PENGARUH BERBAGAI PUPUK DAUN

advertisement
PENGARUH BERBAGAI PUPUK DAUN TERHADAP
PERTUMBUHAN KANGKUNG DARAT (Ipomea reptans Poir)
Sigit Aditama
A14060625
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
SIGIT ADITAMA. Pengaruh berbagai Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan
Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir). Dibimbing oleh GUNAWAN
DJAJAKIRANA.
Indonesia merupakan negara agraris, yang berarti pertanian memegang
peranan penting dalam perekonomian Nasional. Untuk itu, sektor pertanian
memerlukan perhatian lebih sehingga produksi maupun produktivitasnya dapat
ditingkatkan. Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk mendukung hal
tersebut ialah penggunaan pupuk. Pemberian pupuk untuk keperluan tanaman
dapat dilakukan melalui tanah yang selanjutnya dapat diserap oleh tanaman
melalui akar, atau dapat juga pemupukan dilakukan melalui daun yang langsung
diserap oleh tanaman. Pada kondisi pasar bebas bagi perdagangan pupuk seperti
sekarang ini, petani dihadapkan pada berbagai pilihan jenis dan merek pupuk yang
jumlahnya semakin banyak dengan mutu yang sangat beragam. Berkaitan dengan
hal tersebut maka diperlukan pengetahuan mengenai keragaman pupuk yang ada
di pasaran maupun pupuk yang dibuat berdasarkan kearifan lokal.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan membuat pupuk buatan serta
mengetahui pupuk mana yang paling baik dalam meningkatkan kesuburan tanah
dan produktivitas tanaman. Dalam penelitian digunakan tanaman kangkung darat
untuk pengujiannya. Bahan pupuk artifisial dibuat dari senyawa-senyawa kimia
yang ada di pasaran. Penanaman dilaksanakan di rumah plastik di belakang
Laboratorium Pengembangan dan Sumberdaya Fisik Lahan. Analisis kadar hara
urin kambing Etawah, pembuatan pupuk artifisal (SA1) serta analisis tanaman
dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, dan Laboratorium
Pengembangan Sumberdaya Fisik dan Lahan, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan, di mana perlakuannya adalah
meliputi Kontrol (K), Pupuk SA1 (PA), Pupuk Cair GDP (PB), Pupuk Cair GDL
(PC), Pupuk Cair Gandasil (PG), dan Pupuk Cair Urin Kambing (PU).
Pemberian pupuk pada semua perlakuan memberikan pengaruh nyata
terhadap pertumbuhan maupun produksi tanaman. Perlakuan PA maupun PU
memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar dan serapan hara, di mana PA
memiliki kadar dan serapan hara unsur N, P, dan K lebih tinggi dibandingkan PU.
Selain itu PA memiliki kadar dan serapan Ca yang lebih rendah, kadar Mg yang
sama besar serta serapan Mg yang lebih rendah dibandingkan PU. Untuk tingkat
efisiensi, PA kembali memiliki tingkat efisiensi N dan K yang lebih tinggi, tingkat
efisiensi P yang sama besar, dan tingkat efisiensi Ca dan Mg yang lebih rendah
dibandingkan PU. Secara umum, baik pupuk urin maupun pupuk artifisial SA1
mempunyai nilai yang lebih baik dibandingkan pupuk Gandasil D. Selain itu,
pupuk SA1 layak dipergunakan dan dikembangkan sebagai salah satu alternatif
pupuk cair.
Kata Kunci : Urin Kambing Etawah, Pupuk Daun, Kangkung
SUMMARY
SIGIT ADITAMA. Effect of Various Leaf Fertilizers on the Growth of
Water Spinach (Ipomea reptans Poir). Supervised by GUNAWAN
DJAJAKIRANA
Indonesia is an agricultural country, it means that agriculture has an
important role in the national economy. Therefore, the agricultural sector requires
more attention to production and productivity can be improved. An effort has
been made to support this, through the use of fertilizers. Added of fertilizer for
plants can be done through the soil which can then be absorbed by plants through
the roots, or can also be done through a leaf fertilizer directly absorbed by plants.
In free market conditions for trade in fertilizer, as now, farmers are faced with a
wide selection of types and brands of fertilizer with an increasing number of very
varied quality. In connection with this it would require knowledge about the
diversity of fertilizers on the market or fertilizer which is made based on local
wisdom.
This research was conducted with the aim of creating leaf fertilizers as
well as knowing where the best fertilizer to improve soil fertility and crop
productivity. This research used water spinach for testing the efficiency of the
fertilizers used in this experiment. Leaf fertilizer ingredients made from chemical
compounds which are available on the market. Planting was carried out in a
plastic house in the back of Laboratory of Physical Development and Land
Resources. Analysis of nutrient concentration of goat urine, making leaf ferlilizer
and plant analysis were performed at the Laboratory of Chemistry and Soil
Fertility, and the Laboratory of Physical Development and Land Resources,
Department of Soil Science and Land Resources, Faculty of Agriculture, Bogor
Agricultural University. This research using Completely Randomized Design
(CRD) with 6 treatments and 3 replications, where the treatments are to include
controls (aquadest), SA1 Fertilizer (PA), Liquid Fertilizer GDP (PB), Liquid
Fertilizer GDL (PC), Gandasil D (PG), and Etawah Goat Urine (PU).
Addition of fertilizer in all treatments gave a significant effect on the
growth and crop production. PA and PU treatment provides a significant influence
on the concentration and nutrient uptake, in which PA had higher concentration
and nutrient uptake of elements N, P, and K than PU. In addition, PA had lower
concentration and nutrient uptake of Ca, Mg concentration are equal, and nutrient
uptake of Mg was lower than PU. For the fertilizer efficiency, PA has the highest
efficiency of N and K, the same level of P efficiency, and lower efficiency of Ca
and Mg than PU. Generally, both Etawah Goat urine and SA fertilizer have a
better value than Gandasil D. In addition, SA1 fertilizer can be used as one
alternative liquid fertilizer.
Keywords : Etawah Goat Urine, Leaf Fertilizer, Water Spinach
PENGARUH BERBAGAI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN
KANGKUNG DARAT (Ipomea reptans Poir)
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
SIGIT ADITAMA
A14060625
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Judul Penelitian
: Pengaruh berbagai Pupuk Daun terhadap
Pertumbuhan Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir)
Nama
: Sigit Aditama
NRP
: A14060625
Menyetujui,
Pembimbing
Dr. Ir. Gunawan Djajakirana
NIP. 19580824 198203 1 004
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc.
NIP. 19621113 198703 1 003
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor 24 April 1989 dari pasangan H. Janudin dan
Raden Hj. Denih Puspitaningrum. Penulis merupakan anak sulung dari tiga
bersaudara.
Penulis memulai studinya di Taman Kanak-Kanak (TK) Karya Bhakti
pada tahun 1993 dan kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN)
Citeureup IV pada tahun 1994 dan lulus pada tahun 2000. Penulis melanjutkan
studinya ke jenjang Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Cibinong pada
tahun 2000 dan lulus pada tahun 2003. Setelah itu, penulis melanjutkan studinya
ke jenjang Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Citereup pada tahun 2003
dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis diterima di IPB melalui jalur
masuk Undangan Saringan Masuk IPB (USMI). Setelah menjalankan Tingkat
Persiapan Bersama (TPB) penulis diterima di Program Mayor Manajemen
Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian.
Selama menjalankan studinya di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif
menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) pada tahun 2007
dan ditempatkan pada Staf Divisi Infokom dan pada tahun 2008 penulis masih
aktif dalam kepengurusan HMIT serta menjabat sebagai Kordinator Divisi
Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan pada tahun tersebut penulis menjadi
ketua pada seminar “Soil n Oil Palm”. Seminar tersebut bertema “Potensi
Pengembangan Kelapa Sawit Berkelanjutan Berkaitan di Indonesia: Tinjauan
Aspek Lahan” dengan tujuan dari seminar tersebut yakni sebagai wacana
komunikasi dan dialog mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan
pengembangan kelapa sawit di Indonesia.
Selama menjadi mahasiswa, penulis juga pernah menjadi asisten
praktikum mata kuliah Biologi Tanah pada tahun 2008, mata kuliah Bioteknologi
Tanah, Geomorfologi dan Analisis Lanskap serta mata kuliah Sistem Informasi
Geografi pada tahun 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh
berbagai Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Kangkung Darat (Ipomea reptans
Poir)”. Penelitian ini bertujuan membuat pupuk buatan serta mengetahui pupuk
mana yang paling baik dalam meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas
tanaman berdasarkan pada tanaman Kangkung Darat dalam percobaan rumah
plastik pada Latosol Dramaga.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Gunawan Djajakirana, MSc. selaku dosen pembimbing skripsi atas
bimbingan, bantuan, saran, motivasi serta kesabaran yang diberikan selama
proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Basuki Sumawinata dan Dr. Darmawan yang telah bersedia menguji dan
memberikan saran dalam perbaikan skripsi ini.
3. Kedua orangtua penulis yang selalu memberikan masukan, saran sera
semangat.
4. Seluruh staf Laboratorium Pengembangan dan Sumberdaya Fisik Lahan,
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB
yang telah memberikan bantuan selama melakukan analisis di laboratorium.
Juga untuk seluruh Staf perpustakaan dan Tata Usaha atas seluruh bantuan
yang diberikan pada penulis.
5. Sahabat satu perjuangan sejak awal masa studi di MSL’43, Melita yang
senantiasa menjadi teman dalam menjalani penelitian
6. Semua pihak-pihak lain yang tidak sempat tersebutkan yang telah membantu
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis sadar bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih
membutuhkan saran serta kritik. Namun demikian, penulis berharap agar tulisan
ini dapat berguna bagi yang membacanya.
Bogor, Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ..................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xxi
I. PENDAHULUAN ...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan……………………………………………………………………...2
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................3
2.1 Klasifikasi Pupuk.......................................................................................... 3
2.2 Pupuk Urin Kambing Etawah ........................................................................ 5
2.3 Pupuk Anorganik ........................................................................................... 7
2.4 Pupuk Daun dan Mekanisme Penyerapan Pupuk Melalui Daun ................... 7
2.5 Karaktristik Hara Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K) dalam Tanah
dan Tanaman…………………………………………………………….
9
2.6 Keuntungan dan Ekonomi Pupuk……………………………...………….12
2.7 Kangkung Darat ........................................................................................... 13
III. BAHAN DAN METODE ..............................................................................15
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 15
3.2 Bahan dan Alat ............................................................................................ 15
3.3 Metode Penelitian ........................................................................................ 16
3.3.1
Penelitian Pendahuluan .................................................................... 16
3.3.2
Pembuatan Pupuk SA1…………………………………………….16
3.3.3
Rancangan Penelitian ....................................................................... 17
3.3.4
Percobaan Rumah Kaca ................................................................... 18
3.4. Metode Penilaian Efisiensi Pupuk dan Persentase Hasil Produksi ............ 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................21
4.1 Hasil……..................................................................................................... 21
4.1.1
Hasil Analisis Tanah yang digunakan dalam Penelitian .................. 21
4.1.2
Hasil Analisis Pendahuluan Kandungan Hara Urin
Kambing Etawah .............................................................................. 22
4.1.3
Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Tanaman ..................................................................... 22
ix
4.1.4
Pengaruh Pemupukan terhadap Kadar Hara Tanaman .................... 24
4.1.5
Pengaruh Pemupukan terhadap Serapan Hara Tanaman ................. 24
4.1.6
Pengaruh Pemupukan terhadap Efisiensi Pupuk .............................. 25
4.2
Pembahasan ..................................................................................... 26
V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................30
5.1. Kesimpulan................................................................................................. 30
6.2.Saran …………………………………………………………………….30
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................31
LAMPIRAN ..........................................................................................................33
DAFTAR TABEL
Teks
Nomor
Halaman
1. Kandungan Unsur Hara Pupuk Urin dan Kompos Cair dari
Limbah Kambing................................................................................................. 6
2. Metode Analisis Kandungan Hara Urin ............................................................ 16
3. Kandungan Hara Pupuk Daun ……………………………………………… 17
4. Dosis Pupuk pada Berbagai Perlakuan ............................................................. 18
5. Karakteristik Tanah yang Digunakan dalam Percobaan ................................... 21
6. Hasil Analisis Kandungan Hara Urin Kambing Etawah ................................... 22
7. Pengaruh Pemupukan terhadap Tinggi Tanaman ............................................. 23
8. Pengaruh Pemupukan terhadap Bobot Basah dan
Bobot Kering Tanaman ..................................................................................... 23
9. Pengaruh Pemupukan terhadap Kadar Hara Tanaman ..................................... 24
10. Pengaruh Pemupukan terhadap Serapan Hara N, P dan K
Daun Tanaman .................................................................................................. 25
11. Pengaruh Pemupukan terhadap Efisiensi Pupuk.............................................. 26
Lampiran
1. Karakteristik Kambing Etawah .......................................................................... 34
2. Analisis Ragam Bobot Basah Total ................................................................... 34
3. Analisis Ragam Bobot Basah Batang dan Daun ................................................ 34
4. Analisis Ragam Bobot Basah Akar .................................................................... 35
5. Analisis Ragam Bobot Kering Batang dan Daun .............................................. 35
6. Analisis Ragam Bobot Kering Akar .................................................................. 35
7. Analisis Ragam Kadar N Tanaman .................................................................... 35
8. Analisis Ragam Kadar P Tanaman .................................................................... 36
9. Analisis Ragam Kadar K Tanaman .................................................................... 36
10. Analisis Ragam Kadar Ca Tanaman ................................................................ 36
11. Analisis Ragam Kadar Mg Tanaman ............................................................... 36
12. Analisis Ragam Serapan Hara N ...................................................................... 37
13. Analisis Ragam Serapan Hara P ...................................................................... 37
14. Analisis Ragam Serapan Hara K ...................................................................... 37
xi
15. Analisis Ragam Serapan Hara Ca .................................................................... 37
16. Analisis Ragam Serapan Hara Mg ................................................................... 38
17. Analisis Ragam Efisiensi N ............................................................................. 38
18. Analisis Ragam Efisiensi P .............................................................................. 38
19. Analisis Ragam Efisiensi K ............................................................................. 38
20. Analisis Ragam Efisiensi Ca ............................................................................ 39
21. Analisis Ragam Efisiensi Mg........................................................................... 39
22. Kandungan Hara Beberapa Pupuk Kandang .................................................... 39
DAFTAR GAMBAR
1. Sampel Kambing Etawah ........................................................................................ 40
2. Penyaringan Urin Kambing Etawah ....................................................................... 40
3. Pemilihan Benih Kangkung Darat .......................................................................... 40
4. Keragaman Tanaman Kangkung Darat pada Percobaan......................................... 41
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris, yang berarti pertanian memegang
peranan penting dalam perekonomian Nasional. Untuk itu, sektor pertanian
memerlukan perhatian lebih sehingga produksi maupun produktivitasnya dapat
ditingkatkan. Dalam upaya pencapaian produksi dan produktivitas, telah
dilakukan berbagai upaya melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi yang
berkaitan dengan faktor-faktor produksi maupun perluasan areal.
Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk mendukung hal tersebut ialah
penggunaan pupuk. Penggunaan pupuk di dunia dan Indonesia khususnya terus
meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan
penduduk, kenaikan tingkat intensifikasi serta makin beragamnya penggunaan
pupuk sebagai usaha peningkatan hasil pertanian.
Pupuk bagi petani merupakan produk yang sangat dibutuhkan dalam usaha
budidaya pertanian. Dalam usaha pertanian, pupuk memegang peranan yang
sangat penting bagi pertumbuhan tanaman, agar tanaman yang dipelihara dapat
menghasilkan produk pertanian sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mencapai
hasil produksi tanaman sesuai dengan yang diharapkan, tanaman memerlukan
faktor-faktor tumbuh yang optimum. Salah satu faktor tersebut adalah ketersedian
unsur hara di dalam tanah. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara
yang diperlukan oleh tanaman. Pemberian pupuk untuk keperluan tanaman dapat
dilakukan melalui tanah, yang selanjutnya dapat diserap oleh tanaman melalui
akar, atau dapat juga pemupukan dilakukan melalui daun yang langsung diserap
oleh tanaman.
Pada kondisi pasar bebas bagi perdagangan pupuk seperti sekarang ini,
petani dihadapkan pada berbagai pilihan jenis dan merek pupuk yang jumlahnya
semakin banyak dengan mutu yang sangat beragam. Berkaitan dengan hal tersebut
maka diperlukan pengetahuan mengenai keragaman pupuk yang ada di pasaran
maupun pupuk yang dibuat berdasarkan kearifan lokal. Penelitian ini menekankan
jenis pupuk yang diberikan melalui daun dan merupakan salah satu kajian untuk
mengetahui pupuk mana yang paling baik dalam mendukung pertanian. Dalam hal
ini digunakan pupuk yang sudah beredar luas di pasaran (Gandasil D) untuk
2
dibandingkan dengan jenis pupuk anorganik cair lain yang di buat berdasarkan
tingkat kebutuhan tanaman serta dibandingkan pula dengan pupuk organik cair
alami (urin kambing Etawah).
Kajian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pemerintah sebagai
penentu kebijakan, produsen yang bertanggung jawab terhadap hasil produknya
serta konsumen khususnya petani yang secara langsung menggunakan pupuk ini
dalam produksi pertaniannya.
Penelitian ini menggunakan tanaman kangkung darat untuk pengujiannya.
Kangkung darat dapat ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi. Kangkung
tergolong ke dalam famili Convolvulaceae. Pertumbuhan optimal kangkung
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Kangkung darat
menekankan daun dan batang sebagai unsur produksi dan konsumsi.
1.2 Tujuan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan membuat pupuk buatan serta
mengetahui pupuk mana yang paling baik dalam meningkatkan kesuburan tanah
dan produktivitas tanaman. Dalam penelitian digunakan tanaman kangkung darat
untuk pengujiannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk merupakan salah satu sumber penting dalam kehidupan tanaman.
Salah satunya, produksi pangan dunia ditentukan oleh sumbangan unsur hara yang
di dapat dari tanah dan pupuk-pupuk yang ditambahkan ke dalam tanah. Saat ini,
hal tersebut sangat diperlukan untuk menjamim kecukupan produksi pangan dan
mencegah penurunan produktivitas tanah akibat pengurangan unsur hara.
Cepatnya peningkatan populasi dunia mengakibatkan meningkatnya konsumsi
yang menjadikan pupuk-pupuk menjadi bagian integral dalam suplai pangan
(Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).
2.1
Klasifikasi Pupuk
Pupuk dapat dibedakan berdasarkan bahan asal, senyawa, fasa, cara
penggunaan, reaksi fisiologi, jumlah dan macam hara yang dikandungnya.
A. Berdasarkan asalnya dibedakan:
1. Pupuk alam ialah pupuk yang terdapat di alam atau dibuat dengan bahan
alam tanpa proses yang berarti. Misalnya: pupuk kompos, pupuk kandang, guano,
pupuk hijau dan pupuk batuan P.
2. Pupuk buatan ialah pupuk yang dibuat oleh pabrik. Misalnya: TSP,
urea, rustika dan nitrophoska. Pupuk ini dibuat oleh pabrik dengan mengubah
sumber daya alam melalui proses fisika dan atau kimia.
B. Berdasarkan senyawanya dibedakan:
1. Pupuk organik ialah pupuk yang berupa senyawa organik. Kebanyakan
pupuk alam tergolong pupuk organik: pupuk kandang, kompos, guano. Pupuk
alam yang tidak termasuk pupuk organik misalnya rock phosphat, umumnya
berasal dari batuan sejenis apatit [Ca3(PO4)2].
2. Pupuk anorganik atau mineral merupakan pupuk dari senyawa
anorganik. Hampir semua pupuk buatan tergolong pupuk anorganik.
C. Berdasarkan fasa-nya dibedakan:
1. Padat. Pupuk padat umumnya mempunyai kelarutan yang beragam
mulai yang mudah larut air sampai yang sukar larut.
2. Pupuk cair. Pupuk ini berupa cairan, cara penggunaannya dilarutkan
dulu dengan air. Umumnya pupuk ini disemprotkan ke daun karena mengandung
4
banyak hara, baik makro maupun mikro, harganya relatif mahal. Pupuk amoniak
cair merupakan pupuk cair yang kadar N-nya sangat tinggi sekitar 83%,
penggunaannya dapat lewat tanah (diinjeksikan).
D. Berdasarkan cara penggunaannya dibedakan:
1. Pupuk daun ialah pupuk yang cara pemupukan dilarutkan dalam air dan
disemprotkan pada permukaan daun.
2. Pupuk akar atau pupuk tanah ialah pupuk yang diberikan ke dalam
tanah di sekitar akar agar diserap oleh akar tanaman.
E. Berdasarkan reaksi fisiologisnya dibedakan:
1. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis masam artinya bila pupuk
tersebut diberikan ke dalam tanah ada kecenderungan tanah menjadi lebih masam
(pH menjadi lebih rendah). Misalnya: ZA dan Urea.
2. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis basis ialah pupuk yang bila
diberikan ke dalam tanah menyebabkan pH tanah cenderung naik misalnya: pupuk
chili salpeter, calnitro, kalsium sianida.
F. Berdasarkan jumlah hara yang dikandungnya dibedakan:
1. Pupuk yang hanya mengandung satu hara tanaman saja. Misalnya: urea
hanya mengandung hara N, TSP hanya dipentingkan P saja (sebetulnya juga
mengandung Ca).
2. Pupuk majemuk ialah pupuk yang mengandung dua atau lebih dua hara
tanaman. Contoh: NPK, amophoska, nitrophoska dan rustika.
G. Berdasarkan macam hara tanaman dibedakan:
1. Pupuk makro ialah pupuk yang mengandung hanya hara makro saja:
NPK, nitrophoska, gandasil.
2. Pupuk mikro ialah pupuk yang hanya mengandung hara mikro saja
misalnya: mikrovet, mikroplek, metalik.
3. Campuran makro dan mikro misalnya pupuk gandasil, bayfolan, rustika.
Sering juga ke dalam pupuk campur makro dan mikro ditambahkan juga zat
pengatur tumbuh (hormon tumbuh) (Widya, 2006).
5
2.2
Pupuk Urin Kambing Etawah
Devendra dan Burns (1994) melaporkan bahwa kambing merupakan
ternak bertanduk yang termasuk dalam kelas mamalia, ordo Artiodactyla, sub
ordo Ruminansia, famili Bovidae, genus Capra dan spesies Capra hircus.
Kambing Etawah adalah kambing tipe dwiguna yang merupakan
kombinasi antara produksi air susu dan daging (Ditjennak, 1981). Menurut
Devendra dan Burns (1994), persilangan kambing peranakan Etawah telah
dilakukan sejak tahun 1910-an dengan tujuan untuk memperbaiki mutu kambing
lokal sekarang keturunannya sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan
Indonesia.
Kambing Etawah bertubuh besar dengan kaki belakang berbulu panjang
dan tebal. Rata-rata bobot pejantan bervariasi antara 60-90 kg dan betina 50-60 kg
(Ditjennak, 1981) atau mempunyai bobot rata-rata 40-45 kg (Devendra dan Burns,
1994), produk susu sebanyak 201,96+6,65 kg selama laktasi 191+ hari dengan
produksi susu harian 1,752+0,031 kg (Ditjennak, 1981) atau menghasilkan
produksi susu sebanyak 200-562 kg dengan produksi susu harian 1,5-3,5 kg
selama masa laktasi 170-200 hari (Devendra dan Burns, 1994).
Karakteristik kambing Etawah yaitu mempunyai warna, termasuk warna
putih, merah coklat dan hitam. Telinga panjang, melipat dan menggantung dengan
panjang kurang lebih 30 cm, tinggi 70-80 cm (Devendra dan Burns, 1994).
Dari sudut nutrisi, pakan bagi ternak merupakan salah satu unsur yang
sangat penting dalam menunjang kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi. Pakan
yang baik akan menjadikan ternak sanggup melaksanakan fungsi proses produksi
dan reproduksi dalam tubuh secara normal (Prastowo, 1980).
Pakan yang diberikan untuk ternak kambing harus memenuhi kebutuhannya untuk hidup pokok dan bereproduksi (Ensminger, 2001). Pakan yang melebihi
kebutuhan pokok hidupnya akan dimanfaatkan untuk produksi yang lebih tinggi
(Devendra dan Burns, 1994). Kambing PE menyukai beragam tanaman berupa
daun kaliandra, mahoni, daun nangka, daun pisang, daun dadap, rumput setaria
dan rumput gajah (Astuti et al., 2002).
Menurut Atabany (2001), induk laktasi kambing PE dengan rataan bobot
hidup 48 kg, mengkonsumsi 8,19 kg pakan segar per hari, setara dengan 3,7%
6
bobot hidup. Pakan konsentrat, ampas tahu dan singkong yang diberikan selalu
habis dikonsumsi. Rataan banyaknya rumput yang dikonsumsi induk laktasi
76,63% dari pemberian rata-rata 4,19 kg per ekor per hari. Pemberian rumput
dilakukan tiga kali, sedangkan konsentrat dua kali sehari.
Menurut Devendra dan Burns (1994), ternak perah merupakan ternak yang
mampu
memproduksi
susu
melebihi
kebutuhan
anaknya
dan
dapat
mempertahankan produksi susunya sampai jangka waktu tertentu. Produksi susu
dipengaruhi oleh mutu genetik, umur induk, ukuran dimensi kambing, bobot
hidup,
lama
laktasi,
tata
laksana
yang
diberlakukan
terhadap
ternak
(perkandangan, pakan, kesehatan), kondisi iklim setempat, daya adaptasi ternak,
aktivitas pemerahan (Phalepi, 2004), bangsa, musim, masa birahi dan
kebuntingan, jumlah anak sekelahiran, lama masa kering, hormon, pakan dan
penyakit (Soddiq dan Abidin, 2002).
Pemberian input pada kambing memiliki kaitan yang erat dengan output
kambing, di mana faktor-faktor tersebut saling berintegralisasi. Oleh karena itu,
diperlukan analisa laboratorium untuk mengetahui kandungan hara output
kambing tersebut dan juga untuk menilai faktor-faktor apa yang berperan penting
dalam proses tersebut. Hasil analisis di laboratorium menunjukkan kadar hara N,
K, dan C organik pada biourin maupun biokultur lebih tinggi dibanding urin atau
cairan feses yang belum difermentasi.
Tabel 1. Kandungan unsur hara pupuk urin dan kompos cair dari limbah
kambing
Jenis Bahan
N
(%)
Kandungan hara
P
K
C-organik
(ppm)
(ppm)
(ppm)
Urin
Tanpa perlakuan
Dengan perlakuan
0.34
0.89
94
89
759
1770
3390
3773
Tanpa perlakakuan
Dengan perlakuan
0.27
1.22
69
84
422
962
2811
3414
Kompos
cair
-
Keterangan
Perlakuan pada urin : fermentasi 7 hari, pemutaran 6 jam
Perlakuan pada feses : fermentasi 7 jam
(Made, 2008)
7
2.3
Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik merupakan pupuk yang dibuat di pabrik secara kimia.
Pupuk anorganik dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah hara yang
menyusunnya, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal
merupakan pupuk yang mengandung hanya satu unsur hara. Sedangkan pupuk
majemuk merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur (Kasno,
2009a).
Sumber hara N adalah pupuk urea, ZA, DAP, KNO, dan NPK. Nitrogen
merupakan hara yang bersifat higroskopis atau mudah menyerap air dan mudah
larut dalam tanah. Hara N diserap tanaman dalam bentuk NH4+ dan NO3-. Kadar
NH4+ terlarut tertinggi terjadi pada saat pemupukan hingga hari ke 3 (Ibrahim dan
Kasno, 2008), mudah hilang dan tidak tersedia bagi tanaman. Nitrogen bersifat
mobil di dalam tanah. Sumber hara P adalah pupuk superfosfat, fosfat alam, DAP,
dan NPK. Hara P dalam tanah stabil atau tidak mudah hilang. Hara K bersumber
dari pupuk KCl, MOP, KNO3, dan NPK. Hara K dalam tanah bersifat mobil,
mudah bergerak dan pada tanah tua (Ultisol dan Oxisol) mudah tercuci.
Pupuk anorganik diberikan berdasarkan sifat tanah atau kesuburan tanah
dan varietas tanaman. Sifat tanah atau status hara tanah dapat diketahui dari hasil
analisis tanah di laboratorium atau dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).
Dosis pupuk untuk tanaman dengan hasil lebih tinggi, misalnya padi hibrida akan
lebih tinggi (Kasno, 2009b).
2.4
Pupuk Daun dan Mekanisme Penyerapan Pupuk Melalui Daun
Pupuk daun merupakan salah satu jenis pupuk majemuk. Disebut demikian
karena pembuatan pupuk daun bertujuan agar unsur-unsur yang terkandung di
dalamnya dapat diserap oleh daun atau untuk pembentukan zat hijau daun.
Penyerapan unsur hara dalam pupuk daun memang dirancang berjalan lebih cepat
dibanding dengan pupuk akar. Tanaman akan tumbuh cepat dan media tanam
tidak rusak akibat pemupukan yang terus menerus. Oleh karena itu, pemupukan
melalui daun dianggap lebih efektif dibandingkan dengan pupuk akar. Sayangnya,
pupuk daun mempunyai sifat cepat menguap.
8
Kelebihan pupuk daun dibanding pupuk akar adalah penyerapan hara
melalui mulut daun (stomata) berjalan cepat, sehingga perbaikan tanaman cepat
terlihat. Selain itu, unsur hara yang diberikan lewat daun hampir seluruhnya dapat
diambil tanaman dan tidak menyebabkan kelelahan atau kerusakan tanah. Seperti
diketahui pupuk yang diberikan lewat tanah tidak semuanya dapat diserap akar
tanaman karena sebagian difiksasi oleh tanah (misalnya P difiksasi oleh Al, Fe,
atau Ca, unsur K difiksasi oleh mineral liat, ilit dan sebagainya), tercuci bersama
air perkolasi, atau tererosi bersama butir-butir tanah. Adapun kekurangan pupuk
daun adalah bila dosis yang diberikan terlalu besar, maka daun akan rusak
(Hardjowigeno, 2003).
Pemberian pupuk lewat daun yang tepat adalah antara jam 7-9 pagi atau 5
sore dengan catatan tidak terjadi hujan paling cepat 2 jam setelah pupuk daun
diaplikasikan. Pupuk daun sebaiknya tidak diberikan saat malam hari, panas terik
atau menjelang hujan. Saat terik matahari, cahaya matahari merangsang
fotosintesis yang berakibat menurunnya kandungan CO kira-kira 0.03-0.02%,
tekanan turgor dari sel-sel juga menurun karena kehilangan air yang berlebih
akibat proses transpirasi (Harjadi, 1996). Bila disemprot pada malam hari, daun
sedang menutup, sehingga pupuk tidak sepenuhnya diserap oleh tanaman.
Pemupukan lewat daun sangat menguntungkan bila tanaman dihadapkan pada
kondisi: ketersediaan hara di tanah sangat rendah, topsoil kering dan terjadi
penurunan aktivitas akar selama fase reproduktif (Lingga, 2004). Prioritas
penyemprotan pada bagian bawah daun karena paling banyak terdapat stomata.
Faktor yang mempengaruhi efektivitas pemupukan ialah faktor cuaca, di mana
bila terjadi hujan maka akan mengurangi efektivitas penyerapan pupuk.
Penyemprotan saat suhu udara panas menyebabkan konsentrasi larutan pupuk
yang sampai ke daun cepat meningkat sehingga daun dapat terbakar. Contoh
pupuk daun yang beredar di pasaran yaitu Gandasil Daun 14-12-14 dilengkapi
dengan Mn, Mg, B, Cu dan Zn (Prasetya, 2011).
9
2.5.
Karaktristik Hara Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K) dalam Tanah
dan Tanaman
Sebagian besar Nitrogen (N) tanah berada dalam bentuk N organik maka
pelapukan N organik merupakan proses menjadikan N tersedia bagi tanaman.
Nitrogen dibebaskan dalam bentuk ammonium, dan bila keadaan baik ammonium
dioksidasikan menjadi nitrit kemudian nitrat (Soepardi, 1983).
Bentuk N yang diabsorpsi oleh tanaman berbeda-beda. Ada tanaman yang
lebih baik apabila diberikan NH4+ tetapi ada pula tanaman yang lebih baik apabila
diberikan NO3-. Tanaman padi sawah mengambil N biasanya dalam bentuk NH4+,
sebaliknya tanaman-tanaman darat mengabsorpsi bentuk NO3- yang terbanyak.
Nitrogen yang diserap ini di dalam tanaman diubah menjadi – N2 – NH- -NH2 -.
Bentuk reduksi kemudian diubah menjadi senyawa yang lebih kompleks dan
akhirnya menjadi protein. Protein ini bersifat katalisator dan sebagai pemimpin
dalam proses metabolisme. Protein-protein yang fungsionil tidak stabil, mereka
selalu pecah dan kemudian membentuk kembali.
Pemberian N yang banyak akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif
berlangsung hebat sekali dan warna daun menjadi hijau tua. Kelebihan N ialah
dapat memperpanjang umur tanaman dan memperlambat proses pematangan
karena tidak seimbang dengan unsur lainnya seperti P, K, dan S.
Tanaman serat yang kelebihan N akan melemahkan serat-seratnya,
sedangkan untuk tanaman biji-bijian akan menyebabkan tanaman rebah. Hal ini
terutama bila kekurangan kalium atau varietas yang dipakai tidak tahan terhadap
pemupukan N yang tinggi. Keburukan akibat pemupukan yang dikemukakan di
atas biasanya tidak terjadi bila unsur-unsur lain terdapat dalam keadaan yang
cukup. Dalam keadaan demikian pemupukan N biasanya sangat meningkatkan
produksi tanaman.
Kekurangan N biasanya menyebabkan pertumbuhan tanaman tertekan dan
daun-daun menjadi kering. Gejala khlorosis mula-mula timbul pada daun yang tua
sedangkan daun-daun muda tetap berwarna hijau. Kenyataan ini membuktikan
mobilitas N di dalam tanaman. Apabila akar tanaman tidak dapat mengambil N
yang cukup untuk pertumbuhannya maka senyawa N di dalam daun-daun tua akan
menjalani proses autolisis. Dalam hal ini, protein diubah menjadi bentuk yang
10
larut yang kemudian di translokasikan ke bagian daun yang lebih muda di mana
jaringan meristemnya masih aktif. Pada keadaan N yang rendah sekali, daun akan
menjadi coklat dan mati. Untuk jenis rumput-rumputan ujung-ujung daun tua
mula-mula akan mengering seperti terbakar dan menjalar ke seluruh daun melalui
ibu tulang dan melebar ke samping sehingga memberikan bentuk V
(Leiwakabessy et al, 2003).
Tanaman biasanya mengabsorpi P dalam bentuk H2PO4- dan sebagian
kecil dalam bentuk fosfat sekunder yakni H2PO42-. Absorpsi kedua ion itu oleh
tanaman dipengaruhi oleh pH tanah sekitar akar. Pada pH tanah yang rendah
absorpsi bentuk H2PO42- meningkat.
Selain kedua bentuk di atas mungkin juga bentuk pirofosfat dan metafosfat
dapat di ambil oleh tanaman. Tanaman juga dapat mengabsorpsi fosfat dalam
bentuk P-organik seperti asam nukleat dan phytin. Bentuk-bentuk ini berasal dari
dekomposisi bahan organik dan dapat langsung digunakan tanaman. Tetapi karena
tidak stabil dalam suasana di mana aktivitas mikroba tinggi, maka peranan mereka
sebagai sumber fosfat bagi tanaman di lapangan menjadi kecil.
Fosfat yang cukup akan memperbesar pertumbuhan akar. Fosfat
merupakan unsur yang mobil di dalam tanaman. Apabila terjadi kekurangan fosfat
maka fosfat di dalam jaringan yang tua di angkat ke bagian-bagian meristem yang
sedang aktif. Tetapi oleh karena kekurangan unsur ini menghambat seluruh
pertumbuhan tanaman, maka gejala yang jelas pada daun seperti halnya
kekurangan unsur-unsur N dan K jarang terlihat.
Peranan
fosfat
adalah
sangat
khusus
dalam
pertumbuhan
dan
perkembangan tanaman. Fosfat atau radikal fosforil di dalam sel-sel tanaman di
angkat ke golongan asepior melalui suatu reaksi yang disebut fosforilasi sehingga
reaktivitas dari suatu zat bertambah. Fosforiliasi akan mengurangi energi dari
aktivitas dari penghalang di dalam sel tanaman sehingga memungkinkan semua
reaksi-reaksi kimia di dalam proses biologi berlangsung sempurna dan dipercepat.
Perubahan fosfat di dalam tanaman terjadi dalam tiga tahap. Pada tahap
pertama fosfat anorganik diabsorpsi dan bereaksi dengan molekul atau radikal
organik, pada tahap kedua terjadi proses transfosforilasi di mana golongan fosforil
diubah menjadi molekul-molekul lain. Dan pada tahap ketiga, fosfat atau
11
pirofosfat dibebaskan dari “intermediated phosphorylated” oleh proses hidrolisa
ataupun melalui substitusi radikal organik. Sumber energi yang utama untuk
perubahan fosfat ke dalam berbagai bentuk kombinasi organik adalah energi
potensial oksidasi-reduksi yang dihasilkan dalam proses metabolisme oksidatif.
Beberapa peranan fosfat yang penting ialah dalam proses fotosintesa,
perubahan-perubahan karbohidrat dan senyawa-senyawa yang berhubungan
dengannya,
glikolisis,
metabolisme
asam-amino,
metabolisme
lemak,
metabolisme sulfur, oksidasi biologis dan sejumlah reaksi dalam proses hidup
(Leiwakabessy et al, 2003).
Jumlah K dalam tanah jauh lebih banyak daripada P. Masalah utama ialah
ketersediaan. Kalium diikat dalam bentuk-bentuk yang kurang tersedia. Jumlah K
yang dapat dipertukarkan atau tersedia bagi tanaman tidak melebihi 1 persen dari
seluruh kalium tanah (Soepardi, 1983).
Kalium diabsorpsi pada tanaman dalam bentuk K+. Bentuk dapat ditukar
atau bentuk yang tersedia bagi tanaman biasanya dalam bentuk pupuk K yang
larut dalam air.
Kebutuhan tanaman akan K cukup tinggi dan akan menunjukkan gejala
kekurangan apabila kebutuhannya tidak tercukupi. Dalam keadaan demikian maka
terjadi translokasi K dari bagian-bagian yang tua ke bagian-bagian yang muda.
Dengan demikian gejalanya mulai terlihat pada bagian bawah dan bergerak ke
ujung tanaman.
Berbeda dengan N, S, P, dan beberapa unsur lain, tidak dijumpai di dalam
bagian tanaman seperti protoplasma, lemak, dan selulosa. Fungsinya nampaknya
lebih bersifat katalisator. Selain itu, kalium memiliki peranan penting sekali
terhadap
peristiwa-peristiwa
fisiologis
seperti:
metabolisme
karbohidrat,
metabolisme nitrogen dan sintesa protein, mengawasi dan mengatur aktivitas
beragam unsur mineral, dan mengatur pergerakan stomata.
Peranan-peranan tersebut dapat di lihat dalam berbagai bentuk gejala
tumbuh. Daun-daun menjadi kering, melemahkan batang dari tanaman biji-bijian
dan mengakibatkan mudah rebah. Kekurangan kalium akan menyebabkan
produksi tanaman berkurang sekali. Sering terjadi bahwa walaupun produksi
berkurang sekali tetapi gejala kekurangan tidak timbul. Peristiwa ini dikenal
12
dengan nama kelaparan yang tersembunyi (hidden hunger) dan tidak saja terbatas
pada kalium tetapi juga berlaku untuk unsur hara yang lain (Leiwakabessy et al,
2003).
2.6
Keuntungan dan Ekonomi Pupuk
Membeli pupuk dengan analisis yang tinggi adalah lebih baik daripada
membeli dengan analisis rendah. Data harga menunjukkan bahwa makin tinggi
kadar analisisnya, terutama dari pupuk majemuk, makin banyak hara yang dapat
diperoleh dari tiap rupiahnya. Satu fakta harga yang perlu dingat pada waktu
membeli pupuk adalah harga relatif dari nitrogen, fosfor, dan kalium. (Soepardi,
1983).
Keuntungan usaha tani berasosiasi dengan produksi tinggi, di mana
keuntungan maksimal akan dicapai bilamana produksi dan harga jual tinggi.
Produksi lebih tinggi total biaya produksi per satuan juga tinggi, tetapi ongkos
biaya per satuan hasil lebih rendah dan keuntungan meningkat.
Faktor lain yang menjadi pertimbangan adalah dosis optimum, dosis
pupuk optimum sendiri dipengaruhi oleh harga pupuk dan harga jual produksi.
Bila harga pupuk naik dan harga jual tetap maka sudut persamaan garis ongkos
pemupukan ( ) akan naik, sehingga dosis optimum akan bergeser menjadi lebih
rendah, bila sebaliknya maka dosis optimum naik.
Dosis optimum akan berubah pada setiap tahun atau musim karena variasi
iklim, harga jual dan ongkos pupuk. Sehingga perlu dihitung berapa biaya yang
akan dikeluarkan dan berapa tingkat produksi serta harga jual yang diharapkan.
Sistem produksi di bidang pertanian selalu mempertimbangkan resiko, seperti
kebanjiran, kekeringan, dan serangan hama dan penyakit. Resiko ini menurunkan
produksi, namun dengan pengelolaan yang baik dapat mengurangi resiko
tersebut.
Selain itu, bila pemupukan terlau banyak secara ekonomik, kerugian sama
besarnya dengan tanaman pemupukan yang kurang pada proporsi yang sama.
Residu pupuk harus diperhitungkan pada pemupukan berikutnya sebagai
kompensasi pemupukan berlebih, bila efek residu masih terlihat. Pupuk yang
tersimpan dalam tanah, tentunya bila tidak tercuci, akan mengurangi dosis
13
optimum sampai beberapa musim, namun secara perhitungan ekonomi pupuk
bahwa residu pupuk pertanian yang mendalam dalam memperhitungkan dosis
optimum pupuk N sekitar1/3nya pada pemupukan musim berikutnya. Carry over
P dalam tanah sangat bervariasi dari 25 sampai dengan 60%, jumlah yang lebih
rendah bila cara panen dilakukan dengan mengangkut semua biomassa dari lahan
seperti tanaman rumput (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).
2.7
Kangkung Darat
Kangkung termasuk suku Convolvulaceae atau keluarga kangkung-
kangkungan. Merupakan tanaman yang tumbuh cepat dan memberikan hasil
dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Terna semusim dengan panjang 30-50
cm ini merambat pada lumpur dan tempat-tempat yang basah seperti tepi kali,
rawa-rawa, atau terapung di atas air. Biasa ditemukan di dataran rendah hingga
1.000 m di atas permukaan laut (Dalimartha, 2007).
Kangkung terdiri dua jenis, yakni kangkung darat yang disebut kangkung
cina dan kangkung air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa, atau parit.
Perbedaan antara kangkung darat dan kangkung air terletak pada warna bunga.
Kangkung air berbunga putih kemerah-merahan, sedangkan kangkung darat
bunga putih bersih.
Perbedaan lainnya adalah kangkung air berbatang dan berdaun lebih besar
daripada kangkung darat. Warna batangnya juga berbeda. Kangkung air berbatang
hijau, sedangkan kangkung darat putih kehijau-hijauan. Lainnya, kebiasaan
berbiji. Kangkung darat lebih banyak bijinya daripada kangkung air itu sebabnya
kangkung darat diperbanyak lewat biji, sedangkan kangkung air dengan cara stek
pucuk batang.
Kangkung mempunyai sifat manis, tawar, berefek sejuk. Sifat tanaman ini
masuk ke dalam meridian usus dan lambung. Efek farmakologis tanaman ini
sebagai anti racun (anti toksik), anti radang, peluruh kencing (diuretik),
menghentikan perdarahan (hemostatik), sedatif (obat tidur). Kangkung juga
bersifat menyejukkan dan menenangkan (Anonymous, 2008).
Kangkung juga memiliki kandungan mineral, vitamin A, B, C, asam
amino, kalsium, fosfor, karoten, dan zat besi. Karena berbagai kandungannya
14
itulah, kangkung memiliki sifat sebagai anti racun, peluruh perdarahan, diuretik
(pelancar kencing), anti radang, dan sedatif (penenang/obat tidur). Sebab itu tidak
heran bila kita mudah mengantuk setelah makan banyak dengan menu utama
kangkung. Sifat inilah yang membuat kangkung memiliki khasiat antara lain
mengurangi haid yang terlalu banyak, mengatasi keracunan makanan, kencing
darah, anyang-anyangan (kencing sedikit-sedikit dan rasanya nyeri), mimisan,
sulit tidur, dan wasir berdarah. Sebagai obat luar, kangkung bisa digunakan untuk
mengobati bisul, kapalan, dan radang kulit bernanah (Gklinis, 2003).
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat
dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin. Jumlah curah
hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000
mm/tahun. Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak
mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah. Tanaman
kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan
mudah membusuk (Aditya 2009).
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang meningkat dari 179 juta jiwa
pada tahun 1990 menjadi 206 juta jiwa tahun 2000 (Badan Pusat Statistik, 2005)
menyebabkan meningkatnya kebutuhan pangan, termasuk sayuran. Produksi
kangkung Indonesia tahun 2005 adalah 229.99 ton sedangkan konsumsi mencapai
1.02 juta ton (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008). Dikaitkan dengan
ketahanan pangan maka dibutuhkan upaya peningkatan pangan dengan laju yang
tinggi dan berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan volume pemasaran sayuran
untuk memenuhi kebutuhan yang belum tercukupi.
15
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret 2010 sampai dengan bulan Maret
2011. Pengambilan sampel urin kambing Etawah dilakukan pada bulan Maret
sampai dengan bulan Desember 2010 dengan waktu pengambilan sampel per 10
hari dengan 3 kali ulangan. Sedangkan percobaan rumah plastik berlangsung dari
bulan Desember 2010 hingga Maret 2011. Percobaan rumah plastik dilaksanakan
di Rumah Plastik di belakang Laboratorium Pengembangan dan Sumberdaya
Fisik Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian
Bogor. Analisis urin dan tanaman dilakukan di Laboratorium Biologi Tanah,
Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, dan Laboratorium Pengembangan dan
Sumberdaya Fisik Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampel urin kambing
Etawah yang diambil dari Peternakan kambing Etawah Sentul. Pupuk dasar yang
diberikan adalah urea dan ZA. Bahan pupuk artifisial dibuat dari senyawasenyawa kimia yang ada di pasaran. Benih yang digunakan dalam percobaan
adalah benih tanaman kangkung darat. Analisis urin dan tanaman menggunakan
beberapa bahan kimia.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kain kassa dan trash
bag (digunakan untuk menampung urin), botol film, hand sprayer, timbangan,
polybag (digunakan sebagai tempat media tanam), dan beberapa peralatan untuk
analisis urin dan tanaman serta pembuatan pupuk artifisial di laboratorium yaitu
labu kjeldhal, alat destilator, spectrophotometer, flamephotometer, atomic
absorption spectrophotometer (AAS). Selain itu, alat yang digunakan untuk
pengambilan contoh tanah dan pengeringan terdiri dari cangkul, skop, karung,
penumbuk tanah, saringan 5 mm, plastik.
16
3.3. Metode Penelitian
3.3.1
Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan ini terdiri dari pengambilan sampel urin kambing
Etawah yang diambil dari peternakan kambing Etawah Sentul. Urin ini kemudian
dianalisis sifat kimianya meliputi pengukuran pH, pengukuran EC, kandungan NTotal, amonium (NH4+), nitrat (NO3-), phospor (P), kalium (K), besi (Fe), tembaga
(Cu), seng (Zn), mangan (Mn), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg).
Sebagai gambaran pelaksanaan penelitian pendahuluan, dapat di lihat pada
Tabel 2 untuk metode-metode yang akan digunakan untuk analisis kandungan
hara urin.
Tabel 2. Metode Analisis Kandungan Hara Urin
3.3.2
Parameter Urin
Metode Analisis
Pengukuran pH
pH meter
Kandungan N-Total
Kjeldahl
Pengukuran EC
EC meter
Kandungan nitrat (NO3-)
Kjeldahl
Kandungan amonium (NH4+)
Kjeldahl
Kandungan phospor (P)
Spectrophotometer
Kandungan kalium (K)
Flame Photometer
Kandungan besi (Fe)
AAS
Kandungan tembaga (Cu)
AAS
Kandungan seng (Zn)
AAS
Kandungan mangan (Mn),
AAS
Kandungan kalsium (Ca)
AAS
Kandungan magnesium (Mg)
AAS
Pembuatan Pupuk SA1
Berdasarkan hasil analisis maka didapatkan standar kandungan hara dalam
urin kambing Etawah. Dari analisis tersebut terlihat bahwa urin kambing Etawah
memiliki potensi sebagai alternatif penggunaan pupuk daun, namun karena
produksi urin tidak banyak (2 sd 2.5 liter/hari) maka diperlukan upaya signifikan
untuk penggunaannya, sehingga dilakukan peniruan terhadap urin kambing
17
Etawah di mana kandungan hara urin tersebut dijadikan model dan pedoman
dalam pembuatan pupuk artifisial. Akan tetapi dalam proses peniruan dan
pembuatan pupuk artifisial SA1, kandungan hara urin kambing Etawah tidak di
tiru 100%.
Pupuk cair sebagai pupuk daun yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari 5 jenis mencakup 1 pupuk organik cair (pupuk urin kambing Etawah) dan 4
pupuk anorganik (pupuk cair SA1, GDP, GDL, dan Gandasil D). Masing-masing
memiliki kandungan hara yang berbeda.
Tabel 3 berikut ini menunjukkan
kandungan hara dari masing-masing pupuk cair.
Tabel 3. Kandungan Hara Pupuk Daun
Kandungan Hara
Pupuk Daun
N
(%)
P
(%)
K
(%)
Unsur Tambahan
Mg
(%)
Pupuk cair SA1
Pupuk cair GDP
3.06
10.00
0.40
6.00
0.49
11.00
Pupuk cair GDL
1.20
1.00
1.80
Unsur mikro
14.00
5.24
11.57
Unsur mikro
Pupuk cair Gandasil D
3.3.3
0.50
Unsur mikro
Unsur mikro
Rancangan Penelitian
Percobaan pot di rumah plastik berbahan Ultra Violet merupakan
percobaan faktor tunggal dengan 6 perlakuan dengan 3 ulangan sehingga jumlah
satuan percobaan sebanyak 18. Perlakuan yang diberikan tertera pada Tabel 4.
Rancangan yang dipakai adalah rancangan acak lengkap (RAL).
Analisis statistik meggunakan ANOVA (program SPSS 16) dan apabila
berpengaruh nyata selanjutnya dilakukan analisis lanjutan dengan menggunakan
Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) atau uji wilayah Duncan pada taraf α =
5%.
18
Perlakuan yang diperuntukkan untuk pengujian efektivitas Pupuk Cair ini
meliputi:
1.
Kontrol (K)
2.
Pupuk SA1 (PA)
3.
Pupuk GDP (PB)
4.
Pupuk GDL (PC)
5.
Pupuk Gandasil D (PG)
6.
Pupuk urin alami (PU)
Dosis anjuran Pupuk Cair adalah 5 liter/Ha. Pemupukan awal digunakan
dalam penelitian ini dengan pupuk N, P dan K yang dosisnya meliputi 150 kg
Urea/Ha, dan 100 kg ZA/Ha. Dosis masing-masing pupuk cair untuk setiap
perlakuan disajikan pada Tabel 4
Tabel 4. Dosis Pupuk pada Berbagai Perlakuan
Perlakuan
Kontrol (K)
Pupuk SA1 (PA)
Pupuk GDP (PB)
Pupuk GDL (PC)
Pupuk Gandasil D (PG)
Pupuk Urin Alami (PU)
3.3.4
Dosis
………...(semprot/polybag)……………
10
10
10
10
10
10
Percobaan Rumah Kaca
1. Pengambilan Bahan Tanah
Bahan tanah yang diambil adalah Latosol Darmaga yang diambil dari
lahan Kebun Percobaan University Farm di Cikabayan, Darmaga, Bogor pada
kedalaman 0-20 cm. Tanah yang diambil lalu dikering udarakan di rumah plastik
selama 1 hari, lalu diayak dengan ayakan 5 mm agar terpisahkan dengan bahan
lain. Bahan tanah yang sudah diayak kemudian dimasukkan ke polybag masingmasing sebanyak 5 kg BKM sebagai media penanaman tanaman kangkung darat.
19
2. Persiapan Inkubasi
Penetapan kadar air tanah didasarkan metode gravimetri. Pengeringan
tanah dilakukan pada suhu 105°C selama 24 jam. Kadar air (KA) dihitung sebagai
berikut:
Kadar Air ( KA ) = Bobot Tanah Awal – Bobot Tanah Kering Oven x 100 %
Bobot Tanah Kering Oven
3. Penanaman dan Pemeliharaan
Penanaman tanaman kangkung darat diawali dengan pemberian pupuk
dasar yaitu pupuk urea dan ZA. Pemberian pupuk tersebut dilakukan seminggu
sebelum tanam. Setelah itu, dilakukan pemilihan benih dengan cara memasukkan
benih ke gelas air mineral berisi air, di mana benih yang mengapung dibuang dan
benih terpilih adalah benih yang tenggelam di permukaan dasar gelas air mineral.
Benih-benih terpilih tersebut kemudian dipisahkan. Pada setiap polybag dibuat
lubang tanam dengan pola melingkar sebanyak 10 lubang, kemudian setiap lubang
diisi 2 sampai dengan 3 benih-benih yang sudah dipisahkan. Penanaman
kangkung darat sendiri dilakukan pada sore hari. Hal ini bertujuan agar benih
setelah ditanam tidak langsung mendapat udara kering sehingga benih cepat
berkecambah.
Penyiraman tanaman dilakukan setiap hari (pagi dan sore) untuk menjaga
ketersediaan air bagi tanaman, sedangkan pemupukan dilakukan seminggu sekali
dengan cara menyemprotkan pupuk cair ke bagian bawah daun tanaman. Selain
itu, dilakukan penyemprotan pestisida dengan menggunakan Decis dan Kelthane.
Penyemprotan dilakukan secara bergilir setiap 3 hari setelah penanaman untuk
masing-masing pestisida.
4. Pengamatan
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah variabel pertumbuhan
vegetatif dan produksi. Variabel pertumbuhan tanaman yang diamati adalah tinggi
tanaman. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman
mulai dari permukaan tanah sampai dengan ujung daun tertinggi setelah
20
diluruskan. Variabel produksi tanaman yang diukur terdiri dari bobot basah dan
bobot kering tanaman.
5. Pemanenan
Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 30 hari. Pemanenan
dilakukan secara serempak dengan cara mencabut tanaman sampai akarnya.
Setelah itu, biomassa tanaman yang berupa akar, daun, dan batang dicuci hingga
bersih untuk dilakukan penimbangan berat basah, berat kering dan analisis
tanaman. Analisis yang dilakukan pada biomassa tanaman meliputi penetapan
kadar hara N, P, K, Ca dan Mg total.
3.4.
Metode Penilaian Efisiensi Pupuk dan Persentase Hasil Produksi
Menurut Leiwakabessy & Sutandi (2004), metode perhitungan efisiensi
pupuk dapat digunakan untuk menilai sampai sejauh mana tanaman dapat
memanfaatkan unsur hara yang telah diserap untuk berproduksi lebih tinggi tanpa
menambah hara yang diperlukan, di mana formulanya sebagai berikut:
Efisiensi Pupuk (%) = Serapan Hara Perlakuan – Serapan Hara Kontrol x 100%
Dosis Pupuk yang Diberikan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1
Hasil Analisis Tanah yang digunakan dalam Penelitian
Hasil analisis karakteristik tanah yang digunakan dalam percobaan
disajikan pada Tabel 5. Dari hasil analisis tanah awal terlihat bahwa pH tanah
termasuk masam, sedangkan kadar C-organik dan N total tergolong rendah dan
KTK tergolong sedang. Adapun kation yang terdapat dalam kompleks jerapan
termasuk ke dalamnya yaitu kation-kation basa seperti K+, Mg2+, dan Na+
tergolong rendah, sedangkan kation Ca2+ nilainya tergolong sangat rendah. Hasil
analisis awal juga mengukur nilai kation asam, yaitu H+ dan Al3+. Nilai kejenuhan
basa yang didapatkan dari nilai KTK tergolong rendah sedangkan nilai kejenuhan
Al tergolong sedang (Pusat Peneltian Tanah, 1983).
Tabel 5. Karakteristik Tanah yang Digunakan dalam Percobaan
Sifat Tanah
pH H2O
pH KCl
C-organik (%)
N-total (%)
P2O5 (ppm)
Nilai
5.20
4.30
1.35
0.15
13.97
Kation dapat dipertukarkan
Ca (me/100g)
0.59
Mg (me/100g)
0.51
K (me/100g)
0.12
Na(me/100g)
0.15
Al (me/100g)
3.86
H (me/100g)
0.12
KTK (me/100g)
17.54
KB (%)
7.80
Kejenuhan Al (%)
22.00
Tekstur Tanah
Pasir (%)
4.48
Debu (%)
17.90
Liat (%)
77.60
Kriteria menurut PPT
(1983)
Masam
Rendah
Rendah
Rendah
Sangat rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Sangat Rendah
Sedang
22
4.1.2
Hasil Analisis Pendahuluan Kandungan Hara Urin Kambing Etawah
Pada Tabel 6 disajikan data kandungan hara urin kambing Etawah. Dari
hasil analisis urin tersebut, terlihat bahwa pH urin terkategori basa sedangkan
kadar N total, NH4+ dan NO3- tergolong sedang. Sedangkan kandungan hara
mikro yang di dapat dari analisis relatif rendah. Tingginya kadar N total pada urin
ini dikarenakan pada saat dilakukan pengambilan sampel urin, sampel kambing
tersebut sedang dalam masa kehamilan. Selain itu, faktor umur yang sudah
menginjak + 8 tahun turut mempengaruhi tingginya kadar N total tersebut.
Tabel 6. Hasil Analisis Kandungan Hara Urin Kambing Etawah
Kandungan Hara
pH
EC (mS/cm)
NH4+ (%)
NO3- (%)
N total (%)
P (ppm)
K (ppm)
Ca (ppm)
Mg (ppm)
Fe (ppm)
Mn (ppm)
Zn (ppm)
Cu (ppm)
Na (ppm)
4.1.3
Jenis Kambing
Etawah
8.10
32.70
0.22
0.63
3.06
11.67
486
58
272
≠ (tidak diukur)
0.10
60
1
398
Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman
Hasil pengamatan yang dilakukan di rumah plastik menunjukkan bahwa
pemberian pupuk dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dibandingkan
dengan kontrol. Pertumbuhan tinggi tanaman paling tinggi terlihat pada perlakuan
PB, sehingga dapat dikatakan perlakuan tersebut memiliki pengaruh yang paling
baik terhadap tanaman kangkung darat. Rataan dan hasil uji lanjut tinggi tanaman
terhadap masing-masing perlakuan pupuk disajikan pada Tabel 7.
23
Tabel 7. Pengaruh Pemupukan terhadap Tinggi Tanaman
Perlakuan
Tinggi Tanaman
…………(cm)……………
28.7a*
Kontrol (K)
33.8 bc
Pupuk SA1 (PA)
Pupuk GDP (PB)
36.0 c
33.2 b
Pupuk GDL (PC)
35.7 bc
Gandasil D (PG)
Pupuk Urin Alami (PU)
35.2 bc
Keterangan : *Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
pada taraf nyata 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT).
Bobot basah dan bobot kering merupakan indikator dalam penilaian
produksi tanaman. Berdasarkan analisis ragam taraf nyata 5%, pemberian pupuk
berpengaruh nyata terhadap bobot basah dan bobot kering tanaman. Rataan dan
hasil uji lanjut perlakuan pemupukan pada tanaman kangkung darat disajikan
dalam Tabel 8.
Tabel 8. Pengaruh Pemupukan terhadap Bobot Basah dan Bobot Kering
Tanaman
Perlakuan
Bobot (g)
Bobot Basah
15.1967a*
20.9333 b
22.3867 b
25.4700 b
24.1967 b
24.4333 b
Bobot Kering
1.1867a*
2.1300 bc
1.6900ab
2.7967 c
2.0767abc
2.1533 bc
Kontrol (K)
Pupuk SA1 (PA)
Pupuk GDP (PB)
Pupuk GDL (PC)
Gandasil D (PG)
Pupuk Urin Alami (PU)
Keterangan: *Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada
taraf nyata 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT).
Tabel 8 menunjukkan bahwa pemupukan menghasilkan kecenderungan
tingkat produksi yang lebih baik dibandingkan kontrol (K). Hal ini terlihat pada
bobot basah tanaman di mana semua perlakuan mengalami peningkatan produksi
yang signifikan akibat pemupukan di mana perlakuan PC menunjukkan hasil yang
paling besar dibanding perlakuan lainnya. Selain itu, hasil uji statistik yang
dilakukan pada bobot kering, terlihat perlakuan pupuk urin alami (PU), pupuk
SA1 (PA), dan PC memiliki pengaruh yang nyata terhadap kontrol (K), sedangkan
pada perlakuan PB dan Gandasil D (PG) tidak berpengaruh nyata terhadap kontrol
(K). Bobot kering yang paling besar diperoleh dari perlakuan PC.
24
4.1.4
Pengaruh Pemupukan terhadap Kadar Hara Tanaman
Hasil analisis statistik kadar hara N, P, K, Ca, dan Mg menunjukkan
bahwa pemupukan berpengaruh nyata terhadap kadar hara pada tanaman untuk
unsur N dan K, sedangkan untuk unsur P, Ca, dan Mg tidak berpengaruh nyata.
Rataan dan hasil uji lanjut kadar hara pada tanaman
perlakuan pupuk cair
disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Pengaruh Pemupukan terhadap Kadar Hara Tanaman
Perlakuan
Kontrol (K)
Pupuk SA1 (PA)
Pupuk GDP (PB)
Pupuk GDL (PC)
Gandasil D (PG)
Pupuk Urin Alami (PU)
%N
2.35a*
3.25 b
2.17a
2.52a
2.50a
3.23 b
Kadar Hara
%P
%K
0.23a*
1.35a*
0.34a
3.81 c
0.28a
1.69ab
0.28a
1.69ab
0.24a
1.52a
0.25a
2.54 b
% Ca
3.79a*
4.05a
3.32a
4.40a
4.28a
4.13a
% Mg
0.51a*
0.41a
0.51a
0.62a
0.61a
0.41a
Keterangan: *Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada
taraf nyata 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT).
Tabel 9 menunjukkan bahwa kelima perlakuan menunjukkan hasil yang
berbeda nyata untuk kadar N dan K, dan tidak berbeda nyata untuk kadar P, K,
dan Mg terhadap kontrol. Untuk kadar N, perlakuan PA tidak berbeda nyata
dengan perlakuan PU tetapi keduanya berbeda nyata dengan PG. Sedangkan
untuk kadar K, perlakuan PA berbeda nyata dengan perlakuan PG maupun PU
tetapi keduanya tidak saling berbeda nyata. Untuk kadar P, K dan Mg keseluruh
perlakuan tidak saling berbeda nyata. Secara keseluruhan, perlakuan PA memiliki
kadar hara yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya.
4.1.5
Pengaruh Pemupukan terhadap Serapan Hara Tanaman
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan berpengaruh nyata
terhadap serapan hara tanaman kangkung darat terutama hara N, K, dan Mg
sedangkan untuk hara P dan Ca tidak berpengaruh nyata. Hasil uji lanjut serapan
N, K, dan Mg serta rataan pada perlakuan pemupukan ditampilkan dalam Tabel
10.
25
Tabel 10. Pengaruh Pemupukan terhadap Serapan Hara N, P dan K
DaunTanaman
Perlakuan
N
Serapan hara (mg/polybag)
P
K
Ca
Mg
Kontrol (K)
27.89a*
2.70a*
16.19a*
45.35a*
6.05a*
70.36
b
7.55a
77.49
d
84.80a
8.39ab
Pupuk SA1 (PA)
36.98a
4.49a
30.81ab
55.99a
8.48ab
Pupuk GDP (PB)
71.01 b
8.18a
46.43 c
125.02a
16.71 c
Pupuk GDL (PC)
52.39ab
4.98a
31.62 b
92.11a
12.29 b
Gandasil D (PG)
Pupuk Urin Alami
69.49 b
5.42a
54.65 c
89.90a
8.42ab
(PU)
Keterangan: *Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada
taraf nyata 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT).
Tabel 10 menunjukkan bahwa kelima perlakuan pada penelitian
memberikan pengaruh yang nyata pada serapan N, K dan Mg dibandingkan
kontrol, namun tidak berbeda nyata untuk serapan P dan Mg. Untuk serapan N,
perlakuan PA, PG maupun PU tidak saling berbeda nyata, namun PU memiliki
nilai serapan N tertinggi. Untuk serapan K, PA memiliki nilai tertinggi dan
menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan PG maupun PU dan PG sendiri
memiliki nilai yang berbeda nyata dengan PU. Sedangkan untuk serapan Mg,
perlakuan PC memiliki nilai yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya.
Untuk serapan P dan Ca, kelima perlakuan tidak saling berbeda nyata, akan tetapi
PC memiliki serapan P dan Ca yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya.
4.1.6
Pengaruh Pemupukan terhadap Efisiensi Pupuk
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan berpengaruh nyata
terhadap efisiensi pupuk terutama hara K dan Mg sedangkan untuk hara N, P dan
Ca tidak berpengaruh nyata. Hasil uji lanjut efisiensi pupuk K dan Mg rataan pada
perlakuan pemupukan ditampilkan dalam Tabel 11.
26
Tabel 11. Pengaruh Pemupukan terhadap Efisiensi Pupuk
Perlakuan
Efiesiensi Pupuk (%)
N
P
K
Ca
Mg
4.24a*
0.48a*
7.48
c*
8.21a*
0.56a*
Pupuk SA1 (PA)
0.90a
0.18a
2.81a
5.33a
0.57a
Pupuk GDP (PB)
4.30a
0.54a
4.37ab
12.26a
1.40 b
Pupuk GDL (PC)
2.44a
0.22a
2.89a
8.94a
0.96a
Gandasil D (PG)
4.15a
0.48a
5.19 b
8.71a
0.57a
Pupuk Urin (PU)
Keterangan: *Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda pada taraf nyata 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT).
Tabel 11 menunjukkan bahwa unsur K dan Mg memiliki pengaruh yang
nyata. Efisiensi K tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk SA1 (PA) sedangkan
efisiensi Mg teringgi terdapat pada perlakuan PC. Secara umum efisiensi N, P,
dan Ca tertinggi terdapat pada perlakuan PC.
4.2
Pembahasan
Pupuk merupakan salah satu faktor produksi utama selain lahan, tenaga
kerja, dan modal. Pemupukan memegang peranan penting dalam upaya
meningkatkan hasil pertanian. Anjuran pemupukan terus digalakkan melalui
program pemupukan berimbang (dosis dan jenis pupuk yang digunakan sesuai
dengan kebutuhan tanaman dan kondisi lokasi/spesifik lokasi). Namun, sejak
beberapa tahun terakhir telah terjadi pelandaian produktivitas (leveling off),
sedangkan penggunaan pupuk terus meningkat. Hal ini berarti suatu petunjuk
terjadinya penurunan efisiensi pemupukan karena berbagai faktor tanah dan
lingkungan yang harus dicermati. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan
mengenai jenis pupuk mana yang paling sesuai untuk mendukung pertumbuhan
maupun produktivitas tanaman sehingga efek yang ditimbulkan oleh pemupukan
bernilai seminimal mungkin. Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini
terhadap kangkung darat oleh berbagai perlakuan, termasuk di dalamnya
perlakuan dengan menggunakan pupuk urin kambing Etawah maupun pupuk
Gandasil D yang merupakan pupuk yang sudah beredar luas di pasaran. Perlakuan
pupuk SA1 menunjukkan bahwa pupuk SA1 mampu mengimbangi kemampuan
urin kambing Etawah maupun Gandasil D baik itu dari hal pertumbuhan,
produksi, kadar hara, serapan hara maupun efisiensi produksi. Walaupun
demikian, pupuk urin kambing Etawah memiliki variasi kandungan unsur hara
27
ataupun hal-hal lain yang tidak dianalisis pada penelitian ini serta memiliki
kandungan hara Mn, Cu, Zn, Ca, Mg, dan Na 100 kali lebih banyak dibandingkan
pupuk SA1 (PA).
Pemupukan pada daun lebih efisien pada tanaman tertentu, karena pupuk
tersebut masuk ke dalam tubuh tanaman melalui stomata yang ada di permukaan
daun sebelah bawah (Lingga, 2004). Penyerapan hara pupuk yang diberikan pada
daun lebih cepat dibandingkan diberikan pada akar. Tanaman memberikan
respons yang lebih cepat dengan munculnya tunas dan juga tanah tidak terlalu
rusak atau lelah.
Pada penelitian terlihat adanya keterkaitan yang erat antara pemupukan
dengan tinggi tanaman, di mana semua perlakuan menunjukkan perbedaan yang
nyata terhadap tinggi tanaman kontrol. Tinggi tanaman merupakan ukuran
tanaman yang sering diamati sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai
parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan
yang diterapkan (Sitompul dan Guritno, 1995). Dari pengamatan, tinggi tanaman
pada perlakuan pupuk urin alami (PU) tidak berbeda nyata dengan perlakuan
pupuk SA1 (PA), tetapi pupuk urin alami (PU) memberikan produksi yang paling
tinggi dibandingkan pupuk SA1 (PA). Akan tetapi, kedua perlakuan tersebut
mempunyai tinggi tanaman yang lebih rendah dibandingkan perlakuan pupuk
Gandasil D (PG). Hal ini disebabkan masing-masing perlakuan memiliki
kandungan nutrisi yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dengan baik sehingga
dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Perlakuan pada PB menghasilkan
tinggi tanaman tertinggi.
Selain meningkatkan tinggi tanaman, pemupukan juga meningkatkan
bobot basah dan bobot kering tanaman dibanding dengan tanaman yang tidak
mendapat pemupukan (kontrol). Berat basah tanaman mencerminkan secara
langsung produksi tanaman, sedangkan berat kering tanaman merupakan salah
satu parameter yang secara langsung mencerminkan efisiensi interaksi proses
fisiologis dengan lingkungannya. Bobot basah dan bobot kering tertinggi terdapat
pada perlakuan PC, sedangkan para perlakuan pupuk SA1 (PA), pupuk urin alami
(PU) maupun pupuk Gandasil D (PG), bobot basah antar satu sama lain tidak
berbeda nyata. Akan tetapi, pada bobot kering terlihat perbedaan nyata antara
28
pupuk Gandasil D (PG) dengan pupuk urin alami (PU) serta pupuk SA1 (PA), di
mana pupuk Gandasil D (PG) menunjukkan produksi yang lebih rendah
dibandingkan keduanya. Peningkatan bobot basah dan bobot kering pada
perlakuan cenderung dikarenakan adanya peningkatan kadar hara dan serapan
hara oleh tanaman. Hal tersebut terintergrasi karena pemberian pupuk dilakukan
melalui daun sehingga dapat menghindari ataupun menekan kemungkinan adanya
fiksasi unsur apabila dibandingkan dengan pemberian pupuk langsung pada tanah.
Unsur hara merupakan zat yang diserap tanaman yang berpengaruh
tehadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Hara yang diserap oleh tanaman
dapat berupa kation maupun anion. Kebutuhan unsur hara mutlak bagi setiap
tanaman dan tidak bisa digantikan oleh unsur yang lain tentunya dengan kadar
yang berbeda sesuai jenis tanamannya sebab jika kekurangan unsur hara akan
menghambat pertumbuhan tanaman itu sendiri.
Kadar hara N dan K tersedia pada perlakuan menunjukkan adanya
pengaruh nyata. Kadar hara N tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk SA1 (PA),
tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan pupuk urin alami (PU). Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian pupuk dapat meningkatkan serapan unsur N pada
tanaman. Sejalan dengan unsur N, kadar hara unsur K tertinggi terdapat pada
perlakuan pupuk SA1 (PA) dan berbeda nyata dengan perlakuan pupuk urin alami
(PU). Hal ini dimungkinkan tingginya kadar K pada bahan baku pembuatan pupuk
sehingga tingkat penyerapan unsur K melalui daun meningkat seiring dengan
berkurangnya fiksasi apabila diberikan melalui tanah. Kadar hara lain seperti P,
Ca, Mg tidak berpengaruh nyata. Untuk kadar P, walaupun tidak berpegaruh nyata
tetapi pada perlakuan cenderung menunjukkan peningkatan kadar hara
dibandingkan kontrol (K). Selain itu, pada Tabel 9 terlihat bahwa pupuk urin
alami (PU) dan pupuk SA1 (PA) memiliki kadar hara N, P, dan K yang lebih
tinggi dibandingkan pupuk Gandasil D (PG) tetapi memiliki kadar hara Ca dan
Mg yang lebih rendah dibandingkan pupuk Gandasil D (PG).
Kadar hara erat kaitannya dengan serapan hara. Pada penelitian, semua
perlakuan menunjukkan serapan yang lebih tinggi dibandingkan kontrol (K).
Serapan N, K, dan Mg mempunyai pengaruh yang nyata tetapi serapan P dan Ca
mempunyai pengaruh yang tidak nyata. Hal ini membuktikan bahwa pemupukan
29
melaui daun cukup baik untuk menekan tingkat fiksasi unsur-unsur sehingga
unsur-unsur yang diperlukan dan digunakan oleh tanaman relatif cepat tersedia
untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Akan tetapi, pemupukan melalui daun
harus memperhatikan waktu dan dosis pemberian pupuk agar tingkat penyerapan
maupun keseimbangan hara berada pada kondisi yang paling baik.
Pendekatan terhadap efisinsi pupuk adalah berdasar pada pengambilan
unsur hara oleh tanaman, yakni jumlah pupuk yang paling sedikit yang diperlukan
tanaman untuk memproduksi hasil maksimal dianggap sebagai dosis pupuk yang
paling efisien (Prasad dan De Datta, 1978). Tingkat efisiensi N, P, dan K pupuk
urin alami (PU) dan pupuk SA1 (PA) memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan
Gandasil D (PG) akan tetapi memiliki efisiensi Ca dan Mg lebih rendah
dibandingkan pupuk Gandasil D (PG). Secara umum tingkat efisiensi pupuk yang
paling baik pada penelitian ini terdapat pada perlakuan PC. Hal ini dimungkinkan
karena bahan baku pembuatan pupuk tersebut beragam dan lengkap. Walaupun
demikian, perlakuan pada pupuk SA1 (PA) ataupun pupuk urin alami (PU)
memberikan tingkat efisiensi yang cukup baik sehingga bisa dijadikan alternatif
penggunaan pupuk untuk tanaman.
Hal lain yang terlihat pada penelitian ini yaitu terjadinya efek pengenceran
pada perlakuan PC untuk unsur Ca serta pupuk urin kambing Etawah (PU) dan
pupuk SA1 (PA) untuk unsur Mg. Efek pengenceran ini terjadi pada kondisi di
mana bobot perlakuan lebih tinggi dibandingkan bobot kontrol tetapi beberapa
kandungan unsur hara perlakuan memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan
kontrol yang kemudian kembali meningkatkan serapan hara pada perlakuan
dibandingkan kontrol.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
1.
Secara umum pemberian pupuk pada semua perlakuan memberikan
pengaruh nyata terhadap pertumbuhan maupun produksi tanaman.
2.
Kandungan unsur hara urin kambing Etawah dan pupuk SA1 yang dikaji
pada penelitian ini menunjukkan hasil yang relatif baik.
3.
Selain itu, dapat dilihat bahwa pupuk SA1 dapat mengimbangi
kemampuan urin kambing Etawah maupun pupuk Gandasil D untuk
meningkatkan produktivitas tanaman sehingga pupuk SA1 tersebut layak
dipergunakan dan dikembangkan sebagai salah satu alternatif penggunaan
pupuk cair.
5.2.
Saran
1.
Perlunya penelitian lebih lanjut dan kontinyu untuk mengetahui kadar hara
kambing Etawah dengan berbagai kondisi waktu dan iklim.
2.
Perlunya pengujian terhadap tanaman yang berbeda untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai efektivitas pupuk buatan organik cair tersebut.
3.
Perlunya pegujian lebih lanjut untuk mengetahui dosis pemberian pupuk
cair yang paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan maupun produksi
tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, DP. 2009. Budidaya Kangkung. http://dimasadityaperdana.blogspot.com.
Diakses pada [05 Februari 2010]
Anonymous. 2008. Artikel tips solution/health/herbs. http://www.conectique.com/.
Diakses pada [05 Februari 2010].
Astuti, Y. A., Sri H, dan Siswandi. 2002. Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap produksi susu dan efisiensi ekonomis agribisnis petenakan
kambing perah. Animal Production. 4(1) : 27-31.
Atabany, A. 2001. Studi kasus produktivitas kambing PE dan kambing Saenan
pada peternakan kambing perah Barokah dan PT. Taurus Dairy Farm.
Tesis. Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2005. Population of Indonesia by Province 1971, 1980,
1990,1995 and 2000. http://www.bps.go.id/sector/population/table1.shtml.
Diakses pada [15 uni 2011].
Dalimartha, Setiawan DR. 2007. Kangkung si pengusir racun dan resep
pengolahannya. http://hafez.wordpress.com. Diakses pada [04 Februari
2010].
Devendra, C dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis.
Terjemahan : I. D. K. Harya Putra. Penerbit : ITB Bandung.
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia
Periode 2003-2007. Departemen Pertanian. Jakarta.
Ditjennak. 1981. Pola Operasionil Pembinaan Sumber Bibit Kambing. Direktorat
Jendral Peternakan. Jakarta.
Ensmiger, M. E. 2001. Sheep and Goat Science. 6th Edition. Interstate Publisher.
Inc. Danville, Illinois.
Gklinis. 2003. cgi-bin berita fullnews. http://www.gizi.net. Diakses pada [05
Februari 2010].
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta
Harjadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. P.T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Ibrahim A.S dan A. Kasno. 2008. Interaksi Pemberian Kapur pada Pemupukan
Urea terhadap Kadar N Tanah dan Serapan N Tanaman Jagung (Zea mays.
L). Balai Penelitian Tanah.
Kasno, A. 2009a. Jenis dan Sifat Pupuk Anorganik. Balai Penelitian Tanah.
Kasno, A. 2009b. Pupuk Anorganik dan Pengelolaannya. Balai Penelitian Tanah.
Lingga, P. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Leiwakabessy, F.M., U.M. Wahjudin dan Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah.
Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen
Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Made, I Lundra. 2008. Membuat pupuk cair bermutu dari limbah kambing. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.
Phalepi, M. A. 2004. Performa Kambing Peranakan Etawah (studi kasus di
peternakan pusat pelatihan pertanian dan pedesaan swadaya citarasa).
Skripsi. Fakultas Peternakan, IPB. Bogor.
32
Prasad, R. And S.K. De Datta. 1978. Increasing fertilizer nitrogen efficiency in
weatland rice. Symposium on Nitrogen and rice. IRRI, Los Banos,
Philipinne.
Prasetya. 2011. Mekanise dan Efektivitas Penyerapan Pupuk Melalui Daun.
http://ngertiku.wordpress.com/2011/04/01/efektivitas-pemupukan-melaluidaun/. Diakses pada [26 September 2011).
Prastowo, S. 1980. Beternak Kambing yang Berhasil. Bhratara Karya Aksara.
Jakarta.
Pusat Penelitian Tanah. 1983. Jenis dan Macam Tanah di Indonesia untuk
Keperluan Survey dan Pemetaan Tanah Daerah Transmigrasi. Pusat
Penelitian Tanah. Bogor.
Sitompul, S. M. & B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Sodiq, A. Dan Z. Abidin. 2002. Kambing Peranakan Etawah Penghasil Susu.
Berkhasiat Obat. Agro Media Pustaka : Jakarta.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tan, K. H. 1994. Environmental Soil Science. Manuel Dekker Inc. New York.
USA.
Widya, N. Y. 2006. Klasifikasi Pupuk. http://www.nasih.staff.ugm.ac.id//. Di
akses pada [26 September 2011]
33
LAMPIRAN
34
Tabel Lampiran 1. Karakteristik Kambing Etawah
Karakteristik
Kambing
Etawah 1
Etawah 2
Etawah 3
Berat (kg)
52
54
48
Umur (tahun)
Warna
7
Coklat
8
Coklat putih
Makanan
Jenis Kelamin
Waktu Pengambilan
sampel
Musim
Waktu Pemberian
pakan
Kondisi
Penyakit
8
Coklat putih
hitam
Daun jati, Rumput-rumputan (kering)
Perempuan
Pagi sampai sore
Hujan
Satu kali per hari
(rata- rata Pukul 15:00)
Hamil (3,5 bulan)
Hamil (3
Hamil (3 bulan)
bulan)
Gatal-gatal
Tabel Lampiran 2. Analisis Ragam Bobot Basah Total
Sumber
Jumlah
Derajat
Derajat
PF-hitung
Keragaman
Kuadrat
Bebas
Tengah
Value
Model
230.7599333
5
46.15198667 3.8251289 0.026*
Perlakuan
230.7599333
5
46.15198667 3.8251289 0.026*
Galat
144.7856667
12
12.06547222
Total
375.5456
17
* Pemupukan berpengaruh nyata terhadap Bobot Basah Total dengan taraf α = 5%
Tabel Lampiran 3. Analisis Ragam Bobot Basah Batang dan Daun
Sumber
Jumlah
Derajat
Derajat
F-hitung
Keragaman
Kuadrat
Bebas
Tengah
Model
210.8898278
5
42.17796556 4.187669
Perlakuan
210.8898278
5
42.17796556 4.187669
Galat
120.8633333
12
10.07194444
Total
331.7531611
17
* Pemupukan berpengaruh nyata terhadap Bobot Basah Batang dan Daun
taraf α = 5%
PValue
0.02*
0.02*
dengan
35
Tabel Lampiran 4. Analisis Ragam Bobot Basah Akar
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Model
Perlakuan
Galat
Total
1.270894444
1.270894444
1.942066667
3.212961111
5
5
12
17
Derajat
Tengah
F-hitung
PValue
0.254178889 1.57056744 0.241
0.254178889 1.57056744 0.241
0.161838889
Tabel Lampiran 5. Analisis Ragam Bobot Kering Batang dan Daun
Sumber
Jumlah
Derajat
Derajat
FPKeragaman
Kuadrat
Bebas
Tengah
hitung Value
a
Model
4.315
5
0.863
3.711 0.029*
Perlakuan
4.315
5
0.863
3.711 0.029*
Galat
2.79
12
0.233
Total
7.106
17
* Pemupukan berpengaruh nyata terhadap Bobot Kering Batang dan Daun dengan
taraf α = 5%
Tabel Lampiran 6. Analisis Ragam Bobot Kering Akar
Sumber
Keragaman
Model
Perlakuan
Galat
Total
Jumlah
Kuadrat
0.024627778
0.024627778
0.0952
0.119827778
Derajat
Bebas
5
5
12
17
Derajat
FTengah
hitung
0.004925556 0.62087
0.004925556 0.62087
0.007933333
PValue
0.687
0.687
Tabel Lampiran 7. Analisis Ragam Kadar N Tanaman
Sumber
Jumlah
Derajat
Derajat
FPKeragaman
Kuadrat
Bebas
Tengah
hitung Value
Model
3.156494444
5
0.631298889 15.0071
0*
Perlakuan
3.156494444
5
0.631298889 15.0071
0*
Galat
0.5048
12
0.042066667
Total
3.661294444
17
* Pemupukan berpengaruh nyata terhadap Kadar N Tanaman dengan taraf α = 5%
36
Tabel Lampiran 8. Analisis Ragam Kadar P Tanaman
Sumber
Keragaman
Model
Perlakuan
Galat
Total
Jumlah
Kuadrat
0.02445
0.02445
1.3985
0.07005
Derajat
Bebas
5
5
12
17
Derajat
Tengah
0.00489
0.00489
0.0038
Fhitung
1.28684
1.28684
PValue
0.332
0.332
Tabel Lampiran 9. Analisis Ragam Kadar K Tanaman
Sumber
Jumlah
Derajat
Derajat
FPKeragaman
Kuadrat
Bebas
Tengah
hitung Value
Model
12.66331667
5
2.532663333 11.2607
0
Perlakuan
12.66331667
5
2.532663333 11.2607
0
Galat
2.698933333
12
0.224911111
Total
15.36225
17
* Pemupukan berpengaruh nyata terhadap Kadar K Tanaman dengan taraf α = 5%
Tabel Lampiran 10. Analisis Ragam Kadar Ca Tanaman
Sumber
Keragaman
Model
Perlakuan
Galat
Total
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
2.280a
2.28
10.072
12.351
Derajat
Tengah
5
5
12
17
0.456
0.456
0.839
Fhitung
PValue
0.543
0.543
0.741
0.741
Fhitung
1.243
1.243
PValue
0.349
0.349
Tabel Lampiran 11. Analisis Ragam Kadar Mg Tanaman
Sumber
Keragaman
Model
Perlakuan
Galat
Total
Jumlah
Kuadrat
0.130a
0.13
Derajat
Bebas
5
5
Derajat
Tengah
0.026
0.026
0.252
0.382
12
17
0.021
37
Tabel Lampiran 12. Analisis Ragam Serapan Hara N
Sumber
Keragaman
Model
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Derajat
Tengah
Fhitung
PValue
5305.875a
5
1061.175
4.106
0.021*
Perlakuan
5305.875
5
1061.175
4.106 0.021*
Galat
3101.173
12
258.431
Total
8407.048
17
* Pemupukan berpengaruh nyata terhadap Serapan N dengan taraf α = 5%
Tabel Lampiran 13. Analisis Ragam Serapan Hara P
Sumber
Keragaman
Model
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Derajat
Tengah
Fhitung
PValue
61.391a
5
12.278
2.043
0.144
Perlakuan
61.391
72.105
133.496
5
12
17
12.278
6.009
2.043
0.144
Galat
Total
Tabel Lampiran 14. Analisis Ragam Serapan Hara K
Sumber
Jumlah
Derajat
Derajat
FPKeragaman
Kuadrat
Bebas
Tengah
hitung Value
Model
7001.378a
5
1400.276
20.634
0
Perlakuan
7001.378
5
1400.276
20.634
0
Galat
814.369
12
67.864
Total
7815.747
17
* Pemupukan berpengaruh nyata terhadap Serapan K dengan taraf α = 5%
Tabel Lampiran 15. Analisis Ragam Serapan Hara Ca
Sumber
Keragaman
Model
Perlakuan
Galat
Total
Jumlah Kuadrat
Derajat Bebas
12176.868a
12176.868
12726.36
24903.228
5
5
12
17
Derajat
Tengah
Fhitung
PValue
2435.374
2435.374
1060.53
2.296
2.296
0.111
0.111
38
Tabel Lampiran 16. Analisis Ragam Serapan Hara Mg
Sumber
Keragaman
Model
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Derajat
Tengah
Fhitung
PValue
219.759a
5
43.952
8.028
0.002*
Perlakuan
219.759
5
43.952
8.028
0.002*
Galat
65.701
12
5.475
Total
285.459
17
* Pemupukan berpengaruh nyata terhadap Serapan Mg dengan taraf α = 5%
Tabel Lampiran 17. Analisis Ragam Efisiensi N
Sumber
Keragaman
Model
Perlakuan
Galat
Total
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Derajat
Tengah
Fhitung
PValue
27.145a
27.145
30.962
58.107
4
4
10
14
6.786
6.786
3.096
2.192
2.192
0.143
0.143
Derajat
Tengah
0.081
0.081
0.072
Fhitung
1.117
1.117
PValue
0.401
0.401
Fhitung
14.368
14.368
PValue
0
0
Tabel Lampiran 18. Analisis Ragam Efisiensi P
Sumber
Keragaman
Model
Perlakuan
Galat
Total
Jumlah
Kuadrat
.323a
0.323
0.722
1.045
Derajat
Bebas
4
4
10
14
Tabel Lampiran 19. Analisis Ragam Efisiensi K
Sumber
Jumlah
Derajat
Derajat
Keragaman
Kuadrat
Bebas
Tengah
Model
44.43956
4
11.11
Perlakuan
44.43956
4
11.11
Galat
7.7322
10
0.773
Total
52.17176
14
* Masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap Efisiensi K
taraf α =5%
dengan
39
Tabel Lampiran 20. Analisis Ragam Efisiensi Ca
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Derajat
Tengah
Fhitung
PValue
Model
72.775a
72.775
122.112
194.888
4
4
10
14
18.194
18.194
12.211
1.49
1.49
0.277
0.277
Perlakuan
Galat
Total
Tabel Lampiran 21. Analisis Ragam Efisiensi Mg
Sumber
Jumlah
Derajat
Derajat
FPKeragaman
Kuadrat
Bebas
Tengah
hitung Value
a
Model
1.627
4
0.407
7.082 0.006
Perlakuan
1.627
4
0.407
7.082 0.006
Galat
0.574
10
0.057
Total
2.202
14
* Masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap Efisiensi Mg dengan
taraf α =5%
Tabel Lampiran 22. Kandungan Hara Beberapa Pupuk Kandang
Sumber
Sapi Perah
Sapi Daging
Kuda
Ungga
Domba
Kambing Etawah *
N
0.53
0.65
0.70
1.50
1.28
3.06
P
K
Ca
Mg
Fe
S
----------------------------------------%-----------------------------------0.25
0.41
0.28
0.11
0.05
0.004
0.15
0.30
0.12
0.10
0.09
0.004
0.10
0.58
0.79
0.14
0.07
0.01
0.77
0.89
0.30
0.88
0
0.10
0.19
0.93
0.59
0.19
0.09
0.02
0.40
0.49
0.58
2.72
<0.02
tidak di analisis
Sumber : Tan (1994)
Kambing Etawah * : Hasil analis sendiri.
40
Gambar Lampiran 1. Sampel Kambing Etawah
Gambar Lampiran 2.Penyaringan Urin Kambing Etawah
Gambar Lampiran 3.Pemilihan Benih Kangkung Darat
41
Gambar Lampiran 4. Keragaman Tanaman Kangkung Darat pada
Percobaan
Download