05). B. Saran 1. Bagi Responden Sebaiknya ibu hamil pada kehamilan selanjutnya meningkatkan kunjungan ANC sesuai dengan anjuran tenaga kesehatan sehingga kejadian BBLR dapat diansipasi sejak dini 2. Bagi Institusi Sebaiknya Prodi DIII Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo menambah kepustakaan dan menjadikan hasil penelitian ini sebagai landasan untuk 73 74 penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan ANC dan kejadian BBLR. 3. Bagi Bidan Sebaiknya bidan meningkatkan promosi kesehatan terutama yang berkaitan dengan kunjungan ANC sehingga kejadian BBLR dapat dicegah sejak dini. 75 DAFTAR PUSTAKA Chandra, 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Dahlan, 2010. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto Depkes RI, 2013. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013. Jakarta Dinkes Jateng. 2012. Profil Kesehatan Jawa Tengah. Semarang Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2012 Ernawati, dkk, 2010. Hubungan ANC dengan BBLR (Analisis LArljut Riskedas.2010). Jakarta: Puslitbang Gizi dan Makanan. Harymawan, 2007. Asuhan Ibu Hamil. Yogyakarta : Dian Press Hastono. 2007. Analisis Data Kesehatan. Jakarta: FKM VI (Fakultas Kesehatan Masyarakat) Latief, A., Napitupulu, P.M., Pudjiadi, A., Ghazali, M.V., Putra, S.T., 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 3, Jakarta : Percetakan Infomedika Mandriwati, 2008. Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil,. Jakarta: EGC Manuaba. 2007. Konsep Obstetri & Ginekologi Sosial Indonesia Jakarta: EGC Mariam, 2006. Faktor-Faktor Penyebab Belum Tercapainya Cakupan K4 Antenatal Care di Desa Sukoharjo 1 Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Tanggamus Meilani,dkk, 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya. Muchtar. 2008. Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif. Obstetri Sosial. Jilid. 2. Jakarta: EGC. Notoarmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta Penerbit PT Nursalam. 2008. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi. Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Salemba Medika Oktavia, 2015. Buku Ajar Ilmu Gizi, Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. 76 Proverawati dan Ismawati. 2010. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha Medika Proverawati. 2010. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Media Saifuddin. 2012. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika Schott, 2008. Rational Choice Theory. 2 Januari 2016: http://private www.essex.ac.uk/ -scottj/socscot? .htrn. Tania, 2010. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pentingnya Pengawasan Kehamilan (Antenatal Care) di Poliklinik Ibu Hamil RSU Dr. Pirngadi. Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Pustaka Rihama: Yogyakarta Yeyeh, 2009. Diktat Kuliah Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan). Jakarta: CV Trans Info Media. Yuifah,dkk, 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika