PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi beras yang
cukup tinggi, yaitu mencapai 139.15 kg/orang/tahun dengan jumlah penduduk
mencapai 237,556,365 jiwa, sedangkan gabah kering yang dihasilkan hanya
68,956,292 ton, masih kurang untuk memenuhi kebutuhan nasional. Laju
pertambahan penduduk yang tinggi menyebabkan permintaan terhadap beras
meningkat setiap tahunnya. Sementara areal panen yang semakin sempit dan
faktor alam menyebabkan produksi beras mengalami penurunan, sehingga untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia masih tetap dilakukan impor.
Menurut BPS (2011) impor beras Indonesia mencapai 2,75 juta ton. Salah satu
alternatif pemecahan masalah untuk menghadapi kelangkaan bahan pangan adalah
melalui substitusi dengan tanaman yang mengandung karbohidrat lainnya, salah
satu tanaman yang berpotensi untuk mendukung fungsi beras adalah sorgum
(Suarni 2004).
Sorgum dapat digunakan sebagai bahan pangan, pakan ternak, serat, pupuk,
dan bioenergi (bioetanol) (Supriyanto 2012). Sebagai bahan pangan, nilai gizi
sorgum cukup memadai yaitu mengandung sekitar 83% karbohidrat, 3,5% lemak,
dan 10% protein (basis kering). Komposisi kimia dan zat gizi sorgum mirip
dengan gandum dan serealia lain. Rendahnya mutu tepung sorgum disebabkan
oleh tingginya kadar protein prolamin (asam amino yang tidak larut dalam air)
sehingga nilai gizinya relatif rendah. Namun demikian, menurut Suarni (2004)
belum ada bukti yang menunjukkan bahwa prolamin bersifat merugikan bila
sorgum diolah dengan baik.
Sungkono et al. (2009) menyatakan bahwa sebagai bahan baku bioenergi,
sorgum memenuhi tiga syarat utama yaitu tidak berkompetisi dengan tanaman
pangan, produktivitas tinggi, dan biaya produksi yang rendah. Tanaman sorgum
mempunyai keistimewaan lain yaitu lebih tahan terhadap kekeringan bila
dibandingkan dengan tanaman palawija lainnya serta dapat tumbuh hampir di
setiap jenis tanah (Laimeheriwa 1990).
Tanaman sorgum (Sorgum bicolor (L)) berasal dari India, merupakan
tanaman yang kuat pertumbuhannya dengan rata-rata tinggi 100-110 cm.
Tanaman sorgum mirip dengan tanaman jagung. Di Indonesia, biji sorgum dikenal
dengan berbagai nama daerah, antara lain yaitu jagung pari, cantel, gandum ancer
(Jawa), jagung cetrik, gandrung, gandrum,degem, kumpay (Sunda) wataru hamu
(Sumba), sela (Flores), bata (Bugis), jagung garai, gandum (Minangkabau)
(Susila, 2005).
Warna biji dapat menunjukan kegunaannya. Varietas yang berwarna lebih
terang akan menghasilkan tepung yang lebih putih dan tepung ini cocok untuk
dijadikan makanan lunak, seperti roti dan lainnya. Sedangkan varietas yang
berwarna gelap akan menghasilkan tepung yang berwarna gelap dan rasanya
pahit. Tepung jenis ini cocok untuk bahan dasar minuman (Laimeheriwa, 1990).
Biasanya warna kulit biji sorgum terkait dengan kadar tanin dalam biji
sorgum yang sebagian besar terdapat pada lapisan testa. Sorgum yang
mengandung tanin tinggi biasanya kulit bijinya (testa) berwarna merah tua atau
2
coklat, sedangkan biji yang berwarna krem umumnya kandungan taninnya rendah.
Kandungan tanin pada biji sorgum dapat berkurang dengan dilakukan
penyosohan, namun penyosohan dapat mengurangi kandungan lemak pada biji
sorgum, karena sebagian besar mineral terdapat pada bagian kulit luar dari biji
sorgum yang terbuang sebagai dedak saat proses penyosohan (Sujatmiko et al.
2010).
Suarni (2004) menyatakan bahwa kandungan tanin biji sorgum menurun
drastis setelah penyosohan, penurunan kadar tanin sampai 75% yaitu dari1.823.98% menjadi 0.36-1.72%, namun protein ikut terbawa akibat bagian endosperm
yang dekat dengan aleuron banyak yang terkikis. Dengan menurunnya kadar tanin
ini, rasa pahit atau kesat berkurang dan dapat menghilangkan zat anti nutrisi tanin
dalam biji sorgum.
Pengembangan varietas sorgum sudah banyak dilakukan untuk
mendapatkan sorgum unggul. Sejumlah galur mutan tanaman sorgum dengan
sifat-sifat agronomi unggul seperti tahan rebah, genjah, produksi tinggi, kualitas
biji baik, dan lebih tahan terhadap kekeringan telah dihasilkan. Akan tetapi,
dengan sifat agronomi yang unggul saja belum bisa menjamin sorgum tersebut
tahan selama penyimpanan akibat serangan hama gudang (Sungkono et al. 2009).
Di daerah tropis seperti Indonesia, serangga merupakan penyebab utama
terjadinya susut dan kerusakan selama penyimpanan, tingkat kerusakan yang
diakibatkan serangga hama gudang mencapai 30% (Mas’ud 2007). Selain itu,
serangga juga dapat mengotori berbagai komoditas bahan pangan dengan ekskresi
(kotoran) dan eksuvia (kulit luar yang ditinggalkan stadia pra dewasa) yang dapat
menimbulkan berbagai bahaya baik bagi kesehatan maupun berkurangnya daya
terima konsumen.
Salah satu hama pascapanen yang menyebabkan kerusakan pada biji-bijian
adalah Rhyzopertha dominica (F.). Serangga yang tergolong hama primer ini
mampu berkembang biak dan menimbulkan kerusakan pada berbagai jenis biji
serealia biji utuh. Masa hidup serangga ini sebagian besar berada pada fase larva
dan imago yang cukup lama sehingga tingkat kerusakan yang diakibatkannya
cukup tinggi (Park et al. 2008).
Kerugian akibat serangan R. dominica yaitu biji yang diserang menjadi
berlubang-lubang dan menghasilkan banyak serbuk hasil gerekan. Larva maupun
imago merupakan pemakan biji yang sangat rakus sehingga kerusakan pada
komoditas yang disimpan lebih besar dibandingkan hama lain (Vardmen et al.
2006).
Kerusakan akibat serangan R. dominica menyebabkan terjadinya
penurunan kualitas biji (Williams et al. 1981). Infestasi yang disebabkan oleh
kumbang ini juga berpengaruh terhadap rendahnya kandungan asam amino pada
biji gandum, jagung, dan sorghum (Jood et al. 1995). Menurut Marinez (1997),
kerusakan yang diakibatkan R. dominica berpengaruh terhadap kualitas tepung.
Penggunaan varietas tahan dalam pengendalian hama akan sangat
menguntungkan karena akan mudah diadopsi oleh para petani, praktis, relatif
murah, dan aman terhadap lingkungan. Akan tetapi informasi mengenai varietas
yang tahan terhadap serangan hama gudang ini masih sedikit, sehingga kajian
resistensi beberapa varietas sorgum terhadap R. dominica perlu dilakukan.
3
Tujuan
Mengetahui resistensi lima vairetas sorgum terhadap R. dominica selama
masa penyimpanan dan faktor yang memengaruhinya.
Manfaat Penelitian
Tersedianya informasi mengenai varietas sorgum yang resisten terhadap R.
dominica dan mengetahui faktor yang memengaruhinya.
Download