peranan modal sosial dalam strategi bertahan

advertisement
30
PERANAN MODAL SOSIAL DALAM STRATEGI
BERTAHAN PELAKU SEKTOR INFORMAL
Migrasi sudah sangat membudaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Hal ini berkaitan dengan adanya kegiatan transmigrasi yang dilakukan sejak
jaman penjajahan Belanda. Adanya pola migrasi ini menyebabkan suku-suku
tersebar di seluruh Indonesia. Budaya ini dikenal dengan budaya merantau.
Kebiasaan ini menyebabkan masyarakat Indonesia sangat kental dengan
persaudaraan yang erat. Hubungan persaudaraan menjadi modal yang dapat
digunakan ketika berada dimanapun, termasuk bukan di daerah asal.
Modal sosial merupakan hal yang jarang diperhatikan oleh ahli ekonomi
dalam melakukan suatu usaha. Putnam (1993) mendefinisikan modal sosial
dengan mengacu pada “ciri-ciri organisasi sosial, seperti jaringan sosial (social
network), norma-norma (norms), dan kepercayaan (trust) yang memfasilitasi
koordinasi untuk sesuatu yang manfaatnya bisa dirasakan bersama-sama (mutual
benefit.). Oleh sebab itu modal sosial sangat bermanfaat bila digunakan dalam
menjalankan suatu usaha dan bertahan dalam suatu keadaan.
Jaringan
Jaringan adalah hubungan sosial yang teratur, konsisten dan berlangsung
lama, hubungan tersebut bukan hanya melibatkan dua individu, melainkan banyak
individu. Jaringan sosial dapat dianalisis pada aspek-aspek berikut:
1.
Keragaman tipe: jaringan orang-orang yang terkait melalui persahabatan,
frekuensi interaksi, percakapan ditempat kerja, kedekatan tempat tinggal.
2.
Keragaman bentuk ikatan menurut kekuatannya (kuat atau lemah), ikatan
yang kuat biasanya berlangsung pada kontak yang lebih sering, intensitas
emosional yang lebih dekat atau keintiman, dan meminta perhatian yang
lebih besar, misalnya waktu.
3.
Keragaman bentuk ikatan menurut tingkat simetrinya (simetris atau
asimetris): setara atau tidak setara dalam karakteristik tertentu misalnya
umur, pendidikan dan pendapatan.
4.
Keragaman jaringan menurut ukurannya (luas atau sempit) diukur dari segi
jumlah simpul atau kepadatan jaringan (Sumarti 2003).6
Pada penelitian ini, jaringan diukur melalui dua indikator yaitu keragaman
tipe dan keragaman jaringan menurut ukurannya. Keragaman tipe yang dimaksud
adalah untuk mengetahui tipe jaringan yang dimiliki oleh PKL sebagai responden
penelitian. Keragaman jaringan menurut ukurannya atau lama usaha dimaksudkan
untuk melihat apakah semakin lama usaha yang dimiliki PKL akan berpengaruh
terhadap jumlah jaringan yang dimiliki oleh PKL tersebut.
6
Titik Sumarti MC dalam buku Sosiologi Umum Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor 2003 bab Interaksi Sosial.
31
Keragaman Tipe
Keragaman tipe dalam jaringan sosial dapat dianalisis untuk mengetahui
apakah jaringan yang dimiliki seseorang tersebut beragam atau tidak berdasarkan
tipenya, misalnya persahabatan. Pada penelitian ini yang menjadi fokus adalah
untuk mengetahui keragaman tipe yang dimiliki oleh migran PKL responden
dalam beberapa kategori tipe, yaitu persahabatan atau persaudaraan, kedekatan
tempat tinggal dan sedaerah asal, percakapan ditempat kerja atau jenis dagangan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diketahui bahwa migran PKL
yang menjadi responden penelitian ini mempunyai tiga keragaman tipe tersebut,
yaitu persaudaraan, sedaerah asal dan jenis dagangan.
Para migran PKL yang menjadi responden penelitian mayoritas melakukan
migrasi ke kota Bogor dibawa oleh keluarga, saudara atau teman. Hanya 3 dari 40
responden yang melakukan migrasi atas dasar inisiatif sendiri. PKL melakukan
migrasi ke kota Bogor dengan berbagai alasan, misalnya untuk memenuhi
kebutuhan, tuntutan hidup, hanya sekadar diajak oleh keluarga atau saudara
maupun hanya sekedar coba-coba mencari pengalaman. Salah seorang responden
penjual ice cream durian asal Brebes yang masih setengah tahun berada di kota
Bogor diajak temannya untuk migrasi ke kota Bogor dan melakukan usaha kaki
lima.
“Saya ya neng berhubung diajak teman ya mau-mau aja, sekalian nambah
pengalaman gitu. Trus langsung ditawarin usaha juga kan, ini nih jadi
penyalur ice cream durian ini, kontrakan disediaan, gerobaknya ada yaudah
atuh ya tinggal njalankan doang kenapa tidak dicoba kan?” (Osikin 23
tahun).
Hubungan persaudaraan atau persahabatan yang dimiliki migran PKL
biasanya berhubungan juga dengan karena mereka sedaerah asal. Migran PKL
yang melakukan migrasi diajak oleh saudara atau teman yang sedaerah asal juga
biasanya akan mempengaruhi tempat tinggal migran yang diajak tersebut, yaitu
tinggal dipondokan migran sedaerah asal, ngontrak di rumah migran yang sudah
lebih mapan atau tinggal di sekitar migran lama yang mengajak migran baru
tersebut. Sehingga menciptakan tipe jaringan yang berdasarkan persaudaraan atau
pertemanan, daerah asal dan kedekatan tempat tinggal.
Selain kedua hal tersebut, keragaman tipe jaringan yang dimiliki oleh
migran tersebut juga berdasarkan jenis usaha yang dia jalankan. Pedagang
pempek biasanya akan memiliki kedekatan khusus dengan para pedagang pempek
lainnya, selain karena satu pabrik pembuatan pempek juga karena jualan di sekitar
daerah yang sering bersamaan. Pedagang mie ayam biasanya akan mengenal
semua pedagang mie ayam karena mereka menjual mie dari pabrik pembuatan
mie ayam yang sama. Penjual minuman mineral7 biasanya tidak begitu dekat
dengan penjual minuman mineral lainnya karena faktor harga. Penjual minuman
cenderung memiliki harga yang beranekaragam satu sama lain. Setiap jenis
dagangan memiliki ciri khas masing-masing sehingga membentuk jaringan satu
sama lain.
7
Penjual minuman mineral yang dimaksud adalah pedagang yang menjual minuman yang sudah
jadi dalam kemasan yang biasanya juga sekalian menjual snack ringan dan rokok. Bukan penjual
juice atau minuman yang diolah lainnya.
32
Keragaman Jaringan Menurut Ukurannya
Keragaman jaringan menurut ukurannya pada penelitian ini diukur melalui
lama usaha yang dijalani oleh PKL. Lama usaha yang dimiliki oleh migran PKL
berkaitan dengan lama PKL tersebut sudah tinggal di kota Bogor. Lama migrasi
biasanya lebih panjang daripada lama usaha kaki lima yang dijalankan oleh PKL.
Hal ini disebabkan karena ketika para PKL tiba di kota Bogor, tidak semua
langsung menjadi PKL. Beberapa PKL terlebih dahulu menganggur sembari
melihat usaha teman dulu. Beberapa PKL terlebih dahulu bekerja pada bidang lain
karena menjadi PKL terlihat cukup berat. Beberapa PKL lainnya terlebih dahulu
bekerja pada usaha orang yang membawanya dan beberapa PKL lainnya langsung
memulai usaha ketika tiba di kota Bogor.
Seperti yang sudah ada pada tabel sebelumnya8, sekitar 25 persen PKL
yang menjadi responden penelitian ini sudah menjalankan usaha kaki lima selama
lebih dari 10 tahun, satu diantaranya sudah menjadi PKL selama 32 tahun yaitu
bapak Ujang seorang penjual bakso dan bahkan ada pak Muhri yang sudah
menjual minuman mineral selama 40 tahun. Lama usaha yang sudah dijalankan
para PKL berpengaruh terhadap jumlah jaringan yang dia miliki. Semakin lama
PKL tersebut di kota Bogor, semakin lama pula usahanya dan semakin banyak
jaringan yang dia miliki.
Lama migrasi
Lama usaha
orang yang dikenal (jaringan)
Lama migrasi berpengaruh terhadap lama usaha dan berpengaruh terhadap
orang yang dikenal (jaringan). Lama usaha berpengaruh terhadap jumlah jaringan
yang dikenal yang disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah lokasi
berjualan yang terkadang berpindah dari satu tempat karena alasan kebijakan
maupun atas insiatif sendiri, beragam pelanggan yang sudah menjadi pembeli
tetap setelah sekian lama berjualan, pemasok barang yang bermacam-macam, dan
rekan pedagang yang sering berubah-ubah.
Secara keseluruhan jaringan yang dimiliki migran PKL yang menjadi
responden penelitian ini memiliki tingkat jaringan yang tinggi.
Tabel 9 Jumlah dan persentase tingkat jaringan responden migran PKL
Jaringan
Frekuensi
Persentase (%)
Tinggi
25
62.5
Rendah
15
37.5
Total
40
100.0
Kepercayaan
Kepercayaan adalah salah satu unsur dari modal sosial yang dapat
dikembangkan melalui komunikasi yang dijalin terus-menerus. Kepercayaan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana migran PKL tersebut
menunjukkan kredibilitas mereka masing-masing sehingga saling mendapatkan
8
Lihat pada tabel lama usaha di bab sebelumnya
33
kepercayaan satu sama lain. Kepercayaan yang dimiliki oleh migran PKL dapat
digunakan dalam menjalin interaksi satu sama lain termasuk dalam menjalankan
dan mempertahankan usahanya. Kepercayaan yang dimiliki oleh migran PKL
pada penelitian ini akan dianalisis menjadi dua bagian yaitu kepercayaan terhadap
sesama migran tanpa membedakan migran asal mana saja dan terhadap migran
sedaerah asal saja.
Kepercayaan terhadap Sesama Migran
Migran PKL di sekitar Kebun Raya Bogor mempunyai karakteristik yang
beranekaragam, baik dari daerah asal para PKL juga jenis dagangan para PKL.
Para migran PKL memliki rasa kepercayaan yang khas karena merasa senasib
sepenanggungan di negeri orang. Migran PKL memiliki tingkat kepercayaan yang
tinggi antar sesama migran. Rasa kepercayaan ini ditunjukkan dengan adanya
organisasi berupa kumpulan para pedagang yang menjual barang dagangan sejenis
dan biasanya para anggotanya adalah para migran, misalnya kumpulan pedagang
es cingcau9. Para pedagang cingcau memiliki organisasi yang sama untuk
kelancaran usaha mereka. Penjual es cingcau memiliki tingkat kepercayaan yang
tinggi satu dengan yang lainnya, misalnya dalam pengadaan bahan dasar es
cingcau tersebut. Mereka sudah mempunyai langganan sendiri yang akan
memasok daun cingcau tersebut dan apabila mereka kehabisan pasokan atau stock
daun maka mereka akan mencari bersama atau bergantian.
Selain dengan bergabung dengan organisasi jenis usaha tanpa
memperimbangkan daerah asal, tingkat kepercayaan sebagai para migran
ditunjukkan dengan saling mengenal antar sesama PKL di sekitar KRB. Para PKL
biasanya mengenal semua para PKL yang ada di sekitarnya karena rasa saling
percaya dan saling membutuhkan.
Kepercayaan terhadap Sesama Migran Se-daerah Asal
Daerah asal merupakan hal yang penting dalam konsep migrasi. Daerah
asal akan menentukan pola migrasi dan kebiasaan di daerah tujuan migrasi.
Migran PKL yang berasal dari daerah yang sama memiliki tingkat kepercayaan
yang tinggi satu sama lain. Kepercayaan ini terbangun karena rasa saling lebih
mengenal satu sama lain dan kebutuhan di daerah tujuan migrasi. Tingkat
kepercayaan ini dapat dilihat dari organisasi yang dimiliki oleh migran dari daerah
asal yang sama, misalnya paguyuban orang Brebes di Bogor. Aktivitas dan
kesibukan yang berbeda-beda membuat interaksi mereka tidak begitu intens
sehingga mereka membuat kegiatan perkumpulan dalam jangka waktu tertentu,
misalnya pertemuan keluarga sebulan sekali.
Selain dengan pertemuan keluarga dalam jangka waktu tertentu,
kepercayaan juga dijalin dengan saling membantu dan mengunjungi ketika satu
sama lain sedang memiliki hajatan atau hanya sekedar syukuran. Pola migrasi
para migran PKL juga beraneka ragam, ada yang pulang kedaerah asal dalam
waktu dua minggu sekali, tiga minggu sekali, empat minggu sekali, dua bulan
sekali hingga yang pulang hanya ketika ada acara keluarga dan yang tidak
9
Es cingcau adalah minuman olahan dengan bahan dasar daun cingcau yang diakui sangat baik
unutk kesehatan, terutama untuk penceranaan. Menurut pengakuan salah seorang pedagang es
cingcau asal mengatakan bahwa ide pemasaran cingcau menjadi es cingcau berasal dari IPB.
34
beraturan sama sekali. Waktu pulang dari para migran biasanya digunakan untuk
saling titip-menitip salam ataupun barang kepada keluarga di daerah asal.
Secara umum tingkat kepercayaan yang dimiliki oleh migran PKL
sebanyak 87.5 persen dikategorikan tinggi dan hanya sebesar 12.5 persen
dikategorikan rendah.
Tabel 10 Jumlah dan persentase tingkat kepercayaan responden migran PKL
Kepercayaan
Frekuensi
Persentase (%)
Tinggi
Rendah
35
5
87.5
12.5
Total
40
100.0
Para migran PKL mengaku bahwa walaupun sudah mengenal banyak
sesama PKL migran, rasa kepercayaan lebih tinggi tetap diberikan kepada migran
sedaerah asal. Ketika menghadapi kesulitan modal ataupun membutuhkan bantuan
lain, seperti informasi biasanya para migran PKL pertama kali akan menghubungi
migran sedaerah asal. Para migran juga mempunyai rasa tanggung jawab untuk
meningkatkan taraf kehidupannya sehingga ketika ada keluarga, saudara atau
teman sedaerah asal yang meminta bantuan mereka dipercaya dan bisa
memberikan bantuan.
Hubungan antara Lama Usaha dengan Tingkat Kepercayaan yang Dimiliki
oleh Para Migran Pedagang Kaki Lima (PKL)
Lama usaha memiliki pengaruh terhadap tingkat kepercayaan yang
dimiliki oleh migran. Semakin lama usaha yang dimiliki oleh migran PKL maka
akan semakin tinggi tingkat kepercayaan yang dimiliki oleh migran PKL terhadap
jaringan yang dia miliki, misalnya terhadap pemberi modal, pelanggan, pemasok
barang, pemerintah, rekan PKL dan pihak-pihak tertentu lainnya, misalnya supir
angkot. Rasa kepercayaan ini timbul karena sudah melihat usaha PKL tersebut,
pola berjualan dan kejujuran para PKL tersebut. Ketika para PKL sudah
mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari jaringan yang dia miliki maka PKL
akan mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam menjalankan usahanya.
Norma
Norma merupakan salah satu komponen yang penting untuk membangun
modal sosial yang kuat. Modal sosial akan menjadi modal yang sangat kuat bagi
setiap komunitas bila semua komponennya berjalan secara efektif. Lawang (2005)
menyatakan bahwa norma bersifat resiprokal, artinya, isi dari norma yang
terkandung dalam kedua belah pihak menyangkut hak dan kewajiban yang dapat
menjamin keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan tertentu.
Aturan Sesama Pedagang Kaki Lima (PKL)
Berdagang adalah pekerjaan yang sifatnya sangat fluktuatif. Untung-rugi
datang dengan tidak menentu. Pedagang Kaki Lima (PKL) juga mengalami hal
yang sama. Untung-rugi bisa terjadi kapan saja, penggusuran bisa terjadi kapan
saja, pembeli yang terkadang sepi dan terkadang ramai, para PKL yang saling
35
serobot tempat dan pembeli satu sama lain sehingga perlu adanya aturan antar
sesama PKL. PKL yang berjualan disekitar Kebun Raya Bogor (KRB)
mempunyai aturan-aturan tersendiri dalam menjalankan usahanya. Masingmasing PKL mempunyai prinsip usaha yang berbeda-beda akan tetapi pada
dasarnya mereka saling menghormati dalam menjalankan usaha mereka.
Tidak ada aturan khusus bagi PKL dalam menarik pelanggan akan tetapi
mengambil calon pembeli yang sudah ada di suatu tempat berjualan salah satu
PKL adalah suatu kesalahan yang dapat memicu perkelahian. Selain itu para PKL
juga mempunyai kesepakatan-kesepakatan tertentu, misalnya dalam hal
penggusuran. Para PKL saling membantu dalam penyebaran informasi apabila
akan ada penggusuran, apabila ada kamtib yang datang, apabila petugas kamtib
(Keamanan dan Ketertiban) melakukan kekerasan apa yang akan dilakukan dan
bagaimana mengambil barang-barang mereka kembali apabila ada barang untuk
kebutuhan jualan mereka yang diambil oleh kamtib. Ini merupakan kerjasama
yang penting antar para PKL, dan apabila ada PKL yang tidak saling membantu
dalam penggusuran akan dikucilkan oleh pedagang lainnya dan bahkan tidak akan
diberikan kesempatan jualan ditempat itu lagi.
Hubungan antara Aturan Sesama PKL dengan Jenis Usaha PKL
Jenis usaha berpengaruh terhadap aturan yang berlaku antar sesama PKL.
Hal ini disebabkan oleh sebab-akibat yang dihasilkan oleh suatu usaha. Aturan
berdasarkan jenis usaha adalah aturan mengenai posisi satu penjual dengan
penjual lainnya. Penjual bakso tidak akan tepat bersebelahan dengan penjual
bakso lainnya, dan apabila itu terjadi maka penjual bakso yang lebih awal berada
di tempat itu lebih berhak untuk tetpa berjualan di tempat tersebut. Penjual bakso
akan bersebelahan dengan penjual mie ayam dan penjual minuman. Ini merupakan
kerjasama antar PKL tersebut agar lebih efektif dalam berjualan dan saling tolong
menolong. Apabila ada pembeli yang membeli mie ayam, maka penjual mie ayam
akan menawarkan apakah pakai bakso atau tidak dan terakhir akan menawarkan
minuman yang diinginkan pembeli tersebut. Selain itu biasanya mereka menjadi
memiliki kedekatan yang lebih dibandingkan dengan PKL lainnya, mereka akan
saling menggantikan apabila salah satu dari mereka tidak bisa menjaga karena ada
keperluan misalnya ke toilet atau pergi shalat.
Berbeda halnya dengan penjual sate. Penjual sate biasanya tidak
berdampingan dengan penjual makanan lainnya. Hal ini disebabkan oleh asap dari
pembakaran sate yang selain mengganggu kenyamanan pembeli juga bisa
merusak cita rasa makanan disebelahnya. Penjual sate biasanya akan berjualan di
lokasi yang dipojokan dan bukan bersebelahan tepat dengan penjual makanan
lainnya, akan tetapi penjual sate di sekitar KRB berjualan didekat tukang bunga
dan tukang buah.
Akan tetapi penjual martabak paling berbeda dibanding penjual-penjual
lainnya. Apabila kita ingin membeli martabak kita tinggal hanya datang ke sekitar
KRB dan akan menemukan penjual martabak berjejeran di satu lokasi yang
berdekatan sehingga akan membuat pembeli bingung membeli dimana. Penjual
martabak mengaku tidak ada masalah walau mereka semua yang berdekatan
sama-sama menjual martabak. Menurut mereka rezeki sudah ada yang atur. Selain
itu penjual martabak yang menjadi responden penelitian ini masih memiliki
36
hubungan saudara satu sama lain sehingga tidak mempermasalahkan lokasi
mereka yang berdampingan dan sama-sama menjual martabak.
PKL yang menjual suatu makanan atau minuman yang mempunyai tokeh
biasanya mempunyai ciri khas yang berbeda lagi, misalnya penjual pempek,
penjual es cingcau, penjual ice durian, penjual bakso tusuk. PKL yang sejenis ini
biasanya cenderung berjualan secara berpindah-pindah dan tidak begitu
mempersalahkan lokasi. Salah seorang penjual pempek yang juga responden
penelitian ini mengatakan:
“ Kita mah ya neng ya, rezeki kan ga ada yang tahu ya? Ya kalau
misalnya saya lagi jamnnya keliling nih ya, trus tiba-tiba ada yang
manggil mau beli pempek sementara disitu udah ada yang jual pempek,
ya udah atuh saya berhenti dan melayani pembeli tersebut. Dan teman
saya yang sudah terlebih dahulu disitu juga tidak mempersalahkannya”
(Supardi 42 tahun).
Tingkat norma yang dimiliki oleh migran PKL dapat dikatakan tinggi
sehingga norma sangat berperan dalam mengontrol aktivitas para PKL dalam
melanjutkan aktivitas usaha kaki limanya.
Tabel 11 Tingkat norma responden migran PKL
Norma
Frekuensi
Persentase (%)
Tinggi
Rendah
Total
25
15
40
62.5
37.5
100.0
Aturan-aturan yang dimiliki oleh para PKL menjadi ciri khas mereka
masing-masing dan menjadi modal para PKL untuk menjalankan usaha mereka
dan tetap menjalin interaksi yang baik antar sesama PKL itu sendiri. Aturan
biasanya berupa aturan yang tidak tertulis namun sudah seperti kebiasaan dan
turun-temurun. Tidak ada yang tahu siapa pencetus kebiasaan-kebiasaan yang
terjadi dalam mereka menjalankan usaha akan tetapi para PKL responden
penelitian ini mengaku bahwa aturan-aturan tersebut sudah berlangsung lama dan
mereka tidak pernah mempermasalahkannya.
Download