karya tulis ilmiah hubungan kunjungan antenatal care dengan

advertisement
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DENGAN KEJADIAN BERAT
BADAN LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO
KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG
Untuk Memenuhi Sebagia Persyaratan Mencapai
Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh :
DEVY KANIA
NIM 040113a010
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
AGUSTUS, 2016
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DENGAN KEJADIAN BERAT
BADAN LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO
KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG
Untuk Memenuhi Sebagia Persyaratan Mencapai
Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh :
DEVY KANIA
NIM 040113a010
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
AGUSTUS, 2016
i
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran
Program Studi DIII Kebidanan
Karya Tulis Ilmiah, Agustus 2016
Devy Kania (040113a010), Fitria Primi Astuti, S.SiT., M.Kes,
Yulia Nur Khayati, S.SiT., MPH
Hubungan Kunjungan Antenatal Care dengan Kejadian Berat Badan Lahir
Rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono
Kabupaten Semarang
xvii + 72 Halaman + 8 Tabel + 4 Gambar + 5 Lampiran
ABSTRAK
Tingginya angka kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh beberapa
faktor salah satunya faktor kelainan kongenital dan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR), salah satu penyebab terjadi BBLR yaitu pengawasan Antenatal care
yang kurang, Masalah pengawasan kehamilan merupakan bagian penting dari
seluruh rangkaian perawatan ibu hamil. Melalui pengawasan tersebut dapat
ditetapkan kesehatan ibu hamil, kesehatan janin dan hubungan keduanya sehinga
dapat menurunkan angka terjadinya BBLR. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan kunjungan antenatal care dengan kejadian berat badan lahir
rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono
Kabupaten Semarang
Desain penelitian ini deskriptif korelasi dengan pendekatan case control. Populasi
penelitian ini adalah bayi di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang yaitu sebanyak 60 orang, sampel sebanyak 30
kasus dan 30 kontrol , Alat pengambilan data yang digunakan master tabel,
Analisis data yang digunakan distribusi frekuensi, uji chi square. Hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di Wilayah
Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang,
dengan p value sebesar 0,039 (α = 0,05).
Sebaiknya ibu hamil pada kehamilan selanjutnya meningkatkan kunjungan ANC
sesuai dengan anjuran tenaga kesehatan sehingga kejadian BBLR dapat di
antisipasi sejak dini.c
Kata Kunci : Kunjungan Antenatal Care, Kejadian Berat Badan Lahir Rendah
Kepustakaan : 35 (2006-2015)
ii
Ngudi Waluyo School of Health Ungaran
Diploma III of Midwifery Study Program
Scientific Paper, August 2016
Devy Kania (040113a010), Fitria Primi Astuti, S.SiT., M.Kes,
Yulia Nur Khayati, S.SiT., MPH
The Correlation Between Antenatal Care Visits and the Incidence of Low
Birth Weight at the Region of Puskesmas Sumowono sub-district Semarang
Regency in 2016
xvii+ 72 pages+ 8 tables + 4 figures + 5 appendices
ABSTRACT
High infant mortality rate in indonesia is caused by several factors, one of
them are congenital abnormality and low Birth Weight (LBW). One of the causes
of LBW is the lack surveillance of antenatal care. The surveillance of pregnancy
is an important part of the maternity care series. Through this surveillance can be
defined the maternal health, fetal health and relations between them so that the
proper delivery assist. The purpose of this study is to find the correlation between
Antenatal Care Visits and the incence of low birth weight at Puskesmas
Sumowono, Sumowono Sub-sistrict Semarang Regency.
This was a descriptive-correlative study with case control approach. The
population in this study was babies in Puskesmas Sumowono, Sumowono Subdistrict Semarang regency as many as 60 babies, the samples were 30 control and
30 cases respondest, the dste collecting technique used master tebel. And the data
analysis esed frequency distribution and square test.
The results of thid study indicate that there is a correlation between
antenatal care visits and the incedence of LBW at Puskesmas Sumowono,
SumowonoSub-district semarang Regency, with p value of 0,039 (α = 0,05). The
pregnant women in subsequent pregnancies are recommended to improve their
ANC visitsas recommended by hralth professional sp that LBW can be
antucipated from the outset.
Keywords
: Antenatal Care Visit, Low Birth Wieght
Kepustakaan : 35 (2006-2015)
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Kunjungan ANC Dengan
Kejadian BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono
Kabupaten Semarang” yang disusun oleh
Nama
: Devy Kania
NIM
: 040113a010
Program Studi
: DIII Kebidanan
Telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan tim penguji karya tulis
ilmiah Program Studi DIII Kebidanan.
Ungaran,
Agustus 2016
Pembimbing I
Pembimbing II
(Fitria Primi Astuti, S.SiT.,M.Kes)
NIDN. 0603088101
(Yulia Nur Khayati,S.SiT.,MPH)
NIDN. 0622078601
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Kunjungan ANC Dengan
Kejadian BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono
Kabupaten Semarang”yang disusun oleh:
Nama
: Devy Kania
NIM
: 040113a010
Program Studi
: DIII Kebidanan
Telah diujikan dihadapan tim penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi
DIII Kebidanan dan diperbolehkan dilanjutkan pada tahap pengumpulan data.
Ungaran,
Agustus 2016
TIM PENGUJI
Ketua Tim Penguji
Fitria Primi Astuti, S.SiT.,M.Kes
NIDN. 0603088101
Anggota Penguji
Luvi Dian Afriyani, S.SiT, M.Kes
NIDN. 0627048302
Anggota Penguji
Yulia Nur Khayati, S.SiT., M.P.H
NIDN. 0622078601
Mengesahkan
Ketua Program Studi DIII Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo
Luvi Dian Afriyani, S.SiT, M.Kes
NIDN. 0627048302
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dengan judul “Hubungan kunjungan ANC dengan
kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono
Kabupaten Semarang” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini tidak lepas dari
bimbingan dan petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Sugeng Maryanto, M.Kes, selaku ketua STIKES Ngudi Waluyo.
2. Luvi Dian Afriyani, S.SiT, M.Kes, selaku Ketua Program Studi DIII
Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo.
3. Fitria Primi A, S.SiT, M.Kes, selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan
waktu,
pemikiran
dan
perhatian
dalam
membimbing,
mengarahkan dan dukungan pada peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiahini.
4. Yulia Nur Khayati, S.SiT., MPH selaku Pembimbing II yang telah banyak
memberikan
waktu,
pemikiran
dan
perhatian
dalam
membimbing,
mengarahkan dan dukungan pada peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiahini.
5. Seluruh dosen dan staf STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
vi
6. Teman-teman PRODI D-III Kebidanan yang telah membantu dalam
pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan keselahan yang harus diperbaiki.
Ungaran, Agustus 2016
Peneliti
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
Nama
: Devy Kania
Tempat, tanggal lahir : Lebangkar,16 Nopember 1995
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Lebangkar RT 3 RW 5 Kec. Ropang Kab. Sumbawa besar
B. Riwayat Pendidikan
1. SD N 01 Desa Lebangkar
: Lulus tahun 2007
2. SMP N 01 Ropang
: Lulus tahun 2010
3. SMKN 01 Sumbawa Besar
: Lulus tahun 2013
4. Prodi DIII Kebidanan STIKES NWU 2013 : Sekarang
viii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: Devy Kania
NIM
: 040113a010
Mahasiswa
: Program Studi DIII Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Karya Tulis Ilmiah yang berjudul, “Hubungan Kunjungan Antenatal Care
Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang” adalah hasil karya
ilmiah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik
apapun di perguruan tinggi manapun
2. Karya Tulis Ilmiah ini merupakan ide dan hasil karya murni saya yang
dibimbing dan dibantu oleh tim pembimbing dan narasumber
3. Karya Tulis Ilmiah ini tidak memuat karya atau pendapat orang lain yang
telah dipublikasikan kecuali secara tertulis dicantumkan dalam naskah
sebagai acuan dengan menyebut nama pengarang dan judul aslinya serta
dicantumkan dalam daftar pustaka
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran di dalam pernyataan ini, saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya
peroleh dan sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di STIKES
Ngudi Waluyo.
Semarang,
Agustus 2016
Devy Kania
040113a010
ix
KESEDIAAN PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Devy Kania
NIM
: 040113a010
Mahasiswa
: Program Studi DIII Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo
Menyatakan memberi kewenangan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi
Waluyo untuk menyimpan, mengalih media atau format akan, merawat, dan
mempublikasikan Karya Tulis Ilmiah saya dengan judul “Hubungan Kunjungan
Antenatal Care Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang” untuk
kepentingan akademis.
Semarang,
Agustus 2016
Devy Kania
040113a010
x
MOTO
Sebuah tantangan akan selalu menjadi beban, jika itu hanya di pikiran
Sebuah cita-cita juga menjadi beban, jika itu hanya angan-angan
Sesuatu akan menjadi kebanggaan, jika sesuatu itu di kerjakan
Dan bukan hanyah di pikirkan.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
ABSTRAK ......................................................................................................
ii
ABSTRACT ....................................................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
v
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................
viii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................................
ix
KESEDIAAN PUBLIKASI ............................................................................
x
MOTTO ..........................................................................................................
xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xv
DAFTAR BAGAN ..........................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang .........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................
5
C. Tujuan Penelitian .....................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................
5
xii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
7
A. Tinjauan Teori ..............................................................................
7
1. BBLR .....................................................................................
7
2. Antenatal Care (ANC) ..........................................................
21
3. Hubungan Kunjungan ANC dengan Kejadian BBLR ...........
41
B. Kerangka Teori ............................................................................
43
C. Kerangka Konsep .........................................................................
44
D. Hipotesis .....................................................................................
44
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................
45
A. Desain Penelitian .........................................................................
45
B. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................
46
C. Populasi dan Sampel ....................................................................
46
D. Variabel Penelitian ......................................................................
47
E. Definisi Operasional ....................................................................
47
F. Metode Pengumpulan Data .........................................................
47
G. Etika Penelitian ............................................................................
48
H. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................
49
I. Pengolahan Data ..........................................................................
50
J. Analisa Data ................................................................................
51
BAB IV HASIL PENELITIAN ......................................................................
55
A. Karakteristik Responden............................................................
55
B. Analisis Univariat ........................................................................
57
C. Analisis Bivariat ..........................................................................
58
xiii
BAB V PEMBAHASAN
A. Gambaran Kunjungan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas
Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang .........
60
B. Gambaran Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas
Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang ........
64
C. Hubungan Kunjungan ANC dengan Kejadian BBLR di
Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono
Kabupaten Semarang ..................................................................
67
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................
73
B. Saran ...........................................................................................
73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................
45
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur......................................
55
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan.............................
56
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Paritas .....................................
56
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan.................................
57
Tabel 4.5 Distribusi Berdasarkan Kunjungan ANC.......................................
57
Tabel 4.6 Distribusi Berdasarkan BBLR.......................................................
58
Tabel 4.7 Gambaran Kunjungan ANC dan Kejadian BBLR ..........................
xv
59
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka konsep ANC................................................................ 24
Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian ........................................................... 43
Gambar 2.3 Kerangka Konsep ........................................................................ 44
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Surat Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 2
: Surat ijin penelitian
Lampiran 3
: Surat Balasan
Lampiran 4
: Lembar Observasi
Lampiran 5
: Lembar Konsultasi
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas dan berkualitas
serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan
kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan
setelah dilahirkan dan sampai usia 18 tahun. Upaya kesehatan anak antara lain
diharapkan untuk mampu menurunkan angka kematian anak. Indikator angka
kematian yang berhubungan dengan anak antara lain angka kematian bayi
(AKB) (Depkes RI, 2013).
Angka Kematian Bayi (AKB) menunjukkan jumlah penduduk yang
meninggal sebelum mencapai usia setahun yang dinyatakan dalam 1.000
kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang
rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian. Capaian AKB di tahun 2012
kurang menggembirakan dibandingkan target Renstra Kemenkes yang ingin
dicapai yaitu 24 ditahunn 2014 juga target MDGs sebesar 23 per 1.000
kelahiran hidup di tahun 2015. Terdapat 27% provinsi yang menunjukkan
peningkatan kematian bayi antara tahun 2007-2012 diantaranya Jawa Tengah
(Dinkes RI, 2012).
Angka kematian bayi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar
10,75/1.000 kelahiran hidup, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2011
1
2
sebesar 10,34/1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Kabupaten
Semarang untuk tahun 2012 sebesar 13,19/1.000 kelahiran hidup, artinya
diatas angka kematian bayi untuk Provinsi Jawa Tengah (Dinkes Prov Jateng,
2012). Tingginya angka kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya faktor penyakit infeksi dan kekurangan gizi (Hidayat,
2008). Penyebab kematian bayi di Indonesia antara lain asfiksia, trauma lahir
tetanus neonatorum, infeksi, kelainan kongenital dan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) (Oktavia, 2015).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Bayi
yang berada di bawah persentil 10 dinamakan ringan untuk umur kehamilan.
Tanda-tanda Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) diantaranya umur kehamilan
sama dengan atau kurang dari 37 minggu, berat badan sama dengan atau
kurang dari dari 2.500 gram (Proverawati dan Ismawati, 2010).
Hasil Riskesda 2013 menyatakan bahwa persentase balita (0-59 bulan)
degan BBLR sebesar 10,2%. Persentase BBLR tertinggi terdapat di provinsi
Sulawesi Tengah (16,8%) dan terndah di Sumatera Utara (7,2%) (Dinkes RI,
2014). Jumlah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Jawa Tengah pada tahun
2012 sebanyak 21,573 (3,75%) meningkat apabila dibandingkan tahun
2011 yang sebanyak 21,184 (3,73%) (Dinkes Prov. Jateng, 2012).
Banyak sekali resiko yang terjadi pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
khususnya pada system tubuh karena kondisi tubuh yang tidak stabil.
Kematian perinatal pada bayi BBLR adalah 8 kali lebih besar dari bayi
3
normal. Prognosis akan lebih buruk bila berat badan semakin rendah,
kematian sering disebabkan karena komplikasi neonatal seperti asfiksia,
pneumonia, perdarahan dan hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan
syaraf, gangguan bicara dan tingkat kecerdasan yang rendah. Faktor-faktor
yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum diantaranya faktor janin,
plasenta, lingkungan dan faktor ibu yang meliputi penyakit dan keadaan sosial
ekonomi dan pengawasan Antenatal Care (ANC) yang kurang (Proverawati
dan Ismawati, 2010).
Masalah pengawasan kehamilan merupakan bagian penting dari seluruh
rangkaian perawatan ibu hamil. Melalui pengawasan tersebut dapat ditetapkan
kesehatan ibu hamil, kesehatan janin dan hubungan keduanya sehinga dapat
direncanakan petolongan persalinan yang tepat. Perawatan selama kehamilan
sebelum bayi lahir yang lebih ditekankan pada kesehatan ibu yang disebut
ANC (Manuaba, 2007).
Antenatal care mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya
menurunkan angka kematian ibu dan perinatal. Dianjurkan agar pada setiap
kehamilan dilakukan antenatal care secara teratur dan sesuai dengan jadwal
yang lazim berlaku. Tujuan dari Antenatal Care (ANC) antara lain untuk
mengetahui data kesehatan ibu hamil dan perkembangan bayi intrauterine
sehingga kesehatan yang optimal dapat dicapai dalam menghadapi persalinan
dan laktasi serta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang permeliharaan
bayinya (Manuaba, 2007).
4
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal Bulan Desember
2015, diperoleh data angka kejadian BBLR di Kecamatan Suwomono dalam
tiga tahun terakhir mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2013 sebanyak
26 bayi, meningkat di tahun 2014 menjadi 33 bayi dan meningkat ditahun
2015 menjadi 35 bayi (Puskesmas Sumowono, 2016). Peneliti juga melakukan
identifikasi data kejadian BBLR yang diperoleh dari buku kohort dari
Puskesmas Sumowono dan kunjungan ANC yang diperoleh dari buku KMS
terhadap 10 ibu yang memiliki bayi diperoleh 6 bayi (60,0%) mengalami
BBLR (berat lahir kurang dari 2500 gram) dimana 4 ibu (66,6%) melakukan
kunjungan ANC teratur selama kehamilan dan 2 ibu (33,4%) melakukan
kunjungan ANC kurang teratur selama kehamilan. Diperoleh pula 4 bayi tidak
mengalami BBLR dimana 2 ibu (50,0%) melakukan kunjungan ANC kurang
teratur selama kehamilan dan 2 ibu (50,0%) melakukan kunjungan ANC
teratur selama kehamilan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut pada
10 ibu nifas yang hasilnya banyak ibu yang rutin melakukan kunjungan ANC
namun bayinya lahir BBLR, hal ini berarti ada kesenjangan antara teori
dengan tempat penelitihan.
Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan mengambil judul, “Hubungan kunjungan ANC dengan
kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang”
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah penelitian
ini adalah, “Adakah hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di
wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten
Semarang?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di wilayah
kerja
Puskesmas
Sumowono
Kecamatan
Sumowono
Kabupaten
Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran kunjungan ANC di wilayah kerja Puskesmas
Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.
b. Mengetahui gambaran kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas
Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.
c. Mengetahui hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di
wilayah
kerja
Puskesmas
Sumowono
Kecamatan
Sumowono
Kabupaten Semarang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti
mengenai hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR
6
2. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan infomasi mengenai
hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR
3. Bagi Institusi
Menambah kepustakaan ilmu kesehatan di STIKES Ngudi Waluyo
khususnya mengenai hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR.
4. Bagi Bidan
Sebagai informasi kepada bidan mengenai hubungan kunjungan ANC
dengan kejadian dengan kejadian BBLR.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
a. Pengertian
Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang
dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus
yang berat badan lahir kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2500
gram di sebut prematur (Proverawati dan Ismawati, 2010). BBLR itu
sendiri dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan, bayi dengan berat
badan lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu dengan berat lahir 10001500 gram dan berat badan lahir amat sangat rendah (BBLASR) yaitu
dengan berat lahir kurang 1000 gram (Proverawati dan Ismawati,
2010).
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia
kehamilan yang belum cukup bulan (premature) disamping itu juga
disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia
kehamilan 38 minggu), tapi berat badan
lahirnya lebih kecil
ketimbang masa kehamilan, yaitu tidak mencapai 2.500 gram
(Proverawati dan Ismawati, 2010).
7
8
b. Manifestasi Klinis
Menurut Proverawati dan Ismawati (2010), gambaran klinis
dari bayi BBLR adalah sebagai berikut :
1) Berat kurang dari 2500 gram
2) Panjang kurang dari 45 cm
3) Lingkar dada kurag dari 30 cm
4) Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6) Kepala lebih besar
7) Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8) Otot hipotonik lemah
9) Pernafasan tak teratur dapar terjadi apnea
10) Extremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi – lurus
11) Kepala tidak mampu tegak
12) Pernafasan 40-50 kali/ menit
13) Nadi 100 -140 kali / menit.
c. Tanda-Tanda BBLR
Menurut Proverawati dan Ismawati (2010), bayi yang lahir
dengan berat badan rendah mempunyai ciri-ciri:
1) Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
2) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram
9
3) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala
sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan
atau kurang dari 30 cm.
4) Rambut lanugo masih banyak
5) Jaringan lemak sub kutan tipis atau kurang
6) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
7) Tumit mengkilap, telapak kaki halus
8) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum
turun ke dalan skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang
(pada bayi laki-laki)
9) Tonus otot lemah sehingga bayu kurang aktif dan pergerakannya
lemah
10) Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah
11) Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot
dan jaringan lemak masih kurang
12) Vernix kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada
d. Klasifikasi BBLR
Menurut Proverawati dan Ismawati (2010), ada beberapa cara
dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu :
1) Menurut harapan hidupnya
a) Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gram
10
b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000-1500
gram
c) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER ) berat lahir kurang
dari 1000 gram
2) Menurut masa gestasinya
a) Prematuritas murni : masa gestasinya kurang dari 37 minggu
dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi berat atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan (NKB – SMK)
b) Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami
retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang
kecil untuk masa kehamilannya (KMK)
Menurut Proverawati dan Ismawati (2010), berdasarkan tipe
BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR dapat digolongkan menjadi
sebagai berikut:
1) BBLR tipe KMK, disebabkan oleh :
a) Ibu hamil yang kekurangan nutrisi
b) Ibu memiliki hipertensi, preeklamsia, atau anemia
c) Kehamilan kembar,kehamilan lewat waktu
d) Malaria kronik, penyakit kronik
e) Ibu hamil merokok
11
2) BBLR prematur, disebabkan oleh :
a) Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja,
kehamilan kembar
b) Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya
c) Cervical imcompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak
mampu menahan berat bayi dalam rahim)
d) Perdarahan
sebelum
atau
saat
persalinan
(antepartum
hemorrhage)
e) Ibu hamil yang sedang sakit
f) Kebanyakan tidak diketahui penyebanya
e. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya BBLR
Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat
multifaktorial, sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan
tindakan pencegahan. Namun, penyebab terbanyak terjadinya bayi
BBLR adalah kelahiran prematur. Semakin muda usia kehamilan
semakin besar resiko jangka pendek dan jangka dapat terjadi
(Proverawati dan Ismawati, 2010).
Menurut Proverawati dan Ismawati (2010), faktor-faktor yang
berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu sebagai berikut :
1) Faktor Ibu
1. Penyakit
(1) Mengalami komlikasi kehamilan, seperti anemia berat ialah
kadar Hb ibu < 7 dan kadar Hb ibu yang tercantum dalam
12
catatan bidan yaitu 7- 8 g/dl, perdarahan antepartum,
hipertensi, preeklamsia berat, eklamsia, infeksi selama
kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal). Anemia
pada saat kehamilan dapat mengakibatkan efek buruk pada
bayi dan ibunya. Anemia mengurangi suplai oksigen pada
metabolisme ibu karena kurangnya hemoglobin yang
mengikat oksigen dan mengakibatkan efek tidak langsung
pada ibu dan bayi antara lain, kerentanan ibu terhadap
infeksi, kematian janin, kelahiran prematur dan bayi berat
lahir rendah (Setyawan, 2006).
Pada anemia ringan mengakibatkan terjadinya kelahiran
prematur dan BBLR. Sedangkan pada anemia berat selama
masa hamil dapat mengakibatkan risiko morbiditas dan
mortalitas pada ibu maupun bayi yang dilahirkan. Selain itu
anemia juga dapat mengakibatkan hambatan tumbuh
kembang janin dalam rahim, ketuban pecah dini (KPD)
(Manuaba, 2008).
(2) Menderita penyakit seperti malaria, Infeksi Menular
Seksual, HIV/AIDS, TORCH
13
2. Ibu
(1) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan
pada usia <20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Semakin pendek umur kehamilan maka pertumbuhan
janin semakin belum sempurna, baik itu organ reproduksi
dan organ pernapasan oleh karena itu mengalami kesulitan
untuk hidup diluar uterus ibunya. Teori Beck dan Roshental
menyatakan bahwa berat badan bayi bertambah sesuai
dengan masa kehamilan. Apabila bayi lahir pada umur
kehamilan yang pendek, maka berat bayi belum mencapai
berat badan normal dan pertumbuhannya belum sempurna.
Dari hasil penelitian Marbun (2005) di RSU Pirngadi
Medan, ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR lebih
tinggi dijumpai pada ibu dengan umur kehamilan 28-36
minggu (61,8%) dibandingkan dengan umur kehamilan ≥
37 minggu (38,2%).
(2) Paritas
Paritas merupakan jumlah persalinan yang pernah
dialami
ibu
sebelum
kehamilan/persalinan
tersebut.
Pengelompokan paritas terdiri dari 4 kelompok, yaitu
golongan nullipara (ibu dengan paritas 0), primipara (ibu
dengan paritas 1), multipara (ibu dengan paritas 2-3) dan
grandemultipara (ibu dengan paritas ≥ 4). Kejadian BBLR
14
yang tinggi pada kelompok ibu dengan paritas rendah
dihubungkan dengan faktor umur ibu yang masih terlalu
muda, dimana organ-organ reproduksi ibu belum tumbuh
secara sempurna dan kondisi psikis ibu yang belum siap.
Sementara pada paritas tinggi, hal yang mungkin terjadi
adalah gangguan kesehatan seperti anemia, kurang gizi
ataupun gangguan pada rahim. Hal-hal tersebut dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin sehingga meningkatkan
risiko terjadinya BBLR.
Banyak studi menunjukkan bahwa kehamilan kedua
dan ketiga adalah paling tidak menyulitkan, sedangkan
komplikasi meningkat setelah anak ketiga. Dari hasil
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, persentase
kematian neonatal tinggi pada anak pertama dan pada ibu
dengan jumlah paritas 3 atau lebih.
(3) Jarak kelahiran yang terlalu dekat dan pendek (kurang dari
1 tahun)
Ibu hamil dengan jarak kehamilan dari anak terkecil
kurang dari 2 tahun akan meningkatkan risiko terjadinya
BBLR. Jarak kehamilan sebaiknya lebih dari 2 tahun. Jarak
kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu punya
waktu yang singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya
agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pernyataan di
15
atas sesuai dengan penelitian Kasim, dkk (2008) di RS
Immanuel Bandung yang mengemukakan bahwa kejadian
BBLR lebih tinggi ditemukan pada ibu dengan jarak
kehamilan kurang dari 2 tahun yaitu sebanyak 69 kasus
dari 112 kelahiran (61,6%)
(4) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya
Riwayat kehamilan dan persalinan seorang ibu
memberikan gambaran mengenai keadaan bayi yang sedang
dikandungnya. Angka lahir mati atau kejadian BBLR
cenderung meningkat pada ibu-ibu yang mempunyai
riwayat kehamilan buruk. Ibu dengan riwayat obstetrik
yang buruk (BBLR, abortus, kelainan genetik, lahir mati)
sebelumnya cenderung akan berulang pada kehamilan
berikutnya.
3. Keadaan sosial ekonomi
(1) Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi
rendah
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan
sosial-ekonomi yang rendah.Hal ini disebabkan oleh
keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang (Proverawati, 2010).
16
(2) Mengerjakan aktifitas fisik beberapa jam tanpa istirahat
Kurang
aktivitas
dalam
jangka
waktu
lama
mempengaruhi pertambahan berat badan dan pertumbuhan
tulang. Aktivitas ini bukan hanyaaktivitas aktif tetapi juga
pasif.
Peran
perawat
sangat
diperlukan
dalam
mengupayakan aktivitas pasif pada bayi, misalnya dengan
mengubah posisi dan memberi pijatan ringan pada
bayi.Pemberian aktivitas pasif pada bayi dapat dilakukan
melalui PMK karena selama aktivitas ini ibu dianjurkan
untuk memberikan sentuhan fisik secara lembut kepada
bayi untuk merangsang psikomotor bayi.
(3) Keadaan gizi yang kurang baik
Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil
dan janin yang dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa
kehamilan akan meningkat sebesar 15% dibandingkan
dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini
dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim (uterus), payudara
(mammae), volume darah, plasenta, air ketuban dan
pertumbuhan janin. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu
hamil akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar
40% dan sisanya 60% digunakan untuk pertumbuhan
ibunya (Waryana, 2010).
17
Keadaan gizi ibu hamil sebelum hamil sangat
berpengaruh pada berat badan bayi yang dilahirkan.
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi
proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran, abortus, bayi lahir mati, cacat bawaan, anemia
pada bayi, mati dalam kandungan dan lahir dengan BBLR.
Olehkarena itu, supayadapat melahirkan bayiyang normal,
ibu perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup (Latief et
al.,2007).
(4) Pengawasan anternal yang kurang
Pemeriksaan kehamilan ibu hamil rentan terhadap
risiko kehamilan. Pemeriksaan kehamilan atau antenatal
care(ANC) adalah salah satu cara untuk menyiapkan fisik
maupun mental ibu di dalam masa kehamilan sehingga
mampu mehadapi persalinan, kala nifas,
persiapan
memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar.
Pemeriksaan rutin saat hamil merupakan salah satu
cara mencegah terjadinya bayi lahir dengan BBLR.
Kunjungan ANC dilakukan 4 kali selama masa kehamilan.
Satu kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu),
satu kali dalam trimester kedua (antara minggu 14-28) dan
dua kali dalam trimester ketiga (antara minggu ke-36) dan
18
pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu.
Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan secara teratur
dapat menurunkan angka kecacatan dan kematian baik ibu
maupun janin, juga memantau berat badan janin.
Hasil penelitian Ernawati, dkk (2010) dengan
menggunakan desain case control, hasil analisis statatistik
menunjukkan bahwa ibu yang melakukan kunjungan ANC
minimal 4 kali selama kehamilan mempunyai peluang
untuk tidak melahirkan bayi dengan BBLR sebesar 1,8 kali
dibandingkan ibu yang melakukan ANC kurang dari 4 kali.
Sejalan dengan penelitian Purmono dan Putro (2009),
menunjukkan bahwa ibu yang tidak memeriksakan
kehamilannya mempunyai persentase lebih tinggi (9,1%)
untuk terjadi BBLR dibandingkan dengan ibu yang
memeriksakan kehamilannya (4,6%).
(5) Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan
yang tidak syah,
yang ternyata lebih tinggi bila
dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang
syah.
4. Sebab lain
(1) Ibu perokok
Merokok meningkatkan faktor risiko aborsi spontan,
placental disorders, kelainan kongenital, kematian janin
19
dan BBLR. Carbon monoksidadan nikotin adalah dua
bahan kimia yang paling berpengaruh terhadap janin dan
terdapat pada rokok. CO menurunkan kemampuan
membawa oksigen yang cukup pada jaringan janin. Nikotin
meningkatkan tekanan darah janin dan menurunkan angka
pernapasan, Nikotin berefek pada sistem syaraf pusat
genitalia, saluran cerna, dan sistem urinari janin.. Orang
yang tidak merokok atau perokok pasif yang terpapar asap
rokok akan mengirup dua kali lipat racun yang
dihembuskan oleh perokok aktif.
(2) Ibu peminum alkohol
Konsumsi kronis alkohol dalam jumlah besar oleh
ibu
pada
waktu
hamil
menyebabkan
hambatan
pertumbuhan janin dan seringkali disertai malformasi fisik
dan gangguan intelektual di kemudian hari.
2) Faktor janin
a) Hidroamnion
Hidroamnion adalah cairan amnion yang lebih dari 2000
ml.
Pada
sebagian
besar
kasus,
yang
terjadi
adalah
hidroamnion kronik yaitu peningkatan cairan berlebihan secara
bertahap. Pada hidroamnion akut, uterus mengalam peregangan
yang
jelas
dalam
beberapa
hari.Hidroamnion
dapat
menimbulkan persalinan sebelum kehamilan 28 minggu,
20
sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat
meningkatkan kejadian BBLR (Chandra, 2011).
b) Kehamilan ganda/kembar
Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu
kehamilan dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin
sekaligus. Kehamilan ganda dibagi menjadi dua yaitu,
kehamilan dizigotik dan monozigotik. Kehamilan ganda terjadi
apabila dua atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi atau
apabila satu ovum yang dibuahi membelah secara dini hingga
membentuk dua embrio yang sama. Kehamilan ganda dapat
memberikan resiko yang tinggi terhadap ibu dan janin. Oleh
karena itu, harus dilakukan perawatan antenatal yang intensif
untuk menghadapi kehamilan ganda (Mandriwati, 2008).
c) Komplikasi Kehamilan
Komplikasi yang sering terjadi pada kehamilan ibu adalah
KPD, perdarahan antepartum, hipertensi dalam kehamilan
dengan atau tanpa oedema pre-tibial, ancaman persalinan
prematur dan infeksi berat dalam kehamilan seperti demam
berdarah, tifus abdominalis, sepsis, malaria, dan lain-lain.
Penyakit infeksi berat dalam kehamilan dapat disebabkan oleh
bakteri, jamur, dan virus, salah satunya malaria dimana
komplikasi yang terjadi pada ibu adalah anemia dan parasitemia
21
pada plasenta, meskipun tidak sampai mengenai janin tetapi
dapat menyebabkan BBLR (Depkes, 2009).
3) Faktor plasenta
a) Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya
(hidramnion)
b) Luas permukaan berkurang
c) Plasentitis vilus (bakteri, virus, dan parasite )
d) Infark
e) Tumor (korioangioma, mola hidatidosa)
f) Plasenta yang lepas
g) Sindrom plasenta yang lepas
h) Sindrom transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik)
4) Faktor lingkungan
a) Bertempat tinggal didaratan tinggi
b) Terkena radiasi
c) Terpapar zat beracun
2. Antenatal Care (ANC)
a. Pengertian
Pemeriksaan atau pengawasan antenatal adalah pemeriksaan
kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu
hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan nifas, persiapan
memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
Dalam melakukan pemeriksaan ANC digunakan pelayanan asuhan
22
minimal “10 T” yaitu timbangan berat badan, ukur tekanan darah, ukur
tinggi fundus uteri, imunisasi TT lengkap, pemberian tablet Fe
minimal 90 tablet selama kehamilan, periksa ibu hamil dari ujung
rambut sampai dengan ujung kaki, tanya (temu wicara) dalam rangka
pemeriksan PMS dan periapan rujukan. Konsep pemeriksaan
kehamilan meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik umum, khusus
obstetri,
pemeriksaan
penunjang,
diagnosa
banding
dan
prognosis.Pelayanan antenatal ibu hamil adalah pelayanan kesehatan
yang diberikan pada ibu selama kehamilan yang sesuai dengan
pedoman pelayanan antenatal yang diperlukan (Depkes RI, 2008).
Menurut Saifuddin, dkk (2012) tujuan asuhan antenatal adalah
sebagai berikut:
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik mental dan
sosial ibu dan bayi.
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian asi ekslusif.
23
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
b. Pelayanan/Asuhan Standar ANC Terpadu
Menurut Depkes RI (2010), pelayanan kesehatan pada ibu hamil
tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan persalinan, pelayanan nifas
dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Kualitas pelayanan antenatal
yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya,
ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas. Dalam pelayanan
antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa
kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan
penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat
sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan normal.Setiap
kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami
penyulit atau komplikasi.
Menurut Depkes RI (2010), pelayanan antenatal terpadu dan
berkualitas secara keseluruhan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar
kehamilan berlangsung sehat
2) Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi
kehamilan
3) Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman
4) Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan
rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi
24
5) Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat
waktu bila diperlukan
6) Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga
kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan
bila terjadi penyulit/komplikasi
Menurut Depkes RI (2010), kerangka konsep antenatal
komprehensif dan terpadu :
Gambar 2.1.Kerangka Konsep Antenatal Komprehensif dan
Terpadu
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus
memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:
1) Timbang berat badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
25
Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama
kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya
menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
2) Ukur lingkar lengan atas (LiLA).
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk
skrining ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang
energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami
kekurangan
gizi
dan
telah
berlangsung
lama
(beberapa
bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan
KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
3) Ukur tekanan darah.
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah
”140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi
disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau proteinuria)
4) Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak
dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan
umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin.
Standar
pengukuran
kehamilan minggu.
menggunakan
pita
pengukur
setelah
26
5) Hitung denyut jantung janin (DJJ)
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit
atau DJJ cepat lebih dari 160/menit menunjukkan adanya gawat
janin.
6) Tentukan presentasi janin;
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III
bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk
ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada
masalah lain.
7) Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus
mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil
diskrining status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada
ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu saat ini.
8) Beri tablet tambah darah (tablet besi),
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat
tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak
kontak pertama.
27
9) Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal
meliputi:
a) Pemeriksaan golongan darah,
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk
mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu
diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
b) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan
minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada
trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui
ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama
kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi
proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.
c) Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada
trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu
hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya
pre- eklampsia pada ibu hamil.
28
d) Pemeriksaan kadar gula darah.
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus
dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya
minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester
kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama pada akhir
trimester ketiga).
e) Pemeriksaan darah Malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan
pemeriksaan darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak
pertama. Ibu hamil di daerah non endemis Malaria dilakukan
pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi.
f) Pemeriksaan tes Sifilis
Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko
tinggi dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis
sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.
g) Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi
kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu
hamil
setelah
menjalani
konseling
kemudian
diberi
kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk
menjalani tes HIV.
29
h) Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai
menderita Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi
Tuberkulosis tidak mempengaruhi
kesehatan janin.Selain
pemeriksaaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.
10) Tatalaksana/penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil
pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada
ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan
tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk
sesuai dengan sistem rujukan
11) KIE Efektif
KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang
meliputi:
a) Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya
secara rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil
agar beristirahat yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10
jam per hari) dan tidak bekerja berat.
b) Perilaku hidup bersih dan sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan
selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan,
30
mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun, menggosok
gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta melakukan olah
raga ringan.
c) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan
persalinan. Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari
keluarga terutama suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga
atau masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan
bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini
penting apabila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan
nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.
d) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta
kesiapan menghadapi komplikasi
Setiap
ibu
hamil
diperkenalkan
mengenai
tanda-tanda
bahayabaik selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya
perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan
berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb. Mengenal tanda-tanda
bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan
ke tenaga kesehtan kesehatan.
e) Asupan gizi seimbang
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan
makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena
hal ini penting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat
kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet
31
tambah darah secara rutin untuk mencegah anemia pada
kehamilannya.
f) Gejala penyakit menular dan tidak menular.
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit
menular (misalnya penyakit IMS,Tuberkulosis) dan penyakit
tidak
menular
(misalnya
hipertensi)
karena
dapat
mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.
g) Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di
daerah tertentu (risiko tinggi).
Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan
penjelasan tentang risiko penularan HIV dari ibu ke janinnya,
dan kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk
menjalani tes HIV atau tidak. Apabila ibu hamil tersebut HIV
positif maka dicegah agar tidak terjadi penularan HIV dari ibu
ke janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil tersebut HIV
negatif maka diberikan bimbingan untuk tetap HIV negatif
selama kehamilannya, menyusui dan seterusnya.
h) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif.
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada
bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat
kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian
ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.
32
i) KB paska persalinan.
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB
setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu
punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan
keluarga.
j) Imunisasi.
Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) untuk mencegah bayi mengalami tetanus
neonatorum.
k) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain
booster).
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan
dilahirkan, ibu hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi
auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak (brain booster)
secara bersamaan pada periode kehamilan.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Antenatal Care pada
Ibu Hamil.
Menurut Depkes RI (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi
ibu dalam pelaksanaan perawatan antenatal meliputi faktor internal dan
faktor eksternal.
33
1) Faktor internal
a) Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki
oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Paritas atau jumlah
kehamilan yang dialami ibu, dibedakan menjadi primigravida
adalah
seorang
wanita
hamil
untuk
pertama
kali,
secondigravida yaitu wanita hamil yang kedua kalinya,
multigravida
yaitu
wanita
hamil
lebih
dari
2
kali,
grandemultigravida adalah seorang wanita yang hamil lebih
dari lima kali (Mochtar, 2008).
Ibu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman
tentang antenatal care, sehingga dari pengalaman yang
terdahulu
kembali
dilakukan
untuk
menjaga
kesehatan
kehamilannya (Depkes RI, 2008).
b) Usia
Usia adalah waktu hidup individu mulai saat berulang
tahun (Nursalam, 2008). Semakin cukup umur, tingkat
kematangan seseorang akan lebih di percaya daripada orang
yang belum cukup tinggi kedewasaanya, jika kematangan usia
seseorang cukup tinggi maka pola berfikir seseorang akan lebih
dewasa. Ibu yang mempunyai usia produktif akan lebih berpikir
secara rasional dan matang tentang pentingnya melakukan
pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 2008).
34
Ibu hamil dengan usia yang masih sangat muda
memiiliki kepribadian immature (kurang matang), introvert
(tidak mau berbagi dengan orang lain), perasaan dan emosi
yang tidak stabil dalam menghadapi kehamilan sehingga ibu
hamil tidak berminat untuk melaksanakan antenatal care
(Yeyeh, 2009).
Hasil penelitian Tania (2010) tentang gambaran
pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pengawasan
kehamilan (antenatal care) di poliklinik ibu hamil RSU Dr.
Pirngadi menyatakan bahwa usia ibu mempengaruhi, dalam
memeriksakan kehamilannya pada pelaksanaan antenatal care.
2) Faktor eksternal
a) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
perasaan, dan perabaan. Dan sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran.
Hanya sedikit yang diperoleh melalui penciuman, perasaan, dan
perabaan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt
behaviour) (Notoadmodjo, 2010)
35
Pengetahuan
merupakan
faktor
yang
dapat
memudahkan seseorang atau masyarakat terhadap apa yang
akan dilakukan. Ibu yang akan memeriksakan kehamilannya
akan dipermudah apabila ibu mengetahui apa manfaat
memeriksakan kehamilan, siapa dan dimana memeriksakan
kehamilan
dilakukan
(Notoatmodjo,
2005).
Kurangnya
pemahaman dan pengetahuan ibu dan keluarga terhadap
pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil
(Depkes RI, 2008).
Hasil penelitian Mariam (2006) tentang faktor-faktor
penyebab belum tercapainya cakupan K4 antenatal care di Desa
Sukoharjo I Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Kabupaten
Tanggamus menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu
hamil sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan antenatal care.
b) Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan seharihari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial. Sikap positif yang dimiliki oleh seorang ibu
36
hamil akan mempermudah dalam melaksanakan antenatal care
(Notoatmodjo, 2010).
Sikap merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya
terhadap derajat kesehatan. Respon ibu hamil tentang
pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keteraturatan antenatal care. Adanya sikap yang
baik tentang pelaksanaan antenatal care, mencerminkan
kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan diri dan janinnya
(Depkes, 2008).
Sikap ibu hamil yang proaktif untuk melaksanakan
antenatal care sangat diharapkan untuk memelihara kesehatan
dan janinnya sehingga meningkatkan kesehatan ibu hamil dan
tidak ada komplikasi kehamilan (Meilani,dkk, 2009).
Seorang ibu hamil diharapkan bersikap otonom dan
mandiri serta dapat mengambil keputusan sendiri dalam
mengikuti pelaksanaan antenatal care sehingga terdeteksi
komplikasi kehamilan sejak dini dan tidak memeriksakan
kehamilan setelah terjadi komplikasi (Schott, 2008).
c) Ekonomi
Ekonomi adalah pengetahuan dan penelitian mengenai
asas-asas
penghasilan,
produksi,
distribusi,
pemasukan,
pemakaian barang serta kekayaan dan penghematan. Tingkat
ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga
37
dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak mampu untuk
menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang
timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu ibu
hamil akan kekurangan energi dan protein. Hal ini disebabkan
tidak mampu nya keluarga untuk menyediakan kebutuhan
energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan
(Depkes RI, 2008).
Penghasilan
masyarakat
Indonesia
(75-100%)
digunakan untuk membiayai keperluan hidup. Persoalan
ekonomi merupakan proritas utama, pendapatan keluarga hanya
berfokus kepada pemenuhan kebutuhan hidup, sehingga hampir
tidak ada penyisihan dana untuk kesehatan. Ibu hamil jarang
diperiksakan ke pelayanan kesehatan karena tidak adanya biaya
(Yulifah,dkk, 2009).
d) Sosial budaya
Kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang
berlaku dalam suatu masyarakat, termasuk di dalamnya
pernyataan intelektual dan nilai-nilai artistik yang menjadi ciri
khas masyarakat (Eppink, 2010). Di berbagai wilayah
Indonesia terutama dalam masyarakat yang masih memegang
teguh budaya tradisional (patrilineal), suami lebih dominan
dalam mengambil keputusan untuk menentukan tindakan yang
38
akan dilakukan pada istrinya sehingga mempengaruhi ibu
hamil dalam melaksanakan antenatal care (Yulifah,dkk, 2009).
Faktor budaya mempengaruhi berbagai perubahan yang
relevan dengan kehamilan dengan norma budaya yang
mayoritas dan tidak semua berlaku bagi orang yang berasal dari
budaya lain. Orang yang berasal dari budaya yang berbeda
akan dibesarkan sesuai dengan kebudayaan, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai yang dianut. Ibu yang melakukan
perawatan
kehamilan
yang
mempunyai
keyakinan
dan
kepercayaan dengan dukun akan lebih memilih keyakinan
tersebut dibandingkan dengan perawatan kehamilan ke tempat
pelayanan kesehatan (Schott, 2008). Perilaku keluarga yang
tidak mengijinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk
memeriksakan
kehamilannya
merupakan
budaya
yang
menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan
kehamilannya.
Tatanan
budaya
yang
turun
temurun
mempengaruhi keputusan ibu dalam memeriksakan kehamilan.
Misalnya ibu hamil akan memeriksakan kehamilan ke dukun
misalnya dengan khusuk, dan meminta zimat atau pelindung
selama kehamilan sesuai dengan komplikasi yang dialami oleh
ibu hamil (Depkes RI, 2008).
39
e) Letak Geografis
Letak geografis adalah letak suatu tempat yang
didasarkan pada letak keadaan alam di sekitarnya (Gussa,
2010). Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan
kesehatan dalam pelaksanaan antenatal care. Ibu hamil yang
tinggal ditempat yang terpencil umumnya desa-desa yang
masih terisolisir dan transportasi yang sulit terjangkau,
sehingga untuk menempuh perjalanan ke tempat pelayanan
kesehatan akan memerlukan waktu yang lama, sementara ibu
hamil harus memeriksakan kehamilannya (Meilani,dkk, 2009).
Jarak yang mudah terjangkau dan tersedianya fasilitas
yang memadai akan memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya dan bisa melaksanakan antenatal
care sehingga jika terdapat keadaan gawat darurat dapat segera
ditangani (Yeyeh, 2009).
f) Informasi
Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan dari
pembelajaran,
pengalaman,
atau
instruksi.
Informasi
merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa
cemas seseorang. Informasi yang diperoleh ibu hamil baik dari
tenaga kesehatan, dan media lain dan berapa lama ibu hamil
menyerap apa yang mereka dengarkan. Rentang perhatian
manusia terhadap informasi rata-rata adalah sekitar 20 menit,
40
kehamilan memperpendek rentang skala tersebut karena
kecemasan dan kelelahan mengganggu kemampuan mendengar
secara aktif (Schott, 2008).
Menurut Notoatmodjo (2008) bahwa semakin banyak
informasi dapat mempengaruhi atau menambah pengetahuan
seseorang dan dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran
yang akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan
pengetahuan yang dimilikinya. Ibu yang pernah mendapatkan
informasi tentang antenatal care dari tenaga kesehatan, media
massa,
maupun
media
elektronik
akan
meningkatkan
pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan antenatal
care, sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan
antenatal care (Notoatmodjo, 2010).
g) Dukungan
Dukungan merupakan sokongan atau bantuan dari orang
terdekat untuk melakukan suatu tindakan. Orang yang paling
penting bagi seorang wanita hamil adalah suaminya. Dukungan
sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara lain
suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami
menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan
kesehatan
istri,
tidak
menyakiti
istri,
berdo’a
untuk
keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses
persalinan (Harymawan, 2007).
41
Menurut Yeyeh (2009), ada empat jenis dukungan yang
dapat diberikan suami sebagai calon ayah bagi anaknya,
meliputi dukungan emosi yaitu suami sepenuhnya memberi
dukungan
secara
psikologis
kepada
istrinya
dengan
menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada kehamilannya
serta peka terhadap kebutuhan dan perubahan emosi ibu hamil,
dukungan instrumental yaitu dukungan suami yang diberikan
untuk memenuhi kebutuhan fisik ibu hamil dengan bantuan
keluarga lainnya, dukungan informasi yaitu dukungan suami
dalam memberikan informasi yang diperoleh mengenai
kehamilan, dukungan penilaian yaitu memberikan keputusan
yang tepat untuk perawatan kehamilan istrinya.
3. Hubungan Kunjungan ANC dengan Kejadian BBLR
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir denga
berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan.
Bayi yang berada di bawah persentil 10 dinamakan ringan untuk umur
kehamilan. Tanda-tanda Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) diantaranya
umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu, berat badan
sama dengan atau kurang dari dari 2.500 gram (Proverawati dan Ismawati,
2010).
Banyak sekali resiko yang terjadi pada Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) khususnya pada system tubuh karena kondisi tubuh yang tidak
stabil. Kematian perinatal pada bayi BBLR adalah 8 kali lebih besar dari
42
bayi normal.Faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara
umum diantaranya faktor janin, plasenta, lingkungan dan faktor ibu yang
meliputi penyakit dan keadaan sosial ekonomi dan pengawasan antenatal
care yang kurang (Proverawati dan Ismawati, 2010).
Masalah pengawasan kehamilan merupakan bagian penting dari
seluruh rangkaian perawatan ibu hamil. Melalui pengawasan tersebut
dapat ditetapkan kesehatan ibu hamil, kesehatan janin dan hubungan
keduanya sehinga dapat direncanakan petolongan persalinan yang tepat.
Perawatan selama kehamilan sebelum bayi lahir yang lebih ditekankan
pada kesehatan ibu yang disebut antenatal care (Manuaba, 2007).
Hasil penelitian ini sesua dengan penelitian dari Maulida (2011)
tentang gambaran kejadian bayi berat lahir rendah dan karakteristik ibu
yang melahirkan di Puskesmas Sungai Malang Kabupaten Hulu Sungai
Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 47,7% mempunyai berat lahir
kurang dari 2000 gram dan dari 44 kasus BBLR 72,7% berhasil hidup
sampai umur 1 bulan.
43
B. Kerangka Teori
Faktor-Faktor Yang Berhubungan
dengan Bayi BBLR
FAKTOR IBU
1. Penyakit
a. Komlikasi kehamilan
1) Anemia
2) Perdarahan antepartum
3) Hipertensi
4) Preeklamsia berat
5) Eklamsia
6) Infeksi kehamilan
b. Menderita penyakit
1) Malaria
2) IMS
3) HIV/AIDS
4) TORCH
2. Ibu
(1) Kehamilan ganda
(2) Jarak kelahiran
(3) Riwayat BBLR
3. Keadaan sosial ekonomi
(1) Sosial ekonomi rendah
(2) Aktifitas fisik
(3) Gizi kurang baik
(4) Kunjungan anternal
(5) Kejadian prematuritas
4. Sebab lain
(1) Perokok
(2) Peminum alkohol
(3) Pecandu obat narkotika
(4) Obat antimetabolik
Kejadian BBLR
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Gambar 2.3 Kerangka Teori
Sumber : Proverawati dan Ismawati (2010)
44
C. Kerangka Konsep
Variabel independen
Variabel dependen
Kunjungan ANC
Kejadian BBLR
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Hipotesi dari penelitian ini adalah ada hubungan kunjungan ANC
dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian pada penelitian ini menggunakan deskriptif
korelasi.Menurut Notoatmodjo (2010), deskriptif korelasiadalah penelitian
yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antara variabel independen
dan variabel dependen. Penelitian ini mencari hubungan kunjungan ANC
dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang.
Penelitian yang dilakukan diarahkan untuk mencari hubungan
kunjungan ANC dengan kejadian BBLR. Penelitian ini menggunakan
pendekatan case control adalah rancangan epidemiologis yang mempelajari
hubungan antara paparan (amatan penelitian) dan penyakit, dengan cara
membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status
paparannya.
ANC rutin
BBLR
ANC tidak rutin
ANC rutin
Tidak BBLR
ANC tidak rutin
Gambar 3.1 Desain Penelitian
45
46
B. Lokasi dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sumowono
Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang yang dilaksanakan pada tanggal
13 Juli 2016.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang di
tetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya (Saryono, 2011). Populasi yang di maksud pada penelitian
ini adalah bayi di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang yaitu sebanyak 60 orang yang
melahirkan (jumlah bayi pada bulan januari- juli 2016).
2. Sampel
Dalam
penelitian
ini
peneliti
mengambil
sampel
dengan
menggunakan case control, yaitu teknik penentuan sampel dengan
menghubungkan kelompok kasus dengan kelompok control. Dari jumlah
populasi di dapatkan kelompok kasus sejumlah 30 bayi, Dan kelompok
kontrol sejumlah 30 bayi baru lahir di wilayah kerja Puskesmas
Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang (data kelahiran
bayi pada bulan januari - juli 2016).
47
D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas / independen : kunjungan ANC
2. Variabel terikat / dependen : kejadian BBLR
E. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
Variabel
Variabel
Independen
Kunjungan
ANC
Variabel
Dependen
Kejadian
BBLR
Definisi
Jumlah
kunjungan ibu
hamil ketenaga
kesehatan
selama
kehamilan
minimal 4 kali
yaitu:
(1 kali pada
trimester
pertama.
1 kali pada
trimester ke dua
2 kali pada
trimester ke
tiga).
Berat badan bayi
yang
ditimbang
dengan satuan
gram
pada saat segera
setelah lahir
Alat ukur
Menggunakan
Kohord
Hasil ukur
Skala
1. Sesuai standar
Nominal
(teratur) ≥ 4 kali
selama kehamilan
2. Tidak sesuai
standar (teratur)
< 4 kali selama
kehamilan
Menggunakan
Kohord
Hasil pengumpulan
data dikategorikan
menjadi :
1. BBLR : < 2.500
gr
2. Tidak BBLR: ≥
2.500 gr
Nominal
F. Metode Pengumpul Data
1.
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam pengumpulan data pada
penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh lewat pihak
48
lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data
yang dikumpulkan adalah data mengenai kunjungan ANC diperoleh
melalui penelusuran pada catatan buku register di Puskesmas Sumowono
Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.
2.
Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
ini adalah master tabel. Menurut Notoatmodjo (2010), master tabel yaitu
suatu tabel yang berisi seluruh data atau variabel hasil penelitian.
G. Etika Penelitian
Penelitian ini berhubungan langsung dengan manusia, sehingga segi
etik penelitian perlu diperhatikan bahwa manusia mempunyai hak asasi dalam
kegiatan ini. Etika dalam penelitian ini meliputi :
1.
Informed Consent
Lembar persetujuan ini diberikan kepada kepala Puskesmas
Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Sebelum
dilakukan pengambilan data penelitian, peneliti memberikan penjelasan
tentang tujuan dan manfaat penelitian yang dilakukan kepada petugas
bagian tata usaha. Apabila petugas tata usaha bersedia untuk membantu
penelitian maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan
tersebut, dan jika menolak untuk membantu penelitian maka peneliti tidak
boleh memaksa dan tetap menghormatinya.
49
2.
Anonimity
Guna menjaga kerahasiaan responden pada lembar pengumpulan
data cukup memberi urutan masing-masing lembar tersebut atau
mencantumkan inisial saja.
3.
Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden, di jamin oleh peneliti. Data
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Setelah selesai digunakan,
data di musnahkan dengan cara di bakar.
H. Prosedur Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah:
1. Peneliti meminta surat ijin kepada Ketua Prodi D III Kebidanan Stikes
Ngudi Waluyo.
2. Selanjutnya peneliti datang ke Kesbangpolimas Kabupaten Semarang
untuk legalitas penelitian.
3. Setelah mendapatkan surat ijin dari Kesbangpolimas Kabupaten Semarang
kemudian peneliti mengajukan surat ijin kepada kepala
Puskesmas
Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.
4. Setelah mendapat ijin dari kepala Puskesmas Sumowono Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang, peneliti menjelaskan maksud dan
tujuan penelitian kemudian mengambil data ibu yang bersalin dan data
bayi.
50
5. Setelah itu data yang didapat pada buku kohort yang sudah disiapkan
kemudian dimasukkan pada master tabel.
6. Memeriksa kelengkapan data.
7. Setelah data lengkap kemudian data diolah.
I. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini, menggunakan
proses analisa sebagai berikut :
1. Editing (Pemeriksaan Data)
Editingadalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
di peroleh atau di kumpulkan (Notoatmodjo, 2010). Editing dapat
dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data yang terkumpul.
Setelah data sudah terkumpul, Data di kelompokan dan di tabulasi
berdasarkan sub variabel yang di teliti.
2. Coding (Memberi kode)
Usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban yang ada menurut
macamnya. Klasifikasi dilakukan dengan cara menandai masing-masing
jawaban dengan kode berupa angka, kemudian di masukkan dalam tabel
guna mempermudah membacanya, yaitu dengan cara :
a. Data Kunjungan ANC
Hasil pengumpulan data dikategorikan menjadi :
1. Tidak sesuai standart
2. Sesuai dengan standar
kode 1
kode 2
51
b. Data Kejadian BBLR
Hasil pengumpulan data dikategorikan menjadi :
1. BBLR
kode 1
2. Tidak BBLR
kode 2
3. Tabulating (Penyusunan Data)
Merupakan pengorganisasian data sehingga mudah dijumlahkan, di
susun, dan di data untuk disajikan dan di analisa
J. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah untuk menggambarkan tiap variabel
dengan menggunakan tabel frekuensi. Dalam analisis univariat, data-data
disajikan dengan tabel distribusi frekuensi, sehingga tergambar fenomena
yang berhubungan dengan variabel yang di teliti, yaitu :
a. Gambaran kunjungan ANC di wilayah kerja Puskesmas Sumowono
Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.
b. Gambaran kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono
Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.
Data dalam analisis univariat disajikan dalam bentuk distribusi
frekuensi (Notoatmodjo, 2005), yaitu :
x=
F
x100%
N
52
Keterangan :
x = hasil persentase
F = frekuensi/hasil pencapaian
N = total seluruh frekuensi
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui
hubungan dua variabel yang diduga berhubungan atau korelasi (Saryono,
2011). Analisis data dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR dengan menggunakan
uji chi square.
Proses pengujian Chi Square adalah membandingkan frekuensi
yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai
frekuensi observasi dengan nilai frekuensi harapan sama, maka dikatakan
tidak ada perbedaan yang bermakna (signifikan). Sebaliknya bila nilai
frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada perbedaan yang bermakna.
Analisa bivariat ini menggunakan chi square.
Keterangan :
= nilai chi square
= frekuensi yang diobservasi
= frekuensi yang diharapkan
53
Keputusan yang diambil dari hasil chi square adalah:
a. Bila nilai p < α, Ho ditolak, berarti data sampel mendukung adanya
perbedaan yang bermakna (signifikan)
b. Bila nilai p ≥ α, Ho gagal di tolak, berarti data sampel tidak
mendukung adanya perbedaan yang bermakna (tidak signifikan).
Syarat uji chi-square :
a. Sudah dikategorikan
b. Skala ukur ordinal atau nominal bentuk data kategorik
c. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan / nilai ekspektasi
kurang dari 5, lebih dari 20% dari keseluruhan sel
d. Jika syarat uji chi square tidak terpenuhi, maka :
1) Alternatif uji chi-square untuk tabel 2x2 adalah uji fisher exact test
2) Alternatif untuk tabel selain 2x2 adalah dengan penggabungan sel.
Uji chi square sangat baik digunakan untuk tabel dengan
derajat kebebasan (df) yang besar. Bila tabel yang digunakan 2 x 2 dan
tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai sebaiknya continuity
correction. Sedangkan bila tabel 2 x 2 dijumpai nilai E < 5, maka uji
yang dipakai adalah fisher exact test (Hastono, 2007).
Data dikatakan memenuhi uji chi-squarejika nilai expected
yang diperoleh lebih besar dari 5 dengan jumlah maksimal 50%. Jika
data tidak memenuhi syarat untuk diuji dengan menggunakan chisquare, maka digunakan uji alternatif yaitu uji fisher exact testuntuk
jenis tabel 2x2 dan uji Kolmogorof-Smirnov untuk jenis tabel 2xK.
54
Apabila diperoleh p-value < 0,05 maka ada perbedaan yang bermakna
antara dua variabel yang dianalisis. Apabila diperoleh p-value > 0,05
maka tidak ada perbedaan yang bermakna antara dua variabel yang
dianalisis (Dahlan, 2010).
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Bab ini membahas hasil penelitian tentang hubungan kunjungan ANC
dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang dengan jumlah sampel sebanyak 60 responden.
A. Karakteristik Responden
1. Gambaran Umur Ibu Hamil di Wilayah KerjaPuskesmas Sumowono
kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteritik Berdasarkan Umur
Ibu Hamil di Wilayah KerjaPuskesmas Sumowono
kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.
Frekuensi Persentase
Umur
Kategori
(f)
(%)
< 20 atau > 35 tahun
13
20,0
resiko tinggi
20-35 tahun
47
80,0
tidak resiko tinggi
Total
60
100,0
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur ibu hamil di
Wilayah KerjaPuskesmas Sumowono kecamatan Sumowono Kabupaten
Semarang,sebagian besar kategori tidak resiko tinggi (20-35 tahun) yaitu
sebanyak 47orang (80,0%).
55
56
2. Gambaran Pendidikan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono
kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteritik Berdasarkan Pendidikan
Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono
kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.
Frekuensi Persentase
Pendidikan
Kategori
(f)
(%)
SMP
14
46,7
Dasar
SMA, SMK
Sarjana
35
11
Total
60
58,3
18,3
100,0
Atas
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pendidikan ibu hamil
di
Wilayah
KerjaPuskesmas
Sumowono
Kecamatan
Sumowono
Kabupaten Semarang, sebagian besar pendidikan atas (SMA, SMK) yaitu
sebanyak 46orang (53,3%).
3. Gambaran Paritas Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono
kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteritik Berdasarkan Paritas Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang.
Frekuensi Persentase Kategori
Paritas
(f)
(%)
Hamil pertama
29
42,2
Primipara
Hamil ke 2,3 atau 4
31
57,8
Multipara
Total
60
100,0
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa paritas ibu hamil di
Wilayah KerjaPuskesmas Sumowono kecamatan Sumowono Kabupaten
Semarang, sebagian besar multipara (hamil ke 2, 3 atau 4) yaitu sebanyak
31 orang (57,8%).
57
4. Gambaran Pekerjaan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono
kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteritik Berdasarkan Pekerjaan
Ibu Hamil di wilayah Kerja Puskesmas Sumowono
Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.
Frekuensi Persentase Kategori
Paritas
(f)
(%)
Wiraswasta,swasta
43
80,0
wiraswasta
IRT
17
20,0
IRT
Total
60
100,0
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pekerjaan ibu hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono kecamatan Sumowono Kabupaten
Semarang, sebagian besar ibu pekerja wiraswasta dan swasta yaitu
sebanyak 43 orang (80,0).
B. Hasil Analisis Univariat
1. Gambaran Kunjungan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono
Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kunjungan
ANC di wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang
Frekuensi
Persentase
Kunjungan ANC
(f)
(%)
Tidak sesuai standar
29
48,3
Sesuai standar
31
51,7
Jumlah
60
100,0
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa ibu hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten
Semarangsebagian besar melakukan kunjungan ANClebih dari 4 kali yaitu
sebanyak 31 orang (51,7%).
58
2. Gambaran Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono
Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Wilayah Kerja Puskesmas
Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang yang mengalami
dan tidak mengalami BBLR jumlahnya sama yaitu masing-masing
sebanyak 30 orang (50,0%).
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian
BBLR di wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang
Frekuensi
Persentase
Kejadian BBLR
(f)
(%)
BBLR
30
48,3
Tidak BBLR
30
51,7
Jumlah
60
100,0
Berdasarkan tabel 4.6 diatas jumlah sampel penelitian yang di teliti di
wilayah kerja puskesmas sumowono kecamatan sumowono kabupaten
semarang untuk kejadian BBLR dan tidak BBLR sama yaitu sebanyak 30
orang ( 50,0%).
C. Hubungan Kunjungan ANC dengan Kejadian BBLR di Wilayah Kerja
Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang
Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui hubungan kunjungan
ANC dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono
Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.
59
Tabel 4.7
Gambaran Kunjungan ANC dan Kejadian BBLR di
Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang
Kejadian BBLR
95% CI
2
Kunjungan ANC
p-value OR Batas Batas
BBLR Tidak χ
bawah atas
f
% f %
Tidak sesuai standar 19 65,5 10 34,5 4,271 0,039 3,50 1,195 9,990
Sesuai standar
11 35,5 20 64,5
Jumlah
30 50,0 30 50,0
Berdasarkan hasil analisis hubungan kunjungan ANC dengan kejadian
BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono
Kabupaten Semarangdiperoleh hasil, responden yang melakukan kunjungan
ANC kurang dari 4 kali sebanyak 29 orang dimana sebagian besar mengalami
BBLR yaitu sebanyak 19 orang (65,5%) lebih banyak dari pada yang tidak
mengalami BBLR yaitu sebanyak 10 orang (34,5%). Responden yang
melakukan kunjungan ANC kurang dari lebih dari atau sama dengan 4 kali
sebanyak 31 orang dimana sebagian besar tidak mengalami BBLR yaitu
sebanyak 20 orang (64,5%) lebih banyak dari pada yang mengalami BBLR
yaitu sebanyak 11 orang (35,5%).
Hasil uji statistik didapatkan nilai χ2hitung (4,271) > χ2tabel (3,84) dan p
valuesebesar 0,039 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas
Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Hasil analisis juga
menunjukkan bahwa nilai OR sebesar 3,50, artinya responden yang
melakukan kunjungan ANC tidak sesuai standar cenderung 3,50 kali
mengalami BBLR dibandingkan yang melakukan kunjungan ANC sesuai
standar.
BAB V
PEMBAHASAN
A. Gambaran Kunjungan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono
Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang sebagian
besar melakukan kunjungan ANC
4 kali atau lebih sebanyak 31 orang
(51,7%).Responden yang melakukan ANC sebanyak 4 kali selama kehamilan
ada 31 orang (81,0%).
Responden yang melakukan kunjungan ANC sama atau lebih dari 4
kali selama kehamilan di karnakan mereka sadar tentang manfaat pemeriksaan
kehamilan bagi ibu hamil. Pemeriksaan kehamilan ini diperlukan oleh setiap
ibu hamil karena dari pemeriksaan ini tenaga medis dapat memeriksa ibu dan
janin dan mendeteksi komplikasi obstetri sedini mungkin dengan upaya
koreksi terhadap kelainan yang dimungkinkan. Ibu juga sadar mengenai
pentingnya antenatal care untuk dapat mengetahui, ibu dan anak yang sehat
selama kehamilan dan setelah persalinan. Dimungkinkan pula mereka
melakukan ANC empat kali atau lebih selama kehamilan karena adanya
keluhan selama kehamilan, sehingga mereka lebih aktif melakukan ANC
untuk memantau bahkan mengatasi masalah tersebut.
Responden juga sadar bahwa pemeriksaan antenatal juga penting bagi
ibu hamil, tetapi juga untuk anak yang akan dilahirkan karena tujuan dari
60
61
pemeriksaan antenatal diantaranya supaya menghindari gangguan kesehatan
selama kehamilan yang menggangu kesehatan ibu hamil dan bayi yang
dikandungnya. Antenatal care memainkan peranan yang penting dalam
mencegah dan mendeteksi komplikasi obtetrik sedini yang mungkin serta
ditangani pada tahap awal bagi mendapatkan ibu dan bayi yang sehat. Ibu
hamil melakukan kunjungan antenatal empat atau lebih selama kehamilan
didukung oleh beberapa faktor diantaranya pendidikan ibu yang baik,
(Syaifuddin, 2005 dalam Harnany, 2006).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang melakukan
kunjungan ANC lebih dari 4 kali atau lebih selama kehamilan sebanyak 31
orang dimana sebagian besar berpendidikan SMA yaitu sebanyak 24 orang
(77,4%) dan pendidikan sarjana sebanyak 6 orang (19,4%) lebih banyak dari
pada pendidikan SMP yaitu sebanyak 1 orang (3,2%). Tingkat pendidikan ibu
mempengaruhi
tingkat
pengetahuan
tentang
antenatal
care.
Tingkat
pendidikan yang tinggi memungkinkan mereka untuk mendapatkan informasi
mengenai antenatal care baik dari majalah, televisi, radio atau internet
sehingga mendorong mereka untuk mendapatkan pelayanan antenatal untuk
menjamin kesehatan ibu dan bayi selama kehamilan dan setelah persalinan.
Pendidikan yang tinggi (SMA, sarjana) akan mendorong ibu untuk
lebih aktif menggali informasi mengenai pelayanan antenataldan berusaha
untuk
mendapatkan
pelayanan
antenatal
untuk
mengetahui
keadaan
kehamilannya serta menghindari atau mendeksi ko mplikasi obstetric sedini
mungkin. Pendidikan ibu yang baik akan mendorong ibu untuk berpikir secara
62
rasional dimana mereka akan lebih memahami manfaat pelayanan antenatal
dan berusaha untuk melakukan kunjungan antenatal demi kesehatan diri dan
anaknya dan juga merekomendasikannya kepada orang lain.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Mohdari (2014)
tentang hubungan umur dan pendidikan dengan tingkat kepatuhan kunjungan
ANC pada
ibu primigravida di Puskesmas Pekauman
Banjarmasin. Di
dapatkan hasil dengan p value sebesar 0,007 (α = 0,05).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarangyang
melakukan kunjungan ANCkurang dari 4 kali yaitu sebanyak 29 orang
(48,3%). Responden yang melakukan ANC sebanyak 2 kali selama kehamilan
ada 21 orang (72,4%) dan yang melakukan 3 kali selama kehamilan sebanyak
8 orang (27,6%).
Responden melakukan ANC yang pertama umumnya ketika mereka
mengalami keterlambatan datang bulan, sehingga pada akhirnya mereka
mengetahui jika sedang hamil. Pemeriksaan yang kedua biasanya dilakukan
ketika mereka mulai merasakan ketidaknyamanan yang mengganggu
kenyamanan dimana hal tersebut biasanya dilakukan pada TM II. Pada
trimester selanjutnya mereka melakukan pemeriksanaan ketika mengalami
keluhan ingin melahirkan atau keinginan untuk mengetahui jenis kelamin dari
anak mereka. Terkadang ibu hamil melakukan pemeriksaan ke dua dan ketiga
dilakukan ketika pada masa TM III yaitu ketika mengalami keluhan atau
masalah pada kehamilan. Salah satu penyebab ibu hamil melakukan ANC
63
kurang dari 4 kali selama kehamilan adalah faktor pekerjaan (Proverawati,
2012).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang melakukan
kunjungan ANC selama kehamilan kurang dari 4 kali sebanyak 29 orang
dimana sebagian besar adalah ibu bekerja yaitu sebagai karyawan swasta
sebanyak 15 orang (51,7%) dan sebagai wiraswasta sebanyak 10 orang
(34,5%) lebih banyak dari pada ibu rumah tangga yaitu 13 orang (41,9%).
Wilayah Kecamatan Sumowono adalah daerah wisata sehingga banyak
terdapat hotel, losmen dan berbagai bisnis yang berkaitan dengan pariwisata.
Oleh sebab itu banyak dari mereka yang bekerja di lapangan kerja tersebut
khususnya perhotelan. Ibu yang bekerja sebagai wiraswsata adalah ibu yang
berdagang baik berdagang secara mandiri ataupun hanya membantu orang tua,
saudara, tetangga ataupun suami. Mereka berdagang di pasar tradisional yang
ada misalnya pasar Sumowono, Bandungan atau Jimbaran. Sebagian dari
mereka bedagang di area obyek wisata. Terdapat pula ibu yang bekerja
sebagai wiraswasta yaitu sebagai petani baik milik sendiri ataupun menyewa
lahan. Sebagian dari responden adalah petani tanaman sayur dan buah-buahan,
padi hingga bunga-bungaan. Aktivitas mereka dalam bekerja terkadang
menyebabkan mereka mengabaikan kondisi kehamilan yang dijalani salah
satunya ditandai dengan kurangnya kunjungan ANC.
Pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
mencari nafkah (menghasilkan uang). Menurut Notoatmojdo (2007) ibu yang
sibuk bekerja, terutama melakukan pekerjaan fisik memiliki sedikit waktu
64
untuk memperoleh informasi berkaitan dengan kondisi kesehatan. Selain itu,
ibu hamil yang mengambil pekerjaan berat dan melelahkan dapat mengganggu
kondisi kesehatan dirinya dan kandungannya. Hal tersebut berdampak pada
perkembangan janin, bahkan menyebabkan lahirnya bayi berat lahir rendah
karena ibu terlalu lelah dengan pekerjaannya (Proverawati, 2012).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nurlaelah (2014) tentang
faktor yang berhubungan dengan kunjungan antenatal care di Wilayah Kerja
Puskesmas Dungkait Kabupaten Mamuju. Hasil analisis data menunjukkan
bahwa ada hubungan pekerjaan dengan kunjungan antenatal care di Wilayah
Kerja Puskesmas Dungkait Kabupaten Mamuju, dengan p value sebesar 0,317
(α = 0,05).
B. Gambaran Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono
Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Wilayah Kerja Puskesmas
Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarangyang mengalami dan
tidak BBLR jumlahnya sama yaitu masing-masing sebanyak 30 orang
(50,0%). Bayi dengan berat badan 2000 gram sebanyak 6 orang (10,0%),
dengan berat badan 2100 gram sebanyak 10 orang (16,7%), dengan berat
badan 2200 gram sebanyak 4 orang (6,7%), dengan berat badan 2300
sebanyak 3 orang (5,0%) dan berat 2400 gram sebanyak 7 orang (11,7%).
BBLR merupakan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus yang berat
65
badan lahir kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2500 gram di sebut
prematur (Proverawati dan Ismawati, 2010). Kejadian BBLR disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya paritas.
Umumnya kejadian BBLR dan kematian perinatal meningkat seiring
dengan meningkatnya paritas ibu, terutama bila peritas lebih dari 3. Paritas
yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terganggunya uterus terutama dalam
hal
fungsi
pembuluh
darah.
Kehamilan
yang
berulang-ulang
akan
menyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh darah uterus. Hal ini akan
mempengaruhi nutrisi ke janin pada kehamilan selanjutnya, selain itu dapat
menyebabkan atonia uteri. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan
yang selanjutnya akan melahirkan bayi dengan BBLR (Winkjosastro, 2008).
Setiap kehamilan yang disusul dengan persalinan akan menyebabkan
perubahan-perubahan
pada
uterus.
Kehamilan
yang
berulang
akan
mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus yang
mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi akan berkurang
bila dibandingkan dengan kehamilan sebelumnnya. Keadan ini akan
menyebabkan gangguan pertumbuhan janin. Kehamilan dan persalinan yang
paling aman untuk bayi dan ibu adalah persalinan ke dua dan ketiga
(Prawirohardjo, 2009).
Komplikasi yang mungkin timbul pada ibu dengan paritas tinggi antara
lain perdarahan antepartum, hipertensi, penyakit ginjal, anemia, kelainan letak
anak, DM dan lain-lain. Komplikasi yang terjadi pada ibu golongan paritas
tinggi akan sangat mempengaruhi kesehatan bayi yang dikandung ibu. Hal ini
66
disebabkan komplikasi yang terjadi menyebabkan gangguan pada plasenta,
yaitu terganggunya sirkulasi darah ke janin, sehingga pertumbuhan janin
terhambat, keadaan ini akan mempengaruhi terjadinya bayi dengan BBLR
(Manuaba, 2008).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Kolifah (2012)
tentang hubungan paritas dengan berat badan lahir rendah di Wilayah Kerja
Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang tahun 2012. Hasil analisis data
dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan
paritas dengan berat badan lahir rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Bareng
Kabupaten Jombang tahun 2012, dengan p value sebesar 0,000 (α = 0,05).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Wilayah Kerja Puskesmas
Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarangyang mengalami dan
tidak BBLR jumlahnya sama yaitu masing-masing sebanyak 30 orang
(50,0%).Tingkat pendidikan ibu merupakan salah satu faktor yang penting
dalam menentukan baik buruknya kesehatan anak. Pendidikan yang cukup
mendukung seorang ibu akan mengetahui kondisi kesehatan selama hamil,
juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan janin yang dikandungnya. Ibu
dengan pendidikan yang tinggi akan lebih banyak mendapatkan informasi
dalam melakukan perawatan dan pemeriksaan kehamilan sehingga dapat
melahirkan bayi yang sehat. Pendidikan banyak menentukan sikap dan
tindakan dalam menghadapi berbagai masalah termasuk pengaturan makanan
bagi ibu hamil untuk mencegah timbulnya bayi berat lahir rendah (BBLR).
67
C. Hubungan Kunjungan ANC dengan Kejadian BBLR di Wilayah Kerja
Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang
Berdasarkan hasil analisis hubungan kunjungan ANC dengan kejadian
BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono
Kabupaten Semarang diperoleh hasil
uji statistik didapatkan nilai χ2hitung
(4,271) > χ2tabel (3,84) dan p value sebesar 0,039 (α = 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di
wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten
Semarang. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa nilai OR sebesar 3,50,
artinya responden yang melakukan kunjungan ANC tidak sesuai standar
cenderung 3,50 kali mengalami BBLR dibandingkan yang melakukan
kunjungan ANC sesuai standar.
Responden yang melakukan kunjungan ANC kurang dari 4 (empat)
kali dimana yang mengalami BBLR sebanyak 19 orang (65,5%).Pemeriksaan
rutin saat hamil atau antenatal care merupakan salah satu cara mencegah
terjadinya bayi lahir dengan BBLR. Namun demikian masih ditemukan
responden yang melakukan kunjungan antenatal care kurang dari
4 kali
selama kehamilan. Mereka melakukan kunjungan ANC hanya ketika
mengalami keluhan dengan kehamilannya, atau ada waktu ditengahkesibukannya sebagai seorang wanita pekerja ataupun melakukan ANC jika
ada yang mendampingi baik keluarga khususnya suami.
Masalah pengawasan kehamilan merupakan bagian penting dari
seluruh rangkaian perawatan ibu hamil. Melalui pengawasan tersebut dapat
68
ditetapkan kesehatan ibu hamil, kesehatan janin dan hubungan keduanya
sehinga dapat direncanakan petolongan persalinan yang tepat. Perawatan
selama kehamilan sebelum bayi lahir yang lebih ditekankan pada kesehatan
ibu yang disebut antenatal care (Manuaba, 2007).
Hasil penelitian ini sesua dengan penelitian dari Maulida (2011)
tentang gambaran kejadian bayi berat lahir rendah dan karakteristik ibu yang
melahirkan di Puskesmas Sungai Malang Kabupaten Hulu Sungai Utara. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 47,7% mempunyai berat lahir kurang dari
2000 gram dan dari 44 kasus BBLR 72,7% berhasil hidup sampai umur 1
bulan.
Kunjungan pemeriksaan kehamilan yang kurang dari anjuran akan
menimbulkan permasalahan selama kehamilan maupun persalinan. Hal
tersebut dimungkinkan karena kesiapan baik fisik maupun mental ibu di dalam
masa kehamilan dan kelahiran kurang terbentuk dengan baik. Selain itu
kelainan dalam kehamilan dalam waktu dini tidak dapat ditangani secepatnya
sehingga memungkinkan masalah pada bayi misalnya kecatatan ataupun berat
badan janin yang
rendah. Responden yang melakukan kunjungan ANC
kurang dari 4 (empat) kali dan bayi mengalami BBLR ( Manuaba, 2007).
Menurut Saifuddin, dkk (2012) tujuan asuhan antenatal adalah sebagai
berikut:
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
69
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik mental dan sosial ibu
dan bayi.
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan
dan pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi
ekslusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Dewi
Rokhanawati
tentang hubungan frekuensi antenatal care dengan kejadian Berat Bayi Lahir
Rendah di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dibutktikan dengan nilai (χ2)
sebesar 6.638 sig 0,010 (p< 0,05).
Banyak sekali resiko yang terjadi pada Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) khususnya pada system tubuh karena kondisi tubuh yang tidak stabil.
Kematian perinatal pada bayi BBLR adalah 8 kali lebih besar dari bayi
normal.Faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum
diantaranya faktor janin, plasenta, lingkungan dan faktor ibu yang meliputi
penyakit dan keadaan sosial ekonomi dan pengawasan antenatal care yang
kurang (Proverawati dan Ismawati, 2010).
70
Berdasarkan hasil analisis hubungan kunjungan ANC dengan kejadian
BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono
Kabupaten Semarang diperoleh hasil, responden yang melakukan kunjungan
ANC kurang dari 4 kali dimana yang tidak mengalami BBLR sebanyak 10
orang (34,5%). Responden yang melakukan kunjungan ANC kurang dari 4
kali dimana yang tidak mengalami BBLR dimungkinkan karena faktor umur
yang sudah siap dan matang umur sehat yaitu umur 20-35 tahun.
Usia reproduksi sehat adalah usia 20-35 tahun dimana pada masa ini
adalah kurun waktu yang optimal bagi seorang wanita untuk hamil karena
organ reproduksi wanita pada saat ini sudah siap dan matang, demikian juga
dengan psikologis ibu. Kesiapan itulah pertumbuhan dan perkembangan bayi
di dalam rahim ibu bisa tumbuh secara optimal. Sedangkan untuk ibu yang
berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun berisiko untuk
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) (Wiknjosastro, 2007).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Rokhmah (2013),
tentang hubungan usia ibu dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2012. Dengan Hasil analisis data
dengan p value sebesar 0,002 (α = 0,05).
Berdasarkan hasil analisis hubungan kunjungan ANC dengan kejadian
BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono
Kabupaten Semarang diperoleh hasil, responden yang melakukan kunjungan
ANC lebih dari atau sama dengan 4 kali dimana mengalami BBLR yaitu
sebanyak 5 orang (64,5%). Hal tersebut dimungkinkan oleh faktor paritas.
71
Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anak yang
dilahirkan, semakin besar resiko melahirkan bayi dengan BBLR.Menurut
pendapat Wikipedia (2010) jumlah anak lebih dari 3 dapat menimbulkan
gangguan pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah.
Paritas merupakan jumlah persalinan yang pernah dialami ibu sebelum
kehamilan/persalinan tersebut. Pengelompokan paritas terdiri dari 4 kelompok,
yaitu golongan nullipara (ibu dengan paritas 0), primipara (ibu dengan paritas
1), multipara (ibu dengan paritas 2-3) dan grandemultipara (ibu dengan paritas
≥ 4). Kejadian BBLR yang tinggi pada kelompok ibu dengan paritas rendah
dihubungkan dengan faktor umur ibu yang masih terlalu muda, dimana organorgan reproduksi ibu belum tumbuh secara sempurna dan kondisi psikis ibu
yang belum siap. Sementara pada paritas tinggi, hal yang mungkin terjadi
adalah gangguan kesehatan seperti anemia, kurang gizi ataupun gangguan
pada rahim. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan janin
sehingga meningkatkan risiko terjadinya BBLR. Banyak studi menunjukkan
bahwa kehamilan kedua dan ketiga adalah paling tidak menyulitkan,
sedangkan komplikasi meningkat setelah anak ketiga.
Hasil
penelitian
ini
sesuai
dengan
penelitian
dari
nining
hasanah,tentang faktor –faktor yang mempengaruhi dengan kejadian bayi
berat lahir rendah ( BBLR) di ruang BBRT RSUD Dr. Kariadi semarang tahun
2010, Perbedaan proporsi tersebut setelah dilakukan uji Chi-Square
72
didapatkan hasil p value 0,000. Angka ini memberikan arti bahwa
ada
hubungan jumlah anak (paritas) dengan kejadian BBLR.
Berdasarkan hasil analisis hubungan kunjungan ANC dengan kejadian
BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono
Kabupaten Semarang diperoleh hasil, responden yang melakukan kunjungan
ANC lebih dari atau sama dengan 4 kali dimana yang mengalami BBLR yaitu
sebanyak 11 orang (35,5%). Hal tersebut dimungkinkan disebabkan oleh
faktor pendidikan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima
informasi, informasi kesehatan yang cukup pada ibu hamil mempengaruhi
perilaku ibu hamil dalam melakukan kunujungan pemeriksaan kehamilan hal
ini secara tidak langsung dapat memperkecil kematian ibu dan bayi.
(Amiruddin, 2006). Demikian juga hasil penelitian Wardhani dan Desi
Lusiana (2007) yang menyatakan bahwa rendahnya pendidikan ibu akan
berdampak pada rendahnya pengetahuan ibu yang berpengaruh pada
keputusan ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk antenatal
care.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Gita Nirmala Sari,
tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemamfaatan pelayanan
antenatal care di puskesmas wilayah jakarta timur tahun 2014,Ada hubungan
signifikan antara pendidikan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal dengan
hasil (p value=0,038).
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono
Kabupaten Semarang sebagian besar melakukan kunjungan ANC lebih dari
4 kali yaitu sebanyak 31 orang (51,7%).
2. Di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten
Semarang yang mengalami dan tidak BBLR jumlahnya sama yaitu masingmasing sebanyak 30 orang (78,9%).
3. Ada hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di Wilayah Kerja
Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang,
dengan p value sebesar 0,039 (α = 0,05).
B. Saran
1. Bagi Responden
Sebaiknya ibu hamil pada kehamilan selanjutnya meningkatkan kunjungan
ANC sesuai dengan anjuran tenaga kesehatan sehingga kejadian BBLR
dapat diansipasi sejak dini
2. Bagi Institusi
Sebaiknya Prodi DIII Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo menambah
kepustakaan dan menjadikan hasil penelitian ini sebagai landasan untuk
73
74
penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan ANC dan
kejadian BBLR.
3. Bagi Bidan
Sebaiknya bidan meningkatkan promosi kesehatan terutama yang
berkaitan dengan kunjungan ANC sehingga kejadian BBLR dapat dicegah
sejak dini.
75
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Dahlan, 2010. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto
Depkes RI, 2013. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013. Jakarta
Dinkes
Jateng. 2012. Profil Kesehatan Jawa Tengah. Semarang Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2012
Ernawati, dkk, 2010. Hubungan ANC dengan BBLR (Analisis LArljut
Riskedas.2010). Jakarta: Puslitbang Gizi dan Makanan.
Harymawan, 2007. Asuhan Ibu Hamil. Yogyakarta : Dian Press
Hastono. 2007. Analisis Data Kesehatan. Jakarta: FKM VI (Fakultas Kesehatan
Masyarakat)
Latief, A., Napitupulu, P.M., Pudjiadi, A., Ghazali, M.V., Putra, S.T., 2007. Buku
Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 3, Jakarta : Percetakan Infomedika
Mandriwati, 2008. Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil,. Jakarta:
EGC
Manuaba. 2007. Konsep Obstetri & Ginekologi Sosial Indonesia Jakarta: EGC
Mariam, 2006. Faktor-Faktor Penyebab Belum Tercapainya Cakupan K4
Antenatal Care di Desa Sukoharjo 1 Wilayah Kerja Puskesmas
Sukoharjo Kabupaten Tanggamus
Meilani,dkk, 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya.
Muchtar. 2008. Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif. Obstetri Sosial. Jilid. 2.
Jakarta: EGC.
Notoarmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta
Rineka Cipta
Penerbit PT
Nursalam. 2008. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Pedoman Skripsi. Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Cetakan
I. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Oktavia, 2015. Buku Ajar Ilmu Gizi, Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
76
Proverawati dan Ismawati. 2010. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Yogyakarta: Nuha Medika
Proverawati.
2010. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Media
Saifuddin. 2012. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika
Schott, 2008. Rational Choice Theory. 2 Januari 2016: http://private
www.essex.ac.uk/ -scottj/socscot? .htrn.
Tania, 2010. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pentingnya Pengawasan
Kehamilan (Antenatal Care) di Poliklinik Ibu Hamil RSU Dr. Pirngadi.
Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Pustaka Rihama: Yogyakarta
Yeyeh, 2009. Diktat Kuliah Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan). Jakarta: CV Trans
Info Media.
Yuifah,dkk, 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika
Download