BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) bahwa penerimaan pajak merupakan penerimaan dalam
negeri yang terbesar. Semakin besar pengeluaran pemerintah dalam rangka pembiayaan
negara menuntut peningkatan penerimaan negara yang salah satunya berasal dari
penerimaan pajak.
Bagi Indonesia, penerimaan pajak sangat besar peranannya dalam mengamankan
anggaran negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahun.
Kondisi itu tercapai ketika harga minyak bumi yang berfluktuasi di pasar internasional
dalam kurun waktu relatif panjang pada awal dekade 1980-an. Fluktuasi harga itu telah
membuat struktur penerimaan negara yang saat itu sangat mengandalkan penerimaan dari
minyak bumi dan gas alam (migas) tidak bisa diandalkan lagi untuk kesinambungannya.
Dari aspek budgeting, bila penerimaan andalan dari migas tetap dipertahankan saat itu,
maka akan dapat merusak tatanan atau struktur penerimaan negara di APBN. Ditelaah dari
struktur penerimaan negara yang ada di APBN saat itu, hanya penerimaan yang diperoleh
dari pajak yang paling memungkinkan dan layak untuk dibangun dan dikembangkan
sebagai suatu penerimaan negara yang berkesinambungan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan realisasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) 2017 pada semester I. Banyak poin yang disampaikan, salah
satunya pendapatan negara. Dalam pemaparannya, pendapatan negara semester I-2017
mencapai Rp718 triliun yang terdiri dari penerimaan perpajakan Rp571,9 triliun dan
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp146,1 triliun. Hal ini dibuktikan dengan
pertumbuhan semester I tahun 2017 sebesar 9,6% atau sebesar Rp571,9 triliun
dibandingkan dengan di periode yang sama yang tumbuh negatif 2,5%. Bahkan tanpa tax
amnesty kinerja perpajakan tetap tumbuh 5,5%. Capaian PNBP sebesar Rp146,1 triliun
terutama didukung oleh peningkatan SDA migas yang meningkat dari 26,9% menjadi
62,3% pada semester I tahun 2017. Sedangkan, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di semester
I tahun ini tumbuh 13,5%. Menurutnya, nilai ini jauh lebih tinggi dibandingkan dari
realisasi tahun lalu di periode yang sama yang tumbuh negatif 3,1%. Selain itu, kinerja PPh
Pasal 25/29 juga sangat baik. Di mana penerimaan pajak orang pribadi mengalami
peningkatan paling baik selama satu tahun di tahun 2016. Pajak Orang Pribadi (OP)
semester I tahun 2017 sebesar Rp5,8 triliun lebih baik dari kinerjanya selama satu tahun di
2016 sebesar Rp5,3 triliun yang menunjukkan peningkatan kepatuhan WP OP yang
mengikuti tax amnesty. Sementara, realisasi penyerapan belanja negara di semester I tahun
ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yakni telah terserap sebesar Rp893,3 triliun
atau setara 42,9% dari target Rp2.080,5 dibandingkan belanja negara 2016 yang hanya
terserap 41,5%. Dengan rincian belanja pemerintah pusat Rp1.315,3 triliun dan baru
terealisasi Rp498,6 triliun. Belanja Kementerian/Lembaga (K/L) dari Rp763,6 triliun
terealisasi Rp263,9 triliun, dan belanja non K/L dari Rp552,0 triliun terealisasi Rp234,6
triliun. Untuk realisasi transfer ke daerah dan dana desa baru terealisasi Rp394,8 triliun dari
target Rp764,9 triliun. Dengan rincian transfer ke daerah teralisasi Rp360 triliun dari
Rp704,9 triliun dan dana desa terserap Rp34 triliun dari target Rp60 triliun. Dengan
demikian, primary balance semester I tahun 2017 mencapai negatif Rp68,2 triliun jauh
lebih rendah dibandingkan realisasi semester I tahun 2016 sebesar Rp143,4 triliun.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
Pada awal tahun 1983, pemerintah Indonesia mulai menerapkan reformasi di bidang
perpajakan secara menyeluruh. Sejak saat itulah, negara Indonesia memulai menganut self
assessment system sehingga para wajib pajak berhak untuk menghitung sendiri berapa
jumlah pajak yang harus dibayarkan sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan
yang berlaku. Pemerintah Indonesia mengganti official assessment system menjadi self
assessment system yang merupakan sebuah sistem untuk menghitung jumlah pajak
berdasarkan penghitungan oleh instansi terkait tempat wajib pajak bekerja atau biasa
disebut dengan istilah fiskus (pemungut pajak) (Agustiantono, 2012).
Pada Desember 2016 dengan Keputusan Mentri Keuangan Nomor 885/KMK.03/2016
tentang pembentukan Tim Reformasi Perpajakan. Upaya yang akan dilakukan dalam
menjalankan reformasi perpajakan yaitu Organisasi, Sumber daya manusia, Teknologi
informas dan Basis data, Proses Bisnis, serta Peraturan perundang-undangan. Hal ini
mengungkapkan
dalam
jangka
pendek
reformasi
perpajakan
ditujukan
untuk
mengamankan penerimaan tahun 2017 dengan meningkatkan mutu pelayanan, penguatan
pengawasan dan penegakan hokum perpajakan, peningkatan kerja sama dengan pihak
ketiga, serta memberi kesempatan wajib pajak untuk memperoleh keadilan perpajakan.
Sementara dalam jangka panjang reformasi perpajakan dilakukan untuk mewujudkan
institusi perpajakan yang berwibawa, kuat, kredibel, dan akuntabel yang mampu
melaksanakan tugas pengumpulan penerimaan negara dan meningkatkan kepercayaan
wajib pajak kepada institusi perpajakan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “ Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
Perpajakan, Tingkat Pendapatan Dan Kualitas Pelayanan Fiskus Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Apakah modernisasi system administrasi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak ?
2.
Apakah tingkat pendapatan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?
3. Apakah kualitas pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?
C.
Tujuan dan Kontribusi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a
Untuk menganalisis pengaruh antara modernisasi system administrasi perpajakan
terhadap kepatuhan wajib pajak.
b
Untuk menganalisis pengaruh tingkat pendapatan terhadap kepatuhan wajib pajak.
c
Untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib
pajak.
2.
Kontribusi Penelitian
a) Kontribusi Praktik
Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan masukan bagi ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang perpajakan terkait modernisasi sistem administrasi
perpajakan dan kepatuhan wajib pajak. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan
referensi bagi mahasiswa-mahasiswa jurusan akuntansi untuk menambah wawasan
dan pengetahuan serta dapat digunakan sebagai pedoman untuk penelitian lebih
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
lanjut. Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan teoretis bagi pihak KPP Pratama
Gambir Empat
Jakarta Pusat
dalam penerapan strategi pelayanan untuk
meningkatkan kepatuhan wajib pajak, serta dapat menambah ilmu pengetahuan,
informasi dan bahan evaluasi terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan
pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak.
b) Kontribusi akademik
Hasil penelitian dapat bermanfaat serta dapat memberikan gambaran
langsung tentang bagaimana pengaruh modernisasi sistem administrasi perpajakan
terhadap kepatuhan wajib pajak. Dilihat dari sudut pandang instansi, penelitian ini
dapat memberikan gambaran mengenai sistem administrasi perpajakan yang
diterapkan saat ini guna memberikan pelayanan yang lebih baik di kemudian hari.
Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat tidak hanya bagi KPP
tetapi juga bagi para praktisi dan masyarakat (sebagai wajib pajak) sebagai bahan
masukan tentang pentingnya tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan kualitas
pelayanan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download