BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komplikasi paru akibat penyakit ginjal kronik (PGK) dapat berupa edema paru akibat kelebihan volume cairan tubuh dan kalsifikasi pembuluh akibat dari gangguan metabolisme kalsium dan phospor. Pada beberapa penyakit juga dijumpai kelainan pada pembuluh darah paru dan ginjal secara bersamaan seperti Wegener’s granulomatosis, Systemic lupus erythematosus dan Goodpasture’s syndrome (Pierson, 2006). Saat ini, telah banyak studi yang dilakukan yang melihat angka kejadiannya peningkatan Tekanan Arteri Pulmonalis (TAP) pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis (HD) reguler terutama pasien yang menggunakan AV fistula permanen. Selain penggunaan fistula AV permanen, ada beberapa faktor lain yang diduga berperan dalam peningkatan TAP ini. Misalnya oleh karena uremia, anemia, menurunnya kadar Nitric Oxide (NO), peningkatan Endothelin-1 (ET-1), maupun akibat peningkatan beban jantung yang terutama dijumpai pada pasien PGK dengan Interdialytic Weight Gain (IDWG) yang besar. Faktor lain adalah akibat gangguan hormon paratiroid (PTH) dan kebiasaan merokok (smoking habit) yang berperan dalam kalsifikasi pembuluh darah pulmonalis dan menyebabkan peningkatan resistensi pulmonalis. Peningkatan TAP berhubungan erat dengan kejadian Hipertensi Pulmonalis ( HTP) (Nakhoul, 2005). HTP memiliki angka mortalitas 30,8% (Abdelwhab et al, 2009). Patofisiologi yang mendasari timbulnya HTP pada PGK yang memakai akses vaskuler masih belum sepenuhnya dipahami. Mekanisme utama yang diduga berperan adalah akses vaskular buatan (fistula AV) yang umum dijumpai pada pasien PGK dengan HD reguler. Fistula ini menyebabkan peningkatan Cardiac Output (CO) yang berarti juga peningkatan volume darah pada pembuluh darah paru. Pada orang sehat peningkatan CO tidak serta merta menyebabkan peningkatan TAP, karena adanya kemampuan adaptif pembuluh darah paru, namun pada pasien PGK, kemampuan adaptif ini berkurang. Tindakan HD juga menyebabkan keadaan hipoksemia yang terjadi sesaat setelah set HD dihubungkan ke mesin. Beberapa fenomena yang diduga berperan 20 Universitas Sumatera Utara terhadap kejadian hipoksemia ini adalah perubahan dari kurva dissosiasi oksihemoglobin yang disebabkan oleh peningkatan pH selama dialisis, penekanan terhadap pusat pernafasan, gangguan difusi oksigen, leukostasis pada pembuluh darah paru yang menyebabkan ketidak seimbangan ventilasi-perfusi, serta hipoventilasi alveolar yang disebabkan oleh CO 2 yang berdifusi ke dialisat (Pierson, 2006). Dengan menggunakan tes faal paru, klinisi dapat memprediksi adanya gangguan fungsi organ-organ pernafasan secara umum, seperti gangguan parenkim paru, saluran nafas dan gangguan pusat pernafasan, dan dapat membedakan tipe gangguan paru obstruktif atau restriktif, serta mengevaluasi kekuatan otot pernafasan dan fungsi pertukaran gas. Pada kondisi uremia pulmonologis umumnya menggunakan tes fungsi jalan nafas seperti spirometri dasar dan manuver FVC sebagai tes awal untuk mengevaluasi derajat aliran udara di saluran nafas dan volume paru. Pemeriksaan tersebut di atas jika dilakukan pada pasien-pasien PGK dapat menunjukkan adanya gangguan yang bervariasi, mulai dari fungsi paru yang normal sampai dengan adanya gambaran penurunan minimal dari parameter fungsi jalan nafas kecil bahkan sampai gangguan yang menyebabkan penurunan volume paru dalam derajat yang berat, sebagaimana pada kasus edema pulmonum (Karacan, 2009). Data mengenai faal paru pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis reguler dengan hipertensi pulmonal dan tanpa hipertensi pulmonal sampai saat ini sepengetahuan penulis belum ada dilaporkan di Indonesia. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hal tersebut diatas. 1.2. Perumusan Masalah Apakah faal paru pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis reguler dengan hipertensi pulmonal berbeda dibandingkan yang tanpa hipertensi pulmonal. 21 Universitas Sumatera Utara 1.3. Hipotesa Ada perbedaan faal paru pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis reguler dengan hipertensi pulmonal dibandingkan tanpa hipertensi pulmonal. 1.4. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui faal paru pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis reguler dengan hipertensi pulmonal dan tanpa hipertensi pulmonal. 1.5. Manfaat Dengan mengetahui gambaran faal paru pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis reguler maka kita dapat menangani kelainan paru sedini mungkin. 22 Universitas Sumatera Utara