tinjauan pustaka

advertisement
4
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Botani dan Morfologi Tomat
Tanaman tomat diklasifikasikan ke dalam golongan sebagai berikut:
kingdom
plantae,
divisio
spermatophyta,
subdivisi
angiospermae,
kelas
dicotyledoneae, ordo tubiflorae, famili solanaceae, genus : lycopersicum, dan
spesies : Licopersicon esculentum Mill (Pracaya, 2008).
Tanaman tomat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi.
Kemasaman tanah (pH tanah) yang sesuai adalah 5.5 - 6.5. Tanaman tomat pada
fase vegetatif memerlukan curah hujan yang cukup. Memasuki fase generatif akan
memerlukan curah hujan yang lebih sedikit. Curah hujan yang ideal selama
pertumbuhan tanaman tomat berkisar antara 750-1.250 mm per tahun. Iklim yang
basah akan membentuk tanaman yang rimbun, tetapi bunganya berkurang, dan di
daerah pegunungan akan timbul penyakit daun yang dapat membuat menggangu
pertumbuhan tanaman (Pracaya, 2008).
Musim kemarau yang terik dengan angin yang kencang akan menghambat
pertumbuhan bunga menjadi mengering dan berguguran. Tomat tahan terhadap
kekeringan, tetapi tidak berarti tomat dapat tumbuh subur dalam keadaan yang
kering tanpa pengairan. Oleh karena itu baik di dataran tinggi maupun dataran
rendah, pada musim kemarau tomat memerlukan penyiraman atau pengairan
untuk memepertahankan pertumbuhan yang baik dan produksinya stabil
(Rismunandar, 2001).
Suhu ideal untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 24 -28°C. Suhu
terlalu rendah menyebabkan pertumbuhan tanaman akan terhambat dan
perkembangan bunga serta buahnya menjadi kurang sempurna. Kelembaban
relatif yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 80%. Musim
hujan kelembaban akan meningkat sehingga resiko terserang bakteri dan
cendawan cenderung tinggi. Jarak tanamnya perlu diperlebar dan areal
pertanamannya perlu dibebaskan dari berbagai jenis gulma (Wiryanta, 2004).
Tomat varietas Ratna diintroduksi dari Filipina, jenis tomat ini berumur
genjah dan tumbuh pendek. Buahnya berbentuk bulat apel ukuran berat sekitar 40
5
gram per buah. Warna buah di bagian permukaan halus tetapi sedikit
bergelombang. Tanaman tomat varietas Ratna ini sesuai ditanam di daerah dataran
rendah sampai sedang. Tomat ini memiliki ketahanan terhadap penyakit layu
bakteri, tetapi peka terhadap penyakit busuk daun (Cahyono, 2008)
Deskripsi dan Syarat Tumbuh Tanaman Arachis pintoi
Arachis pintoi
(Pinto peanut: Inggris; Maní forrajero:Spanyol; Thua
lisong tao: Thailand) adalah jenis kacang-kacangan yang tumbuh menjalar
(ground cover) di atas permukaan tanah. Pertama kali dikoleksi oleh G. C. P.
Pinto pada bulan April 1954 dari lembah Jequitinhonha, Sao Francisco dan
sepanjang sungai Tocantins di Brazil. Tanaman ini di Indonesia populer dengan
sebutan kacang hias (Maswar, 2004).
Penutup tanah Arachis pintoi tumbuh dan berkembang dengan baik pada
daerah sub tropika dan tropika, curah hujan tahunan lebih dari 1 000 mm/tahun.
Tanaman ini tahan terhadap 3–4 bulan kering, tetapi akan menggugurkan banyak
daun selama periode kering tersebut. Pertumbuhannya akan terhambat dan daun
menjadi kuning pada tanah-tanah yang kurang air atau sering banjir. Tanaman ini
cocok tumbuh pada tanah dengan tekstur liat berat sampai berpasir, tumbuh lebih
bagus pada tanah lempung berpasir. Pertumbuhan lebih baik pada tanah dengan
kandungan bahan organik lebih dari 3%, dan akan terhambat pada tanah dengan
kadar garam
yang tinggi. Tanaman ini dapat beradaptasi dengan baik pada
kondisi kesuburan tanah rendah dan pH sangat masam, serta toleran terhadap
kejenuhan aluminium yang tinggi di atas 70% (Maswar, 2004).
Arachis pintoi adalah tanaman golongan kacang-kacangan yang tumbuh
merambat di atas permukaan tanah dan merupakan kerabat dekat dari kacang
tanah (Arachis hypogea). Arachis pintoi di Indonesia dikenal dengan sebutan
kacang hias atau kacang pinto. Sebagian orang juga menyebut dengan nama
golden peanuts karena tanaman ini mempunyai bunga yang berwarna kuning.
Tanaman ini merupakan spesies eksotik berasal dari Brazil yang didatangkan ke
Indonesia melalui Singapura untuk digunakan sebagai tanaman hias dan penutup
tanah (Salanti, 2008). Tidak seperti legum lainya tanaman ini memiliki akar dan
6
cabang pada setiap node dengan akar yang dangkal, toleran terhadap kondisi tanah
asam, naungan, kekeringan dan dapat meningkatkan kesuburan tanah (Huang,
2004).
Mulsa Legum Penutup Tanah dan Kegunaanya
Mulsa adalah penutup tanah yang berasal dari pangkasan rumput, sisa
panen atau bahan-bahan lain yang penggunaanya disebar di permukaan tanah
sepanjang barisan tanaman atau melingkari batang pohon. Mulsa berguna untuk
melindungi tanah dari daya rusak butir-butir air hujan dan mengurangi erosi serta
aliran permukaan. Mulsa juga dapat menekan pertumbuhan gulma dan
mengurangi biaya penyiangan. Pemulsaan mempengaruhi evaporasi dan kondisi
suhu tanah, sehingga kelembaban tanah dapat dipertahankan. (Sugiono, 2007).
Mulsa hidup yang sering digunakan pada sitem budidaya tanaman adalah
jenis kacang kacangan atau legum, sebab tanaman ini mempunyai kelebihan dapat
mengikat nitrogen yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman pokok. Tanaman
leguminosa baik herba maupun perdu mempunyai kemampuan mengikat N udara
dan merubahnya menjadi bentuk N yang tersedia bagi tanaman bila bersimbioseis
dengan bakteri Rhizobium. Usaha memanipulasi faktor-faktor yang terlibat secara
optimal akan dihasilkan fiksasi N yang optimal pula (Armiadi, 2007).
Tanaman penutup tanah memiliki beberapa fungsi antara lain mengurangi
erosi permukaan tanah, merombak bahan organik dan cadangan unsur hara,
menekan perkembangan gulma, menekan gangguan kumbang, dan menjaga
kelembaban tanah serta memperbaiki aerasi (Situmorang, 2008).
Pemanfaatan Arachis pintoi Sebagai Legum Penutup Tanah
Pada usaha tani lahan kering yang berlereng, erosi terjadi terutama pada
periode awal pertumbuhan tanaman yang menyebabkan lahan terdegradasi dan
menurun produktivitasnya. Arachis pintoi berpotensi besar untuk mencegah
hanyutnya tanah, karena susunan batang dan perakarannya dapat melindungi
tanah dari daya rusak intensitas hujan yang tinggi. Sebagai contoh, di Costa Rica,
kacang hias ini ditanam di sepanjang pinggir saluran irigasi untuk mengontrol
7
erosi dan pertumbuhan gulma. Pada usaha tani kopi di Sumberjaya, Lampung
Barat, penanaman leguminosa ini juga mampu menekan erosi sebesar 11–85%
(Maswar, 2004).
Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang ditanam tersendiri pada saat
tanah tidak ditanami tanaman utama atau ditanam bersamaan dengan tanaman
pokok. Penanaman penutup tanah dapat menyediakan bahan organik tanah dan
sarana rehabilitasi lahan secara vegetatif yang relatif murah dan mudah untuk
diaplikasikan. (Rachman et al 2009). Sebagai penutup tanah Arachis pintoi
membentuk lapisan tebal yang dapat mengurangi gangguan gulma dan erosi
(Ngome dan Mtai 2010). Arachis pintoi semakin penting bagi perbaikan tanah di
daerah tropis (Valente 2008)
Penelitian Samad et al 2009 menunjukkan bahwa penggunaan cover crop
Arachis pintoi dapat mendorong tinggi tanaman kentang. Selain itu juga berperan
untuk memperkecil kompetisi tanaman dengan gulma dan menekan serangan
hama penyakit. Curah hujan yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan Arachis
pintoi. Pertumbuhan Arachis pintoi akan terhambat dan daun menjadi kuning bila
tanahnya tergenang, kurang air atau sering terjadi erosi permukaan.
Arachis
pintoi dapat tumbuh pada segala kondisi, tetapi paling bagus pertumbuhannya
pada kondisi di bawah naungan 75 %.
Di daerah tropis, Arachis pintoi telah teruji kemampuannya dalam
bersaing dengan gulma, seperti pada perkebunan kopi, coklat, pisang, jeruk, ubi
kayu, dan nenas. Jenis kacang ini efektif mencegah tumbuhnya gulma setelah 3–4
bulan ditanam atau sama efektifnya dengan Desmodium ovalifolium dalam
mencegah tumbuhnya kembali gulma, bahkan lebih efektif dari penggunaan
herbisida (Maswar, 2004)
Perbanyakan Tanaman Menggunakan Stek
Metode stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan
dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk
ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternatif perbanyakan vegetatif
8
buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus
dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya.
Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya
regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru yang
true to name dan true to type. Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor
intern yaitu tanaman itu sendiri dan faktor ekstern atau lingkungan. Salah satu
faktor intern yang mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon
yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh.
Menurut Hartmann et al (1997), zat pengatur tumbuh yang paling berperan
pada pengakaran stek adalah auksin. Auksin yang biasa dikenal yaitu indole-3acetic acid (IAA), indolebutyric acid (IBA) dan nepthaleneacetic acid (NAA).
IBA dan NAA bersifat lebih efektif dibandingkan IAA yang meruapakan auksin
alami, sedangkan zat pengatur tumbuh yang paling berperan dalam pembentukan
tunas adalah sitokinin yang terdiri atas zeatin, zeatin riboside, kinetin, isopentenyl
adenin (ZiP), thidiazurron (TBZ), dan benzyladenine (BA atau BAP). Selain
auksin, absisic acid (ABA) juga berperan penting dalam pengakaran stek.
Faktor dalam yang paling penting dalam mempengaruhi regenerasi akar
dan pucuk pada stek adalah faktor genetik. Jenis tanaman yang berbeda
mempunyai kemampuan regenerasi akar dan pucuk yang berbeda pula. Untuk
menunjang keberhasilan perbanyakan tanaman dengan cara stek, tanaman sumber
seharusnya mempunyai sifat-sifat unggul serta tidak terserang hama dan/atau
penyakit. Selain itu, manipulasi terhadap kondisi lingkungan dan status fisiologi
tanaman sumber juga penting dilakukan agar tingkat keberhasilan stek tinggi.
Kondisi lingkungan dan status fisiologi yang penting bagi tanaman sumber
diantaranya adalah:
1. Status air. Stek lebih baik diambil pada pagi hari dimana bahan stek dalam
kondisi turgid.
2. Temperatur. Tanaman stek lebih baik ditumbuhkan pada suhu 12°C hingga
27°C.
3. Cahaya. Durasi dan intensitas cahaya yang dibutuhkan tamnaman sumber
tergantung pada
jenis
tanaman,
sehingga
ditumbuhkan pada kondisi cahaya yang tepat.
tanaman
sumber
seharusnya
9
4. Kandungan karbohidrat. Untuk meningkatkan kandungan karbohidrat bahan
stek yang masih ada pada tanaman sumber bisa dilakukan pengeratan untuk
menghalangi translokasi karbohidrat. Pengeratan juga berfungsi menghalangi
translokasi hormon dan substansi lain yang mungkin penting untuk pengakaran,
sehingga terjadi akumulasi zat-zat tersebut pada bahan stek. Karbohidrat
digunakan dalam pengakaran untuk membangun kompleks makromolekul, elemen
struktural dan sebagai sumber energi. Walaupun kandungan karbohidrat bahan
stek tinggi, tetapi jika rasio C/N rendah maka inisiasi akar juga akan terhambat
karena unsur N berkorelasi negatif dengan pengakaran stek (Hartmann et al,
1997).
Faktor lingkungan tumbuh stek yang cocok sangat berpengaruh pada
terjadinya regenerasi akar dan pucuk. Lingkungan tumbuh atau media pengakaran
seharusnya kondusif untuk regenerasi akar yaitu cukup lembab, evapotranspirasi
rendah, drainase dan aerasi baik, suhu tidak terlalu dingin atau panas, tidak
terkena cahaya penuh (200-100 W/m2) dan bebas dari hama atau penyakit.
Jarak Tanam
Jarak tanam merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman,
karena penyerapan energi matahari oleh permukaan daun sangat menentukan
pertumbuhan tanaman dan banyaknya intensitas cahaya matahari yang diserap
oleh tanaman sangat dipengaruhi oleh jarak tanam. Semakin rapat suatu populasi
tanaman maka semakin sedikit jumlah intensitas cahaya matahari yang didapat
oleh tanaman dan semakin tinggi tingkat kompetisi antar tanaman untuk
mendapatkan sinar matahari tersebut.
Gardner et al (1991) menyatakan bahwa jika tanaman terlalu rapat maka
berpengaruh pada pertumbuhan tanaman akibat dari menurunnya laju fotosintesis
dan perkembangan daun. Jarak tanam tanam sangat mempengaruhi perkembangan
vegetatif tanaman dan juga mempengaruhi tingat produksi panen suatu tanaman.
Kartasapoetra (1989) menambahkan bahwa persaingan antar tanaman
dalam mendapatkan air maupun cahaya matahari berpengaruh terhadap
pertumbuhan vegetatif. Sehingga jarak tanam yang lebih lebar akan memacu
10
partumbuhan vegetatif tanaman. Jarak tanam yang longgar dapat menghasilkan
berat kering brangkasan yang lebih besar daripada berat kering pada penanaman
pada jarak tanam yang rapat. Hal ini terjadi karena pada jarak tanam yang rapat
terjadi kompetisi dalam penggunaan cahaya matahari yang berpengaruh pula
terhadap pengambilan unsur hara, air maupun udara.
Jarak tanam dan kondisi lingkungan juga berpengaruh terhadap penutupan
Arachis pintoi. Untuk menutupi seluruh permukaan tanah dengan pertumbuhan
seragam biasanya diperlukan waktu 2–5 bulan untuk tumbuhnya (Maswar, 2004).
Kapasitas percabangan Arachis pintoi meningkat 30 % pada jarak tanam 20 cm x
20 cm dibandingkan jarak tanam 10 cm x 10 cm. Penanaman jarak tanam 10 cm x
10 cm mampu menutup tanah sampai 87 % pada saat tanaman berumur 45 hari
setelah tanam, sedangkan pada jarak tanam 20 cm x 20 cm penutupan mencapai
89 % ketika berumur 75 hari setelah tanam (Huang et al, 2004).
Menurut Baharuddin (2010) Arachis pintoi dengan jarak tanam 15 cm x 15
cm penutupanya mencapai 70-80% pada umur 60-75 HST. Penutupan pada saat
berumur 90 HST mencapai 98.33%. Penutupan Arachis pintoi sebesar 100% dapat
diperoleh setelah umur tanaman lebih dari 90 HST.
Download