PENGARUH BERBAGAI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN KANGKUNG DARAT (Ipomea reptans Poir) Sigit Aditama A14060625 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 RINGKASAN SIGIT ADITAMA. Pengaruh berbagai Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir). Dibimbing oleh GUNAWAN DJAJAKIRANA. Indonesia merupakan negara agraris, yang berarti pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Nasional. Untuk itu, sektor pertanian memerlukan perhatian lebih sehingga produksi maupun produktivitasnya dapat ditingkatkan. Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk mendukung hal tersebut ialah penggunaan pupuk. Pemberian pupuk untuk keperluan tanaman dapat dilakukan melalui tanah yang selanjutnya dapat diserap oleh tanaman melalui akar, atau dapat juga pemupukan dilakukan melalui daun yang langsung diserap oleh tanaman. Pada kondisi pasar bebas bagi perdagangan pupuk seperti sekarang ini, petani dihadapkan pada berbagai pilihan jenis dan merek pupuk yang jumlahnya semakin banyak dengan mutu yang sangat beragam. Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan pengetahuan mengenai keragaman pupuk yang ada di pasaran maupun pupuk yang dibuat berdasarkan kearifan lokal. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan membuat pupuk buatan serta mengetahui pupuk mana yang paling baik dalam meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas tanaman. Dalam penelitian digunakan tanaman kangkung darat untuk pengujiannya. Bahan pupuk artifisial dibuat dari senyawa-senyawa kimia yang ada di pasaran. Penanaman dilaksanakan di rumah plastik di belakang Laboratorium Pengembangan dan Sumberdaya Fisik Lahan. Analisis kadar hara urin kambing Etawah, pembuatan pupuk artifisal (SA1) serta analisis tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, dan Laboratorium Pengembangan Sumberdaya Fisik dan Lahan, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan, di mana perlakuannya adalah meliputi Kontrol (K), Pupuk SA1 (PA), Pupuk Cair GDP (PB), Pupuk Cair GDL (PC), Pupuk Cair Gandasil (PG), dan Pupuk Cair Urin Kambing (PU). Pemberian pupuk pada semua perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan maupun produksi tanaman. Perlakuan PA maupun PU memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar dan serapan hara, di mana PA memiliki kadar dan serapan hara unsur N, P, dan K lebih tinggi dibandingkan PU. Selain itu PA memiliki kadar dan serapan Ca yang lebih rendah, kadar Mg yang sama besar serta serapan Mg yang lebih rendah dibandingkan PU. Untuk tingkat efisiensi, PA kembali memiliki tingkat efisiensi N dan K yang lebih tinggi, tingkat efisiensi P yang sama besar, dan tingkat efisiensi Ca dan Mg yang lebih rendah dibandingkan PU. Secara umum, baik pupuk urin maupun pupuk artifisial SA1 mempunyai nilai yang lebih baik dibandingkan pupuk Gandasil D. Selain itu, pupuk SA1 layak dipergunakan dan dikembangkan sebagai salah satu alternatif pupuk cair. Kata Kunci : Urin Kambing Etawah, Pupuk Daun, Kangkung SUMMARY SIGIT ADITAMA. Effect of Various Leaf Fertilizers on the Growth of Water Spinach (Ipomea reptans Poir). Supervised by GUNAWAN DJAJAKIRANA Indonesia is an agricultural country, it means that agriculture has an important role in the national economy. Therefore, the agricultural sector requires more attention to production and productivity can be improved. An effort has been made to support this, through the use of fertilizers. Added of fertilizer for plants can be done through the soil which can then be absorbed by plants through the roots, or can also be done through a leaf fertilizer directly absorbed by plants. In free market conditions for trade in fertilizer, as now, farmers are faced with a wide selection of types and brands of fertilizer with an increasing number of very varied quality. In connection with this it would require knowledge about the diversity of fertilizers on the market or fertilizer which is made based on local wisdom. This research was conducted with the aim of creating leaf fertilizers as well as knowing where the best fertilizer to improve soil fertility and crop productivity. This research used water spinach for testing the efficiency of the fertilizers used in this experiment. Leaf fertilizer ingredients made from chemical compounds which are available on the market. Planting was carried out in a plastic house in the back of Laboratory of Physical Development and Land Resources. Analysis of nutrient concentration of goat urine, making leaf ferlilizer and plant analysis were performed at the Laboratory of Chemistry and Soil Fertility, and the Laboratory of Physical Development and Land Resources, Department of Soil Science and Land Resources, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University. This research using Completely Randomized Design (CRD) with 6 treatments and 3 replications, where the treatments are to include controls (aquadest), SA1 Fertilizer (PA), Liquid Fertilizer GDP (PB), Liquid Fertilizer GDL (PC), Gandasil D (PG), and Etawah Goat Urine (PU). Addition of fertilizer in all treatments gave a significant effect on the growth and crop production. PA and PU treatment provides a significant influence on the concentration and nutrient uptake, in which PA had higher concentration and nutrient uptake of elements N, P, and K than PU. In addition, PA had lower concentration and nutrient uptake of Ca, Mg concentration are equal, and nutrient uptake of Mg was lower than PU. For the fertilizer efficiency, PA has the highest efficiency of N and K, the same level of P efficiency, and lower efficiency of Ca and Mg than PU. Generally, both Etawah Goat urine and SA fertilizer have a better value than Gandasil D. In addition, SA1 fertilizer can be used as one alternative liquid fertilizer. Keywords : Etawah Goat Urine, Leaf Fertilizer, Water Spinach PENGARUH BERBAGAI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN KANGKUNG DARAT (Ipomea reptans Poir) Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor SIGIT ADITAMA A14060625 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 Judul Penelitian : Pengaruh berbagai Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir) Nama : Sigit Aditama NRP : A14060625 Menyetujui, Pembimbing Dr. Ir. Gunawan Djajakirana NIP. 19580824 198203 1 004 Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc. NIP. 19621113 198703 1 003 Tanggal Lulus : RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor 24 April 1989 dari pasangan H. Janudin dan Raden Hj. Denih Puspitaningrum. Penulis merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Penulis memulai studinya di Taman Kanak-Kanak (TK) Karya Bhakti pada tahun 1993 dan kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) Citeureup IV pada tahun 1994 dan lulus pada tahun 2000. Penulis melanjutkan studinya ke jenjang Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Cibinong pada tahun 2000 dan lulus pada tahun 2003. Setelah itu, penulis melanjutkan studinya ke jenjang Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Citereup pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis diterima di IPB melalui jalur masuk Undangan Saringan Masuk IPB (USMI). Setelah menjalankan Tingkat Persiapan Bersama (TPB) penulis diterima di Program Mayor Manajemen Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian. Selama menjalankan studinya di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) pada tahun 2007 dan ditempatkan pada Staf Divisi Infokom dan pada tahun 2008 penulis masih aktif dalam kepengurusan HMIT serta menjabat sebagai Kordinator Divisi Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan pada tahun tersebut penulis menjadi ketua pada seminar “Soil n Oil Palm”. Seminar tersebut bertema “Potensi Pengembangan Kelapa Sawit Berkelanjutan Berkaitan di Indonesia: Tinjauan Aspek Lahan” dengan tujuan dari seminar tersebut yakni sebagai wacana komunikasi dan dialog mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan pengembangan kelapa sawit di Indonesia. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Tanah pada tahun 2008, mata kuliah Bioteknologi Tanah, Geomorfologi dan Analisis Lanskap serta mata kuliah Sistem Informasi Geografi pada tahun 2009. KATA PENGANTAR Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh berbagai Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir)”. Penelitian ini bertujuan membuat pupuk buatan serta mengetahui pupuk mana yang paling baik dalam meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas tanaman berdasarkan pada tanaman Kangkung Darat dalam percobaan rumah plastik pada Latosol Dramaga. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Gunawan Djajakirana, MSc. selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, bantuan, saran, motivasi serta kesabaran yang diberikan selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Basuki Sumawinata dan Dr. Darmawan yang telah bersedia menguji dan memberikan saran dalam perbaikan skripsi ini. 3. Kedua orangtua penulis yang selalu memberikan masukan, saran sera semangat. 4. Seluruh staf Laboratorium Pengembangan dan Sumberdaya Fisik Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB yang telah memberikan bantuan selama melakukan analisis di laboratorium. Juga untuk seluruh Staf perpustakaan dan Tata Usaha atas seluruh bantuan yang diberikan pada penulis. 5. Sahabat satu perjuangan sejak awal masa studi di MSL’43, Melita yang senantiasa menjadi teman dalam menjalani penelitian 6. Semua pihak-pihak lain yang tidak sempat tersebutkan yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis sadar bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih membutuhkan saran serta kritik. Namun demikian, penulis berharap agar tulisan ini dapat berguna bagi yang membacanya. Bogor, Desember 2011 Penulis DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ..................................................................................................x DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xxi I. PENDAHULUAN ...............................................................................................1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Tujuan……………………………………………………………………...2 II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................3 2.1 Klasifikasi Pupuk.......................................................................................... 3 2.2 Pupuk Urin Kambing Etawah ........................................................................ 5 2.3 Pupuk Anorganik ........................................................................................... 7 2.4 Pupuk Daun dan Mekanisme Penyerapan Pupuk Melalui Daun ................... 7 2.5 Karaktristik Hara Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K) dalam Tanah dan Tanaman……………………………………………………………. 9 2.6 Keuntungan dan Ekonomi Pupuk……………………………...………….12 2.7 Kangkung Darat ........................................................................................... 13 III. BAHAN DAN METODE ..............................................................................15 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 15 3.2 Bahan dan Alat ............................................................................................ 15 3.3 Metode Penelitian ........................................................................................ 16 3.3.1 Penelitian Pendahuluan .................................................................... 16 3.3.2 Pembuatan Pupuk SA1…………………………………………….16 3.3.3 Rancangan Penelitian ....................................................................... 17 3.3.4 Percobaan Rumah Kaca ................................................................... 18 3.4. Metode Penilaian Efisiensi Pupuk dan Persentase Hasil Produksi ............ 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................21 4.1 Hasil……..................................................................................................... 21 4.1.1 Hasil Analisis Tanah yang digunakan dalam Penelitian .................. 21 4.1.2 Hasil Analisis Pendahuluan Kandungan Hara Urin Kambing Etawah .............................................................................. 22 4.1.3 Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman ..................................................................... 22 ix 4.1.4 Pengaruh Pemupukan terhadap Kadar Hara Tanaman .................... 24 4.1.5 Pengaruh Pemupukan terhadap Serapan Hara Tanaman ................. 24 4.1.6 Pengaruh Pemupukan terhadap Efisiensi Pupuk .............................. 25 4.2 Pembahasan ..................................................................................... 26 V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................30 5.1. Kesimpulan................................................................................................. 30 6.2.Saran …………………………………………………………………….30 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................31 LAMPIRAN ..........................................................................................................33 DAFTAR TABEL Teks Nomor Halaman 1. Kandungan Unsur Hara Pupuk Urin dan Kompos Cair dari Limbah Kambing................................................................................................. 6 2. Metode Analisis Kandungan Hara Urin ............................................................ 16 3. Kandungan Hara Pupuk Daun ……………………………………………… 17 4. Dosis Pupuk pada Berbagai Perlakuan ............................................................. 18 5. Karakteristik Tanah yang Digunakan dalam Percobaan ................................... 21 6. Hasil Analisis Kandungan Hara Urin Kambing Etawah ................................... 22 7. Pengaruh Pemupukan terhadap Tinggi Tanaman ............................................. 23 8. Pengaruh Pemupukan terhadap Bobot Basah dan Bobot Kering Tanaman ..................................................................................... 23 9. Pengaruh Pemupukan terhadap Kadar Hara Tanaman ..................................... 24 10. Pengaruh Pemupukan terhadap Serapan Hara N, P dan K Daun Tanaman .................................................................................................. 25 11. Pengaruh Pemupukan terhadap Efisiensi Pupuk.............................................. 26 Lampiran 1. Karakteristik Kambing Etawah .......................................................................... 34 2. Analisis Ragam Bobot Basah Total ................................................................... 34 3. Analisis Ragam Bobot Basah Batang dan Daun ................................................ 34 4. Analisis Ragam Bobot Basah Akar .................................................................... 35 5. Analisis Ragam Bobot Kering Batang dan Daun .............................................. 35 6. Analisis Ragam Bobot Kering Akar .................................................................. 35 7. Analisis Ragam Kadar N Tanaman .................................................................... 35 8. Analisis Ragam Kadar P Tanaman .................................................................... 36 9. Analisis Ragam Kadar K Tanaman .................................................................... 36 10. Analisis Ragam Kadar Ca Tanaman ................................................................ 36 11. Analisis Ragam Kadar Mg Tanaman ............................................................... 36 12. Analisis Ragam Serapan Hara N ...................................................................... 37 13. Analisis Ragam Serapan Hara P ...................................................................... 37 14. Analisis Ragam Serapan Hara K ...................................................................... 37 xi 15. Analisis Ragam Serapan Hara Ca .................................................................... 37 16. Analisis Ragam Serapan Hara Mg ................................................................... 38 17. Analisis Ragam Efisiensi N ............................................................................. 38 18. Analisis Ragam Efisiensi P .............................................................................. 38 19. Analisis Ragam Efisiensi K ............................................................................. 38 20. Analisis Ragam Efisiensi Ca ............................................................................ 39 21. Analisis Ragam Efisiensi Mg........................................................................... 39 22. Kandungan Hara Beberapa Pupuk Kandang .................................................... 39 DAFTAR GAMBAR 1. Sampel Kambing Etawah ........................................................................................ 40 2. Penyaringan Urin Kambing Etawah ....................................................................... 40 3. Pemilihan Benih Kangkung Darat .......................................................................... 40 4. Keragaman Tanaman Kangkung Darat pada Percobaan......................................... 41 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, yang berarti pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Nasional. Untuk itu, sektor pertanian memerlukan perhatian lebih sehingga produksi maupun produktivitasnya dapat ditingkatkan. Dalam upaya pencapaian produksi dan produktivitas, telah dilakukan berbagai upaya melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi yang berkaitan dengan faktor-faktor produksi maupun perluasan areal. Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk mendukung hal tersebut ialah penggunaan pupuk. Penggunaan pupuk di dunia dan Indonesia khususnya terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, kenaikan tingkat intensifikasi serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha peningkatan hasil pertanian. Pupuk bagi petani merupakan produk yang sangat dibutuhkan dalam usaha budidaya pertanian. Dalam usaha pertanian, pupuk memegang peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman, agar tanaman yang dipelihara dapat menghasilkan produk pertanian sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mencapai hasil produksi tanaman sesuai dengan yang diharapkan, tanaman memerlukan faktor-faktor tumbuh yang optimum. Salah satu faktor tersebut adalah ketersedian unsur hara di dalam tanah. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Pemberian pupuk untuk keperluan tanaman dapat dilakukan melalui tanah, yang selanjutnya dapat diserap oleh tanaman melalui akar, atau dapat juga pemupukan dilakukan melalui daun yang langsung diserap oleh tanaman. Pada kondisi pasar bebas bagi perdagangan pupuk seperti sekarang ini, petani dihadapkan pada berbagai pilihan jenis dan merek pupuk yang jumlahnya semakin banyak dengan mutu yang sangat beragam. Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan pengetahuan mengenai keragaman pupuk yang ada di pasaran maupun pupuk yang dibuat berdasarkan kearifan lokal. Penelitian ini menekankan jenis pupuk yang diberikan melalui daun dan merupakan salah satu kajian untuk mengetahui pupuk mana yang paling baik dalam mendukung pertanian. Dalam hal ini digunakan pupuk yang sudah beredar luas di pasaran (Gandasil D) untuk 2 dibandingkan dengan jenis pupuk anorganik cair lain yang di buat berdasarkan tingkat kebutuhan tanaman serta dibandingkan pula dengan pupuk organik cair alami (urin kambing Etawah). Kajian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pemerintah sebagai penentu kebijakan, produsen yang bertanggung jawab terhadap hasil produknya serta konsumen khususnya petani yang secara langsung menggunakan pupuk ini dalam produksi pertaniannya. Penelitian ini menggunakan tanaman kangkung darat untuk pengujiannya. Kangkung darat dapat ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi. Kangkung tergolong ke dalam famili Convolvulaceae. Pertumbuhan optimal kangkung dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Kangkung darat menekankan daun dan batang sebagai unsur produksi dan konsumsi. 1.2 Tujuan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan membuat pupuk buatan serta mengetahui pupuk mana yang paling baik dalam meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas tanaman. Dalam penelitian digunakan tanaman kangkung darat untuk pengujiannya. II. TINJAUAN PUSTAKA Pupuk merupakan salah satu sumber penting dalam kehidupan tanaman. Salah satunya, produksi pangan dunia ditentukan oleh sumbangan unsur hara yang di dapat dari tanah dan pupuk-pupuk yang ditambahkan ke dalam tanah. Saat ini, hal tersebut sangat diperlukan untuk menjamim kecukupan produksi pangan dan mencegah penurunan produktivitas tanah akibat pengurangan unsur hara. Cepatnya peningkatan populasi dunia mengakibatkan meningkatnya konsumsi yang menjadikan pupuk-pupuk menjadi bagian integral dalam suplai pangan (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). 2.1 Klasifikasi Pupuk Pupuk dapat dibedakan berdasarkan bahan asal, senyawa, fasa, cara penggunaan, reaksi fisiologi, jumlah dan macam hara yang dikandungnya. A. Berdasarkan asalnya dibedakan: 1. Pupuk alam ialah pupuk yang terdapat di alam atau dibuat dengan bahan alam tanpa proses yang berarti. Misalnya: pupuk kompos, pupuk kandang, guano, pupuk hijau dan pupuk batuan P. 2. Pupuk buatan ialah pupuk yang dibuat oleh pabrik. Misalnya: TSP, urea, rustika dan nitrophoska. Pupuk ini dibuat oleh pabrik dengan mengubah sumber daya alam melalui proses fisika dan atau kimia. B. Berdasarkan senyawanya dibedakan: 1. Pupuk organik ialah pupuk yang berupa senyawa organik. Kebanyakan pupuk alam tergolong pupuk organik: pupuk kandang, kompos, guano. Pupuk alam yang tidak termasuk pupuk organik misalnya rock phosphat, umumnya berasal dari batuan sejenis apatit [Ca3(PO4)2]. 2. Pupuk anorganik atau mineral merupakan pupuk dari senyawa anorganik. Hampir semua pupuk buatan tergolong pupuk anorganik. C. Berdasarkan fasa-nya dibedakan: 1. Padat. Pupuk padat umumnya mempunyai kelarutan yang beragam mulai yang mudah larut air sampai yang sukar larut. 2. Pupuk cair. Pupuk ini berupa cairan, cara penggunaannya dilarutkan dulu dengan air. Umumnya pupuk ini disemprotkan ke daun karena mengandung 4 banyak hara, baik makro maupun mikro, harganya relatif mahal. Pupuk amoniak cair merupakan pupuk cair yang kadar N-nya sangat tinggi sekitar 83%, penggunaannya dapat lewat tanah (diinjeksikan). D. Berdasarkan cara penggunaannya dibedakan: 1. Pupuk daun ialah pupuk yang cara pemupukan dilarutkan dalam air dan disemprotkan pada permukaan daun. 2. Pupuk akar atau pupuk tanah ialah pupuk yang diberikan ke dalam tanah di sekitar akar agar diserap oleh akar tanaman. E. Berdasarkan reaksi fisiologisnya dibedakan: 1. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis masam artinya bila pupuk tersebut diberikan ke dalam tanah ada kecenderungan tanah menjadi lebih masam (pH menjadi lebih rendah). Misalnya: ZA dan Urea. 2. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis basis ialah pupuk yang bila diberikan ke dalam tanah menyebabkan pH tanah cenderung naik misalnya: pupuk chili salpeter, calnitro, kalsium sianida. F. Berdasarkan jumlah hara yang dikandungnya dibedakan: 1. Pupuk yang hanya mengandung satu hara tanaman saja. Misalnya: urea hanya mengandung hara N, TSP hanya dipentingkan P saja (sebetulnya juga mengandung Ca). 2. Pupuk majemuk ialah pupuk yang mengandung dua atau lebih dua hara tanaman. Contoh: NPK, amophoska, nitrophoska dan rustika. G. Berdasarkan macam hara tanaman dibedakan: 1. Pupuk makro ialah pupuk yang mengandung hanya hara makro saja: NPK, nitrophoska, gandasil. 2. Pupuk mikro ialah pupuk yang hanya mengandung hara mikro saja misalnya: mikrovet, mikroplek, metalik. 3. Campuran makro dan mikro misalnya pupuk gandasil, bayfolan, rustika. Sering juga ke dalam pupuk campur makro dan mikro ditambahkan juga zat pengatur tumbuh (hormon tumbuh) (Widya, 2006). 5 2.2 Pupuk Urin Kambing Etawah Devendra dan Burns (1994) melaporkan bahwa kambing merupakan ternak bertanduk yang termasuk dalam kelas mamalia, ordo Artiodactyla, sub ordo Ruminansia, famili Bovidae, genus Capra dan spesies Capra hircus. Kambing Etawah adalah kambing tipe dwiguna yang merupakan kombinasi antara produksi air susu dan daging (Ditjennak, 1981). Menurut Devendra dan Burns (1994), persilangan kambing peranakan Etawah telah dilakukan sejak tahun 1910-an dengan tujuan untuk memperbaiki mutu kambing lokal sekarang keturunannya sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan Indonesia. Kambing Etawah bertubuh besar dengan kaki belakang berbulu panjang dan tebal. Rata-rata bobot pejantan bervariasi antara 60-90 kg dan betina 50-60 kg (Ditjennak, 1981) atau mempunyai bobot rata-rata 40-45 kg (Devendra dan Burns, 1994), produk susu sebanyak 201,96+6,65 kg selama laktasi 191+ hari dengan produksi susu harian 1,752+0,031 kg (Ditjennak, 1981) atau menghasilkan produksi susu sebanyak 200-562 kg dengan produksi susu harian 1,5-3,5 kg selama masa laktasi 170-200 hari (Devendra dan Burns, 1994). Karakteristik kambing Etawah yaitu mempunyai warna, termasuk warna putih, merah coklat dan hitam. Telinga panjang, melipat dan menggantung dengan panjang kurang lebih 30 cm, tinggi 70-80 cm (Devendra dan Burns, 1994). Dari sudut nutrisi, pakan bagi ternak merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam menunjang kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi. Pakan yang baik akan menjadikan ternak sanggup melaksanakan fungsi proses produksi dan reproduksi dalam tubuh secara normal (Prastowo, 1980). Pakan yang diberikan untuk ternak kambing harus memenuhi kebutuhannya untuk hidup pokok dan bereproduksi (Ensminger, 2001). Pakan yang melebihi kebutuhan pokok hidupnya akan dimanfaatkan untuk produksi yang lebih tinggi (Devendra dan Burns, 1994). Kambing PE menyukai beragam tanaman berupa daun kaliandra, mahoni, daun nangka, daun pisang, daun dadap, rumput setaria dan rumput gajah (Astuti et al., 2002). Menurut Atabany (2001), induk laktasi kambing PE dengan rataan bobot hidup 48 kg, mengkonsumsi 8,19 kg pakan segar per hari, setara dengan 3,7% 6 bobot hidup. Pakan konsentrat, ampas tahu dan singkong yang diberikan selalu habis dikonsumsi. Rataan banyaknya rumput yang dikonsumsi induk laktasi 76,63% dari pemberian rata-rata 4,19 kg per ekor per hari. Pemberian rumput dilakukan tiga kali, sedangkan konsentrat dua kali sehari. Menurut Devendra dan Burns (1994), ternak perah merupakan ternak yang mampu memproduksi susu melebihi kebutuhan anaknya dan dapat mempertahankan produksi susunya sampai jangka waktu tertentu. Produksi susu dipengaruhi oleh mutu genetik, umur induk, ukuran dimensi kambing, bobot hidup, lama laktasi, tata laksana yang diberlakukan terhadap ternak (perkandangan, pakan, kesehatan), kondisi iklim setempat, daya adaptasi ternak, aktivitas pemerahan (Phalepi, 2004), bangsa, musim, masa birahi dan kebuntingan, jumlah anak sekelahiran, lama masa kering, hormon, pakan dan penyakit (Soddiq dan Abidin, 2002). Pemberian input pada kambing memiliki kaitan yang erat dengan output kambing, di mana faktor-faktor tersebut saling berintegralisasi. Oleh karena itu, diperlukan analisa laboratorium untuk mengetahui kandungan hara output kambing tersebut dan juga untuk menilai faktor-faktor apa yang berperan penting dalam proses tersebut. Hasil analisis di laboratorium menunjukkan kadar hara N, K, dan C organik pada biourin maupun biokultur lebih tinggi dibanding urin atau cairan feses yang belum difermentasi. Tabel 1. Kandungan unsur hara pupuk urin dan kompos cair dari limbah kambing Jenis Bahan N (%) Kandungan hara P K C-organik (ppm) (ppm) (ppm) Urin Tanpa perlakuan Dengan perlakuan 0.34 0.89 94 89 759 1770 3390 3773 Tanpa perlakakuan Dengan perlakuan 0.27 1.22 69 84 422 962 2811 3414 Kompos cair - Keterangan Perlakuan pada urin : fermentasi 7 hari, pemutaran 6 jam Perlakuan pada feses : fermentasi 7 jam (Made, 2008) 7 2.3 Pupuk Anorganik Pupuk anorganik merupakan pupuk yang dibuat di pabrik secara kimia. Pupuk anorganik dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah hara yang menyusunnya, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal merupakan pupuk yang mengandung hanya satu unsur hara. Sedangkan pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur (Kasno, 2009a). Sumber hara N adalah pupuk urea, ZA, DAP, KNO, dan NPK. Nitrogen merupakan hara yang bersifat higroskopis atau mudah menyerap air dan mudah larut dalam tanah. Hara N diserap tanaman dalam bentuk NH4+ dan NO3-. Kadar NH4+ terlarut tertinggi terjadi pada saat pemupukan hingga hari ke 3 (Ibrahim dan Kasno, 2008), mudah hilang dan tidak tersedia bagi tanaman. Nitrogen bersifat mobil di dalam tanah. Sumber hara P adalah pupuk superfosfat, fosfat alam, DAP, dan NPK. Hara P dalam tanah stabil atau tidak mudah hilang. Hara K bersumber dari pupuk KCl, MOP, KNO3, dan NPK. Hara K dalam tanah bersifat mobil, mudah bergerak dan pada tanah tua (Ultisol dan Oxisol) mudah tercuci. Pupuk anorganik diberikan berdasarkan sifat tanah atau kesuburan tanah dan varietas tanaman. Sifat tanah atau status hara tanah dapat diketahui dari hasil analisis tanah di laboratorium atau dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS). Dosis pupuk untuk tanaman dengan hasil lebih tinggi, misalnya padi hibrida akan lebih tinggi (Kasno, 2009b). 2.4 Pupuk Daun dan Mekanisme Penyerapan Pupuk Melalui Daun Pupuk daun merupakan salah satu jenis pupuk majemuk. Disebut demikian karena pembuatan pupuk daun bertujuan agar unsur-unsur yang terkandung di dalamnya dapat diserap oleh daun atau untuk pembentukan zat hijau daun. Penyerapan unsur hara dalam pupuk daun memang dirancang berjalan lebih cepat dibanding dengan pupuk akar. Tanaman akan tumbuh cepat dan media tanam tidak rusak akibat pemupukan yang terus menerus. Oleh karena itu, pemupukan melalui daun dianggap lebih efektif dibandingkan dengan pupuk akar. Sayangnya, pupuk daun mempunyai sifat cepat menguap. 8 Kelebihan pupuk daun dibanding pupuk akar adalah penyerapan hara melalui mulut daun (stomata) berjalan cepat, sehingga perbaikan tanaman cepat terlihat. Selain itu, unsur hara yang diberikan lewat daun hampir seluruhnya dapat diambil tanaman dan tidak menyebabkan kelelahan atau kerusakan tanah. Seperti diketahui pupuk yang diberikan lewat tanah tidak semuanya dapat diserap akar tanaman karena sebagian difiksasi oleh tanah (misalnya P difiksasi oleh Al, Fe, atau Ca, unsur K difiksasi oleh mineral liat, ilit dan sebagainya), tercuci bersama air perkolasi, atau tererosi bersama butir-butir tanah. Adapun kekurangan pupuk daun adalah bila dosis yang diberikan terlalu besar, maka daun akan rusak (Hardjowigeno, 2003). Pemberian pupuk lewat daun yang tepat adalah antara jam 7-9 pagi atau 5 sore dengan catatan tidak terjadi hujan paling cepat 2 jam setelah pupuk daun diaplikasikan. Pupuk daun sebaiknya tidak diberikan saat malam hari, panas terik atau menjelang hujan. Saat terik matahari, cahaya matahari merangsang fotosintesis yang berakibat menurunnya kandungan CO kira-kira 0.03-0.02%, tekanan turgor dari sel-sel juga menurun karena kehilangan air yang berlebih akibat proses transpirasi (Harjadi, 1996). Bila disemprot pada malam hari, daun sedang menutup, sehingga pupuk tidak sepenuhnya diserap oleh tanaman. Pemupukan lewat daun sangat menguntungkan bila tanaman dihadapkan pada kondisi: ketersediaan hara di tanah sangat rendah, topsoil kering dan terjadi penurunan aktivitas akar selama fase reproduktif (Lingga, 2004). Prioritas penyemprotan pada bagian bawah daun karena paling banyak terdapat stomata. Faktor yang mempengaruhi efektivitas pemupukan ialah faktor cuaca, di mana bila terjadi hujan maka akan mengurangi efektivitas penyerapan pupuk. Penyemprotan saat suhu udara panas menyebabkan konsentrasi larutan pupuk yang sampai ke daun cepat meningkat sehingga daun dapat terbakar. Contoh pupuk daun yang beredar di pasaran yaitu Gandasil Daun 14-12-14 dilengkapi dengan Mn, Mg, B, Cu dan Zn (Prasetya, 2011). 9 2.5. Karaktristik Hara Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K) dalam Tanah dan Tanaman Sebagian besar Nitrogen (N) tanah berada dalam bentuk N organik maka pelapukan N organik merupakan proses menjadikan N tersedia bagi tanaman. Nitrogen dibebaskan dalam bentuk ammonium, dan bila keadaan baik ammonium dioksidasikan menjadi nitrit kemudian nitrat (Soepardi, 1983). Bentuk N yang diabsorpsi oleh tanaman berbeda-beda. Ada tanaman yang lebih baik apabila diberikan NH4+ tetapi ada pula tanaman yang lebih baik apabila diberikan NO3-. Tanaman padi sawah mengambil N biasanya dalam bentuk NH4+, sebaliknya tanaman-tanaman darat mengabsorpsi bentuk NO3- yang terbanyak. Nitrogen yang diserap ini di dalam tanaman diubah menjadi – N2 – NH- -NH2 -. Bentuk reduksi kemudian diubah menjadi senyawa yang lebih kompleks dan akhirnya menjadi protein. Protein ini bersifat katalisator dan sebagai pemimpin dalam proses metabolisme. Protein-protein yang fungsionil tidak stabil, mereka selalu pecah dan kemudian membentuk kembali. Pemberian N yang banyak akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif berlangsung hebat sekali dan warna daun menjadi hijau tua. Kelebihan N ialah dapat memperpanjang umur tanaman dan memperlambat proses pematangan karena tidak seimbang dengan unsur lainnya seperti P, K, dan S. Tanaman serat yang kelebihan N akan melemahkan serat-seratnya, sedangkan untuk tanaman biji-bijian akan menyebabkan tanaman rebah. Hal ini terutama bila kekurangan kalium atau varietas yang dipakai tidak tahan terhadap pemupukan N yang tinggi. Keburukan akibat pemupukan yang dikemukakan di atas biasanya tidak terjadi bila unsur-unsur lain terdapat dalam keadaan yang cukup. Dalam keadaan demikian pemupukan N biasanya sangat meningkatkan produksi tanaman. Kekurangan N biasanya menyebabkan pertumbuhan tanaman tertekan dan daun-daun menjadi kering. Gejala khlorosis mula-mula timbul pada daun yang tua sedangkan daun-daun muda tetap berwarna hijau. Kenyataan ini membuktikan mobilitas N di dalam tanaman. Apabila akar tanaman tidak dapat mengambil N yang cukup untuk pertumbuhannya maka senyawa N di dalam daun-daun tua akan menjalani proses autolisis. Dalam hal ini, protein diubah menjadi bentuk yang 10 larut yang kemudian di translokasikan ke bagian daun yang lebih muda di mana jaringan meristemnya masih aktif. Pada keadaan N yang rendah sekali, daun akan menjadi coklat dan mati. Untuk jenis rumput-rumputan ujung-ujung daun tua mula-mula akan mengering seperti terbakar dan menjalar ke seluruh daun melalui ibu tulang dan melebar ke samping sehingga memberikan bentuk V (Leiwakabessy et al, 2003). Tanaman biasanya mengabsorpi P dalam bentuk H2PO4- dan sebagian kecil dalam bentuk fosfat sekunder yakni H2PO42-. Absorpsi kedua ion itu oleh tanaman dipengaruhi oleh pH tanah sekitar akar. Pada pH tanah yang rendah absorpsi bentuk H2PO42- meningkat. Selain kedua bentuk di atas mungkin juga bentuk pirofosfat dan metafosfat dapat di ambil oleh tanaman. Tanaman juga dapat mengabsorpsi fosfat dalam bentuk P-organik seperti asam nukleat dan phytin. Bentuk-bentuk ini berasal dari dekomposisi bahan organik dan dapat langsung digunakan tanaman. Tetapi karena tidak stabil dalam suasana di mana aktivitas mikroba tinggi, maka peranan mereka sebagai sumber fosfat bagi tanaman di lapangan menjadi kecil. Fosfat yang cukup akan memperbesar pertumbuhan akar. Fosfat merupakan unsur yang mobil di dalam tanaman. Apabila terjadi kekurangan fosfat maka fosfat di dalam jaringan yang tua di angkat ke bagian-bagian meristem yang sedang aktif. Tetapi oleh karena kekurangan unsur ini menghambat seluruh pertumbuhan tanaman, maka gejala yang jelas pada daun seperti halnya kekurangan unsur-unsur N dan K jarang terlihat. Peranan fosfat adalah sangat khusus dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Fosfat atau radikal fosforil di dalam sel-sel tanaman di angkat ke golongan asepior melalui suatu reaksi yang disebut fosforilasi sehingga reaktivitas dari suatu zat bertambah. Fosforiliasi akan mengurangi energi dari aktivitas dari penghalang di dalam sel tanaman sehingga memungkinkan semua reaksi-reaksi kimia di dalam proses biologi berlangsung sempurna dan dipercepat. Perubahan fosfat di dalam tanaman terjadi dalam tiga tahap. Pada tahap pertama fosfat anorganik diabsorpsi dan bereaksi dengan molekul atau radikal organik, pada tahap kedua terjadi proses transfosforilasi di mana golongan fosforil diubah menjadi molekul-molekul lain. Dan pada tahap ketiga, fosfat atau 11 pirofosfat dibebaskan dari “intermediated phosphorylated” oleh proses hidrolisa ataupun melalui substitusi radikal organik. Sumber energi yang utama untuk perubahan fosfat ke dalam berbagai bentuk kombinasi organik adalah energi potensial oksidasi-reduksi yang dihasilkan dalam proses metabolisme oksidatif. Beberapa peranan fosfat yang penting ialah dalam proses fotosintesa, perubahan-perubahan karbohidrat dan senyawa-senyawa yang berhubungan dengannya, glikolisis, metabolisme asam-amino, metabolisme lemak, metabolisme sulfur, oksidasi biologis dan sejumlah reaksi dalam proses hidup (Leiwakabessy et al, 2003). Jumlah K dalam tanah jauh lebih banyak daripada P. Masalah utama ialah ketersediaan. Kalium diikat dalam bentuk-bentuk yang kurang tersedia. Jumlah K yang dapat dipertukarkan atau tersedia bagi tanaman tidak melebihi 1 persen dari seluruh kalium tanah (Soepardi, 1983). Kalium diabsorpsi pada tanaman dalam bentuk K+. Bentuk dapat ditukar atau bentuk yang tersedia bagi tanaman biasanya dalam bentuk pupuk K yang larut dalam air. Kebutuhan tanaman akan K cukup tinggi dan akan menunjukkan gejala kekurangan apabila kebutuhannya tidak tercukupi. Dalam keadaan demikian maka terjadi translokasi K dari bagian-bagian yang tua ke bagian-bagian yang muda. Dengan demikian gejalanya mulai terlihat pada bagian bawah dan bergerak ke ujung tanaman. Berbeda dengan N, S, P, dan beberapa unsur lain, tidak dijumpai di dalam bagian tanaman seperti protoplasma, lemak, dan selulosa. Fungsinya nampaknya lebih bersifat katalisator. Selain itu, kalium memiliki peranan penting sekali terhadap peristiwa-peristiwa fisiologis seperti: metabolisme karbohidrat, metabolisme nitrogen dan sintesa protein, mengawasi dan mengatur aktivitas beragam unsur mineral, dan mengatur pergerakan stomata. Peranan-peranan tersebut dapat di lihat dalam berbagai bentuk gejala tumbuh. Daun-daun menjadi kering, melemahkan batang dari tanaman biji-bijian dan mengakibatkan mudah rebah. Kekurangan kalium akan menyebabkan produksi tanaman berkurang sekali. Sering terjadi bahwa walaupun produksi berkurang sekali tetapi gejala kekurangan tidak timbul. Peristiwa ini dikenal 12 dengan nama kelaparan yang tersembunyi (hidden hunger) dan tidak saja terbatas pada kalium tetapi juga berlaku untuk unsur hara yang lain (Leiwakabessy et al, 2003). 2.6 Keuntungan dan Ekonomi Pupuk Membeli pupuk dengan analisis yang tinggi adalah lebih baik daripada membeli dengan analisis rendah. Data harga menunjukkan bahwa makin tinggi kadar analisisnya, terutama dari pupuk majemuk, makin banyak hara yang dapat diperoleh dari tiap rupiahnya. Satu fakta harga yang perlu dingat pada waktu membeli pupuk adalah harga relatif dari nitrogen, fosfor, dan kalium. (Soepardi, 1983). Keuntungan usaha tani berasosiasi dengan produksi tinggi, di mana keuntungan maksimal akan dicapai bilamana produksi dan harga jual tinggi. Produksi lebih tinggi total biaya produksi per satuan juga tinggi, tetapi ongkos biaya per satuan hasil lebih rendah dan keuntungan meningkat. Faktor lain yang menjadi pertimbangan adalah dosis optimum, dosis pupuk optimum sendiri dipengaruhi oleh harga pupuk dan harga jual produksi. Bila harga pupuk naik dan harga jual tetap maka sudut persamaan garis ongkos pemupukan ( ) akan naik, sehingga dosis optimum akan bergeser menjadi lebih rendah, bila sebaliknya maka dosis optimum naik. Dosis optimum akan berubah pada setiap tahun atau musim karena variasi iklim, harga jual dan ongkos pupuk. Sehingga perlu dihitung berapa biaya yang akan dikeluarkan dan berapa tingkat produksi serta harga jual yang diharapkan. Sistem produksi di bidang pertanian selalu mempertimbangkan resiko, seperti kebanjiran, kekeringan, dan serangan hama dan penyakit. Resiko ini menurunkan produksi, namun dengan pengelolaan yang baik dapat mengurangi resiko tersebut. Selain itu, bila pemupukan terlau banyak secara ekonomik, kerugian sama besarnya dengan tanaman pemupukan yang kurang pada proporsi yang sama. Residu pupuk harus diperhitungkan pada pemupukan berikutnya sebagai kompensasi pemupukan berlebih, bila efek residu masih terlihat. Pupuk yang tersimpan dalam tanah, tentunya bila tidak tercuci, akan mengurangi dosis 13 optimum sampai beberapa musim, namun secara perhitungan ekonomi pupuk bahwa residu pupuk pertanian yang mendalam dalam memperhitungkan dosis optimum pupuk N sekitar1/3nya pada pemupukan musim berikutnya. Carry over P dalam tanah sangat bervariasi dari 25 sampai dengan 60%, jumlah yang lebih rendah bila cara panen dilakukan dengan mengangkut semua biomassa dari lahan seperti tanaman rumput (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). 2.7 Kangkung Darat Kangkung termasuk suku Convolvulaceae atau keluarga kangkung- kangkungan. Merupakan tanaman yang tumbuh cepat dan memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Terna semusim dengan panjang 30-50 cm ini merambat pada lumpur dan tempat-tempat yang basah seperti tepi kali, rawa-rawa, atau terapung di atas air. Biasa ditemukan di dataran rendah hingga 1.000 m di atas permukaan laut (Dalimartha, 2007). Kangkung terdiri dua jenis, yakni kangkung darat yang disebut kangkung cina dan kangkung air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa, atau parit. Perbedaan antara kangkung darat dan kangkung air terletak pada warna bunga. Kangkung air berbunga putih kemerah-merahan, sedangkan kangkung darat bunga putih bersih. Perbedaan lainnya adalah kangkung air berbatang dan berdaun lebih besar daripada kangkung darat. Warna batangnya juga berbeda. Kangkung air berbatang hijau, sedangkan kangkung darat putih kehijau-hijauan. Lainnya, kebiasaan berbiji. Kangkung darat lebih banyak bijinya daripada kangkung air itu sebabnya kangkung darat diperbanyak lewat biji, sedangkan kangkung air dengan cara stek pucuk batang. Kangkung mempunyai sifat manis, tawar, berefek sejuk. Sifat tanaman ini masuk ke dalam meridian usus dan lambung. Efek farmakologis tanaman ini sebagai anti racun (anti toksik), anti radang, peluruh kencing (diuretik), menghentikan perdarahan (hemostatik), sedatif (obat tidur). Kangkung juga bersifat menyejukkan dan menenangkan (Anonymous, 2008). Kangkung juga memiliki kandungan mineral, vitamin A, B, C, asam amino, kalsium, fosfor, karoten, dan zat besi. Karena berbagai kandungannya 14 itulah, kangkung memiliki sifat sebagai anti racun, peluruh perdarahan, diuretik (pelancar kencing), anti radang, dan sedatif (penenang/obat tidur). Sebab itu tidak heran bila kita mudah mengantuk setelah makan banyak dengan menu utama kangkung. Sifat inilah yang membuat kangkung memiliki khasiat antara lain mengurangi haid yang terlalu banyak, mengatasi keracunan makanan, kencing darah, anyang-anyangan (kencing sedikit-sedikit dan rasanya nyeri), mimisan, sulit tidur, dan wasir berdarah. Sebagai obat luar, kangkung bisa digunakan untuk mengobati bisul, kapalan, dan radang kulit bernanah (Gklinis, 2003). Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah. Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan mudah membusuk (Aditya 2009). Laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang meningkat dari 179 juta jiwa pada tahun 1990 menjadi 206 juta jiwa tahun 2000 (Badan Pusat Statistik, 2005) menyebabkan meningkatnya kebutuhan pangan, termasuk sayuran. Produksi kangkung Indonesia tahun 2005 adalah 229.99 ton sedangkan konsumsi mencapai 1.02 juta ton (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008). Dikaitkan dengan ketahanan pangan maka dibutuhkan upaya peningkatan pangan dengan laju yang tinggi dan berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan volume pemasaran sayuran untuk memenuhi kebutuhan yang belum tercukupi. 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret 2010 sampai dengan bulan Maret 2011. Pengambilan sampel urin kambing Etawah dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Desember 2010 dengan waktu pengambilan sampel per 10 hari dengan 3 kali ulangan. Sedangkan percobaan rumah plastik berlangsung dari bulan Desember 2010 hingga Maret 2011. Percobaan rumah plastik dilaksanakan di Rumah Plastik di belakang Laboratorium Pengembangan dan Sumberdaya Fisik Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor. Analisis urin dan tanaman dilakukan di Laboratorium Biologi Tanah, Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, dan Laboratorium Pengembangan dan Sumberdaya Fisik Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampel urin kambing Etawah yang diambil dari Peternakan kambing Etawah Sentul. Pupuk dasar yang diberikan adalah urea dan ZA. Bahan pupuk artifisial dibuat dari senyawasenyawa kimia yang ada di pasaran. Benih yang digunakan dalam percobaan adalah benih tanaman kangkung darat. Analisis urin dan tanaman menggunakan beberapa bahan kimia. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kain kassa dan trash bag (digunakan untuk menampung urin), botol film, hand sprayer, timbangan, polybag (digunakan sebagai tempat media tanam), dan beberapa peralatan untuk analisis urin dan tanaman serta pembuatan pupuk artifisial di laboratorium yaitu labu kjeldhal, alat destilator, spectrophotometer, flamephotometer, atomic absorption spectrophotometer (AAS). Selain itu, alat yang digunakan untuk pengambilan contoh tanah dan pengeringan terdiri dari cangkul, skop, karung, penumbuk tanah, saringan 5 mm, plastik. 16 3.3. Metode Penelitian 3.3.1 Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan ini terdiri dari pengambilan sampel urin kambing Etawah yang diambil dari peternakan kambing Etawah Sentul. Urin ini kemudian dianalisis sifat kimianya meliputi pengukuran pH, pengukuran EC, kandungan NTotal, amonium (NH4+), nitrat (NO3-), phospor (P), kalium (K), besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg). Sebagai gambaran pelaksanaan penelitian pendahuluan, dapat di lihat pada Tabel 2 untuk metode-metode yang akan digunakan untuk analisis kandungan hara urin. Tabel 2. Metode Analisis Kandungan Hara Urin 3.3.2 Parameter Urin Metode Analisis Pengukuran pH pH meter Kandungan N-Total Kjeldahl Pengukuran EC EC meter Kandungan nitrat (NO3-) Kjeldahl Kandungan amonium (NH4+) Kjeldahl Kandungan phospor (P) Spectrophotometer Kandungan kalium (K) Flame Photometer Kandungan besi (Fe) AAS Kandungan tembaga (Cu) AAS Kandungan seng (Zn) AAS Kandungan mangan (Mn), AAS Kandungan kalsium (Ca) AAS Kandungan magnesium (Mg) AAS Pembuatan Pupuk SA1 Berdasarkan hasil analisis maka didapatkan standar kandungan hara dalam urin kambing Etawah. Dari analisis tersebut terlihat bahwa urin kambing Etawah memiliki potensi sebagai alternatif penggunaan pupuk daun, namun karena produksi urin tidak banyak (2 sd 2.5 liter/hari) maka diperlukan upaya signifikan untuk penggunaannya, sehingga dilakukan peniruan terhadap urin kambing 17 Etawah di mana kandungan hara urin tersebut dijadikan model dan pedoman dalam pembuatan pupuk artifisial. Akan tetapi dalam proses peniruan dan pembuatan pupuk artifisial SA1, kandungan hara urin kambing Etawah tidak di tiru 100%. Pupuk cair sebagai pupuk daun yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 5 jenis mencakup 1 pupuk organik cair (pupuk urin kambing Etawah) dan 4 pupuk anorganik (pupuk cair SA1, GDP, GDL, dan Gandasil D). Masing-masing memiliki kandungan hara yang berbeda. Tabel 3 berikut ini menunjukkan kandungan hara dari masing-masing pupuk cair. Tabel 3. Kandungan Hara Pupuk Daun Kandungan Hara Pupuk Daun N (%) P (%) K (%) Unsur Tambahan Mg (%) Pupuk cair SA1 Pupuk cair GDP 3.06 10.00 0.40 6.00 0.49 11.00 Pupuk cair GDL 1.20 1.00 1.80 Unsur mikro 14.00 5.24 11.57 Unsur mikro Pupuk cair Gandasil D 3.3.3 0.50 Unsur mikro Unsur mikro Rancangan Penelitian Percobaan pot di rumah plastik berbahan Ultra Violet merupakan percobaan faktor tunggal dengan 6 perlakuan dengan 3 ulangan sehingga jumlah satuan percobaan sebanyak 18. Perlakuan yang diberikan tertera pada Tabel 4. Rancangan yang dipakai adalah rancangan acak lengkap (RAL). Analisis statistik meggunakan ANOVA (program SPSS 16) dan apabila berpengaruh nyata selanjutnya dilakukan analisis lanjutan dengan menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) atau uji wilayah Duncan pada taraf α = 5%. 18 Perlakuan yang diperuntukkan untuk pengujian efektivitas Pupuk Cair ini meliputi: 1. Kontrol (K) 2. Pupuk SA1 (PA) 3. Pupuk GDP (PB) 4. Pupuk GDL (PC) 5. Pupuk Gandasil D (PG) 6. Pupuk urin alami (PU) Dosis anjuran Pupuk Cair adalah 5 liter/Ha. Pemupukan awal digunakan dalam penelitian ini dengan pupuk N, P dan K yang dosisnya meliputi 150 kg Urea/Ha, dan 100 kg ZA/Ha. Dosis masing-masing pupuk cair untuk setiap perlakuan disajikan pada Tabel 4 Tabel 4. Dosis Pupuk pada Berbagai Perlakuan Perlakuan Kontrol (K) Pupuk SA1 (PA) Pupuk GDP (PB) Pupuk GDL (PC) Pupuk Gandasil D (PG) Pupuk Urin Alami (PU) 3.3.4 Dosis ………...(semprot/polybag)…………… 10 10 10 10 10 10 Percobaan Rumah Kaca 1. Pengambilan Bahan Tanah Bahan tanah yang diambil adalah Latosol Darmaga yang diambil dari lahan Kebun Percobaan University Farm di Cikabayan, Darmaga, Bogor pada kedalaman 0-20 cm. Tanah yang diambil lalu dikering udarakan di rumah plastik selama 1 hari, lalu diayak dengan ayakan 5 mm agar terpisahkan dengan bahan lain. Bahan tanah yang sudah diayak kemudian dimasukkan ke polybag masingmasing sebanyak 5 kg BKM sebagai media penanaman tanaman kangkung darat. 19 2. Persiapan Inkubasi Penetapan kadar air tanah didasarkan metode gravimetri. Pengeringan tanah dilakukan pada suhu 105°C selama 24 jam. Kadar air (KA) dihitung sebagai berikut: Kadar Air ( KA ) = Bobot Tanah Awal – Bobot Tanah Kering Oven x 100 % Bobot Tanah Kering Oven 3. Penanaman dan Pemeliharaan Penanaman tanaman kangkung darat diawali dengan pemberian pupuk dasar yaitu pupuk urea dan ZA. Pemberian pupuk tersebut dilakukan seminggu sebelum tanam. Setelah itu, dilakukan pemilihan benih dengan cara memasukkan benih ke gelas air mineral berisi air, di mana benih yang mengapung dibuang dan benih terpilih adalah benih yang tenggelam di permukaan dasar gelas air mineral. Benih-benih terpilih tersebut kemudian dipisahkan. Pada setiap polybag dibuat lubang tanam dengan pola melingkar sebanyak 10 lubang, kemudian setiap lubang diisi 2 sampai dengan 3 benih-benih yang sudah dipisahkan. Penanaman kangkung darat sendiri dilakukan pada sore hari. Hal ini bertujuan agar benih setelah ditanam tidak langsung mendapat udara kering sehingga benih cepat berkecambah. Penyiraman tanaman dilakukan setiap hari (pagi dan sore) untuk menjaga ketersediaan air bagi tanaman, sedangkan pemupukan dilakukan seminggu sekali dengan cara menyemprotkan pupuk cair ke bagian bawah daun tanaman. Selain itu, dilakukan penyemprotan pestisida dengan menggunakan Decis dan Kelthane. Penyemprotan dilakukan secara bergilir setiap 3 hari setelah penanaman untuk masing-masing pestisida. 4. Pengamatan Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah variabel pertumbuhan vegetatif dan produksi. Variabel pertumbuhan tanaman yang diamati adalah tinggi tanaman. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman mulai dari permukaan tanah sampai dengan ujung daun tertinggi setelah 20 diluruskan. Variabel produksi tanaman yang diukur terdiri dari bobot basah dan bobot kering tanaman. 5. Pemanenan Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 30 hari. Pemanenan dilakukan secara serempak dengan cara mencabut tanaman sampai akarnya. Setelah itu, biomassa tanaman yang berupa akar, daun, dan batang dicuci hingga bersih untuk dilakukan penimbangan berat basah, berat kering dan analisis tanaman. Analisis yang dilakukan pada biomassa tanaman meliputi penetapan kadar hara N, P, K, Ca dan Mg total. 3.4. Metode Penilaian Efisiensi Pupuk dan Persentase Hasil Produksi Menurut Leiwakabessy & Sutandi (2004), metode perhitungan efisiensi pupuk dapat digunakan untuk menilai sampai sejauh mana tanaman dapat memanfaatkan unsur hara yang telah diserap untuk berproduksi lebih tinggi tanpa menambah hara yang diperlukan, di mana formulanya sebagai berikut: Efisiensi Pupuk (%) = Serapan Hara Perlakuan – Serapan Hara Kontrol x 100% Dosis Pupuk yang Diberikan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Analisis Tanah yang digunakan dalam Penelitian Hasil analisis karakteristik tanah yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 5. Dari hasil analisis tanah awal terlihat bahwa pH tanah termasuk masam, sedangkan kadar C-organik dan N total tergolong rendah dan KTK tergolong sedang. Adapun kation yang terdapat dalam kompleks jerapan termasuk ke dalamnya yaitu kation-kation basa seperti K+, Mg2+, dan Na+ tergolong rendah, sedangkan kation Ca2+ nilainya tergolong sangat rendah. Hasil analisis awal juga mengukur nilai kation asam, yaitu H+ dan Al3+. Nilai kejenuhan basa yang didapatkan dari nilai KTK tergolong rendah sedangkan nilai kejenuhan Al tergolong sedang (Pusat Peneltian Tanah, 1983). Tabel 5. Karakteristik Tanah yang Digunakan dalam Percobaan Sifat Tanah pH H2O pH KCl C-organik (%) N-total (%) P2O5 (ppm) Nilai 5.20 4.30 1.35 0.15 13.97 Kation dapat dipertukarkan Ca (me/100g) 0.59 Mg (me/100g) 0.51 K (me/100g) 0.12 Na(me/100g) 0.15 Al (me/100g) 3.86 H (me/100g) 0.12 KTK (me/100g) 17.54 KB (%) 7.80 Kejenuhan Al (%) 22.00 Tekstur Tanah Pasir (%) 4.48 Debu (%) 17.90 Liat (%) 77.60 Kriteria menurut PPT (1983) Masam Rendah Rendah Rendah Sangat rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Sangat Rendah Sedang 22 4.1.2 Hasil Analisis Pendahuluan Kandungan Hara Urin Kambing Etawah Pada Tabel 6 disajikan data kandungan hara urin kambing Etawah. Dari hasil analisis urin tersebut, terlihat bahwa pH urin terkategori basa sedangkan kadar N total, NH4+ dan NO3- tergolong sedang. Sedangkan kandungan hara mikro yang di dapat dari analisis relatif rendah. Tingginya kadar N total pada urin ini dikarenakan pada saat dilakukan pengambilan sampel urin, sampel kambing tersebut sedang dalam masa kehamilan. Selain itu, faktor umur yang sudah menginjak + 8 tahun turut mempengaruhi tingginya kadar N total tersebut. Tabel 6. Hasil Analisis Kandungan Hara Urin Kambing Etawah Kandungan Hara pH EC (mS/cm) NH4+ (%) NO3- (%) N total (%) P (ppm) K (ppm) Ca (ppm) Mg (ppm) Fe (ppm) Mn (ppm) Zn (ppm) Cu (ppm) Na (ppm) 4.1.3 Jenis Kambing Etawah 8.10 32.70 0.22 0.63 3.06 11.67 486 58 272 ≠ (tidak diukur) 0.10 60 1 398 Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Hasil pengamatan yang dilakukan di rumah plastik menunjukkan bahwa pemberian pupuk dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dibandingkan dengan kontrol. Pertumbuhan tinggi tanaman paling tinggi terlihat pada perlakuan PB, sehingga dapat dikatakan perlakuan tersebut memiliki pengaruh yang paling baik terhadap tanaman kangkung darat. Rataan dan hasil uji lanjut tinggi tanaman terhadap masing-masing perlakuan pupuk disajikan pada Tabel 7. 23 Tabel 7. Pengaruh Pemupukan terhadap Tinggi Tanaman Perlakuan Tinggi Tanaman …………(cm)…………… 28.7a* Kontrol (K) 33.8 bc Pupuk SA1 (PA) Pupuk GDP (PB) 36.0 c 33.2 b Pupuk GDL (PC) 35.7 bc Gandasil D (PG) Pupuk Urin Alami (PU) 35.2 bc Keterangan : *Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT). Bobot basah dan bobot kering merupakan indikator dalam penilaian produksi tanaman. Berdasarkan analisis ragam taraf nyata 5%, pemberian pupuk berpengaruh nyata terhadap bobot basah dan bobot kering tanaman. Rataan dan hasil uji lanjut perlakuan pemupukan pada tanaman kangkung darat disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8. Pengaruh Pemupukan terhadap Bobot Basah dan Bobot Kering Tanaman Perlakuan Bobot (g) Bobot Basah 15.1967a* 20.9333 b 22.3867 b 25.4700 b 24.1967 b 24.4333 b Bobot Kering 1.1867a* 2.1300 bc 1.6900ab 2.7967 c 2.0767abc 2.1533 bc Kontrol (K) Pupuk SA1 (PA) Pupuk GDP (PB) Pupuk GDL (PC) Gandasil D (PG) Pupuk Urin Alami (PU) Keterangan: *Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT). Tabel 8 menunjukkan bahwa pemupukan menghasilkan kecenderungan tingkat produksi yang lebih baik dibandingkan kontrol (K). Hal ini terlihat pada bobot basah tanaman di mana semua perlakuan mengalami peningkatan produksi yang signifikan akibat pemupukan di mana perlakuan PC menunjukkan hasil yang paling besar dibanding perlakuan lainnya. Selain itu, hasil uji statistik yang dilakukan pada bobot kering, terlihat perlakuan pupuk urin alami (PU), pupuk SA1 (PA), dan PC memiliki pengaruh yang nyata terhadap kontrol (K), sedangkan pada perlakuan PB dan Gandasil D (PG) tidak berpengaruh nyata terhadap kontrol (K). Bobot kering yang paling besar diperoleh dari perlakuan PC. 24 4.1.4 Pengaruh Pemupukan terhadap Kadar Hara Tanaman Hasil analisis statistik kadar hara N, P, K, Ca, dan Mg menunjukkan bahwa pemupukan berpengaruh nyata terhadap kadar hara pada tanaman untuk unsur N dan K, sedangkan untuk unsur P, Ca, dan Mg tidak berpengaruh nyata. Rataan dan hasil uji lanjut kadar hara pada tanaman perlakuan pupuk cair disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Pengaruh Pemupukan terhadap Kadar Hara Tanaman Perlakuan Kontrol (K) Pupuk SA1 (PA) Pupuk GDP (PB) Pupuk GDL (PC) Gandasil D (PG) Pupuk Urin Alami (PU) %N 2.35a* 3.25 b 2.17a 2.52a 2.50a 3.23 b Kadar Hara %P %K 0.23a* 1.35a* 0.34a 3.81 c 0.28a 1.69ab 0.28a 1.69ab 0.24a 1.52a 0.25a 2.54 b % Ca 3.79a* 4.05a 3.32a 4.40a 4.28a 4.13a % Mg 0.51a* 0.41a 0.51a 0.62a 0.61a 0.41a Keterangan: *Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT). Tabel 9 menunjukkan bahwa kelima perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata untuk kadar N dan K, dan tidak berbeda nyata untuk kadar P, K, dan Mg terhadap kontrol. Untuk kadar N, perlakuan PA tidak berbeda nyata dengan perlakuan PU tetapi keduanya berbeda nyata dengan PG. Sedangkan untuk kadar K, perlakuan PA berbeda nyata dengan perlakuan PG maupun PU tetapi keduanya tidak saling berbeda nyata. Untuk kadar P, K dan Mg keseluruh perlakuan tidak saling berbeda nyata. Secara keseluruhan, perlakuan PA memiliki kadar hara yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya. 4.1.5 Pengaruh Pemupukan terhadap Serapan Hara Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan berpengaruh nyata terhadap serapan hara tanaman kangkung darat terutama hara N, K, dan Mg sedangkan untuk hara P dan Ca tidak berpengaruh nyata. Hasil uji lanjut serapan N, K, dan Mg serta rataan pada perlakuan pemupukan ditampilkan dalam Tabel 10. 25 Tabel 10. Pengaruh Pemupukan terhadap Serapan Hara N, P dan K DaunTanaman Perlakuan N Serapan hara (mg/polybag) P K Ca Mg Kontrol (K) 27.89a* 2.70a* 16.19a* 45.35a* 6.05a* 70.36 b 7.55a 77.49 d 84.80a 8.39ab Pupuk SA1 (PA) 36.98a 4.49a 30.81ab 55.99a 8.48ab Pupuk GDP (PB) 71.01 b 8.18a 46.43 c 125.02a 16.71 c Pupuk GDL (PC) 52.39ab 4.98a 31.62 b 92.11a 12.29 b Gandasil D (PG) Pupuk Urin Alami 69.49 b 5.42a 54.65 c 89.90a 8.42ab (PU) Keterangan: *Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT). Tabel 10 menunjukkan bahwa kelima perlakuan pada penelitian memberikan pengaruh yang nyata pada serapan N, K dan Mg dibandingkan kontrol, namun tidak berbeda nyata untuk serapan P dan Mg. Untuk serapan N, perlakuan PA, PG maupun PU tidak saling berbeda nyata, namun PU memiliki nilai serapan N tertinggi. Untuk serapan K, PA memiliki nilai tertinggi dan menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan PG maupun PU dan PG sendiri memiliki nilai yang berbeda nyata dengan PU. Sedangkan untuk serapan Mg, perlakuan PC memiliki nilai yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Untuk serapan P dan Ca, kelima perlakuan tidak saling berbeda nyata, akan tetapi PC memiliki serapan P dan Ca yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. 4.1.6 Pengaruh Pemupukan terhadap Efisiensi Pupuk Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan berpengaruh nyata terhadap efisiensi pupuk terutama hara K dan Mg sedangkan untuk hara N, P dan Ca tidak berpengaruh nyata. Hasil uji lanjut efisiensi pupuk K dan Mg rataan pada perlakuan pemupukan ditampilkan dalam Tabel 11. 26 Tabel 11. Pengaruh Pemupukan terhadap Efisiensi Pupuk Perlakuan Efiesiensi Pupuk (%) N P K Ca Mg 4.24a* 0.48a* 7.48 c* 8.21a* 0.56a* Pupuk SA1 (PA) 0.90a 0.18a 2.81a 5.33a 0.57a Pupuk GDP (PB) 4.30a 0.54a 4.37ab 12.26a 1.40 b Pupuk GDL (PC) 2.44a 0.22a 2.89a 8.94a 0.96a Gandasil D (PG) 4.15a 0.48a 5.19 b 8.71a 0.57a Pupuk Urin (PU) Keterangan: *Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT). Tabel 11 menunjukkan bahwa unsur K dan Mg memiliki pengaruh yang nyata. Efisiensi K tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk SA1 (PA) sedangkan efisiensi Mg teringgi terdapat pada perlakuan PC. Secara umum efisiensi N, P, dan Ca tertinggi terdapat pada perlakuan PC. 4.2 Pembahasan Pupuk merupakan salah satu faktor produksi utama selain lahan, tenaga kerja, dan modal. Pemupukan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil pertanian. Anjuran pemupukan terus digalakkan melalui program pemupukan berimbang (dosis dan jenis pupuk yang digunakan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi lokasi/spesifik lokasi). Namun, sejak beberapa tahun terakhir telah terjadi pelandaian produktivitas (leveling off), sedangkan penggunaan pupuk terus meningkat. Hal ini berarti suatu petunjuk terjadinya penurunan efisiensi pemupukan karena berbagai faktor tanah dan lingkungan yang harus dicermati. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan mengenai jenis pupuk mana yang paling sesuai untuk mendukung pertumbuhan maupun produktivitas tanaman sehingga efek yang ditimbulkan oleh pemupukan bernilai seminimal mungkin. Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini terhadap kangkung darat oleh berbagai perlakuan, termasuk di dalamnya perlakuan dengan menggunakan pupuk urin kambing Etawah maupun pupuk Gandasil D yang merupakan pupuk yang sudah beredar luas di pasaran. Perlakuan pupuk SA1 menunjukkan bahwa pupuk SA1 mampu mengimbangi kemampuan urin kambing Etawah maupun Gandasil D baik itu dari hal pertumbuhan, produksi, kadar hara, serapan hara maupun efisiensi produksi. Walaupun demikian, pupuk urin kambing Etawah memiliki variasi kandungan unsur hara 27 ataupun hal-hal lain yang tidak dianalisis pada penelitian ini serta memiliki kandungan hara Mn, Cu, Zn, Ca, Mg, dan Na 100 kali lebih banyak dibandingkan pupuk SA1 (PA). Pemupukan pada daun lebih efisien pada tanaman tertentu, karena pupuk tersebut masuk ke dalam tubuh tanaman melalui stomata yang ada di permukaan daun sebelah bawah (Lingga, 2004). Penyerapan hara pupuk yang diberikan pada daun lebih cepat dibandingkan diberikan pada akar. Tanaman memberikan respons yang lebih cepat dengan munculnya tunas dan juga tanah tidak terlalu rusak atau lelah. Pada penelitian terlihat adanya keterkaitan yang erat antara pemupukan dengan tinggi tanaman, di mana semua perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman kontrol. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan (Sitompul dan Guritno, 1995). Dari pengamatan, tinggi tanaman pada perlakuan pupuk urin alami (PU) tidak berbeda nyata dengan perlakuan pupuk SA1 (PA), tetapi pupuk urin alami (PU) memberikan produksi yang paling tinggi dibandingkan pupuk SA1 (PA). Akan tetapi, kedua perlakuan tersebut mempunyai tinggi tanaman yang lebih rendah dibandingkan perlakuan pupuk Gandasil D (PG). Hal ini disebabkan masing-masing perlakuan memiliki kandungan nutrisi yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dengan baik sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Perlakuan pada PB menghasilkan tinggi tanaman tertinggi. Selain meningkatkan tinggi tanaman, pemupukan juga meningkatkan bobot basah dan bobot kering tanaman dibanding dengan tanaman yang tidak mendapat pemupukan (kontrol). Berat basah tanaman mencerminkan secara langsung produksi tanaman, sedangkan berat kering tanaman merupakan salah satu parameter yang secara langsung mencerminkan efisiensi interaksi proses fisiologis dengan lingkungannya. Bobot basah dan bobot kering tertinggi terdapat pada perlakuan PC, sedangkan para perlakuan pupuk SA1 (PA), pupuk urin alami (PU) maupun pupuk Gandasil D (PG), bobot basah antar satu sama lain tidak berbeda nyata. Akan tetapi, pada bobot kering terlihat perbedaan nyata antara 28 pupuk Gandasil D (PG) dengan pupuk urin alami (PU) serta pupuk SA1 (PA), di mana pupuk Gandasil D (PG) menunjukkan produksi yang lebih rendah dibandingkan keduanya. Peningkatan bobot basah dan bobot kering pada perlakuan cenderung dikarenakan adanya peningkatan kadar hara dan serapan hara oleh tanaman. Hal tersebut terintergrasi karena pemberian pupuk dilakukan melalui daun sehingga dapat menghindari ataupun menekan kemungkinan adanya fiksasi unsur apabila dibandingkan dengan pemberian pupuk langsung pada tanah. Unsur hara merupakan zat yang diserap tanaman yang berpengaruh tehadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Hara yang diserap oleh tanaman dapat berupa kation maupun anion. Kebutuhan unsur hara mutlak bagi setiap tanaman dan tidak bisa digantikan oleh unsur yang lain tentunya dengan kadar yang berbeda sesuai jenis tanamannya sebab jika kekurangan unsur hara akan menghambat pertumbuhan tanaman itu sendiri. Kadar hara N dan K tersedia pada perlakuan menunjukkan adanya pengaruh nyata. Kadar hara N tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk SA1 (PA), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan pupuk urin alami (PU). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk dapat meningkatkan serapan unsur N pada tanaman. Sejalan dengan unsur N, kadar hara unsur K tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk SA1 (PA) dan berbeda nyata dengan perlakuan pupuk urin alami (PU). Hal ini dimungkinkan tingginya kadar K pada bahan baku pembuatan pupuk sehingga tingkat penyerapan unsur K melalui daun meningkat seiring dengan berkurangnya fiksasi apabila diberikan melalui tanah. Kadar hara lain seperti P, Ca, Mg tidak berpengaruh nyata. Untuk kadar P, walaupun tidak berpegaruh nyata tetapi pada perlakuan cenderung menunjukkan peningkatan kadar hara dibandingkan kontrol (K). Selain itu, pada Tabel 9 terlihat bahwa pupuk urin alami (PU) dan pupuk SA1 (PA) memiliki kadar hara N, P, dan K yang lebih tinggi dibandingkan pupuk Gandasil D (PG) tetapi memiliki kadar hara Ca dan Mg yang lebih rendah dibandingkan pupuk Gandasil D (PG). Kadar hara erat kaitannya dengan serapan hara. Pada penelitian, semua perlakuan menunjukkan serapan yang lebih tinggi dibandingkan kontrol (K). Serapan N, K, dan Mg mempunyai pengaruh yang nyata tetapi serapan P dan Ca mempunyai pengaruh yang tidak nyata. Hal ini membuktikan bahwa pemupukan 29 melaui daun cukup baik untuk menekan tingkat fiksasi unsur-unsur sehingga unsur-unsur yang diperlukan dan digunakan oleh tanaman relatif cepat tersedia untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Akan tetapi, pemupukan melalui daun harus memperhatikan waktu dan dosis pemberian pupuk agar tingkat penyerapan maupun keseimbangan hara berada pada kondisi yang paling baik. Pendekatan terhadap efisinsi pupuk adalah berdasar pada pengambilan unsur hara oleh tanaman, yakni jumlah pupuk yang paling sedikit yang diperlukan tanaman untuk memproduksi hasil maksimal dianggap sebagai dosis pupuk yang paling efisien (Prasad dan De Datta, 1978). Tingkat efisiensi N, P, dan K pupuk urin alami (PU) dan pupuk SA1 (PA) memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan Gandasil D (PG) akan tetapi memiliki efisiensi Ca dan Mg lebih rendah dibandingkan pupuk Gandasil D (PG). Secara umum tingkat efisiensi pupuk yang paling baik pada penelitian ini terdapat pada perlakuan PC. Hal ini dimungkinkan karena bahan baku pembuatan pupuk tersebut beragam dan lengkap. Walaupun demikian, perlakuan pada pupuk SA1 (PA) ataupun pupuk urin alami (PU) memberikan tingkat efisiensi yang cukup baik sehingga bisa dijadikan alternatif penggunaan pupuk untuk tanaman. Hal lain yang terlihat pada penelitian ini yaitu terjadinya efek pengenceran pada perlakuan PC untuk unsur Ca serta pupuk urin kambing Etawah (PU) dan pupuk SA1 (PA) untuk unsur Mg. Efek pengenceran ini terjadi pada kondisi di mana bobot perlakuan lebih tinggi dibandingkan bobot kontrol tetapi beberapa kandungan unsur hara perlakuan memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan kontrol yang kemudian kembali meningkatkan serapan hara pada perlakuan dibandingkan kontrol. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Secara umum pemberian pupuk pada semua perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan maupun produksi tanaman. 2. Kandungan unsur hara urin kambing Etawah dan pupuk SA1 yang dikaji pada penelitian ini menunjukkan hasil yang relatif baik. 3. Selain itu, dapat dilihat bahwa pupuk SA1 dapat mengimbangi kemampuan urin kambing Etawah maupun pupuk Gandasil D untuk meningkatkan produktivitas tanaman sehingga pupuk SA1 tersebut layak dipergunakan dan dikembangkan sebagai salah satu alternatif penggunaan pupuk cair. 5.2. Saran 1. Perlunya penelitian lebih lanjut dan kontinyu untuk mengetahui kadar hara kambing Etawah dengan berbagai kondisi waktu dan iklim. 2. Perlunya pengujian terhadap tanaman yang berbeda untuk mengetahui lebih lanjut mengenai efektivitas pupuk buatan organik cair tersebut. 3. Perlunya pegujian lebih lanjut untuk mengetahui dosis pemberian pupuk cair yang paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan maupun produksi tanaman. DAFTAR PUSTAKA Aditya, DP. 2009. Budidaya Kangkung. http://dimasadityaperdana.blogspot.com. Diakses pada [05 Februari 2010] Anonymous. 2008. Artikel tips solution/health/herbs. http://www.conectique.com/. Diakses pada [05 Februari 2010]. Astuti, Y. A., Sri H, dan Siswandi. 2002. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi susu dan efisiensi ekonomis agribisnis petenakan kambing perah. Animal Production. 4(1) : 27-31. Atabany, A. 2001. Studi kasus produktivitas kambing PE dan kambing Saenan pada peternakan kambing perah Barokah dan PT. Taurus Dairy Farm. Tesis. Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor. Badan Pusat Statistik. 2005. Population of Indonesia by Province 1971, 1980, 1990,1995 and 2000. http://www.bps.go.id/sector/population/table1.shtml. Diakses pada [15 uni 2011]. Dalimartha, Setiawan DR. 2007. Kangkung si pengusir racun dan resep pengolahannya. http://hafez.wordpress.com. Diakses pada [04 Februari 2010]. Devendra, C dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Terjemahan : I. D. K. Harya Putra. Penerbit : ITB Bandung. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Periode 2003-2007. Departemen Pertanian. Jakarta. Ditjennak. 1981. Pola Operasionil Pembinaan Sumber Bibit Kambing. Direktorat Jendral Peternakan. Jakarta. Ensmiger, M. E. 2001. Sheep and Goat Science. 6th Edition. Interstate Publisher. Inc. Danville, Illinois. Gklinis. 2003. cgi-bin berita fullnews. http://www.gizi.net. Diakses pada [05 Februari 2010]. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta Harjadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. P.T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Ibrahim A.S dan A. Kasno. 2008. Interaksi Pemberian Kapur pada Pemupukan Urea terhadap Kadar N Tanah dan Serapan N Tanaman Jagung (Zea mays. L). Balai Penelitian Tanah. Kasno, A. 2009a. Jenis dan Sifat Pupuk Anorganik. Balai Penelitian Tanah. Kasno, A. 2009b. Pupuk Anorganik dan Pengelolaannya. Balai Penelitian Tanah. Lingga, P. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Leiwakabessy, F.M., U.M. Wahjudin dan Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Made, I Lundra. 2008. Membuat pupuk cair bermutu dari limbah kambing. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Phalepi, M. A. 2004. Performa Kambing Peranakan Etawah (studi kasus di peternakan pusat pelatihan pertanian dan pedesaan swadaya citarasa). Skripsi. Fakultas Peternakan, IPB. Bogor. 32 Prasad, R. And S.K. De Datta. 1978. Increasing fertilizer nitrogen efficiency in weatland rice. Symposium on Nitrogen and rice. IRRI, Los Banos, Philipinne. Prasetya. 2011. Mekanise dan Efektivitas Penyerapan Pupuk Melalui Daun. http://ngertiku.wordpress.com/2011/04/01/efektivitas-pemupukan-melaluidaun/. Diakses pada [26 September 2011). Prastowo, S. 1980. Beternak Kambing yang Berhasil. Bhratara Karya Aksara. Jakarta. Pusat Penelitian Tanah. 1983. Jenis dan Macam Tanah di Indonesia untuk Keperluan Survey dan Pemetaan Tanah Daerah Transmigrasi. Pusat Penelitian Tanah. Bogor. Sitompul, S. M. & B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sodiq, A. Dan Z. Abidin. 2002. Kambing Peranakan Etawah Penghasil Susu. Berkhasiat Obat. Agro Media Pustaka : Jakarta. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tan, K. H. 1994. Environmental Soil Science. Manuel Dekker Inc. New York. USA. Widya, N. Y. 2006. Klasifikasi Pupuk. http://www.nasih.staff.ugm.ac.id//. Di akses pada [26 September 2011] 33 LAMPIRAN 34 Tabel Lampiran 1. Karakteristik Kambing Etawah Karakteristik Kambing Etawah 1 Etawah 2 Etawah 3 Berat (kg) 52 54 48 Umur (tahun) Warna 7 Coklat 8 Coklat putih Makanan Jenis Kelamin Waktu Pengambilan sampel Musim Waktu Pemberian pakan Kondisi Penyakit 8 Coklat putih hitam Daun jati, Rumput-rumputan (kering) Perempuan Pagi sampai sore Hujan Satu kali per hari (rata- rata Pukul 15:00) Hamil (3,5 bulan) Hamil (3 Hamil (3 bulan) bulan) Gatal-gatal Tabel Lampiran 2. Analisis Ragam Bobot Basah Total Sumber Jumlah Derajat Derajat PF-hitung Keragaman Kuadrat Bebas Tengah Value Model 230.7599333 5 46.15198667 3.8251289 0.026* Perlakuan 230.7599333 5 46.15198667 3.8251289 0.026* Galat 144.7856667 12 12.06547222 Total 375.5456 17 * Pemupukan berpengaruh nyata terhadap Bobot Basah Total dengan taraf α = 5% Tabel Lampiran 3. Analisis Ragam Bobot Basah Batang dan Daun Sumber Jumlah Derajat Derajat F-hitung Keragaman Kuadrat Bebas Tengah Model 210.8898278 5 42.17796556 4.187669 Perlakuan 210.8898278 5 42.17796556 4.187669 Galat 120.8633333 12 10.07194444 Total 331.7531611 17 * Pemupukan berpengaruh nyata terhadap Bobot Basah Batang dan Daun taraf α = 5% PValue 0.02* 0.02* dengan 35 Tabel Lampiran 4. Analisis Ragam Bobot Basah Akar Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Model Perlakuan Galat Total 1.270894444 1.270894444 1.942066667 3.212961111 5 5 12 17 Derajat Tengah F-hitung PValue 0.254178889 1.57056744 0.241 0.254178889 1.57056744 0.241 0.161838889 Tabel Lampiran 5. Analisis Ragam Bobot Kering Batang dan Daun Sumber Jumlah Derajat Derajat FPKeragaman Kuadrat Bebas Tengah hitung Value a Model 4.315 5 0.863 3.711 0.029* Perlakuan 4.315 5 0.863 3.711 0.029* Galat 2.79 12 0.233 Total 7.106 17 * Pemupukan berpengaruh nyata terhadap Bobot Kering Batang dan Daun dengan taraf α = 5% Tabel Lampiran 6. Analisis Ragam Bobot Kering Akar Sumber Keragaman Model Perlakuan Galat Total Jumlah Kuadrat 0.024627778 0.024627778 0.0952 0.119827778 Derajat Bebas 5 5 12 17 Derajat FTengah hitung 0.004925556 0.62087 0.004925556 0.62087 0.007933333 PValue 0.687 0.687 Tabel Lampiran 7. Analisis Ragam Kadar N Tanaman Sumber Jumlah Derajat Derajat FPKeragaman Kuadrat Bebas Tengah hitung Value Model 3.156494444 5 0.631298889 15.0071 0* Perlakuan 3.156494444 5 0.631298889 15.0071 0* Galat 0.5048 12 0.042066667 Total 3.661294444 17 * Pemupukan berpengaruh nyata terhadap Kadar N Tanaman dengan taraf α = 5% 36 Tabel Lampiran 8. Analisis Ragam Kadar P Tanaman Sumber Keragaman Model Perlakuan Galat Total Jumlah Kuadrat 0.02445 0.02445 1.3985 0.07005 Derajat Bebas 5 5 12 17 Derajat Tengah 0.00489 0.00489 0.0038 Fhitung 1.28684 1.28684 PValue 0.332 0.332 Tabel Lampiran 9. Analisis Ragam Kadar K Tanaman Sumber Jumlah Derajat Derajat FPKeragaman Kuadrat Bebas Tengah hitung Value Model 12.66331667 5 2.532663333 11.2607 0 Perlakuan 12.66331667 5 2.532663333 11.2607 0 Galat 2.698933333 12 0.224911111 Total 15.36225 17 * Pemupukan berpengaruh nyata terhadap Kadar K Tanaman dengan taraf α = 5% Tabel Lampiran 10. Analisis Ragam Kadar Ca Tanaman Sumber Keragaman Model Perlakuan Galat Total Jumlah Kuadrat Derajat Bebas 2.280a 2.28 10.072 12.351 Derajat Tengah 5 5 12 17 0.456 0.456 0.839 Fhitung PValue 0.543 0.543 0.741 0.741 Fhitung 1.243 1.243 PValue 0.349 0.349 Tabel Lampiran 11. Analisis Ragam Kadar Mg Tanaman Sumber Keragaman Model Perlakuan Galat Total Jumlah Kuadrat 0.130a 0.13 Derajat Bebas 5 5 Derajat Tengah 0.026 0.026 0.252 0.382 12 17 0.021 37 Tabel Lampiran 12. Analisis Ragam Serapan Hara N Sumber Keragaman Model Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Derajat Tengah Fhitung PValue 5305.875a 5 1061.175 4.106 0.021* Perlakuan 5305.875 5 1061.175 4.106 0.021* Galat 3101.173 12 258.431 Total 8407.048 17 * Pemupukan berpengaruh nyata terhadap Serapan N dengan taraf α = 5% Tabel Lampiran 13. Analisis Ragam Serapan Hara P Sumber Keragaman Model Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Derajat Tengah Fhitung PValue 61.391a 5 12.278 2.043 0.144 Perlakuan 61.391 72.105 133.496 5 12 17 12.278 6.009 2.043 0.144 Galat Total Tabel Lampiran 14. Analisis Ragam Serapan Hara K Sumber Jumlah Derajat Derajat FPKeragaman Kuadrat Bebas Tengah hitung Value Model 7001.378a 5 1400.276 20.634 0 Perlakuan 7001.378 5 1400.276 20.634 0 Galat 814.369 12 67.864 Total 7815.747 17 * Pemupukan berpengaruh nyata terhadap Serapan K dengan taraf α = 5% Tabel Lampiran 15. Analisis Ragam Serapan Hara Ca Sumber Keragaman Model Perlakuan Galat Total Jumlah Kuadrat Derajat Bebas 12176.868a 12176.868 12726.36 24903.228 5 5 12 17 Derajat Tengah Fhitung PValue 2435.374 2435.374 1060.53 2.296 2.296 0.111 0.111 38 Tabel Lampiran 16. Analisis Ragam Serapan Hara Mg Sumber Keragaman Model Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Derajat Tengah Fhitung PValue 219.759a 5 43.952 8.028 0.002* Perlakuan 219.759 5 43.952 8.028 0.002* Galat 65.701 12 5.475 Total 285.459 17 * Pemupukan berpengaruh nyata terhadap Serapan Mg dengan taraf α = 5% Tabel Lampiran 17. Analisis Ragam Efisiensi N Sumber Keragaman Model Perlakuan Galat Total Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Derajat Tengah Fhitung PValue 27.145a 27.145 30.962 58.107 4 4 10 14 6.786 6.786 3.096 2.192 2.192 0.143 0.143 Derajat Tengah 0.081 0.081 0.072 Fhitung 1.117 1.117 PValue 0.401 0.401 Fhitung 14.368 14.368 PValue 0 0 Tabel Lampiran 18. Analisis Ragam Efisiensi P Sumber Keragaman Model Perlakuan Galat Total Jumlah Kuadrat .323a 0.323 0.722 1.045 Derajat Bebas 4 4 10 14 Tabel Lampiran 19. Analisis Ragam Efisiensi K Sumber Jumlah Derajat Derajat Keragaman Kuadrat Bebas Tengah Model 44.43956 4 11.11 Perlakuan 44.43956 4 11.11 Galat 7.7322 10 0.773 Total 52.17176 14 * Masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap Efisiensi K taraf α =5% dengan 39 Tabel Lampiran 20. Analisis Ragam Efisiensi Ca Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Derajat Tengah Fhitung PValue Model 72.775a 72.775 122.112 194.888 4 4 10 14 18.194 18.194 12.211 1.49 1.49 0.277 0.277 Perlakuan Galat Total Tabel Lampiran 21. Analisis Ragam Efisiensi Mg Sumber Jumlah Derajat Derajat FPKeragaman Kuadrat Bebas Tengah hitung Value a Model 1.627 4 0.407 7.082 0.006 Perlakuan 1.627 4 0.407 7.082 0.006 Galat 0.574 10 0.057 Total 2.202 14 * Masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap Efisiensi Mg dengan taraf α =5% Tabel Lampiran 22. Kandungan Hara Beberapa Pupuk Kandang Sumber Sapi Perah Sapi Daging Kuda Ungga Domba Kambing Etawah * N 0.53 0.65 0.70 1.50 1.28 3.06 P K Ca Mg Fe S ----------------------------------------%-----------------------------------0.25 0.41 0.28 0.11 0.05 0.004 0.15 0.30 0.12 0.10 0.09 0.004 0.10 0.58 0.79 0.14 0.07 0.01 0.77 0.89 0.30 0.88 0 0.10 0.19 0.93 0.59 0.19 0.09 0.02 0.40 0.49 0.58 2.72 <0.02 tidak di analisis Sumber : Tan (1994) Kambing Etawah * : Hasil analis sendiri. 40 Gambar Lampiran 1. Sampel Kambing Etawah Gambar Lampiran 2.Penyaringan Urin Kambing Etawah Gambar Lampiran 3.Pemilihan Benih Kangkung Darat 41 Gambar Lampiran 4. Keragaman Tanaman Kangkung Darat pada Percobaan